Oleh: Martin Simamora
Aku
Ini... , Bukan Hantu
Betapa kemudian, kerasnya fakta kematian di tangan Yesus bagi manusia-manusia itu tak stop di kubur,
sementara kubur adalah fakta kematian dan bukan konsepsi belaka. Itu sendiri
tak mendamaikan manusia sebab pada Yesus di kematiannya sendiri merupakan fakta
kematian yang mengalahkan kematian itu sendiri, sementara mustahil bagi manusia
untuk mengalahkannya. Pada “Kematian Bukan Dambaan” sudah saya tunjukan. Saya sekarang akan menunjukan
sejenak, bahwa sekalipun semua tahu dan melihat sehingga menjadi peristiwa
nasional atas seorang manusia yang
proses kematiannya begitu panjang dan di saksikan oleh lautan manusia
dan telah dikonfirmasi dalam mekanisme
militer Roma yang seperti ini:
“Maka
datanglah prajurit-prajurit lalu
mematahkan kaki orang yang pertama dan kaki orang yang lain yang disalibkan
bersama-sama dengan Yesus; tetapi ketika mereka sampai kepada Yesus dan melihat bahwa Ia telah mati, mereka tidak mematahkan kaki-Nya, tetapi seorang dari antara
prajurit itu menikam lambung-Nya
dengan tombak, dan segera mengalir keluar darah dan air.”- Yohanes
19:31-34
Tetap saja menjadi bayang-bayang mencekam bagi para pemimpin
agama Yahudi dan penguasa politik setempat.
Yohanes 19:31-34 merupakan mekanisme pembuktian kematian yang
sangat cepat namun sangat efektif dalam
tata laksana penentuan kematian seorang terhukum tervalidasi. Kalau
kedapatan masih belum benar-benar mati,
maka patahkanlah kakinya. Pada Yesus, pematahan kaki tidak dilakukan karena
menurut pengamatan para prajurit Roma, ia memang
telah mati sempurna. Tetapi ada satu tindakan yang terlihat non prosedural
dilakukan pada Yesus, yaitu: “tetapi
seorang dari antara prajurit itu menikam lambung-Nya dengan tombak, dan segera
mengalir keluar darah dan air.” Peristiwa ini tidak dicatatkan sebagai sebuah
kelaziman yang dilakukan oleh prajurit Roma dalam menentukan atau
memastikan kematian, tetapi dicatatkan oleh Rasul Yohanes
sebagai
bertemali dengan Kitab Suci bahwa dalam salah satu momen kematian dan
momen kesunyian yang begitu senyap [karena kerumunan orang banyak yang
berteriak salibkan dia kini mulai surut setelah kemauannya terpenuhi]
dinyatakan: “Sebab hal itu terjadi, supaya
genaplah yang tertulis dalam Kitab Suci: "Tidak ada tulang-Nya yang akan dipatahkan." Dan ada pula nas yang mengatakan:
"Mereka akan memandang kepada Dia yang
telah mereka tikam."- Yohanes 19:36-37.
Catatan ini sangat penting karena Kitab Suci sendiri hendak
menyatakan setidaknya dua hal terkait keotentikan kematian Sang Kristus: