F O K U S

Nabi Daud Tentang Siapakah Kristus

Ia Adalah Seorang Nabi Dan Ia Telah   Melihat Ke Depan Dan Telah Berbicara Tentang Kebangkitan Mesias Oleh: Blogger Martin Simamora ...

0 Siapakah Engkau Sehingga Engkau Bertindak Demikian?


Oleh: Martin Simamora

Cambuk, Hancurkanlah & Aku Akan Membangunnya Dalam 3 Hari


1.Bertemu Muka Dengan Yesus dengan Cambuk Terhunus Di Bait Allah
Gambaran Yesus adalah gembala yang baik, lemah lembut dan seekor domba di pundaknya pastilah runtuh ketika siapapun membaca sebuah episode yang mencengangkan berikut ini:
Yohanes 2:13-15 Ketika hari raya Paskah orang Yahudi sudah dekat, Yesus berangkat ke Yerusalem. Dalam Bait Suci didapati-Nya pedagang-pedagang lembu, kambing domba dan merpati, dan penukar-penukar uang duduk di situ. Ia membuat cambuk dari tali lalu mengusir mereka semua dari Bait Suci dengan semua kambing domba dan lembu mereka; uang penukar-penukar dihamburkan-Nya ke tanah dan meja-meja mereka dibalikkan-Nya.

Sebuah kemarahan dan murka yang luar biasa tergambarkan secara tajam melalui tindakan Kristus ini: Ia membuat cambuk dari tali lalu mengusir semua dari Bait suci. Sementara anda mungkin dapat melihat rasionalitas kemarahannya yang begitu kuat, sebab ia sedang mendapatkan Bait Suci telah berubah menjadi semacam pusat perdagangan benda-benda suci yaitu kambing, domba dan lembu, namun tetap saja kemurkaannya menimbulkan tanda tanya dan pandangan bahwa ternyata Yesus adalah manusia berdosa juga. Pandangan dan keyakinan ini terkuak dari pertanyaan orang-orang Yahudi yang sedang geram melihat Yesus mengamuk luar biasa: "Tanda apakah dapat Engkau tunjukkan kepada kami, bahwa Engkau berhak bertindak demikian?" (Yohanes 2:18). Pertanyaan ini adalah sebuah tantangan yang sangat serius, sementara Yesus memiliki reputasi begitu dimuliakan dalam perjalanannya menunggangi seekor keledai mendekati Yerusalem:

Markus 11:8-10 Banyak orang yang menghamparkan pakaiannya di jalan, ada pula yang menyebarkan ranting-ranting hijau yang mereka ambil dari ladang. Orang-orang yang berjalan di depan dan mereka yang mengikuti dari belakang berseru: "Hosana! Diberkatilah Dia yang datang dalam nama Tuhan, Orang-orang yang berjalan di depan dan mereka yang mengikuti dari belakang berseru: "Hosana! Diberkatilah Dia yang datang dalam nama Tuhan, diberkatilah Kerajaan yang datang, Kerajaan bapak kita Daud, hosana di tempat yang maha tinggi!"

Tanda apakah? Ini adalah pertanyaan yang tak mudah dan tak mungkin ada satu saja jawaban yang akan membebaskan Yesus begitu saja untuk bertindak dengan cambuknya. Para penanya tidak bermaksud mencari legalitas tindakan Yesus, sebaliknya untuk mencari dasar yang lebih kuat untuk mengadili Yesus dengan tindakannya yang berlebihan, dalam pandangan mereka.


Sementara kita melihat orang-orang yahudi tak memahami dan memandang Yesus sebagai seorang yang bersalah dan berdosa dalam murkanya, para murid sebaliknya memiliki pandangan yang membuat mereka gentar:

Yohanes 2:17Maka teringatlah murid-murid-Nya, bahwa ada tertulis: "Cinta untuk rumah-Mu menghanguskan Aku."

Pada saat itu mereka melihat begitu tajam bahwa apa yang sedang terjadi pada diri Yesus adalah sebuah perwujudan yang sempurna pada orang yang memiliki cinta untuk rumah Tuhan.

Tetapi apa yang terpenting di sini bukanlah itu semua. Satu-satunya alas an untuk berkata demikian adalah jawaban Yesus terhadap tantangan orang-orang Yahudi telah melampaui apa yang diharapkan seharusnya menjadi sebuah jawaban, lazimnya seorang manusia mampu menjawab dengan kekuatan jiwa dan pikirannya. Apalagi dalam situasi yang tidak lagi menguntungkan di tempat yang suci namun dengan perbuatan yang tak mungkin diterima oleh public. Terhadap tantangan tersebut, Yesus menjawab: "Rombak Bait Allah ini, dan dalam tiga hari Aku akan mendirikannya kembali." (Yohanes 2:19). Merombak bangunan sebesar apapun tidaklah aneh dan wajar untuk melakukan, tetapi apa yang menjadi problem dari jawaban Yesus adalah bagaimana ia membangunnya kembali, jelas sekali tak masuk akal, dan seperti tadi saya katakan jelas-jelas melampaui kekuatan kemanusiaannya dan siapapun orangnya. Ini jelas terlihat dari tanggapan orang-orang Yahudi kepada Yesus:

Yohanes 3:20 Lalu kata orang Yahudi kepada-Nya: "Empat puluh enam tahun orang mendirikan Bait Allah ini dan Engkau dapat membangunnya dalam tiga hari?"

Apa yang mungkin dan dapat dilakukan oleh manusia, dan apa yang mustahil? Siapa yang dapat memahami kemurkaan Yesus dengan menghunus cambuk yang dibuatnya sendiri sehingga tak memandangnya sebagai perbuatan seorang yang berdosa? Ini adalah problem yang sama besarnya untuk memahami ketakbedosaan dan kemuliaan Yesus dalam perbuatannya tersebut pada jawabannya “aku akan membangunnya dalam tiga hari” sementara realitasnya memerlukan waktu 46 tahun!

Jawaban Yesus ini benar-benar akan menjadi dasar permusuhan besar antara orang-orang Yahudi yang bahkan diajukan sebagai salah satu kesaksian yang memberatkan  Yesus dalam pengadilan yang menuntunnya pada peristiwa penyaliban dirinya diantara 2 penjahat dan saat dirinya dipertukarkan dengan seorang penjahat. Perhatikan ini:

Matius 26:59-61 Imam-imam kepala, malah seluruh Mahkamah Agama mencari kesaksian palsu terhadap Yesus, supaya Ia dapat dihukum mati, tetapi mereka tidak memperolehnya, walaupun tampil banyak saksi dusta. Tetapi akhirnya tampillah dua orang, yang mengatakan: "Orang ini berkata: Aku dapat merubuhkan Bait Allah dan membangunnya kembali dalam tiga hari."

Jawaban Yesus atas tantangan untuk pembuktian legalitas atau otoritas baginya untuk murka secara demikian telah dinilai sebagai sebuah dosa yang begitu besar, bukan saja karena ia menjadi marah tak terkendalikan tetapi karena ia telah menista  kesakralan bait Allah sebanyak 2 kali. Pertama dengan cambuknya dan kedua dengan merubuhkan bait Allah untuk dibangunnya kembali dalam 3 hari. Siapakah yang dapat memahami ketakbersalahan dan kemuliaan Yesus dalam peristiwa ini, satupun tak ada yang dapat membuktikannya sampai orang percaya setelah melihatnya sendiri:

Yohanes 3:21-22Tetapi yang dimaksudkan-Nya dengan Bait Allah ialah tubuh-Nya sendiri. Kemudian, sesudah Ia bangkit dari antara orang mati, barulah teringat oleh murid-murid-Nya bahwa hal itu telah dikatakan-Nya, dan merekapun percayalah akan Kitab Suci dan akan perkataan yang telah diucapkan Yesus.


2.Ia Memang Memaksudkan Tubuhnya dan Segenap Dirinya Sebagai Persembahan yang Berkuasa Menebus Dosa Manusia
Dalam episode lain, kita akan melihat bagaimana Yesus memang secara sengaja dan bahkan menjadi pokok ajarannya bahwa tubuhnya dan segenap kemanusiaannya memang begitu tak terpisahkan dengan kuasa yang memberikan kehidupan dan kekekalan hidup lepas dari kuasa pemerintahan maut. Mari kita melihat episode ini:

Yohanes 6:32-35Maka kata Yesus kepada mereka: "Aku berkata kepadamu, sesungguhnya bukan Musa yang memberikan kamu roti dari sorga, melainkan Bapa-Ku yang memberikan kamu roti yang benar dari sorga. Karena roti yang dari Allah ialah roti yang turun dari sorga dan yang memberi hidup kepada dunia." Maka kata mereka kepada-Nya: "Tuhan, berikanlah kami roti itu senantiasa." Kata Yesus kepada mereka: "Akulah roti hidup; barangsiapa datang kepada-Ku, ia tidak akan lapar lagi, dan barangsiapa percaya kepada-Ku, ia tidak akan haus lagi.

Yesus, sebagaimana ia menjawab di bait Allah yang diobrak-abriknya tadi, pada episode inipun menyentralkan dirinya dan kemanusiaannya memiliki kuasa yang tak mungkin diselami kemanusiaan fana. Sebagaimana di bait Allah tadi ia meletakan dirinya dalam sebuah tatar kesucian yang begitu mulia dan berkuasa penuh untuk menggenapkan membangun kembali bait Allah dalam  3 hari, pun di sini  Ia bahkan secara gamblang dan lugas menyatakan tubuhnya adalah tubuh yang turun dari sorga; bahwa tubuhnya adalah pemberian Bapa dari sorga bagi dunia. Pada episode ini bahkan Yesus menyatakan sebuah pernyataan yang melampaui kemampuan manusia dengan berkata barangsiapa datang kepada-Ku, ia tidak akan lapar lagi, dan barangsiapa percaya kepada-Ku, ia tidak akan haus lagi. Ya…ini sebangun dengan pernyataannya yang berbunyi: "Rombak Bait Allah ini, dan dalam tiga hari Aku akan mendirikannya kembali." Sementara manusia membutuhkan upaya kerja keras seumur hidup seorang tukang bangunan yang  masih sehat dan cukup kuat: 46 tahun!

Apakah Yesus benar seberkuasa itu? Apakah Ia berkuasa atas takdir setiap manusia yang datang kepadanya setinggi ini: barangsiapa datang kepada-Ku, ia tidak akan lapar lagi, dan barangsiapa percaya kepada-Ku, ia tidak akan haus lagi?


Sementara Yesus membicarakan kemanusiaanya dalam cara yang begitu sukar untuk diterima, seperti ini:
Yohanes 6:51 Akulah roti hidup yang telah turun dari sorga. Jikalau seorang makan dari roti ini, ia akan hidup selama-lamanya, dan roti yang Kuberikan itu ialah daging-Ku, yang akan Kuberikan untuk hidup dunia."

Yesus memang tak pernah berkata semacam klaim-klaim “aku manusia suci” atau “aku manusia Allah.” Itu benar. Tetapi ia sangat menekankan dalam pengajaran dan peristiwa-peristiwa sekitar dirinya pasti akan bersentral pada dirinya dan secara khusus pada tubuhnya sendiri dan darahnya sendiri:

Yohanes 6:53-54 Maka kata Yesus kepada mereka: "Aku berkata kepadamu, sesungguhnya jikalau kamu tidak makan daging Anak Manusia dan minum darah-Nya, kamu tidak mempunyai hidup di dalam dirimu. Barangsiapa makan daging-Ku dan minum darah-Ku, ia mempunyai hidup yang kekal dan Aku akan membangkitkan dia pada akhir zaman.

Sementara memang benar ia sedang menyingkapkan kemuliaan dan kekudusan tubuh dan darahnya bukan saja tanpa noda dan hasrat dosa, tetapi berkuasa memberikan hidup kekal dan kebangkitan pada akhir zaman, ia sedang tidak bermaksud mengajarkan memakan daging dan meminum darahnya secara literal, sementara daging dan darah memang secara otentik dan penuh kuasa untuk memberikan hidup kekal dan kebangkitan pada akhir zaman. Karena itu Yesus melanjutkan pengajarannya seperti ini:

Yohanes 6:55 Sebab daging-Ku adalah benar-benar makanan dan darah-Ku adalah benar-benar minuman.


Kita tahu sebagai pembaca injil, Yesus menggenapkan pengajarannya ini pada perjamuan akhirnya bersama para murid-murid-Nya:

Lukas 22:19-20 Lalu Ia mengambil roti, mengucap syukur, memecah-mecahkannya dan memberikannya kepada mereka, kata-Nya: "Inilah tubuh-Ku yang diserahkan bagi kamu; perbuatlah ini menjadi peringatan akan Aku." Demikian juga dibuat-Nya dengan cawan sesudah makan; Ia berkata: "Cawan ini adalah perjanjian baru oleh darah-Ku, yang ditumpahkan bagi kamu.

Puncak pengajaran dari sentralisme tubuhnya dan kemanuisaannya terletak di sini. Ia pada perjamuan ini sedang membicarakan sebuah peristiwa kematian dirinya sendiri dalam sebuah peristiwa yang akan datang namun segera terjadi dengan cara meletakan peristiwa kematiannya adalah sebuah keharusan yang mutlak secara abasolut, karena dua hal: pertama: Ia dengan tubuhnya memang dihadirkan kedalam dunia ini untuk sebuah tujuan pasti yaitu dipersembahkan kepada para murid-muridnya saat itu dan termasuk siapapun yang kelak akan datang kepada-Nya melalui iman. Ketika saya mengatakan melalui iman menerima tubuhnya, karena Yesus sendiri terkait  “inilah tubuhku” berkata perbuatlah ini menjadi peringatan akan Aku. Kedua, ini adalah keharusan yang bersifat mutlak secara absolut oleh karena apa yang secara pasti akan dihasilkannya tepat dalam peristiwa kematian yang akan menumpahkan darahnya yaitu lahirnya perjanjian baru oleh darah-Nya yang akan mengikat kepada siapa darah itu ditumpahkan, bahwa darah itu ditumpahkan bagi kamu. Sementara Yesus berkata: Akulah roti hidup yang telah turun dari sorga. Jikalau seorang makan dari roti ini, ia akan hidup selama-lamanya, dan roti yang Kuberikan itu ialah daging-Ku, yang akan Kuberikan untuk hidup dunia" (Yohanes 6:51), untuk dunia jelas masih membutuhkan penggenapan karena  terkait kematian dan hasil yang dilahirkan oleh kematian baru akan menjangkau segenap dunia ketika pemberitaan injil via amanat agung dimulai setelah pencurahan Roh Kudus pada hari Pentakosta. Terkait hal ini, kita juga harus memperhatikan bahwa Yesus sendiri mendoakan bagaimana “untuk hidup dunia” berlangsung dan mengalami penggenapan:

Yohanes 17:18-20 Sama seperti Engkau telah mengutus Aku ke dalam dunia, demikian pula Aku telah mengutus mereka ke dalam dunia; dan Aku menguduskan diri-Ku bagi mereka, supaya merekapun dikuduskan dalam kebenaran. Dan bukan untuk mereka ini saja Aku berdoa, tetapi juga untuk orang-orang, yang percaya kepada-Ku oleh pemberitaan mereka;

Perjamuan akhir Yesus bersama para murid bersentral pada dirinya yang lebih dahulu ia beritakan secara perdana bahwa tubuhnya harus mengalami serangkaian deraan pada tubuhnya sehingga darah tercurah, dan jelas bukan sebagai sebuah peristiwa kematian yang tunggal, pribadi dan bukan peristiwa kematian seorang martir melalui peristiwa pengadilan yang tak adil.


3.Di Getsemane Tubuh Itu Mulai Memasuki Prosesi Dipecahkan Untuk Menumpahkan Darah-Nya Bagi Dunia
Setelah Yesus secara khusus telah memberikan tubuh dan darah kepada murid-muridnya (Kecuali Yudas yang tak menerima cawan perjanjian berdasarkan darahnya: Yohanes 13:26-30 “Yudas menerima roti itu lalu segera pergi –ayat 30), selanjutnya, kita akan melihat sebuah episode yang begitu mencekam dan mendahului deraan-deraan penderitaan yang didatangkan oleh sengat maut pada tubuhnya untuk membinasakannya. Mari kita perhatikan catatan injil berikut ini:

Matius 26:36 Maka sampailah Yesus bersama-sama murid-murid-Nya ke suatu tempat yang bernama Getsemani. Lalu Ia berkata kepada murid-murid-Nya: "Duduklah di sini, sementara Aku pergi ke sana untuk berdoa."

Matius 26:38 lalu kata-Nya kepada mereka: "Hati-Ku sangat sedih, seperti mau mati rasanya. Tinggallah di sini dan berjaga-jagalah dengan Aku."

Apakah yang Yesus rasakan? Apa yang Yesus rasakan adalah: sebuah kesedihan yang tak mungkin ditangkap siapapun kepedihannya walau siapapun secara relatif dapat mengisahkan pernah mengalami momen seperti ini: seperti mau mati rasanya. Apa yang harus tetap kita usung di sini adalah apa yang Yesus katakan pada perjamuan akhirnya bahwa ini adalah segala sesuatu mengenai tubuhnya dan yang dari tubuh itu darah itu akan mengalir, tentulah ini sebuah peristiwa kematian yang ia pahami, bahwa tubuhnya memahami dan tubuhnya memang diperuntukan bagi dunia dalam sebuah cara yang telah ia ajarkan akan mengalami serangkaian siksaan. Itu sebabnya ia dalam kemanusiaannya yang utuh berkata pada sesi doa pertama:

Matius 26:39 Maka Ia maju sedikit, lalu sujud dan berdoa, kata-Nya: "Ya Bapa-Ku, jikalau sekiranya mungkin, biarlah cawan ini lalu dari pada-Ku, tetapi janganlah seperti yang Kukehendaki, melainkan seperti yang Engkau kehendaki."


Selanjutnya pada sesi doa kedua:
Matius 26:42 Lalu Ia pergi untuk kedua kalinya dan berdoa, kata-Nya: "Ya Bapa-Ku jikalau cawan ini tidak mungkin lalu, kecuali apabila Aku meminumnya, jadilah kehendak-Mu!"


Selanjutnya pada sesi doa ketiga:
Matius 26:44 Ia membiarkan mereka di situ lalu pergi dan berdoa untuk ketiga kalinya dan mengucapkan doa yang itu juga.


Ini menarik sekeligus menggelitik, karena sangat wajar untuk mempertanyakan Yesus yang sebelumnya menekankan secara absolut kematiannya dalam pengajaran, kini nampaknya ia menjadi bimbang? Apakah ia tergoda untuk mengingkari sehingga dengan demikian Yesus sebetulnya tak semulia dan sesuci yang disangkakan selama ini? Bahwa Yesus sebagaimana kita berpotensi untuk berdosa terkuak di Getsemane? Sementara spekulasi ini bisa berkembang pesat selama semua natur manusia berdosa diaplikasikan secara identik dan dengan demikian harus membuang semua klausula-klausula siapakah Yesus sebagaimana diajarkan Yesus sendiri, saya di sini akan memberikan jawaban yang akan menunjukan bahwa sementara kita memang melihat semacam kebimbangan yang kuat pada jiwa Yesus, tetapi kita perlu melihat apakah yang menjadi akar kebimbangan jiwa Yesus tersebut….apakah karena natur kemanusiaan Yesus ternyata berpotensi untuk membuatnya jatuh kedalam dosa sehingga ia dapat lari dari kehendak Bapa? Saya di sini, melalui blog ringkas ini, hanya akan menunjukan 2 dasar saja mengapa akar kebimbangannya bukan berasal dari mata air tubuhnya yang pada dasarnya juga dapat takluk pada dosa jika ia tak berjuang secara optimal hingga penghabisan.

Pertama mari kita lihat catatan injil berikut ini:

Lukas 24:43-44 Maka seorang malaikat dari langit menampakkan diri kepada-Nya untuk memberi kekuatan kepada-Nya. Ia sangat ketakutan dan makin bersungguh-sungguh berdoa. Peluh-Nya menjadi seperti titik-titik darah yang bertetesan ke tanah.

Apakah yang menjadi mata air doa yang dapat mengesankan sebuah kebimbangan, keraguan dan bahkan kemungkinan pemberontakan terhadap Bapa? Apakah mata air itu adalah tubuh Yesus yang memiliki cemar-cemar dosa? Atau apakah karena ia sedang nyariis kalah terhadap godaan iblis untuk menyerah saja?

Injil Lukas memberikan kesaksian bahwa kondisi Yesus ada dalam derajat ketakutan yang begitu ekstrim tetapi ia tidak sama sekali mengalami semacam keraguan atau kebimbangan iman dan apalagi meragukan dirinya tetapi keadaan imannya begitu optimal: makin bersungguh-sungguh berdoa sementara ketakutan yang menderanya adalah baying-bayang maut yang sedang bersiap menyengatkan maut pada tubuhnya: peluhnya menjadi seperti titik-titik darah yang betetesan ke tanah. Sehingga ketika ia mengucapkan doa: jikalau sekiranya mungkin, biarlah cawan ini lalu dari pada-Ku, tetapi janganlah seperti yang Kukehendaki, melainkan seperti yang Engkau kehendaki…sebanyak 3 kali, maka menjadi terlarang untuk memandang Yesus saat itu nyaris gagal memenuhi kehendak Bapa sebab 3 kali doa yang sama, Ia tidak diindikasikan nyaris gagal tetapi semakin teguh dalam doanya sebagai manusia. Hal yang sama pentingnya adalah jika Yesus memang benar hampir saja gagal memenuhi kehendak Bapa atau dosa mulai memudarkan kemuliaannya sebagai manusia tak bercela dosa maka mustahil doanya membuka langit dan menurunkan malaikat untuk memberikan pelayanan bagi kemanusiannya menjelang ia menggenapi “inilah tubuhku dan inilah darahku bagimu.” Apa yang terjadi adalah malaikat secara khusus diutus Bapa untuk mempersiapkan tubuh yang dikhususkan Bapa bagi penebusan dosa digenapi oleh kehendak-Nya, itu sebanya dalam doa yang membuka langit tersebut apa yang diucapkan oleh Yesus dalam perkataan doa tersebut, harus dibingkai sebagai Yesus dalam keadaan satu bersama dengan Bapa dalam memasuki prosesi “inilah tubuhku dan inilah darahku.”


Kedua, mari kita lihat perkataan Yesus berikut ini dalam catatan injil berikut ini:
Matius 26:53-54 Atau kausangka, bahwa Aku tidak dapat berseru kepada Bapa-Ku, supaya Ia segera mengirim lebih dari dua belas pasukan malaikat membantu Aku? Jika begitu, bagaimanakah akan digenapi yang tertulis dalam Kitab Suci, yang mengatakan, bahwa harus terjadi demikian?"


Jika siapapun masih bersikeras berpikir bahwa di Getsemane terbukti Yesus dapat berdosa, maka siapapun juga harus berpikir bahwa Yesus tepat pada saat itu telah menyimpang dan sekecil apapun itu maka ia telah terpisah dari Bapa karena dosa, tepat menggenapi sabda ini: ”dan yang membuat Dia menyembunyikan diri terhadap kamu, sehingga Ia tidak mendengar, ialah segala dosamu” (Yesaya 59:2). Tetapi faktanya, kembali kita melihat, sekali lagi disebutkan keterlibatan malaikat dalam cara yang berbeda, bahwa keterlibatan malaikat pada peristiwa Getsemane bukan untuk membebaskan Yesus, tetapi memberikan kekuatan bagi tubuhnya yang harus dipersembahkannya sendiri sebagai kurban penebus dosa. Bukti bahwa ia memang manusia adalah: ia dapat merasakan dan mengalami sengat maut dan kuasa kematian atas tubuhnya yang benar-benar manusia, hanya saja walau demikian ia sama sekali tak berdosa, tanpa dosa dan tak berhasrat dosa sehingga memberikan sedetik saja untuk selamanya ia menjadi tak sama sekali didengarkan oleh Bapa saja. Ia berkata “Atau kausangka, bahwa Aku tidak dapat berseru kepada Bapa-Ku, supaya Ia segera mengirim lebih dari dua belas pasukan malaikat membantu Aku?” itu menunjukan bahwa dalam apapun yang terlihat pada kemanusiaannya saat di Getsemane, ia berada dalam persatuan yang utuh tanpa celah bersama-sama dengan Bapa. Ingatlah akan perkataan Yesus sejak semula: Bapa yang mengutus Aku, Dialah yang bersaksi tentang Aku (Yohanes 6:37).


Siapakah yang dapat bersaksi mengenai status kesucian Yesus saat di Getsemane, hingga dapat berkata saat itu ia berpotensi untuk berdosa? Tentu hanya iblis dan antek-anteknya, Yesus berkata bahwa hanya Bapa yang bersaksi tentang diri-Nya—ini berkaitan dengan siapakah Ia dalam Ia adalah manusia yang diperuntukan menjadi penebus manusia dari pemerintahan maut:
Yohanes 5:24-25 Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya barangsiapa mendengar perkataan-Ku dan percaya kepada Dia yang mengutus Aku, ia mempunyai hidup yang kekal dan tidak turut dihukum, sebab ia sudah pindah dari dalam maut ke dalam hidup. Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya saatnya akan tiba dan sudah tiba, bahwa orang-orang mati akan mendengar suara Anak Allah, dan mereka yang mendengarnya, akan hidup.


Sebentar lagi kita akan mengenang dan mengingat Yesus pada Jumat Agung untuk memberitakan kepada dunia bahwa memang benar tubuh dan darahnya adalah persembahan yang sempurna tak bercacat dan bernoda dosa pada peristiwa sengsara dan kematiannya sendiri pada kayu salib. Bagaimana anda dan gereja anda, apakah selaras dengan Yesus bahwa pada saat darahnya tercurah bagimu maka engkau masuk kedalam kovenan berdasarkan penumpahan darahnya pada salib itu? Atau anda tak percaya sama sekali karena anda percaya Yesus hampir berdosa atau hampir gagal di Getsemane, sehingga peristiwa Getsemane dan salib, bagimu, pendetamu dan gerejamu, hanya sebatas ia adalah teladan bagi anda bahwa anda harus memperjuangkan keselamatanmu sampai tercurah darahmu (serius, tak main-main sedikit saja) atau jika tidak gagal memenuhi kehendak Bapa dan gagal mempertahankan kesetiaan pada Bapa sebagaimana Yesus. Jika demikian, anda sedang diperbudak si Maut!

Ibrani 10:5-6 Karena itu ketika Ia masuk ke dunia, Ia berkata: "Korban dan persembahan tidak Engkau kehendaki--tetapi Engkau telah menyediakan tubuh bagiku--. Kepada korban bakaran dan korban penghapus dosa Engkau tidak berkenan.
Solus Christus
Soli Deo Gloria

No comments:

Post a Comment

Anchor of Life Fellowship , Sebab karena kasih karunia kamu diselamatkan oleh iman; itu bukan hasil usahamu, tetapi pemberian Allah, itu bukan hasil pekerjaanmu: jangan ada orang yang memegahkan diri - Efesus 2:8-9