Oleh: Martin Simamora
“Ia
adalah Sang Mesias & Sang Hakim Agung dan Kekal”
Aku Layak Untuk Dimuliakan Di
Bumi Ini & Perkataan-Perkataanku Memerintah Kekal
Tetapi
sebelumnya, bagaimana para murid Kristus
dan masyarakat umum memandang dirinya? Mari kita menyorot satu momen sangat
istimewa ini:
▬Lukas
19:36-37 Dan sementara Yesus mengendarai
keledai itu mereka menghamparkan pakaiannya di jalan. Ketika Ia dekat
Yerusalem, di tempat jalan menurun dari Bukit Zaitun, mulailah semua
murid yang mengiringi Dia bergembira dan memuji Allah dengan suara nyaring
oleh karena segala mujizat yang telah mereka lihat.
Orang
banyak memberikan pemuliaan yang sungguh agung dengan menghamparkan pakaiannya
di jalan dan para murid memberikan
pemuliaan dengan pujian nyaring kepada Yesus karena segala mujizat yang telah
mereka lihat. Dan ini adalah sebuah perilaku yang salah bagi para pemuka agama,
karena bagaimana mungkin seorang manusia disembah dan diagungkan sedemikian
rupa bagaikan Tuhan? Sebagaimana terpotret dalam episode ini:
Lukas
19:39 Beberapa orang Farisi yang turut dengan orang banyak itu berkata kepada
Yesus: "Guru, tegorlah
murid-murid-Mu itu."
Sementara
para pemuka agama begitu gusar dengan pemuliaan diri Yesus yang terlampau tinggi bagi seorang manusia, Yesus memberikan
jawaban yang mencengangkan, ia bukan saja menyatakan ia layak untuk dimuliakan
oleh manusia tetapi segenap alam ciptaan memang
harus memuliakan dirinya:
Lukas
19:40 Jawab-Nya: "Aku berkata kepadamu: Jika mereka ini diam, maka batu
ini akan berteriak."
Pada
dasarnya pada momen tersebut, Yesus menyingkapkan siapakah dirinya, sayangnya
para pemuka agama Yerusalem tak dapat melihat hal itu sebagaimana dikatakan
oleh Yesus sendiri:
Lukas
19:41-42 Dan ketika Yesus telah dekat dan melihat kota itu, Ia menangisinya, kata-Nya: "Wahai,
betapa
baiknya jika pada hari ini juga engkau mengerti apa yang perlu untuk
damai sejahteramu! Tetapi
sekarang hal itu tersembunyi bagi matamu.
Pemuliaan
diri Yesus bukan karena agar Ia menjadi
termuliakan sebab ia tak memilikinya sebelumnya, tetapi karena siapakah diri-Nya, bukan saja bagi manusia tetapi
bagi segenap alam ciptaan beserta ekosistemnya. Dirinya adalah sumber damai
sejahtera, menolaknya berarti membuang damai sejahtera yang diperlukan.
Perhatikan perkataan Yesus berikut ini: betapa
baiknya jika pada hari ini juga engkau mengerti apa yang perlu untuk damai
sejateramu! Tetapi sekarang hal itu tersembunyi bagi matamu. Yesus juga menunjukan bahwa menolaknya akan menimbulkan satu konsekuensi
yang tak main-main bukan saja bagi masyarakatnya tetapi bagi kotanya,
sebagaimana dikemukakan Yesus untuk peristiwa yang kemudian terjadi:
Lukas
19:43-44 Sebab akan datang harinya, bahwa musuhmu akan mengelilingi engkau
dengan kubu, lalu mengepung engkau dan menghimpit engkau dari segala jurusan, dan
mereka
akan membinasakan engkau beserta dengan pendudukmu dan pada tembokmu mereka
tidak akan membiarkan satu batupun tinggal terletak di atas batu yang lain,
karena engkau tidak mengetahui saat, bilamana Allah melawat engkau."
Kebesaran
kota dan apa yang menjadi kekokohan perlindungan satu kota menjadi tak berarti,
semenjak mereka menolak Yesus, sehingga bukan saja penderitaan rakyatnya tetapi
keruntuhan kotanya menjadi keniscayaan sebagaimana dikemukakan oleh Yesus
sendiri: mereka akan membinasakan engkau beserta dengan pendudukmu dan
pada tembokmu mereka tidak akan membiarkan satu
batupun tinggal terletak di atas batu yang lain. [Sebagai
pembanding, bacalah Lukas 21:20-24]
Kalau
anda ingin mengetahui sebuah penghakiman dan penghukuman yang secara telak
dilaksanakan berdasarkan penolakan dirinya, ini adalah salah satunya dan ini
menjadi sebuah kedukaan yang mendalam bagi Sang Mesias sendiri: “melihat
kota itu, Ia menangisinya” (Lukas 19:41). Bandingkan juga dengan
penghakiman-penghakiman berikut ini:
Matius
11:20-24 Lalu Yesus mulai mengecam
kota-kota yang tidak bertobat,
sekalipun di situ Ia paling banyak
melakukan mujizat-mujizat-Nya: Celakalah engkau Khorazim! Celakalah engkau
Betsaida! Karena jika di Tirus dan di Sidon terjadi mujizat-mujizat yang telah
terjadi di tengah-tengah kamu, sudah lama mereka bertobat dan berkabung. Tetapi
Aku berkata kepadamu: Pada hari penghakiman, tanggungan Tirus dan
Sidon akan lebih ringan dari pada tanggunganmu. Dan engkau Kapernaum, apakah
engkau akan dinaikkan sampai ke langit? Tidak, engkau akan diturunkan sampai ke
dunia orang mati! Karena jika di Sodom terjadi mujizat-mujizat yang telah
terjadi di tengah-tengah kamu, kota itu tentu masih berdiri sampai hari ini. Tetapi
Aku berkata kepadamu: Pada hari penghakiman, tanggungan negeri Sodom
akan lebih ringan dari pada tanggunganmu."
Para
pembaca yang budiman, kita harus memahami bahwa Yesus bukan saja mendapatkan
pondasi yang kokoh untuk pemuliaan dirinya karena Ia sanggup mengadakan mujizat-mujizat tanpa
tanding, juga bukan semata karena ia lebih dari sekedar teolog
atau Rabbi yang luar biasa di angkatannya dan di eranya, tetapi karena Ia dan
perkataannya adalah sebuah pemerintahan yang tidak saja ditaati di sorga tetapi
juga di taati di bumi ini, sebagaimana secara tegas menyatakan penghakimannya
yang berkuasa hingga hari penghakiman itu datang. Jadi memang ia tidak datang
untuk mendatangkan api penghakiman itu dari langit sekarang ini juga, tetapi ia
tetap menyatakan dosa dan penghakiman. Ia tak datang untuk menghakimi tetapi
mengajakan kebenaran, menyatakan kasih Allah dan menyatakan siapakah Ia bagi
manusia itu. Saya tertarik untuk menyisipkan episode satu ini:
Lukas
9:51-55 Ketika hampir genap waktunya Yesus diangkat ke sorga, Ia mengarahkan
pandangan-Nya untuk pergi ke Yerusalem, dan Ia mengirim beberapa utusan mendahului
Dia. Mereka itu pergi, lalu masuk ke suatu desa orang Samaria untuk
mempersiapkan segala sesuatu bagi-Nya. Tetapi orang-orang Samaria itu tidak mau
menerima Dia, karena perjalanan-Nya menuju Yerusalem. Ketika dua
murid-Nya, yaitu Yakobus dan Yohanes, melihat hal itu, mereka berkata: "Tuhan, apakah
Engkau mau, supaya kami menyuruh api turun dari langit untuk membinasakan
mereka?" Akan tetapi Ia
berpaling dan menegor mereka.
Ia
datang bukan untuk menghakimi tetapi untuk
menyelamatkan, ini jelas nampak pada episode tersebut. Para murid sudah
sangat memahami apakah akibat dari
menolak Yesus Kristus: kebinasaan. Tetapi nampaknya mereka belum sepenuhnya
memahami bahwa sementara kedatangan Sang Mesias membawa muatan penghakiman
berbasiskan diri Kristus itu sendiri, Ia tak datang untuk menggenapinya pada
saat itu juga. Sekarang bandingkan dengan pernyataan Yesus yang ini: “Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya jikalau
biji gandum tidak jatuh ke dalam tanah dan mati, ia tetap satu biji saja;
tetapi jika ia mati, ia akan menghasilkan banyak buah… Sekarang
jiwa-Ku terharu dan apakah yang akan Kukatakan? Bapa, selamatkanlah Aku dari
saat ini? Tidak, sebab untuk itulah Aku datang ke
dalam saat ini… Sekarang berlangsung penghakiman atas
dunia ini: sekarang juga penguasa dunia ini akan dilemparkan ke luar”
(Yohanes 12:24,28,31), yang menunjukan bahwa tujuannya dalam kematian adalah
untuk menggenapi atau mewujudkan penyelamatan yang datang dari Allah bagi
manusia yang eksekusinya mencakup penghakiman atas penguasa dunia ini. Ini hal
esensial yang harus dipahami, sehingga kita tahu bahwa Sang Juruselamatmu itu
adalah Sang Hakim yang berkuasa untuk menghakimi. Dengan kata lain, keselamatan
berbasis kasih karunia Allah, tidak sama sekali memiliki problem judisial yang bagaimanapun.
Ini adalah Siapakah Yesus yang menjadi jantung persilangan pendapatan antara
diri Sang Mesias terhadap para pemuka agama saat itu.
Sementara
Ia adalah Sang Mesias dan Sang Hakim Agung Kekal,Yesus juga adalah Rabi terkemuka pada saat itu. Ia menjadi ahli
taurat terutama yang ajarannya sangat didengarkan dan dihormati sementara para
pemuka agama, berupaya keras untuk menghentikannya dengan segala cara:
Lukas
19:47-48 Tiap-tiap hari Ia
mengajar di dalam Bait Allah. Imam-imam kepala dan ahli-ahli Taurat serta
orang-orang terkemuka dari bangsa Israel berusaha untuk membinasakan Dia, tetapi
mereka tidak tahu, bagaimana harus melakukannya, sebab seluruh rakyat terpikat kepada-Nya dan ingin
mendengarkan Dia.
Markus
14:49 Padahal tiap-tiap hari Aku ada di tengah-tengah kamu mengajar di Bait Allah, dan kamu tidak
menangkap Aku. Tetapi haruslah digenapi yang tertulis dalam Kitab Suci."
Bisakah
anda membayangkan tiap-tiap hari mengajar di dalam Bait Allah? Biasanya
kebanyakan orang mendengarkan pengajaran atau ajaran atau khotbah satu hingga
dua jam saja akan menganggapnya sebuah kesia-siaan, atau itu belaka
intelektualitas bukan makanan bagi roh. Tetapi apa yang harus kita perhatikan
secara seksama, Yesus sementara dikenal dengan mujizat-mujizatnya, ia menempatkan
Bait Allah beserta diri dan pengajarannya sebagai sentral kehidupan rohani yang datang dari dirinya
bagi orang yang mau menjadi pengikutnya. Ia Sang Mesias mengajar dan
menempatkan firman Tuhan sebagai sebuah keutamaan agar berlangsung sebuah kehidupan
bagi jemaat yang dihidupi oleh firman yang diajarkannya. Dengan kata lain, tak
ada satu orang pun yang mau menjadi murid Kristus dapat berpikir ada satu hari
saja ia boleh hidup tanpa firmannya. Jika anda katakan Yesus adalah Sahabatmu
dan apalagi Tuhanmu, Penebusmu…bukankah seharusnya Ia adalah Yang terakrab bagi
telingamu, pikiran, perilakumu dan bagaimana saya dan anda membangun masa depan
hidup ini? Cobalah renungkan ini. Omong kosong anda katakan Yesus adalah
sahabatmu tetapi perkataan-perkataannya tak pernah terkomunikasikan dan anda
berjalan dalam pandu Sahabat Agungmu itu.
Karena itulah seharusnya siapapun bisa memahami sabdanya yang satu ini
secara jitu di dalam jiwa saya dan anda:
►Yohanes
8:31-32 Maka kata-Nya kepada orang-orang Yahudi yang percaya kepada-Nya: "Jikalau kamu tetap dalam firman-Ku, kamu
benar-benar adalah murid-Ku dan kamu akan mengetahui kebenaran, dan
kebenaran itu akan memerdekakan kamu."
Sementara
Yesus adalah Dia yang berkuasa untuk mengampuni dosa di dunia ini sebagaimana
Ia bersabda: “Tetapi supaya kamu tahu,
bahwa di dunia ini Anak Manusia berkuasa mengampuni dosa” (Markus 2:10)
yang puncak penggenapannya telah berlangsung pada peristiwa ia disalibkan, ia masih berkata “jikalau
kamu tetap dalam firman-Ku, kamu benar-benar murid-Ku”, yang menunjukan
sebuah kehidupan baru berdasarkan firman yang diberikan Yesus, sebuah relasi
persahabatan yang kudus. Anda juga perlu tahu mengapa tetap penting hingga sekarang sebagai orang
Kristen dalam kasih karunia, untuk tetap dalam firman Yesus, setidaknya, berdasarkan sejumlah kesaksian ini, akan memberikan memberikan
apreasiasi yang lebih mulia kepada Yesus Sahabatmu yang sejati itu:
●Yohanes
6:63 Rohlah yang memberi hidup, daging sama sekali tidak berguna. Perkataan-perkataan yang Kukatakan
kepadamu adalah roh dan hidup
Sebab
Aku berkata-kata bukan dari diri-Ku
sendiri, tetapi Bapa, yang mengutus
Aku, Dialah yang memerintahkan Aku untuk mengatakan apa yang harus Aku katakan dan
Aku sampaikan.- Yohanes 12:49
Dan
jikalau
seorang mendengar perkataan-Ku, tetapi tidak melakukannya,
Aku tidak
menjadi hakimnya, sebab Aku datang bukan untuk menghakimi dunia,
melainkan untuk menyelamatkannya. Barangsiapa menolak Aku, dan tidak menerima
perkataan-Ku, ia sudah ada hakimnya, yaitu firman yang telah
Kukatakan, itulah yang akan menjadi hakimnya pada akhir zaman.
- Yohanes 12:47
●Yohanes
6:68 Jawab Simon Petrus kepada-Nya: "Tuhan, kepada siapakah kami akan
pergi? Perkataan-Mu adalah perkataan
hidup yang kekal;
Sekarang
anda bisa memahami kuasa, otoritas, pemerintahan dan kehidupan yang terkandung
didalam kata-kata Yesus, Sahabatmu itu? Kiranya saya dan anda semakin mampu
memuliakan Bapa melalui kehidupan yang semakin mengenal Yesus dengan cara
setiap hari adalah kehidupan yang mentaati firmannya, bukan sekedar mengklaim
hidup dalam kasih karunia tetapi tak bersahabat dengan firman Yesus??
Sehingga
kita juga dapat memahami, mengapa kebanyakan orang di era Yesus, lebih
mendengarkan Yesus di Bait Allah ketimbang para pemimpin agamanya, sebab
sebetulnya apa yang dikatakan Yesus adalah perkataan Bapa yang dinyatakan oleh Yesus Kristus. Lebih dari
itu, perkataan Yesus itu adalah Sang Hakim pada akhir zaman: barangsiapa
menolak Aku, dan tidak menerima perkataan-Ku, ia sudah ada hakimnya, yaitu
firman yang telah Kukatakan, itulah yang menjadi hakimnya pada akhir zaman.
Sekali lagi ia memang pada kedatangannya
yang pertama tersebut tidak untuk menghakimi atau tepatnya: melaksanakan
penghakiman, tetapi menyelamatkan. Namun, Ia telah menyatakan penghakiman yang
menantikan pelaksanannya pada satu hari yang disebut sebagai hari
penghakiman-Nya.
Jadi
kalau anda berkata bahwa Yesus tidak datang untuk menghakimi, anda juga pada
saat yang sama, harus tahu dan mengakui sebagai seorang Kristen, bahwa
perkataan-Nya adalah Hakim pada hari Penghakiman. Karena itulah juga dalam
memahami “Jikalau kamu tetap dalam
firman-Ku, kamu benar-benar adalah murid-Ku”, harus dipahami secara
tak terpisahkan dari siapakah Yesus bagimu dan bagiku, karena firman itu adalah
sumber kebenaran yang memerdekakan saya dan anda, dan firman yang anda terima
dan telah memerdekakan saya dan anda itu, sementara bagi anda dan saya adalah
Pembebas dari Maut, firman yang diucapkan Yesus juga adalah Hakim bagi siapa
yang menolaknya dalam cara yang bagaimanapun juga.
Yesus dan Perkataan-Perkataannya
Menunjukan Ia adalah Sang Mesias & Sang Hakim Agung dan Kekal
Karena
itulah harus dikatakan, bahwa pandangan Yesus Kristus tentang dirinya, melampaui
pemahaman theologis siapapun pada eranya, ia memang memiliki otoritas untuk
mengajar di bait Allah dan dihadapan mahkamah agama, sebab ia sendiri memenuhi
semua ketentuan yang ditetapkan oleh mahkamah agama tersebut, sehingga boleh
berdiri mengajar jemaat, tetapi ketika sampai pada pengajaran kitab suci yang
bersentral pada dirinya adalah penggenap kitab suci secara utuh, maka akan
menjadi problem besar sekali dan menjadi akar persilangan tajam hingga merubah
relasi antara para pengikut Yesus yang lebih luas dari sebelumnya
mengelu-elukannya menjadi para penuntut kematiannya di hadapan Pilatus. Mari
kita lihat akar problem tersebut yang kian lama akan kian membesar:
▬Lukas
4:16-23 Ia datang ke Nazaret tempat Ia dibesarkan, dan menurut kebiasaan-Nya pada
hari Sabat Ia masuk ke rumah ibadat, lalu berdiri hendak membaca dari Alkitab. Kepada-Nya
diberikan kitab nabi Yesaya dan setelah dibuka-Nya, Ia menemukan nas, di mana
ada tertulis: Roh Tuhan ada pada-Ku, oleh sebab Ia telah mengurapi Aku, untuk
menyampaikan kabar baik kepada orang-orang miskin; dan Ia telah mengutus Aku untuk
memberitakan pembebasan kepada orang-orang tawanan, dan penglihatan bagi
orang-orang buta, untuk membebaskan orang-orang yang tertindas, untuk
memberitakan tahun rahmat Tuhan telah datang." Kemudian Ia menutup kitab
itu, memberikannya kembali kepada pejabat, lalu duduk; dan mata semua orang
dalam rumah ibadat itu tertuju kepada-Nya. Lalu Ia memulai mengajar mereka,
kata-Nya: "Pada hari ini genaplah nas ini sewaktu kamu mendengarnya."
Dan semua orang itu membenarkan Dia dan mereka heran akan kata-kata yang indah
yang diucapkan-Nya, lalu kata mereka: "Bukankah Ia ini anak Yusuf?" Maka
berkatalah Ia kepada mereka: "Tentu kamu akan mengatakan pepatah ini
kepada-Ku: Hai tabib, sembuhkanlah diri-Mu sendiri. Perbuatlah di sini juga, di
tempat asal-Mu ini, segala yang kami dengar yang telah terjadi di
Kapernaum!"
Pada
rumah ibadat jugalah Yesus secara bertahap memperlihatkan satu aspek yang kelak
akan menimbulkan konflik terbesar antara dirinya dengan para pemuka agama.
Aspek satu ini adalah kuasa yang tak mungkin dimiliki seorang manusia selain
hanya dimiliki Allah yaitu aspek penghakiman bukan saja bagi manusia tetapi
bagi Setan beserta kerajaannya di dunia ini. Mari kita melihat episode penting dalam injil
berikut ini:
Lukas
4:31-36 Kemudian Yesus pergi ke Kapernaum, sebuah kota di Galilea, lalu
mengajar di situ pada hari-hari Sabat. Mereka takjub mendengar pengajaran-Nya,
sebab perkataan-Nya penuh kuasa. Di dalam rumah ibadat itu ada seorang yang
kerasukan setan dan ia berteriak dengan suara keras: Hai Engkau, Yesus orang Nazaret, apa urusan-Mu dengan
kami? Engkau datang hendak membinasakan kami? Aku tahu siapa Engkau: Yang
Kudus dari Allah. Tetapi Yesus menghardiknya, kata-Nya: "Diam, keluarlah
dari padanya!" Dan setan itupun menghempaskan orang itu ke tengah-tengah
orang banyak, lalu keluar dari padanya dan sama sekali tidak menyakitinya. Dan
semua orang takjub, lalu berkata seorang kepada yang lain, katanya:
"Alangkah hebatnya perkataan ini! Sebab dengan penuh wibawa dan kuasa Ia memberi
perintah kepada roh-roh jahat dan merekapun keluar."
Yesus
dan perkataannya berkuasa untuk menghakimi manusia sebab kehadiran Yesus akan
menyingkapkan keadaan manusia dan iblis di hadapan Allah. Perhatikan hal ini:
Yohanes
7:7 Dunia tidak dapat membenci kamu, tetapi ia membenci Aku,
sebab Aku bersaksi tentang dia, bahwa
pekerjaan-pekerjaannya jahat.
Maksud
dari “dunia tidak dapat membenci kamu”, itu sehubungan dengan keadaan semua
manusia berada dalam belenggu pemerintahan maut, sementara ketika anda membaca
“tetapi ia membenci Aku”, itu karena ia tak berada dalam kuasa pemerintahan
maut. Sebaliknya Ia melakukan penghakiman
terkait keadaan manusia dan dunia
ini: bahwa pekerjaan-pekerjaannya jahat.
Ia
begitu berkuasa dalam pandangan theologisnya--jadi bukan sekedar berkata-kata tetapi menggenapi apapun yang
diajarkannya sebagai sesuatu yang tak dimiliki oleh ahli taurat manapun di
sepanjang masa dunia ini-- yang tak mudah bagi siapapun untuk menjangkaunya.
Boleh dikatakan bahwa teologinya adalah
eksistensi dirinya, dan itu membuatnya semakin sukar untuk diobservasi
dalam rangka menemukan sebuah harmoni yang dapat menyejukan teologi para ahli
taurat. Misalkan saja pada Yesus yang
berkuasa untuk menyelenggarakan
penghakiman pada hari Sabat dan dalam rumah ibadat terhadap setan yang
merasuki manusia sebagaimana pada peristiwa berikut ini:
▬Lukas
11:14-20 Pada suatu kali Yesus mengusir dari seorang suatu setan yang
membisukan. Ketika setan itu keluar, orang bisu itu dapat berkata-kata. Maka
heranlah orang banyak. Tetapi ada di antara mereka yang berkata: "Ia
mengusir setan dengan kuasa Beelzebul, penghulu setan." Ada pula yang
meminta suatu tanda dari sorga kepada-Nya, untuk mencobai Dia. Tetapi Yesus
mengetahui pikiran mereka lalu berkata: "Setiap kerajaan yang
terpecah-pecah pasti binasa, dan setiap rumah tangga yang terpecah-pecah, pasti
runtuh. Jikalau Iblis itu juga terbagi-bagi dan melawan dirinya sendiri,
bagaimanakah kerajaannya dapat bertahan? Sebab kamu berkata, bahwa Aku mengusir
setan dengan kuasa Beelzebul. Jadi jika Aku mengusir setan dengan kuasa
Beelzebul, dengan kuasa apakah pengikut-pengikutmu mengusirnya? Sebab itu
merekalah yang akan menjadi hakimmu. Tetapi jika Aku mengusir setan dengan kuasa Allah,
maka sesungguhnya Kerajaan Allah sudah datang kepadamu.
Semakin
dalam dan semakin terbuka Yesus menyatakan
dirinya maka tidak satu kemanusiaan yang bagaimanapun dapat memahaminya
berbasiskan dimensi rasionalitasnya. Kala ia berkata jika Aku
mengusir setan dengan kuasa Allah, maka sesungguhnya Kerajaan Allah sudah datang kepadamu”, ia
sedang menyatakan pemerintahannya telah datang dan telah berkuasa penuh atas
dunia ini dengan segenap pemerintahannya.
Jika
anda memahami maksud Yesus tersebut, maka anda akan semakin memiliki apresiasi
yang semakin mulia terhadap perkataannya satu ini: Jikalau kamu tetap dalam firman-Ku, kamu benar-benar adalah
murid-Ku. Kalau anda tetap dalam firman Yesus pada saat ini juga dalam
kehidupan sehar-harimu maka anda sedang menyatakan bahwa kerajaan Allah ada di
dunia ini dalam sebuah penyataan dari dirimu sendiri. Sementara Yesus telah
mendeklarasikan kehadiran kerajaan-Nya dengan penaklukan pemerintahan maut pada
salib itu, anda sebagai murid-murid-Nya bisa turut serta menjadi penghadir
kerajaan Allah di dunia yang tak mengenal Allah ini sampai kedatangan-Nya yang kedua kali kelak, melalui kehidupan yang
penuh taat pada firman-Nya. Kamu benar-benar adalah murid Yesus adalah sebuah
keadaan actual hidup sehari-harimu apakah memang menunjukan murid Yesus atau
dunia ini? Kalau memang adalah murid atau pengikut Yesus maka pasti akan
menjadi penurut firman Yesus. Bukankah begitu jika murid atau pengikut?
Aspek
penghakiman Yesus, sementara Ia datang bukan untuk menghakimi justru menunjukan
bahwa di dunia ini memang memiliki problem dosa terkait pemerintahan maut yang membelenggu manusia, sebagaimana
dikatakan oleh Yesus sendiri dalam sebuah penghakiman yang keras:
▄Yohanes
5:22-24 Bapa tidak menghakimi
siapapun, melainkan telah menyerahkan penghakiman itu seluruhnya kepada Anak,
supaya semua orang menghormati Anak sama seperti mereka menghormati Bapa.
Barangsiapa tidak menghormati Anak, ia juga tidak menghormati Bapa, yang
mengutus Dia. Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya barangsiapa mendengar perkataan-Ku
dan percaya kepada Dia yang mengutus Aku, ia mempunyai hidup yang kekal
dan tidak turut dihukum, sebab ia sudah
pindah dari dalam maut ke dalam hidup.
Bisakah
anda melihat penghakiman Sang Mesias dan Sang Hakim Agung Kekal di sini, sangat
erat dengan kuasa penaklukannya terhadap
pemerintahan maut yang membelenggu manusia? Ketika anda dibebaskannya maka:
keadaan yang ini→
Yohanes
7:7 Dunia tidak dapat membenci kamu, tetapi ia membenci
Aku
|
Telah berubah menjadi→
Yohanes
15:18:19 Jikalau dunia membenci kamu, ingatlah
bahwa ia telah lebih dahulu membenci
Aku dari pada kamu. Sekiranya kamu dari dunia, tentulah dunia mengasihi kamu
sebagai miliknya. Tetapi karena kamu bukan dari dunia, melainkan Aku telah
memilih kamu dari dunia, sebab itulah dunia membenci kamu.
|
Jadi
siapapun yang menghilangkan aspek penghakiman Yesus dalam Ia Juruselamat dunia, maka ia sedang
membangun kepercayaan bahwa dirinya bisa selamat tanpa perlu Yesus menjadi hakim
atas dunia ini, sebuah kebenaran injil yang tidak datang dari perkataan Yesus
sendiri.
Inilah
posisi yang membuat diri Yesus semakin bersilangan tajam dengan siapapun juga sejak Yesus mendudukan dirinya melampaui
pemahaman theologis yang bagaimanapun pada eranya hingga jelang
penyalibannya. Perhatikan sejumlah episode berikut ini:
●Lukas
23:2 Di situ mereka mulai menuduh Dia, katanya: "Telah kedapatan oleh
kami, bahwa orang ini menyesatkan bangsa kami, dan melarang membayar pajak
kepada Kaisar, dan tentang diri-Nya Ia mengatakan, bahwa Ia adalah Kristus, yaitu Raja."
●Markus
14:62 Jawab
Yesus: "Akulah Dia,
dan kamu akan melihat Anak Manusia duduk
di sebelah kanan Yang Mahakuasa dan datang di tengah-tengah awan-awan di langit."
●Matius
26:63-64 Tetapi Yesus tetap diam. Lalu kata Imam Besar itu kepada-Nya:
"Demi Allah yang hidup, katakanlah kepada kami, apakah Engkau Mesias, Anak
Allah, atau tidak." Jawab Yesus: "Engkau telah mengatakannya. Akan
tetapi, Aku berkata kepadamu, mulai sekarang kamu akan melihat Anak Manusia duduk di sebelah kanan Yang Mahakuasa
dan datang di atas awan-awan di langit."
Ia
bukan saja menyatakan dirinya adalah Kristus/Mesias dan Raja, namun apa yang
jauh lebih sukar untuk dimengerti bahwa kekekalan dirinya sebagaimana kekekalan
pemerintahannya, dan kemahakuasaan-Nya sebagaimana kemahakuasaan Bapa-Nya yang
begitu gamblang dalam ungkapan kamu
akan melihat Anak Manusia duduk di sebelah kanan Yang Mahakuasa dan datang di
atas awan-awan di langit, sementara ia sedang melangkahkan kakinya
memasuki jantung pemerintahan maut melalui kematian itu sendiri. Seperti saya
katakana tadi teologinya adalah eksistensi dirinya, ketika ia memasuki jantung
pemerintahan maut melalui kematian itu
sendiri, ia secara ultimat telah membuat setiap murid/ pengikut Kristus
mengalami perubahan dari dikasihi dunia menjadi dibenci dunia sebagaimana yang
telah dialami terlebih dahulu oleh Yesus.
Relasi “Jikalau kamu tetap dalam firman-Ku, kamu benar-benar
adalah murid-Ku” dalam Aspek Kehidupan Rumah Tangga
Aspek terpenting kehidupan seorang Kristen adalah relasi hidup sebagai murid-Nya. Ini hal paling penting sementara kita masih di dunia ini dan masih hidup dengan tubuh daging yang masih melayani hasrat-hasrat keinginan diri, maka Yesus sejak semula telah menyediakan sebuah basis relasi yang paling tepat yaitu kehidupan yang dimuridkan, sebuah kehidupan yang berlangsung di atas basis sabda Yesus dan dirinya yang telah membebaskanmu dan saya dari pemerintaha maut. “Jikalau kamu tetap dalam firman-Ku, kamu benar-benar adalah murid-Ku”, ini menegaskan bahwa diluar Kristus tak ada kehidupan yang berkuasa memisahkanmu dari dunia ini sementara masih dalam dunia, sekaligus relasi yang mutlak harus dimiliki sebagaimana ini:
Yohanes
15:5-6 Akulah pokok anggur dan kamulah
ranting-rantingnya. Barangsiapa tinggal di dalam Aku dan
Aku di dalam dia, ia berbuah banyak, sebab di luar Aku kamu tidak dapat berbuat apa-apa. Barangsiapa
tidak tinggal di dalam Aku, ia dibuang
ke luar seperti ranting dan menjadi kering, kemudian dikumpulkan orang dan dicampakkan ke dalam api lalu dibakar.
Apa
yang harus diperhatikan, bahwa karena Yesus tidak datang untuk menggenapi
penghakiman sementara penghakiman dan pelucutan Penguasa maut sudah tuntas,
maka setiap murid Kristus tak boleh terlepas dari kehidupan bersama Kristus
yang wujudnya: kehidupan murid yang sebetulnya memberikan kuasa untuk menang
dan berkuasa melalui problem-problem dosa. Jadi memang problem dosa masih ada dan karena
itu Yesus menyelengarakan sebuah relasi yang meminta ketaatan saya dan anda
untuk mematuhinya, tepat sebagaimana seorang murid. Kelak murid akan semakin bertumbuh dan akan
menjadi seorang yang sesuai dengan maksud Tuhan dalam memberikan partumbuhan
berdasarkan kedewasaannya dalam menghidupi firman yang memberikan kebenaran
yang memerdekakan tersebut, membuat saya dan anda semakin memiliki kekudusan
nyata dalam hidup yang berdasarkan pengudusan oleh firman yang kita taati.
Kebenaran
ini terus berlanjut dalam kehidupan berumah tangga, dan ketangguhan dan
kematangan seorang keluarga Kristen, pasti akan ditentukan bagaimana suami dan
isteri memiliki relasi dengan firman sejak masa mudanya. Mari kita perhatikan
ayat-ayat berikut ini:
Efesus
5:22-25 Hai isteri, tunduklah kepada suamimu seperti kepada Tuhan,
karena suami adalah kepala isteri sama seperti Kristus adalah kepala
jemaat. Dialah yang menyelamatkan tubuh. Karena itu sebagaimana
jemaat tunduk kepada Kristus, demikian
jugalah isteri kepada suami dalam segala sesuatu. Hai
suami, kasihilah isterimu
sebagaimana Kristus telah mengasihi jemaat dan telah menyerahkan diri-Nya
baginya.
Bagaimana
seriusnya saya dan anda harus tinggal dalam atau taat kepada firman Kristus,
itu sama seriusnya dengan isteri tunduk kepada suami seperti tunduk kepada
Tuhan. Saya sangat berharap, kita semua dapat melihat bahwa apa yang kita
perlukan di dunia ini bukan semata slogan dan propaganda seperti “dalam grace tak ada lagi murka” atau
“dalam
grace tidak ada lagi penghakiman”, karena sementara itu sangat benar,
itu menuntut sebuah kehidupan yang memiliki relasi yang tak propaganda. Bisakah
hai para suami anda membayangi memiliki seorang isteri yang tak tunduk kepadamu
dalam segala hal karena merasa sudah berada dalam grace? Atau hai para isteri, maukah anda tunduk
kepada suami dalam sebuah cara yang
sangat merendahkan harkat dan martabatmu sebagai seorang perempuan. Kalau
anda memahami secara benar hai
isteri, tunduklah kepada suamimu seperti kepada Tuhan, maka anda akan
melihat sebuah ketundukan yang tak hanya kudus tetapi dalam kebenaran Tuhan
yang mengasihimu dan menebusmu dari maut dan telah mengangkatmu menjadi
anak-anak-Nya.
Kalau saya dan anda memiliki pengalaman hidup otentik dalam menggenapi “jikalau kamu tetap dalam firman-Ku, kamu adalah benar-benar murid-Ku,” maka kita akan sanggup mempraktekan kasihilah isterimu sebagaimana Kristus telah mengasihi jemaat dan telah menyerahkan diri-Nya baginya. Dengan kata lain, menjadi murid Yesus adalah sebuah penyerahan diri yang total dalam sebuah kerendah hati yang ultimat untuk mau dididik, dibentuk oleh firman sedemikian rupa agar kita semakin lama semakin bersih, sehingga memuliakan-Nya.
Mengapa
saya membicarakan relasi semacam ini kepada kehidupan rumah tangga, karena
Yesus sendiri memandang hubungan dirinya dengan jemaat-Nya juga dalam hubungan
suami-isteri yang menghendaki kesetiaan dalam mentaati dan mengasihi:
Rahasia
ini besar, tetapi yang aku maksudkan
ialah hubungan Kristus dan jemaat- Efesus 5:32
Sanggupkah
kita melakukannya? Jika ya, mengapa atau bagaimana? Jawabnya karena Allah lebih
dulu telah mengasihi kita:
Kita
mengasihi, karena Allah lebih dahulu mengasihi kita.- 1
Yohanes 4:19
Itu
sebabnya, saya dan anda sebagai murid Kristus dalam tetap tinggal dalam firman,
itu berlangsung dalam relasi telah dikasihi lebih dahulu. Jadi kita memiliki
dasar yang kokoh di dunia ini untuk hidup dalam kebenaran firman agar semakin
lama kita menjadi pelayan-pelayan firman yang telah memerdekakan kita dari pemerintahan
maut, bukan lagi bagi dunia ini.
Jadi
apakah yang harus menjadi doa saya dan anda, jika demikian kita didalam Kristus
itu? Saya ingin menunjuk pada satu doa
yang diucapkan oleh rasul Paulus, agar juga menjadi doa yang tulus dan penuh
iman bagi saya dan anda:
“…Kami
meminta, supaya kamu menerima segala hikmat dan pengertian yang benar, untuk
mengetahui kehendak Tuhan dengan sempurna, sehingga hidupmu layak di
hadapan-Nya serta berkenan kepada-Nya dalam segala hal, dan kamu memberi buah
dalam segala pekerjaan yang baik dan bertumbuh dalam pengetahuan yang benar
tentang Allah, dan dikuatkan dengan segala kekuatan oleh kuasa kemuliaan-Nya
untuk menanggung segala sesuatu dengan tekun dan sabar, dan mengucap syukur
dengan sukacita kepada Bapa, yang melayakkan kamu untuk mendapat bagian dalam
apa yang ditentukan untuk orang-orang kudus di dalam kerajaan terang. Ia telah
melepaskan kita dari kuasa kegelapan dan memindahkan kita ke dalam Kerajaan
Anak-Nya yang kekasih; di dalam Dia kita memiliki penebusan kita, yaitu
pengampunan dosa.”- Kolose 1:9-14
Hidup
kita juga, karenanya, bukan untuk menjadi corpus delicti bagi Bapa agar dapat
menjadi bukti hidup dan setia yang dapat membinasakan iblis dalam hari pengadilan kelak. Ketahuilah, hari
pengadilan tidak menanti hingga genapnya jumlah siapa-siapa yang berhasil
menjadi corpus delicti bagi Bapa. Hubungan saya dan anda terhadap Bapa, tidak
pernah hubungan dalam bayang-bayang Allah berproblem dengan iblis terkait
barang bukti atau corpus delicti. Dalam kitab Wahyu hanya ada satu problem dan
problem itu telah terselesaikan secara gilang gemilang; di sorga memang sempat
ada satu kesedihan, tetapi itu sudah lama terselesaikan semenjak Yesus
menggenapi karyanya pada kayu salib itu. Perhatikan kesaksian dalam kitab Wahyu
berikut ini:
Wahyu
5:1-14 Maka aku melihat di tangan kanan Dia yang duduk di atas takhta itu,
sebuah gulungan kitab, yang ditulisi sebelah dalam dan sebelah luarnya dan
dimeterai dengan tujuh meterai. Dan aku melihat seorang malaikat yang gagah,
yang berseru dengan suara nyaring, katanya: "Siapakah yang layak membuka gulungan kitab itu dan membuka
meterai-meterainya?" Tetapi
tidak ada seorangpun yang di sorga atau yang di bumi atau yang di bawah bumi,
yang dapat membuka gulungan kitab itu atau yang dapat melihat sebelah dalamnya.
Maka menangislah aku dengan amat sedihnya, karena tidak ada seorangpun yang
dianggap layak untuk membuka gulungan kitab itu ataupun melihat sebelah
dalamnya. Lalu berkatalah seorang dari tua-tua itu kepadaku: "Jangan
engkau menangis! Sesungguhnya, singa dari suku Yehuda, yaitu tunas Daud, telah
menang, sehingga Ia dapat membuka gulungan kitab itu dan membuka ketujuh
meterainya." Maka aku melihat di tengah-tengah takhta dan keempat makhluk
itu dan di tengah-tengah tua-tua itu berdiri seekor Anak Domba seperti telah
disembelih, bertanduk tujuh dan bermata tujuh: itulah ketujuh Roh Allah yang
diutus ke seluruh bumi. Lalu datanglah
Anak Domba itu dan menerima gulungan kitab itu dari tangan Dia yang duduk di atas
takhta itu. Ketika Ia mengambil gulungan kitab itu, tersungkurlah keempat
makhluk dan kedua puluh empat tua-tua itu di hadapan Anak Domba itu,
masing-masing memegang satu kecapi dan satu cawan emas, penuh dengan kemenyan:
itulah doa orang-orang kudus. Dan mereka menyanyikan suatu nyanyian baru
katanya: "Engkau
layak menerima gulungan kitab itu dan membuka meterai-meterainya; karena
Engkau telah disembelih dan dengan darah-Mu Engkau telah membeli mereka bagi Allah
dari tiap-tiap suku dan bahasa dan kaum dan bangsa. Dan Engkau telah membuat mereka menjadi suatu kerajaan, dan menjadi
imam-imam bagi Allah kita, dan mereka akan memerintah sebagai raja di
bumi." Maka aku melihat dan mendengar suara banyak malaikat sekeliling
takhta, makhluk-makhluk dan tua-tua itu; jumlah mereka berlaksa-laksa dan
beribu-ribu laksa, katanya dengan suara nyaring: "Anak Domba yang
disembelih itu layak untuk menerima kuasa, dan kekayaan, dan hikmat, dan
kekuatan, dan hormat, dan kemuliaan, dan puji-pujian!" Dan aku mendengar semua makhluk yang di sorga dan yang di
bumi dan yang di bawah bumi dan yang di laut dan semua yang ada di dalamnya,
berkata: "Bagi Dia yang
duduk di atas takhta dan bagi Anak Domba, adalah puji-pujian dan hormat dan kemuliaan
dan kuasa sampai selama-lamanya!" Dan keempat makhluk itu
berkata: "Amin".
Dan tua-tua itu jatuh tersungkur dan
menyembah.
Perhatikan!
Yesus membangun hubungan dengan para muridnya/ pengikutnya yang telah
dibebaskan dari pemerintahan maut, berdasarkan firmannya yang berkuasa untuk
menghakimi dunia dan manusia sementara pada kedatangannya yang pertama ia tak datang
untuk mengeksekusi pembinasaannya. Jadi sungguh menggelikan kalau gagasan
corpus delicti memaksakan Allah harus terbukti menaklukan iblis saat ini juga. Jika sebaliknya maka ini menunjukan adanya problem ketakkokohan corpus delicti atau barang bukti yang menunjukan adalah benar bahwa iblis memang bersalah dan dapat dihukum/dibinasakan saat itu juga. Ini namanya menganggap sepi penjelasan
Yesus yang berbunyi “untuk itulah Aku datang ke dalam saat ini” dalam
injil Yohanes 12. Hari penghakiman sedang menantikan saatnya, tetapi bukan sama
sekali menanti genapnya jumlah atau bilangan mereka yang akan menjadi corpus
delicti. Bukan itu sama sekali, perhatikan ini:
Matius
13:27-30 Maka datanglah hamba-hamba tuan ladang itu kepadanya dan berkata:
Tuan, bukankah benih baik, yang tuan taburkan di ladang tuan? Dari manakah
lalang itu? Jawab tuan itu: Seorang musuh yang melakukannya. Lalu berkatalah
hamba-hamba itu kepadanya: Jadi maukah tuan supaya kami pergi mencabut lalang
itu? Tetapi ia berkata: Jangan, sebab mungkin gandum itu ikut tercabut pada
waktu kamu mencabut lalang itu. Biarkanlah
keduanya tumbuh bersama sampai waktu menuai. Pada waktu itu aku akan
berkata kepada para penuai: Kumpulkanlah
dahulu lalang itu dan ikatlah berberkas-berkas untuk dibakar;
kemudian kumpulkanlah gandum itu ke dalam lumbungku."
Jika
Allah memiliki waktunya sendiri bagi kedatangan pertama Sang Mesias, maka
Allahpun memiliki waktunya sendiri bagi kedatangan kedua Sang Mesias sebagai
Sang Hakim Agung. Kapan saatnya? Saatnya jika
waktu menuai-Nya telah tiba. Apakah pembinasaan iblis memerlukan
anda-anda sekalian menjadi corpus delicti? Tidak! Bahkan lalang itu langsung
saja dibakar tanpa sebuah mekanisme pengadilan berbasis corpus delicti yang
sebetulnya konsep pengadilan ala dunia ini.
Semuanya itu
disampaikan Yesus kepada orang banyak dalam perumpamaan, dan tanpa perumpamaan
suatupun tidak disampaikan-Nya kepada mereka, supaya genaplah firman yang
disampaikan oleh nabi: "Aku mau membuka mulut-Ku mengatakan perumpamaan,
Aku mau mengucapkan hal yang tersembunyi sejak dunia dijadikan."-
Matius 13:34-35
Soli
Deo Gloria
No comments:
Post a Comment