F O K U S

Nabi Daud Tentang Siapakah Kristus

Ia Adalah Seorang Nabi Dan Ia Telah   Melihat Ke Depan Dan Telah Berbicara Tentang Kebangkitan Mesias Oleh: Blogger Martin Simamora ...

0 Penjelasan Yesus Mengenai Problem Dosa Pada Diri Manusia


Oleh: Martin Simamora

“Aku Berkata Kepadamu, Sesungguhnya Setiap Orang yang Berbuat Dosa, Adalah Hamba Dosa”
Kredit: Bible Yoda-Pinterest

Penjelasan Yesus Mengenai Problem Dosa
Pada umumnya orang akan memandang bahwa  berubah menjadi orang baik atau berubah menjadi orang yang meninggalkan perbuatan-perbuatan dosa, perubahan itu terletak pada dirinya sendiri apakah mau berubah atau tidak, sehingga problem dosa dalam penanggulangannya hanya membutuhkan perjuangan jiwa manusia untuk menaklukan dosa sebagai sebuah sentral penanggulangan dosa atau problem kejahatan. Dengan kata lain, menjadi orang baik dalam konteks meninggalkan perbuatan-perbuatan dosa yang bersumber dari kemauan diri manusia tersebut akan menjadi semacam tindakan yang akan memproses jiwa untuk menjadi suci atau mulia. Pada pandangan ini, meletakan problem dosa, semata pada lingkup problem karakter atau moral yang sedang kelam atau hitam, sehingga untuk mengatasinya, manusia itu harus terlebih dahulu mengalami kesadaran diri atau pencerahan jiwa akan keadaannya yang jahat itu, agar mau melangkah dan berjuang menuju perubahan hingga menjadi berkarakter atau bermoral baik dan mulia. Jadi memang semata problem diri manusia yang bersumber pada diri manusia yang dapat dikuasai dan dikendalikan berdasarkan otoritas yang sesungguhnya ada di dalam diri manusia itu sendiri, asalkan ia mau bersungguh-sungguh memperjuangkan perubahan signifikan tersebut.

Tetapi pandangan ini menjadi sangat bertolak belakang kala diperhadapkan secara frontal dengan penjelasan Yesus mengenai problem dosa pada diri manusia. Ketika Yesus Kristus menjelaskannya, maka problem dosa dengan segala rupa/wujud dan modus operandinya, bagi-Nya bukan sebuah problem yang dapat begitu saja diatasi dan dikendalikan manusia, asalkan saja ia mau melakukannya. Bagi Yesus, problem dosa tidak dapat ditinjau pada semata problem yang dapat diatasi oleh kemauan atau kehendak manusia untuk berubah. Mengapa demikian? Sebab dosa telah diintroduksikan oleh Yesus sebagai sebuah entitas kuasa yang memiliki semacam pemerintahan dan otoritas yang begitu kokoh  dan absolut atas jiwa-jiwa manusia yang mengakibatkan daya dan otoritas kehendak atau kemauan diri seorang manusia tak memiliki sedikitpun daya pukul untuk melumpuhkan kuasa dosa itu pada dirinya sendiri, sehingga kemauan atau kehendak diri sendiri dapat bekerja efektif menaklukannya. Dalam hal ini, konsekuensi lebih jauhnya,  sementara manusia memang dapat membangun perubahan karakter atau memiliki perbuatan-perbuatan baik menjadi, namun tak berkolerasi positif dengan akan memberikan manusia itu kuasa kemenangan diri atas kuasa pemerintahan dosa. Bahkan uniknya, terkait realitas ini, Yesus menempatkan dirinya sebagai satu-satunya yang berkuasa atas diri manusia untuk memerdekakannya dari problem tak tertanggulangi manusia. Perhatikan  penjelasan Yesus berikut ini dalam injil Yohanes:

Yohanes 8:34-36 Kata Yesus kepada mereka: "Aku berkata kepadamu, sesungguhnya setiap orang yang berbuat dosa, adalah hamba dosa. Dan hamba tidak tetap tinggal dalam rumah, tetapi anak tetap tinggal dalam rumah. Jadi apabila Anak itu memerdekakan kamu, kamupun benar-benar merdeka."


Pada Yesus, dosa bukan semata problem moralitas atau problem jahat dalam dunia manusia yang semata berdimensi tubuh dan jiwa tetapi  berdimensi kuasa yang memerintah eksistensi manusia secara utuh. Keseriusan problem dosa yang tak main-main ini, tidak hanya dikatakan Yesus dengan pernyataan: setiap orang yang berbuat dosa, adalah hamba dosa, tidak hanya di situ saja, sebab ia melanjutkan dengan statement  sabda yang menunjukan bahwa tak satupun manusia dapat mengatasi problem satu ini berdasarkan kemauan atau kehendaknya sendiri walau memang ia mau dengan menempatkan dirinya sebagai satu-satunya yang berkuasa atas kuasa dosa yang  memperbudak manusia: apabila Anak itu memerdekakan kamu, kamupun benar-benar merdeka.

Dalam hal Yesus menempatkan dirinya sebagai satu-satunya solusi yang dapat memerdekakan manusia dari perbudakan dosa, maka terkait perubahan moral atau karakter dari yang jahat menjadi baik hingga mulia dan suci, pun tidak dinyatakan oleh sebagai bersumber dari hidup yang telah dimerdekakan yaitu tetap tinggal dalam firmanku. Jadi dimensinya bukan jiwa manusia sendirian, tetapi jiwa manusia yang tetap tinggal dalam firman-Nya sebagai sebuah ketakterpisahan, atau jika sebaliknya tidak akan mampu menjadi murid yang mengetahui kebenaran yang memerdekakannya. Coba kita memperhatikan statementnya yang ini:

Yohanes 10:31-32 Maka kata-Nya kepada orang-orang Yahudi yang percaya kepada-Nya: "Jikalau kamu tetap dalam firman-Ku, kamu benar-benar adalah murid-Ku dan kamu akan mengetahui kebenaran, dan kebenaran itu akan memerdekakan kamu.

Yesus sudah menyatakan bahwa problem dosa tidak sebagaimana yang disangkakan banyak orang, sebab dosa, ternyata, memiliki kuasa pemerintahan atas manusia yang hanya diri-Nya  dapat menaklukannya. Semenjak dosa  bukan semata problem yang bersemayam pada diri manusia itu sendiri tetapi berkait dengan sebuah otoritas pemerintahan yang menaklukannya dalam perbudakan dosa (jadi perbudakan di sini bukan semata mengindikasikan ketersanderaan seorang manusia pada perbuatan-perbuatan jahat, namun mencakup aspek eksistensi manusia yang berada dalam sandera rejim pemerintahan maut, tak peduli jika manusia itu memang bisa melakukan perubahan karekater hingga menjadi begitu luhur), maka kehidupan manusia yang menjadi anak-anak Allah harus hidup dalam pemerintahan Allah yang berkuasa atas perbudakan dosa itu.

Tetapi apakah wujud atau entitas pemerintahan Allah yang berkuasa atas perbudakan dosa itu, oleh Yesus dinyatakan adalah diri-Nya sendiri, dengan berkata: “Jikalau kamu tetap dalam firman-Ku, kamu benar-benar adalah murid-Ku dan kamu akan mengetahui kebenaran, dan kebenaran itu akan memerdekakan kamu.Pernyataan “jikalau kamu tetap dalam firmanku”  yang ditautkan dengan “kamu benar-benar adalah murid-Ku”, ini sendiri menunjukan bahwa solusi   pembebasan manusia dari kuasa dosa memang benar-benar ada pada Yesus-pada perkataan atau sabdanya sendiri termasuk yang sedang diutarakannya pada saat itu juga dan sedang kita pelajari. Ketika Yesus menyatakan  kamu benar-benar murid-Ku, ini sendiri menunjukan sebuah perubahan hidup yang sangat tajam dari sebelumnya berada dalam perbudakan maut, kini berada dalam kehidupan dalam relasi murid-Nya yang ditandai dengan tinggal dalam firman-Nya. Ini menempatkan setiap orang tebusan Yesus walau di dunia, setiap murid-Nya berada dalam pemerintahan kerajaan-Nya yang tak terlihat sebab dalam rupa pemerintahan sabda-sabda-Nya yang memerintah penuh kuasa atas setiap jiwa tebusannya terhadap segenap dunia dan pemerintahan maut itu sendiri. Pada konteks ini kita bisa memahami, perubahan dari seorang yang berada dalam perbudakan dosa menjadi seorang yang tidak lagi dalam perbudakan dosa, sejatinya adalah perubahan yang mengakibatkan seorang itu menjadi hidup dalam pemerintahan Allah dalam dan melalui Yesus Kristus. Kebenaran ini akan menjelaskan betapa pentingnya “jikalau kamu tetap dalam firman-Ku,” karena ini adalah satu-satunya dasar dan sumber kuasa yang mendatangkan perubahan karakter  dan perilaku yang bukan saja menghasilkan sebuah perilaku yang baik atau bermoral mulia namun ia akan menjadi orang yang sungguh mengenal Allah dalam Yesus Kristus sebagai satu-satunya pembebasnya dari pemerintahan dosa. Itu sebabnya, lepas dari perbudakan dosa tidak bisa dimaknai dalam asas-asas moralitas dan spiritualitas yang menjadi lebih maju dan lebih mulia daripada sebelumnya, bukan itu; juga tak bisa konteks lepas atau tidak lagi dalam perbudakan dosa itu dimaknai “sim salabim” menjadi manusia yang mahasuci, bukan itu, tetapi bagaimana manusia itu mengalami perubahan yang akan membuatnya semakin memiliki pengenalan dan pertumbuhan rohani yang mengenalkannya kepada Allah dalam Yesus Kristus. Itu sebabnya Yesus berkata: jikalau kamu tetap dalam firman-Ku sebagai sebuah kehidupan murid, bukan sebuah perubahan sekejab mata. Dengan demikian kehidupan menjadi murid Yesus adalah kehidupan yang harus bertaat pada firman-Nya yang membuat saya dan anda mengenal kemerdekaan dalam Kristus, bukan dalam dunia dengan segala keinginannya.

Ini hal paling penting yang membedakan dari status perbudakan dosa dengan kehidupan  tetap dalam firman Yesus. Dalam firman Yesus sementara dimerdekakan dari perhambaan dosa, juga digembalakan-Nya agar tetap dalam firman-Nya. Ini adalah kebenaran terkait Yesus yang berkata: apabila Anak itu memerdekakan kamu, kamupun benar-benar merdeka.

Sekarang, kita setidak-tidaknya melihat kalau problem dosa itu mencakup sebuah kuasa yang begitu berkuasa atas diri manusia sehingga tak mampu untuk menaklukannya. Selanjutnya kita juga menjadi tahu, kalau Yesus adalah Dia yang berkuasa untuk memerdekakan manusia  dari cengkraman  kuasa dalam sebuah kemutlakan yang telah dijaminkannya, yaitu kalau Ia sudah memerdekakan seorang manusia, maka ia benar-benar merdeka.

Jika begitu, bagaimana Yesus menaklukan pemerintahan kuasa maut itu sehingga Ia bisa begitu tajam berkata semacam ini: Jadi apabila Anak itu memerdekakan kamu, kamupun benar-benar merdeka (Yohanes 8:36).

Apakah yang Dilakukan oleh Yesus Sehingga Secara Absolut Berkuasa Memerdekakan Manusia dari Perhambaan Dosa
Terbesar pada kemanusiaan Yesus, selama di dunia ini, Yesus sungguh mengetahui secara jitu apakah tujuannya itu dalam dimensi penggenapan yang tak berada dalam kendali  kuasa pemerintahan dosa itu sendiri. Apa yang menarik terkait Yesus adalah, ia satu-satunya manusia yang tak dapat disentuh maut berdasarkan agenda  pemerintahan maut, tetapi berdasarkan agenda-Nya sendiri bersama Bapa. Baiklah, supaya lebih jelas perhatikan tabel berikut ini:


Waktunya belum tiba
Waktunya telah tiba

Yohanes 7:6-8 Maka jawab Yesus kepada mereka: "Waktu-Ku belum tiba, tetapi bagi kamu selalu ada waktu. Dunia tidak dapat membenci kamu, tetapi ia membenci Aku, sebab Aku bersaksi tentang dia, bahwa pekerjaan-pekerjaannya jahat. Pergilah kamu ke pesta itu. Aku belum pergi ke situ, karena waktu-Ku belum genap."
Yohanes 12:23,27 Tetapi Yesus menjawab mereka, kata-Nya: "Telah tiba saatnya Anak Manusia dimuliakan… Sekarang jiwa-Ku terharu dan apakah yang akan Kukatakan? Bapa, selamatkanlah Aku dari saat ini? Tidak, sebab untuk itulah Aku datang ke dalam saat ini.

Yohanes 7:30 Mereka berusaha menangkap Dia, tetapi tidak ada seorangpun yang menyentuh Dia, sebab saat-Nya belum tiba.
Yohanes 13:1 Sementara itu sebelum hari raya Paskah mulai, Yesus telah tahu, bahwa saat-Nya sudah tiba untuk beralih dari dunia ini kepada Bapa. Sama seperti Ia senantiasa mengasihi murid-murid-Nya demikianlah sekarang Ia mengasihi mereka sampai kepada kesudahannya.

Yohanes 8:20 Kata-kata itu dikatakan Yesus dekat perbendaharaan, waktu Ia mengajar di dalam Bait Allah. Dan tidak seorangpun yang menangkap Dia, karena saat-Nya belum tiba.
Yohanes 16:32 Lihat, saatnya datang, bahkan sudah datang, bahwa kamu diceraiberaikan masing-masing ke tempatnya sendiri dan kamu meninggalkan Aku seorang diri. Namun Aku tidak seorang diri, sebab Bapa menyertai Aku.


Yohanes 17:1 Demikianlah kata Yesus. Lalu Ia menengadah ke langit dan berkata: "Bapa, telah tiba saatnya; permuliakanlah Anak-Mu, supaya Anak-Mu mempermuliakan Engkau.

Bukti bahwa Ia memang berkuasa untuk memerdekakan manusia secara absolut dari pemerintahan dosa dan maut adalah pada eksistensi kemanusiaannya yang sama sekali tak berada dalam naungan maut, sebagaimana tabel di atas menunjukan bahkan hingga saatnya tiba bagi diri-Nya untuk dipermuliakan pada salib itu, yang tak hanya menunjukan sebuah kontras eksistensi dirinya terhadap semua manusia lainnya terkait kematian dan maut, tetapi bahwa Ia memang benar-benar berkuasa atas maut didalam alam maut itu sendiri, bahwa dalam alam maut itu sendiri pada momen yang telah ditentukan-Nya, ia mengalami permuliaan yang akan mempermuliakan Bapa. Inilah bukti yang sangat tajam dan vulgar dipertontonkan oleh Yesus sementara ia berhadap-hadapan dengan maut sebagai sangat berotoritas. Ini sendiri adalah penggenapan dari sabdanya sebelum ia naik pada salib itu, yang berbunyi:

Yohanes 10:17-18 Bapa mengasihi Aku, oleh karena Aku memberikan nyawa-Ku untuk menerimanya kembali. Tidak seorangpun mengambilnya dari pada-Ku, melainkan Aku memberikannya menurut kehendak-Ku sendiri. Aku berkuasa memberikannya dan berkuasa mengambilnya kembali. Inilah tugas yang Kuterima dari Bapa-Ku."  

Sehingga memang Yesus sendiri dapat secara ultimat berkata tepat pada salib itu, sebagai sebuah deklrasi runtuhnya pemerintahan maut yang berkuasa untuk memperbudak manusia dengan sebuah statement yang menunjukan kemenangannya yang gilang gemilang atas maut: SELESAI:

Yohanes 19:30 Sesudah Yesus meminum anggur asam itu, berkatalah Ia: "Sudah selesai." Lalu Ia menundukkan kepala-Nya dan menyerahkan nyawa-Nya.

Yesus telah menjalani sebuah sejarah  kemanusiaannya yang bermuatan kehendak Bapa dalam sebuah urut waktu yang menunjukan bahwa alam maut sama sekali tak berkuasa atas dirinya sementara ia melangkah memasukinya dalam langkah-langkah yang hanya dapat dilakukan oleh Anak Allah: BELUM WAKTUNYA, SUDAH WAKTUNYA, SELESAI. 

Apakah yang selesai pada salib itu? Jawabnya adalah tugas yang diberikan Bapa kepadanya. Apakah tugasnya itu? Inilah tugasnya tersebut:

Yohanes 12:23,27 Tetapi Yesus menjawab mereka, kata-Nya: "Telah tiba saatnya Anak Manusia dimuliakan… Sekarang jiwa-Ku terharu dan apakah yang akan Kukatakan? Bapa, selamatkanlah Aku dari saat ini? Tidak, sebab untuk itulah Aku datang ke dalam saat ini.

Ketika Yesus berkata selesai maka genaplah apa yang dikatakan Yesus terkait mengapa Ia masuk ke dalam dunia ini-apakah tujuannya, sebagaimana yang dikatakannya sendiri:

Yohanes 12:24 Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya jikalau biji gandum tidak jatuh ke dalam tanah dan mati, ia tetap satu biji saja; tetapi jika ia mati, ia akan menghasilkan banyak buah.

Ia mati bagi manusia berdosa, itu adalah tujuannya. Tetapi konteks kematiannya bagi manusia berdosa bukan sebuah kematian bagi manusia berdosa yang memerdekakan manusia dari perbudakan dosa dan lalu tanpa sebuah kehidupan baru. Kehidupan baru ini penting, sebab sementara  manusia-manusia terbusan Kristus itu masih hidup  di dunia ini, manusia itu harus hidup dalam kerajaan Allah yang dinyatakan oleh diri Yesus dan sabdanya. Kita harus memahami, ketika Yesus berkata Selesai pada salib itu, kita memiliki sebuah pemerdekaan dari pemerintahan maut yang dihasilkan oleh Yesus dan memiliki relasi hidup dengan-Nya selama di dunia ini dengan hidup dalam Kerajaan Sabda-Nya: “Maka kata-Nya kepada orang-orang Yahudi yang percaya kepada-Nya: "Jikalau kamu tetap dalam firman-Ku, kamu benar-benar adalah murid-Ku dan kamu akan mengetahui kebenaran, dan kebenaran itu akan memerdekakan kamu."… Jadi apabila Anak itu memerdekakan kamu, kamupun benar-benar merdeka." (Yohanes 8:30-36).

Begitulah Yesus menaklukan pemerintahan maut  yang berkuasa atas diri manusia. Dalam hal Yesus telah selesai menaklukan kuasa pemerintahan maut yang menghasilkan kemerdekaan manusia atas perbudakan kuasa dosa, yang mana keadaan ini pasti memiliki relasi pada kehidupan sebagai benar-benar murid-Nya dengan tanda: tetap tinggal dalam firmannya pada keseharian hidup kita. Kita menjadi tahu sekarang kehidupan seperti apakah yang sekarang kita miliki dan apa yang harus kita kerjakan sebagai seorang murid.Bahwa kini kita kita tidak hidup dan berjalan dalam pandu dunia tetapi dalam pandu Terang Firman. Sebagai sebuah pandu, pastikanlah hidup saya dan anda setiap saat dipandu oleh firman sebab:
Firman-Mu itu pelita bagi kakiku dan terang bagi jalanku.- Maz 119:105


Mari kita langkahkan kaki kita selama di dunia ini dengan Firman-Nya secara setia dan penuh dedikasi yang tertinggi, bukan pada sabda-sabda dunia, hingga hidup ini memuliakan Tuhan di hadapan dunia dan di hadapan Bapa. Roh Kudus berilah kami kekuatan dan hikmat-Mu untuk sanggup melakukan firman-Mu dan bukan menjadi penurut-penurut dunia ini. AMIN,
 



Karena itu tadi Aku berkata kepadamu, bahwa kamu akan mati dalam dosamu; sebab jikalau kamu tidak percaya, bahwa Akulah Dia, kamu akan mati dalam dosamu."- Yohanes 8:24

Soli Deo Gloria


No comments:

Post a Comment

Anchor of Life Fellowship , Sebab karena kasih karunia kamu diselamatkan oleh iman; itu bukan hasil usahamu, tetapi pemberian Allah, itu bukan hasil pekerjaanmu: jangan ada orang yang memegahkan diri - Efesus 2:8-9