Oleh: Martin Simamora
Allah
Berdaulat adalah Raja
Di
Atas Segala Raja
(Catatan Penting Iman Kristen Menyambut Tahun Politik Indonesia)
Tank Militer Turki yang saat itu diduga bagian dari kekuatan yang mengkudeta pemerintahan Turki-arabgt.com |
Hati Tuhan Terhadap Politik, Kehidupan Berbangsa & Bernegara
Apa
yang terlintas dalam benak ketika
membicarakan politik? Sebelum anda memikirkan apakah yang anda pikirkan,
perlu dipahami bahwa kita semua adalah
makhluk politik. Negara kita sebagaimana semua negara lainnya memiliki
konstitusi yang mengatur kehidupan berbangsa dan bernegara, sehingga pada natur
terdasarnya, semua warga suatu negara adalah individu-individu politis. Artinya
setiap warga memiliki relasi dengan negara dalam koridor
perundang-undangan dalam rupa hak dan
kewajiban. Apakah Tuhan peduli terhadap
politik, kehidupan berbangsa dan bernegara? Apakah Allah berdaulat dalam
konstelasi politik sebuah negara? Memahami hal ini, akan memberikan kita dasar
dan hati, mengapa kita sebagai orang-orang Kristen perlu dan wajib berdoa.
Sementara kita adalah individu-individu politis, setiap orang-orang Kristen
adalah invidu-individu yang hidup dalam pengenalan dan ketaatan kepada
pemerintahan Allah yang berdaulat melalui dan di dalam Kerajaan Yesus Sang
Kristus. Sebagai permulaan, mari kita membaca sejumlah ayat Alkitab berikut
ini:
Daniel
4:32-34 engkau akan dihalau dari antara manusia dan tempat tinggalmu akan ada
di antara binatang-binatang di padang; kepadamu akan diberikan makanan rumput
seperti kepada lembu; dan demikianlah akan berlaku atasmu sampai tujuh masa berlalu,
hingga engkau mengakui, bahwa Yang Mahatinggi berkuasa atas kerajaan manusia
dan memberikannya kepada siapa yang dikehendaki-Nya!" Pada saat itu juga
terlaksanalah perkataan itu atas Nebukadnezar, dan ia dihalau dari antara
manusia dan makan rumput seperti lembu, dan tubuhnya basah oleh embun dari
langit, sampai rambutnya menjadi panjang seperti bulu burung rajawali dan
kukunya seperti kuku burung. Tetapi setelah lewat waktu yang ditentukan, aku,
Nebukadnezar, menengadah ke langit, dan akal budiku kembali lagi kepadaku. Lalu
aku memuji Yang Mahatinggi dan membesarkan dan memuliakan Yang Hidup kekal itu,
karena kekuasaan-Nya ialah kekuasaan yang kekal dan kerajaan-Nya turun-temurun.
Yesaya
45:1Beginilah firman TUHAN: "Inilah firman-Ku kepada orang yang Kuurapi,
kepada Koresh yang tangan kanannya Kupegang supaya Aku menundukkan
bangsa-bangsa di depannya dan melucuti raja-raja, supaya Aku membuka
pintu-pintu di depannya dan supaya pintu-pintu gerbang tidak tinggal tertutup
Daniel
8:16-25 dan aku mendengar dari tengah sungai Ulai itu suara manusia yang
berseru: "Gabriel, buatlah orang ini memahami penglihatan itu!" Lalu
datanglah ia ke tempat aku berdiri, dan ketika ia datang, terkejutlah aku dan
jatuh tertelungkup, lalu ia berkata kepadaku: "Pahamilah, anak manusia,
bahwa penglihatan itu mengenai akhir masa!" Sementara ia berbicara dengan
aku, jatuh pingsanlah aku tertelungkup ke tanah; tetapi ia menyentuh aku dan
membuat aku berdiri kembali. Lalu berkatalah ia: "Kuberitahukan kepadamu
apa yang akan terjadi pada akhir murka ini, sebab hal itu mengenai akhir zaman.
Domba jantan yang kaulihat itu, dengan kedua tanduknya, ialah raja-raja orang
Media dan Persia. Dan kambing jantan yang berbulu kesat itu ialah raja negeri
Yunani, dan tanduk besar yang di antara kedua matanya itu ialah raja yang
pertama. Dan bahwa tanduk itu patah dan pada tempatnya itu muncul empat buah,
berarti: empat kerajaan akan muncul dari bangsa itu, tetapi tidak sekuat yang
terdahulu. Dan pada akhir kerajaan mereka, apabila orang-orang fasik telah
penuh kejahatannya, maka akan muncul seorang raja dengan muka yang garang dan
yang pandai menipu. Kekuatannya akan menjadi hebat, tetapi tidak sekuat yang
terdahulu, dan ia akan mendatangkan kebinasaan yang mengerikan, dan apa yang
dilakukannya akan berhasil; orang-orang berkuasa akan dibinasakannya, juga umat
orang kudus. Dan oleh karena akalnya, penipuan yang dilakukannya akan berhasil;
ia akan membesarkan dirinya dalam hatinya, dan dengan tak disangka-sangka
banyak orang akan dibinasakannya; juga ia akan bangkit melawan Raja segala
raja. Tetapi tanpa perbuatan tangan manusia, ia akan dihancurkan.
Yeremia
50:1-5 Firman yang disampaikan TUHAN dengan perantaraan nabi Yeremia mengenai
Babel, mengenai negeri orang-orang Kasdim: Beritahukanlah di antara
bangsa-bangsa dan kabarkanlah, naikkanlah panji-panji dan kabarkanlah,
janganlah sembunyikan, katakanlah: Babel telah direbut, dewa Bel menjadi malu,
Merodakh telah terkejut! Berhala-berhalanya menjadi malu, dewa-dewanya yang
keji telah terkejut! Maka suatu bangsa maju menyerangnya dari utara, membuat
negerinya menjadi tempat tandus; tidak ada lagi yang diam di dalamnya, baik
manusia maupun binatang, semuanya lari lenyap. Pada waktu itu dan pada masa
itu, demikianlah firman TUHAN, orang Israel akan datang, bersama-sama dengan
orang Yehuda; mereka akan berjalan sambil menangis dan mencari TUHAN, Allah
mereka; mereka menanyakan jalan ke Sion, ke sanalah mereka terarah: Marilah
kita menggabungkan diri kepada TUHAN, bergabung dalam suatu perjanjian kekal
yang tidak dapat dilupakan!
Allah
yang berdaulat itu bukan saja terlibat dalam konstelasi politik bangsa-bangsa
di dunia ini, tetapi Ia ada di dalamnya. Perjanjian Baru bahkan turut
memberikan petunjuk yang dramatis mengenai keterlibatan-Nya. Perhatikan ini:
Kisah
Para Rasul 12:20-23 Herodes sangat marah terhadap orang Tirus dan Sidon. Atas
persetujuan bersama mereka pergi menghadap dia. Mereka berhasil membujuk
Blastus, pegawai istana raja, ke pihak mereka, lalu mereka memohonkan
perdamaian, karena negeri mereka beroleh bahan makanan dari wilayah raja. Dan
pada suatu hari yang ditentukan, Herodes
mengenakan pakaian kerajaan, lalu duduk di atas takhta dan berpidato kepada
mereka. Dan rakyatnya bersorak membalasnya: "Ini suara allah dan bukan
suara manusia!" Dan seketika itu juga ia ditampar malaikat Tuhan karena ia tidak memberi hormat
kepada Allah; ia mati dimakan cacing-cacing.
Matius
2:13-15 Setelah orang-orang majus itu berangkat, nampaklah malaikat Tuhan
kepada Yusuf dalam mimpi dan berkata: "Bangunlah, ambillah Anak itu serta
ibu-Nya, larilah ke Mesir dan tinggallah di sana sampai Aku berfirman kepadamu,
karena Herodes akan mencari Anak itu untuk membunuh Dia." Maka Yusufpun
bangunlah, diambilnya Anak itu serta ibu-Nya malam itu juga, lalu menyingkir ke
Mesir, dan tinggal di sana hingga Herodes mati. Hal itu terjadi supaya genaplah
yang difirmankan Tuhan oleh nabi: "Dari Mesir Kupanggil Anak-Ku."
Kisah
Para Rasul 12:5-11 Demikianlah Petrus ditahan di dalam penjara. Tetapi jemaat
dengan tekun mendoakannya kepada Allah. Pada malam sebelum Herodes hendak
menghadapkannya kepada orang banyak, Petrus tidur di antara dua orang prajurit,
terbelenggu dengan dua rantai. Selain itu prajurit-prajurit pengawal sedang
berkawal di muka pintu. Tiba-tiba berdirilah seorang malaikat Tuhan dekat
Petrus dan cahaya bersinar dalam ruang itu. Malaikat itu menepuk Petrus untuk
membangunkannya, katanya: "Bangunlah segera!" Maka gugurlah rantai
itu dari tangan Petrus. Lalu kata malaikat itu kepadanya: "Ikatlah
pinggangmu dan kenakanlah sepatumu!" Iapun berbuat demikian. Lalu malaikat
itu berkata kepadanya: "Kenakanlah jubahmu dan ikutlah aku!" Lalu ia
mengikuti malaikat itu ke luar dan ia tidak tahu, bahwa apa yang dilakukan
malaikat itu sungguh-sungguh terjadi, sangkanya ia melihat suatu penglihatan. Setelah
mereka melalui tempat kawal pertama dan tempat kawal kedua, sampailah mereka ke
pintu gerbang besi yang menuju ke kota. Pintu itu terbuka dengan sendirinya
bagi mereka. Sesudah tiba di luar, mereka berjalan sampai ke ujung jalan, dan
tiba-tiba malaikat itu meninggalkan dia. Dan setelah sadar akan dirinya, Petrus
berkata: "Sekarang tahulah aku benar-benar bahwa Tuhan telah menyuruh
malaikat-Nya dan menyelamatkan aku dari tangan Herodes dan dari segala sesuatu
yang diharapkan orang Yahudi."
Teks-teks di atas saya maksudkan untuk menunjukan
kedaulatan Allah mengatasi kedaulatan manusia, bahkan pada raja yang teramat berkuasa. Dosa telah
mengakibatkan kedaulatan-kedaulatan manusia atau kebebasan-kebebasan manusia
menjadi problem paling mematikan bagi manusia terhadap ketaatan pada Allah.
Sejak kehendak bebas manusia terasosiasi dalam tautan maut, maka sejak itulah
konstelasi politik di dunia ini akan bergenre ketakadilan, konflik, ketegangan
sosial seperti konflik bernuansa sara atau negara mengontrol kebebasan publik
sebagai mekanisme mempertahankan kekuasaannya secara negatif, hingga perang.
Dalam semua hal itu, Tuhan tetap aktif dan memegang kendali sejarah. Ketiranian sebuah pemerintahan, bahkan tak
dapat mencegah Tuhan untuk tetap berdaulat penuh dan menjalankan segala
rancangannya sebagaimana yang dimauinya, bukan
seturut kehendak manusia.
Sehingga
memang sebuah negara dapat saja mengembangkan sebuah mekanisme untuk mengendalikan kehidupan
politik bangsa dan negaranya sebagai yang berdaulat atas setiap manusia yang
berada dalam wilayah pemerintahannya. Seperti pernah dikemukakan oleh Kanselir
Bismarck dihadapan Reichstag atau Parlemen Jerman: Politik bukanlah ilmu
pengetahuan…tetapi sebuah seni.”
Maksudnya, pelaksanaan kontrol dalam masyarakat melalui membuat dan penerapan
berkekuatan atas keputusan-keputusan pemerintahan. Artinya negara
memang sebuah entitas yang berdaulat penuh atas rakyatnya, tetapi jelas, dalam
hal itu tidak pernah menunjukan bahwa
dengan demikian Allah berada di luar dan tak berdaya.
Mari
kita melihat sebuah contoh yang lebih primitif
terhadap perihal ini sebagaimana yang ditunjukan Alkitab. Contoh yang lebih
primitif namun tak pernah ketinggalan zaman, karena konstelasi politik
sebagaimana yang akan kita saksikan dalam episode yang sajikan, terus mengalami
pengulangannya dalam berbagai sejarah di berbagai tempat di dunia ini.
Keluaran
1:7-10 Orang-orang Israel beranak cucu dan tak terbilang jumlahnya; mereka
bertambah banyak dan dengan dahsyat berlipat ganda, sehingga negeri itu
dipenuhi mereka. Kemudian bangkitlah
seorang raja baru memerintah tanah Mesir, yang tidak mengenal Yusuf. Berkatalah raja itu kepada rakyatnya:
"Bangsa Israel itu sangat banyak dan lebih besar jumlahnya dari pada kita.
Marilah kita bertindak dengan bijaksana
terhadap mereka, supaya mereka jangan bertambah banyak lagi dan--jika terjadi
peperangan--jangan bersekutu nanti dengan musuh kita dan memerangi kita, lalu
pergi dari negeri ini."
Pada
kasus ini, di negeri Mesir kuno, baru saja terjadi pergantian kepemimpinan
nasional. Seorang raja baru telah
dipilih oleh rakyatnya. Mesir adalah
negeri yang teramat besar dan adalah adidaya. Anda bisa bayangkan ke-adidaya-aannya, mirip dengan USSR dahulu
atau AS era perang dingin, hanya saja USSR dan AS tidak memiliki penaklukan
bangsa lain dan memperlakukannya sebagai budak-budak. Jadi di Mesir Kuno saat
itu ada satu bangsa yang menjadi budak di negeri itu, namun semakin banyak
bahkan memiliki dampak signifikan secara nasional. Karena itulah, walau sang
raja dihinggapi ketakutan yang tak beralasan dan walau memiliki angkatan
bersenjata yang kuat, tak bisa serta merta membinasakannya. Karena itulah
kebijakan raja adalah ini: Marilah kita bertindak dengan bijaksana
terhadap mereka, supaya mereka jangan bertambah banyak lagi dan--jika terjadi
peperangan--jangan bersekutu nanti dengan musuh kita dan memerangi kita, lalu
pergi dari negeri ini."
Walau
demikian, persepsi raja baru ini telah membuat bangsa Israel sebagai musuh
besar dan diduga akan bersekutu dengan para lawan dalam sebuah penghianatan
atau bahkan penggulingan pemerintahan yang sah dengan dukungan internasional.
Mengapa saya mengambil episode ini, karena sebetulnya persepsi keamanan dalam
negeri dengan mencurigai salah satu elemen anak bangsa sebagai kurang patriotik
dan tidak nasionalistik adalah salah satu problem klasik bagi kehidupan
berbangsa dan bernegara. Faktanya, bangsa ini memiliki sebuah catatan sejarah
yang heroik dan mahapenting bagi kelangsungan
kerajaan Mesir kuno tersebut. Kita akan melihatnya nanti.
Bangsa
ini memiliki sejarah yang besar dan panjang terhadap negeri Mesir. Catatan
sejarah generasi bangsa ini jelas. Bangsa ini bukan bangsa yang tak terhormat
di negeri Mesir. Keturunannya begitu jelas, bisa dilacak:
Keluaran
1:1-6 Inilah nama para anak Israel yang datang ke Mesir bersama-sama dengan
Yakub; mereka datang dengan keluarganya masing-masing: Ruben, Simeon, Lewi dan
Yehuda; Isakhar, Zebulon dan Benyamin; Dan serta Naftali, Gad dan Asyer. Seluruh
keturunan yang diperoleh Yakub berjumlah tujuh puluh jiwa. Tetapi Yusuf
telah ada di Mesir. Kemudian matilah Yusuf, serta semua saudara-saudaranya dan
semua orang yang seangkatan dengan dia.
Kita
bahkan melihat ada satu nama yang begitu penting dan memiliki dampak nasional
bagi bangsa Israel terhadap negeri Mesir. Betapa pentingnya Yusuf yang telah
meninggal itu, bisa kita lihat dalam
ekspresi semacam ini: “Yusuf telah
ada di Mesir. Kemudian matilah Yusuf, serta semua saudara-saudaranya dan semua
orang yang seangkatan dengan dia.”
Yusuf berperan penting untuk membawa cikal-bakal bangsa Israel masuk ke negeri
Israel, sebagai yang begitu terhormat, namun jelas Yusuf lamban laun tidak lagi
menjadi penjamin keselamatan bangsa ini. Masa kebesarannya telah surut dan
pengaruh politisnya yang memberikan jaminan keamanan atas Israel, telah
selesai. Bagaimana Yusuf menjadi begitu terhormat akan menjelaskan mengapa
pengaruhnya atas keamanan Israel tidak abadi, dan mengapa Israel sebetulnya
tidak layak dipersepsi oleh raja baru dalam bingkai konstelasi politik
internasional untuk menggulingkan negeri Mesir yang besar itu. Mari kita
melihat episode monumental ini:
▀Kejadian
41:1-45 Setelah lewat dua tahun lamanya, bermimpilah Firaun, bahwa ia berdiri
di tepi sungai Nil. Tampaklah dari sungai Nil itu keluar tujuh ekor lembu yang
indah bangunnya dan gemuk badannya; lalu memakan rumput yang di tepi sungai
itu. Kemudian tampaklah juga tujuh ekor lembu yang lain, yang keluar dari dalam
sungai Nil itu, buruk bangunnya dan kurus badannya, lalu berdiri di samping
lembu-lembu yang tadi, di tepi sungai itu. Lembu-lembu yang buruk bangunnya dan
kurus badannya itu memakan ketujuh ekor lembu yang indah bangunnya dan gemuk
itu. Lalu terjagalah Firaun. Setelah itu tertidur pulalah ia dan bermimpi kedua
kalinya: Tampak timbul dari satu tangkai tujuh bulir gandum yang bernas dan
baik. Tetapi kemudian tampaklah juga tumbuh tujuh bulir gandum yang kurus dan
layu oleh angin timur. Bulir yang kurus itu menelan ketujuh bulir yang bernas
dan berisi tadi. Lalu terjagalah Firaun. Agaknya ia bermimpi! Pada waktu pagi
gelisahlah hatinya, lalu disuruhnyalah memanggil semua ahli dan semua orang berilmu
di Mesir. Firaun menceritakan mimpinya kepada mereka, tetapi seorangpun tidak
ada yang dapat mengartikannya kepadanya. Lalu berkatalah kepala juru minuman
kepada Firaun: "Hari ini aku merasa perlu menyebutkan kesalahanku yang
dahulu. Waktu itu tuanku Firaun murka kepada pegawai-pegawainya, dan menahan
aku dalam rumah pengawal istana, beserta dengan kepala juru roti. Pada satu
malam juga kami bermimpi, aku dan kepala juru roti itu; masing-masing mempunyai
mimpi dengan artinya sendiri. Bersama-sama dengan kami ada di sana seorang muda
Ibrani, hamba kepala pengawal istana itu; kami menceritakan mimpi kami
kepadanya, lalu diartikannya kepada kami mimpi kami masing-masing. Dan seperti
yang diartikannya itu kepada kami, demikianlah pula terjadi: aku dikembalikan
ke dalam pangkatku, dan kepala juru roti itu digantung." Berkatalah Firaun
kepada Yusuf: "Aku telah bermimpi, dan seorangpun tidak ada yang dapat
mengartikannya, tetapi telah kudengar tentang engkau: hanya dengan mendengar
mimpi saja engkau dapat mengartikannya." Yusuf menyahut Firaun:
"Bukan sekali-kali aku, melainkan Allah juga yang akan memberitakan
kesejahteraan kepada tuanku Firaun." Lalu berkatalah Firaun kepada Yusuf:
"Dalam mimpiku itu, aku berdiri di tepi sungai Nil; Tetapi kemudian
tampaklah juga keluar tujuh ekor lembu yang lain, kulit pemalut tulang, sangat
buruk bangunnya dan kurus badannya; tidak pernah kulihat yang seburuk itu di
seluruh tanah Mesir. Lembu yang kurus dan buruk itu memakan ketujuh ekor lembu
gemuk yang mula-mula. Lembu-lembu ini masuk ke dalam perutnya, tetapi walaupun
telah masuk ke dalam perutnya, tidaklah kelihatan sedikitpun tandanya:
bangunnya tetap sama buruknya seperti semula. Lalu terjagalah aku. Selanjutnya
dalam mimpiku itu kulihat timbul dari satu tangkai tujuh bulir gandum yang
berisi dan baik. Tetapi kemudian tampaklah juga tumbuh tujuh bulir yang kering,
kurus dan layu oleh angin timur. Bulir yang kurus itu memakan ketujuh bulir
yang baik tadi. Telah kuceritakan hal ini kepada semua ahli, tetapi seorangpun
tidak ada yang dapat menerangkannya kepadaku." Lalu kata Yusuf kepada
Firaun: "Kedua mimpi tuanku Firaun itu sama. Allah telah memberitahukan
kepada tuanku Firaun apa yang hendak
dilakukan-Nya. Ketujuh ekor lembu yang baik itu ialah tujuh tahun, dan
ketujuh bulir gandum yang baik itu ialah tujuh tahun juga; kedua mimpi itu
sama. Ketujuh ekor lembu yang kurus dan buruk, yang keluar kemudian, maksudnya
tujuh tahun, demikian pula ketujuh bulir gandum yang hampa dan layu oleh angin
timur itu; maksudnya akan ada tujuh tahun kelaparan. Inilah maksud perkataanku,
ketika aku berkata kepada tuanku Firaun: Allah telah memperlihatkan kepada
tuanku Firaun apa yang hendak dilakukan-Nya. Ketahuilah tuanku, akan datang
tujuh tahun kelimpahan di seluruh tanah Mesir. Kemudian akan timbul tujuh tahun
kelaparan; maka akan dilupakan segala kelimpahan itu di tanah Mesir, karena
kelaparan itu menguruskeringkan negeri ini. Sesudah itu akan tidak kelihatan
lagi bekas-bekas kelimpahan di negeri ini karena kelaparan itu, sebab sangat
hebatnya kelaparan itu. Sampai dua kali
mimpi itu diulangi bagi tuanku Firaun berarti:
hal itu telah ditetapkan oleh Allah dan Allah akan segera melakukannya.
Oleh sebab itu, baiklah tuanku Firaun mencari seorang yang berakal budi dan
bijaksana, dan mengangkatnya menjadi kuasa atas tanah Mesir. Baiklah juga
tuanku Firaun berbuat begini, yakni menempatkan penilik-penilik atas negeri ini
dan dalam ketujuh tahun kelimpahan itu memungut seperlima dari hasil tanah
Mesir. Mereka harus mengumpulkan segala bahan makanan dalam tahun-tahun baik
yang akan datang ini dan, di bawah kuasa tuanku Firaun, menimbun gandum di
kota-kota sebagai bahan makanan, serta menyimpannya. Demikianlah segala bahan
makanan itu menjadi persediaan untuk negeri ini dalam ketujuh tahun kelaparan yang
akan terjadi di tanah Mesir, supaya
negeri ini jangan binasa karena
kelaparan itu." Usul itu dipandang baik oleh Firaun dan oleh semua
pegawainya. Lalu berkatalah Firaun kepada para pegawainya: "Mungkinkah
kita mendapat orang seperti ini, seorang yang penuh dengan Roh Allah?" Kata
Firaun kepada Yusuf: "Oleh karena Allah telah memberitahukan semuanya ini
kepadamu, tidaklah ada orang yang demikian berakal budi dan bijaksana seperti
engkau. Engkaulah menjadi kuasa atas istanaku, dan kepada perintahmu seluruh
rakyatku akan taat; hanya takhta inilah kelebihanku dari padamu." Selanjutnya
Firaun berkata kepada Yusuf: "Dengan ini aku melantik engkau menjadi kuasa
atas seluruh tanah Mesir." Sesudah itu Firaun menanggalkan cincin
meterainya dari jarinya dan mengenakannya pada jari Yusuf; dipakaikannyalah
kepada Yusuf pakaian dari pada kain halus dan digantungkannya kalung emas pada
lehernya. Lalu Firaun menyuruh menaikkan Yusuf dalam keretanya yang kedua, dan
berserulah orang di hadapan Yusuf: "Hormat!" Demikianlah Yusuf
dilantik oleh Firaun menjadi kuasa atas seluruh tanah Mesir. Berkatalah Firaun
kepada Yusuf: "Akulah Firaun, tetapi dengan tidak setahumu, seorangpun
tidak boleh bergerak di seluruh tanah Mesir." Lalu Firaun menamai Yusuf: Zafnat-Paaneah, serta memberikan Asnat,
anak Potifera, imam di On, kepadanya menjadi isterinya. Demikianlah Yusuf
muncul sebagai kuasa atas seluruh tanah Mesir.
Mengetahui
ini, maka jelas bagi kita bahwa bangsa
Israel memiliki peran historis bagi Mesir. Ia adalah Politisi yang begitu besar
bagi Israel dan Mesir, tetapi Yusuf tak pernah benar-benar menjadi politisi
yang memainkan peran strategis bagi keselamatan Israel. Sebaliknya, kini Israel
dalam bayang-bayang maut. Dari konstelasi politik yang menguntungkan Israel,
kini mereka masuk ke dalam konstelasi politik yang begitu kelam. Masa tenang
dan damai itu usai.
Allah Berdaulat adalah Raja Di Atas Segala Raja?
Jadi
bagaimana? Apakah Allah masih tetap
berdaulat sementara faktanya: diskriminasi dan intimidasi berdasarkan persepsi politis raja yang baru,
malahan sedang melanda:
Keluaran
1:11 Sebab itu pengawas-pengawas rodi ditempatkan atas mereka untuk menindas
mereka dengan kerja paksa: mereka harus mendirikan bagi Firaun kota-kota
perbekalan, yakni Pitom dan Raamses.
Kitab
Keluaran memberikan catatan yang begitu
unik, sementara nama Yusuf tak lagi menggentarkan rejim baru karena ingatan
atau memori yang bagaimanapun tentang Yusuf yang begitu berkuasa dahulu telah
lenyap sama sekali bagi raja baru, faktanya Allah sendiri melakukan sesuatu
sebagai tanda perdana kehadiran-Nya di negeri Mesir itu:
Keluaran
1:12 Tetapi makin ditindas, makin bertambah banyak dan berkembang mereka, sehingga
orang merasa takut kepada orang Israel itu.
Ini
bahkan menciptakan bentuk perlawanan raja baru yang lebih keji lagi dan
menjadikan dirinya sebagai tirani
pembunuh berdarah dingin:
Keluaran
1:15-16 Raja Mesir juga memerintahkan kepada bidan-bidan yang menolong
perempuan Ibrani, seorang bernama Sifra dan yang lain bernama Pua, katanya: Apabila
kamu menolong perempuan Ibrani pada waktu bersalin, kamu harus memperhatikan
waktu anak itu lahir: jika anak laki-laki, kamu harus membunuhnya, tetapi jika
anak perempuan, bolehlah ia hidup.
Dalam
hal ini, Allah terus melanjutkan kehadirannya dalam sejarah manusia, tak pernah
sedikitpun Allah kehilangan kendali atas sejarah sekalipun kelam dan sekalipun
terhadap raja paling berkuasa dan paling perkasa angkatan bersenjatanya.
Mengapa? Sebab hanya Allah yang sanggup menentukan langkah-langkah hidup dan
perjalanan manusia. Perhatikan episode paling krusial ini bagi eksistensi
Israel di muka bumi ini:
Keluaran
1:17 Tetapi bidan-bidan itu takut akan Allah dan tidak melakukan
seperti yang dikatakan raja Mesir kepada mereka, dan membiarkan bayi-bayi itu
hidup.
Takut
akan Allah di sini, mengindikasikan pada era tesebut setidak-tidaknya bagi
para bidan tersebut, bangsa
Israel saat itu sedikit-dikitnya mampu menjadi sarana bagi bangsa lain untuk
bisa mengenal Allah Israel, tidak sebagaimana raja baru tersebut.
Bukan
saja bidan-bidan itu memiliki takut (bukan ketakutan)
akan Allah, tetapi juga berani untuk berkata yang sesungguhnya mengenai bangsa
ini, uniknya lagi, melalui wanitanya. Di sini kita melihat betapa wanita Ibrani
sendiri telah dikenali begitu berbeda pada pandangan wanita lainnya. Coba
perhatikan ini:
Keluaran
1:18-19 Lalu raja Mesir memanggil bidan-bidan itu dan bertanya kepada mereka:
"Mengapakah kamu berbuat demikian membiarkan hidup bayi-bayi itu?" Jawab
bidan-bidan itu kepada Firaun: "Sebab
perempuan Ibrani tidak sama dengan
perempuan Mesir; melainkan mereka kuat: sebelum bidan
datang, mereka telah bersalin."
Ini
hal yang sederhana dalam pandangan kita semua, tapi menjadi istimewa. Dalam bayang-bayang maut, mereka menjadi kuat. Bagaimana kalau ini pada kita, apakah kita
tetap kuat walau dalam bayang-bayang maut? Jelas para perempuan Ibrani telah
menjadi salah satu komponen penting bagi para bidan Mesir untuk memberikan penghormatan bagi Allahnya Israel!
Bagaimana dengan para perempuan Kristen kini, tentu dalam konteks yang berbeda?
Bagaimana juga dengan para pria atau suami Kristen, apakah yang telah anda
bangun dalam hidupmu sehingga pada momen-momen yang krusial, anda menjadi bisa
berbeda daripada yang lainnya. Kiranya kita semua dapat membangun diri menjadi
wanita dan pria Kristen yang memiliki pengenalan akan Tuhan sehingga memperoleh
kebijakan untuk membentuk diri dalam Tuhan sementara masih harus hidup dan
menyatakan buah-buah hidup yang memberkati sesama.
Allah
hadir di Mesir dalam cara yang begitu tenang dan tak terlihat pada permulaannya,
tetapi para bidan Mesir tersebut, jelas adalah perempuan-perempuan Mesir yang
mengenal Allah Israel adalah perkasa dan berdaulat itu dalam kehidupan
sehari-hari mereka. Perhatikan hal ini:
Keluaran
1:20-21 Maka Allah berbuat baik kepada bidan-bidan itu… Dan
karena bidan-bidan itu takut akan Allah, maka Ia membuat mereka berumah tangga.
Bisakah
anda melihat keterlibatan Allah di sini via individu-individu bangsa lain dan
tak mengenal Tuhan keselamatan kita?
Atau via media-media yang tak disangka-sangka dan kerap sangat normal bahkan
tidak ilahi dan tidak spektakuler, namun itu semua dipakai Allah untuk kebaikan
saya dan anda? Jika belum, maka setidak-tidaknya anda bisa melihatnya pada
peristiwa Mesir ini.
Karena
ini bukan sebuah kealamian atau peristiwa acak walau melalui media atau
mekanisme yang tak spektakuler, maka memang sukar untuk mengatakan Allah ada di
sana secara otentik. Maka bisa dipahami juga secara manusiawi, respon Firaun makin bengis dan menjadikannya tiran
yang paling terobsesi untuk melenyapkan bayi dan kanak-kanak Israel. Perhatikan
episode berdarah ini:
Keluaran
1:22 Lalu Firaun memberi perintah kepada seluruh rakyatnya: "Lemparkanlah segala anak laki-laki yang
lahir bagi orang Ibrani ke dalam sungai Nil; tetapi segala anak perempuan
biarkanlah hidup."
Berapa
lamakah hal ini harus terjadi, apakah Allah tak bisa bertindak jauh lebih tegas
dan lebih cepat lagi? Apakah Allah memiliki problem kedaulatan di dunia yang
jahat, atau lebih buruk lagi Allah belum juga menemukan bukti-bukti kejahatan
yang lebih kokoh sehingga dapat segera menghakimi penguasa dunia yang jahat
tersebut.
Dunia
manusia akan gagal menemukan jawaban yang jitu, jika tidak tidak mengakui
rancangan Allah yang jauh lebih mulia, dalam dunia yang jahat ini. Mengapa
demikian? Karena pada perjalanan
berikutnya, tindakan Allah ternyata tidak hanya berfokus pada masa kini pada
era itu, tetapi masa depan. Bahkan bukan hanya masa depan, tetapi maksud dan
rencana Allah di dalam kekekalan-Nya sementara sejarah dunia terus berdinamika
dahsyat dan penuh pemberontakan yang begitu keji. Mari kita melihatnya pada
episode ini:
▀Keluaran
2:1-6 Seorang laki-laki dari keluarga Lewi kawin dengan seorang perempuan Lewi;
lalu mengandunglah ia dan melahirkan seorang anak laki-laki. Ketika dilihatnya,
bahwa anak itu cantik, disembunyikannya tiga bulan lamanya. Tetapi ia tidak
dapat menyembunyikannya lebih lama lagi, sebab itu diambilnya sebuah peti
pandan, dipakalnya dengan gala-gala dan ter, diletakkannya bayi itu di dalamnya
dan ditaruhnya peti itu di tengah-tengah teberau di tepi sungai Nil; kakaknya
perempuan berdiri di tempat yang agak jauh untuk melihat, apakah yang akan
terjadi dengan dia. Maka datanglah puteri Firaun untuk mandi di sungai Nil,
sedang dayang-dayangnya berjalan-jalan di tepi sungai Nil, lalu terlihatlah
olehnya peti yang di tengah-tengah teberau itu, maka disuruhnya hambanya
perempuan untuk mengambilnya. Ketika dibukanya, dilihatnya bayi itu, dan
tampaklah anak itu menangis, sehingga belas kasihanlah ia kepadanya dan
berkata: "Tentulah ini bayi
orang Ibrani."
Musa, Bayi Ibrani yang Lebih Berkuasa Daripada Yusuf
Bagaimana
mungkin Firaun menyelamatkan seorang yang kelak akan menekuk dan membinasakan
kekuatan militernya? Bagi saya ini adalah catatan mahapenting yang menunjukan
bahwa Musa adalah bayi Ibrani yang lebih berkuasa daripada Yusuf:
Keluaran
2:10 Ketika anak itu telah besar, dibawanyalah
kepada puteri Firaun, yang mengangkatnya
menjadi anaknya, dan menamainya
Musa, sebab katanya: "Karena aku telah menariknya dari air."
Pada
akhirnya, Musa harus berhadapan dengan Firaun yang berkuasa dalam sebuah
momentum yang akan mengubah kehidupannya yang permai di Istana untuk
menjadi buruan raja yang menghendaki
nyawanya:
Keluaran
2:15 Ketika Firaun mendengar tentang perkara itu, dicarinya ikhtiar
untuk membunuh Musa. Tetapi Musa melarikan diri dari hadapan Firaun dan
tiba di tanah Midian, lalu ia duduk-duduk di tepi sebuah sumur.
Musa
jelas seorang yang temperamental selain tak bisa berdiam diri atas
ketidakadilan. Ia tak segan-segan untuk melakukan pembelaan secara berdarah.
Tangannya tidak bersih dari darah. Ia sungguh berbeda dari bapa bangsanya
Yusuf. Ia mahir untuk membela yang lemah bahkan jika perlu melakukan pembelaan
berdarah:
Keluaran
2:11-12 Pada waktu itu, ketika Musa telah dewasa, ia keluar mendapatkan
saudara-saudaranya untuk melihat kerja paksa mereka; lalu dilihatnyalah seorang
Mesir memukul seorang Ibrani, seorang dari saudara-saudaranya itu. Ia menoleh ke sana sini dan ketika
dilihatnya tidak ada orang, dibunuhnya orang Mesir itu, dan disembunyikannya
mayatnya dalam pasir.
Musa
yang kini adalah pembunuh dalam pandangan Firaun, akhirnya harus melarikan
diri. Ia melarikan diri sejauh yang mungkin untuk dicapainya.
Apakah
yang dapat diharapkan dari seorang pembunuh yang melarikan diri demi
keselamatan dirinya? Firaun yang memburunya telah
wafat, tetapi penindasan sebagai warisan rejim diskriminatif terus berlangsung.
Allah memandang bahwa Ia perlu
turun untuk mengunjungi Musa. Untuk
apakah? Untuk menghakimi pembunuhan demi melawan ketakadilan? Jawabnya ada pada
episode ini:
Keluaran
2:23-25 Lama sesudah itu matilah raja Mesir. Tetapi orang Israel masih mengeluh
karena perbudakan, dan mereka berseru-seru, sehingga teriak mereka minta tolong
karena perbudakan itu sampai kepada Allah. Allah mendengar mereka mengerang,
lalu Ia mengingat kepada
perjanjian-Nya dengan Abraham, Ishak dan Yakub. Maka Allah melihat
orang Israel itu, dan Allah memperhatikan mereka.
Allah
tidak datang dalam rangka mengingat Musa
melakukan pembunuhan dan karena itu perlu menghakiminya. Tetapi pada
perjanjian-Nya dengan Abraham, Ishak dan Yakub. Dan kali ini, Allah melakukan
hal yang sangat istimewa di tengah kancah Israel masih mengeluh karena
perbudakan. Kali ini Allah tidak bertindak melalui media-media alami tadi,
tetapi Ia langsung datang untuk mengadakan penyelamatan. Perhatikan ini:
▀Keluaran
3:1-6 Adapun Musa, ia biasa menggembalakan kambing domba Yitro, mertuanya, imam
di Midian. Sekali, ketika ia menggiring kambing domba itu ke seberang padang
gurun, sampailah ia ke gunung Allah, yakni gunung Horeb. Lalu Malaikat TUHAN
menampakkan diri kepadanya di dalam nyala api yang keluar dari semak duri. Lalu
ia melihat, dan tampaklah: semak duri itu menyala, tetapi tidak dimakan api. Musa
berkata: "Baiklah aku menyimpang ke sana untuk memeriksa penglihatan yang
hebat itu. Mengapakah tidak terbakar semak duri itu?" Ketika dilihat
TUHAN, bahwa Musa menyimpang untuk memeriksanya, berserulah Allah dari
tengah-tengah semak duri itu kepadanya: "Musa,
Musa!" dan ia menjawab: "Ya, Allah." Lalu Ia berfirman: "Janganlah datang dekat-dekat:
tanggalkanlah kasutmu dari kakimu, sebab tempat, di mana engkau berdiri itu,
adalah tanah yang kudus." Lagi Ia berfirman: "Akulah Allah ayahmu, Allah Abraham, Allah Ishak dan Allah
Yakub." Lalu Musa menutupi mukanya, sebab ia takut memandang Allah.
Allah
mengenal Musa sebab Ialah yang pertama-tama menyelamatkan Musa dari pembunuhan, melalui para bidan Mesir yang
kemudian telah diberkati-Nya. Bukan saja Allah mengenal Musa dengan memanggil
namanya, tetapi Ia juga memperkenalkan siapakah dirinya, bahwa Ia adalah Allah
pencipta langit dan bumi yang telah menjumpai Abraham, Ishak dan Yakub dalam
sebuah perjanjian yang kekal.
Musa
yang temperamental dan berani untuk berkelahi hingga jika perlu membunuh demi menyelamatkan
nyawa sesamanya itu, kini berhadapan dengan
Ia yang jauh lebih harus ditakutinya ketimbang Firaun. Ia bahkan tak
menduga jika Ia harus menjadi bagian tindakan Allah menyelamatkan Israel dari maut yang telah membelenggu bangsa itu :
▀Keluaran
3:7-12 Dan TUHAN berfirman: "Aku telah memperhatikan dengan sungguh
kesengsaraan umat-Ku di tanah Mesir, dan Aku telah mendengar seruan mereka yang
disebabkan oleh pengerah-pengerah mereka, ya, Aku mengetahui penderitaan
mereka. Sebab itu Aku telah turun untuk melepaskan mereka dari tangan orang
Mesir dan menuntun mereka keluar dari negeri itu ke suatu negeri yang baik dan
luas, suatu negeri yang berlimpah-limpah susu dan madunya, ke tempat orang
Kanaan, orang Het, orang Amori, orang Feris, orang Hewi dan orang Yebus. Sekarang
seruan orang Israel telah sampai kepada-Ku; juga telah Kulihat, betapa kerasnya orang Mesir menindas mereka. Jadi
sekarang, pergilah, Aku mengutus engkau kepada Firaun untuk
membawa umat-Ku, orang Israel, keluar dari Mesir." Tetapi Musa berkata
kepada Allah: "Siapakah aku ini, maka aku yang akan menghadap Firaun dan
membawa orang Israel keluar dari Mesir?" Lalu firman-Nya: "Bukankah
Aku akan menyertai engkau? Inilah tanda bagimu, bahwa Aku yang mengutus engkau:
apabila
engkau telah membawa bangsa itu keluar dari Mesir, maka kamu akan beribadah
kepada Allah di gunung ini."
Ini
adalah percakapan yang luar biasa antara Allah dan Musa. Ini adalah
membicarakan masa depan dan rencana sebagai sebuah kepastian sementara Musa
masih dalam keraguan kronis. Ia boleh saja jago berkelahi, tetapi ketika
berhadapan dengan Allah, ia memiliki problem untuk memiliki nyali
mempercayai-Nya. Sehingga Allah perlu memberikan kepastian atas peristiwa yang
belum terjadi dalam sejarah namun telah menjadi kepastian dalam kekekalan untuk
menjadi sejarah: Inilah tanda bagimu, bahwa Aku yang mengutus engkau: apabila engkau
telah membawa bangsa itu keluar dari Mesir, maka kamu akan beribadah kepada
Allah di gunung ini."
Saudara-saudaraku,
dari seorang yang menjadi buruan Firaun, kini ia harus menghadap Firaun baru
sebagai seorang yang mewakili dan membawa kedahsyatan Yang Mahakuasa. Kita
harus ingat bahwa Allah telah menyatakan eksistensi dirinya dalam sebuah cara
yang menunjukan keakbarannya tak dapat diselami oleh manusia selain jika Ia
sendiri menyatakannya.
Untuk
Musa, Allah dalam catatan saya, sedikit-dikitnya menunjukan 2 hal mengenai
diri-Nya kepada Musa di sepanjang sejarah hidup Musa bersama
Allah sejak upaya pembebasan dari Mesir hingga perjalanan di gurun:
●Pertama:
Allah menunjukan namanya sebagai cara untuk menunjukan hanya dia dan tidak ada
yang lain yang boleh didengar dan ditaatinya sebagai Allah: “Firman Allah
kepada Musa: "AKU ADALAH AKU." Lagi firman-Nya: "Beginilah
kaukatakan kepada orang Israel itu: AKULAH AKU telah mengutus aku
kepadamu." Selanjutnya berfirmanlah Allah kepada Musa: "Beginilah
kaukatakan kepada orang Israel: TUHAN, Allah nenek moyangmu, Allah Abraham,
Allah Ishak dan Allah Yakub, telah mengutus aku kepadamu: itulah nama-Ku untuk
selama-lamanya dan itulah sebutan-Ku turun-temurun.” (Keluaran 3:14-15)
●Kedua:
Allah menunjukan kemuliaannya secara terbatas demi nyawa Musa sementara Ia
datang berkunjung ke dunia ini:
Keluaran
33:17-23 Berfirmanlah TUHAN kepada Musa: "Juga hal yang telah kaukatakan
ini akan Kulakukan, karena engkau telah mendapat kasih karunia di hadapan-Ku
dan Aku mengenal engkau." Tetapi jawabnya: "Perlihatkanlah kiranya
kemuliaan-Mu kepadaku." Tetapi firman-Nya: "Aku akan melewatkan
segenap kegemilangan-Ku dari depanmu dan menyerukan nama TUHAN di depanmu: Aku
akan memberi kasih karunia kepada siapa yang Kuberi kasih karunia dan
mengasihani siapa yang Kukasihani." Lagi firman-Nya: "Engkau tidak tahan memandang wajah-Ku, sebab tidak ada orang yang
memandang Aku dapat hidup." Berfirmanlah TUHAN: "Ada suatu tempat
dekat-Ku, di mana engkau dapat berdiri di atas gunung batu; apabila
kemuliaan-Ku lewat, maka Aku akan menempatkan engkau dalam lekuk gunung itu dan
Aku akan menudungi engkau dengan tangan-Ku, sampai Aku berjalan lewat. Kemudian
Aku akan menarik tangan-Ku dan engkau akan melihat belakang-Ku, tetapi wajah-Ku
tidak akan kelihatan."
Musa
adalah manusia dalam kasih karunia Allah boleh mengenal-Nya. Ia adalah
seorang yang terhitung sebagai pembunuh dalam hukum negara lain yang begitu
tiran dan begitu bengis. Musa adalah manusia yang berani sekali untuk
mengajukan permintaan yang dapat membinasakan dirinya sendiri, yaitu untuk
melihat kemuliaan Allah. Lebih dari sekedar kasih karunia untuk bisa
melihat-Nya…juga lebih dari sekedar:
diri yang kudus, mengenal dan dikenal Tuhan! Untuk dapat melihat diri-Nya Allah
harus membuat kemuliaannya tidak dapat dilihat sepenuhnya oleh Musa, dan Allah
sendiri dengan tangannya harus membuat diri-Nya tidak terlihat dalam
kemuliaan-Nya yang penuh, agar Musa tidak binasa!
Allah
datang kepada Musa dalam kemuliaan yang harus diselubunginya agar Ia tak
terlihat oleh Musa dalam keadaan mahamulia demi keselamatan Musa sendiri:” Engkau tidak tahan memandang wajah-Ku,
sebab tidak ada orang yang memandang Aku dapat hidup." Berfirmanlah TUHAN:
"Ada suatu tempat dekat-Ku, di mana engkau dapat berdiri di atas gunung
batu; apabila kemuliaan-Ku lewat, maka Aku akan menempatkan engkau dalam lekuk
gunung itu dan Aku akan menudungi engkau dengan tangan-Ku, sampai Aku berjalan
lewat. Kemudian Aku akan menarik tangan-Ku dan engkau akan melihat belakang-Ku,
tetapi wajah-Ku tidak akan kelihatan.”
Sekarang
mari kita kembali pada poin utamanya:
Musa diutus Allah untuk menghadap penguasa sebuah negeri yang memiliki kuasa
politik dan militer yang sangat perkasa di muka Bumi. Maka inilah yang episode
yang terjadi:
Keluaran
5:1-2 Kemudian Musa dan Harun pergi menghadap Firaun, lalu berkata kepadanya:
"Beginilah firman TUHAN, Allah Israel: Biarkanlah umat-Ku pergi untuk
mengadakan perayaan bagi-Ku di padang gurun." Tetapi Firaun berkata:
"Siapakah TUHAN itu yang harus kudengarkan firman-Nya
untuk membiarkan orang Israel pergi? Tidak kenal aku TUHAN itu dan tidak juga
aku akan membiarkan orang Israel pergi."
Ia Berdaulat Atas Segala Bangsa dan Negeri dalam Dunia yang
Jahat: Allah Mengeraskan Hatinya!
“Siapakah TUHAN itu yang harus kudengarkan
firman-Nya.” Ini adalah statement yang
sangat normal bahkan hingga kini. Tuhannya bukan Tuhanku, firmannya bukan
firman yang harus kutaati karena ia bukan Tuhan yang kuimani dan bukan Tuhan
yang kutaati. Dan itulah jawaban Firaun kepada Musa: Tidak kenal aku TUHAN itu.
Problem
bagi Firaun adalah, Allahnya orang Ibrani itu sekalipun memang lebih dikenal
sebagai Tuhannya khas orang Ibrani, IA sendiri bukan ciptaan dan rekayasa
sebuah bangsa. Ia bukan Tuhan hasil kontemplasi dan hasil spiritualitas sebuah
aliran di muka bumi. Ia adalah Allah yang datang ke dunia melawat manusia!
Karena
demikian pemandangan Firaun, memandang rendah Tuhannya orang Ibrani itu sebagai
hanya Tuhan budaya Ibrani, maka inilah yang kemudian dilakukannya sebagai dekrit
kerajaan yang mengikat secara hukum dan politik:
Keluaran
5:6-12 Pada hari itu juga Firaun memerintahkan kepada pengerah-pengerah bangsa
itu dan kepada mandur-mandur mereka sendiri: Tidak boleh lagi kamu memberikan
jerami kepada bangsa itu untuk membuat batu bata, seperti sampai sekarang;
biarlah mereka sendiri yang pergi mengumpulkan jerami, tetapi jumlah batu bata,
yang harus dibuat mereka sampai sekarang, bebankanlah itu juga kepada mereka
dan jangan menguranginya, karena mereka pemalas. Itulah sebabnya mereka
berteriak-teriak: Izinkanlah kami pergi mempersembahkan korban kepada Allah
kami. Pekerjaan orang-orang ini harus diperberat, sehingga mereka terikat
kepada pekerjaannya dan jangan mempedulikan perkataan dusta." Maka para
pengerah bangsa itu dan para mandurnya pergi dan berkata kepada mereka:
"Beginilah kata Firaun: Aku tidak memberi jerami lagi kepadamu. Pergilah
kamu sendiri mengambil jerami, di mana saja kamu mendapatnya, tetapi
pekerjaanmu sedikitpun tidak boleh kurang." Lalu berseraklah bangsa itu ke
seluruh tanah Mesir untuk mengumpulkan tunggul gandum sebagai pengganti jerami.
Hasil
pertemuan itu menciptakan keadaan politik dan sosial
yang kian memburuk bagi orang Ibrani. Keangkuhan Musa-dalam pandangan Firaun- telah dibalas dengan
kebijakan yang keji, seolah mau
menunjukan bahwa Tuhanmu memang bukan Tuhanku dan karena itu tak mungkin
sanggup sedikit saja berkuasa atas diriku. Aku
terlalu kuat bagi Tuhanmu. Inilah situasi politis yang melingkupi kebijakan
keji Firaun tersebut, dan ini
konsekuensi alami dari Tuhan yang telah mengeraskan hati Firaun.
Situasi
ini menimbulkan
frustrasi bagi Musa:
Keluaran
5:22-23 Lalu Musa kembali menghadap TUHAN, katanya: "Tuhan, mengapakah
Kauperlakukan umat ini begitu bengis? Mengapa pula aku yang Kauutus?
Sebab sejak aku pergi menghadap Firaun untuk berbicara atas nama-Mu, dengan jahat
diperlakukannya umat ini, dan Engkau tidak melepaskan umat-Mu sama
sekali."
Bisakah
anda membayangkan Musa diutus untuk menghadap seorang yang secara pasti tak
mungkin bertobat namun telah ditetapkan Tuhan hatinya dikeraskan-Nya, dan Allah
berlama-lama membiarkan situasi ini? Seolah tak peduli kemahakuasaannya akan
dipertanyakan dunia.
Pernahkah
anda berdoa bagi negara anda dan bukan perubahan positif namun memburuk yang
anda temui. Tentu saya yakin di negeri kita keadaannya tidak seburuk di Mesir
era itu, negara kita masih dipimpin oleh orang-orang yang takut akan Allah.
Tetapi maksud saya, Musa bukan saja berdoa, dan bukan saja melakukan diplomasi,
tetapi telah berjumpa dengan Allah. Apakah
Allah begitu lemah terhadap entitas-entitas politik di dunia ini?
Apakah yang dilakukan
Allah? Terhadap posisi Firaun yang tak mengakui
kedaulatan firman maka inilah yang dilakukan Allah:
Keluaran
7:3-5 Tetapi Aku akan mengeraskan hati Firaun, dan Aku
akan memperbanyak tanda-tanda dan mujizat-mujizat yang Kubuat di tanah Mesir. Bilamana
Firaun tidak mendengarkan kamu, maka Aku akan mendatangkan tangan-Ku kepada
Mesir dan mengeluarkan pasukan-Ku, umat-Ku, orang Israel, dari tanah Mesir
dengan hukuman-hukuman yang berat. Dan orang Mesir itu akan mengetahui, bahwa
Akulah TUHAN, apabila Aku mengacungkan
tangan-Ku terhadap Mesir dan membawa orang Israel keluar dari tengah-tengah
mereka."
Allah
mengeraskan hati Firaun yang menolak
kedaulatan Allah untuk satu maksud saja: Menunjukan bahwa Ia Allah berdaulat
dan firmannya berlaku penuh kepada siapa Ia bersabda, tak peduli apa
kebangsaannya dan tak peduli apakah mau taat atau tidak mau taat. Jadi, jika ia
bersabda hati rajanya ini akan keras, maka seharusnya kita kelak akan melihat
rajanya akan terus menentang Allah sekalipun Allah sendiri menunjukan
kedaulatannya secara penuh kuasa. Anda akan melihat bukti ini pada 10 tulah
yang hasil akhirnya bukan pertobatan tetapi kebinasaan.
Aku
mengacungkan tangan-Ku terhadap Mesir adalah cara Allah menunjukan bahwa Ia
adalah Allah yang berdaulat atas segala bangsa yang bahkan tak mengenal
diri-Nya! Ia adalah Allah yang mengatasi segala kekuatan dunia yang terkuat
sekalipun!
Dan
memang pada Musa kita melihat secara vulgar bagaimana kedaulatan Allah
menaklukan kedaulatan bangsa lain yang pemimpinnya secara terbuka tak mengakui
firman dari Allah segala bangsa, sebab ia tak mengimaninya. Dan beginilah wujud
vulgar bagaimana Allah menaklukan
kedaulatan sebuah negeri yang menentang-Nya:
Keluaran
7:8-12 Dan TUHAN berfirman kepada Musa dan Harun: Apabila Firaun berkata kepada
kamu: Tunjukkanlah suatu mujizat, maka haruslah kaukatakan kepada Harun:
Ambillah tongkatmu dan lemparkanlah itu di depan Firaun. Maka tongkat itu akan
menjadi ular. Musa dan Harun pergi menghadap Firaun, lalu mereka berbuat seperti yang diperintahkan TUHAN; Harun
melemparkan tongkatnya di depan Firaun dan para pegawainya, maka tongkat itu
menjadi ular. Kemudian Firaunpun memanggil orang-orang berilmu dan
ahli-ahli sihir; dan merekapun, ahli-ahli Mesir itu, membuat yang demikian
juga dengan ilmu mantera mereka. Masing-masing mereka melemparkan tongkatnya,
dan tongkat-tongkat itu menjadi ular; tetapi tongkat Harun menelan
tongkat-tongkat mereka.
Kehendak
Bebas dan keberdaulatan Firaun tak berkuasa untuk menahan Allah sementara
memang mereka memberontak. Sebetulnya kita sedang melihat salah satu episode
yang menunjukan wujud manusia yang hatinya telah dikeraskan Allah. Jika Allah
yang mengeraskan hatinya maka tingkat
penentangannya akan semakin meningkat: kemudian Firaunpun memanggil
orang-orang berilmu dan ahli-ahli sihir.
Apa
yang dilakukan Allah, kemudian?
Keluaran
7:14-21 Berfirmanlah TUHAN kepada
Musa: "Firaun berkeras hati, ia menolak membiarkan bangsa itu
pergi. Pergilah kepada Firaun pada waktu pagi, pada waktu biasanya ia keluar ke
sungai; nantikanlah dia di tepi sungai Nil dengan memegang di tanganmu tongkat
yang tadinya berubah menjadi ular. Dan katakanlah kepadanya: TUHAN, Allah orang
Ibrani, telah mengutus aku kepadamu untuk mengatakan: Biarkanlah umat-Ku pergi,
supaya mereka beribadah kepada-Ku di padang gurun; meskipun begitu sampai
sekarang engkau tidak mau mendengarkan. Sebab
itu beginilah firman TUHAN: Dari hal yang berikut akan kauketahui, bahwa Akulah
TUHAN. Lihat, dengan tongkat yang di tanganku ini akan kupukul air yang di
sungai Nil dan air itu akan berubah menjadi darah, dan ikan yang dalam sungai
Nil akan mati, sehingga sungai Nil akan berbau busuk; maka orang Mesir akan
segan meminum air dari sungai Nil ini." TUHAN berfirman kepada Musa: "Katakanlah kepada Harun: Ambillah
tongkatmu, ulurkanlah tanganmu ke atas segala air orang Mesir, ke atas sungai,
selokan, kolam dan ke atas segala kumpulan air yang ada pada mereka, supaya
semuanya menjadi darah, dan akan ada darah di seluruh tanah Mesir, bahkan dalam
wadah kayu dan wadah batu." Demikianlah Musa dan Harun berbuat seperti
yang difirmankan TUHAN; diangkatnya tongkat itu dan dipukulkannya kepada air
yang di sungai Nil, di depan mata Firaun dan pegawai-pegawainya, maka seluruh
air yang di sungai Nil berubah menjadi darah; matilah ikan di sungai Nil,
sehingga sungai Nil itu berbau busuk dan orang Mesir tidak dapat meminum air
dari sungai Nil; dan di seluruh tanah Mesir ada darah.
Sejauh apakah Allah
terlibat dalam dinamika politik di dunia ini? Jawabnya bisa
begitu dalam diluar pemikiran-pemikiran paling terukur yang dapat dilakukan manusia.
Tetapi ini sukar untuk terlihat sebagai sebuah kemuliaan karena bukan pertobatan
tetapi pemberontakan yang makin keras.Apalagi untuk kasus Mesir, Allah telah
berfirman untuk mengeraskan hati Firaun. Ketika Allah mengeraskan pada kasus Firaun,
kita harus memahami bagaimana Allah yang berdaulat itu berkuasa penuh untuk
menentukan sekeras apakah Ia hendak menyatakan diri-Nya. Dalam bayang-bayang “Aku
mengacungkan tanganku kepada Mesir”, begitulah Allah menyatakan tak akan ada sebuah
kesurutan pemberontakan manusia terhadap diri-Nya.
Faktanya
walau demikian, orang banyak gagal melihat keterlibatan Allah karena begitu
percaya ketika rejim-rejim dunia ini melakukan persekutuan dengan dunia dan
segala kekuatannya untuk menunjukan keberkuasaannya, maka kita menyimpulkan
bahwa Allah tidak berurusan dengan masalah yang terlampau politis. Coba
bandingkan apa yang anda lihat di dunia kini, dengan apa yang menjadi catatan
Kitab Keluaran ini:
Keluaran
7:23-24 Tetapi para ahli Mesir membuat yang demikian juga dengan
ilmu-ilmu mantera mereka, sehingga hati Firaun berkeras dan ia tidak mau
mendengarkan mereka keduanya seperti yang
telah difirmankan TUHAN.
Dinamika
politik yang menentang kedaulatan Allah atas Mesir dan rejimnya semacam ini akan berulang hingga
Keluaran 11. Pada artikel ini saya sengaja tidak memaparkannya secara
keseluruhan, agar tidak menjadi terlalu kompleks bagi para pembaca. Tetapi apa
yang terpenting tersampaikan, bahwa konstelasi
politik yang bagaimanapun pasti di situ ada kehadiran Allah! Jika tidak,
apakah dasar anda untuk berdoa bagi bangsa dan negara ini pada tahun-tahun
politik dan pada perjalanan bangsa dan negara kita. Kecuali anda percaya dengan
Allah yang tidak berdaya dengan kejahatan, maka selamatkanlah dirimu sendiri
daripada yang jahat.
Dinamika
Politik di Mesir Kuno, yang mempertontonkan kebebasan manusia dan kedaulatan
manusia untuk bertindak apapun, hanya menunjukan tak sedikitpun kehendak bebas
manusia dapat menaklukan kehendak Allah yang berdaulat penuh. Allah justru
memberikan ruang sebesar-besarnya bagi manusia untuk menunjukan bukti bahwa benar bahwa Ia bukan Tuhan atas
mereka. Tetapi, bisakah itu menghasilkan kebenaran bahwa Ia bukan Tuhan atas
semua bangsa? Perhatikan hal ini:
▀Keluaran
14:5-8 Ketika diberitahukan kepada raja Mesir, bahwa bangsa itu telah lari,
maka berubahlah hati Firaun dan pegawai-pegawainya terhadap bangsa itu, dan
berkatalah mereka: "Apakah yang telah kita perbuat ini, bahwa kita
membiarkan orang Israel pergi dari perbudakan kita?" Kemudian ia memasang
keretanya dan membawa rakyatnya serta. Ia membawa enam ratus kereta yang
terpilih, ya, segala kereta Mesir, masing-masing lengkap dengan perwiranya. Demikianlah TUHAN mengeraskan hati
Firaun, raja Mesir itu, sehingga ia
mengejar orang Israel. Tetapi orang Israel berjalan terus dipimpin oleh
tangan yang dinaikkan.
Firaun
boleh saja berkata kepada Musa secara angkuh: SIAPAKAH TUHAN ITU YANG HARUS
KUDENGARKAN FIRMANNYA. Bukti menolak-Nya. Tetapi jelas Firaun yang mahakuasa
itu tak sanggup mencegah sabda Allah: mengeraskan hatinya! Firaun tak lagi
memiliki otoritas atas dirinya sendiri dengan hati yang telah ditetapkan untuk
keras terhadap Tuhan, sehingga walau 10 tulah melanda, ia tetap memerintahkan militernya memburu Israel.
Kehendak
bebas dan kedaulatan manusia yang melawan Tuhan, sama sekali tidak ada artinya
ketika Allah telah memutuskan mengacungkan tangan-Nya kepada sebuah bangsa dan
negara yang menentang kehendak-Nya. Singkatnya, beginilah kesudahan negeri dan
bangsa yang menolak kedaulatan Allah yang tidak mereka akui firman-Nya:
▀Keluaran
14:26-30 Berfirmanlah TUHAN kepada Musa: "Ulurkanlah tanganmu ke atas
laut, supaya air berbalik meliputi orang Mesir, meliputi kereta mereka dan
orang mereka yang berkuda." Musa mengulurkan tangannya ke atas laut, maka
menjelang pagi berbaliklah air laut ke tempatnya, sedang orang Mesir lari
menuju air itu; demikianlah TUHAN mencampakkan orang Mesir ke tengah-tengah
laut. Berbaliklah segala air itu, lalu menutupi kereta dan orang berkuda dari
seluruh pasukan Firaun, yang telah menyusul orang Israel itu ke laut;
seorangpun tidak ada yang tinggal dari mereka. Tetapi orang Israel berjalan di
tempat kering dari tengah-tengah laut, sedang di kiri dan di kanan mereka air
itu sebagai tembok bagi mereka. Demikianlah pada hari itu TUHAN menyelamatkan
orang Israel dari tangan orang Mesir. Dan orang Israel melihat orang Mesir mati
terhantar di pantai laut.
Musa Memberitakan Kabar Baik yang Tak Mungkin Ia Lakukan:
Pengampunan Dosa
Dinamika
politik bisa menghasilkan kehidupan yang ancam dan mengancam, dan jelas itu
tidaklah menyenangkan. Dalam hal itu semua, seharusnyalah umat Tuhan tahu bahwa
Allah kita adalah Allah yang hidup dan tidak tinggal diam. Bukankah Musa
sendiri telah menyampaikan kabar yang jauh lebih akbar tentang keterlibatan
Allah dalam dinamika politik yang jauh lebih moderen. Masihkah anda mengingat
firman yang diucapkan Musa ini:
Ulangan
18:17-19 Lalu berkatalah TUHAN kepadaku: Apa yang dikatakan mereka itu baik; seorang
nabi akan Kubangkitkan bagi mereka dari antara saudara mereka, seperti
engkau ini; Aku akan menaruh firman-Ku dalam mulutnya, dan ia akan
mengatakan kepada mereka segala yang Kuperintahkan kepadanya. Orang yang tidak
mendengarkan segala firman-Ku yang akan diucapkan nabi itu demi nama-Ku, dari
padanya akan Kutuntut pertanggungjawaban.
Tahukah
anda, apakah problem yang jauh lebih besar daripada yang kita lihat pada
peristiwa Musa ini? Lebih spesifik lagi, tahukah anda apakah sebetulnya pesan
terbesar yang sedang diusung Musa yang menghadirkan kehadiran Allah secara
vulgar di hadapan Firaun? Satu hal saja namun itulah yang paling mematikan bagi
manusia: dosa!
Pada episode yang lebih jauh lagi perjalanan Musa bersama bangsa ini setelah pembebasan dari Mesir itu, Musa memperlihatkan satu problem besar bagi dunia. Ini adalah problem yang tak
pernah tersolusikan secara tuntas melalui Musa dan para nabi selanjutnya
hingga tersolusikan hanya oleh Yesus.
Coba perhatikan ini:
▀Keluaran
32:30-33 Keesokan harinya berkatalah Musa kepada bangsa itu: "Kamu ini
telah berbuat dosa besar, tetapi sekarang aku akan naik menghadap TUHAN,
mungkin aku akan dapat mengadakan pendamaian karena dosamu itu." Lalu
kembalilah Musa menghadap TUHAN dan berkata: "Ah, bangsa ini telah berbuat
dosa besar, sebab mereka telah membuat allah emas bagi mereka. Tetapi sekarang,
kiranya Engkau mengampuni
dosa mereka itu--dan jika tidak, hapuskanlah kiranya namaku dari
dalam kitab yang telah Kautulis."
Musa tahu, ia tak berkuasa untuk mendatangkan
pengampunan dalam cara bagaimanapun juga. Ketika ia menyatakan hapuskanlah
kiranya namaku dari dalam kitab yang telah Kautulis, ini hendak
menyatakan bahwa di kolong langit ini tidak ada satupun cara yang dapat
dilakukan untuk menyelamatkan manusia dari kebinasaan akibat dosa dengan
upayanya sendiri selain karena Allah
menganugerahkan-Nya. Bagaimana
dengan nabi lain dari antara saudara-saudaranya yang seperti Musa sebagaimana dinubuatkan oleh Mulut Musa, sanggupkah ia mengampuni
dosa manusia pada dirinya sendiri? Mari kita melihat hal ini pada Yesus:
▀Markus
2:5-7 Ketika Yesus melihat iman mereka, berkatalah Ia kepada orang lumpuh itu:
"Hai anak-Ku, dosamu sudah diampuni!" Tetapi di situ ada juga duduk
beberapa ahli Taurat, mereka berpikir dalam hatinya: Mengapa orang ini berkata
begitu? Ia menghujat Allah. Siapa yang dapat mengampuni dosa selain dari pada
Allah sendiri?
▀Markus
2:10 Tetapi supaya kamu tahu, bahwa di
dunia ini Anak Manusia berkuasa mengampuni dosa
Konstelasi
politik dunia ini, akarnya adalah kejahatan yang beranak pinak dalam dunia
manusia. Teori dan pemikiran politik, pun tak
disadari mengamininya melalui pemikiran semacam Homo Homini Lupus atau Civis
Pacem Para Bellum. Ketakadilan, konflik, lebih mencintai kejahatan daripada
kebaikan, rasisme, diskriminasi dan memandang perang sebagai instrumen diplomasi yang lebih efektif untuk
mendatangkan perdamaian, pada hakikatnya hanya menjelaskan satu hal saja: natur
manusia berada dalam perhambaan dosa.
Yesus
sendiri pada momen-momen menjelang
penyalibannya pun harus berdiri di hadapan pengadilan sebuah negeri adidaya,
Roma. Dan inilah dialog kedaulatan Kerajaan Allah yang berdaulat atas segala raja di dunia ini:
▀Yohanes
18:35-37 Kata Pilatus: "Apakah aku seorang Yahudi? Bangsa-Mu sendiri dan
imam-imam kepala yang telah menyerahkan Engkau kepadaku; apakah yang telah
Engkau perbuat?" Jawab Yesus: "Kerajaan-Ku
bukan dari dunia ini; jika Kerajaan-Ku dari dunia ini, pasti
hamba-hamba-Ku telah melawan, supaya Aku jangan diserahkan kepada orang Yahudi,
akan tetapi Kerajaan-Ku bukan dari sini." Maka kata Pilatus kepada-Nya:
"Jadi Engkau adalah raja?" Jawab Yesus: "Engkau mengatakan, bahwa Aku adalah raja. Untuk itulah Aku lahir dan untuk itulah Aku datang ke dalam dunia ini, supaya Aku
memberi kesaksian tentang kebenaran; setiap orang yang berasal dari kebenaran
mendengarkan suara-Ku."
▀Yohanes
19:10-12 Maka kata Pilatus kepada-Nya: "Tidakkah Engkau mau bicara dengan
aku? Tidakkah Engkau tahu, bahwa aku berkuasa untuk membebaskan Engkau, dan
berkuasa juga untuk menyalibkan Engkau?" Yesus menjawab: "Engkau
tidak mempunyai kuasa apapun terhadap Aku, jikalau kuasa itu tidak diberikan
kepadamu dari atas. Sebab itu: dia, yang menyerahkan Aku kepadamu,
lebih besar dosanya." Sejak itu Pilatus berusaha untuk membebaskan Dia,
tetapi orang-orang Yahudi berteriak: "Jikalau engkau membebaskan Dia,
engkau bukanlah sahabat Kaisar. Setiap orang yang menganggap dirinya sebagai
raja, ia melawan Kaisar."
Memahami
ini, maka seharusnyalah setiap orang Kristen memiliki dasar terkokoh bagi dirinya untuk mendoakan bangsa dan pemerintahannya agar
kebenaran dan keadilan tegak bagi seluruh rakyat. Berdoalah dan jadilah warga
negara yang baik bersama dengan segenap komponen bangsa yang percaya bahwa
negara ini dari Allah bagi segenap rakyatnya tanpa diskriminasi dan tanpa
rancangan jahat. Kita sendiri sebagai pemeluk Kristen atau pengikut Kristus harus membuktikan
dirinya sebagai warga negara yang baik bersama-sama dengan segenap saudara
sebangsa dan setanah air. Semakin kita berkontribusi positif maka kita boleh
berharap akan terus terbangun sebuah
hubungan yang baik dalam Negara kesatuan Republik Indonesia yang berideologi
Pancasila sebagai pemersatu kita semua walau berbeda suku, agama, kepercayaan,
bahasa, budaya dan lain-lain. Mari kita berdoa dan bekerja untuk memajukan
negeri tercinta ini dan kiranya Allah menolong kita dalam rahmat-Nya yang agung.
Terpujilah nama Tuhan.
Enam hari kemudian Yesus membawa Petrus, Yakobus dan Yohanes
saudaranya, dan bersama-sama dengan mereka Ia naik ke sebuah gunung yang
tinggi. Di situ mereka sendiri saja. Lalu Yesus berubah rupa di depan mata mereka;
wajah-Nya bercahaya seperti matahari dan pakaian-Nya menjadi putih bersinar
seperti terang. Maka nampak kepada mereka Musa dan Elia sedang berbicara dengan
Dia.- Matius 17:1-3
Soli Deo Gloria
No comments:
Post a Comment