Oleh: Martin Simamora
Mengenali
Jati Diri Hidup Beriman Seorang Kristen, Sementara Menjalani Kehidupan yang
Penuh Tantangan
Foto ilustrasi: americanalpineclub.org Allah tetap setia kepadamu dan mengasihimu walau anda satu kali dan beberapa kali lagi dapat tergelincir selama berjalan mengikut Yesus hingga kesudahannya, sebagaimana pendaki gunung masih dapat tergelincir walau ia sedemikian rupa sangat berhati-hati dalam melangkahkan dan menginjakan kakinya pada jejakan dinding gunung sementara tubuhnya telah secara cermat dilindungi oleh tali tali dan kaitan-kaitan kokoh pada celah-celah dinding gunung yang terjal. Sekali waktu ia bisa tergelincir tetapi tidak sama sekali membuktikan jika demikian jangan lagi pernah mendaki gunung itu dan anda telah gagal sama sekali. Kehidupan beriman itu pada derajat lebih sederhana agak mirip dengan hal itu, bahwa tak sembarangan dan memerlukan dedikasi yang tak main-main. Karena itulah apa yang diperlukan telah diberikan Yesus yaitu memiliki relasi dan kepercayaan kepadanya sebagai gembala agung yang berkuasa atas jiwa. Jika pendaki gunung mengandalkan semua alat-alat proteksi dan tali-tali pelindung dari kejatuhan fatal dalam melakukan perjalanan ke puncak, mengapa kita tidak mengandalkan relasi dengan Yesus sebagai gembala agung kita sementara kita masih harus melakukan perjalanan hidup ini. Mengapa sampai berpikir Allah memiliki problem terhadap iblis terkait barang bukti yang tak memadai dalam penghakiman-Nya yang harus maha-adil dan mahakudus? Mengapa anda sampai berpikir sedemikian rendahnya terhadap karya Yesus itu? |
Bacalah juga artikel ini : "Bisakah Aku?"
Kebenaran Iman Berdasarkan Penggembalaan-Nya
Tantangan hidup senantiasa membutuhkan sebuah
penyelesaian, atau serangkaian alternatif yang dapat dipilih berdasarkan
rasionalitas dan peluang-peluang yang mungkin untuk diambil. Tetapi
rasionalitas manusia memiliki keterbatasan terutama karena manusia memiliki
aspek jiwa yang tak terpisahkan dari setiap proses rasionya dalam melakukan
pertimbangan-pertimbangan. Dalam setiap penyelesaian yang dipilih, siapapun
pasti memiliki sebuah keoptimisan atau keyakinan yang tak lain semacam iman
yang melahirkan pengharapan berlandaskan kalkulasi rasio, peluang dan tantangan.
Jadi memang manusia memiliki kemampuan membangun pengharapan-pengharapan dan optimisme-optimisme
dalam kehidupan ini. Lalu bagaimana dengan kebenaran iman dalam obyektivitas
dunia yang memiliki natur tantangan, peluang dan sekaligus keterbatasan-keterbatasan,
apakah iman Kristen itu membawa saya dan anda pada sebuah kejernihan yang lebih
baik dalam mengenali jati diri sebagai manusia yang mampu mengatasi tantangan?
Tetapi apakah iman Kristen bertujuan untuk mencerahkan jiwa dan rasio sehingga tangguh dalam menghadapi
tantangan zaman secara mandiri dalam kemanusiaannya yang rasional itu? Bagaimana
iman Kristen memandu saya dan anda, misalkan, dalam menghadapi problem ekonomi, tantangan politik atau
bahkan yang lebih kecil lagi: problem keluarga. Kalau kita melihat pada Alkitab
maka menjadi nyata bahwa pada kebenaran iman Kristen dalam menghadapi tantangan
zaman, setiap orang Kristen malahan memiliki dasar yang kokoh untuk percaya
pada keterlibatan Allah sementara beriman kerap diasumsikan sebagai sebuah
keabstrakan yang kacau dan semata produk jiwa yang mencari kompensasi
penyeimbang jiwa yang tertekan. Dengan kata lain, dalam iman seorang Kristen, Allah
tidak pernah jauh atau meninggalkan saya dan anda sendirian saja dalam menjalani kehidupan ini, seolah Allah hanya
menjadi penonton yang baik.
Mari
kita memperhatikan sejumlah episode yang memperlihatkan keterlibatan Allah pada
kehidupa seorang yang beriman kepada Allah sumber keselamatan dan yang menggembalakan umat-Nya:
▬Yosua
24:2-18 Berkatalah Yosua kepada seluruh bangsa itu: "Beginilah firman TUHAN, Allah Israel: Dahulu kala di
seberang sungai Efrat, di situlah diam nenek moyangmu, yakni Terah, ayah
Abraham dan ayah Nahor, dan mereka beribadah kepada allah lain. Tetapi Aku mengambil
Abraham, bapamu itu, dari seberang sungai Efrat, dan menyuruh dia menjelajahi
seluruh tanah Kanaan. Aku membuat banyak keturunannya dan memberikan Ishak
kepadanya. Kepada Ishak Kuberikan Yakub dan Esau. Kepada Esau Kuberikan
pegunungan Seir menjadi miliknya, sedang Yakub serta anak-anaknya pergi ke
Mesir. Lalu Aku
mengutus Musa serta Harun dan menulahi Mesir, seperti yang Kulakukan
di tengah-tengah mereka, kemudian Aku membawa kamu keluar. Setelah Aku membawa
nenek moyangmu keluar dari Mesir dan kamu sampai ke laut, lalu orang Mesir
mengejar nenek moyangmu dengan kereta dan orang berkuda ke Laut Teberau. Setelah
Aku membawa nenek moyangmu keluar dari Mesir dan kamu sampai ke laut, lalu
orang Mesir mengejar nenek moyangmu dengan kereta dan orang berkuda ke Laut
Teberau. Sebab itu berteriak-teriaklah mereka kepada TUHAN, maka diadakan-Nya gelap antara kamu dan orang
Mesir itu dan didatangkan-Nya air laut atas mereka, sehingga mereka
diliputi. Dan matamu sendiri telah melihat, apa yang Kulakukan terhadap Mesir.
Sesudah itu lama kamu diam di padang gurun. Aku membawa kamu ke negeri orang
Amori yang diam di seberang sungai Yordan, dan ketika mereka berperang melawan
kamu, mereka Kuserahkan ke dalam tanganmu,
sehingga kamu menduduki negerinya, sedang mereka Kupunahkan dari depan kamu. Ketika
itu Balak bin Zipor, raja Moab, bangkit berperang melawan orang Israel.
Disuruhnya memanggil Bileam bin Beor untuk mengutuki kamu. Tetapi Aku tidak mau mendengarkan Bileam, sehingga iapun memberkati
kamu. Demikianlah Aku melepaskan kamu dari tangannya. Setelah
kamu menyeberangi sungai Yordan dan sampai ke Yerikho, berperanglah melawan
kamu warga-warga kota Yerikho, orang Amori, orang Feris, orang Kanaan, orang Het,
orang Girgasi, orang Hewi dan orang Yebus, tetapi mereka itu Kuserahkan ke
dalam tanganmu. Kemudian Aku melepaskan tabuhan mendahului kamu dan
binatang-binatang ini menghalau mereka dari depanmu, seperti kedua raja orang
Amori itu. Sesungguhnya,
bukan oleh pedangmu dan bukan pula oleh panahmu. Demikianlah Kuberikan
kepadamu negeri yang kamu peroleh tanpa bersusah-susah dan kota-kota yang tidak
kamu dirikan, tetapi kamulah yang diam di dalamnya; juga kebun-kebun anggur dan
kebun-kebun zaitun yang tidak kamu tanami, kamulah yang makan hasilnya. Oleh sebab itu, takutlah akan TUHAN dan beribadahlah
kepada-Nya dengan tulus ikhlas dan setia. Jauhkanlah allah yang
kepadanya nenek moyangmu telah beribadah di seberang sungai Efrat dan di Mesir,
dan beribadahlah kepada TUHAN. Tetapi
jika kamu anggap tidak baik untuk beribadah kepada TUHAN, pilihlah pada
hari ini kepada siapa kamu akan beribadah; allah yang kepadanya nenek moyangmu
beribadah di seberang sungai Efrat, atau allah orang Amori yang negerinya kamu
diami ini. Tetapi aku dan seisi rumahku, kami akan beribadah kepada TUHAN!"
Lalu bangsa itu menjawab: "Jauhlah
dari pada kami meninggalkan TUHAN untuk beribadah kepada allah lain! Sebab
TUHAN, Allah kita, Dialah yang telah menuntun kita dan nenek moyang kita dari
tanah Mesir, dari rumah perbudakan, dan yang telah melakukan tanda-tanda
mujizat yang besar ini di depan mata kita sendiri, dan yang telah melindungi
kita sepanjang jalan yang kita tempuh, dan di antara semua bangsa yang kita
lalui, TUHAN menghalau semua bangsa dan orang Amori, penduduk negeri ini, dari
depan kita. Kamipun akan beribadah kepada TUHAN, sebab Dialah Allah kita."
Beriman
dalam kebenaran iman Kristen, bukan
serangkaian kata-kata positif sebagai bahan bakar atau suplemen jiwa
untuk menjadi kuat/tegar dan disegarkan
kembali. Juga bukan semacam sugesti jiwa untuk mempertahankan keberimanan itu tetap
prima demi menghindar situasi kehidupan tanpa beriman pada Tuhan. Beriman kepada
Tuhan dalam kebenaran firman Tuhan bukan seperti itu, tetapi sebuah kehidupan
yang mendewasakan untuk pertama-tama mengenal Tuhan itu adalah Gembala yang
Baik sehingga karena mengenal dan digembalakan-Nya menjadi tahu mengapa harus
menyerahkan hidup kedalam tangan-Nya. Dalam teks di atas ada pernyataan seperti
ini: tetapi
jika kamu anggap tidak baik untuk beribadah kepada TUHAN, pilihlah
pada hari ini kepada siapa kamu akan beribadah. Ini sebuah relasi yang
menghendaki kedewasaan yang tak main-main. Setiap orang, katanya memiliki kebebasan
untuk memilih, tetapi pada teks ini, ada sebuah problem kebebasan untuk memilih
atau ada sebuah problem rasio sebagai sebuah mekanisme pertimbangan untuk
memilih secara jitu tanpa salah, karena faktanya kebebasan untuk memilih pada
diri manusia memiliki problem yang serius di hadapan Allah, yaitu manusia
memiliki kebodohan yang kronis ketika harus memilih antara Allah yang berkuasa
untuk menggembalakan jiwa kepada kehidupan, atau allah yang tak berdaya
menggembalakan jiwa kepada kehidupan.
Coba
perhatikan ini situasi ini: “pilihlah pada hari ini kepada siapa
kamu akan beribadah; allah yang kepadanya nenek moyangmu beribadah di seberang
sungai Efrat, atau allah orang Amori yang negerinya kamu diami ini”. Bisakah anda
membayangkan bahwa manusia di dunia ini, hingga saat ini memiliki problem primitif
ini? Kelihatannya gampang ya…tinggal memilih kok, dan pilihannya
sangat benderang untuk memberikan manusia sejumlah informasi yang memadai bagi
manusia itu melakukan pilihannya secara tepat. Faktanya tidak, justru hal yang
mengerikan terjadi bahwa manusia pada umumnya sementara telah didahului
serangkaian kebenaran tentang Allah yang benar dan menuntun menuju hidup, Yosua
tetap saja harus memberikan ultimatum
yang mengejutkan: Tetapi aku dan seisi
rumahku, kami akan beribadah kepada TUHAN! Menentang yang lainnya dalam
pilihan yang mungkin akan diambil.
Perhatikan
baik-baik. Beriman kepada Allah yang hidup dan yang menggembalakan umat-Nya
yang masih berada di dunia ini secara langsung, aktual bahkan dengan
serangkaian mujizat dahsyat, tetap tidak melenyapkan problem dan marabahaya
pada keseharian hidup ini. Faktanya, sementara Tuhan turun ke dalam kehidupan
orang beriman, mereka semua harus tetap berlari dengan penuh keyakinan dan
penuh pengharapan dari kejaran musuh yang hendak membunuhnya. Walau da
tiang awan dan ada tiang api sebagai keterlibatan Allah berdasarkan relasi iman
yang terbangun, tetapi problem tak lenyap. Bukankah ini mirip dengan kehidupan
saya dan anda, sudah berdoa dan mengalami pertolongan-pertolongan Tuhan yang
mengagumkan, namun masalah tetap saja ada. Apa tujuannya dan mengapa? Jawabnya
adalah: kehidupan beriman saya dan anda
tidak dibangun berdasarkan kekuatan jiwa dan determinasi jiwa oleh
pengalaman-pengalaman personal, tetapi oleh karena Tuhan memang menjadi sumber
kehidupan yang benar, sementara saya dan anda masih di dunia ini dalam
penggembalaan-Nya.
Sementara
anda membaca ini:
“Sebab
TUHAN, Allah kita, Dialah yang telah menuntun kita dan nenek moyang kita dari
tanah Mesir, dari rumah perbudakan, dan yang telah melakukan tanda-tanda
mujizat yang besar ini di depan mata kita sendiri, dan yang telah melindungi
kita sepanjang jalan yang kita tempuh, dan di antara semua bangsa yang kita
lalui, TUHAN menghalau semua bangsa dan orang Amori, penduduk negeri ini, dari
depan kita”
Apakah
yang terlintas pada benak saya dan anda? Apakah itu menunjukan bahwa Allah
adalah sumber mujizat yang dapat diandalkan setiap waktu dan karenanya Ia pasti
dan tak mungkin tak menolong? Apakah ada sebuah
desakan jiwa seperti itu pada dirimu? Tak salah memang, tetapi tak jitu
pada apakah dan mengapa demikian. Menariknya, Yosua menunjukan kepada kita
sebuah pedoman yang harus juga menjadi acuan bagi saya dan anda. Sementara Yosua telah mengemukakan begitu banyak
kedahsyatan Allah yang luar biasa, ia menunjukan kepada saya dan anda,
bagaimana seharusnya beriman kepada
Allah yang luar biasa itu. Apakah yang seharusnya yang didapatkan oleh saya dan
anda, Yosua menunjukan bahwa yang seharusnya saya dan anda dapatkan dari segala
pengalaman rohani dalam beriman kepada Allah yang turut serta terlibat dalam
kehidupan sehari-hari, adalah memiliki dasar terkokoh untuk berelasi,
mencintai dan membangun kesetiaan yang suci dengan Allah yang hidup dan
terlibat dalam keseharian kita. Yosua berkata begini: Kamipun
akan beribadah kepada TUHAN, sebab Dialah Allah kita. Apa yang dikejar
oleh Yosua sementara mengenali fakta Allah bermijizat, bukan mujizat itu,
tetapi apa yang dikejarnya adalah membangun pengenalan yang intim dan semakin
intim dengan TUHAN sebagai pemiliki hidupnya. Yosua memilih untuk beribadah
kepada TUHAN; Ia memilih untuk memiliki pengenalan akan DIA.
Yesus adalah Gembala yang Baik Penuh Mujizat, Menghendaki Agar Saya dan Anda Membangun Pengenalan yang
Semakin Mendewasakan diri
Yesus
Sang Mesias dan Sang Firman yang telah menjadi manusia pun demikian. Sementara Ia
dikenal sebagai Sang Pembebas yang Satu-Satunya itu:
Lukas
4:17-21 Kepada-Nya diberikan kitab nabi Yesaya dan setelah dibuka-Nya, Ia
menemukan nas, di mana ada tertulis: Roh Tuhan ada pada-Ku, oleh sebab Ia telah
mengurapi Aku, untuk menyampaikan kabar baik kepada orang-orang miskin; dan Ia
telah mengutus Aku untuk memberitakan pembebasan kepada orang-orang tawanan,
dan penglihatan bagi orang-orang buta, untuk membebaskan orang-orang yang
tertindas, untuk memberitakan tahun rahmat Tuhan telah datang." Kemudian
Ia menutup kitab itu, memberikannya kembali kepada pejabat, lalu duduk; dan
mata semua orang dalam rumah ibadat itu tertuju kepada-Nya. Lalu Ia memulai
mengajar mereka, kata-Nya: "Pada hari ini genaplah nas ini sewaktu kamu
mendengarnya."
Juga
Ia adalah Sang Pemberi Makanan yang sama dahsyatnya dan sama mahakuasanya dengan Allah yang
memberikan makanan kepada nenek moyang Israel pasca pembebasan dari perbudakan
Mesir:
Yohanes
6:5-11 Ketika Yesus memandang sekeliling-Nya dan melihat, bahwa orang banyak
berbondong-bondong datang kepada-Nya, berkatalah Ia kepada Filipus: "Di
manakah kita akan membeli roti, supaya mereka ini dapat makan?" Hal itu
dikatakan-Nya untuk mencobai dia, sebab Ia sendiri tahu, apa yang hendak
dilakukan-Nya. Jawab Filipus kepada-Nya: "Roti seharga dua ratus dinar
tidak akan cukup untuk mereka ini, sekalipun masing-masing mendapat sepotong
kecil saja." Seorang dari murid-murid-Nya, yaitu Andreas, saudara Simon
Petrus, berkata kepada-Nya: Di sini ada seorang anak, yang mempunyai lima roti
jelai dan dua ikan; tetapi apakah artinya itu untuk orang sebanyak ini? Kata
Yesus: "Suruhlah orang-orang itu duduk." Adapun di tempat itu banyak
rumput. Maka duduklah orang-orang itu, kira-kira lima ribu laki-laki banyaknya.
Lalu
Yesus mengambil roti itu, mengucap syukur dan membagi-bagikannya kepada mereka
yang duduk di situ, demikian juga dibuat-Nya dengan ikan-ikan itu, sebanyak
yang mereka kehendaki.
Namun
demikian, sementara Ia adalah tetap Dia yang berkuasa
untuk mengadakan mujizat dan berbagai pertolongan bahkan terhadap hal makan dan
minum yang sesaat di dunia ini, tetapi tujuan-Nya bukan agar semua manusia
memiliki dasar rasionalitas untuk memilih beriman kepada-Nya, secara demikian.
Ia menghendaki pengikutan dan pengiringan pada-Nya bukan berdasarkan rasio dan
pertimbangan yang bekerja dalam kebijakan-kebijakan manusia, tetapi
melampauinya. Yesus tak anti rasio namun Ia juga bekerja untuk menggembalakan
rasio manusia yang sayangnya hanya menunjukan betapa kebebasan dan kreativitas manusia itu tak
berdaya untuk mengenali bahwa Yesus menghendaki mereka untuk mengenal dirinya
dan keselamatan yang ada dan hanya terkandung pada dirinya. Mengenal kebenaran
ini begitu esensial dalam sebuah komprasi yang ironi pada diri manusia yang
direfleksikan pada diri bangsa Israel terhadap Mesiasnya:
Kamu menyelidiki Kitab-kitab
Suci, sebab kamu menyangka bahwa oleh-Nya kamu mempunyai hidup yang kekal,
tetapi walaupun Kitab-kitab Suci itu memberi kesaksian tentang Aku, namun
kamu tidak mau datang kepada-Ku untuk memperoleh hidup itu.- Yoh 5:39-40
|
|
Ketika
orang-orang itu melihat mujizat yang telah diadakan-Nya, mereka berkata:
"Dia ini adalah benar-benar nabi yang akan datang ke dalam dunia." Karena
Yesus tahu, bahwa mereka hendak datang dan hendak membawa Dia dengan paksa
untuk menjadikan Dia raja, Ia menyingkir pula ke gunung, seorang diri. Yoh 6:14-15
|
Apa
yang dapat kita lihat pada dua peristiwa di atas, pada dasarnya menunjukan
problem pada kecenderungan manusia kala membangun iman dan relasi dengan Allah
yang begitu miskin untuk mau digembalakan dan taat pada kehendak-Nya, karena
manusia dalam beriman cenderung menempatkan Allah sebagai sebuah alternatif rasional
dalam beriman di dunia nyata ini. Ini tidak hendak menyatakan anti-mujzat
sebagaimana juga bukan anti-rasio pada bagian atas tadi, tetapi manusia beriman
gagal untuk memiliki iman yang bertumbuh dalam pengembangan dan penggembalaan
Sang Gembala, karena lebih memilih memiliki iman yang bertumbuh dalam
pengembangan dan penggembalaan kekuatan iman diri sendiri sebagai dasar untuk
menuhankannya. Ia dituhankan karena Ia member mujizat, bukan Ia adalah TUHAN
yang perlu kumiliki dan kukenali dalam sebuah kehidupan sehar-hari yang
beribadah kepadanya. Maka tak aneh walau menyelidiki kitab-kitab suci, tetap
menuhankan Yesus karena mujizatnya yang memenuhi kebutuhan pribadi, bukan Ia adalah Tuhan karena aku mengenal-Nya
sebagai yang menghidupkanku dari kematian dalam perbudakan dosa. Ini adalah hal
keras yang dikemukakan Yesus, bahwa manusia tak bisa membangunkan kebenaran berelasi
dengan Tuhan tanpa sebuah penyerahan total berdasarkan sabda Yesus sendiri.
Perhatikan sabdanya ini:
Yohanes
6:26-29 Yesus menjawab mereka: "Aku berkata kepadamu, sesungguhnya kamu mencari Aku, bukan karena kamu telah
melihat tanda-tanda, melainkan karena kamu telah makan roti itu dan kamu
kenyang. Bekerjalah, bukan untuk makanan yang akan dapat binasa, melainkan
untuk makanan yang bertahan sampai kepada hidup yang kekal, yang akan diberikan
Anak Manusia kepadamu; sebab Dialah yang disahkan oleh Bapa, Allah, dengan
meterai-Nya." Lalu kata mereka kepada-Nya: "Apakah yang harus kami
perbuat, supaya kami mengerjakan pekerjaan yang dikehendaki Allah?" Jawab
Yesus kepada mereka: "Inilah pekerjaan yang dikehendaki Allah, yaitu
hendaklah kamu percaya kepada Dia yang telah diutus Allah."
Mereka
mengalami tanda dan mujizat tetapi buta melihat bahwa Yesus yang harus dicari
bukan produksi mujizatnya. Semua mengalami
kehebatan-kehebatan dari Yesus tetapi mata mereka buta untuk menatap hal kekal
yaitu makanan yang bertahan sampai kepada hidup yang kekal, yang akan diberikan
Yesus berdasarkan kehendak Bapa yang
satu-satunya berdasarkan pemeterain-Nya sendiri.
Menjadi
jelas memang bahwa iman sangat bersinggungan dengan realitas hidup manusia. Ada
kebutuhan yang harus dan ada kerinduan yang harus dipuaskan, dan kala Allah
yang hidup itu memberikan Sang Mesias, kembali yang menjadi fokus iman adalah kebutuhan
manusia dirinya sendiri, bukan kehendak-Nya. Ini adalah hal kronis, sementara
diberkati melimpah namun masih gagal melihat kehendak-Nya untuk mengatasi
kebutuhan diri manusia itu sendiri.
Yesus
tidak mengelak kalau Allah yang benar dan hidup itu memang senantiasa hadir dan
terlibat dalam problem hidup sehari-hari, tetapi Yesus juga menegaskan bahwa Ia
datang untuk membawa manusia masuk kedalam pengenalan akan diri-Nya. Juga, sementara
Yesus memang memberikan perhatian yang besar pada bagaimana kebutuhan
sehari-hari saya dan anda, terlibat penuh dengan pencapaian-pencapaian hidup
saya dan anda, Ia tidak sedang menjadi
pelayan kebutuhan dan cita-cita kita, tetapi di dalam kesemua itu, Ia sedang
menggembalakan kita untuk membawa kita menuju sebuah pertumbuhan dalam mengenal
apakah kehendak-Nya atas saya dan anda. Ia menggembalakan kita dalam kedewasaan
dan dalam penuntunan yang mendidik saya dan anda pada kepatuhan yang tak
mematikan rasio dan pertimbangan yang menuntun pilihan saya dan anda dalam penundukan pada pemerintahan-Nya yang berdaulat dan mengasihi. Tetapi jelas tidak
dituntun oleh kebenaran diri sendiri, tetapi dituntun oleh sabda-Nya sementara
saya dan anda masih di dunia ini. Mari
perhatikan kebenaran ini pada sabda Yesus ini:
Yohanes
10:4-5 Jika semua dombanya telah
dibawanya ke luar, ia berjalan di
depan mereka dan domba-domba itu
mengikuti dia, karena
mereka mengenal suaranya.
Allah
terlibat dalam kehidupan beriman. Jadi tidak hanya Ia menuntut kita menjadi
taat kepada-Nya namun membiarkan kita sendirian dalam kesendirian bertarung di
dalam dunia ini. Ada suaranya yang menuntun kita berdasarkan mengenal-Nya. Kebenaran
yang terlihat begitu sederhana ini, pun tak mungkin dimengerti jika tak juga di
dalam relasi-Nya. Ini jelas karena dasar tunggal kebenaran ini adalah harus
memperhatikan apakah saya dan anda memang benar:
▬domba-Nya
▬Dalam
penuntunan yang memimpin: Ia berjalan di depan
▬Mengikut-Nya
berdasarkan relasi yang dibangunkan-Nya dan dituntun dalam kepemimpinan-Nya
▬berdasarkan
sabda-Nya
Ini
adalah pondasi iman setiap orang Kristen terhadap Allah dalam Yesus Kristus;
ini adalah jantung pertumbuhan dan kedewasan keberimanan kita sementara masih
hidup dan bersinggungan langsung dengan berbagai tantangan dunia ini. Bukan
dombanya dan bukan dalam penuntunannya, mustahil untuk mengerti kuasa kebenaran
ini. Perhatikan problem ini:
Yohanes
10:6 tetapi mereka tidak mengerti
apa maksudnya Ia berkata demikian kepada mereka
Bahkan
bukan sekedar tak mengerti, tetapi mendengarkan kebenaran ini tanpa lebih
dahulu masuk ke dalam penggembalaan-Nya, tetapi berupaya untuk memahaminya
hanya akan menghasilkan respon jiwa yang memandang kebenaran ini secara sangat
rendah, bisa hingga semacam ini:
Yohanes
10:19-20 Maka timbullah pula pertentangan di antara orang-orang Yahudi karena
perkataan itu. Banyak di antara mereka berkata: Ia kerasukan setan dan gila; mengapa kamu mendengarkan Dia?
Sehingga
tak aneh memang ada yang mengaku memiliki pengenalan akan Yesus tetapi terkait
beriman kepada-Nya akan mengandalkan kekuatan diri dan kekuatan beriman,
menyangkali bahwa Yesus sendiri menyatakan bahwa penyelenggaraan beriman
seperti ini adalah tugasnya:
Yohanes
10:16Ada lagi pada-Ku domba-domba lain, yang bukan dari kandang ini; domba-domba
itu harus Kutuntun juga dan
mereka akan mendengarkan suara-Ku dan mereka akan menjadi satu kawanan dengan
satu gembala
Teks
ini menunjukan bahwa kebenaran ini tidak hanya berlaku pada era Yesus saja,
tetapi pada era jauh ke depan hingga kesudahannya yang terkandung dalam “domba-domba lain, yang bukan dari kandang
ini, domba-domba itu harus Kutuntun juga dan mereka akan mendengarkan
suara-Ku….”
Bukan dari
kandang lain, maksudnya: bukan berasal
dari bangsa yang menjadi target kedatangannya-bandingkan dengan Markus 7:27/Matius 15:26- Matius 10:5-6,
tetapi berdasarkan mendengarkan suara atau injil yang diberitakan oleh para
pemberita injil. Bandingkan dengan doa Yesus ini:
Yohanes
17:8,20-21 Sebab segala firman yang Engkau sampaikan kepada-Ku telah
Kusampaikan kepada mereka dan mereka telah menerimanya. Mereka tahu
benar-benar, bahwa Aku datang dari pada-Mu, dan mereka percaya, bahwa Engkaulah
yang telah mengutus Aku…. Dan bukan untuk mereka ini saja Aku berdoa, tetapi
juga untuk orang-orang, yang percaya kepada-Ku oleh pemberitaan mereka; supaya
mereka semua menjadi satu, sama seperti Engkau, ya Bapa, di dalam Aku dan Aku
di dalam Engkau, agar mereka juga di dalam Kita, supaya dunia percaya, bahwa
Engkaulah yang telah mengutus Aku.
Bandingkan
dengan: Matius 28:19-20
Karena
itu pergilah, jadikanlah semua bangsa
murid-Ku dan baptislah mereka dalam nama Bapa dan Anak dan Roh Kudus, dan
ajarlah mereka melakukan segala sesuatu yang telah Kuperintahkan kepadamu. Dan
ketahuilah, Aku menyertai kamu senantiasa sampai kepada akhir zaman."
Dan
momentumnya tergenapi pada peristiwa Pentakosta:
Kisah
Para Rasul 2:4-12 Maka penuhlah mereka dengan Roh Kudus, lalu mereka mulai
berkata-kata dalam bahasa-bahasa lain, seperti yang diberikan oleh Roh itu
kepada mereka untuk mengatakannya. Waktu itu di Yerusalem diam orang-orang
Yahudi yang saleh dari
segala bangsa di bawah kolong langit. Ketika turun bunyi itu,
berkerumunlah orang banyak. Mereka bingung karena mereka masing-masing
mendengar rasul-rasul itu berkata-kata dalam bahasa mereka sendiri… Bagaimana
mungkin kita masing-masing mendengar mereka berkata-kata dalam bahasa kita
sendiri, yaitu bahasa yang kita pakai di negeri asal kita: kita orang Partia,
Media, Elam, penduduk Mesopotamia, Yudea dan Kapadokia, Pontus dan Asia, Frigia
dan Pamfilia, Mesir dan daerah-daerah Libia yang berdekatan dengan Kirene,
pendatang-pendatang dari Roma, baik orang Yahudi maupun penganut agama Yahudi,
orang Kreta dan orang Arab, kita mendengar mereka berkata-kata dalam bahasa
kita sendiri tentang perbuatan-perbuatan besar yang dilakukan Allah." Mereka
semuanya tercengang-cengang dan sangat termangu-mangu sambil berkata seorang
kepada yang lain: "Apakah artinya ini?"
Jati
Diri Hidup Beriman Orang Kristen Sementara Menjalani Kehidupan yang Penuh
Tantangan, dengan demikian, adalah
kehidupan beriman yang terselenggara pada dirinya berdasarkan
penggembalaan yang merupakan tugas yang hanya dapat dilakukan oleh Yesus saja,
dan tak pernah ada bisa yang lain melakukannya. Ketika berbicara Ia adalah
penyelenggara kehidupan dalam penggembalaan-Nya menghasilkan Iman yang membawa
hidup, ia menegaskan keeksklusifan ini dalam cara yang keras sekali:
Yohanes
10:7-8 Maka
kata Yesus sekali lagi: "Aku berkata kepadamu, sesungguhnya Akulah pintu
ke domba-domba itu. Semua orang yang
datang sebelum Aku, adalah pencuri dan perampok, dan domba-domba itu
tidak mendengarkan mereka.
Sekaligus
menunjukan akan seperti apakah domba-domba yang sejati itu: tidak
mendengarkan suara domba yang
lain.
Pada
pengajarannya tentang dirinya sendiri, Yesus menunjukan kekuatan penggembalaan
dirinya melampaui apa yang tak dapat dijelaskan rasio dan tak dapat dilihat
atau dipahami oleh semua indrawi kita, bahwa penggembalaannya mengapa begitu
eksklusif dan mengapa itu adalah tugasnya, sebab penggembalaannya erat terkait
dengan kuasanya atas pemerintahan maut. Perhatikan ini:
Yohanes
5:24-25 Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya barangsiapa mendengar perkataan-Ku dan percaya kepada
Dia yang mengutus Aku, ia mempunyai hidup yang kekal dan tidak
turut dihukum, sebab ia sudah pindah dari dalam maut ke dalam hidup.
Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya saatnya akan tiba dan sudah tiba, bahwa
orang-orang mati akan mendengar suara Anak Allah, dan mereka yang mendengarnya,
akan hidup.
Sehingga
kepercayaan Kristen bahwa mati dalam
Yesus memiliki kepastian untuk memiliki hidup kekal, pertama-tama bukan sebuah
cita-cita atau pengharapan yang dibangun dan dikembangkan manusia sebagai
sebuah rekayasa keunggulan jika bersama Yesus, sebab ini sepenuhnya adalah ranah penggembalaan Yesus bagi semua
domba-Nya. Maksud saya, ketika bicara iman dan realitas hidup ini, maka
iman Kristen bukan iman yang utopia dan idealistik, tetapi membawa saya dan
anda untuk menghadapi hidup ini secara tangguh dan dalam sebuah kedewasaan
mengapa memilih untuk beribadah kepada-Nya sebagai sebuah pengejaran hidup
sehari-hari. Ingat, inilah kehidupan sehari-hari yang bersentral pada
penggembalaan-Nya yang berbunyi: mendengar perkataan-Ku dan percaya
(yang mana ini adalah hidup dalam penggembalaan firman Tuhan, jadi ini bukan
semacam sebuah sloganisme dalam beriman), ia mempunyai hidup yang kekal dan tidak turut dihukum, ini pada
fakta imannya memang akan membuat saya dan anda memiliki kebenaran dan
kehidupan-Nya berdasarkan penggembalaan-Nya yang memiliki produksi-produksi
dalam kehidupan sehari-hari, menyatakan
memang benar saya digembalakannya-ini bukan hanya pada aspek positif saja
tetapi pada aspek negatif saat tersesat dan ditemukan-Nya:
Lukas
15:4 Siapakah di antara kamu yang mempunyai seratus ekor domba, dan jikalau ia
kehilangan seekor di antaranya, tidak meninggalkan yang sembilan puluh sembilan
ekor di padang gurun dan pergi mencari yang sesat itu sampai ia
menemukannya?
Jadi
pasti bukan tong yang nyaring bunyinya, tetapi perkataan kebenaran saya dan
anda memang cermin keadaan jiwa yang telah dilepaskan dari maut kepada
hidup-Nya. Saya dan anda memiliki hidup yang digembalakan firman Tuhan.
Sekaligus Yesus terbukti berkuasa penuh di dunia yang jahat ini, tanpa memiliki
problem atas si jahat atau Ia Yesus tidak berdaulat atas iblis. Ini dipastikan oleh Yesus sendiri dalam sebuah
statement yang sangat keras:
Yohanes
10:28-29 dan Aku memberikan hidup yang kekal kepada mereka dan mereka pasti
tidak akan binasa sampai selama-lamanya dan seorangpun tidak akan merebut
mereka dari tangan-Ku. Bapa-Ku, yang memberikan mereka kepada-Ku, lebih besar
dari pada siapapun, dan seorangpun tidak dapat merebut mereka dari
tangan Bapa.
Jadi
seperti tadi telah dikemukakan, dalam penggembalaan Allah tak membuat siapapun
umatnya menjadi begitu mulus hidupnya dan terproteksi secara vakum dari dunia.
Bahkan bisa tersesat, tapi apakah itu bukti kalau Yesus tak berdaya atas
kehendak bebas manusia dan tak pernah menaklukan iblis hingga kematiannya di
kayu salib… begitukah? Bukan dan tidak pernah. Coba lihat…sementara Yesus bicara
domba bisa tersesat, namun juga berkata seorangpun tidak dapat merebut mereka
dari tangan Bapa. Inikan realitasnya dan kerap mengundang Tanya…benarkah? Bukankah
begitu saudara?
Pada
kebenaran beriman semacam inilah kita akan mengenal-Nya sebagai Allah yang
berkuasa penuh karena Ia berdaulat penuh di dunia ini sementara keseharian saya
dan anda memang keras. Ini tak
menunjukan Allah memiliki problem dalam mengatasi penguasa dunia ini, apalagi sampai mengajarkan bahwa hingga kini
Allah masih belum bisa menghakimi iblis walau Yesus sudah selesai menuntaskan
misinya di atas salib itu. Kalau begini cara berpikirnya, maka itu sama dengan
membangun hidup diluar penggembalaan Yesus yang paling esensial: dengarkanlah
dan taatilah suaranya, termasuk ini:
Matius
13:24-30 Yesus membentangkan suatu perumpamaan lain lagi kepada mereka,
kata-Nya: "Hal Kerajaan Sorga itu seumpama orang yang menaburkan benih
yang baik di ladangnya. Tetapi pada waktu semua orang tidur, datanglah musuhnya
menaburkan benih lalang di antara gandum itu, lalu pergi. Ketika gandum
itu tumbuh dan mulai berbulir, nampak jugalah lalang itu. Maka
datanglah hamba-hamba tuan ladang itu kepadanya dan berkata: Tuan, bukankah
benih baik, yang tuan taburkan di ladang tuan? Dari manakah lalang itu? Jawab tuan itu: Seorang musuh yang melakukannya. Lalu
berkatalah hamba-hamba itu kepadanya: Jadi
maukah
tuan supaya kami pergi mencabut lalang itu? Tetapi ia berkata: Jangan,
sebab mungkin gandum itu ikut tercabut pada waktu kamu mencabut lalang itu. Biarkanlah keduanya tumbuh
bersama sampai waktu menuai. Pada waktu itu aku akan berkata
kepada para penuai: Kumpulkanlah dahulu lalang itu dan ikatlah berberkas-berkas
untuk dibakar; kemudian kumpulkanlah
gandum itu ke dalam lumbungku."
Bisakah
anda melihat persinggungan hidup beriman dan interaksinya dengan dunia dengan
segala problemnya. Bahkan ada Seorang Musuh (Echtros yang adalah seorang musuh yang secara terbuka
mengumbarkan permusuhan dan penentangan yang sangat dalam sehingga akan mendatangkan mara bahaya terhadap
pekerjaan Allah bagi kehidupan setiap yang dipeliharanya atau dijagainya atau
digembalakannya). Apakah situasi tersebut menunjukan karena walaupun
Kristus telah selesai dalam karya salibnya, sebetulnya masih ada perjuangan
hidup mati yang harus diperankan setiap anak-anak Tuhan? Begitukah karena Yesus
pada salib itu bukan untuk mencapai kemenangan mutlak atas iblis dan membebaskan
kita dari problem iblis, tetapi semata menunjukan ketaatannya kepada Bapa
hingga mati dan mati di kayu salib….hanya sebatas itu dan tidak lebih?! Jika
anda percaya dengan pengajaran seperti ini, maka kehidupan beriman anda bukan
dalam penggembalaan Yesus tetapi pada penggembalaan manusia yang bahkan pada
dirinya sendiri lebih percaya pada Allah yang memiliki problem menanggulangi
kejahatan dan penderitaan di dunia ini, oleh sebab Allah belum menuntaskan
karir iblis di dunia ini sehubungan dengan barang bukti Allah bermasalah.
Karena itu anda diminta oleh pendeta tersebut menjadi corpus delicti bagi Allah
untuk membantu Allah menghakimi iblis?! Ini salah besar, sebab Yesus
menjelaskan problem kejahatan dan penderitaan masih tetap ada walau Yesus sudah
mati pada salib dan bangkit dari kematian, semata karena Allah menang dan
berkuasa penuh untuk memberkati saya dan
anda tetap berbuah penuh walau demikian faktanya, perhatikan lagi ini:
Lalu
berkatalah hamba-hamba itu kepadanya: Jadi
maukah
tuan supaya kami pergi mencabut lalang itu? Tetapi ia berkata: Jangan,
sebab mungkin gandum itu ikut tercabut pada waktu kamu mencabut lalang itu. Biarkanlah keduanya tumbuh
bersama sampai waktu menuai. Pada waktu itu aku akan berkata
kepada para penuai: Kumpulkanlah dahulu lalang itu dan ikatlah berberkas-berkas
untuk dibakar; kemudian kumpulkanlah
gandum itu ke dalam lumbungku."
Hanya
manusia yang masih memiliki problem gagal untuk percaya pada Yesus sudah menang
dan menaklukan iblis berdasarkan apa yang dilihat dan diobservasinya, akan
mampu mengajarkan sebuah pengajaran yang
membuat realitas iman seharmoni dengan pengharapan beriman yang merendahkan karya Sang Mesias pada salib.
Hidup
ini penuh tantangan dan kesukaran, tetapi jangan pernah katakan Allah
bermasalah dan Yesus tak pernah menang atas pemerintahan iblis sebab Bapa
bermasalah terhadap iblis, sebagaimana pengajaran Corpus Delicti. Allah tetap
berdaulat dan berkuasa walau anda sakit, bukankah? Allah tetap berdaulat dan
berkuasa walau topan melanda, bukankah? Allah tetap setia kepadamu dan
mengasihimu walau anda satu kali dan beberapa kali dapat tergelincir sebagaimana
pendaki gunung masih dapat tergelincir walau ia sedemikian rupa sangat
berhati-hati dalam melangkahkan dan menginjakan kakinya pada jejakan dinding
gunung sementara tubuhnya telah secara cermat dilindungi oleh tali tali dan
kaitan-kaitan kokoh pada celah-celah dinding gunung yang terjal. Sekali waktu
ia bisa tergelincir tetapi tidak sama sekali membuktikan jika demikian jangan
lagi pernah mendaki gunung itu dan anda telah gagal sama sekali. Kehidupan beriman itu pada derajat lebih sederhana agak mirip dengan hal itu, bahwa tak
sembarangan dan memerlukan dedikasi yang tak main-main. Karena itulah apa yang
diperlukan telah diberikan Yesus yaitu
memiliki relasi dan kepercayaan
kepadanya sebagai gembala agung yang berkuasa atas jiwa. Jika pendaki gunung
mengandalkan semua alat-alat proteksi dan tali-tali pelindung dari kejatuhan
fatal dalam melakukan perjalanan ke puncak, mengapa kita tidak mengandalkan
relasi dengan Yesus sebagai gembala agung kita sementara kita masih harus
melakukan perjalanan hidup ini. Mengapa sampai berpikir Allah memiliki problem
terhadap iblis terkait barang bukti yang tak memadai dalam penghakiman-Nya yang
harus maha-adil dan mahakudus? Mengapa anda sampai berpikir sedemikian rendahnya
terhadap karya Yesus itu?
Pun
pada sisi lain yang lebih umum, jangan juga beriman sebagaimana orang yang menghendaki Yesus
sebagai raja pemenuh kehendak diri. Mengapa tidak mengejar pengenalan yang
semakin dalam dan kuat sementara masih belajar beriman dan masih berjuang untuk
bukan saja berjalan dalam cuaca yang cerah, tetapi juga mampu berjalan dalam
cuaca yang berbadai dan gelap. Itulah hidup itu, dan semenjak Yesus menggemgam
kesudahan gembalaannya yang semacam ini: Pada
waktu itu aku akan berkata kepada para penuai: Kumpulkanlah dahulu lalang
itu dan ikatlah berberkas-berkas untuk dibakar; kemudian kumpulkanlah gandum itu ke dalam lumbungku, mari optimis
bersama-Nya dalam membangun kehidupan yang semakin mulia dan pakailah semua waktu dan semua talenta diri ini untuk
digunakan secara optimal sementara berkat-berkat dan kekuatan-kekuatan dari
Gembala Agung kita, telah disediakannya bagi kita. Ini penting sekali, karena
inilah sumber keberhasilan hidup beriman yang berbuah dalam dunia yang keras
dan penuh tantangan: Jadi maukah
tuan supaya kami pergi mencabut lalang itu? Tetapi ia berkata: Jangan,
sebab mungkin gandum itu ikut tercabut pada waktu kamu mencabut lalang itu. Biarkanlah keduanya tumbuh
bersama sampai waktu menuai.
Jangan
takut dan cemas, Ia gembala kita di dunia ini. Hidup ini harus memuliakannya
bukan agar menjadi corpus delicti bagi Bapa untuk mengadili iblis. Bukan bung!
Tetapi kita harus memuliakan Bapa, sebab begitulah Bapa merancang diri kita
yang telah ditebusnya dan telah diserahkannya kepada Anak!
Jadi maukah
tuan supaya kami pergi mencabut lalang itu? Tetapi ia berkata: Jangan, sebab mungkin gandum itu ikut tercabut pada
waktu kamu mencabut lalang itu. Biarkanlah keduanya
tumbuh bersama sampai waktu menuai.
Pada waktu itu aku akan berkata kepada para penuai: Kumpulkanlah dahulu lalang
itu dan ikatlah berberkas-berkas untuk dibakar; kemudian kumpulkanlah gandum
itu ke dalam lumbungku."- Matius 13:28-30
Soli Deo Gloria
No comments:
Post a Comment