F O K U S

Nabi Daud Tentang Siapakah Kristus

Ia Adalah Seorang Nabi Dan Ia Telah   Melihat Ke Depan Dan Telah Berbicara Tentang Kebangkitan Mesias Oleh: Blogger Martin Simamora ...

Showing posts with label Anak Manusia. Show all posts
Showing posts with label Anak Manusia. Show all posts

0 Memandang Yesus Kristus Dalam Alkitab : Nabi Mikha, Nabi Zakharia & Nabi Yesaya (9)


Benarkah Mesias Memiliki Kesehakekatan Dengan Bapa: Memahami Apa Yang Dilakukan Bapa, Itu Juga Yang Dilakukan Anak

Sebuah refleksi yang disusun untuk menuntun mereka keluar dari konsepsi Corpus Delicti & Yesus adalah Allah yang dilantik
Oleh: Martin Simamora
Bacalah lebih dulu bagian 8

(5)Sehingga jika kita memperhatikan secara cermat dan seksama, sentral pemberitaan kabar baik adalah pertama-tama dan satu-satunya adalah mengenai diri sang mesias itu sendiri. Tanpa pemberitaan dirinya maka kitab suci tak akan berjumpa dengan penggenapannya, sebuah penggenapan yang tak mungkin terjadi di luar dan tanpa dirinya. Siapakah dirinya dan sepenting apakah diirnya, itu juga yang secara ultimat diangkat Yesus sebagai permulaan segala permulaan pemberitaan kabar baik dari mulutnya dan dalam pengajarannya. Perhatikan episode unik berikut ini:

Yohanes 8:17-18 Dan dalam kitab Tauratmu ada tertulis, bahwa kesaksian dua orang adalah sah; Akulah yang bersaksi tentang diri-Ku sendiri, dan juga Bapa, yang mengutus Aku, bersaksi tentang Aku."

Yesus menyebutkan 2 saksi terkait siapakah dirinya, namun itu mencakup dirinya sendiri: “akulah yang bersaksi tentang diri-Ku sendiri”, hendak menunjukan bahwa di dunia ini tidak ada dan tidak mungkin ada satu manusia yang berkuasa bersaksi mengenai dirinya. Jadi tak juga ibunya, ayahnya, sahabat-sahabat kecilnya. Mengapa demikian? Itu karena siapakah Ia pada mulanya. Itu sebabnya Yesus berkata:“dan juga Bapa, yang mengutus Aku, bersaksi tentang Aku,” bahkan malaikat-malaikat atau apapun makhluk sorgawi tak akan berkuasa bersaksi mengenai dirinya! Kita sudah pernah melihat sebuah momen mengenai hal ini: Ia tidak ada di sini, sebab Ia telah bangkit, sama seperti yang telah dikatakan-Nya. Mari, lihatlah tempat Ia berbaring (Yohanes 28:6). Sehigga jika kita ingin mengetahui kuasa kesaksian Yesus termasuk kedaulatan kuasa perkataannya atau mulutnya, maka secara sederhana dan tepat dapat dikatakan berkuasa atas dunia kini, dunia kematian dan dunia kebangkitan yang secara gamblang direpetisikan oleh malaikat dalam ungkapan yang sangat vulgar: Ia tidak ada di sini, sebab Ia telah bangkit, sama seperti yang telah dikatakan-Nya.

0 Memandang Yesus Kristus Dalam Alkitab : Nabi Mikha, Nabi Zakharia & Nabi Yesaya (8)


Benarkah Mesias Memiliki Kesehakekatan Dengan Bapa: Memahami Sang Firman Turun Menjadi Manusia
Sebuah refleksi yang disusun untuk menuntun mereka keluar dari konsepsi Corpus Delicti & Yesus adalah Allah yang dilantik
Oleh: Martin Simamora

Bacalah lebih dulu bagian 7
(4)Segala Sesuatu. Ketika Yesus menjelaskan dirinya dan relasinya kepada Allah, maka dirinya akan berada pada posisi yang tidak bisa dijelaskan bahwa ia belaka nabi, guru, raja, imam, dan seorang anak manusia… tanpa mempertimbangkan secara substansial bahwa ia pada saat yang sama memiliki kehakekatan sesubstansi Bapa…yang bahkan harus memaksa siapapun mengecamnya sebagai seorang penghujat. Ketika Yesus menggagaskan kata segala sesuatu maka kapasitasnya (maksudnya kedalaman, ketinggian dan keluasannya) menjadi infinite dalam ia adalah manusia. Coba kita perhatikan ini:

Semua telah diserahkan kepada-Ku oleh Bapa-Ku dan tidak seorangpun mengenal Anak selain Bapa, dan tidak seorangpun mengenal Bapa selain Anak dan orang yang kepadanya Anak itu berkenan menyatakannya.- Matius 11:27

Pernyataan di atas kemegahannya dan infinitas tidak terletak semata pada kata “semua” dan “diserahkan”, karena jika demikian bisa saja orang tergoda untuk memberikan semacam penjelasan bahwa kemegahan dan infinitasnya adalah sebuah subordinasi. Jadi walaupun ia mulia namun subordinat. Tetapi itu semua serta merta gugur kala Yesus menunjukan bahwa “diserahkan” disini bukanlah sebuah subordinasi bersifat kelas tetapi relasi kemuliaan diri Yesus yang sedang begitu diagungkan oleh Bapa karena itulah keagungan diri-Nya sendiri. Coba perhatikan ini: tidak seorangpun mengenal Anak selain Bapa, dan tidak seorangpun mengenal Bapa selain Anak. Kalau kita batasi pada relasi keduanya saja, maka mengenal baik Bapa dan Anak adalah sebuah kemuliaan yang bukan saja sama tetapi tak bisa dirobek atau didivisikan seolah ada semacam kehakekatan yang divisional pada keduanya. Coba sorot pernyataan ini: tidak seorangpun mengenal Anak selain Bapa? Sesukar dan sejauh apakah sehingga Sang Firman yang menjadi manusia hanya mungkin dikenali oleh Bapa? Tetapi memang itulah yang terjadi sebagai sebuah eksistensi sang Kristus:…dan orang yang kepadanya Anak itu berkenan menyatakannya. Kita sedang melihat Dia yang sangat dekat tetapi tidak mungkin dikenali oleh manusia tepat sebagaimana tidak ada yang dapat melihat dan mendengar Bapa, selain Yesus: dan tidak seorangpun mengenal Bapa selain Anak. Kita tidak melihat ini adalah soal subordinasi tetapi kesehakekatan Anak terhadap Bapa dalam Anak adalah manusia sejati.

Segala sesuatu,dengan demikian, hendak menunjukan sebuah kesehakekatan yang berlangsung dalam diri Anak Manusia Sang Mesias dengan Bapa. Anak Manusia bukanlah sebuah bentuk keilahian ciptaan dan bukanlah keilahian inferior, tetapi absolut dan totalitas sebangun tanpa sedikitpun sebuah kemelesetan. Bahkan terkait ini, kita malah akan mendengarkan sebuah ketakjuban pada wujud dari kesehakekatannya, sebab apa yang akan dikatakan akan menunjukan ketakmungkinan untuk dilakukan oleh keilahian yang inferior terhadap Bapa selain harus sebuah kesehakekatan dalam siapakah Ia. Coba perhatikan ini:

0 Memandang Yesus Kristus Dalam Alkitab : Nabi Mikha, Nabi Zakharia & Nabi Yesaya (7)


Benarkah Mesias Memiliki Kesehakekatan Dengan Bapa: Memahami Sang Firman Turun Menjadi Manusia
Sebuah refleksi yang disusun untuk menuntun mereka keluar dari konsepsi Corpus Delicti & Yesus adalah Allah yang dilantik
Oleh: Martin Simamora

Bacalah lebih dulu bagian 6
Sebuah Catatan Kecil
Saya ingin memberikan satu catatan penting lebih dulu pada bagian ini, sebelum saya meneruskan serial ini. Apa yang diperlihatkan oleh Yesus Sang Mesias, sekali lagi harus senantiasa dicamkan,bukanlah kemuliaan yang diharapkan seharusnya diperlihat. Sebaliknya walau itu adalah milik kehakekatannya, orang-orang tak akan mendapatkan semacam kegemilangan mesianik yang didambakan. Pernah hal ini hendak dikejar untuk direbut bahkan, tetapi bagaimanapun jitunya momentum yang terjadi serta bagaimanapun kuatnya bukti visual telah bersaksi bagi jiwa mereka, tetap saja mereka tak akan menemukan penggenapan lahiriah dambaan, sebab inilah yang terjadi:

Yohanes 6:14-15Ketika orang-orang itu melihat mujizat yang telah diadakan-Nya, mereka berkata: "Dia ini adalah benar-benar nabi yang akan datang ke dalam dunia." Karena Yesus tahu, bahwa mereka hendak datang dan hendak membawa Dia dengan paksa untuk menjadikan Dia raja, Ia menyingkir pula ke gunung, seorang diri.

Nabi Yesaya sendiri pernah mendeklarasikan nubuat-nubuat penting yang juga menjadi dasar bagi orang-orang Israel untuk mengenalinya:

Yesaya 52:7 Betapa indahnya kelihatan dari puncak bukit-bukit kedatangan pembawa berita, yang mengabarkan berita damai dan memberitakan kabar baik, yang mengabarkan berita selamat dan berkata kepada Sion: "Allahmu itu Raja!"

Yesaya 52:13Sesungguhnya, hamba-Ku akan berhasil, ia akan ditinggikan, disanjung dan dimuliakan.

Sebagai seorang mesias yang gilang gemilang pada kesudahannya. Coba kita memperhatikan ini: Sesungguhnya, hamba-Ku akan berhasil, ia akan ditinggikan, disanjung dan dimuliakan,juga yang ini “Allahmu itu Raja.” Jika demikian mengapa Yesus menyingkir ke gunung untuk menjauhkan diri dari mereka, sementara hati orang banyak tersebut sudah begitu diteguhkan oleh kesaksian divinitasnya sendiri secara kasat mata dan bahkan setelahnya pun tetap ada semacam monumen yang bersaksi lebih kuat daripada kata-kata itu sendiri, yatu:

Yohanes 6:12-13 Dan setelah mereka kenyang Ia berkata kepada murid-murid-Nya: "Kumpulkanlah potongan-potongan yang lebih supaya tidak ada yang terbuang." Maka merekapun mengumpulkannya, dan mengisi dua belas bakul penuh dengan potongan-potongan dari kelima roti jelai yang lebih setelah orang makan.

0 Memandang Yesus Kristus Dalam Alkitab : Nabi Mikha, Nabi Zakharia & Nabi Yesaya (6)


Benarkah Mesias Memiliki Kesehakekatan Dengan Bapa: Memahami Sang Firman Turun Menjadi Manusia
Sebuah refleksi yang disusun untuk menuntun mereka keluar dari konsepsi Corpus Delicti & Yesus adalah Allah yang dilantik
Oleh: Martin Simamora
Bacalah lebih dulu: Bagian 5

Apa yang tersukar pada diri Yesus dalam pandangan orang banyak adalah peangsosiasian diri-Nya olehnya sendiri terhadap Bapa, bukanlah sebuah  relasi asosiatif belaka atau bukan relasi yang belaka memiliki hubungan bersifat eksklusif atau bahkan tidak mungkin untuk semata dikatakan sebuah hubungan yang begitu kudus. Perhatikan berikut ini:

(3)Yohanes 5:19 Maka Yesus menjawab mereka, kata-Nya: "Aku berkata kepadamu, sesungguhnya Anak tidak dapat mengerjakan sesuatu dari diri-Nya sendiri, jikalau tidak Ia melihat Bapa mengerjakannya; sebab apa yang dikerjakan Bapa, itu juga yang dikerjakan Anak

Kesukaran terutama pada kesaksian mengenai dirinya sendiri adalah kalah dirinya dan Bapanya adalah dua pribadi yang tak mungkin memiliki dua hakekat yang berbeda, sebaliknya sehakekat sehingga apapun yang Bapa kerjakan maka demikian juga Anak. Jadi bilamana di Sorga Bapa berkehendak mengerjakan segala sesuatu yang telah dipikirkan, dirancang, dikehendakinya untuk terjadi dalam ruang, waktu dan materi, maka Anak mengerjakan-Nya. Dalam kesempatan lain, Yesus berkata begini: “Sebab Aku berkata-kata bukan dari diri-Ku sendiri, tetapi Bapa, yang mengutus Aku, Dialah yang memerintahkan Aku untuk mengatakan apa yang harus Aku katakan dan Aku sampaikan Dan Aku tahu, bahwa perintah-Nya itu adalah hidup yang kekal. Jadi apa yang Aku katakan, Aku menyampaikannya sebagaimana yang difirmankan oleh Bapa kepada-Ku." (Yohanes 12:49-50), dalam sabdanya ini, ia secara terbuka menyingkapkan bahwa kedudukan dirinya sebagai orang yang diutus Bapa tidak terbingkai dalam makna seorang yang lebih rendah mewakili dia yang lebih mulia dan tinggi, karena tak mungkin seorang utusan memiliki kemuliaan dan keagungan yang sehakekat terhadap Sang Pengutus: “dan barangsiapa melihat Aku, ia melihat Dia, yang telah mengutus Aku. Aku telah datang ke dalam dunia sebagai terang, supaya setiap orang yang percaya kepada-Ku, jangan tinggal di dalam kegelapan. Dan jikalau seorang mendengar perkataan-Ku, tetapi tidak melakukannya, Aku tidak menjadi hakimnya, sebab Aku datang bukan untuk menghakimi dunia, melainkan untuk menyelamatkannya. Barangsiapa menolak Aku, dan tidak menerima perkataan-Ku, ia sudah ada hakimnya, yaitu firman yang telah Kukatakan, itulah yang akan menjadi hakimnya pada akhir zaman. (Yoh 12:45-48).

Ia adalah utusan yang adalah Raja yang bertitah dengan sebuah konsekuensi fatal bilamana menolak dirinya dan tidak menerima perkataannya, yaitu akan dihakimi oleh firman yang telah dikatakan-Nya. Ini menjelaskan bahwa dia yang diutus dan dia yang mengutus adalah satu pemerintahan yang sehakekat dengan sebuah tatanan yang membuat pemerintahan kehendak Allah di sorga telah berlangsung secara begitu sempurna dan berdaulat penuh dalam pemerintahan sabda dan pekerjaan Anak di bumi. Ia pada saat yang sama juga berkata bukan datang sebagai yang menghakimi tetapi untuk menyelamatkan; ia ada berdiri diantara kegelapan dunia dan penghakiman Allah yang bertakhta dalam sabdanya sendiri, Ia adalah pendamai sebagai seorang Imam Agung Allah di muka bumi ini.

0 Inilah Tubuhku Yang Telah Bangkit Dari Antara Orang Mati


Kebangkitan  Kristus Pada Hari Itu
Sesuai Dengan Kitab Suci Versus Konspirasi Mahkamah Agama Dengan Pasukan Romawi
Oleh: Martin Simamora



A.Berita Kebangkitan Yesus Di Tengah-Tengah  Tirani Konspirasi Mahkamah Agama dengaan Pasukan Romawi
Yesus sendiri telah mulai menjadi komoditas politik agama yang sangat penting bagi para pemuka agama Yahudi bersama-sama dengan penguasa Romawi kala itu, dan secara strategis telah dibangunkan sebuah narasi terkait hilangnya jasad Yesus yang sedemikian rupa disusun agar publik memiliki pengetahuan umum yang resmi bahwa Yesus tak pernah bangkit sebagaimana dikabarkan para murid. Ini tentu saja bukan narasi tanpa kekuatan politik dan sokongan militeristik sebab  apa yang hendak dihasilkannya adalah menekan kebenaran apapun yang telah terjadi pada kubur kosong tersebut sebagaimana telah dikatakan oleh Yesus, dan malaikat pada kubur kosong tersebut.

Catatan yang disajikan Injil Matius 28 memberikan sebuah pesan penting yang akan meletakan dasar mengapa pemberitaan kebangkitan Kristus bukan saja memiliki posisi signifikannya adalah kegenapan kitab suci yang berhadapan vis a vis dengan kebenaran yang ditegakan oleh para pemuka agama yang sangat politis, tetapi kebangkitannya adalah penggenapan kemesiasan yang dinantikan dan telah tertulis dalam kitab suci dalam sebuah cara yang menunjukan kegagalan manusia secara total untuk sekedar mengerti keselamatan yang datang dari Allah:

Matius 28:11-15 Ketika mereka di tengah jalan, datanglah beberapa orang dari penjaga itu ke kota dan memberitahukan segala yang terjadi itu kepada imam-imam kepala. Dan sesudah berunding dengan tua-tua, mereka mengambil keputusan lalu memberikan sejumlah besar uang kepada serdadu-serdadu itu dan berkata: "Kamu harus mengatakan, bahwa murid-murid-Nya datang malam-malam dan mencuri-Nya ketika kamu sedang tidur. Dan apabila hal ini kedengaran oleh wali negeri, kami akan berbicara dengan dia, sehingga kamu tidak beroleh kesulitan apa-apa." Mereka menerima uang itu dan berbuat seperti yang dipesankan kepada mereka. Dan ceritera ini tersiar di antara orang Yahudi sampai sekarang ini.

Apa yang hendak dihadapi dan dibendung oleh mahkamah agama Yahudi adalah bagaimana caranya agar kebenaran ajaran Yesus mengenai dirinya sendiri yang bersentral pada 3 peristiwa penting: penyaliban-kematian-kebangkitan lenyap sebagai sebuah dusta terbesar yang pernah diucapkan oleh seorang yang mengakukan didirinya adalah mesias. Problem Yesus dan pihak mahkamah agama memang sangat kompleks bukan karena isu dan problematikan teologis dan apalagi kebahasaan/linguistik. Tak ada problem terkait kemampuan Yesus dan pihak mahkamah agama dalam memahami dan apalagi menafsir kitab suci berdasarkan bahasa-bahasa aslinya. Problem tafsir-jika itu mau disebutkan demikiaan-justru muncul ketika Yesus meletakan dirinya sebagai satu-satunya dasar dan cara pandang untuk memahami dan menafsir kitb suci. Mari kita melihat sejumlah hal terkait ini:

Matius 5:17-18 Janganlah kamu menyangka, bahwa Aku datang untuk meniadakan hukum Taurat atau kitab para nabi. Aku datang bukan untuk meniadakannya, melainkan untuk menggenapinya. Karena Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya selama belum lenyap langit dan bumi ini, satu iota atau satu titikpun tidak akan ditiadakan dari hukum Taurat, sebelum semuanya terjadi.

Siapapun ahli agama Yahudi ketika membaca pernyataan Yesus ini, akan menemukan sebuah problem sangat mendasar yaitu: bagaimana mungkin Yesus dapat memiliki kedivinitasan semulia firman yang diturunkan oleh Yang Mahatinggi melalui para nabi sucinya sehingga berani untuk bersabda terhadap firman tertulis  yang memang menantikan penggenapannya bahwa dirinya datang untuk menggenapinya? Bukankah Allah saja yang sanggup mengerjakan apa yang dikatakan-Nya sejak ini dalam mengerjakannya membutuhkan otoritas dan kuasa yang tak ada siapapun diluar dan disamping diri-Nya sendiri akan dapat memilikinya? Bukankah Allah melalui nabi Yesaya pernah berfirman :

0 Kubur Dijaga Pasukan Bersenjata, Kebangkitan Kristus


Oleh: Martin Simamora

Sesudah Tiga Hari Aku Akan Bangkit

1.Kebangkitan Yang Diantisipasi Oleh Pasukan Bersenjata
Kematian dan penguburan Yesus seharusnya hal yang sangat biasa-biasa saja karena dalam pengadilan bersifat eksaminasi atas setiap klaim-klaim divinitas dan kuasa-kuasa ajaib nampak tak dijawab dan dilakukan sang Mesias. Mari kita mengingat kembali:
Markus 15:29-30 Orang-orang yang lewat di sana menghujat Dia, dan sambil menggelengkan kepala mereka berkata: "Hai Engkau yang mau merubuhkan Bait Suci dan mau membangunnya kembali dalam tiga hari, turunlah dari salib itu dan selamatkan diri-Mu!"

Markus 15:31-32Demikian juga imam-imam kepala bersama-sama ahli Taurat mengolok-olokkan Dia di antara mereka sendiri dan mereka berkata: "Orang lain Ia selamatkan, tetapi diri-Nya sendiri tidak dapat Ia selamatkan! Baiklah Mesias, Raja Israel itu, turun dari salib itu, supaya kita lihat dan percaya." Bahkan kedua orang yang disalibkan bersama-sama dengan Dia mencela Dia juga.

Bagi kebanyakan orang, pada hari pengadilan dan penyaliban sang Kristus Nampak jelas telah menjadi pengetahuan publik terkait apakah saja yang menjadi sentral ajaran sang Kristus dan siapakah ia dalam persepsi umum, jika demikian, seharusnya. Kalau kita mengamati apa yang tercatat dalam Markus 15:29-30 jelas sekali bahwa tak ada yang memahami hingga saat itu, apakah maksud pernyataan sang Kristus di bait Allah setelah kemurkaannya yang berbunyi: "Rombak Bait Allah ini, dan dalam tiga hari Aku akan mendirikannya kembali." (Yohanes 2:19) sebagai jawaban atas tuntutan orang-orang Yahudi yang menuntut bukti yang memberikan dasar kokoh baginya untuk bertindak semacam ini: “Ia membuat cambuk dari tali lalu mengusir mereka semua dari Bait Suci dengan semua kambing domba dan lembu mereka; uang penukar-penukar dihamburkan-Nya ke tanah dan meja-meja mereka dibalikkan-Nya” (Yohanes 2:15). Tak ada satupun yang dapat memahami apakah yang benar-benar akan terjadi kala “dalam 3 hari bait suci itu benar-benar akan dibangunnya kembali.” Sebab jika benar memahaminya maka tidak mungkin akan berkata “turunlah dari salib itu dan selamatkanlah diri-Mu.” Kalau saja mereka benar memahaminya maka seharusnya inilah awal momen pembuktian dan penantian bagi siapapun bahwa ia benar-benar akan bangkit sebagaimana sang Kristus telah menyatakan bukti kemesiasannya.

Pun demikian, jika saja para imam memahami siapakah Yesus maka pasti tak akan terlontar dari mulut mereka perkataan semacam ini:” turun dari salib itu, supaya kita lihat dan percaya”. Seperti telah saya nyatakan dalam serangkaian artikel belakangan ini, kemesiasan  Yesus dalam ekspektasi mesianik para imam dan juga orang-orang Yahudi adalah kemesiasan yang mampu menaklukan penguasa-penguasa dunia sehingga tegaklah pemerintahan mesianik berdasarkan pertarungan militeristik atau fisik yang akan disokong oleh rakyat jika saja mesias mau memimpin mereka. Ini tepat seperti diindikasikan oleh para murid kepada mesias mereka: “Kata mereka: "Tuhan, ini dua pedang." Jawab-Nya: "Sudah cukup." (Lukas 22:38)”. Tidak ada yang memahami selain pemahaman bahwa mesias seharusnya adalah semacam tokoh politik divinitas yang dapat menjadi pembebas mereka dari ketakadilan dunia, menegakan kembali kejayaan bangsa dan negara Yahudi dihadapan adidaya Romawi. Mesias seharusnya Raja Israel dalam balutan kekuatan politik dan militer. Bagi mereka, Yesus memiliki kapasitas dan kuasa dan itu yang dikehendaki.

0 "Bukankah Engkau adalah Kristus? Selamatkanlah diri-Mu dan kami!"

Oleh: Martin Simamora


Pada Kayu Salib Ia Telah Selesai Menggenapi Segala Sesuatu Yang Dikehendaki Bapa Untuk Dibawanya Masuk Kedalam Kematiannya

1.Penyaliban Kristus
Jika anda berpikir bahwa jikalau Yesus adalah Anak Allah dapat mati adalah sebuah kejanggalan, sebab kok kalau ia  adalah Tuhan bisa mati? Maka judul yang merupakan potret sebuah peristiwa adalah sebuah kejanggalan yang mustahil untuk diterima. Sehingga ketika peristiwa ini terjadi:

Lukas 23:33 Ketika mereka sampai di tempat yang bernama Tengkorak, mereka menyalibkan Yesus di situ dan juga kedua orang penjahat itu, yang seorang di sebelah kanan-Nya dan yang lain di sebelah kiri-Nya.

Semakin mengokohkan rejeksi atau penolakan kebanyakan orang Yahudi terhadap kemesiasan Yesus.

Perihal ini dalam derajat tertentu sudah dibicarakan secara terus terang sebelum peristiwa kelabu ini terjadi. Tentu setiap pembaca injil yang setia  tidak akan melupakan percakapan dan tanggapan yang menunjukan bahwa jika mesias pada misinya adalah mati di kayu salib jelas bukan mesias sebagaimana yang dapat dipahami oleh para penganut agama yahudi. Perhatikan hal berikut ini:

Yesus membuka sebuah tabir yang menunjukan apakah yang menjadi tujuan atau misi kemesiasannya di bumi ini. Ia membicarakan sebuah kematian, sebuah topik yang  gelap dan kesudahan yang kental dengan kedukaan, kekalahan dan ketiadaan pengharapan. Tetapi tabir yang disingkapkan oleh Sang Kristus bukanlah kematian yang selama ini memperbudak jiwa manusia sedemikian suramnya, sebaliknya dalam kematian itu sendiri, ia tak hanya menaklukannya tetapi dari jantung dunia kematian itu sendiri, Ia pada dirinya sendiri memberikan hidup kepada siapa Ia mau memberikan sehingga manusia-manusia tersebut lepas dari perbudakan dan lepas dari persekutuan kegelapan untuk memiliki persekutuan dengan kehidupan sang Kristus yang menaklukan sang kematian dalam kematiannya. Mari kita memperhatikan ekspresi atau ungkapan  Yesus berikut ini:

Yohanes 12:23-24Tetapi Yesus menjawab mereka, kata-Nya: "Telah tiba saatnya Anak Manusia dimuliakan. Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya jikalau biji gandum tidak jatuh ke dalam tanah dan mati, ia tetap satu biji saja; tetapi jika ia mati, ia akan menghasilkan banyak buah.

Sejak semula, Yesus sendiri telah mengindikasikan bahwa memang tujuannya adalah kematian. Tetapi yang seperti apakah akan menjelaskan apakah ia sedang membicarakan sebuah fatalisme atau semacam bunuh diri atau kekalahan yang tragis, atau kematian yang bersifat martir  sebagaimana banyak yang disangka atau diduga orang. Apakah hanya setinggi itu nilainya? Atau setinggi-tingginya, kematiannya adalah bukti tertinggi perjuangan Anak Manusia untuk setia dan taat pada kehendak Bapa dengan mematikan ke-aku-annya di kayu salib itu sejak ia nyaris saja gagal disalibkan di Getsemani—karena ia dikira sedang menunjukan kebimbangan yang nyaris membuatnya tergelincir dalam pergumulan hebatnya dalam 3 sesi doa? Demikiankah? Yesus berkata begini: “Sesungguhnya jikalau biji gandum tidak jatuh ke dalam tanah dan mati, ia tetap satu biji saja; tetapi jika ia mati, ia akan menghasilkan banyak buah.” Ini adalah siapakah Yesus pada hakekatnya sebagai manusia yang dapat mati, bahwa Ia adalah seperti halnya biji gandum, sebuah benih tanaman yang merupakan bahan baku  untuk menghasilkan makanan pokok. Ia adalah pokok kehidupan bagi banyak orang, namun untuk menjadi demikian maka tidaklah berguna jika Ia tetap adalah biji gandum tersebut, dengan kata lain adalah benar bahwa Yesus adalah utusan Allah yang didalam dirinya terdapat hidup  yang dapat memberikan hidup kekal, sebagaimana ia katakana kepada seorang perempuan di perigi/sumur:

Yohanes 4:13-14 Jawab Yesus kepadanya: "Barangsiapa minum air ini, ia akan haus lagi, tetapi barangsiapa minum air yang akan Kuberikan kepadanya, ia tidak akan haus untuk selama-lamanya. Sebaliknya air yang akan Kuberikan kepadanya, akan menjadi mata air di dalam dirinya, yang terus-menerus memancar sampai kepada hidup yang kekal."

Dan ini adalah siapakah Yesus dengan segenap kuasanya: memberikan hidup yang kekal dalam ia adalah mesias:
Yohanes 4:25-26 Jawab perempuan itu kepada-Nya: "Aku tahu, bahwa Mesias akan datang, yang disebut juga Kristus; apabila Ia datang, Ia akan memberitakan segala sesuatu kepada kami." Kata Yesus kepadanya: "Akulah Dia, yang sedang berkata-kata dengan engkau."

0 Sudahlah Itu


Oleh: Martin Simamora

“Ketika Ia Menggenapi Kehendak Allah Dengan Meminum Cawan-Nya”

1.Imam-Imam Sebagai Saksi & Pelaku di Getsemani
Yesus Kristus dan para muridnya, bukanlah satu-satunya pihak yang ada di taman tersebut, sebab para imam pun mendatangi taman tersebut untuk menjumpai Yesus yang baru saja selesai dengan jam-jam doa terberatnya sebagai  manusia di bumi ini. Tetapi apakah motif para imam tersebut?

Para imam memiliki motif tersendiri terhadap Yesus. Sebuah motif yang merefleksikan sebuah sikap permusuhan yang begitu sukar untuk direkonsiliasikan sebab akar pertentangannya adalah diri Yesus-siapakah dia? Yesus dan pelayanan-pelayanannya telah membuatnya menjadi sosok yang hampir mustahil untuk ditangkap dan diperkarakan berdasarkan ketentuan-ketentuan Taurat sebab Yesus bukan saja memiliki ketokohan yang sangat berpengaruh di tengah-tengah masyarakat tetapi identitas divinitasnya melampaui apa yang mungkin dapat dipahami oleh para imam bahkan dalam teropong pemahaman kitab suci yang dimiliki mereka. Mari kita melihat satu episode ini:

Lukas 20:9-19 Lalu Yesus mengatakan perumpamaan ini kepada orang banyak: "Seorang membuka kebun anggur; kemudian ia menyewakannya kepada penggarap-penggarap lalu berangkat ke negeri lain untuk waktu yang agak lama. Dan ketika sudah tiba musimnya, ia menyuruh seorang hamba kepada penggarap-penggarap itu, supaya mereka menyerahkan sebagian dari hasil kebun anggur itu kepadanya. Tetapi penggarap-penggarap itu memukul hamba itu dan menyuruhnya pulang dengan tangan hampa. Sesudah itu ia menyuruh seorang hamba yang lain, tetapi hamba itu juga dipukul dan dipermalukan oleh mereka, lalu disuruh pulang dengan tangan hampa. Selanjutnya ia menyuruh hamba yang ketiga, tetapi orang itu juga dilukai oleh mereka, lalu dilemparkan ke luar kebun itu. Maka kata tuan kebun anggur itu: Apakah yang harus kuperbuat? Aku akan menyuruh anakku yang kekasih; tentu ia mereka segani. Tetapi ketika penggarap-penggarap itu melihat anaknya itu, mereka berunding, katanya: Ia adalah ahli waris, mari kita bunuh dia, supaya warisan ini menjadi milik kita. Lalu mereka melemparkan dia ke luar kebun anggur itu dan membunuhnya. Sekarang apa yang akan dilakukan oleh tuan kebun anggur itu dengan mereka? Ia akan datang dan membinasakan penggarap-penggarap itu, dan mempercayakan kebun anggur itu kepada orang-orang lain." Mendengar itu mereka berkata: "Sekali-kali jangan!" Tetapi Yesus memandang mereka dan berkata: "Jika demikian apakah arti nas ini: Batu yang dibuang oleh tukang-tukang bangunan telah menjadi batu penjuru? Barangsiapa jatuh ke atas batu itu, ia akan hancur, dan barangsiapa ditimpa batu itu, ia akan remuk." Lalu ahli-ahli Taurat dan imam-imam kepala berusaha menangkap Dia pada saat itu juga, sebab mereka tahu, bahwa merekalah yang dimaksudkan-Nya dengan perumpamaan itu, tetapi mereka takut kepada orang banyak.

Perumpamaan Yesus di atas tersebut yang menjadi mata air kebencian tak berkesudahan terhadapnya, tanpa perlu tafsir yang bermacam-macam telah menjadi begitu jelas bagi para ahli Taurat dan imam-imam kepala bahwa merekalah para pelaku kejahatan sebagaimana dalam perumpamaan tersebut, sehingga seketika itu juga mereka ingin menangkapnya, hanya saja, pada momen tersebut, Yesus sedang dan telah menelanjangi kegelapan terpekat di dalam hati dan pikiran mereka, tanpa dapat disangkali sedikit pun oleh mereka. Perumpamaan ini juga, sekaligus menyingkapkan siapakah Yesus Kristus menurut Yesus” bahwa ia adalah Batu yang dibuang oleh tukang-tukang bangunan telah menjadi batu penjuru? Barangsiapa jatuh ke atas batu itu, ia akan hancur, dan barangsiapa ditimpa batu itu, ia akan remuk."

0 Siapakah Engkau Sehingga Engkau Bertindak Demikian?


Oleh: Martin Simamora

Cambuk, Hancurkanlah & Aku Akan Membangunnya Dalam 3 Hari


1.Bertemu Muka Dengan Yesus dengan Cambuk Terhunus Di Bait Allah
Gambaran Yesus adalah gembala yang baik, lemah lembut dan seekor domba di pundaknya pastilah runtuh ketika siapapun membaca sebuah episode yang mencengangkan berikut ini:
Yohanes 2:13-15 Ketika hari raya Paskah orang Yahudi sudah dekat, Yesus berangkat ke Yerusalem. Dalam Bait Suci didapati-Nya pedagang-pedagang lembu, kambing domba dan merpati, dan penukar-penukar uang duduk di situ. Ia membuat cambuk dari tali lalu mengusir mereka semua dari Bait Suci dengan semua kambing domba dan lembu mereka; uang penukar-penukar dihamburkan-Nya ke tanah dan meja-meja mereka dibalikkan-Nya.

Sebuah kemarahan dan murka yang luar biasa tergambarkan secara tajam melalui tindakan Kristus ini: Ia membuat cambuk dari tali lalu mengusir semua dari Bait suci. Sementara anda mungkin dapat melihat rasionalitas kemarahannya yang begitu kuat, sebab ia sedang mendapatkan Bait Suci telah berubah menjadi semacam pusat perdagangan benda-benda suci yaitu kambing, domba dan lembu, namun tetap saja kemurkaannya menimbulkan tanda tanya dan pandangan bahwa ternyata Yesus adalah manusia berdosa juga. Pandangan dan keyakinan ini terkuak dari pertanyaan orang-orang Yahudi yang sedang geram melihat Yesus mengamuk luar biasa: "Tanda apakah dapat Engkau tunjukkan kepada kami, bahwa Engkau berhak bertindak demikian?" (Yohanes 2:18). Pertanyaan ini adalah sebuah tantangan yang sangat serius, sementara Yesus memiliki reputasi begitu dimuliakan dalam perjalanannya menunggangi seekor keledai mendekati Yerusalem:

Markus 11:8-10 Banyak orang yang menghamparkan pakaiannya di jalan, ada pula yang menyebarkan ranting-ranting hijau yang mereka ambil dari ladang. Orang-orang yang berjalan di depan dan mereka yang mengikuti dari belakang berseru: "Hosana! Diberkatilah Dia yang datang dalam nama Tuhan, Orang-orang yang berjalan di depan dan mereka yang mengikuti dari belakang berseru: "Hosana! Diberkatilah Dia yang datang dalam nama Tuhan, diberkatilah Kerajaan yang datang, Kerajaan bapak kita Daud, hosana di tempat yang maha tinggi!"

Tanda apakah? Ini adalah pertanyaan yang tak mudah dan tak mungkin ada satu saja jawaban yang akan membebaskan Yesus begitu saja untuk bertindak dengan cambuknya. Para penanya tidak bermaksud mencari legalitas tindakan Yesus, sebaliknya untuk mencari dasar yang lebih kuat untuk mengadili Yesus dengan tindakannya yang berlebihan, dalam pandangan mereka.

0 Yesus Kristus Dalam Observasi Publik


Oleh: Martin Simamora

“Bukankah Ia Adalah…, Bagaimana Mungkin Ia Berkata…”
1.Yesus Kristus Adalah…
Jati diri Yesus dalam masyarakat dan kehidupan sosial pada eranya sangat jelas dan baik dalam pandangan publik di eranya bahkan anak siapakah ia dan siapa saja keluarganya, termasuk silsilah keluarga besarnya telah menjadi semacam pengetahuan umum yang identik melekat pada dirinya, sebagaimana cuplikan-cuplikan berikut ini menyingkapkan bagi kita dalam injil:

Matius 13:55  Bukankah Ia ini tukang kayu, anak Maria, saudara Yakobus, Yoses, Yudas dan Simon?

Lukas 3:23- Ketika Yesus memulai pekerjaan-Nya, Ia berumur kira-kira tiga puluh tahun dan menurut anggapan orang, Ia adalah anak Yusuf, anak Eli, anak Matat, anak Lewi, anak Malkhi, anak Yanai, anak Yusuf, anak Matica, anak Amos, anak Nahum, anak Hesli, anak Nagai, anak Maat, anak Matica, anak Simei, anak Yosekh, anak Yoda, anak Yohanan, anak Resa, anak Zerubabel, anak Sealtiel, anak Neri, anak Malkhi, anak Adi, anak Kosam, anak Elmadam, anak Er, anak Yesua, anak Eliezer, anak Yorim, anak Matat, anak Lewi, anak Simeon, anak Yehuda, anak Yusuf, anak Yonam, anak Elyakim, anak Melea, anak Mina, anak Matata, anak Natan, anak Daud, anak Isai, anak Obed, anak Boas, anak Salmon, anak Nahason, anak Aminadab, anak Admin, anak Arni, anak Hezron, anak Peres, anak Yehuda, anak Yakub, anak Ishak, anak Abraham, anak Terah, anak Nahor, anak Serug, anak Rehu, anak Peleg, anak Eber, anak Salmon, anak Kenan, anak Arpakhsad, anak Sem, anak Nuh, anak Lamekh, anak Metusalah, anak Henokh, anak Yared, anak Mahalaleel, anak Kenan, anak Enos, anak Set, anak Adam, anak Allah.

Matius 16:13-14
Setelah Yesus tiba di daerah Kaisarea Filipi, Ia bertanya kepada murid-murid-Nya: "Kata orang, siapakah Anak Manusia itu?" Jawab mereka: "Ada yang mengatakan: Yohanes Pembaptis, ada juga yang mengatakan: Elia dan ada pula yang mengatakan: Yeremia atau salah seorang dari para nabi."

Sekalipun demikian, jati diri dalam observasi publik ataupun dalam Ia memang anggota keluarga dari sebuah keluarga yang memiliki catatan silsilah yang dapat ditelusuri ternyata bukan merupakan bagian signifikan kebenaran terdasar yang harus ditampilkan oleh Yesus dalam Ia tampil pada pelayanan publiknya. Matius 13:55 misalnya, adalah respon negatif publik  terkait jati diri Yesus yang disampaikan Yesus, bertentangan dengan pengetahuan umum publik. Itu sebabnya menyebutkan siapakah Yesus sebagaimana masyarakat setempat mengenali dan mengakui Yesus, menjadi begitu penting dilontarkan oleh mulut masyarakat setempat. Bahwa memang Yesus memang memiliki pergaulan sosial yang sangat baik, tetapi, respon tersebut merupakan sebuah ekspresi ketercengangan yang begitu sukar untuk direkonsiliasikan dengan kebenaran publik yang melekat pada Yesus sebagaimana masyarakat setempat mengenalnya, bahkan di kampungnya sendiri:


Maka takjublah mereka dan berkata: "Dari mana diperoleh-Nya hikmat itu dan kuasa untuk mengadakan mujizat-mujizat itu?-Matius 13:54

0 Yesus si Tukang Kayu, Pengajar Kitab Suci Datang dari Sorga?



Oleh: Martin Simamora


Yesus Kristus di Antara Realitas Dirinya di Tengah-Tengah Masyarakat dan Diri-Nya Sebagai Sang Firman yang Menjadi Manusia di Antara Manusia

Jesus Son of Mary
Satu hal yang menarik pada diri Yesus Kristus, bukan soal menjadi begitu berbeda dengan dunia ini pada realitasnya dan pada jati dirinya. Ia sebetulnya tidak dapat anda dekati pada ranah “berani memilih berbeda dengan dunia ini dengan segala keinginan dan kebenaran-kebenaran versinya.” Yesus Kristus dalam Ia sebagai manusia sudah terlampau keras untuk dikenali oleh siapapun pada apakah realitasnya. Secara umum masyarakat pada eranya beranggapan bahwa Yesus terjebak dalam problem kejiwaan yang begitu berat hingga ia tidak mampu membedakan antara fantasi dan realita sosial sesungguhnya. Mari segera kita lihat problem ini, memang di sini kita perlu untuk membaca secara lebih cermat dan teliti sehingga kita dapat menangkap sebuah kegelisahan dan kebingungan yang berkecamuk di antara para pendengarnya atau para pengelunya, mari kita membaca situasi-situasi berikut ini:

►Markus 6:3 Bukankah Ia ini tukang kayu, anak Maria, saudara Yakobus, Yoses, Yudas dan Simon? Dan bukankah saudara-saudara-Nya yang perempuan ada bersama kita?" Lalu mereka kecewa dan menolak Dia.

►Matius 13:55 Bukankah Ia ini anak tukang kayu? Bukankah ibu-Nya bernama Maria dan saudara-saudara-Nya: Yakobus, Yusuf, Simon dan Yudas? Dan bukankah saudara-saudara-Nya perempuan semuanya ada bersama kita? Jadi dari mana diperoleh-Nya semuanya itu?"

►Yohanes 6:42 Kata mereka: "Bukankah Ia ini Yesus, anak Yusuf, yang ibu bapanya kita kenal? Bagaimana Ia dapat berkata: Aku telah turun dari sorga?"

Bagi masyarakat ada problem jati diri dan terutama akal sehat pada diri Yesus. Ada satu perilaku dan pengidentitasan diri yang melampaui siapakah ia sebagaimana masyarakat mengenalnya.  Ini terungkap jelas dari kegusaran semacam ini: 

●Bukankah ia ini tukang kayu?
●Bukankah ibunya: Maria?
●Bukankah  saudara-saudaranya: Yakobus, Yusuf, Simon dan Yudas?
●Bukankah ia ini Yesus, anak Yusuf, yang ibu bapanya kita kenal?
●Bukankah saudara-saudaranya perempuan semuanya ada bersama kita?

Kalau saya buatkan data kependudukan sederhana pada diri Yesus, sederhananya ini:

0 Allah Bukan Manusia

Oleh: Martin Simamora


Siapakah Yesus, Apakah Tujuan “Ia Telah Menjadi Manusia”, Mati & Bangkit dari Antara Orang Mati
Dan setelah Ia selesai mengadakan penyucian dosa, Ia duduk di sebelah kanan Yang Mahabesar, di tempat yang tinggi –Ibrani 1:3

NatGeo- Sermon on the mount

Ketika siapapun membaca:

Allah bukanlah manusia, sehingga Ia berdusta bukan anak manusia, sehingga Ia menyesal. Masakan Ia berfirman dan tidak melakukannya, atau berbicara dan tidak menepatinya?- Bilangan 23:19

Lagi Sang Mulia dari Israel tidak berdusta dan Ia tidak tahu menyesal; sebab Ia bukan manusia yang harus menyesal."- 1 Samuel 15:29

Aku tidak akan melanggar perjanjian-Ku, dan apa yang keluar dari bibir-Ku tidak akan Kuubah- Mazmur 89:34

Melalui sabda-sabda semacam ini, Allah ingin menyatakan bahwa sementara Ia menurunkan sabda-sabdanya ke dalam dunia ini melalui dan kepada manusia-manusia yang mampu berbicara dan tidak menepatinya atau berjanji dan tidak melakukannya atau berkata dan bertindak dan kemudian menyesali akan perbuataannya sendiri, Allah tidak demikian sama sekali!  Sabda-sabda diatas menjadi begitu pentingnya untuk diketahui oleh manusia, bahwa:

-Allah bukanlah manusia, sehingga berdusta
-Allah bukanlah anak manusia sehingga Ia menyesal
-Allah berfirman maka pasti dilakukannya
-Allah berjanji maka pasti ditepatinya
-Allah tidak tahu menyesal
-Allah bukan manusia  yang harus menyesali apapun keputusan dan perbuatan dirinya

(sehingga menjadi dasar penting untuk memahami bagian -bagian Alkitab yang menggunakan kosa kata humanis "menyesal" untuk menunjukan maksud betapa apa yang telah terjadi sebuah kedukaan atau kesedihan yang mendalam bagi Allah kala manusia melakukannya)

Dan hal yang sama diucapkan oleh Yesus. Perhatikan serangkaian perkataan-perkataan Yesus berikut ini:

Lukas 21:29-33 Lalu Yesus mengatakan perumpamaan ini kepada mereka: "Perhatikanlah pohon ara atau pohon apa saja. Demikian juga, jika kamu melihat hal-hal itu terjadi, ketahuilah, bahwa Kerajaan Allah sudah dekat. Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya angkatan ini tidak akan berlalu, sebelum semuanya terjadi. Langit dan bumi akan berlalu, tetapi perkataan-Ku tidak akan berlalu."

Jika perkataan Yesus tidak akan berlalu  sementara langit dan bumi akan berlalu, bukankah itu bermakna Allah bukan manusia, sementara Yesus adalah manusia??

0 Kematian-Nya Dituliskan Untuk Dimuliakan

Oleh: Martin Simamora

Kematian-Nya Dituliskan Untuk Dimuliakan
(Refleksi)

Sama seperti “Tidak ada seorangpun yang telah naik ke sorga, selain dari pada Dia yang telah turun dari sorga, yaitu Anak Manusia- Yohanes 3:13,” maka juga Yesus  satu-satunya manusia yang pernah masuk ke dalam dunia maut-mengalami kematian sejati untuk kemudian mengalami kebangkitan kembali [ Ibrani menggambarkannya demikian: “..maka Ia juga menjadi sama dengan mereka dan mendapat bagian dalam keadaan mereka, supaya oleh kematian-Nya Ia memusnahkan dia, yaitu Iblis, yang berkuasa atas maut; dan supaya dengan jalan demikian Ia membebaskan mereka yang seumur hidupnya berada dalam perhambaan oleh karena takutnya kepada maut-Ibrani 2:14-15]. Bahkan Yesus sendiri menyajikan kematiannya yang demikian sebagai sebuah pengajaran yang begitu hakiki dan menjadi tujuan kedatangannya ke dunia: “Ia berkata kepada mereka: "Anak Manusia akan diserahkan ke dalam tangan manusia, dan mereka akan membunuh Dia, dan tiga hari sesudah Ia dibunuh Ia akan bangkit- Mark 9:31.” Ini bagi siapapun, tak hanya dahulu kala namun kini, akan begitu sukar untuk dimengerti: “Mereka tidak mengerti perkataan itu, namun segan menanyakannya kepada-Nya- Mark 9:32” [ didalam catatan Injil Lukas pemberitaan kematian dirinya ditekankan sebagai hal yang tak boleh diperlakukan sambil lalu atau angin lalu saja oleh para murid-murid-Nya, harus mengendap dan tinggal tetap pada permukaan gendang telinga mereka dan pikiran mereka: “Dengarlah dan camkanlah segala perkataan-Ku ini: Anak Manusia akan diserahkan ke dalam tangan manusia-Luk 9:44, namun sekalipun begitu, merupakan hal yang begitu jauh untuk diselami pikiran manusia walau terpatri  pada permukaan gendang telinga mereka: “Mereka tidak mengerti perkataan itu, sebab artinya tersembunyi bagi mereka, sehingga mereka tidak dapat memahaminya. Dan mereka tidak berani menanyakan arti perkataan itu kepada-Nya”-Luk 9:45. Hal ini terjadi karena apa sesungguhnya yang terjadi masih merupakan hal yang tertutup bagi mereka-semua manusia].


Ini bukanlah pengajaran rahasia, sebab dalam cara yang berbeda namun kokoh, pun dikemukakan oleh Yesus dihadapan publik:
▌Yohanes 2:18-21 Orang-orang Yahudi menantang Yesus, katanya: "Tanda apakah dapat Engkau tunjukkan kepada kami, bahwa Engkau berhak bertindak demikian?" Jawab Yesus kepada mereka: "Rombak Bait Allah ini, dan dalam tiga hari Aku akan mendirikannya kembali." Lalu kata orang Yahudi kepada-Nya: "Empat puluh enam tahun orang mendirikan Bait Allah ini dan Engkau dapat membangunnya dalam tiga hari?" Tetapi yang dimaksudkan-Nya dengan Bait Allah ialah tubuh-Nya sendiri.

▌Lukas 17:25 Tetapi Ia harus menanggung banyak penderitaan dahulu dan ditolak oleh angkatan ini.
Anchor of Life Fellowship , Sebab karena kasih karunia kamu diselamatkan oleh iman; itu bukan hasil usahamu, tetapi pemberian Allah, itu bukan hasil pekerjaanmu: jangan ada orang yang memegahkan diri - Efesus 2:8-9