Oleh: Martin Simamora
Aku
Ini... , Bukan Hantu
Betapa kemudian, kerasnya fakta kematian di tangan Yesus bagi manusia-manusia itu tak stop di kubur,
sementara kubur adalah fakta kematian dan bukan konsepsi belaka. Itu sendiri
tak mendamaikan manusia sebab pada Yesus di kematiannya sendiri merupakan fakta
kematian yang mengalahkan kematian itu sendiri, sementara mustahil bagi manusia
untuk mengalahkannya. Pada “Kematian Bukan Dambaan” sudah saya tunjukan. Saya sekarang akan menunjukan
sejenak, bahwa sekalipun semua tahu dan melihat sehingga menjadi peristiwa
nasional atas seorang manusia yang
proses kematiannya begitu panjang dan di saksikan oleh lautan manusia
dan telah dikonfirmasi dalam mekanisme
militer Roma yang seperti ini:
“Maka
datanglah prajurit-prajurit lalu
mematahkan kaki orang yang pertama dan kaki orang yang lain yang disalibkan
bersama-sama dengan Yesus; tetapi ketika mereka sampai kepada Yesus dan melihat bahwa Ia telah mati, mereka tidak mematahkan kaki-Nya, tetapi seorang dari antara
prajurit itu menikam lambung-Nya
dengan tombak, dan segera mengalir keluar darah dan air.”- Yohanes
19:31-34
Tetap saja menjadi bayang-bayang mencekam bagi para pemimpin
agama Yahudi dan penguasa politik setempat.
Yohanes 19:31-34 merupakan mekanisme pembuktian kematian yang
sangat cepat namun sangat efektif dalam
tata laksana penentuan kematian seorang terhukum tervalidasi. Kalau
kedapatan masih belum benar-benar mati,
maka patahkanlah kakinya. Pada Yesus, pematahan kaki tidak dilakukan karena
menurut pengamatan para prajurit Roma, ia memang
telah mati sempurna. Tetapi ada satu tindakan yang terlihat non prosedural
dilakukan pada Yesus, yaitu: “tetapi
seorang dari antara prajurit itu menikam lambung-Nya dengan tombak, dan segera
mengalir keluar darah dan air.” Peristiwa ini tidak dicatatkan sebagai sebuah
kelaziman yang dilakukan oleh prajurit Roma dalam menentukan atau
memastikan kematian, tetapi dicatatkan oleh Rasul Yohanes
sebagai
bertemali dengan Kitab Suci bahwa dalam salah satu momen kematian dan
momen kesunyian yang begitu senyap [karena kerumunan orang banyak yang
berteriak salibkan dia kini mulai surut setelah kemauannya terpenuhi]
dinyatakan: “Sebab hal itu terjadi, supaya
genaplah yang tertulis dalam Kitab Suci: "Tidak ada tulang-Nya yang akan dipatahkan." Dan ada pula nas yang mengatakan:
"Mereka akan memandang kepada Dia yang
telah mereka tikam."- Yohanes 19:36-37.
Catatan ini sangat penting karena Kitab Suci sendiri hendak
menyatakan setidaknya dua hal terkait keotentikan kematian Sang Kristus:
- Sebagaimana jelang kematian dimana
Yesus masih berdaulat atas tubuhnya atau ia masih dapat menguasai tubuh
jasmaninya, maka
demikian juga setelah ia meninggalkan tubuh jasmaninya, Ia sendiri masih berdaulat untuk menentukan apa-apa saja yang
boleh terjadi atas mayatnya, yaitu: “tidak ada tulangnya yang akan
dipatahkan”- “supaya genaplah yang tertulis di dalam Kitab Suci
-
Kematian Yesus adalah benar-benar
kematian yang menghancurkan segenap fungsi internal tubuh bagian dalamnya
atau telah dipastikan tidak ada yang
namanya semacam mati suri dan kematian yang diskenariokan tidak mematikan dengan sebuah tindakan
yang bahkan menunjukan betapa tubuhnya
sudah tidak lagi menopang kehidupan:” seorang dari antara prajurit itu menikam lambung-Nya
dengan tombak, dan segera mengalir keluar darah dan air.” Lambungnya telah dipenuhi
oleh darah yang bercampur dengan air.
Bagi manusia, jika manusia dapat melampaui kematian atau melepaskan
diri dari kematian yang begitu sempurna validasi atau pengesahan kematiannya
dalam tata laksana militeristik, taklah lantas begitu saja menempatkan martabat
kemanusiaan si mati yang bangkit itu menjadi dipulihkan sedia kala sehingga
ketika muncul akan dipeluk erat-erat. Karena itulah menjadi begitu sukar untuk
disambut, selain disangka sebagai hantu. [ini sendiri menunjukan betapa manusia
begitu tak berdaya terhadap kematian selain ketakutan, kecemasan dan
kemencekaman pada dunia kematian itu sendiri. Padahal itu pasti dimasukinya
tanpa perlu anda mengakui dan menghormati kematian, sebab tubuhmu sendiri akan
menua, mengeriput, berpenyakit dan makin renta sebagai tanda bahwa tubuhmu
semakin rindu untuk masuk ke dalam liang kubur walau anda berteriak setengah mampus
untuk menolaknya]
Tetapi pada Yesus, kita akan melihat bahwa Yesus dan segala
pengajarannya, perbuatan-perbuatannya terkait kematian dan kebangkitannya,
bukan sama sekali gagasan manusia dan bukan pemikiran manusia, sebab setelah
kebangkitannya, ia bangkit dengan membawa serta untuk menghadirkan tubuh yang telah menjalani
berbagai siksa, penderitaan, kubur, berada dalam dunia kematian, tetapi kini
hadir dihadapan para murid dan masuk ke dunia manusia hidup dengan kehidupan yang telah menaklukan maut
sebagaimana terekam jelas pada tubuh jasmaniahnya! CorpusDelicti pada Yesus adalah tubuhnya
yang telah menaklukan dan menghancurkan kejahatan maut atas manusia
yang dipersembahkannya dihadapan manusia dan Allah!
Sebab ia adalah dia yang telah menaklukan
maut di dalam kematian itu sendiri atau menaklukannya dengan
jalan masuk ke dalam kematian itu sendiri, maka jelas ini bukan sedang
membicarakan bangkit dari kematian semata konsepsi atau iman yang
akan datang. Bukankah Yesus
sendiri meminta saudari almarhum Lazarus yang terkasih untuk percaya bahwa ia
akan melakukannya saat itu juga?
Ingatlah kembali ini semua:
“Jawab
Yesus: "Akulah kebangkitan dan hidup; barangsiapa percaya kepada-Ku, ia
akan hidup walaupun ia sudah mati, dan setiap orang yang hidup dan yang percaya
kepada-Ku, tidak akan mati selama-lamanya. Percayakah engkau akan hal ini?"-
Yohanes 11:25-26
“Kata Yesus: "Angkat batu
itu!" Marta, saudara orang yang meninggal itu, berkata kepada-Nya:
"Tuhan, ia sudah berbau, sebab sudah empat hari ia mati." Jawab
Yesus: "Bukankah sudah Kukatakan kepadamu: Jikalau engkau percaya engkau
akan melihat kemuliaan Allah?"- Yohanes 11:39-40
“Dan sesudah berkata demikian,
berserulah Ia dengan suara keras: "Lazarus, marilah ke luar!" Orang
yang telah mati itu datang ke luar, kaki dan tangannya masih terikat dengan
kain kapan dan mukanya tertutup dengan kain peluh. Kata Yesus kepada mereka:
"Bukalah kain-kain itu dan biarkan ia pergi."- Yohanes 11:43-44
Ini adalah iman berdasarkan
bukti sebab untuk itulah ia datang ke dunia
ini, yaitu untuk menaklukan perhambaan maut atas manusia:
“Sekarang jiwa-Ku terharu dan apakah
yang akan Kukatakan? Bapa, selamatkanlah Aku dari saat ini? Tidak, sebab untuk
itulah Aku datang ke dalam saat ini.”- Yohanes 11:27
“Tetapi seorang dari mereka yang
menyertai Yesus mengulurkan tangannya, menghunus pedangnya dan menetakkannya
kepada hamba Imam Besar sehingga putus telinganya. Maka kata Yesus kepadanya:
"Masukkan pedang itu kembali ke dalam sarungnya, sebab barangsiapa
menggunakan pedang, akan binasa oleh pedang. Atau kausangka, bahwa Aku tidak
dapat berseru kepada Bapa-Ku, supaya Ia segera mengirim lebih dari dua belas
pasukan malaikat membantu Aku?’- Matius 26:51-53
“Jika begitu, bagaimanakah akan
digenapi yang tertulis dalam Kitab Suci, yang mengatakan, bahwa harus terjadi
demikian?"- Matius 26:54
“…Padahal tiap-tiap hari Aku duduk
mengajar di Bait Allah, dan kamu tidak menangkap Aku. Akan tetapi semua ini
terjadi supaya genap yang ada tertulis dalam kitab nabi-nabi."- Matius
26:56
Ia datang untuk kematian itu sendiri
tetapi dalam fakta kematian yang berada di dalam kedaulatan Allah
bukan dalam kedaulatan iblis. Yesus terintegerasi dengan maksud Allah
terhadap kematian yang membelenggu manusia yang divalidasikan sendiri
oleh Yesus dengan ucapan dan tindakannya yang menyerahkan diri ke dalam tangan
para penguasa dunia.
Sementara kematian yang akan terjadi ada dalam fakta
kedaulatan Allah, yang kedaulatan termaksud tersebut ditunjukannya dalam bahasa yang begitu mengerikan bagi
telinga manusia: “Jika begitu, bagaimanakah akan digenapi yang tertulis
dalam Kitab Suci, yang mengatakan, bahwa
harus terjadi demikian?" dan “Akan tetapi semua ini terjadi
supaya genap yang ada tertulis dalam kitab nabi-nabi.” Ini
fakta-fakta dalam peristiwa kelam yang melampaui
daya tahan manusia dan kemanusiaan setiap murid-murid Kristus, sebab tak satupun yang berdaya untuk
menerima kebenaran dalam kematiannya yang telah dituliskan para nabi, apalagi
berdaya dengan kekuatan sendiri beriman bahwa akan lahir
kehidupan yang menang atas maut sementara dibunuh dengan serentet penyiksaan mendahuluinya, dan
masuk ke dalam dunia orang mati. Maka inilah tontonan paling ironi yang
harus disaksikan Yesus, ditinggalkan sendirian: “Lalu semua murid itu meninggalkan Dia dan
melarikan diri.” (Matius 26:56).
Kebangkitan dari kematian itu sendiri, telah secara sengaja disajikan
Yesus Kristus sebagai pengajaran yang
berpasangan dengan bukti, sebagaimana telah saya sajikan pada “Kematian Bukan Dambaan” atau tepat sebagaimana
pengajaran Yesus tentang ia menaklukan pemerintahan Penghulu Iblis bertautan
secara ketat dengan bukti, sebagaimana telah saya sajikan pada “Yesus Sang Penguasa Atas Iblis.”
Tetapi tentu saja sebagaimana kematiannya begitu sukar
diterima, pun kebangkitannya menjadi jauh lebih sukar.
Berbeda dengan kematian dan kebangkitan pada orang lain lebih
mudah untuk disambut dan menjadikan Yesus semakin mengagumkan para murid.
Kematian Yesus yang diakui secara luas oleh masyarakat Yahudi dan para pemimpin
agama, bagi mereka itu hanya menunjukan bahwa ia bukan Mesias.
Bagi mereka, Mesias harus tidak boleh mengalami kematian [jadi bukan manusia
kekal maksud pengertian tafsir mereka] sebelum menduduki takhta Daud dan
memulihkan kerajaan Daud, jika sampai mati sebelum memulihkan kerajaan Daud dan
tidak memenuhi ketentuan Taurat berdasarkan tafsir mereka, maka ia jelas bukan
Mesias sebagaimana dipikirkan berdasarkan tafsir mereka.
Coba perhatikan
bagaimana Yesus diidentifikasi masyarakat Yahudi kala ia belum masuk ke
penggenapan meminum cawan dari Bapa:
Beberapa orang di antara orang
banyak, yang mendengarkan perkataan-perkata itu, berkata: "Dia ini
benar-benar nabi yang akan datang." Yang lain berkata: "Ia ini
Mesias." Tetapi yang lain lagi berkata: "Bukan, Mesias tidak datang
dari Galilea! Karena Kitab Suci mengatakan, bahwa Mesias berasal dari keturunan
Daud dan dari kampung Betlehem, tempat Daud dahulu tinggal." Maka
timbullah pertentangan di antara orang banyak karena Dia. Beberapa orang di
antara mereka mau menangkap Dia, tetapi tidak ada seorangpun yang berani
menyentuh-Nya. - Yohanes 7:40-44
“Maka penjaga-penjaga itu pergi
kepada imam-imam kepala dan orang-orang Farisi, yang berkata kepada mereka:
"Mengapa kamu tidak membawa-Nya?" Jawab penjaga-penjaga itu:
"Belum pernah seorang manusia berkata seperti orang itu!" Jawab
orang-orang Farisi itu kepada mereka: "Adakah kamu juga disesatkan? Adakah
seorang di antara pemimpin-pemimpin yang percaya kepada-Nya, atau seorang di
antara orang-orang Farisi? Tetapi orang
banyak ini yang tidak mengenal hukum Taurat, terkutuklah mereka!" Nikodemus,
seorang dari mereka, yang dahulu telah datang kepada-Nya,
berkata kepada mereka: Apakah hukum Taurat kita menghukum seseorang, sebelum ia
didengar dan sebelum orang mengetahui apa yang telah dibuat-Nya? Jawab mereka:
"Apakah engkau juga orang Galilea? Selidikilah Kitab Suci dan engkau akan
tahu bahwa tidak ada nabi yang datang dari Galilea."- Yohanes 7:45-52
Kita harus mengerti bahwa Yesus sejak semula telah
menyatakan bahwa tafsir apapun yang
diajarkan oleh para guru agama Yahudi adalah tafsir manusia neraka dan hanya ia satu-satunya penggenap bukan saja hukum
Taurat dan kitab para nabi. Perhatikanlah ini:
Janganlah kamu menyangka, bahwa Aku
datang untuk meniadakan hukum Taurat atau kitab para nabi. Aku datang bukan
untuk meniadakannya, melainkan untuk menggenapinya. Karena Aku berkata
kepadamu: Sesungguhnya selama belum lenyap langit dan bumi ini, satu iota atau
satu titikpun tidak akan ditiadakan dari hukum Taurat, sebelum semuanya
terjadi.- Matius 5:17-18
Karena itu siapa yang meniadakan
salah satu perintah hukum Taurat sekalipun yang paling kecil, dan
mengajarkannya demikian kepada orang lain, ia akan menduduki tempat yang paling
rendah di dalam Kerajaan Sorga; tetapi siapa yang melakukan dan mengajarkan segala
perintah-perintah hukum Taurat, ia akan menduduki tempat yang tinggi di dalam
Kerajaan Sorga. Maka Aku berkata kepadamu: Jika hidup keagamaanmu tidak lebih
benar dari pada hidup keagamaan ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi,
sesungguhnya kamu tidak akan masuk ke dalam Kerajaan Sorga.- Matius 5:19-20
Mengapa disebut tafsir orang neraka? Karena Yesus sendiri menyatakan bahwa guru
dengan tafsir yang bertentangan dengan
sabda Kristus akan jatuh ke dalam neraka
sehingga demikian juga pelaku atau murid atau jemaatnya, misalkan:
Kamu telah mendengar yang difirmankan
kepada nenek moyang kita: Jangan membunuh; siapa yang membunuh harus dihukum. Tetapi
Aku berkata kepadamu: Setiap orang yang marah terhadap saudaranya harus
dihukum; siapa yang berkata kepada saudaranya: Kafir! harus dihadapkan ke
Mahkamah Agama dan siapa yang berkata: Jahil! harus diserahkan ke dalam neraka
yang menyala-nyala.- Matius 5:21-22
Kamu telah mendengar firman: Jangan
berzinah. Tetapi Aku berkata kepadamu: Setiap orang yang memandang perempuan
serta menginginkannya, sudah berzinah dengan dia di dalam hatinya. Maka jika
matamu yang kanan menyesatkan engkau, cungkillah dan buanglah itu, karena lebih
baik bagimu jika satu dari anggota tubuhmu binasa, dari pada tubuhmu dengan
utuh dicampakkan ke dalam neraka.- Matius 5:27-29
Sementara Yesus menyatakan dirinya sebagai penggenap hukum Taurat
dan kitab para nabi, tetapi mereka tetap
tak paham mengapa ia harus mati? Ini tentu jelas mustahil dimengerti sebab fakta kematian yang dibicarakan Yesus
tak seperti anggapan manusia yang diburu oleh bayang-bayang maut atau kematian.
Ini begitu jelas, sebab sekalipun Yesus telah menjelaskan: “tetapi jika
ia mati, ia akan menghasilkan banyak buah- Yoh 12:24” tetap saja
reaksi mereka adalah menolak kemesiasan Yesus berdasarkan hukum Taurat,
sebagaimana berikut ini:
Lalu jawab orang banyak itu: "Kami
telah mendengar dari hukum Taurat, bahwa Mesias tetap hidup selama-lamanya; bagaimana mungkin Engkau mengatakan, bahwa Anak Manusia harus ditinggikan? Siapakah Anak
Manusia itu?" – Yohanes 12:34
Jelas sekali para pendengarnya memahami kalau “harus ditinggikan” bermakna Yesus akan mati dibunuh! Ini ditegaskan
oleh penulis injil Yohanes: “Ini
dikatakan-Nya untuk menyatakan bagaimana caranya Ia akan mati- Yoh 12:33”
untuk menjelaskan kepada para pembaca
injil ini pada apa yang dijelaskan Yesus pada para pendengarnya saat
itu, sungguh dimengerti dengan baik sehingga
mereka memutuskan ia bukan Mesias
itu.
Mereka, sayangnya, gagal memahami
bahwa kematian yang dibicarakannya dan dialaminya sendiri berpasangan dengan “aku
menarik semua orang datang kepada-Ku” pada momentum kematian itu sendiri atau “aku
ditinggikan dari bumi,” sebagaimana dikatakannya: “dan Aku, apabila Aku ditinggikan dari bumi,
Aku akan menarik semua orang datang kepada-Ku- Yoh 12:33"
Semua tak memahami kematian Kristus
yang memberikan hidup, sebuah hal yang tak berdaya sama sekali untuk diraih
manusia, sekalipun manusia itu sungguh bermoral atau mahabaik di dunia ini, kecuali Yesus melakukan tindakan
ini: “Aku akan
menarik semua orang kepada-Ku.”
Mereka tak akan pernah paham bahwa dalam
ia
mati ia menarik! Jika ia menarik dalam ia mati, apakah ia mati?
Pernyataan ini sama atau seidentik dengan pernyataan Yesus sebelumnya yang
berbunyi:
“Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya jikalau biji gandum tidak jatuh ke
dalam tanah dan mati, ia tetap satu
biji saja; tetapi jika ia mati, ia
akan menghasilkan banyak buah” (Yohanes 12:24)
Kita harus mengerti bahwa fakta
kematian pada Yesus yang semacam ini, sungguh menggelikan dan akan dianggap
sebagai menyamakan diri dengan Allah. Tentu kita
juga akan mengingat nuansa-nuansa yang membuat Yesus sukar diakui sebagai
Mesias selain seorang penghujat
Allah karena berlaku dan berkata seperti Allah itu sendiri, menurut
tafsir mereka sebagaimana pada peristiwa ini:
Ketika Yesus melihat iman mereka,
berkatalah Ia kepada orang lumpuh itu: "Hai anak-Ku, dosamu sudah
diampuni!" Tetapi di situ ada juga duduk beberapa ahli Taurat, mereka
berpikir dalam hatinya: Mengapa orang ini berkata begitu? Ia menghujat Allah.
Siapa yang dapat mengampuni dosa selain dari pada Allah sendiri? Tetapi Yesus
segera mengetahui dalam hati-Nya, bahwa mereka berpikir demikian, lalu Ia
berkata kepada mereka: "Mengapa kamu berpikir begitu dalam hatimu? Manakah lebih mudah, mengatakan
kepada orang lumpuh ini: Dosamu sudah diampuni, atau mengatakan: Bangunlah,
angkatlah tilammu dan berjalan? Manakah lebih mudah, mengatakan kepada orang
lumpuh ini: Dosamu sudah diampuni, atau mengatakan: Bangunlah, angkatlah
tilammu dan berjalan? Tetapi supaya kamu tahu, bahwa di dunia ini Anak Manusia
berkuasa mengampuni dosa" --berkatalah Ia kepada orang lumpuh itu--: Kepadamu
Kukatakan, bangunlah, angkatlah tempat tidurmu dan pulanglah ke rumahmu! Dan
orang itupun bangun, segera mengangkat tempat tidurnya dan pergi ke luar di
hadapan orang-orang itu, sehingga mereka semua takjub lalu memuliakan Allah,
katanya: "Yang begini belum pernah kita lihat."- Markus 2:5-12
Bahwa Yesus begitu sukar untuk kembali diakui sebagai Mesias
berdasarkan hukum Taurat, pun terjadi pada para murid, dan itu dikarenakan
ketakberdayaan mereka atas dunia maut yang memenjara mereka sehingga tak
sanggup di atas kaki mereka sendiri dapat memahami sehingga beriman bahwa
kematian Yesus itu adalah kematian yang menaklukan kematian itu sendiri.
Berkali–kali diajarkan tetapi tak mengerti juga apalagi untuk menggerakan
menjadi beriman? Itulah bukti semua manusia tak berdaya untuk datang kepada Yesus bahkan
untuk sekedar beriman kepadanya, jika Yesus tak lebih dahulu melakukan
sesuatu atas mereka sehingga dapat merespon dan beriman sebagaimana
dalam perbuatan yang lahir dari iman itu sendiri.
Perhatikan dialog ini yang mengiris hati sebab sekalipun
murid yang senantiasa bersama Kristus tetapi untuk sekedar beriman pada
perkataan atau sabdanya saja tak mampu! Sebagaimana semua manusia:
Kata-Nya kepada mereka: "Apakah
itu?" Jawab mereka: "Apa yang terjadi dengan Yesus orang Nazaret. Dia
adalah seorang nabi, yang berkuasa dalam pekerjaan dan perkataan di hadapan
Allah dan di depan seluruh bangsa kami. Tetapi imam-imam kepala dan pemimpin-pemimpin kami telah menyerahkan Dia untuk
dihukum mati dan mereka telah menyalibkan-Nya. Padahal kami dahulu mengharapkan, bahwa Dialah yang
datang untuk membebaskan bangsa Israel.
Tetapi sementara itu telah lewat tiga hari, sejak semuanya itu terjadi.- Lukas
24:19-21
Jika mesias mati lalu bagaimana
membebaskan mereka, pikir mereka? Ini adalah problem yang berakar pada
ketakberdayaan manusia untuk beriman pada Kristus yang datang untuk menggenapi
Kitab suci. Perhatikan kecaman Yesus
berikut ini sesaat ia telah bangkit dari kematian dan menampakan diri kepada
sejumlah murid dalam perjalanan menuju Emaus:
Lalu Ia berkata kepada mereka:
"Hai kamu orang bodoh, betapa lambannya hatimu, sehingga kamu tidak percaya
segala sesuatu, yang telah dikatakan para nabi! Bukankah Mesias harus menderita
semuanya itu untuk masuk ke dalam kemuliaan-Nya?" Lalu Ia menjelaskan
kepada mereka apa yang tertulis tentang Dia dalam seluruh Kitab Suci, mulai
dari kitab-kitab Musa dan segala kitab nabi-nabi.- Lukas 24:25-27
Kematiannya begitu keras karena kematiannya bertolak belakang
dengan pengharapan mesianik yang tertanam berdasarkan pengajaran para guru
mereka. Bertolak belakang karena
mereka tak bisa mengerti apakah relasi kematian harus dialami seorang mesias
dengan penggenapan kitab suci, sebagaimana ajaran Sang Kristus sendiri.
Yesus menggenapi
pengharapan mesianik dalam cara yang tak dapat dipahami oleh
manusia terkait kuasa mesias atas dosa dan dunia orang mati; terkait kerajaan Daud yang Rajanya adalah Yesus berkuasa atas dosa dan
pemerintahan dunia orang mati.
Itulah problemnya.
Dan untuk terakhir kalinya Yesus kembali
mengkonfrontasikannya:
“Dan
sementara mereka bercakap-cakap tentang hal-hal itu, Yesus tiba-tiba berdiri di
tengah-tengah mereka dan berkata kepada mereka: "Damai sejahtera bagi
kamu!" Mereka terkejut dan takut dan menyangka bahwa mereka melihat hantu.
Akan tetapi Ia berkata kepada mereka: "Mengapa kamu terkejut dan apa sebabnya timbul keragu-raguan di dalam hati kamu? Lihatlah
tangan-Ku dan kaki-Ku: Aku sendirilah ini; rabalah Aku dan lihatlah, karena hantu tidak ada” daging dan tulangnya,
seperti yang kamu lihat ada pada-Ku." Sambil berkata demikian, Ia
memperlihatkan tangan dan kaki-Nya kepada mereka.- Lukas 24:36-40
Semua tanpa kecuali
akan berakhir di peti mati ini. Seindah apapun peti itu dan......
Semua tanpa kecuali
akan berakhir di peti mati ini. Seindah apapun peti itu dan semahal apapun
harganya, tubuhmu akan membusuk dan
menjijikan untuk dikisahkan lebih detail. Sungguh tak pantas dan tak santun untuk menuliskan
keadaan yang kita sangat kasihi itu. Kisah apakah yang dapat anda tuliskan
dalam kematianmu? Sementara ini adalah topik yang sangat menjengkelkan tetapi
kita harus tahu bahwa kematian dapat menginterupsi gelak tawa seorang sahabat
karib sekalipun muda, sangat sehat dan penuh energi; ia bahkan juga dapat
sekejab mengubah kebahagiaan sebuah pernikahan menjadi raungan tangis karena
keluarga dan pengantin harus meninggalkan dunia secara menggenaskan.
Kematian bukan kisah menyenangkan tetapi tetap saja kita
menantikannya dan mempersiapkannya. Coba lihat, apakah anda memikirkan apa yang
hendak anda wariskan kepada anak-anakmu. Itu sangat penting, tetapi perjalanan
anda selanjutnya akan jauh lebih penting sebab detak jantung andapun akan
meningkat kala anda membicarakan kematian, apalagi kematian dirimu. Ah…sudahlah
mari lebih baik minum bir saja. Ok…saya terima segelas bir dari anda, tetapi
ingatlah bahwa kematian sekalipun tak didamba tetapi akan menjadi "sahabat" kita
di hari tua, atau jangan-jangan, saatnya sebentar lagi bagi saya dan anda?
Soli Deo Gloria
No comments:
Post a Comment