F O K U S

Nabi Daud Tentang Siapakah Kristus

Ia Adalah Seorang Nabi Dan Ia Telah   Melihat Ke Depan Dan Telah Berbicara Tentang Kebangkitan Mesias Oleh: Blogger Martin Simamora ...

0 Bisakah Aku?

Oleh: Martin Simamora

Berjalan di Dunia dengan Segala Realitanya dan Tetap Beriman Kepada Tuhan dengan Segenap Kedaulatannya



Kalau anda melihat dunia sekitarmu, apa yang akan anda katakan dalam sebuah kalimat singkat untuk menyatakannya? Apakah anda akan dan tetap berkata seperti ini:

-Tuhan Mahakuasa (Kejadian 17:1)
-Tuhan Mahatinggi (Kejadian 14:18)
-Tuhan Panjiku (Keluaran 17:16)
-Tuhan Gembalaku (Mazmur 23)
-Tuhan Keadilan  kita (Yeremia 23:6)
-Tuhan Pengudusku (Keluaran 31:13)
-Tuhan Menyediakan (Kejadian 22:14)
-Tuhan Damai Sejahtera (Hakim-Hakim 6:24)

Atau, sebaliknyakah? Sehingga akan berkata sebaliknya atas setiap pernyataan tersebut karena Ia yang disebut Tuhan dengan gelar-gelarnya tersebut bukan sama sekali sebuah  eksistensi yang otentik, atau kalaupuan benar demikian, itu masa lalu saja, atau sebaik-baiknya Ia tidak selalu demikian.

Berjalan di dunia  dengan segala realitanya bisa memahitkan jiwa sepahit-pahitnya hingga beriman kepada Tuhan, bagaikan sebuah kegilaan yang menindas jiwa. Seperti membangun dunia utopia di dunia yang realitanya lebih kuat menunjukan bahwa eksistensi Tuhan itu tidak Mahakuasa dan tidak Mahatinggi, sehingga bisa dipastikan jika Ia bukan segala-galanya dan satu-satunya yang dapat dijadikanTuhan, tetapi setiap manusia harus menunjukan kualitas dirinya sebagai tuhan-tuhan atas dirinya sendiri, demi keselamatan dan keamanan dirinya sendiri selama di dunia ini. Ini sebuah kehidupan dimana realita semakin lama akan semakin memojokan hingga tersudutkan di sudut-sudut super lancip. Oleh realita semacam ini:


Ketahuilah bahwa pada hari-hari terakhir akan datang masa yang sukar. Manusia akan mencintai dirinya sendiri dan menjadi hamba uang. Mereka akan membual dan menyombongkan diri, mereka akan menjadi pemfitnah, mereka akan berontak terhadap orang tua dan tidak tahu berterima kasih, tidak mempedulikan agama, tidak tahu mengasihi, tidak mau berdamai, suka menjelekkan orang, tidak dapat mengekang diri, garang, tidak suka yang baik, suka mengkhianat, tidak berpikir panjang, berlagak tahu, lebih menuruti hawa nafsu dari pada menuruti Allah. Secara lahiriah mereka menjalankan ibadah mereka, tetapi pada hakekatnya mereka memungkiri kekuatannya. Jauhilah mereka itu! Sebab di antara mereka terdapat orang-orang yang menyelundup ke rumah orang lain dan menjerat perempuan-perempuan lemah yang sarat dengan dosa dan dikuasai oleh berbagai-bagai nafsu, yang walaupun selalu ingin diajar, namun tidak pernah dapat mengenal kebenaran. Sama seperti Yanes dan Yambres menentang Musa, demikian juga mereka menentang kebenaran. Akal mereka bobrok dan iman mereka tidak tahan uji.-2 Timotius 3:1-8


Melihat realita dunia sekitarmu, ya..sekitarmu, masihkah engkau dan saya akan berkata memang benar Tuhan Mahatinggi dan Tuhan Mahakuasa atau tidak lagikah? Sehingga akan berkata Tuhan berkuasa tetapi tidak Mahakuasa dan Tuhan Tinggi tetapi tidak Mahatinggi sebab realitanya dunia ini bersabda begitu berbeda. Kesukaran lebih berkuasa ketimbang seru doaku kepada-Mu ya Tuhan dan bualan orang-orang yang tidak percaya kepada-Mu, nyatanya lebih dapat dipercaya ketimbang sabda-Mu. Apakah  imanmu akan tahan uji dan apakah engkau akan mampu mempertahankan imanmu dalam situasi seperti ini? Sebetulnya jika anda sudah tidak percaya bahwa Tuhan Mahtinggi dan Tuhan Mahakuasa adalah eksistensi-Nya yang mengatasi segala sesuatu, maka boleh dikatakan pada dirinya sendiri tidak ada lagi kekuatan jiwa untuk bertahan sekedar percaya bahwa Ia Mahatinggi dan Ia Mahakuasa sehingga Ia adalah Gembalaku memang benar-benar berkuasa. Ketika anda melihat betapa leluasanya kehidupan: “Mereka akan membual dan menyombongkan diri, mereka akan menjadi pemfitnah, mereka akan berontak terhadap orang tua dan tidak tahu berterima kasih, tidak mempedulikan agama, tidak tahu mengasihi, tidak mau berdamai, suka menjelekkan orang, tidak dapat mengekang diri, garang, tidak suka yang baik, suka mengkhianat, tidak berpikir panjang, berlagak tahu, lebih menuruti hawa nafsu dari pada menuruti Allah. Secara lahiriah mereka menjalankan ibadah mereka, tetapi pada hakekatnya mereka memungkiri kekuatannya” di depan matamu sehingga anda mulai percaya bahwa Tuhan tidak Mahakuasa sekalipun berkuasa dan Tuhan tidak Mahatinggi sekalipun Ia memang  ada di tempat yang tinggi, maka inilah kehidupan tidak tahan uji. Anda bisa saja membangun kehidupan beriman dalam kodrat baru yang disesuaikan dengan realita Tuhan tidak Mahakuasa dan tidak Mahatinggi berdasarkan realita dunia ini melalui membangun kebenaran dan kekudusan di atas diri sendiri agar dengan demikian Tuhan terbukti memang Mahatinggi dan memang Mahakuasa dihadapan kehendak manusia yang berada dalam kekang kendali kegelapan dunia ini.


Untuk dapat berjalan di dunia dengan segala realitanya dan beriman kepada Tuhan dengan segenap kedaulatannya memerlukan kasih karunia-Nya, karena mata indrawi kita ini terlampau kuat  untuk bersabda atas jiwa dan pikiran kita. Mata indrawi kita dapat menindas kemampuan kita untuk memilih dan membuat keputusan  melalui sabda-sabda kegentaran realita dunia ini, sehingga keberimanan seorang manusia bertuhan itu menjadi semu sebab Tuhan tidak lagi  terlihat Mahatinggi dan Mahakuasa sebagai sebuah keotentikan. Ini tidak main-main daya tekan sabda bagi jiwa melalui indrawi mata kita. Coba perhatikan hal berikut ini:

Mazmur Asaf. Sesungguhnya Allah itu baik bagi mereka yang tulus hatinya, bagi mereka yang bersih hatinya. Tetapi aku, sedikit lagi maka kakiku terpeleset, nyaris aku tergelincir. Sebab aku cemburu kepada pembual-pembual, kalau aku melihat kemujuran orang-orang fasik. Sebab kesakitan tidak ada pada mereka, sehat dan gemuk tubuh mereka; mereka tidak mengalami kesusahan manusia, dan mereka tidak kena tulah seperti orang lain. Sebab itu mereka berkalungkan kecongkakan dan berpakaian kekerasan. Karena kegemukan, kesalahan mereka menyolok, hati mereka meluap-luap dengan sangkaan. Mereka menyindir dan mengata-ngatai dengan jahatnya, hal pemerasan dibicarakan mereka dengan tinggi hati. Mereka membuka mulut melawan langit, dan lidah mereka membual di bumi. Sebab itu orang-orang berbalik kepada mereka, mendapatkan mereka seperti air yang berlimpah-limpah. Dan mereka berkata: "Bagaimana Allah tahu hal itu, adakah pengetahuan pada Yang Mahatinggi?" Sesungguhnya, itulah orang-orang fasik: mereka menambah harta benda dan senang selamanya! Sia-sia sama sekali aku mempertahankan hati yang bersih, dan membasuh tanganku, tanda tak bersalah. Namun sepanjang hari aku kena tulah, dan kena hukum setiap pagi. Seandainya aku berkata: "Aku mau berkata-kata seperti itu," maka sesungguhnya aku telah berkhianat kepada angkatan anak-anakmu. Tetapi ketika aku bermaksud untuk mengetahuinya, hal itu menjadi kesulitan di mataku, sampai aku masuk ke dalam tempat kudus Allah, dan memperhatikan kesudahan mereka. Sesungguhnya di tempat-tempat licin Kautaruh mereka, Kaujatuhkan mereka sehingga hancur. Betapa binasa mereka dalam sekejap mata, lenyap, habis oleh karena kedahsyatan!- Mazmur 73:1-19




Saudara-saudaraku, saya ingin katakan satu hal, bahwa dunia ini keras dan begitu bengis dalam hal menginginkan kekacauanmu, kegagalanmu dan  kematian kehidupan dirimu, dan bagaimanapun perjuangan dan dedikasi jiwamu untuk mencapai yang terbaik, dikurung oleh limitasi tubuh dan limitasi jiwa-sebab bagaimanapun, kita hanyalah manusia yang berikhtiar dan berjuang dalam hidup ini demi yang terbaik. Kita bisa seketika diruntuhkan oleh hal-hal tak terduga. Bahaya dan ancaman bisa sekejab mata merubah kebahagian sebuah keluarga menjadi petaka yang memilukan hati. Dan, kalau anda membaca Mazmur 73 di atas, bukankah itu merupakan potret purba dan sekaligus sebuah potret kekinian di “zaman now” ini? Dan jika melihat realita di sekitarmu, maka perkataan atau pemikiran yang berbunyi “bagaimana Allah tahu hal itu, adakah pengetahuan pada  Yang Mahatinggi” sebuah kebenaran rasional?! Jadi benarkan bahwa Allah memang berkuasa tetapi tidak Mahakuasa, dan Allah memang berada di tempat tinggi tetapi tidak Mahatinggi sehingga memang benar Allah tahu banyak hal tetapi jelas tidak Mahatahu. Sebab jika demikian, masakan Ia membiarkan semuanya itu? Dimanakah Ia dengan gelar-gelar Mahatinggi, Mahakuasa dan sehingga Mahatahu jika begitu? Dan sebagaimana Asaf, ketika kita berupaya mencari penjelasan dan rasionalitas atas realita dunia yang semacam itu akan sangat sukar sekali bagi mata ini: Tetapi ketika aku bermaksud untuk mengetahuinya, hal itu menjadi kesulitan di mataku. Maksud saya begini, dalam skenario kekinian jikapun saya sendiri membangun rasionalitas berdasarkan doktrin-doktrin Kristen yang paling teruji di sepanjang zaman ini, tetap  indra mata ini bisa membangkitkan pemberontakan-pemberontakan mulai dari yang terhalus yang berkata mana mungkin Ia Mahakuasa dan Mahatinggi-sehingga mana mungkin aku harus menenggelamkan diriku dalam sebuah percaya yang kudus dan total kepadamu sehingga aku berkata Tuhan adalah Gembalaku? Ia Gembalaku? Yang benar sajalah…. Untuk mempertahankan dirinya Mahakuasa dan Mahatinggi terhadap dunia yang dapat menelurkan berbagai peristiwa tidak benar dan tidak adil saja tidak mampu, mau menjadi gembalaku? Berdoa kepadanya seolah Ia benar sumber pertolongan yang sahih dan berkuasa penuh-Mahatinggi dan Mahakuasa, yang benar sajalah! Apakah benar yang Mahatinggi memiliki pengetahuan  apapun juga  atas berjuta-berjuta problem dengan jawabannya dan kuasa untuk mewujudkannya sehingga dapat memberikan keadilan, kebenaran dan keselamatan di dunia ini? Ketika kita berjuang untuk memahaminya dengan kekuatan diri ini, maka kesukaran tak berkesudahan yang membelit kita. Inilah yang akan melahirkan sebuah kehidupan spiritualisme baru yang rasional dan terlihat sebagai hal yang benar namun sudah menyangkali bahwa Ia Mahatinggi dan Mahakuasa: Mereka membuka mulut melawan langit, dan lidah mereka membual di bumi. Sebab itu orang-orang berbalik kepada mereka, mendapatkan mereka seperti air yang berlimpah-limpah. Inilah kehidupan rohani baru dalam berbagai ragamnya, maka tidak heran jika dari mimbar gereja yang kudus, para pendeta terlihat begitu gagah membuktikan: Tuhan tidak Mahakuasa senantiasa dan Tuhan tidak Mahatinggi senantiasa- ia membutuhkan pertolonganmu  untuk menolong dirimu sendiri agar Ia dapat membantumu. Ada banyak berkeliaran para pemberita di atas mimbar gereja kini mengajar dengan mulut penuh bualan melawan langit dan banyak  pengikut yang meng-aminkannya, sebab memang  untuk bertahan secara otentik Ia Mahatinggi dan Mahatinggi berdasarkan Mata sebagai pandu atau refleksi pengajaran adalah sangat berbahaya. Asaf tertolongkan setelah ia sendiri mengalami ini: sampai aku masuk ke dalam tempat kudus Allah, dan memperhatikan kesudahan mereka.


Maksud saya, beriman itu bukan konsepsi dan bukan doktrin yang tidak memberkati jiwa-jiwa untuk bisa masuk ke tempat kudus Allah sehingga dimampukan untuk memperhatikan bagaimana pemerintahan Allah berlangsung hingga kesudahannya dan menyelesaikan dunia yang jahat ini.


Yesus Sang Kristus juga membawa para pendengarnya untuk masuk ke dalam tempat kudus Allah, dan memperhatikan kesudahan mereka sementara mata kita semua disajikan dengan berbagai peristiwa yang mensahkan kita untuk berkata: Allah Mahakuasa tetapi tidak selalu! Mari kita perhatikan apa yang dikatakan dan diajarkan oleh Yesus:

Yesus membentangkan suatu perumpamaan lain lagi kepada mereka, kata-Nya: "Hal Kerajaan Sorga itu seumpama orang yang menaburkan benih yang baik di ladangnya. Tetapi pada waktu semua orang tidur, datanglah musuhnya menaburkan benih lalang di antara gandum itu, lalu pergi. Ketika gandum itu tumbuh dan mulai berbulir, nampak jugalah lalang itu. Maka datanglah hamba-hamba tuan ladang itu kepadanya dan berkata: Tuan, bukankah benih baik, yang tuan taburkan di ladang tuan? Dari manakah lalang itu? Jawab tuan itu: Seorang musuh yang melakukannya. Lalu berkatalah hamba-hamba itu kepadanya: Jadi maukah tuan supaya kami pergi mencabut lalang itu? Tetapi ia berkata: Jangan, sebab mungkin gandum itu ikut tercabut pada waktu kamu mencabut lalang itu. Biarkanlah keduanya tumbuh bersama sampai waktu menuai. Pada waktu itu aku akan berkata kepada para penuai: Kumpulkanlah dahulu lalang itu dan ikatlah berberkas-berkas untuk dibakar; kemudian kumpulkanlah gandum itu ke dalam lumbungku."- Matius 13:24-20





Pada umumnya semua akan begitu beriman dengan realita: ketika gandum itu tumbuh dan mulai berbulir, nampak jugalah lalang itu, sebagai dasar kebenaran untuk berkata bahwa Kerajaan Sorga tidak Mahakuasa selalu dan tidak Mahatinggi selalu. Apalagi diperlihatkan bahwa lalang itu muncul sebagai akibat : “seorang musuh yang melakukannya.” Ini lebih benar lagi bahwa Kerajaan Sorga tidak Mahakuasa terhadap iblis dan kerajaannya sebab baik Bapa dan Anak memang tidak berkuasa penuh untuk menaklukan iblis.  Jadi ketika mata melihat: gandum dan lalang tumbuh bersama, akan dikatakan sebagai bukti bahwa Bapa dan Anak tidak berdaya terhadap realita dunia yang keras ini. Semua akan mengaminkannya dan akan mentertawakan kepada siapapun yang begitu percaya bahwa Allah Mahatinggi dan Mahakuasa secara absolut dan total dalam keberadaan demikian. Para pembual terhadap langit biasanya akan berkata begini: Dia jangan diandalkan penuh, anda harus berjuang dan melakukan bagian untuk melawan iblis! Problemnya bagaimana mungkin anda mengandalkan kekuatan diri anda jika  Tuan berkata begini kepada hamba-hambanya:” Jangan, sebab mungkin gandum itu ikut tercabut pada waktu kamu mencabut lalang itu. Biarkanlah keduanya tumbuh bersama…” menjawab sebuah permintaan yang merupakan harapan semua manusia termasuk saya dan anda kepada Tuhan yang akan membuktikan Ia Mahatinggi dan Mahakuasa jika permintaan ini: Jadi maukah tuan supaya kami pergi mencabut lalang itu? dipenuhi!!


Itulah yang sekarang dilihat oleh mata kita. Asaf berkata bahwa ia baru mengerti kebenaran sesungguhnya dibalik semua ini, ketika ia masuk ke dalam tempat kudus Allah. Ini adalah posisi pemerintahan Bapa yang sedang mengendalikan secara total setiap peristiwa baik jahat dan baik sesuai dengan maksud dan tujuan Bapa yang telah ditetapkan di dalam tempat kudus-Nya. Asaf ketika berada di luar posisi ini, ia sudah siap dengan keputusan ini: Sia-sia sama sekali aku mempertahankan hati yang bersih, dan membasuh tanganku Untuk mampu tahan uji di dunia ini, anda membutuhkan Tuhan yang menggembalakanmu, tidak bisa anda menggembalakan diri anda dengan kekuatan diri sendiri, kecuali akan berakhir dalam kegilaan untuk bertuhan dalam dunia yang benar-benar hidup dalam anarkisme yang entah siapakah yang mengendalikannya.


Tetapi Yesus Kristuspun kepada para pendengarnya membawa masuk mereka ke dalam tempat kudus Bapa, dengan menunjukan fakta-fakta yang tak dapat kita pahami sebagai kebenaran otentik:


-        Gandum –gandum itu sekalipun dalam himpitan ilalang yang ditaburkan oleh musuh, tetap berbuah. Itu sebabnya dalam perumpamaan Kerajaan Sorga, Yesus menunjukan bahwa IA berdaulat penuh melalui panen besar itu. Iblis tidak menjadi penentu final dan tidak berkuasa mematikan satu tanaman gandum yang telah ditetapkan sang tuan untuk : biarkanlah tumbuh bersama-sama. Biarkanlah tumbuh bersama-sama menunjukan kualifikasi setiap tanaman gandum dan pemeliharaan sang tuan agar dalam realita keras dan penuh dengan kekejian itu, dapat menjalankan sebuah kehidupan yang dikehendaki-Nya: bertahan dan setia hingga kesudahannya dengan tetap berbuah sehingga dapat dipanen sang tuan.


-        Sang Tuan tetap Mahakuasa dan Mahatinggi dalam sebuah keotentikan karena didalam dunia yang keji ini dan penuh ketidaksinkronan antara  kemahakuasaan Tuhan dengan realita dunia ini, fakta di tempat kudus Allah: Ia berdaulat penuh tanpa diskon sedikitpun sebab kesudahannya memiliki dua sisi absolut: panen dan pembinasaan: “Pada waktu itu aku akan berkata kepada para penuai: Kumpulkanlah dahulu lalang itu dan ikatlah berberkas-berkas untuk dibakar; kemudian kumpulkanlah gandum itu ke dalam lumbungku.” Ini adalah momentum yang paling membahagiakan bagi para penuainya setelah sebelumnya permintaan mereka untuk segera menghancurkan saat itu pekerjaan si jahat telah ditolak sang tuan dengan berkata: biarkanlah keduanya tumbuh bersama hingga tiba saat panen. Pernyataan “pada waktu itu aku akan berkata kepada para penuai: kumpulkanlah dahulu lalang itu dan ikatlah berberkas-berkas untuk dibakar” menunjukan bahwa tidak ada problem dengan Ia Mahakuasa dan Ia Mahatinggi sementara kejahatan, ketidakbenaran dan penolakan kebenaran sabda Kristus bahwa Ia Juruselamat dunia, sehingga memiliki dasar untuk dikatakan Ia tidak mahakuasa selalu dan tidak mahatinggi selalu. Hal yang jauh lebih penting lagi, ini menunjukan bahwa Yang Mahatinggi memiliki segala pengetahuan yang tak terbatas dalam Ia Mahakuasa, sehingga  siapapun yang ditetapkannya untuk dapat tumbuh berbuah sementara dihimpit ilalang, pasti akan memiliki kapasitas untuk bukan saja bertahan hingga kesudahannya tetapi mampu berbuah dalam ia dihimpit atau ditindas pekerjaan-pekerjaan si jahat.


Tetapi saya harus berkata begini: tidak ada satu halpun untuk membujuk anda mempercayai kebenaran ini kecuali anda masuk ke dalam tempat kudus Allah sebagaimana Yesus melakukannya, sebab mata kita merupakan pena-pena tajam dengan tinta-tinta berkualitas yang akan menuliskan sabda-sabda dunia ini kedalam relung-relung jiwa ini. Saya dan anda membutuhkan penggembalaan Sang  Gembala agar kita dapat melihat benar adanya bahwa kesudahan segala sesuatu ini adalah ini:


Lalu berkatalah hamba-hamba itu kepadanya: Jadi maukah tuan supaya kami pergi mencabut lalang itu? Tetapi ia berkata: Jangan, sebab mungkin gandum itu ikut tercabut pada waktu kamu mencabut lalang itu. Biarkanlah keduanya tumbuh bersama sampai waktu menuai. Pada waktu itu aku akan berkata kepada para penuai: Kumpulkanlah dahulu lalang itu dan ikatlah berberkas-berkas untuk dibakar; kemudian kumpulkanlah gandum itu ke dalam lumbungku."

Soli Deo Gloria



No comments:

Post a Comment

Anchor of Life Fellowship , Sebab karena kasih karunia kamu diselamatkan oleh iman; itu bukan hasil usahamu, tetapi pemberian Allah, itu bukan hasil pekerjaanmu: jangan ada orang yang memegahkan diri - Efesus 2:8-9