Oleh: Martin Simamora
“Barangsiapa
Mengasihi Anaknya Laki-Laki Atau Perempuan Lebih Dari Pada-Ku, Ia Tidak Layak Bagi-Ku.”
Mengasihi Yesus Akan Mengubah Tatanan Kasih Dalam Keluarga
Sebagaimana
Alkitab berulang kali menyajikan, bahwa sentral pengajaran Kristus adalah dirinya sendiri bagi manusia, bukan
manusia baginya. Namun Yesus dalam sejumlah pengajarannya, tak pernah sekalipun
menyatakan dirinya “aku adalah Allah”
secara vulgar,sebagaimana menjadi ekspektasi banyak orang untuk menjadi sumber
bukti verbal dari mulut Yesus sendiri, sehingga berdasar bagi orang Kristen
menyebutnya Tuhan. Akan tetapi, Alkitab mengandung banyak sekali pernyataan Yesus yang mendudukan dirinya adalah
Tuhan bagi manusia. Mengasihinya, dengan
demikian, akan menjadi sebuah mengasihi yang bukan saja divinitas tetapi
memisahkan mencintai-Nya sebagai tak tertandingkan kemuliannya dibandingkan
mengasihi siapapun juga yang anda kasihi. Bukan itu saja, dalam mengasihi-Nya,
manusia harus belajar di seumur hidupnya
untuk mampu mengasihi-Nya dengan segenap jiwa, segenap pikiran dan dengan
segenap kekuatan. Perhatikan pernyataan Yesus berikut ini:
►Matius
10:37 Barangsiapa mengasihi
bapa atau ibunya lebih dari pada-Ku, ia tidak layak bagi-Ku; dan barangsiapa mengasihi anaknya
laki-laki atau perempuan lebih dari pada-Ku, ia tidak layak bagi-Ku.
Ketika Yesus hadir
dalam kehidupan keluarga-keluarga, maka Ia haruslah dalam relasi yang unik
didalam keluarga tersebut. Ia harus menjadi yang terutama dalam setiap hati
anggota keluarga. Ayat di atas tersebut, bukan soal rivalitas cinta atau kasih
tetapi bagaimana seorang yang mengasihi Yesus akan masuk kedalam sebuah
kehidupan yang memisahkannya dari nilai, norma dan budaya yang berlaku di dalam keluarga
dan di dalam dunia ini. Mengapa demikian? Karena permulaan mengasihi Yesus akan
menuntunmu dan keluargamu-jika semua menerima-Nya- untuk berjalan mengikut
Yesus dalam mengasihinya yang memuliakannya dalam kehidupan. Itu sebabnya ia berkata: barangsiapa mengasihi bapa atau ibunya lebih daripada-Ku, ia tidak layak
bagi-Ku. Sampai dua kali Ia menekankan hal ini, menunjukan betapa pentingnya
memiliki relasi dengan diri-Nya dibandingkan dengan apapun dan siapapun juga.
Ini sendiri akan menjadi dasar terpenting bagi kekuatan dan kesetiaan seorang
Kristen untuk setia dan taat untuk hidup bagi Kristus dalam dunia yang penuh
dengan tantangan. Saya akan menunjukannya bagi anda.
Yesus Sang Kristus,
sejak di dalam keluarga, telah menjadi satu-satunya kebenaran hidup keluargamu dan
setiap anggota keluarganya. Apakah anda sebagai suami bersama isteri telah
menuntun anak-anakmu untuk mengenal Kristus melalui kehidupan berdoa dan dalam
praktik hidup sehari-hari/kelakuan hidup sehari-hari. Tentu saja, harus
terlebih dahulu kepala keluarga bisa menjadi teladan bagi isteri dan anak. Jadi
misalkan, jangan sampai anda memaki-maki anak karena kedapatan merokok, tetapi
anda sendiri pecandu rokok..dan seterusnya dan seterusnya, anda bisa menambahkannya
sendiri sesuai kehidupan kita masing-masing.
Kata “tidak layak
bagi-Ku”, ini adalah pernyataan yang ekstraordinari sebab mengapa mengasihi
sedemikian rupa pada berhasil atau
tidaknya akan berujung pada nilai diri seorang manusia terhadap Yesus: layak
atau tidak layak? Siapakah dia…sudah menuntut harus lebih mengasihinya daripada
siapapun juga lalu kini berkata tentang dirinya seperti dia yang mahamulia bagi
manusia-manusia yang tidak mulia sedikit saja? Inilah yang saya maksudkan:Yesus
memang tak pernah secara verbal berujar aku adalah Tuhan, namun dalam
pengajarannya, Ia adalah Tuhan yang harus disembah dan tidak boleh ada yang
lain disembah.
Dalam teks tersebut,
penyembahan di sini telah diletakan Yesus pada sebuah kedudukan yang menunjukan
bahwa Ia memiliki relasi yang bukan saja divinitas tetapi berkuasa dalam
pemerintahan-Nya yang berdaulat penuh atas kehidupan keluarga-keluarga. Ketika
anda membaca bagian “barangsiapa mengasihi bapa atau ibunya lebih
dari pada-Ku”, ini sebetulnya adalah tatanan baru dalam sebuah
keluarga kala Yesus menjadi Tuhan dalam
kehidupan sebuah keluarga . Kehadiran Yesus dan mengasihi Yesus akan merombak
tatanan kasih dalam sebuah keluarga. Yesus merombak tatanan kasih yang membawa
sebuah keluarga masuk kedalam persekutuan kasih yang kudus dan tak dikenal
dunia ini, ayat tersebut bukan sama sekali melarang saya dan anda untuk mengasihi anggota
keluargamu dengan kasih yang paling murni, tetapi sedang menyorot bagaimana
Yesus menguduskan kasih manusia sehingga disanggupkan untuk mengasihi Allah
dalam dan melalui Yesus Sang Kristus. Apa maksudnya? Kalau anda bertanya apakah
wujud kongkrit yang dapat dilakukan oleh seorang manusia pengikut Kristus untuk
menggenapi perintah ini:
Matius
22:36-40 Guru, hukum manakah yang terutama dalam hukum Taurat? Jawab Yesus
kepadanya: "Kasihilah Tuhan, Allahmu, dengan segenap hatimu dan dengan
segenap jiwamu dan dengan segenap akal budimu. Itulah hukum yang terutama
dan yang pertama…Pada kedua hukum inilah tergantung seluruh hukum Taurat dan
kitab para nabi."
Maka, melakukan apa
yang diperintahkan Yesus tersebut (Matius 10:37) akan menjadi salah
satu perbuatan kongkrit di seumur hidupmu sebagai murid Kristus
dalam mengasihi Tuhan, Allahmu, dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu
dan dengan segenap akal budimu.
Mengasihi Yesus dalam Dunia yang Tak Mengenal-Nya
Wall Street Journal |
Pernahkah
terlintas dalam benak anda untuk membangun kesetiaan sedemikian mulianya kepada
selain daripada Allah? Pernahkah manusia di era Yesus dapat menerima wujud
praktik “kasihilah Tuhan, Allahmu, dengan segenap hatimu dan dengan
segenap jiwamu dan dengan segenap akal budimu”, kemudian oleh Yesus
telah dinyatakannya akan dapat digenapi oleh manusia jika manusia itu berjumpa
dengan dan menjadi pengikut Yesus Kristus? Itulah yang terjadi kala Yesus
berkata:
►Matius
10:38-39 Barangsiapa tidak memikul
salibnya dan mengikut Aku, ia tidak layak bagi-Ku Barangsiapa mempertahankan nyawanya, ia akan
kehilangan nyawanya, dan barangsiapa kehilangan
nyawanya karena Aku, ia akan memperolehnya.
“Tidak memikul salibnya dan mengikut Aku, Ia
tidak layak bagi-Ku”, bukan saja membicarakan apakah anda tetap menjadi setia
dan mengasihi Yesus sekalipun berbagai
resiko dan tantangan dapat membahayakan nyawamu, tetapi ini adalah soal apakah saya dan anda mengenal siapakah Yesus
bagimu/bagiku? Kita harus mengerti
bahwa Yesus adalah Mesias yang sangat realistik terhadap kekinian dunia ini
kala ia menuntut mengasihinya dalam cara yang setotalitas ini: “memikul
salibnya dan mengikutnya,” ia tidak sedang membawa saya dan anda masuk
ke dalam dunia utopia atau dunia khayal kala berbicara mengikut-Nya dan
mengasihi-Nya. Ia juga membicarakan resiko terkerasnya dan yang paling saya dan
anda takuti untuk terjadi yaitu; resiko kehilangan nyawa karena beriman kepada-Nya.
Tetapi di saat yang sama, ia juga tidak sedang meminta saya dan anda untuk
bersetia dalam cara yang radikal seperti ini memikul salib yang benar-benar
kayu demi keselamatanmu, tidak karena bukan itu maksudnya. Maksud saya,
sementara mengikut-Nya ada resiko, tetapi Ia tidak sedang membicarakan jenis mati
yang konyol dan tak berdaya pada maut. Tidak pernah seperti itu. Sementara
Yesus membicarakan resiko kematian bagi saya dan anda dalam mengasihi dan
mengikut Yesus, Ia juga bersabda bahwa walau demikian, saya dan anda akan memperoleh kehidupan dari-Nya, karena itu Ia
berkata: kehilangan nyawanya karena Aku,
ia akan memperolehnya.
Mengasihi
Yesus, dengan demikian, memiliki tantangannya, dan itu tak hanya dahulu, sekarangpun demikian. Tak harus melulu membicarakannya dalam konteks keadaan yang penuh bahaya seperti perang atau
penganiayaan. Dalam keadaan damai, pun bisa memproduksi tantangan yang
memberikan bahaya tersendiri. Dalam kenyamanan dan dalam rasa aman yang
membuatmu tak lagi serius dengan pertumbuhan imanmu dalam Kristus, itu bahkan
lebih maut daripada maut yang dapat dihasilkan oleh sebutir peluru. Karena
itulah Yesus terkait tantangan bagi para pengikutnya pada segala zaman, telah dikemukakannya
sebagai memikul salib, yang menyiratkan akan senantiasa terkait dengan
imanmu dan kepengikutanmu kepada Kristus selama saya dan anda di dunia ini. Ia
juga pernah bersabda begini:
Matius
10:16 Lihat, Aku mengutus kamu seperti
domba ke tengah-tengah serigala
Ini
adalah kehidupan normal setiap pengikut
Kristus pada setiap saat. Faktanya musuh
alami hewan domba-domba yang diternakan
dan digembalakan memang predator serigala, dan walau demikian, setiap domba
harus tetap mengikut gembalanya walau bahaya mengintai setiap saat. Walau
bahaya mengintai setiap saat, setiap domba harus tetap didalam kawanannya dan
tetap berada didalam komando suara penggembalanya. Kita harus memahami, bahwa
tuntutan Yesus agar setiap orang percaya wajib hidup dalam firman Kristus, itu
semata karena faktanya kehidupan alami saya dan anda adalah seperti domba ke
tengah-tengah serigala. Dan sebagaimana telah saya katakan, mengasihi Yesus
yang menuntut kesetiaan untuk bertahan dalam tantangan atau ”tetap memikul
salib”, tak pernah sebuah pengikutan yang konyol. Sebaliknya Gembala Agung kita
pun memberikan hikmat bagi saya dan anda terkait bagaimana agar tetap mampu
untuk “tetap memikul salib”, yaitu: “sebab itu hendaklah kamu cerdik seperti
ular dan tulus seperti merpati.” (Matius 10:16).
Mengasihi Yesus dalam Dunia Dimana Iblis Masih Dibiarkan Kristus
Bekerja Hingga Waktu Panen Tiba
Apa
yang harus dipahami oleh setiap murid Kristus dalam hidup yang digembalakan dan
dimuridkan-Nya melalui kehidupan didalam keluarga yang setia dan mengasihi
Yesus, dan di dalam gereja-gereja yang setia kepada firman Tuhan dan bertekun
dalam menggembalakan dan memuridkan setiap domba Kristus yang menjadi
jemaatnya, adalah fakta mengasihi Yesus
yang bertemali dengan “memikul salibmu”, atau mengasihi Yesus yang bertemali dengan resiko dan tantangan yang bisa datang
dari internal diri dan eksternal diri. Kita harus tahu juga, bahwa bukan
sekedar karena Yesus mengutusmu seperti domba ke tengah-tengah serigala dalam
makna jasmaniah, tetapi juga dalam makna spiritual. Ini adalah tantangan yang
tak boleh luput menjadi perhatian saya dan anda, karena ini adalah bagian
tersukarnya dan bagian yang paling penuh tantangan dan akan kita jalani bersama
Yesus Sang Mesias, sebagaimana dikemukakan Yesus sendiri:
►Matius
10:24-25 Seorang murid tidak lebih dari pada gurunya, atau seorang hamba dari
pada tuannya. Cukuplah bagi seorang murid jika ia menjadi sama seperti gurunya
dan bagi seorang hamba jika ia menjadi sama seperti tuannya. Jika tuan rumah disebut Beelzebul, apalagi seisi rumahnya.
Ketika
anda membaca “jika tuan rumah disebut
Beelzebul, apalagi seisi rumahnya”, inilah dasar dari pernyataan
saya tadi, bahwa tantangan atau salib yang harus dipikul dalam memikul salib
itu, tidak terbatas harus pada saat penuh tantangan dan bahaya ekstrim seperti
era Yesus dan era penganiayaan jemaat mula-mula. Tetapi aspek spiritual yang
melingkupi setiap orang percaya dan jemaat sementara masih di bumi, ini sendiri adalah sebuah kedudukan yang secara konstan
membuatnya senantiasa dalam status “seperti
domba di tengah-tengah serigala.” Ketika Yesus berkata “jika tuan rumah
disebut Beelzebul, apalagi seisi rumahnya”, ini bagaimanakah tantangan yang
akan dihadapai jemaat-Nya di sepanjang masa selama di dunia ini. Kita tentu
tahu bahwa terkait Beelzebul atau penghulu setan, Yesus sendiri telah
menaklukannya secara gemilang. Ini penting untuk diketahui agar setiap orang
Kristen tahu dan kenal siapakah Yesus Gembala Agung yang memimpinmu itu, terhadap penghulu setan.
Ungkapan jika tuan rumah disebut Beelzebul, tentu saja terkait dengan
sebuah insiden yang begitu fenomenal dan paling mengguncangkan iman orang
Yahudi kala itu. Perhatikan episode ini:
Lukas
11:14-20 Pada suatu kali Yesus mengusir dari seorang suatu setan yang
membisukan. Ketika setan itu keluar, orang bisu itu dapat berkata-kata. Maka
heranlah orang banyak. Tetapi ada di antara mereka yang berkata: "Ia mengusir setan dengan kuasa Beelzebul,
penghulu
setan."… Jadi jika Aku mengusir setan dengan
kuasa Beelzebul, dengan kuasa apakah pengikut-pengikutmu mengusirnya?
Sebab itu merekalah yang akan menjadi hakimmu. Tetapi jika Aku mengusir setan dengan kuasa Allah,
maka sesungguhnya Kerajaan Allah sudah datang kepadamu.
Bahaya
yang secara konstan akan kita hadapi, merupakan realitas yang lahir dari Kerajaan
Allah sudah datang menghakimi dunia ini pada kedatangan Yesus yang pertama untuk menelanjangi segala perbuatan penghulu setan
namun tidak datang untuk sekaligus mengeksekusi penghakiman itu, sehingga
binasalah seketika itu juga si Penghulu Setan dan seketika dunia ini akan
begitu damai dan mulianya. Inilah realitas yang kita hidupi, sementara kita
telah hidup didalam pemerintahan Kerajaan Allah yang sudah datang untuk menyelamatkan manusia berdosa dengan menghempaskan
takhta iblis, sebagaimana dikemukakan oleh Yesus Sang Mesias kepada orang-orang Yahudi yang tak bisa percaya
begitu saja kalau Yesus sungguh-sungguh berkuasa bahkan atas penghulu setan:
Yohanes
12:31 Sekarang berlangsung penghakiman
atas dunia ini: sekarang juga penguasa dunia ini akan dilemparkan ke luar;
Jadi,
duniamu boleh saja anda katakan aman, tetapi keamananmu dalam Kristus tidak
membuatmu lepas dari satu tanggung jawab yang vital. Apakah itu? Inilah tanggungjawab vitalmu di dunia
yang bahkan telah sejak lama memandang Yesus datang dari penghulu setan yang
harus dibasmi: pikul salib dirinya dan ikut Dia.
Sama
seperti telah saya katakan sebelumnya, realita ini harus dipahami secara benar,
sebab inilah dunia saya dan anda. Tak ada ruang untuk menjadi cengeng sekalipun
normal untuk bersedih dalam sebuah duka yang memang perlu untuk ditangisi,
tetapi jadilah tangguh sebab begitulah anda sejatinya. Bisakah anda
membayangkan domba seperti apakah yang memiliki kualifikasi untuk bisa menjalani
kehidupan yang dipimpin-Nya seperti ini: “Aku
mengutusmu seperti domba ke tengah-tengah serigala.” Dalam Yesus tak
ada kekonyolan, apa yang menjadi bagian saya dan anda, haru kita lakukan yaitu pikul
salib diri yang berupa berbagai tantangan dalam dunia ini
yang bisa mengancam jiwa karena keberimananmu secara penuh percaya diri oleh
karena Yesus Sang Gembala Agung kita. Karena Dia berkusa untuk
menghakimi penghulu setan tanpa problem
sedikitpun seperti problem corpus
delicti yang membuat Bapa bercela dihadapan Iblis, maka memikul salib yang
pasti merupakan hal-hal yang menyakitkan dan bias membuatmu tersendirikan dan
diburu bagaikan penjahat yang harus dilenyapkan, seharusnya dapat kita lalui
jika kita setia kepada Dia yang telah berkuasa menaklukan Iblis, dan apalagi Ia
sendiri menggembalakan kita. Kita tahu di dunia ini, Ia telah memberikan Roh
Kudus sebagai Penghibur kita yang kokoh dan berkuasa penuh atas diriku dan
dirimu.
Kehidupan
“domba di tengah-tengah serigala”
adalah kehidupan yang penuh resiko, dan resiko itu ada senantiasa. Ancaman
paling berbahaya adalah yang tak dapat dilihat dengan mata biasa dan tak dapat
diprediksi oleh hikmat manusia, selain hanya mengandalkan kesetiaan Gembala
Agung kita atas keamanan keselamatan saya dan anda. Kehidupan kita yang
digembalakan dan dimuridkan, bukan sekedar anda agar menjadi Kristen dan
mengerti mengapa anda menjadi Kristen. Tidak sebatas itu, tetapi dalam
digembalakan dan dimuridkan dalam gereja-gereja yang setia kepada firman Tuhan,
anda belajar untuk menjadi setia dan taat kepada firman-Nya sebagai
satu-satunya sumber yang memiliki kuasa menguduskan dan menaungi segenap dirimu
daripada yang jahat selama di dunia ini. Dan Sang Kristus telah mengutarakan
kebenaran ini dalam sebuah perumpamaan yang mencengangkan:
Matius
13:24-30 Yesus membentangkan suatu perumpamaan lain lagi kepada mereka,
kata-Nya: "Hal Kerajaan Sorga itu seumpama orang yang menaburkan benih
yang baik di ladangnya. Tetapi pada waktu semua orang tidur, datanglah musuhnya
menaburkan benih lalang di antara gandum itu, lalu pergi. Ketika gandum itu tumbuh dan mulai berbulir, nampak jugalah lalang itu.
Maka datanglah hamba-hamba tuan ladang itu kepadanya dan berkata: Tuan,
bukankah benih baik, yang tuan taburkan di ladang tuan? Dari manakah lalang
itu? Jawab tuan itu: Seorang musuh
yang melakukannya. Lalu berkatalah hamba-hamba itu kepadanya: Jadi maukah tuan
supaya kami pergi mencabut lalang itu? Tetapi ia berkata: Jangan, sebab mungkin gandum itu ikut tercabut pada waktu
kamu mencabut lalang itu. Biarkanlah
keduanya tumbuh bersama sampai waktu menuai. Pada waktu itu aku akan
berkata kepada para penuai: Kumpulkanlah dahulu lalang itu dan ikatlah
berberkas-berkas untuk dibakar; kemudian kumpulkanlah gandum itu ke dalam lumbungku."
Kalau
tadi Yesus menunjukan kehidupan semua murid-Nya dalam segala generasi akan
seperti domba seperti di tengah-tengah serigala, kali ini Yesus menunjukan
hidup kita ini seperti gandum yang berbuah lebat namun di saat yang
sama lalang tumbuh lebat. Pada situasi ini, Yesus menyatakan bahwa kehidupan
para pengikutnya akan secara konstan dalam intaian Seorang musuh dengan segala
pekerjaan jahat segenap antek dalam kerajaan iblis, sebagaimana penjelasan
Yesus dalam tentang perumpamaan itu:
►Matius
13:37-39 Ia menjawab, kata-Nya: "Orang yang menaburkan
benih baik ialah Anak Manusia; ladang ialah dunia. Benih yang baik itu anak-anak Kerajaan dan lalang anak-anak si jahat. Musuh
yang menaburkan benih lalang ialah Iblis.
Waktu menuai ialah akhir zaman dan para penuai itu malaikat.
Kita
tak hanya melihat bahwa kita sebagai anak-anak Kerajaan yang saat ini hidup di
dalam dunia yang dikelilingi oleh anak-anak si jahat yang dipimpin oleh Iblis
(Diabolos, the Devil), atau sebagaimana Yesus katakan pada kesempatan lain: seperti
domba di tengah-tengah serigala. Namun ingatlah, kita tidak hanya melihat
dan mengalami itu saat ini, tetapi kita juga mengalami pemeliharan dan
penjagaan Allah, sehingga walau demikian adanya, kita bukan saja tetap berbuah
lebat bagi-Nya tetapi akan berakhir secara aman bersama dengan Bapa yang sama
sekali tak mengalami problem untuk menaklukan iblis. Iblis dan antek-anteknya
dibiarkan tetap bekerja, bukan karena Allah bermasalah terhadap Iblis, namun karena waktu panen-Nya belum tiba dan agar jangan sampai ada satupun dari
anak-anak Kerajaan yang ikut tercabut sementara
sedang berproduksi, jika panen dini dilaksanakan. Keberdaulatan Allah bekerja
tanpa perlu sterilisasi iblis dan tanpa perlu dikonsepkan dalam konsepsi corpus
delicti.
Penutup:
Bukan Menjadi Corpus Delicti, Tetapi Menjadi Senjata-Senjata
Kebenaran
Ketika
anda membaca: “Barangsiapa Mengasihi
Anaknya Laki-Laki Atau Perempuan Lebih Dari Pada-Ku, Ia Tidak Layak Bagi-Ku”,
ini memberikan bukti yang teramat kuat bahwa satu-satunya kehidupan yang harus
saya dan anda miliki adalah kehidupan
pemuridan seumur hidup di dunia ini, agar saya dan anda memiliki kasih yang
agung dan mulia terhadap Yesus. Kita tidak pernah dituntut untuk menjadi manusia-manusia corpus delicti agar Bapa
tertolong dalam pengadilan-Nya sendiri, tetapi ya… kita dituntut untuk
mengasihi Kristus lebih dari apapun dan siapapun di dunia ini. Karena
itulah hukum terutama tak pernah berubah menjadi kasihilah
Allah sehingga anda dan saya seharusnya mau menjadi corpus delicti yang
menjadikanmu pribadi-pribadi yang dapat turut membuktikan iblis bersalah,
membuat dirimu menjadi solusi atau jawaban mengapa hingga kini iblis masih
bebas berkeliaran mendatangkan problem kejahatan/dosa di dunia ini. Yesus
memang menuntut mencintai dirinya secara total, tetapi bukan agar saya dan anda
menjadi corpus delicti, tetapi agar saya dan anda layak bagi-Nya.
Ia
tetap berkuasa dan berdaulat penuh sebagai Tuhan tanpa problem yang membutuhkan
pertolongan manusia. Mitologi-mitologi
Yunani memang memiliki gagasan yang
dapat menyuntikan pemikiran bahwa Tuhan memiliki kelemahan. Dalam mitologi Yunani, memang .para
dewa memiliki kelamahan-kelemahannya, dan kerap para manusia demi god harus atau perlu membantunya.
Anda-anda nggak perlu menjadi bagaikan manusia demi-god dalam selubung menjadi manusia-manusia corpus
delicti bagi Bapa, yang berkuasa menolong kesulitan-Nya terhadap Iblis, yang
kalau diadili saat ini akan begitu lihainya berkelit melawan Bapa. Gagasan-gagasan corpus delicti bukan saja
omong kosong jika dipandang dari gagasan
legalnya kala diaplikasikan pada dunia Tuhan, tetapi juga omong kosong kala seorang manusia
menjadi semakin saleh, semakin suci, semakin mulia, lalu menjadikannya seorang
manusia berkuasa untuk menolong Bapa untuk melawan Iblis.
Itu
sebabnya dalam subyek-subyek pengajaran Yesus, Ia akan senantiasa mengajak saya
dan anda untuk mengasihinya, memikul salibmu dan salibku (bertahan dan berdiri kokoh dalam tantangan iman di dunia) dan
mengikut dirinya, tak pernah sekalipun ia menyinggung problem Allah berproblem dalam
penghakimannya terhadap Iblis. Begitu murninya Ia tak berproblem, maka Ia bisa berkata:
“Barangsiapa Mengasihi Anaknya Laki-Laki
Atau Perempuan Lebih Dari Pada-Ku, Ia Tidak Layak Bagi-Ku.” Bukan berkata: barangsiapa
tidak bersedia menjadi corpus delicti sebagaimana Aku mau karena Aku mengasihi
dan mentaati Bapa, Ia tidak layak bagi-Ku.”
Kita memang harus
hidup dalam kesalehan, dalam kebenaran, dalam kesucian…
itu adalah kehendak Kristus! Tetapi
sama sekali bukan agar saya dan anda bisa menjadi corpus delicti yang akan
membantu Bapa dalam pengadilan-Nya, menjadi bukti-bukti yang dapat digunakan Bapa untuk mengadili Iblis sehingga
bisa dibinasakan. Jadi untuk apa? Kita harus hidup dalam kesalehan, dalam
kebenaran, dalam kesucian agar kita menjadi…
Roma
6:12-13 Sebab itu hendaklah dosa jangan
berkuasa lagi di dalam tubuhmu yang fana, supaya kamu jangan lagi menuruti
keinginannya. Dan janganlah kamu menyerahkan anggota-anggota
tubuhmu kepada dosa untuk
dipakai sebagai senjata kelaliman, tetapi serahkanlah dirimu kepada Allah sebagai orang-orang, yang dahulu mati,
tetapi yang sekarang hidup. Dan serahkanlah anggota-anggota tubuhmu kepada
Allah untuk
menjadi senjata-senjata kebenaran.
Jadi
bertobatlah
dari gagasan corpus delicti semacam itu. Memang kelihatan begitu
rohani dan spiritualitas, tetapi begitu dalam menghujat karya salib Kristus
sebagai tak berkuasa untuk menghakimi dan menaklukan Iblis. Jika Karya salib Kristus saja telah dihujat, lalu
dimanakah lagi anda menemukan keselamatanmu?
Soli
Deo Gloria
Referensi:
No comments:
Post a Comment