Oleh: Martin Simamora
“Ketika Ia Menggenapi Kehendak Allah Dengan Meminum
Cawan-Nya”
1.Imam-Imam Sebagai Saksi & Pelaku di Getsemani
Yesus Kristus dan para muridnya, bukanlah
satu-satunya pihak yang ada di taman tersebut, sebab para imam pun mendatangi
taman tersebut untuk menjumpai Yesus yang baru saja selesai dengan jam-jam doa
terberatnya sebagai manusia di bumi ini.
Tetapi apakah motif para imam tersebut?
Para imam memiliki motif tersendiri terhadap Yesus.
Sebuah motif yang merefleksikan sebuah sikap permusuhan yang begitu sukar untuk
direkonsiliasikan sebab akar pertentangannya adalah diri Yesus-siapakah dia?
Yesus dan pelayanan-pelayanannya telah membuatnya menjadi sosok yang hampir mustahil
untuk ditangkap dan diperkarakan berdasarkan ketentuan-ketentuan Taurat sebab
Yesus bukan saja memiliki ketokohan yang sangat berpengaruh di tengah-tengah
masyarakat tetapi identitas divinitasnya melampaui apa yang mungkin dapat
dipahami oleh para imam bahkan dalam teropong pemahaman kitab suci yang
dimiliki mereka. Mari kita melihat satu episode ini:
Lukas 20:9-19 Lalu Yesus mengatakan perumpamaan ini
kepada orang banyak: "Seorang membuka kebun anggur; kemudian ia
menyewakannya kepada penggarap-penggarap lalu berangkat ke negeri lain untuk
waktu yang agak lama. Dan ketika
sudah tiba musimnya, ia menyuruh seorang hamba kepada penggarap-penggarap itu,
supaya mereka menyerahkan sebagian dari hasil kebun anggur itu kepadanya.
Tetapi penggarap-penggarap itu memukul hamba itu dan menyuruhnya pulang dengan
tangan hampa. Sesudah itu ia menyuruh
seorang hamba yang lain, tetapi hamba itu juga dipukul dan dipermalukan oleh
mereka, lalu disuruh pulang dengan tangan hampa. Selanjutnya ia menyuruh hamba yang ketiga, tetapi orang itu juga dilukai
oleh mereka, lalu dilemparkan ke luar kebun itu. Maka kata tuan kebun anggur itu: Apakah yang harus kuperbuat? Aku akan
menyuruh anakku yang kekasih; tentu ia mereka segani. Tetapi ketika
penggarap-penggarap itu melihat anaknya itu, mereka berunding, katanya: Ia
adalah ahli waris, mari kita bunuh dia, supaya warisan ini menjadi milik kita.
Lalu mereka melemparkan dia ke luar kebun anggur
itu dan membunuhnya. Sekarang apa yang akan dilakukan oleh tuan kebun anggur
itu dengan mereka? Ia akan
datang dan membinasakan penggarap-penggarap itu, dan mempercayakan kebun anggur
itu kepada orang-orang lain." Mendengar itu mereka berkata:
"Sekali-kali jangan!" Tetapi Yesus memandang mereka dan berkata:
"Jika demikian apakah arti nas ini: Batu yang dibuang oleh tukang-tukang
bangunan telah menjadi batu penjuru? Barangsiapa jatuh ke atas batu itu, ia akan hancur, dan barangsiapa
ditimpa batu itu, ia akan remuk." Lalu ahli-ahli Taurat dan imam-imam kepala berusaha menangkap Dia pada
saat itu juga, sebab mereka tahu, bahwa merekalah yang dimaksudkan-Nya dengan
perumpamaan itu, tetapi mereka takut kepada orang banyak.
Perumpamaan Yesus di atas tersebut yang menjadi
mata air kebencian tak berkesudahan terhadapnya, tanpa perlu tafsir yang
bermacam-macam telah menjadi begitu jelas bagi para ahli Taurat dan imam-imam
kepala bahwa merekalah para pelaku kejahatan sebagaimana dalam perumpamaan
tersebut, sehingga seketika itu juga mereka ingin menangkapnya, hanya saja, pada momen tersebut, Yesus sedang dan telah menelanjangi kegelapan terpekat di
dalam hati dan pikiran mereka, tanpa dapat disangkali sedikit pun oleh mereka.
Perumpamaan ini juga, sekaligus menyingkapkan siapakah Yesus Kristus menurut
Yesus” bahwa ia adalah Batu yang dibuang oleh tukang-tukang bangunan telah menjadi batu
penjuru? Barangsiapa jatuh ke
atas batu itu, ia akan hancur, dan barangsiapa ditimpa batu itu, ia akan
remuk."
Kali ini di Getsemani momentumnya sempurna sekali bagi
para Imam untuk menuntaskan kehendaknya, dan sekaligus menggenapi perumpamaan
di atas. Yesus sendiri di Getsemani tersebut juga sedang dalam sebuah
perjalanan menggenapi apa yang didoakannya dalam 3 sesi doa yang diucapkan
sebelumnya yang selalu sama: Ya Bapa-Ku,
jikalau Engkau mau, ambillah cawan ini dari pada-Ku; tetapi bukanlah
kehendak-Ku, melainkan kehendak-Mulah yang terjadi (Lukas 22:42).
Sementara kita dapat memahami bahwa sebagai manusia
maka ia pasti jika mungkin kematian tidak menimpanya-sebagaimana umumnya
manusia, tetapi pun kita harus melihat bagaimana Yesus menggenapi “bukanlah
kehendak-Ku, melainkan kehendak-Mulah yang terjadi,” telah menunjukan bahwa
kemanusiaan Yesus memang sejak semula memiliki kapasitas yang divinitas untuk secara total meminum
cawan tersebut tanpa sebuah keraguan atau kebimbangan sebagai sebuah buah-buah
keberdosaan yang dapat berbuah lebat menjadi pembangkangan terhadap Bapa pada
diri Yesus. Perhatikanlah hal-hal berikut ini:
1.Yesus
menggenapkan “Tetapi ketika penggarap-penggarap itu melihat anaknya itu,
mereka berunding, katanya: Ia adalah ahli waris, mari kita bunuh dia” di
Getsemani, dengan berkata ‘Sudahlah itu”:
Lukas 22:47-51 Waktu Yesus masih berbicara datanglah serombongan orang, sedang
murid-Nya yang bernama Yudas, seorang dari kedua belas murid itu, berjalan di
depan mereka. Yudas mendekati Yesus untuk mencium-Nya. Maka kata Yesus kepadanya: "Hai Yudas, engkau
menyerahkan Anak Manusia dengan ciuman?" Ketika mereka, yang bersama-sama dengan Yesus, melihat apa yang akan
terjadi, berkatalah mereka: "Tuhan, mestikah kami menyerang mereka dengan
pedang?" Dan seorang dari mereka
menyerang hamba Imam Besar sehingga putus telinga kanannya. Tetapi Yesus berkata: "Sudahlah itu."
Lalu Ia menjamah telinga orang itu dan menyembuhkannya.
Tak pernah ada satupun manusia berdosa atau bahkan
sekedar berpotensi untuk berdosa memiliki kuasa menggenapkan sabda untuk
terjadi sebagaimana telah disabdakan sebelumnya oleh Allah untuk terjadi tepat
sebagaimana telah dimaksudkan-Nya. Kita juga harus memperhatikan tak ada
satupun manusia berdosa akan disertai Tuhan dalam situasi yang tergelap dalam
hidupnya untuk dapat berkata “sudahlah itu” yang disertai dengan tindakan
berotoritas dan berdaulat penuh seperti ini: Lalu Ia menjamah telinga orang itu dan menyembuhkannya. Ia tak
hanya memerintahkan para murid menyarungkan pedang terhunus, tetapi ia
menyembuhkan dan memulihkan pedang yang telah menebas telinga salah seorang
yang hendak menangkapnya.
2.Di Getsemani, Yesus berhadap-hadapan dengan Kuasa
Kegelapan, sebagai Ia memegang kendali
Sementara judul poin ke-2 terlihat amat janggal
bagi kita, namun Yesus sendiri telah menunjukannya:
Lukas 22:52-53 Maka Yesus berkata kepada imam-imam kepala dan kepala-kepala pengawal
Bait Allah serta tua-tua yang datang untuk menangkap Dia, kata-Nya:
"Sangkamu Aku ini penyamun, maka kamu datang lengkap dengan pedang dan
pentung? Padahal tiap-tiap hari
Aku ada di tengah-tengah kamu di dalam Bait Allah, dan kamu tidak menangkap
Aku. Tetapi inilah saat kamu, dan inilah kuasa kegelapan itu."
Bagaimana Yesus ada dalam posisi terkelam yang
berada dalam kendalinya jelas terlihat dengan ucapannya: inilah saat kamu dan
inilah kuasa kegelapan itu, ini bukan sekedar identifikasi tetapi menunjukan
bagaimana kuasa kegelapan dapat mencabik-cabik tubuh Anak Manusia tersebut
kelak dalam prosesi siksaan, pengadilan, penyaliban, kematian dan
penguburannya!
Sehingga ketika kita menemukan episode ini: Lalu
Yesus ditangkap dan dibawa dari tempat itu (Lukas 22:54), ini adalah
bagaimana perwujudan Yesus meminum cawan tersebut secara sempurna sehingga ia
sedang menggenapi kehendak Bapa secara tak bercela.
2.Imam-Iman Di Mahkamah Agama dalam Pengadilan Diri Yesus
Imam-imam adalah salah satu pihak yang memiliki
observasi paling melekat pada diri dan apapun yang Yesus ucapkan, ajarkan dan
lakukan, termasuk hal-hal yang begitu kontroversial dan bertentangan dengan
ajaran mereka sehingga menimbulkan konflik berkepanjangan tak terselesaikan
secara baik. Itu sebabnya dalam pengadilan diri Yesus di Mahkamah Agama maka
pemeriksaan atas diri Yesus secara total bersumber pada ucapan, ajaran dan
tindakan Yesus sendiri. Perhatikan episode ini:
Lukas 22:66-67 Dan setelah hari siang berkumpullah sidang para tua-tua bangsa Yahudi
dan imam-imam kepala dan ahli-ahli Taurat, lalu mereka menghadapkan Dia ke
Mahkamah Agama mereka, katanya:
"Jikalau Engkau adalah Mesias,
katakanlah kepada kami."
Kita harus tahu bahwa kemesiasan Yesus bukanlah perkara mudah untuk
diterima, tetapi juga bukan perkara mudah untuk disangkal atau ditolak. Terlalu
banyak bukti yang sebetulnya membuat siapapun harus mempertimbangkan secara
cermat bahwa Yesus sangat dekat dengan ciri seorang Mesias. Jika di Mahkamah
Agama, hal ini kembali menjadi sangat krusial bagi para imam beserta ahli
taurat, karena Yesus secara publik ada
dalam ekspektasi mesianik di tengah-tengah bangsa Yahudi sendiri:
Yohanes 10:22-26 Tidak lama kemudian tibalah hari
raya Pentahbisan Bait Allah di Yerusalem; ketika itu musim dingin. Dan Yesus
berjalan-jalan di Bait Allah, di serambi Salomo. Maka orang-orang Yahudi mengelilingi Dia dan berkata kepada-Nya:
"Berapa lama lagi Engkau membiarkan kami hidup dalam kebimbangan? Jikalau
Engkau Mesias, katakanlah terus terang kepada kami." Yesus menjawab
mereka: "Aku telah mengatakannya kepada kamu, tetapi kamu tidak percaya;
pekerjaan-pekerjaan yang Kulakukan dalam nama Bapa-Ku, itulah yang memberikan
kesaksian tentang Aku, tetapi kamu
tidak percaya, karena….
Kemesiasan Yesus menjadi harus dipertimbangkan oleh karena secara nyata
dan kuat terefleksikan dari “pekerjaan-pekerjaan yang dilakukannya dalam nama
Bapa-Nya,” hanya saja untuk percaya pada kemesiasan Yesus tak bersyarat
memenuhi ketentuan bahwa: harus seorang Yahudi, harus melihat dengan mata
kepala sendiri, harus hidup dekat sekali dengan Yesus, dan seterusnya. Yesus sendiri mengatakan bahwa
penentunya adalah ini: kamu tidak
percaya, karena kamu tidak termasuk domba-domba-Ku. Bahkan Yesus
menandaskan bahwa kemesiasan Yesus bukan berhubungan dengan kerajaan dan
pemerintahan di muka bumi dan berasal dari bumi, tetapi dari Bapa:
Lukas 22:27-29 Domba-domba-Ku mendengarkan suara-Ku
dan Aku mengenal mereka dan mereka mengikut Aku,… Bapa-Ku, yang memberikan mereka kepada-Ku, lebih besar dari pada siapapun,
dan seorangpun tidak dapat merebut mereka dari tangan Bapa.
Kemesiasan Yesus,dengan demikian, tak mungkin dipahami dan dikenali
begitu saja berdasarkan sudut pandang pemerintahan mesianik di dunia ini dan
berasal dari dunia, selain jika memandangnya dari sudut pandang pemerintahan
Bapa di bumi sebagaimana di sorga yang ditegakan-Nya melalui satu-satunya
Mesias yang memegang pemerintahan-Nya secara utuh tanpa gradasi. Itu sebabnya
terkait menjawab apakah Ia Mesias, Yesus menuntaskannya dengan pernyataan yang
jauh lebih sukar lagi untuk dimengerti dengan berkata: Aku dan Bapa adalah satu
(Lukas 10:29).
Di Mahkamah Agama ini jugalah, pemeriksaan diri Yesus telah
menyingkapkan jati diri Yesus dalam penangkapan, pengadilan, penyaliban dan
kematiannya. Perhatikan hal berikut ini:
Lukas 22:69-70 Mulai sekarang Anak Manusia sudah duduk di sebelah kanan Allah Yang
Mahakuasa." Kata mereka
semua: "Kalau begitu, Engkau ini Anak Allah?" Jawab Yesus: "Kamu
sendiri mengatakan, bahwa Akulah Anak Allah."
Ketika Yesus memberikan jawaban afirmatif terhadap “kalau begitu, Engkau
ini Anak Allah?” Maka ini telah membuat seorang Mesias sama dengan Allah,
sementara kemesiasan dalam pengertian judaisme tidak mungkin divinitas apalagi
semulia ini: Mulai sekarang Anak Manusia
sudah duduk di sebelah kanan Allah Yang Mahakuasa. Kita harus mengerti
bahwa mengimani Yesus adalah Allah bukanlah sebuah iman yang lahir dari
kredo-kredo apapun juga, tetapi oleh kesaksian diri Yesus tepat dalam
momen-momen menuju penyaliban dan kematiannya. Waktu ia berkata dan
menyingkapkan dirinya adalah manusia seutuhnya dan sekaligus divinitas
sepenuhnya dalam cara ini: “Anak Manusia duduk di sebelah kanan Allah Yang Mahakuasa”
maka implikasi teologisnya sangat dimengerti oleh semua yang ada di Mahkamah
Agama tersebut bahwa dengan demikian Ia adalah Anak Allah. Sehingga Anak Allah di sini memang bukan bermakna sebuah relasi biologis tetapi relasi
divinitas bahwa Yesus dan Bapa adalah satu hakekat, bukan 2 hakekat sehingga
Yesus adalah Allah yang lebih rendah dibandingkan dengan Bapa, tidak pernah
demikian! Dan ini juga merupakan sumber konflik sekaligus rejeksi paling
krusial dalam mereka sendiri tak mungkin menyangkali kemesiasan Yesus secara
bulat dan tanpa keberatan-keberatan:
Yohanes 10:32- Kata Yesus kepada mereka:
"Banyak pekerjaan baik yang berasal dari Bapa-Ku yang Kuperlihatkan
kepadamu; pekerjaan manakah di antaranya yang menyebabkan kamu mau melempari Aku?" Jawab orang-orang Yahudi
itu: "Bukan karena suatu pekerjaan baik maka kami mau melempari Engkau,
melainkan karena Engkau menghujat Allah
dan karena Engkau, sekalipun hanya seorang manusia saja, menyamakan diri-Mu
dengan Allah."
Tahukah anda, bahwa secara taurat tak perlu menunggu lama untuk
menghukum mati Yesus yang mengklaim kemesiasan secara divinitas, Yesus tahu itu.
Tetapi jikapun hal itu tak terjadi, seperti tadi saya kemukakan di atas,
bagaimanapun publik luas telah memiliki pengharapan mesianik yang tinggi
padanya hingga nanti berbalik di peristiwa pengadilan Yesus dan penyalibannya.
Ketika Yesus mengaku secara afirmatif bahwa ia memang Anak Allah, telah
dipahami bahwa dirinya memiliki divinitas yang sama dengan Allah, hanya saja
mereka tak tahu bahwa Yesus tidak sedang menyatakan bahwa Ia adalah Allah
lainnya disamping Allah yang esa itu! Ketika Yesus mengafirmasi bahwa dirinya
Anak Allah, ia semata menunjukan bahwa Ia dan Bapa adalah satu dan bahwa
dirinya bukanlah Ia yang diluar Bapa seolah dengan demikian Ia sedang menghujat
Allah. Tetapi memang ini sukar untuk dipahami manusia lahiriah, sebagaimana
tadi Yesus katakana, hanya domba-domba-Nya yang akan dapat menerima dan mengimani Yesus tepat sebagaimana
seharusnya terjadi dalam penggembalaan Mesias.
3.Imam-Imam dalam Pengadilan Yesus dihadapan Herodes
Sementara Herodes menantikan Yesus dengan sebuah
kegairahan untuk melihat Yesus, dan semoga saja Yesus mau mengadakan sebuah
tanda baginya, para imam kepala bersama
para ahli Taurat melakukan distorsi yang sangat tajam dengan mengajukan tuduhan-tuduhan
yang berat.
Aksi para imam bersama dengan para ahli Taurat tadi
telah sukses mengubah keadaan menjadi sangat suram bagi Yesus. Para imam secara
sistematis memastikan agar si penghujat ini binasa, jangan sampai gagal kembali
seperti yang sudah-sudah. Perhatikanlah hal ini:
Lukas 23:11 Maka mulailah Herodes dan pasukannya menista dan mengolok-olokkan Dia, ia mengenakan jubah kebesaran
kepada-Nya lalu mengirim Dia kembali kepada Pilatus.
4.Para Imam dalam Pengadilan Yesus dihadapan Pilatus
Pilatus tak menemukan kesalahan apapun pada Yesus
sehingga Negara boleh menghukumnya dengan hukum apapun juga. Sehingga ini
menimbulkan kesukaran bagi Pilatus untuk membuat keputusan yang benar, dan
untuk menghindarkan dirinya dari pengadilan yang tak adil, ia memanggil para
imam:
Lukas 23:13-15 Lalu Pilatus mengumpulkan imam-imam kepala dan pemimpin-pemimpin serta
rakyat, dan berkata kepada mereka: "Kamu telah membawa
orang ini kepadaku sebagai seorang yang menyesatkan rakyat. Kamu lihat sendiri
bahwa aku telah memeriksa-Nya, dan dari kesalahan-kesalahan yang kamu tuduhkan
kepada-Nya tidak ada yang kudapati pada-Nya. Dan Herodes juga tidak, sebab ia mengirimkan Dia kembali kepada kami.
Sesungguhnya tidak ada suatu apapun yang dilakukan-Nya yang setimpal dengan
hukuman mati.
Di momen ini, Yesus sebenarnya atas nama hukum negara
harus dibebaskan. Hukum negara telah membuktikan bahwa dakwaan para imam bahwa
Yesus adalah seorang yang menyesatkan rakyat, tak terbukti sama sekali. Dalam
ungkapan Pilatus jelas terlihat bahwa pemeriksaan atas Yesus sangat terbuka,
ketat dan dilakukan dihadapan para pendakwaan namun taka da satu kejahatan
ditemukan pada diri Yesus: “Kamu lihat
sendiri bahwa aku telah memeriksa-Nya, dan dari kesalahan-kesalahan yang kamu
tuduhkan kepada-Nya tidak ada yang kudapati pada-Nya.” Bahkan sebetulnya
dua pengadilan negara/sekular telah membuktikan bahwa Yesus sudah sepatutnya
dibebaskan dari segala dakwaan yang telah menyeretnya kedalam serangkaian
pengadilan yang panjang: Dan Herodes juga tidak, sebab ia mengirimkan
Dia kembali kepada kami.
Pada momen ini, Yesus sudah terlepas dari hukuman
mati. Pilatus tegas menyatakan dalam bahasa yang menutup kemungkinan apapun
untuk menimpakan hukuman mati bagi Yesus: Sesungguhnya
tidak ada suatu apapun yang dilakukan-Nya yang setimpal dengan hukuman mati.
Dalam sudut pandang situasi semacam ini maka
beralasan untuk dikatakan bahwa perumpamaan Yesus akan gaga tergenapi,
sebagaimana juga sabdanya di Getsemani saat penangkapannya: Akan
tetapi semua ini terjadi supaya genap yang ada tertulis dalam kitab nabi-nabi."
(Matius 26:56). Jika pengadilan negara membebaskannya apakah yang dapat memaksa
kuasa pemerintahan negeri Romawi untuk tetap menghukum mati Yesus? Dan, apakah
sabda Allah dan kehendak Allah dengan demikian gagal tergenapkan dalam sejarah
manusia, sehingga dapat dikatakan bahwa Allah tak berkutik terhadap kehendak
bebas manusia? Saya tidak akan menjawab
ini secara khusus, tetapi mari kita melihat apa yang terjadi selanjutnya.
Jadi memang Yesus harus dibebaskan dari hukuman
mati, ia cukup dikenakan hukuman yang lebih ringan-sangat jauh lebih ringan:
Lukas 23:16 Jadi aku akan menghajar Dia, lalu melepaskan-Nya."
Pengadilan negara telah memiliki keputusan legal:
Yesus seharusnya dilepaskan dari segala dakwaan yang dituduhkan. Tetapi apakah
ini benar akan membebaskan Yesus?
Perhatikanlah reaksi massa:
Lukas 23:18-21 Tetapi mereka berteriak
bersama-sama: "Enyahkanlah Dia, lepaskanlah Barabas bagi kami!"…
Tetapi mereka berteriak membalasnya, katanya: "Salibkanlah Dia! Salibkanlah Dia!"
Di Getsemani Yesus berdoa; “…jadilah kehendak-Mu.” Ini
bukan saja soal kehendak Bapa terhadap diri Yesus saja, tetapi mencakup kehendak dunia dengan
kegelapannya. Sementara Yesus berkata "Aku dan Bapa adalah satu" , maka tentu tidak dengan dunia ini, itu sebabnya di Getsemani Yesus berkata “inilah
saatnya dan inilah kuasa kegelapan itu,” menunjukan bahwa saatnya dan kuasa
apapun harus tunduk pada Bapa untuk melayani maksud-Nya dalam Ia telah mengutus Sang
Firman ke dalam dunia dalam rupa manusia. Para imam kepala dan para ahli taurat
bahkan tak berkehendak membebaskan Yesus, walau tak ada satupun kesalahan pada
diri Yesus.
Ketakbersalahan Yesus dan ketakbernodaannya bahkan
mencuat dalam derajat tertinggi yang dapat diperlihatkan oleh sebuah kuasa secular
dunia yang adidaya pada zamannya, pun gagal menuliskan sebuah sejarah melawan
sejarah yang akan dituliskan oleh doa Yesus di Getsemani “jadilah kehendak-Mu.”
Yesus yang berkuasa meminum cawan haruslah menjadi penulis sejarah Bapa, bukan
Pilatus penulis sejarah dunia:
Lukas 23:22-25 Kata Pilatus untuk ketiga kalinya kepada mereka: "Kejahatan apa
yang sebenarnya telah dilakukan orang ini? Tidak ada suatu kesalahanpun yang
kudapati pada-Nya, yang setimpal dengan hukuman mati. Jadi aku akan menghajar
Dia, lalu melepaskan-Nya." Tetapi dengan berteriak mereka mendesak dan menuntut, supaya Ia
disalibkan, dan akhirnya mereka menang dengan teriak mereka. Lalu Pilatus memutuskan, supaya tuntutan mereka
dikabulkan. Dan ia melepaskan orang
yang dimasukkan ke dalam penjara karena pemberontakan dan pembunuhan itu sesuai
dengan tuntutan mereka, tetapi Yesus diserahkannya kepada mereka untuk
diperlakukan semau-maunya.
Kini kehendak Bapa yang harus terjadi agar cawan
itu tak berlalu daripadanya baik oleh karena kehendaknya dan oleh kehendak
dunia ini. Dunia tak menghendaki kematian Yesus, tetapi Bapa telah menetapkan
bahwa kehendak-Nya yang harus jadi, bahwa cawan itu harus diminum oleh Dia yang
telah diutus kedalam dunia ini untuk meminum cawan itu (baca: melakukan
kehendak Bapa tanpa cela sedikitpun).
Selamat mengenangnya dalam iman dan doa pada Jumat Agung ini
Ketika mereka membawa Yesus, mereka menahan seorang
yang bernama Simon dari Kirene, yang baru datang dari luar kota, lalu diletakkan
salib itu di atas bahunya, supaya dipikulnya sambil mengikuti Yesus.-Lukas
23:26
Solus Christus
Soli Deo Gloria
No comments:
Post a Comment