Kebangkitan Kristus Pada
Hari Itu
Sesuai
Dengan Kitab Suci Versus Konspirasi Mahkamah Agama Dengan Pasukan Romawi
Oleh: Martin Simamora
Blogger Anchor of Life
Artikel terkait: Sesudah Tiga Hari Aku Bangkit
A.Berita Kebangkitan Yesus Di
Tengah-Tengah Tirani Konspirasi Mahkamah
Agama dengaan Pasukan Romawi
Yesus
sendiri telah mulai menjadi komoditas politik agama yang sangat penting bagi
para pemuka agama Yahudi bersama-sama dengan penguasa Romawi kala itu, dan
secara strategis telah dibangunkan sebuah narasi terkait hilangnya jasad Yesus
yang sedemikian rupa disusun agar publik memiliki pengetahuan umum yang resmi
bahwa Yesus tak pernah bangkit sebagaimana dikabarkan para murid. Ini tentu
saja bukan narasi tanpa kekuatan politik dan sokongan militeristik sebab apa yang hendak dihasilkannya adalah menekan
kebenaran apapun yang telah terjadi pada kubur kosong tersebut sebagaimana
telah dikatakan oleh Yesus, dan malaikat pada kubur kosong tersebut.
Catatan
yang disajikan Injil Matius 28 memberikan sebuah pesan penting yang akan meletakan
dasar mengapa pemberitaan kebangkitan Kristus bukan saja memiliki posisi signifikannya
adalah kegenapan kitab suci yang berhadapan vis a vis dengan kebenaran yang
ditegakan oleh para pemuka agama yang sangat politis, tetapi kebangkitannya
adalah penggenapan kemesiasan yang dinantikan dan telah tertulis dalam kitab
suci dalam sebuah cara yang menunjukan kegagalan manusia secara total untuk
sekedar mengerti keselamatan yang datang dari Allah:
Matius
28:11-15 Ketika mereka di tengah jalan, datanglah beberapa orang dari penjaga
itu ke kota dan memberitahukan segala yang terjadi itu kepada imam-imam kepala.
Dan sesudah berunding dengan tua-tua, mereka mengambil keputusan lalu
memberikan sejumlah besar uang kepada serdadu-serdadu itu dan berkata:
"Kamu harus mengatakan, bahwa murid-murid-Nya datang malam-malam dan
mencuri-Nya ketika kamu sedang tidur. Dan apabila hal ini kedengaran oleh wali
negeri, kami akan berbicara dengan dia, sehingga kamu tidak beroleh kesulitan
apa-apa." Mereka menerima uang itu dan berbuat seperti yang dipesankan
kepada mereka. Dan ceritera ini tersiar di antara orang Yahudi sampai sekarang
ini.
Apa
yang hendak dihadapi dan dibendung oleh mahkamah agama Yahudi adalah bagaimana
caranya agar kebenaran ajaran Yesus mengenai dirinya sendiri yang bersentral
pada 3 peristiwa penting: penyaliban-kematian-kebangkitan lenyap sebagai sebuah
dusta terbesar yang pernah diucapkan oleh seorang yang mengakukan didirinya
adalah mesias. Problem Yesus dan pihak mahkamah agama memang sangat kompleks
bukan karena isu dan problematikan teologis dan apalagi kebahasaan/linguistik. Tak
ada problem terkait kemampuan Yesus dan pihak mahkamah agama dalam memahami dan
apalagi menafsir kitab suci berdasarkan bahasa-bahasa aslinya. Problem tafsir-jika
itu mau disebutkan demikiaan-justru muncul ketika Yesus meletakan dirinya
sebagai satu-satunya dasar dan cara pandang untuk memahami dan menafsir kitb
suci. Mari kita melihat sejumlah hal terkait ini:
Matius
5:17-18 Janganlah kamu menyangka, bahwa Aku datang untuk meniadakan hukum
Taurat atau kitab para nabi. Aku datang bukan untuk meniadakannya, melainkan
untuk menggenapinya. Karena Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya selama belum
lenyap langit dan bumi ini, satu iota atau satu titikpun tidak akan ditiadakan
dari hukum Taurat, sebelum semuanya terjadi.
Siapapun
ahli agama Yahudi ketika membaca pernyataan Yesus ini, akan menemukan sebuah
problem sangat mendasar yaitu: bagaimana mungkin Yesus dapat memiliki
kedivinitasan semulia firman yang diturunkan oleh Yang Mahatinggi melalui para
nabi sucinya sehingga berani untuk bersabda terhadap firman tertulis yang memang menantikan penggenapannya bahwa
dirinya datang untuk menggenapinya? Bukankah Allah saja yang sanggup
mengerjakan apa yang dikatakan-Nya sejak ini dalam mengerjakannya membutuhkan otoritas
dan kuasa yang tak ada siapapun diluar dan disamping diri-Nya sendiri akan
dapat memilikinya? Bukankah Allah melalui nabi Yesaya pernah berfirman :
Yesaya
42:8 Aku ini TUHAN, itulah nama-Ku; Aku tidak akan memberikan kemuliaan-Ku
kepada yang lain…
Yesaya
48:11 Aku akan melakukannya oleh karena Aku, ya oleh karena Aku sendiri, sebab
masakan nama-Ku akan dinajiskan? Aku tidak akan memberikan kemuliaan-Ku kepada
yang lain!"
Sehingga
memang diri Yesus ketika berkata Janganlah kamu menyangka, bahwa Aku datang untuk meniadakan hukum Taurat atau kitab para nabi.
Aku datang bukan untuk meniadakannya, melainkan untuk menggenapinya, memang
segera menimbulkan konflik yang tajam terutama terhadap pihak mahkamah agama.
Tetapi apapun yang terjadi dalam sudut pandang mahkamah agama, mereka tak dapat
berbuat apapun secara segera oleh sebab Yesus hadir dihadapan dan diantara
masyarakat Yahudi bukan saja sebagai
pengajar tetapi juga dalam substansi yang menyingkapkan secara parsial bahwa ia
memang sebagaimana ia katakan. Mari kita melihatnya:
Markus
1:21-28 Mereka tiba di Kapernaum. Setelah hari Sabat mulai, Yesus segera masuk
ke dalam rumah ibadat dan mengajar. Mereka takjub mendengar pengajaran-Nya,
sebab Ia mengajar mereka sebagai orang yang berkuasa, tidak seperti ahli-ahli
Taurat. Pada waktu itu di dalam rumah ibadat itu ada seorang yang kerasukan roh
jahat. Orang itu berteriak: Apa urusan-Mu dengan kami, hai Yesus orang Nazaret?
Engkau datang hendak membinasakan kami? Aku tahu siapa Engkau: Yang Kudus dari
Allah. Tetapi Yesus menghardiknya, kata-Nya: "Diam, keluarlah dari
padanya!" Roh jahat itu menggoncang-goncang orang itu, dan sambil menjerit
dengan suara nyaring ia keluar dari padanya. Mereka semua takjub, sehingga
mereka memperbincangkannya, katanya: "Apa ini? Suatu ajaran baru. Ia
berkata-kata dengan kuasa. Roh-roh jahatpun diperintah-Nya dan mereka taat
kepada-Nya." Lalu tersebarlah dengan cepat kabar tentang Dia ke segala
penjuru di seluruh Galilea.
Kita
di sini melihat apa sebenarnya yang sedang dihadang Mahkamah Agama tak mungkin
dihadang dengan kekuatan fisik dan militer sebab ini bukan belaka kharisma,
pengaruh dan besarnya pengagum Yesus tetapi siapakah Yesus. Kita bahkan melihat
Yesus dalam pandangan publik menunjukan Yesus bukan sekedar orang berpengaruh
tetapi berkuasa atas kuasa yang pemerintahannya tak terlihat, sebagaimana
terlontar dari mulut masyarakat: “Apa
ini? Suata ajaran baru. Ia berkata-kata dengan kuasa. Roh-roh jahatpun
diperintah-Nya dan mereka taat
kepada-Nya.” Sehingga kalau kita meninjau kebelakang, dapat dipahami
betapa dahsyatnya cemooh massa terhadap Yesus yang nelangsa dalam rankai siksaan
dan hinaan dalam penghukuman yang begitu memalukan dan menista martabatnya.
Setelah
Yesus menyatakan dirinya adalah sang penggenap Kitab Suci, ia kemudian mulai
menghakimi pihak mahkamah agama yang berotoritas dalam mengajarkan dan
menafsirkan kitab suci. Ini bukan sekedar penghakiman salah dalam menjelaskan
dan mengajarkan kitab suci, tetapi sebuah penghakiman yang tak mungkin
dilakukan jika bukan ia adalah Allah. Perhatikan ini:
Matius
5:19-20 Karena itu siapa yang meniadakan salah satu perintah hukum Taurat
sekalipun yang paling kecil, dan mengajarkannya demikian kepada orang lain, ia
akan menduduki tempat yang paling rendah di dalam Kerajaan Sorga; tetapi siapa
yang melakukan dan mengajarkan segala perintah-perintah hukum Taurat, ia akan
menduduki tempat yang tinggi di dalam Kerajaan Sorga. Maka Aku berkata
kepadamu: Jika hidup keagamaanmu tidak lebih benar dari pada hidup keagamaan
ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi, sesungguhnya kamu tidak akan masuk ke
dalam Kerajaan Sorga.
Siapakah
Yesus sehingga menghakimi sebelum saat dan kesudahannya? Apakah tak terlalu
dini dalam menghakimi para manusia? Apakah ia memiliki kemahatahuan yang bahkan
siapakah teolog atau ahli agama yang sanggup mengkategorikan kemahaan jenis
apakah yang mungkin diidentifikasikan bagi manusia Yesus, tanpa menimbulkan
komplikasi yang mungkin ditimbulkan kala melabelkan kedivinitasan absolut Allah
pada kemanusiaan Yesus?
Itu
sebabnya, pihak mahkamah agama secara ketat mencatat dan memperhatijan
kesalahan-kesalahan Yesus sebaagai dasar menghakimi Yesus karena ia sekalipun
manusia berperilaku layaknya Allah? Satu-satunya yang tak memungkinkan mereka
mengeksesekusi Yesus sebelum tiba waktu yang Yesus kehendaki, adalah Yesus
bukan sekedar berperilaku tetapi ia adalah sebagaimana ia katakan, dan segera
mengkonfrontasikan penghakiman mereka bahkan sejak mereka menghakiminya dari
dalam hati dan pikiran. Perhatikan ini:
Markus
2:2-8 Maka datanglah orang-orang berkerumun sehingga tidak ada lagi tempat,
bahkan di muka pintupun tidak. Sementara Ia memberitakan firman kepada mereka, ada
orang-orang datang membawa kepada-Nya seorang lumpuh, digotong oleh empat
orang. Tetapi mereka tidak dapat membawanya kepada-Nya karena orang banyak itu,
lalu mereka membuka atap yang di atas-Nya; sesudah terbuka mereka menurunkan
tilam, tempat orang lumpuh itu terbaring. Ketika Yesus melihat iman mereka,
berkatalah Ia kepada orang lumpuh itu: "Hai anak-Ku, dosamu sudah
diampuni! Tetapi di situ ada juga duduk beberapa ahli Taurat, mereka berpikir
dalam hatinya: Mengapa orang ini berkata begitu? Ia menghujat Allah. Siapa yang
dapat mengampuni dosa selain dari pada Allah sendiri? Tetapi Yesus segera
mengetahui dalam hati-Nya, bahwa mereka berpikir demikian, lalu Ia berkata
kepada mereka: "Mengapa kamu berpikir begitu dalam hatimu?
Mengapa
penghakiman terhadap Yesus tak bisa segera dieksekusikan pada Yesus, itu
pertama-tama terkait dengan
kedivinitasan Yesus yang hadir menyertai Yesus dalam sebuah cara yang
menunjukan bahwa Yesus adalah pemilik dan berotoritas penuh atas kuasa yang ada
pada dirinya, termasuk kuasa pengampunan atas dosa. Apa yang tak dapat
disangkali dan menimbulkan jurang pemisah yang dalam dan lebar antara Yesus dan
pihak agama adalah kuasa dan otoritas Yesus atas dosa yang membelenggu manusia dalam
deraan-deraan derita yang datang secara langsung atau bahkan yang tak ada kaitannya
sama sekali seperti dua peristiwa ini:-siapakah yang dapat berlaku secara demikian?
Peristiwa
pertama: deraan derita terkait dosa
Markus
2:10-12 Tetapi supaya kamu tahu, bahwa di dunia ini Anak Manusia berkuasa
mengampuni dosa" --berkatalah Ia kepada orang lumpuh itu--: Kepadamu
Kukatakan, bangunlah, angkatlah tempat tidurmu dan pulanglah ke rumahmu! Dan
orang itupun bangun, segera mengangkat tempat tidurnya dan pergi ke luar di
hadapan orang-orang itu, sehingga mereka semua takjub lalu memuliakan Allah,
katanya: "Yang begini belum pernah kita lihat."
Peristiwa
kedua: deraan derita tak terkait dosa sama sekali
Yohanes
9:2-18 Murid-murid-Nya bertanya kepada-Nya: "Rabi, siapakah yang berbuat
dosa, orang ini sendiri atau orang tuanya, sehingga ia dilahirkan buta?" Jawab
Yesus: "Bukan dia dan bukan juga orang tuanya, tetapi karena
pekerjaan-pekerjaan Allah harus dinyatakan di dalam dia. Kita harus mengerjakan
pekerjaan Dia yang mengutus Aku, selama masih siang; akan datang malam, di mana
tidak ada seorangpun yang dapat bekerja… Lalu mereka membawa orang yang tadinya
buta itu kepada orang-orang Farisi. Adapun hari waktu Yesus mengaduk tanah dan
memelekkan mata orang itu, adalah hari Sabat. Karena itu orang-orang Farisipun
bertanya kepadanya, bagaimana matanya menjadi melek. Jawabnya: "Ia
mengoleskan adukan tanah pada mataku, lalu aku membasuh diriku, dan sekarang
aku dapat melihat." Maka kata sebagian orang-orang Farisi itu: "Orang
ini tidak datang dari Allah, sebab Ia tidak memelihara hari Sabat." Sebagian
pula berkata: "Bagaimanakah seorang berdosa dapat membuat mujizat yang
demikian?" Maka timbullah pertentangan di antara mereka. Lalu kata mereka
pula kepada orang buta itu: "Dan engkau, apakah katamu tentang Dia, karena
Ia telah memelekkan matamu?" Jawabnya: "Ia adalah seorang nabi."
Tetapi orang-orang Yahudi itu tidak percaya, bahwa tadinya ia buta dan baru
dapat melihat lagi, sampai mereka memanggil orang tuanya
Ketika
hari Sabat memberkati dan merestui Yesus dan penyembuhan yang dilakukannya, apa
lagi yang dapat dilakukan oleh pihak mahakamah agama. Pemeriksaan yang ketat
pada orang yang diduga dahulu buta dan pada orang tuanya, telah membuat Yesus
begitu sukar untuk segera diseret begitu saja dalam penghakiman dan penghukuman
mematikan seperti rajam hingga mati, hingga mereka mendapatkan momen pada
peristiwa penyaliban tersebut.
Tetapi
apa yang harus kita mengerti bahwa sebetulnya konspirasi agama politis pada
hari setelah kebangkitan Yesus yang dilakukan oleh pihak mahkamah agama Yahudi,
bukanlah hal yang baru, sebab saat Yesus begitu sukar untuk dilenyapkan, maka
mahkamah agama melakukan intimidasi pada siapapun yang mau mengakui kemesiasan
Yesus:
Yohanes
9:18-23 Tetapi orang-orang Yahudi itu tidak percaya, bahwa tadinya ia buta dan
baru dapat melihat lagi, sampai mereka memanggil orang tuanya dan bertanya
kepada mereka: "Inikah anakmu, yang kamu katakan bahwa ia lahir buta?
Kalau begitu bagaimanakah ia sekarang dapat melihat?" Jawab orang tua itu:
"Yang kami tahu ialah, bahwa dia ini anak kami dan bahwa ia lahir buta,
tetapi bagaimana ia sekarang dapat melihat, kami tidak tahu, dan siapa yang
memelekkan matanya, kami tidak tahu juga. Tanyakanlah kepadanya sendiri, ia
sudah dewasa, ia dapat berkata-kata untuk dirinya sendiri." Orang tuanya
berkata demikian, karena mereka takut kepada orang-orang Yahudi, sebab
orang-orang Yahudi itu telah sepakat bahwa setiap orang yang mengaku Dia
sebagai Mesias, akan dikucilkan. Itulah sebabnya maka orang tuanya berkata:
"Ia telah dewasa, tanyakanlah kepadanya sendiri."
Dengan
kata lain, permusuhan antara Yesus Sang Kristus dengan pihak mahkamah agama adalah
permusuhan yang begitu tajam dan begitu dalam untuk dapat dipulihkan dan
direkonsiliasikan bahkan dalam sebuah keterbukaan dialog, seperti memang pernah
dilakukan dan dalam salah satu upaya untuk membunuh Yesus dengan cara
merajaminya hingga mati sebagai konsekuensi menghujat Allah (dengan menunjukan
dirinya adalah penggenap firman Allah dan dirinya adalah Anak Allah):
Yohanes
10:30-39 Aku dan Bapa adalah satu." Sekali
lagi orang-orang Yahudi mengambil batu untuk melempari Yesus. Kata Yesus
kepada mereka: "Banyak pekerjaan baik yang berasal dari Bapa-Ku yang
Kuperlihatkan kepadamu; pekerjaan manakah di antaranya yang menyebabkan kamu
mau melempari Aku?" Jawab orang-orang Yahudi itu:
"Bukan karena suatu pekerjaan baik maka kami mau melempari Engkau,
melainkan karena Engkau menghujat Allah dan karena Engkau, sekalipun hanya
seorang manusia saja, menyamakan diri-Mu dengan Allah." Kata
Yesus kepada mereka: "Tidakkah ada tertulis dalam kitab Taurat kamu: Aku
telah berfirman: Kamu adalah allah? Jikalau mereka, kepada siapa firman itu
disampaikan, disebut allah--sedang Kitab Suci tidak dapat dibatalkan--, masihkah
kamu berkata kepada Dia yang dikuduskan oleh Bapa dan yang telah diutus-Nya ke
dalam dunia: Engkau menghujat Allah! Karena Aku telah berkata: Aku Anak Allah?
Jikalau
Aku tidak melakukan pekerjaan-pekerjaan Bapa-Ku, janganlah percaya kepada-Ku,
tetapi jikalau Aku melakukannya dan kamu tidak mau percaya kepada-Ku,
percayalah akan pekerjaan-pekerjaan itu, supaya kamu boleh mengetahui dan
mengerti, bahwa Bapa di dalam Aku dan Aku di dalam Bapa." Sekali lagi
mereka mencoba menangkap Dia, tetapi Ia luput dari tangan mereka.
Sehingga
kita dapat mengetahui bahwa penyaliban Kristus dalam konspirasi mahkamah agama
dan penguasa negara kala itu, bukanlah usaha untuk menangkap Yesus, yang
tunggal. Ada momentum-momentum seharusnya Yesus dapat segera saja dihukum mati
tanpa peristiwa salib, yaitu hukum rajam sebagaimana normalnya. Tetapi itu
terjadi, karena satu hal saja: belum waktunya:
Yohanes
13:1… Yesus telah
tahu, bahwa saat-Nya sudah tiba untuk beralih dari
dunia ini kepada Bapa
Matius
26:2-4 Kamu
tahu, bahwa dua hari lagi akan dirayakan Paskah, maka Anak Manusia akan
diserahkan untuk disalibkan. Pada waktu itu berkumpullah
imam-imam kepala dan tua-tua bangsa Yahudi di istana Imam Besar yang bernama
Kayafas, dan mereka merundingkan suatu rencana untuk
menangkap Yesus dengan tipu muslihat dan untuk membunuh Dia. Tetapi
mereka berkata: "Jangan pada
waktu perayaan, supaya jangan timbul keributan di antara rakyat."
Mengapa
tak mudah untuk menangkap Yesus? Karena tantangan yang dihadapi oleh mahkamah
agama tak main-main mengingat Yesus bukan saja memiliki ketokohan tetapi karena
Yesus dan perkataannya adalah ya dan amin. Jika kegelapan terpekat lahir dalam
kelompok paling religius dan paling berotoritas atas kitab suci, maka mereka
pasti harus memastikan keguguran kemesiasannya yang telah sempat didekap
erat-erat oleh publik walau dalam ekspektasi yang keliru. Konspirasi yang agung dan kompleks harus
dirancang, tak bisa hanya sekedar mati dan sekedar dihinakan dalam
ke-ekstrim-an yang mungkin dibangun. Itu saja tak akan cukup untuk menggugurkan
kemesiasannya, harus disertai dengan sebuah konstruksi yang theologis agar ia
dalam perjalanan menuju salib itu, publik bisa secara deklaratif mempertaruhkan
nyawanya kedalam tangan iblis agar kemesiasan Yesus gugur. Bukankah hal ini
terjadi dalam konspirasi hitam mahkamah agama yang memperdaya public agar pada akhirnya
membenci dan melepaskan pengharapan mesiansik pada mesias yang begitu mengasihi
mereka dengan kasih Allah yang begitu besar dan tak dapat gagal walau mereka
secara mengerikan meneriakan permusuhan yang tak mungkin mereka pulihkan
sediakala dan apalagi mendapatkan pengampunan? Perhatikan ini:
Matius
27:23-26 Katanya: "Tetapi kejahatan apakah yang telah
dilakukan-Nya?" Namun mereka makin keras berteriak: "Ia harus
disalibkan!" Ketika Pilatus melihat bahwa segala usaha akan sia-sia, malah
sudah mulai timbul kekacauan, ia mengambil air dan membasuh tangannya di
hadapan orang banyak dan berkata: "Aku tidak bersalah terhadap darah orang
ini; itu urusan kamu sendiri!" Dan seluruh rakyat itu
menjawab: "Biarlah darah-Nya ditanggungkan atas kami dan atas anak-anak
kami!" Lalu ia membebaskan Barabas bagi mereka, tetapi Yesus disesahnya
lalu diserahkannya untuk disalibkan.
Kita
juga dapat memahami mengapa keterlibatan serdadu-serdadu Romawi sebagai
representasi Penguasa Romawi bukankah keterlibatan yang sederhana namun begitu
vital bagi rekayasa kebenaran oleh mahkamah agama untuk menghadapi kemungkinan
paling menakutkan jika kubur kosong itu menjadi berita kebangkitan Yesus, bukan
berita mayat Yesus telah dicuri. Perhatikan keterlibatan pasukan Romawi yang
kental dengan perjumpaan penguasa dunia paling digjaya dengaan pemerintahan
Allah Bapa dalam diri Yesus Kristus,
Anak Allah:
Matius
27:27-31Kemudian serdadu-serdadu wali negeri membawa Yesus ke gedung
pengadilan, lalu memanggil seluruh pasukan berkumpul sekeliling Yesus. Mereka
menanggalkan pakaian-Nya dan mengenakan jubah ungu kepada-Nya. Mereka
menganyam sebuah mahkota duri dan menaruhnya di atas kepala-Nya, lalu
memberikan Dia sebatang buluh di tangan kanan-Nya. Kemudian mereka berlutut di
hadapan-Nya dan mengolok-olokkan Dia, katanya: "Salam, hai Raja orang
Yahudi!" Mereka meludahi-Nya dan mengambil buluh itu dan
memukulkannya ke kepala-Nya. Sesudah mengolok-olokkan Dia
mereka menanggalkan jubah itu dari pada-Nya dan mengenakan pula pakaian-Nya
kepada-Nya. Kemudian mereka membawa Dia ke luar untuk disalibkan.
B.Bukan Dilahirkan
Oleh Kredo Tetapi Oleh Kesaksian Kristus yang Telah Bangkit Dari Antara Orang
Mati
Itu
sebabnya sejak dini pada hari
kebangkitan tersebut, kebenaran kebangkitan Kristus adalah ini: “para murid
datang malam-malam dan mencuri-Nya ketika kamu sedang tidur,” sementara 11
murid utama Kristus bersembunyi dalam ketakutan. Begitulah
kabar itu tersiar bertahun-tahun lamanya
sehingga bukan sebuah hal mudah untuk dihadapi oleh gereja dan orang-orang
beriman kepada Kristus pada era perdana
kekristenan, bahkan hingga kini! Itu sebabnya kita dapat memahami bahwa
surat-surat kepada para jemaat memiliki
dua sisi kesaksian sekaligus yaitu kebenaran penggenapan kitab suci dan
menentang kebenaran bersifat politis yang disusun bersama oleh para imam-imam
kepala, tua-tua dan para serdadu Romawi. Coba perhatikan bagian surat ini yang
secara actual dan terbuka menghadapi realitas kubur kosong versi mahkamah
agama, bukan saja menekankan aspek iman atau percaya walau tidak melihat tetapi
mengajukan bukti otentik yang saat itu
memang masih memiliki saksi-saksi hidup dan tidak terlalu jauh dengan peristiwa
sejarah tersebut:
I
Korintus 15:14-20Tetapi andaikata
Kristus tidak dibangkitkan, maka sia-sialah pemberitaan kami dan
sia-sialah juga kepercayaan kamu. Lebih dari pada itu kami ternyata berdusta
terhadap Allah, karena tentang Dia kami katakan, bahwa Ia telah membangkitkan
Kristus--padahal Ia tidak membangkitkan-Nya, kalau andaikata benar, bahwa orang
mati tidak dibangkitkan. Sebab jika benar orang mati tidak dibangkitkan, maka
Kristus juga tidak dibangkitkan. Dan jika Kristus tidak dibangkitkan, maka
sia-sialah kepercayaan kamu dan kamu masih hidup dalam dosamu. Demikianlah
binasa juga orang-orang yang mati dalam Kristus. Jikalau kita hanya dalam hidup
ini saja menaruh pengharapan pada Kristus, maka kita adalah orang-orang yang
paling malang dari segala manusia. Tetapi
yang benar ialah, bahwa Kristus telah dibangkitkan dari antara orang
mati, sebagai yang sulung dari orang-orang yang telah meninggal.
Bukan
perkara gampang untuk memberitakan kebangkitan seorang yang sudah begiitu jauh
di belakang sejarah, apalagi sejarah itu pertama-pertama bukan dituliskan dan
disuarakan oleh para murid utama Kristus, tetapi dituliskan oleh para imam
kepala dan tua-tua dan disuarakan oleh serdadu-serdadu bayaran. Jadi manakah
yang benar? Versi mahkamah agama atau versi para murid yang terlanjur dicap
oleh otoritas pemerintah sebagai pencuri dan pendusta?
Menjawab
tantangan kebenaran ini, rasul Paulus dalam hal ini tak hanya menjawab pada aspek
kesejarahan Kristus tetapi pada aspek kebenaran rohani yang terkandung dalam
Kristus bagi setiap orang percaya yang dilahirkan oleh karya Kristus pada salib
itu, itu sebabnya jawaban Paulus secara terbuka berhadap-hadapan dengan berita
Kristus yang lebih dulu tegak di kalangan publik dengan pernyataan korektif: “tetapi yang benar ialah bahwa Kristus telah
dibangkitkan dari antara orang mati, sebagai yang sulung dari orang-orang yang
telah meninggal.” Anak kalimat pertama adalah kebenaran kesejarahan Kristus
yang sesungguhnya, anak kalimat kedua adalah kebenaran divinitas yang
terkandung dalam Kristus bahwa kebangkitannya dari antara orang mati memang
adalah sebuah penggenapan atas ajarannya sendiri mengenai kebangkitan dan
kematiannya: Sesungguhnya jikalau biji
gandum tidak jatuh ke dalam tanah dan mati, ia tetap satu biji saja; tetapi
jika ia mati, ia akan menghasilkan banyak buah- Yohanes 12:24. Singkatnya kematian Kristus bukan saja
memiliki kebenaran pada kesejarahannya tetapi kebenaran kekal yang terkandung
pada dirinya dan terus bekerja menjangkau segala zaman setelah kematian dan
kebangkitannya.
Tentu
saja rasul Paulus bukanlah seorang yang hidup bersama-sama dengan sang Kristus
sebelum kematian dan kebangkitannya, dan apalagi setelahnya hingga hari
Pentakosta, itu sebabnya rasul Paulus mengacukan kebenaran kesejarahan Yesus
pada kesaksian rasul-rasul utama dan para murid-murid lingkar lebih besar yang
menjadi saksi-saksi utama Kristus:
1Korintus
15:5-7bahwa Ia telah menampakkan diri kepada Kefas dan kemudian kepada kedua
belas murid-Nya. Sesudah itu Ia menampakkan diri kepada lebih dari lima ratus
saudara sekaligus; kebanyakan dari mereka masih hidup sampai sekarang, tetapi
beberapa di antaranya telah meninggal. Selanjutnya
Ia menampakkan diri kepada Yakobus, kemudian
kepada semua rasul.
Kita
harus juga mengerti dan mengetahui bahwa Paulus sendiri adalah seorang rasul
yang memiliki otoritas dan kuasa pengajaran yang diakui diantara para rasul
sementara memang ia sendiri adalah seorang rasul yang paling belakangan
sebagaimana ia sendiri mendudukan dirinya:
1Korintus
15:8-9 Dan yang paling akhir dari semuanya Ia menampakkan diri juga kepadaku,
sama seperti kepada anak yang lahir sebelum waktunya. Dan yang paling akhir
dari semuanya Ia menampakkan diri juga kepadaku, sama seperti kepada anak yang
lahir sebelum waktunya.
Paulus
memiliki posisi yang unik terhadap berita kebangkitan Kristus, sebab sebelumnya
ia adalah pihak yang menentang dan membasmi dusta yang dibangun di atas kredo
ini. Dan ketika Paulus memberikan pembuka semacam ini:
1Korintus
15:3-4Sebab yang sangat penting telah kusampaikan kepadamu, yaitu apa yang
telah kuterima sendiri, ialah bahwa Kristus telah mati karena dosa-dosa kita, sesuai dengan Kitab Suci, bahwa Ia
telah dikuburkan, dan bahwa Ia telah dibangkitkan, pada hari yang ketiga, sesuai dengan Kitab Suci
Maka
“sesuai dengan kitab suci” terkait “Kristus telah mati karena dosa-dosa kita”
dan “Kristus telah dikuburkan dan telah dibangkitkan pada hari yang ketiga”
sedang menunjukan dua hal sekaligus: pertama
bahwa ini bukan sebuah kebenaran yang dilahirkan oleh atau bentukan kredo-kredo
suci apapun yang menyuarakan kebenaran-kebenaran ini tetapi peristiwa tersebut
memang harus terjadi di muka bumi sebagai kehendak Allah yang telah dituliskannya
sejak awal sebelum Kristus itu sendiri datang dan turun ke dalam dunia ini.
Menuliskan “sesuai dengan kitab suci” dengan demikian menunjukan bahwa
kesejarahan Kristus itu sendiri bukan semata sejarah manusia yang dituliskan
oleh para imam-imam kepala, ahli-ahli Taurat, Herodes, Pilatus, dan rakyat
banyak yang berteriak salibkan dia! Sebab semua boleh terjadi karena kuasa
Allah sendiri menuliskannya melalui Sang Mesias.
Dengan
menuliskan “sesuai dengan kitab suci”, Paulus juga sedang menunjukan otoritas
rohani kerasulannya adalah otoritas yang tunduk kepada kitab suci, sebuah
kontradiksi yang begitu tajam pada dirinya sebagai dahulu adalah penganiaya
jemaat yang begitu tunduk pada otoritas kitab suci. Tentu saja ini menunjukan
bahwa pengajarannya bukan pengajaran tersendiri diantara para rasul utama,
tetapi pengajarannya adalah pengajaran yang datang dari otoritas yang sama
yaitu kitab suci. Paulus sendiri adalah rasul yang memiliki kerasulan yang
diakui oleh semua rasul lainnya:
Galatia
2:7-9 Tetapi sebaliknya, setelah mereka melihat bahwa kepadaku telah
dipercayakan pemberitaan Injil untuk orang-orang tak bersunat, sama seperti
kepada Petrus untuk orang-orang bersunat --karena Ia yang telah memberikan kekuatan
kepada Petrus untuk menjadi rasul bagi orang-orang bersunat, Ia juga yang telah
memberikan kekuatan kepadaku untuk orang-orang yang tidak bersunat. Dan setelah
melihat kasih karunia yang dianugerahkan kepadaku, maka Yakobus, Kefas dan Yohanes, yang dipandang sebagai sokoguru
jemaat, berjabat tangan dengan aku dan dengan Barnabas sebagai tanda persekutuan,
supaya kami pergi kepada orang-orang yang tidak bersunat dan mereka kepada
orang-orang yang bersunat;
Kita
harus mengerti bahwa ketakutan yang membelenggu para murid sudah tak
memungkinkan bagi mereka untuk memiliki kegairahan rohani yang bagaimanapun
sebab ekspektasi mesianik yang diusung begitu jauh perbedaannya sejauh langit
dan bumi. Petrus beserta para murid lainnya bahkan sudah melempar jala lagi
sebagai sebuah upaya membangun kehidupan yang lebih baik lagi:
Matius
21:1-3 Kemudian Yesus menampakkan diri lagi kepada murid-murid-Nya di pantai
danau Tiberias dan Ia menampakkan diri sebagai berikut. Di pantai itu berkumpul
Simon Petrus, Tomas yang disebut Didimus, Natanael dari Kana yang di Galilea,
anak-anak Zebedeus dan dua orang murid-Nya yang lain. Kata Simon Petrus kepada
mereka: "Aku pergi menangkap ikan." Kata mereka kepadanya: "Kami
pergi juga dengan engkau." Mereka berangkat lalu naik ke perahu, tetapi
malam itu mereka tidak menangkap apa-apa.
Adalah
kesukaran yang begitu tinggi bagi mereka untuk memahami peristiwa Getsemani
hingga peristiwa salib yang begitu horror bagi mereka. Apalagikah yang tersisa?
Semua kenangan-kenangan mujizat Yesus dalam benak mereka telah menjadi rekaman-rekaman arkeologis, tanpa kehidupan
dan tanpa sebuah pengharapan. Apalagi yang harus dilakukan, mari kita memulai
sebuah kehidupan normal.
Bagi
mereka dan siapapun, untuk memahami Yesus adalah mesias, juruselamat manusia
dan apalagi seorang penebus salah atau dosa yang membelenggu manusia adalah
sebuah kegilaan sendiri. Entah siapa yang mau begitu bodoh masih mau
mempercayainya lagi?
Para
murid jelas tak sama sekali berusaha mencari dan apalagi memiliki kegairahan
rohani yang berapi-api. Tak mungkin mereka dapat bangkit lagi dari kematian
rohani hingga Kristus harus menjumpai mereka dan memberikan kuasa
peenggembalaan terhadapa domba-domba
yang akan datang dan masih jauh di depan dan belum lagi terlihat mata:
Yohanes
21:15-17Sesudah sarapan Yesus berkata kepada Simon Petrus: "Simon, anak
Yohanes, apakah engkau mengasihi Aku lebih dari pada mereka ini?" Jawab
Petrus kepada-Nya: "Benar Tuhan, Engkau tahu, bahwa aku mengasihi
Engkau." Kata Yesus kepadanya: "Gembalakanlah domba-domba-Ku." Kata
Yesus pula kepadanya untuk kedua kalinya: "Simon, anak Yohanes, apakah
engkau mengasihi Aku?" Jawab Petrus kepada-Nya: "Benar Tuhan, Engkau
tahu, bahwa aku mengasihi Engkau." Kata Yesus kepadanya:
"Gembalakanlah domba-domba-Ku." Kata Yesus kepadanya untuk ketiga
kalinya: "Simon, anak Yohanes, apakah engkau mengasihi Aku?" Maka
sedih hati Petrus karena Yesus berkata untuk ketiga kalinya: "Apakah
engkau mengasihi Aku?" Dan ia berkata kepada-Nya: "Tuhan, Engkau tahu
segala sesuatu, Engkau tahu, bahwa aku mengasihi Engkau." Kata Yesus
kepadanya: "Gembalakanlah domba-domba-Ku.
Kebenaran
kebangkitan Kristus tidak dibangun oleh kredo, tetapi oleh Kristus. Petrus
bahkan dalam pamggilan yang menyedihkan hatinya itu, pun tahu bahwa kesudahan
hidupnya dalam memberitakan Kristus yang bangkit dari antara kematian, tidaklah
berakhir dalam kematian yang siapapun mau mengalaminya. Tetapi Petrus tak
memiliki pilihan selain harus menjalani kehidupan yang telah dituliskan oleh
mesiasnya itu:
Yohanes
21:18-19 Aku berkata kepadamu:
Sesungguhnya ketika engkau masih muda engkau mengikat pinggangmu sendiri dan
engkau berjalan ke mana saja kaukehendaki, tetapi
jika engkau sudah menjadi tua, engkau akan mengulurkan tanganmu dan orang lain
akan mengikat engkau dan membawa engkau ke tempat yang tidak kaukehendaki."
Dan hal ini dikatakan-Nya untuk menyatakan bagaimana Petrus akan mati dan
memuliakan Allah. Sesudah mengatakan demikian Ia berkata kepada Petrus: "Ikutlah Aku."
Para
pemberita injil kebangkitan Kristus dari antara orang mati adalah para rasul
yang telah mengetahui dengan baik bahwa terhadap dunia mereka akan sangat
lemah. Mereka tidak punya pilihan
lainnya selain satu saja: mendengarkan dan mentaati ajakan Kristus yaitu:
ikutlah Aku. Ikutlah Dia walau di dunia
ini ia harus diikat dan dibawa ke tempat yang
tidak dikehendakinya. Petrus sendiri mengenai penderitaan dalam hidup
ini menuliskan begini dalam:
1Petrus
2:19-20 Sebab adalah kasih karunia, jika seorang karena sadar akan kehendak
Allah menanggung penderitaan yang tidak harus ia tanggung. Sebab dapatkah
disebut pujian, jika kamu menderita pukulan karena kamu berbuat dosa? Tetapi
jika kamu berbuat baik dan karena itu kamu harus menderita, maka itu adalah
kasih karunia pada Allah.
2Petrus
1:11-14 Dengan
demikian kepada kamu akan dikaruniakan hak penuh untuk memasuki Kerajaan kekal,
yaitu Kerajaan Tuhan dan Juruselamat kita, Yesus Kristus. Karena itu aku
senantiasa bermaksud mengingatkan kamu akan semuanya itu, sekalipun kamu telah
mengetahuinya dan telah teguh dalam kebenaran yang telah kamu terima. Aku
menganggap sebagai kewajibanku untuk tetap mengingatkan kamu akan semuanya itu
selama aku belum menanggalkan kemah tubuhku ini. Sebab
aku tahu, bahwa aku akan segera menanggalkan
kemah tubuhku ini, sebagaimana yang
telah diberitahukan kepadaku oleh Yesus Kristus, Tuhan kita.
Kristus
bagi para murid bukan sekedar teladan tetapi adalah hidup itu sendiri. Walau mereka
sempat memasuki era tergelap dalam hidup mereka, Kritus yang telah bangkit dari
antara orang mati tepat sebagaimana ia sendiri telah mengatakan kepada mereka
telah membuat relasi antara diri-Nya dengan para murid dan setiap orang yang
akan menjadi pengikut-Nya bukan sekedar membuat-Nya adalah teladan, karena ia
mati di salib dan bangkit dari antara orang mati agar diteladani tetapi agar
memiliki hidup yang memang ingin dihasilkannya bagi siapa yang akan
ditarik-Nya: jikalau biji gandum tidak jatuh ke dalam tanah dan mati, ia tetap
satu biji saja; tetapi jika ia mati, ia akan menghasilkan banyak buah (Yohanes
12:24).
Bagi
para murid Yesus, sebagaimana rasul Paulus dan para murid di era lebih
kontemporer hingga kini, percaya kepada Yesus adalah hidup dalam
penggembalaan-Nya melalui persekutuan: jiwa dengan firman yang dapat kita baca,
jiwamu dengan-Nya dalam doa-doamu, jiwamu dengan penyertaan dan pemeliharan-Nya
dalam kehidupan kita sehari-hari, jiwamu dengan ketaatan dalam kasih dan
pengenal akan kuasa Kristus terhadap kebenaran-Nya dan bukan dunia ini, jiwamu
dengan Roh Kudus yang bersemayam dalam dirimu untuk senantiasa bersaksi pada
jiwamu akan keselamatanmu dalam-Nya, akan kebenaran-Nya bahwa Ia adalah
penggenap kitab suci sehingga kebenaran yang kita miliki dalam setiap ketaatan
dan dalam setiap penundukan diri pada kekudusan-Nya datang dari diri-Nya yang
adalah penggenap kitab suci.
Lukas
24:20-27 Tetapi imam-imam kepala dan pemimpin-pemimpin kami telah menyerahkan
Dia untuk dihukum mati dan mereka telah menyalibkan-Nya. Padahal kami dahulu
mengharapkan, bahwa Dialah yang datang untuk membebaskan bangsa Israel. Tetapi
sementara itu telah lewat tiga hari, sejak semuanya itu terjadi. Tetapi
beberapa perempuan dari kalangan kami telah mengejutkan kami: Pagi-pagi buta
mereka telah pergi ke kubur, dan tidak menemukan mayat-Nya.
Lalu mereka datang dengan berita, bahwa telah kelihatan kepada mereka
malaikat-malaikat, yang mengatakan, bahwa Ia hidup. Dan beberapa teman kami
telah pergi ke kubur itu dan mendapati, bahwa memang benar yang dikatakan
perempuan-perempuan itu, tetapi Dia tidak mereka lihat." Lalu Ia berkata
kepada mereka: "Hai kamu orang bodoh, betapa lambannya hatimu, sehingga
kamu tidak percaya segala sesuatu, yang telah dikatakan para nabi! Bukankah
Mesias harus menderita semuanya itu untuk masuk ke dalam kemuliaan-Nya?"
Lalu
Ia menjelaskan kepada mereka apa yang tertulis tentang Dia dalam seluruh Kitab
Suci, mulai dari kitab-kitab Musa dan segala kitab nabi-nabi.
Segala Kemuliaan Hanya Bagi Allah
No comments:
Post a Comment