Oleh: Martin Simamora
Masihkah Ia
adalah Allah yang Tak Bercela
Dalam Segala Hal?
Allah Terhadap Dunia
yang Cenderung Untuk Tak Lagi Mempercayai Bahwa Ia Ada Mahakuasa & Berdaulat Penuh
Pernahkah anda membaca ini?
Is God willing to prevent evil, but not able? Then he is not omnipotent.
(apakah Tuhan ingin mencegah kejahatan, tapi tak mampu? Maka ia tidak
mahakuasa)
Is he able, but not willing? Then he is malevolent.
(apakah ia mampu, tapi tak mau? Maka ia seorang yang jahat)
Is he both able and willing? Then where does evil come from?
(apakah ia mampu dan mau? Lalu dari mana datangnya kejahatan?)
Is he neither able nor willing? Then why call him God?
(apakah ia tidak mampu dan juga
tidak mau? Lalu mengapa memanggilnya Tuhan?)
— Epicurus
Apakah ini sedikit banyaknya membangkitkan hal-hal tersembunyi dalam batin anda? Saya tak akan mengulas pandangan Epicurus ini, ini hanya pembuka untuk membawa setiap kita menjadi jujur dalam beriman dan mengukur diri ini sehingga bisa mengetahui, dimanakah saya berada? Terlebih lagi pemikiran filsuf Yunani ini melalui para pengikutnya telah mengalami perjumpaan yang istimewa dengan rasul Paulus, penulis epistel Roma yang akan menjadi jangkar artikel ini. Para pengikut Epicurus telah berjumpa dengan Paulus dalam sebuah dialog keras yang berujung diadilinya Paulus dalam sidang Areopagus di Atena:
Dan juga beberapa ahli pikir dari
golongan Epikuros
dan Stoa bersoal jawab dengan dia dan ada yang berkata: "Apakah yang
hendak dikatakan si peleter ini?" Tetapi yang lain berkata:
"Rupa-rupanya ia adalah pemberita ajaran dewa-dewa asing." Sebab ia
memberitakan Injil tentang Yesus dan tentang kebangkitan-Nya.- Kisah Para Rasul
17:18
Bagaimanakah
natur Allah itu sebenarnya? Pertanyaan ini mencuat karena sebuah pertanyaan
mahapenting bagi manusia sehubungan dengan realita dunia yang tidak senantiasa
meyakinkan keberadaan Allah tanpa sebuah
asumsi kalau Dia sebetulnya memiliki semacam kelemahan atau setidak-tidaknya
keterbatasan untuk mengendalikan dunia ini. Sederhananya Allah tidak
seberdaulat yang disangka Alkitab itu sendiri. Saya akan mengajak pembaca untuk
memandang natur Allah sebagaimana dinyatakan epistel Roma, perhatikan berikut
ini:
Roma
1:23 Mereka menggantikan kemuliaan
Allah yang tidak fana dengan gambaran yang mirip dengan manusia yang
fana, burung-burung, binatang-binatang yang berkaki empat atau
binatang-binatang yang menjalar.
Pada teks ini ada
Allah dan problem kejahatan dalam dunia ini yang secara unik menunjukan fakta dunia yang menunjukan nampaknya Allah tak berdaya sama sekali terhadap penistaan diri-Nya oleh manusia, namun demikian Allah dideklarasikan secara agung dalam eksistensinya yaitu Kemuliaan Allah.
Epistel ini hendak menyatakan Allah senantiasa tak bercela,
sekalipun dihadapan-Nya terbentang problem dosa yang telah membuat manusia tak
lagi menghargai dan mempercayai-Nya, bahwa Ia tak bercela terhadap realita
kelabu ini. Ini adalah kebenaran yang dikemukakan dalam cara yang menunjukan kecemerlangan Allah dalam
kepenuhan eksistensi-Nya: kemuliaan
Allah. Ya... sekalipun dunia sudah tidak lagi
menuhankan Allah sebagaimana Ia adanya dalam cara semacam ini: “menggantikan
kemuliaan Allah yang tidak fana dengan gambaran yang mirip dengan manusia yang
fana, burung-burung, binatang-binatang yang berkaki empat atau
binatang-binatang yang menjalar”, epistel ini tetap menyatakan-Nya sebagai Dia
yang memiliki kemuliaan abadi. Ia tak lantas menjadi Allah yang tak berdaya atau
bercela dalam segala aspek yang bagaimanapun juga, karena dunia telah menjadi semakin meninggalkan-Nya, berpaling kepada kebenaran, norma atau spiritualitas yang dibangun berdasarkan kemanusiaan umat manusia itu semata.
Bukan hanya itu, epistel
Roma, juga menyatakan bahwa Ia tetap adalah Allah yang mahakuasa bukan saja
atas bangsa Yahudi tetapi juga adalah
Allah yang mahakuasa atas seluruh bangsa di dunia ini.Ia senantiasa Allah yang berkuasa atas segenap bangsa! Perhatikan teks berikut
ini:
Roma
3:29-30 Atau adakah Allah hanya Allah
orang Yahudi saja? Bukankah Ia juga adalah Allah bangsa-bangsa lain? Ya, benar. Ia juga adalah Allah
bangsa-bangsa lain! Artinya, kalau ada satu Allah, yang akan membenarkan
baik orang-orang bersunat karena iman, maupun orang-orang tak
bersunat juga karena iman.
Sementara dunia
ini memiliki problem dosa yang
melahirkan manusia-manusia yang tak lagi mempercayai eksistensi-Nya ada sebagaimana Ia adanya, Ia tetap
Allah bukan saja bagi orang-orang bersunat (Yahudi) berdasarkan iman, tetapi
juga bagi orang-orang tak bersunat (bangsa-bangsa selain Yahudi) berdasarkan
iman kepada-Nya. Menegaskan bahwa dalam dunia yang seperti ini, Allah tetap memerintah dalam kemuliaan-Nya
dalam realita dunia yang terjerat oleh problem dosa, bukan sebaliknya bahwa
Allah memiliki problem keberdaulatan dalam dunia yang semakin lama terjerat
dalam problem dosa. Roma bahkan menunjukan secara kelam hingga tak bisa siapapun melihatnya, bagaimana kerasnya Allah berdaulat atas manusia yang menyangka dirinya dapat menolak dan mengusir Allah beserta segala kedaulatan-Nya. Coba perhatikan ini:
Mereka menggantikan kemuliaan Allah yang tidak fana dengan gambaran yang mirip dengan manusia yang fana, burung-burung, binatang-binatang yang berkaki empat atau binatang-binatang yang menjalar. Karena itu Allah menyerahkan mereka kepada keinginan hati mereka akan kecemaran, sehingga mereka saling mencemarkan tubuh mereka. (Roma 1:23-24)
Kemuliaan Allah yang
Tak Bercela Dalam Yesus Kristus yang Telah Diberitakan Kitab Nabi-Nabi Bagi
Segala Bangsa
Epistle
Roma ini bahkan ditutup dengan, sekali lagi, kemuliaan Allah yang tak bercela atau tak
bercacat. Kali ini, dalam penutup epistel ini, kemuliaan Allah digambarkan bahwa
Ia berdaulat penuh di dalam dunia yang memiliki problem dosa, dalam sebuah
kadar yang tak tercemarkan sedikitpun sehingga mengalami penyurutan seiring
dengan situasi dunia yang semakin lama, semakin menunjukan penolakan atas
eksistensi Allah beserta kedaulatan-Nya. Perhatikan penutup ini:
Roma
16:25-26 Bagi Dia, yang berkuasa
menguatkan kamu, --menurut Injil yang
kumasyhurkan dan pemberitaan tentang
Yesus Kristus, sesuai dengan pernyataan rahasia, yang didiamkan
berabad-abad lamanya,tetapi yang sekarang telah dinyatakan dan yang menurut perintah Allah yang abadi, telah diberitakan oleh kitab-kitab para
nabi kepada segala bangsa untuk membimbing
mereka kepada ketaatan iman-
Teks
ini bahkan menunjukan bahwa dalam dunia yang semakin lama semakin terjerat
dalam problem dosa yang memekat, hingga sejauh ini: “Demikian juga suami-suami meninggalkan persetubuhan yang wajar dengan
isteri mereka dan menyala-nyala dalam berahi mereka seorang terhadap yang lain,
sehingga mereka melakukan kemesuman, laki-laki dengan laki-laki, dan karena itu
mereka menerima dalam diri mereka balasan yang setimpal untuk kesesatan mereka.
Dan karena mereka tidak merasa perlu untuk mengakui Allah, maka Allah
menyerahkan mereka kepada pikiran-pikiran yang terkutuk, sehingga mereka
melakukan apa yang tidak pantas: penuh dengan rupa-rupa kelaliman, kejahatan,
keserakahan dan kebusukan, penuh dengan dengki, pembunuhan, perselisihan, tipu
muslihat dan kefasikan. Mereka adalah pengumpat, pemfitnah, pembenci Allah,
kurang ajar, congkak, sombong, pandai dalam kejahatan, tidak taat kepada orang
tua, tidak berakal, tidak setia, tidak penyayang, tidak mengenal belas kasihan.
Sebab walaupun mereka mengetahui tuntutan-tuntutan hukum Allah, yaitu bahwa
setiap orang yang melakukan hal-hal demikian, patut dihukum mati, mereka bukan
saja melakukannya sendiri, tetapi mereka juga setuju dengan mereka yang
melakukannya.”(Roma 1:27-32)
Epistel
Roma tersebut tetap menyatakan bahwa perintah Allah itu tetap abadi. Dengan
kata lain bukan saja tidak ketinggal zaman atau tidak pernah mengalami problem
terhadap kemajuan zaman…bahkan sebetulnya kalau pun sebaliknya, itu sama sekali
tidak memiliki kesignifikanan. Mengapa? Karena apa yang terpenting adalah apakah
perintah Allah yang tertuang pada kitab-kitab nabi itu berkuasa atas berbagai
zaman atau berbagai apa yang disebut sebagai kemajuan zaman itu? Jawabnya
adalah, perintah-perintah Allah itu abadi sebab tetap berdaulat penuh bahkan
menjangkau segala bangsa, bekerja membimbing mereka kepada ketaatan iman. Iman
yang bagaimanakah? Iman terhadap Dia yang diberitakan oleh rasul Paulus, yaitu menurut Injil yang kumasyhurkan dan pemberitaan tentang Yesus Kristus,
sesuai dengan pernyataan rahasia, yang didiamkan berabad-abad lamanya,tetapi
yang sekarang telah dinyatakan.
Hal ini menunjukan,
bahwa Yesus Kristus adalah satu-satunya kebenaran bagi dunia yang berproblem
dengan jerat-jerat kuasa dosa ini. Bahkan epistel Roma telah menunjukan bagi
kita, bahwa keberdaulatan Allah terhadap dunia berproblem dosa telah dinyatakan
Allah kepada para nabi kudus-Nya yang memberitakan Yesus Kristus sebagai sebuah
perintah abadi yang harus ditaati dalam iman oleh berbagai bangsa, sebagai
satu-satunya jalan keselamatan dari Allah. Sementara banyak orang melihat realita dunia yang kian
bermasalah dengan kejahatan sehingga mendorong orang untuk juga semakin tergoda
untuk tidak lagi mempercayai eksistensi Allah beserta kemahakuasaannya dalam
dunia ini, para nabi telah menuliskan dalam kitab-kitabnya bahwa Allah bukan saja mahakuasa sebatas titel saja,
tetapi Ia sudah masuk ke dalam dunia ini melalui dan dalam satu-satunya Anak
Allah Yesus Sang Kristus. Inilah yang menjadi sentral pemberitaan rasul Paulus
sebagaimana dikemukakannya dalam epistelnya kepada jemaat Roma.
Allah Tak Bercacat dalam Dunia ini Sebab Ia Tak Memiliki
Problem atau Kesukaran Apapun, Sebaliknya Ia Sangat Berhikmat
Epistel Roma ini
sementara pada pembukaannya telah secara cepat menunjukan dunia ini semakin
lama semakin terjerat dalam problem dosa hingga pada titik bukan sekedar menjadi atheis
tetapi menjadi para pengecam Allah semacam ini:
Roma
1:28 Dan karena mereka tidak merasa perlu untuk mengakui Allah, maka
Allah menyerahkan mereka kepada pikiran-pikiran yang terkutuk, sehingga mereka
melakukan apa yang tidak pantas:..
Roma
1:30 Mereka adalah pengumpat, pemfitnah, pembenci Allah…
Mereka bukan saja
merasa tidak perlu untuk mengakui Allah, tetapi juga mengumpat, memfitnah dan
membenci Allah. Jadi dapat dipahami
kalau pemikiran diri mereka dapat membuahkan gagasan seperti Allah sudah mati,
Allah tak sepenuhnya berdaulat, atau Allah mungkin sudah frustrasi dengan
dirimu. Jangan dikira gagasan bernuansa atheisme
ini selalu berupa orang-orang yang sama sekali anti terhadap gagasan keberadaan
Tuhan, sebab atheisme bisa menyusup juga ke dalam gereja dengan lahirnya
pengajaran seperti: Allah memiliki problem terhadap kekuatan dan kekokohan
pengadilannya terhadap Iblis terkait belum tersedianya barang bukti (corpus
delicti), sehingga Allah memerlukan bantuan
manusia untuk mau berkomitmen menjadi corpus delicti. Atau pemikiran
bahwa Allah tak sepenuhnya berdaulat atas dan dalam dunia yang jahat, dan berbagai varian lainnya. Jadi memang realita
dunia yang kian terjerat dalam kuasa
dosa dan secara bersamaan tak melihat rancangan Allah yang terkandung dalam
kitab-kitab nabi yang menunjuk dan memberitakan Yesus yang menaklukan
pemerintahan kuasa dosa, memang bisa membuat seorang berlabel Kristen bahkan
yang memiliki posisi di mimbar dapat juga memfitnah Allah dengan gagasan yang
berbunyi: Allah bercela di hadapan iblis, karena itu dunia ini tetap saja
kacau, tak ada bedanya antara sebelum dan sesudah kematian dan kebangkitan
Yesus Kristus yang diberitakan Alkitab sebagai
telah takluknya pemerintahan maut oleh Yesus dalam kematiannya. Misal
seperti diberitakan Epistel Ibrani: “Karena
anak-anak itu adalah anak-anak dari darah dan daging, maka Ia juga menjadi sama
dengan mereka dan mendapat bagian dalam keadaan mereka, supaya oleh
kematian-Nya Ia memusnahkan dia, yaitu Iblis, yang berkuasa atas maut; dan
supaya dengan jalan demikian Ia membebaskan mereka yang seumur hidupnya berada
dalam perhambaan oleh karena takutnya kepada maut” (Ibrani 2:14-15), yang
pasti akan menjadi problem bagi kekristenan yang sudah tersusupi oleh
gagasan-gagasan bernuansa atheisme yang
menentang eksistensi Allah sebagaimana yang diberitakan Alkitab.
Roma menyatakan bahwa
Allah sama sekali tak mengalami semacam problem yang membingungkannya,
sebaliknya Ia memiliki hikmat yang luar
biasa yang dinyatakan melalui dan didalam Yesus Kristus:
Roma
16:27 bagi Dia, satu-satunya Allah yang penuh hikmat, oleh Yesus Kristus: segala
kemuliaan sampai selama-lamanya! Amin.
Para pembaca yang
budiman. Alkitab tak pernah ketinggalan zaman dalam kebenarannya oleh karena
Dia yang diberitakan dalam Alkitab adalah satu-satunya Allah yang penuh hikmat.
Andaikata ada yang berpikir memiliki hikmat yang lebih maju sebab menyangka
Allah dapat mengalami sebuah kepurbaan hikmat karena sudah kelamaan tidak lagi
kembali ke dunia ini, anda keliru sekali. Anda sendiri tidak abadi dan terlebih
lagi bukan Tuhan. Perlu sebuah posisi yang lebih besar daripada Tuhan untuk
dapat memfitnah Tuhan hingga berkata Allah bercela dihadapan iblis, atau Allah
memiliki problem terhadap kejahatan sehingga Ia tak senantiasa mahakuasa. Siapakah manusia sekalipun seorang Kristen
yang mengaku lebih suci dan telah mengalami Tuhan setiap hari mampu untuk
membungkam statement rasul Paulus ini:
Roma
11:33-34 O, alangkah dalamnya kekayaan, hikmat
dan pengetahuan Allah! Sungguh tak
terselidiki keputusan-keputusan-Nya dan sungguh tak terselami jalan-jalan-Nya! Sebab, siapakah yang mengetahui pikiran
Tuhan? Atau siapakah yang pernah
menjadi penasihat-Nya? Atau siapakah
yang pernah memberikan sesuatu kepada-Nya, sehingga Ia harus
menggantikannya?
Jika saja ada seorang
Kristen yang berdiri di mimbar dan mengajarkan jemaatnya bahwa Allah bercela di
hadapan iblis, karena ia terbukti positif dan diakui Allah sendiri adalah orang
yang mampu: menyelami pikiran Allah, mengetahui pikiran Tuhan, dan pernah
memberikan sesuatu kepada-Nya, maka
bukan saja orang Kristen itu sangat
rasional untuk mengecam tuhan, tetapi ia memang lebih baik untuk menggantikan
Tuhan. Itu jika ada yang dapat menjawab positif pada sederat pertanyaan yang
berhubungan dengan kemuliaan Tuhan dalam segenap eksistensinya dalam dunia yang
memang semakin berproblem dengan kejahatan.
Jadi memang benar,
karena itulah, manusia akan mengalami kesulitan untuk memahami pikiran dan keputusan
Allah untuk mengutus Sang Firman menjadi manusia yang adalah Anak Allah itu
sendiri. Apalagi harus mengalami serangkaian penderitaan dan kesengsaraan
hingga mati di kayu salib. Mengalami kebangkitan dari antara orang mati, tetapi
secara visual indrawi, dunia ini nampak sama saja? Bahkan lebih memburuk?!
Surat Roma memberikan peringatan tegas bagi setiap kita untuk berhati-hati
dalam menilai zaman dan menghakimi kedudukan Allah.
Bukan saja Allah tak
mengalami problem hikmat untuk mengatasi problem kejahatan di dunia ini, surat
Roma juga menunjukan bahwa Allah adalah sebagaimana Ia ada tanpa kehilangan
atau mengalami kesurutan pada semua kemuliaan-nya itu. Mari perhatikan apa yang disaksikan epistel Roma yang
mengakui problem dosa di dunia ini sudah begitu pelik dan kelamnya. Beberapa
aspek yang akan saya angkat:
▬Sementara
kita tak dapat mengelak bahwa dunia bisa menjadi sangat jahat, kita tetap
mengalami kasih Allah sebagai dasar untuk memiliki pengharapan yang tak
mengecewakan, karena sementara dunia bergerak dengan segala keinginannya, Roh
Kudus berdaulat atas setiap diri orang percaya untuk memiliki relasi kasih
dengan Allah yang tak dapat dihancurkan oleh penguasa dunia ini:
Roma
5:5,8 Dan pengharapan tidak
mengecewakan, karena kasih Allah telah dicurahkan di
dalam hati kita oleh Roh Kudus yang telah dikaruniakan kepada kita… Akan
tetapi Allah menunjukkan kasih-Nya kepada kita, oleh karena Kristus telah mati
untuk kita, ketika kita masih berdosa.
▬Dalam
momen-momen tertentu, orang percaya bisa tersesat bahkan bisa melarikan diri
dari kebenaran tentang Allah yang menggembalakannya dan mengasihinya, tetapi
kesetiaan Allah tidak runtuh jika kita tak setia. Kebenaran ini menyorot kemuliaan kesetiaan Allah terhadap anak-anak-Nya
dalam dunia yang penuh dengan berbagai tantangan dan tekanan, bukan menyorot
kemerdekaan untuk bebas sebebasnya untuk tak setia. Ini harus diperhatikan
serius!
Roma
3:3-4 Jadi bagaimana, jika di antara
mereka ada yang tidak setia, dapatkah
ketidaksetiaan itu membatalkan kesetiaan Allah? Sekali-kali tidak! Sebaliknya: Allah
adalah benar, dan semua manusia pembohong, seperti ada tertulis: "Supaya Engkau ternyata benar dalam segala
firman-Mu, dan menang, jika
Engkau dihakimi."
Sekali
lagi! Ini bukan semacam wild card untuk
memanipulasi kesetiaan Allah dengan bermain-bermain dalam membangun kesetiaan
terhadap-Nya. Perhatikan peringatan rasul Paulus ini, jika anda terlanjur memandangnya secara demikian:
Roma
3:8 Bukankah tidak
benar fitnahan orang yang mengatakan, bahwa kita berkata: "Marilah
kita berbuat yang jahat, supaya yang baik timbul dari padanya."
Orang semacam itu sudah selayaknya mendapat hukuman.
▬Ia
tetap Allah sumber damai sejahtera bagi saya dan anda. Sementara tadi kita
sudah melihat bahwa pikiran, hikmat dan
keputusan Allah tak terselami, itu tak sama sekali memaksudkan untuk
menimbulkan kecemasan dan kegelisahan jiwa sampai melahirkan pemikiran Allah
memiliki problem terhadap kuasa iblis. Pada Epistel Roma ini, rasul Paulus
menyatakan Allah adalah sumber damai sejahtera bukan sebagai sebuah gagasan
yang sugestif bagi kedamaian jiwa saya dan anda, karena pondasi Ia adalah
sumber damai sejahtera kita adalah: Ia Allah beserta kita, bukan yang duduk
berdiam di ketinggian kemuliaan-Nya, sementara ya… Ia di sana. Tak hanya itu,
Paulus menunjukan problem dosa manusia secara gambling dengan menunjuk pada
iblis, uniknya ia menunjukan bahwa Allah sama sekali tak berproblem terhadap
iblis, bahkan selama di dunia ini
kitalah yang memiliki problemnya dan Allah sumber damai sejahtera itu
pada waktunya secara pasti menghancurkan iblis di bawah kakimu. Ini jelas
sebuah otoritas bagi saya anda sebagai jemaat Tuhan untuk berkuasa atas Iblis
untuk menghancurkannya. Apakah sumber kuasa saya dan anda terhadap iblis (Satan) dan pekerjaannya itu? Jawabnya:
kasih karunia Yesus, Tuhan kita!
Roma
15:33 Allah, sumber damai sejahtera,
menyertai
kamu sekalian! Amin.
Roma
16:20 Semoga Allah, sumber damai
sejahtera, segera akan
menghancurkan Iblis di bawah kakimu.
Kasih karunia Yesus, Tuhan kita, menyertai kamu!
Ia adalah Allah yang
tak bercela dalam segala hal sementara dunia ini sungguh-sungguh kian terbelit
oleh problem kejahatan yang memberikan
gagasan yang sangat cemerlang untuk tak lagi mengakui keberadaan Tuhan. Tetapi pada
sisi yang lainnya, melalui jemaat Tuhan yaitu kita yang adalah orang-orang
percaya, kita bahkan berdasarkan kasih
karunia Yesus dapat menghancurkan Iblis di bawah kaki kita, jemaat-Nya di dunia
ini!
Kiranya kita semakin
dewasa dalam beriman, semakin merendahkan diri pada pemerintahan Bapa dalam persekutuan
dengan Anak dan Roh Kudus, agar kita tak terjebak dan turut serta dalam sebuah
penghakiman terhadap Bapa, bahwa Ia tak berkuasa penuh untuk membinasakan iblis
saat ini juga, karena tidak ada barang bukti yang kuat bagi Bapa untuk
membinasakan iblis. Rasul Paulus menunjukan secara lugas, bahwa Bapa tidak
memiliki problem tersebut sama sekali, ia bahkan menyatakan bahwa kita dapat
menghancurkan iblis di bawah kaki kita berdasarkan keberdaulatan Allah, sumber
damai sejahtera untuk menganugerahkan
kuasa itu atas kita oleh sebab Yesus, Tuhan kita. AMIN
bagi Dia, satu-satunya Allah yang
penuh hikmat, oleh Yesus Kristus: segala kemuliaan sampai selama-lamanya! Amin.-
Roma 16:27
Soli
Deo Gloria
No comments:
Post a Comment