Oleh: Martin Simamora
Kematian
Bukan Dambaan
Hari ini ketika kita ke gereja sebagai orang-orang Kristen
atau lebih tepatnya sebagai para pengikut Yesus Kristus Juruselamat Penebus manusia dari perhambaan kematian seumur
hidupnya, seperti dikumandangkan Surat Ibrani ini: “maka Ia juga menjadi sama dengan mereka dan
mendapat bagian dalam keadaan mereka, supaya oleh kematian-Nya Ia memusnahkan
dia, yaitu Iblis, yang berkuasa atas maut; dan supaya dengan jalan demikian Ia membebaskan mereka yang seumur hidupnya
berada dalam perhambaan oleh karena takutnya kepada maut” (Ibrani 2:14-15)
maka camkanlah bahwa pengenangan kematian Sang Kristus itu sendiri adalah
menyakitkan dan bukan dambaan siapapun manusia. Siapapun juga.
Sementara lagu demi lagu Kidung Jemaat dan Buku Ende
dinyanyikan maka episode-episode ini melintas dalam benakku, menarik jiwa ini
sedalam-dalamnya untuk mengenali sebuah peristiwa kematian itu sendiri bukanlah
sebuah pemikiran atau peristiwa purba dan kuno, sebab hingga sekarang tetap
merupakan peristiwa yang tak didambakan oleh siapapun juga sehingga akan
bersorak sorai saat yang terkasih menghembuskan nafas terakhirnya. Bahkan Yesus
berduka atas kematian yang dikasihinya.
Jika dahulu kematian ada, sekarang bahkan anda dan saya
menantikan bagaikan sebuah giliran. Episode ini, misalnya, menunjukan betapa
kematian sangat tidak didambakan oleh manusia:
“Sejak waktu itu Yesus mulai
menyatakan kepada murid-murid-Nya bahwa Ia harus pergi ke Yerusalem dan
menanggung banyak penderitaan dari pihak tua-tua, imam-imam kepala dan
ahli-ahli Taurat, lalu dibunuh dan
dibangkitkan pada hari ketiga. Tetapi Petrus menarik Yesus ke samping dan
menegor Dia, katanya: "Tuhan, kiranya Allah menjauhkan hal itu! Hal itu
sekali-kali takkan menimpa Engkau."- Matius 16:21-22
Kiranya Allah
menjauhkan itu!
Sekejab Petrus menjadi begitu emosional, sebab ia mengasihinya
sebagaimana siapapun yang mengasihi yang dikasihinya akan sekuat mungkin
menjauhkan kematian sebagai sebuah tujuan hidupnya. Hidup untuk mati?
Yang benar saja!
Yang benar saja!
Petrus tak kuat jiwanya mendengarkannya, tak lagi kuasa ia
menguasai dirinya sehingga segera saja tangannya menyergap tubuh Yesus dan
menariknya seperti ia sedang merampas Yesus dari siapapun yang menghendaki ia
untuk menggenapi “harus pergi ke Yerusalem dan menanggung banyak penderitaan dari pihak
tua-tua, imam-imam kepala dan ahli-ahli Taurat, lalu dibunuh.”
Jiwa dalam bayang-bayang maut itu sungguh tak enak, semakin
usia bertambah dan semakin tubuh menua, bayang-bayang itu memekat dan kian
mencemaskan untuk disaksikan dan dialami. Kematian bukan dambaan, baik saya dan
anda. Setujukah?
Tetapi itu bukan bayang-bayang maut atau maut sedang
membayangi atau memburu Yesus, sebab Yesus memprediksi dengan kepastian padanya
sebuah kemenangan atas maut, lalu
dibunuh dan dibangkitkan pada hari ketiga. Bagi manusia dan segenap manusia, ini adalah lelucon yang
melampaui kodrat dan kegilaan yang harus
dibangunkan agar waras. Itu sebabnya sebagai sesama manusia, Petrus merampas
Yesus dari mimpi yang didambakannya tetapi bukan dambaan manusia. Kematian
bukan dambaan.
Ini begitu melukai jiwa, menghancurkan jiwa dalam ratapan
yang begitu merampas sukacita, pengharapan yang sebelumnya membinar dengan
segenap kedahsyatan mujizat-mujizat Yesus. Begitu sukar untuk memahami Yesus
sebab bukankah ia berkuasa atas kematian itu sendiri? Bukankah….. ia adalah
yang berhasil menaklukan kematian-kematian, ini:
“Kemudian
Yesus pergi ke suatu kota yang bernama Nain. Murid-murid-Nya pergi bersama-sama
dengan Dia, dan juga orang banyak menyertai-Nya berbondong-bondong. Setelah Ia
dekat pintu gerbang kota, ada orang mati diusung ke luar, anak laki-laki, anak
tunggal ibunya yang sudah janda, dan banyak orang dari kota itu menyertai janda
itu. Dan ketika Tuhan melihat janda itu, tergeraklah hati-Nya oleh belas
kasihan, lalu Ia berkata kepadanya: "Jangan menangis!" Sambil
menghampiri usungan itu Ia menyentuhnya, dan sedang para pengusung berhenti, Ia
berkata: "Hai anak muda, Aku berkata kepadamu, bangkitlah!" Maka
bangunlah orang itu dan duduk dan mulai berkata-kata, dan Yesus menyerahkannya
kepada ibunya. Semua orang itu ketakutan dan mereka memuliakan Allah, sambil
berkata: "Seorang nabi besar telah muncul di tengah-tengah kita," dan
"Allah telah melawat umat-Nya." Maka tersiarlah kabar tentang Yesus di
seluruh Yudea dan di seluruh daerah sekitarnya.”- Lukas 7:11-17
Oh.. guru agung suci yang berkuasa merampas yang mati dari
Sang Maut, mengapakah kini kaudiam atas dirimu sendiri? Begitu menyedihkan
untuk terjadi dan begitu menghancurkan semangat hidup dan pengharapan melihat
Yesus begitu kukuh dengan keinginannya harus ke Yerusalem. Kematian bukan
dambaan.
Bukankah Sang guru agung suci yang berkuasa merampas yang
mati dari Sang Maut bahkan berkuasa atas
jasad yang sudah begitu busuk
sebab kematian sudah memakan setiap
dagingnya? Dan…. Bukankah ia sendiri paham sekali betapa hancurnya
pengharapan karena kematian? Siapa yang mendamba kematian sebagaimana Ia?
Setibanya Maria di tempat Yesus
berada dan melihat Dia, tersungkurlah ia di depan kaki-Nya dan berkata
kepada-Nya: "Tuhan, sekiranya Engkau ada di sini, saudaraku pasti tidak mati."
Ketika Yesus melihat Maria menangis dan juga orang-orang Yahudi yang datang
bersama-sama dia, maka masygullah hati-Nya.- Yohanes 11:32-33
Yesus, Yesusku, Ia mengerti sekali bagaimanakah air mata mengucur
deras oleh kematian, kematian yang ditangannya adalah taklukannya. Tak peduli
sehebat apakah kematian itu berkuasa atas kehidupan manusia. Saya dan anda,
tentunya. Ia memang mengunjukannya dalam cara yang begitu menyakitkan dan
begitu sukar untuk dipahami:
Yesus memang mengasihi Marta dan kakaknya dan Lazarus. Namun setelah didengar-Nya,
bahwa Lazarus sakit, Ia sengaja tinggal
dua hari lagi di tempat, di mana Ia berada; tetapi sesudah itu Ia berkata
kepada murid-murid-Nya: "Mari kita kembali lagi ke Yudea."- Yoh
11:5-7
Tetapi maksud Yesus ialah tertidur dalam
arti mati, sedangkan sangka mereka Yesus berkata tentang tertidur dalam
arti biasa. Karena itu Yesus berkata dengan terus terang: "Lazarus sudah mati; tetapi syukurlah
Aku tidak hadir pada waktu itu, sebab demikian lebih
baik bagimu, supaya kamu dapat belajar percaya. Marilah kita pergi
sekarang kepadanya."- Yohanes 11:13-15
Sementara Petrus dan semua manusia berada dalam bayang-bayang maut, Yesus
sedang mengajarkan bahwa ia berkuasa
atas pemerintahan bayang-bayang maut. Ia mengajar tidak dengan mengutip dan
mewartakan kata-kata penghiburan dan kata-kata bijak dan kata-kata mantra atas
kematian. Ia membawa kerajaan maut dalam sebuah miniatur dihadapan para manusia bahwa ia berkuasa, atas
kematian yang mau seperti apapun
kinerjanya. Tentu ini akan sangat memilukan, tetapi bagaimana bisa Dia yang
sejak semula berkuasa atas kematian sekarang berdiri di hadapan mereka?
Sang Kristus Sang Guru Agung Suci kini sedang menghadirkan
kuasa maut dalam konsetrat terkentalnya, dilakukannya dengan penuh kuasa dan
penuh kendali, tak ada yang tak ada dalam kendalinya termasuk pada kuasa maut.
Itu sebabnya Ia berkata: Karena itu Yesus berkata dengan terus terang: "Lazarus sudah mati; tetapi syukurlah
Aku tidak hadir pada waktu itu, sebab demikian lebih
baik bagimu, supaya kamu dapat belajar percaya. Marilah kita pergi
sekarang kepadanya."
Marilah
kita pergi sekarang kepadanya. Kegilaan yang tak bisa dijelaskan
sebab sebenarnya Yesus sedang berkata, “marilah kita pergi sekarang kepada
Lazarus yang sudah menjadi mayat busuk di dalam kubur. Mendatangi kerajaan maut
yang sudah berkuasa penuh atas eksistensi Lazarus! Tuhankah dirinya,
sangkanya???
Duka dan ratapan bahkan kekecewaan, itulah semua yang
menyambut Yesus! Mengapa? Karena kematian bukan dambaan. Sementara kerajaan
maut bertakhta atas Yesus dan sengat maut sukses melukai dan menghancurkan pengharapan,
Yesus berkata begini:
“Kata Yesus kepada Marta: "Saudaramu
akan bangkit."- Yohanes 11:23
Sudah berhari-hari mati, sudah di dalam kubur dan pasti
membusuk, mau seperti apakah saudaraku itu hidupnya? Apakah Ia bisa menciptakan tubuh
jasmani yang segar dari kematian yang sudah membusukannya dan
menjejalinya dengan cairan-cairan busuk lengkap dengan jutaan bakteri yang
sedang memakan habis segenap tubuhnya? Tuhan
Sang Penciptakah Dia?
Kata Yesus: "Angkat batu itu!" Marta, saudara orang yang
meninggal itu, berkata kepada-Nya: "Tuhan, ia sudah berbau, sebab sudah empat hari ia mati."-
Yohanes 11:39
Tetapi Yesus tak peduli dengan dilema abadi manusia: ingin
hidup tapi apa daya tak berdaya dan tolol sekali terhadap kematian, sementara
semakin pintar dalam ilmu pengetahuan dan teknologi, dewasa ini?? Terhadap dilema
abadi manusia ini, Yesus bersabda kepada manusia dalam bayang-bayang maut:
"Akulah kebangkitan dan hidup; barangsiapa percaya
kepada-Ku, ia akan hidup walaupun ia sudah mati, dan setiap orang yang
hidup dan yang percaya kepada-Ku, tidak akan mati selama-lamanya. Percayakah
engkau akan hal ini?"- Yohanes 11:25-26
Yesus bukan hanya membangkitkan tetapi memberikan hidup.
Kombinasi membangkitkan dari kematian dan memberikan hidup merupakan
arsiteksi non fisik yang bahan bakunya
adalah misteri abadi manusia, sementara manusia Yesus berkata Akulah
kebangkitan dan hidup, menyatakan bahwa dialah arsitek agung penciptaan manusia sehingga
bagaimanapun kuasa maut atau kematian itu sudah merusak manusia dan kemanusiaan kita, tak problem
baginya. Tak problem baginya mau sehebat apapun kuasa maut menghancurkan
kemanusiaan dan manusia itu sendiri; tak problem mau serusak apakah harkat dan martabat kemanusiaan manusia itu
setelah dimakan oleh maut hingga beralaskan tidur tanah dan bertutupkan batu
atau apapun juga. Serusak apapun pembusukan itu telah menguraikan otak, mata,
segenap organ internal, segenap jaringan syarat dan segenap indrawi tubuh dan
telah dijejali oleh jutaan bakteri atau
mikroba-mikroba pembusuk, bagi Yesus tak masalah. Tak masalah sebab dialah juga
arsitek manusia itu sendiri dan dia sebagai arsitek kehidupan manusia berkuasa
penuh atas maut hingga maut harus dipermalukan hingga tercabik-cabik dalam ia
telah meminiaturkan perjumpaan Hidup dengan Maut.
Hingga ia sendiri membuktikannya pada dirinya sendiri:
Tetapi Yesus menjawab mereka,
kata-Nya: "Telah tiba saatnya
Anak Manusia dimuliakan. Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya jikalau biji gandum
tidak jatuh ke dalam tanah dan mati, ia tetap satu biji saja; tetapi jika ia mati, ia akan menghasilkan banyak buah.-
Yohanes 12:23-24
Kini kematian yang dimaksudkannya menjadi kematian yang
begitu berbeda dengan apa yang hendak dicegah Petrus, dan disesalkan oleh Maria
dan Marta, karena kematian ini adalah “mati menghasilkan banyak buah.”
Kematian dalam bayang-bayang maut, siapakah yang
mendambakannya? Sekarang ini bukan soal diancam dan mengancam jika tidak
percaya oleh Yesus, tetapi berbicara pada:
-Fakta kematian bagi semua manusia
-Fakta kematian
bagi Yesus Sang Kristus
Dan tidak ada kisah ancam dan mengancam terkait percaya atau
tidak percaya kepada Yesus, selain pertanyaan: percayakah kau? Sebagaimana
Yesus bertanya:
"Akulah kebangkitan dan hidup; barangsiapa percaya kepada-Ku, ia
akan hidup walaupun ia sudah mati, dan setiap orang yang hidup dan yang percaya
kepada-Ku, tidak akan mati selama-lamanya. Percayakah engkau akan hal ini?"- Yohanes
11:25-26
Bukankah tanpa perlu diancam dan tanpa perlu saya mengutip
sabda Yesus, anda saja sudah cemas kala bicara kematian? Senangkah anda
mendengarkan kata kematian itu sendiri? Mendambakannyakah anda? Coba anda jujur
dan tidak bermunafik dihadapan sang kuasa maut. Saya tak meminta anda
menghormati Yesusku, tetapi hormatilah maut yang berkuasa merebut anda dari
segala angan dan impimu yang hendak anda wujudkan di dunia ini. Faktanya anda
tak memiliki fakta apapun di hadapan maut selain misteri. Itu sebabnya penting
sekali memiliki rencana keuangan untuk anak-anak (jika anda memiliki dominasi atas
finansial) anda jika anda mati muda atau anak-anakmu belum siap. Mengapa
begitu? Karena hanya itu misteri hidup yang bisa ditangani manusia, sementara kematian
di luar Yesus, semuanya misteri.
Fakta kematian di tangan Yesus adalah fakta terkeras, bahkan kedua
kalinya bagi Petrus:
Lalu Simon Petrus, yang membawa
pedang, menghunus pedang itu, menetakkannya kepada hamba Imam Besar dan
memutuskan telinga kanannya. Nama hamba itu Malkhus. Kata Yesus kepada Petrus:
"Sarungkan pedangmu itu;
bukankah Aku harus minum cawan yang diberikan Bapa kepada-Ku?"-
Yohanes 18:10-11
Cawan yang diberikan Bapa kepada Yesus itu harus diminum
untuk satu tujuan yang telah ditetapkan oleh Yesus sendiri yang hanya terwujud
di dalam kematian yang sedang disongsongnya itu:
Sekarang jiwa-Ku terharu dan apakah yang akan
Kukatakan? Bapa, selamatkanlah Aku dari saat ini? Tidak, sebab untuk itulah Aku datang ke dalam saat ini.- Yohanes 12:27
Apakah yang terjadi didalam Ia menyongsong kematian itu,
menunjukan dasar mengapa kematian Yesus
adalah Fakta yang berbeda dengan kematian bagi manusia lainnya. Perhatikanlah sebagaimana
Yesus bersabda:
· Sekarang
berlangsung penghakiman atas dunia
ini: sekarang juga penguasa dunia ini
akan dilemparkan ke luar- Yohanes 12:31
Didalam pemberitaan injil kematian
dirinya, ia menyatakan pada kematiannyalah berlangsung penghakiman atas
penguasa dunia ini! Ini seharusnya tak perlu mengejutkan sebab kuasa dan
otoritas itu ia telah tunjukan pada miniatur Lazarus dalam dekapan maut.
·
dan
Aku, apabila
Aku ditinggikan dari bumi,
Aku akan menarik semua orang datang kepada-Ku."
Apakah fakta yang berlangsung saat Yesus mati,
disalib? Yesus berkata: “apabila Aku ditinggikan dari bumi, aku akan menarik semua orang datang kepada-Ku”[
sama dengan ia mati, ia akan menghasilkan banyak buah].
Apakah maksud perkataan itu? Beginilah Injil Yohanes menjelaskan maksud
perkataan itu: Ini dikatakan-Nya untuk
menyatakan bagaimana caranya Ia akan mati- Yohanes 12:33
Tetapi
apakah ada manusia yang dapat begitu saja menerima begitu saja bahwa sementara
ia mati, ia menghasilkan banyak buah? Tidak
dapat menerima begitu saja, dan itu para teolog dan para pemimpin agama
Yahudi:
mereka berkata: "Hai Engkau yang
mau merubuhkan Bait Suci dan mau membangunnya kembali dalam tiga hari,
selamatkanlah diri-Mu jikalau Engkau Anak Allah, turunlah dari salib itu!"
Demikian juga imam-imam kepala bersama-sama ahli-ahli Taurat dan tua-tua mengolok-olokkan
Dia dan mereka berkata: Orang lain Ia selamatkan, tetapi diri-Nya
sendiri tidak dapat Ia selamatkan! Ia Raja Israel? Baiklah Ia turun dari salib itu dan kami akan percaya
kepada-Nya. Ia menaruh harapan-Nya pada Allah: baiklah Allah menyelamatkan Dia, jikalau Allah berkenan
kepada-Nya! Karena Ia telah berkata:
Aku adalah Anak Allah.- Matius 27:40-43
Tetapi ada
yang yang dapat menerima setelah melihat bagaimana kematiannya diiringi
dengan perilaku bumi menerima kematiannya: “Kepala
pasukan dan prajurit-prajuritnya yang menjaga Yesus menjadi sangat
takut ketika mereka melihat gempa bumi dan apa yang telah terjadi, lalu berkata: "Sungguh, Ia ini adalah Anak Allah."
(Matius 27:54). Tetapi camkanlah sungguh
sukar untuk dimengerti bagaimana bisa kepala pasukan Roma beserta para prajuritnya memahami kematian adalah bukti Ia adalah Anak Allah.
Sungguh beda dengan pengajaran yang melihat kematian Yesus memerlukan
pembuktian lagi untuk membuktikan ia
benar-benar Anak Allah, yaitu jika bangkit, pada akhirnya.
Fakta
kematian Yesus pun jauh lebih mencengangkan lagi, karena semakin lebih dijaga
lagi karena fakta verbal Yesus yang
begitu tenar dan menakutkan menjelang kematiannya sendiri:
Keesokan harinya, yaitu sesudah hari
persiapan, datanglah imam-imam kepala dan orang-orang Farisi bersama-sama
menghadap Pilatus, dan mereka berkata: "Tuan, kami ingat, bahwa si
penyesat itu sewaktu hidup-Nya berkata: Sesudah
tiga hari Aku akan bangkit. Karena
itu perintahkanlah untuk menjaga kubur itu sampai hari yang ketiga; jikalau
tidak, murid-murid-Nya mungkin datang untuk mencuri Dia, lalu mengatakan kepada
rakyat: Ia telah bangkit dari antara orang mati, sehingga penyesatan
yang terakhir akan lebih buruk akibatnya dari pada yang pertama." Kata
Pilatus kepada mereka: "Ini penjaga-penjaga bagimu,
pergi dan jagalah kubur itu sebaik-baiknya." Maka pergilah mereka dan dengan
bantuan penjaga-penjaga itu mereka memeterai kubur itu dan
menjaganya.- Matius 27:62-66
Kita
tahu bahwa mayat Yesus tak pernah dicuri
sebab fakta kematian Yesus adalah
menaklukan maut di dalam kematiannya sendiri dan penguasa dunia telah
dilemparkannya. Bahkan apakah yang dapat diharapkan dari para pengecut seperti
Petrus, yang berani menghunuskan pedang tetapi menyangkali sebagai mengenal
Yesus: ”Dan pada saat itu berkokoklah ayam untuk kedua kalinya. Maka
teringatlah Petrus, bahwa Yesus telah berkata kepadanya: "Sebelum
ayam berkokok dua kali, engkau telah menyangkal Aku tiga kali." Lalu menangislah
ia tersedu-sedu” (Markus 14:72). Dan semua murid menyembunyikan
diri dalam sebuah ketakutan dan kekecewaan yang mematikan- ketakutan yang membuat mereka perlu mengunci pintunya
rapat-rapat: “Ketika hari sudah malam pada hari pertama minggu itu berkumpullah
murid-murid Yesus di suatu tempat dengan pintu-pintu yang terkunci
karena mereka takut kepada orang-orang Yahudi” (Yohanes 20:19).
Mereka bahkan tak satupun yang menganggapnya sebagai Mesias, sebagaimana Yesus
sendiri mendapatkannya:
“Kata-Nya kepada mereka: "Apakah
itu?" Jawab mereka: "Apa yang terjadi dengan Yesus orang Nazaret. Dia
adalah seorang nabi, yang berkuasa dalam pekerjaan dan perkataan di hadapan
Allah dan di depan seluruh bangsa kami. Tetapi imam-imam kepala dan
pemimpin-pemimpin kami telah menyerahkan Dia untuk dihukum mati dan mereka
telah menyalibkan-Nya. Padahal kami dahulu mengharapkan, bahwa Dialah yang datang
untuk membebaskan bangsa Israel. Tetapi sementara itu telah lewat tiga hari,
sejak semuanya itu terjadi.”- Lukas 24:19-21
Dahulu berharap,
sekarang?? Kematian Tidak didambakan!
Itu sebabnya
konspirasi
untuk menyudutkan para murid untuk menutup aib atas perjudian maut
harus ditutupi. Memang perjudian. Sebagian perilaku manusia-manusia sekitar
Yesus saat jelang kematiannya memang menjadikan Yesus sebagai obyek perjudian
yang keji dalam kematian yang sedang dirancangkan atas Yesus:
“Lalu
mereka meludahi muka-Nya dan meninju-Nya; orang-orang lain memukul Dia, dan
berkata: "Cobalah katakan
kepada kami, hai Mesias, siapakah yang memukul Engkau?"-
Matius 27:67-68
Dan
beginilah konspirasi tersebut:
“Ketika
mereka di tengah jalan, datanglah beberapa orang dari penjaga itu ke kota dan
memberitahukan segala yang terjadi itu kepada imam-imam kepala. Dan sesudah
berunding dengan tua-tua, mereka mengambil keputusan lalu memberikan sejumlah
besar uang kepada serdadu-serdadu itu dan berkata: "Kamu harus mengatakan,
bahwa murid-murid-Nya datang malam-malam dan mencuri-Nya ketika kamu sedang
tidur. Dan apabila hal ini kedengaran oleh wali negeri, kami akan berbicara
dengan dia, sehingga kamu tidak beroleh kesulitan apa-apa." Mereka
menerima uang itu dan berbuat seperti yang dipesankan kepada mereka. Dan
ceritera ini tersiar di antara orang Yahudi sampai sekarang ini.”- Matius
28:11-15
Fakta
kematian di tangan Yesus adalah pisau
tajam yang menguliti realitas manis kehidupan manusia hingga mengeluarkan fakta
hitam dan begitu busuk, bahwa saya dan anda adalah budak kematian. Ini bukan
soal mengapa saya harus percaya dengan seorang manusia purba dan tulisan purba,
atau mengapa saya harus ditentukan seorang manusia purba? Faktanya ketika
seorang dapat menaklukan maut dan mengarsiteki kehidupan dari kematian, itu
bukan soal purba tetapi sepanjang masa. Kecuali anda penguasa alam maut dan
anda bersahabat baik dengan kematian sehingga saat ini pun anda sangat
berbahagia.
Saya tak
berkata bahwa kematian karenanya tak menyedihkan lagi. Bukankah Yesus tadi
turut berdukacita? Hanya saja Ia meminta saya untuk percayalah bahwa Ia adalah
kebangkitan dan kehidupan. Peristiwa Jumat Agung yang dikenang hari ini adalah
penggenapan kombinasi Akulah kebangkitan dan kehidupan, didalam kematiannya
telah lahir kehidupan.
Bagaimana
dengan kamu? Yesus memang manusia purba tetapi tentu anda tak akan berani
berkata kematian soal purba, tetapi abadi. Jika begitu, bukankah Yesus adalah
abadi sebab sepanjang dikatakan maut ada, maka Yesus ada? Mengapa? Sebab bahkan
maut saja tak dapat membunuhnya!
Saya berkata ini dari hatiku, kepada mereka yang menyebut Yesus manusia purba dan berkata apakah
relevansi manusia dan tulisan purba, sehebat apapun juga, dengan diriku manusia
modern, bahwa sekalipun demikian kematian tetaplah terlalu canggih untuk
dipahami oleh teknologi super modern, filsafat, bahkan rasio yang presesinya
sebagaimana mesin-mesin robot saat menanamkan komponen-komponen mikro pada sebuah
papan sirkuit elektronik, anda akan tetap sama purbanya dengan manusia-manusia
purba dalam memahami kematian dan apalagi menaklukan kuasa kematian. Kepada
mereka yang menista Yesus, anda boleh tetap menistanya tetapi disaat
yang sama, tolong jangan nista kematianmu sendiri dengan berlagak sok tahu dan
lebih tahu daripada Yesus dengan berkata ia adalah manusia purba dan tak ada
relevansinya denganku yang moderen ini. Hargailah kematianmu sendiri
sebagaimana anda menghargai kehidupan itu dengan segala perbuatan-perbuatan
bermakna. Sudahkah anda menemukan makna bermartabat di dalam kematian itu
sendiri sebagai sebuah kehidupan yang menggairahkan? Bukankah anda tetap bodoh
dalam kematian sekalipun hebat dalam kehidupan saat ini? Jika ya dan demikian adanya, adalah bijak untuk tidak memandang
remeh perkataan orang dan yang
kematiannya telah menungganglanggangkan para prajurit Roma yang ahli
berperang itu, sebab ia telah keluar
dari kubur itu. Kubur kosong!
Sementara
kematian tetap misteri bagiku sendiri, tetapi Yesus Juruselamatku Telah
menaklukan pemerintahan maut atas dunia manusia, itulah satu-satunya dasar
bagiku untuk dapat berkata penuh kepastian bahwa kalau aku mati maka suaranya
akan memanggilku keluar dari kematian dan membangkitkanku untuk hidup didalam
kehidupan Tuhanku:
Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya barangsiapa mendengar
perkataan-Ku dan percaya kepada Dia yang mengutus Aku, ia mempunyai hidup yang
kekal dan tidak turut dihukum, sebab ia sudah pindah dari dalam maut ke dalam
hidup. Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya saatnya akan tiba dan sudah tiba,
bahwa orang-orang mati akan mendengar suara Anak
Allah, dan mereka yang mendengarnya, akan hidup. Yohanes 6:24-25
Soli Deo Gloria
No comments:
Post a Comment