F O K U S

Nabi Daud Tentang Siapakah Kristus

Ia Adalah Seorang Nabi Dan Ia Telah   Melihat Ke Depan Dan Telah Berbicara Tentang Kebangkitan Mesias Oleh: Blogger Martin Simamora ...

Showing posts with label Keimamatan Yesus. Show all posts
Showing posts with label Keimamatan Yesus. Show all posts

0 Yesus Kristus Dalam Observasi Publik


Oleh: Martin Simamora

“Bukankah Ia Adalah…, Bagaimana Mungkin Ia Berkata…”
1.Yesus Kristus Adalah…
Jati diri Yesus dalam masyarakat dan kehidupan sosial pada eranya sangat jelas dan baik dalam pandangan publik di eranya bahkan anak siapakah ia dan siapa saja keluarganya, termasuk silsilah keluarga besarnya telah menjadi semacam pengetahuan umum yang identik melekat pada dirinya, sebagaimana cuplikan-cuplikan berikut ini menyingkapkan bagi kita dalam injil:

Matius 13:55  Bukankah Ia ini tukang kayu, anak Maria, saudara Yakobus, Yoses, Yudas dan Simon?

Lukas 3:23- Ketika Yesus memulai pekerjaan-Nya, Ia berumur kira-kira tiga puluh tahun dan menurut anggapan orang, Ia adalah anak Yusuf, anak Eli, anak Matat, anak Lewi, anak Malkhi, anak Yanai, anak Yusuf, anak Matica, anak Amos, anak Nahum, anak Hesli, anak Nagai, anak Maat, anak Matica, anak Simei, anak Yosekh, anak Yoda, anak Yohanan, anak Resa, anak Zerubabel, anak Sealtiel, anak Neri, anak Malkhi, anak Adi, anak Kosam, anak Elmadam, anak Er, anak Yesua, anak Eliezer, anak Yorim, anak Matat, anak Lewi, anak Simeon, anak Yehuda, anak Yusuf, anak Yonam, anak Elyakim, anak Melea, anak Mina, anak Matata, anak Natan, anak Daud, anak Isai, anak Obed, anak Boas, anak Salmon, anak Nahason, anak Aminadab, anak Admin, anak Arni, anak Hezron, anak Peres, anak Yehuda, anak Yakub, anak Ishak, anak Abraham, anak Terah, anak Nahor, anak Serug, anak Rehu, anak Peleg, anak Eber, anak Salmon, anak Kenan, anak Arpakhsad, anak Sem, anak Nuh, anak Lamekh, anak Metusalah, anak Henokh, anak Yared, anak Mahalaleel, anak Kenan, anak Enos, anak Set, anak Adam, anak Allah.

Matius 16:13-14
Setelah Yesus tiba di daerah Kaisarea Filipi, Ia bertanya kepada murid-murid-Nya: "Kata orang, siapakah Anak Manusia itu?" Jawab mereka: "Ada yang mengatakan: Yohanes Pembaptis, ada juga yang mengatakan: Elia dan ada pula yang mengatakan: Yeremia atau salah seorang dari para nabi."

Sekalipun demikian, jati diri dalam observasi publik ataupun dalam Ia memang anggota keluarga dari sebuah keluarga yang memiliki catatan silsilah yang dapat ditelusuri ternyata bukan merupakan bagian signifikan kebenaran terdasar yang harus ditampilkan oleh Yesus dalam Ia tampil pada pelayanan publiknya. Matius 13:55 misalnya, adalah respon negatif publik  terkait jati diri Yesus yang disampaikan Yesus, bertentangan dengan pengetahuan umum publik. Itu sebabnya menyebutkan siapakah Yesus sebagaimana masyarakat setempat mengenali dan mengakui Yesus, menjadi begitu penting dilontarkan oleh mulut masyarakat setempat. Bahwa memang Yesus memang memiliki pergaulan sosial yang sangat baik, tetapi, respon tersebut merupakan sebuah ekspresi ketercengangan yang begitu sukar untuk direkonsiliasikan dengan kebenaran publik yang melekat pada Yesus sebagaimana masyarakat setempat mengenalnya, bahkan di kampungnya sendiri:


Maka takjublah mereka dan berkata: "Dari mana diperoleh-Nya hikmat itu dan kuasa untuk mengadakan mujizat-mujizat itu?-Matius 13:54

0 Menyambut Natal 2018 (4-Selesai)

Oleh: Martin Simamora


Natal Setelah Kesunyian Sabda Yang Panjang:
Sang Firman Berinkarnasi Menjadi Manusia Membawa Terang Manusia

Bacalah lebih dulu: Bagian1, Bagian 2, Bagian3

400 Tahun Kesunyian Firman
Selama 400 tahun (diperkirakan) Allah tak berfirman sama sekali kepada bangsa Yahudi diperhitungkan semenjak peringatan terakhir-Nya sebagaimana yang dicatat dalam Kitab Maleakhi:” Sesungguhnya Aku akan mengutus nabi Elia kepadamu menjelang datangnya hari TUHAN yang besar dan dahsyat itu. Maka ia akan membuat hati bapa-bapa berbalik kepada anak-anaknya dan hati anak-anak kepada bapa-bapanya supaya jangan Aku datang memukul bumi sehingga musnah.” (Malaekhi 4:5-6). Era peringatan Malaekahi, sekitar tahun 430 Sebelum Masehi, bangsa Yahudi baru saja pulang dari pembuangan Babel (sebagai para pedagang, bukan sebagai gembala). Saart itu kerajaan Medo-Persian masih menduduki Israel, dan bait suci telah dibangun kembali. Baik hukum dan keimamatan Harun telah dipulihkan, dan bangsa Yahudi telah membuang semua berhalanya. Akan tetapi peringatan Malaekhi tersebut bukan tanpa sebab. Orang-orang Yahudi berlaku semena-mena terhadap isterinya, menikahi perempuan-perempuan penyembah berhala dan tidak memberikan  persepuluhan, para imam mengabaikan bait suci dan tidak mengajarkan jalan-jalan Tuhan. Singkatnya, orang-orang Yahudi tidak menghormati Allah.

Tahun 333 Sebelum Masehi,Israel jatuh kedalam pendudukan Yunani, dan tahun 323 Sebelum Masehi, jatuh kedalam pendudukan Mesir. Orang-orang Yahudi secara umum diperlakukan baik dalam pendudukan-pendudukan tersebut, dan mereka mengdopsi bahasa Yunani dan banyak kebiasaan Yunani, dan budayanya, dan di Mesir, Perjanjian Lama diterjemahkan kedalam bahasa Yunani. Terjemahan ini, disebut Septuaginta, dan dipergunakan secara luas, dan kerap dikutip dalam Perjanjian Baru..

Hukum dan keimamatan Yahudi masih berlangsung cukup memadai hingga Antiokhos Yang Agung dari Syria menduduki Israel pada tahun 204 Sebelum Masehi. Ia dan penerusnya, Antiokhos dari Epifanes, menganiaya orang-orang Yahudi dan memperdagangkan keimamatan, dan pada tahun 171 Sebelum Masehi, Epifanes menghancurkan kesakralan Ruang Mahakudus yang mengakibatkan perlawanan atau pemberontakan oleh Yudas Makabe yang masih turunan Harun, dan pada tahun 165 Sebelum Masehi, Israel berhasil memiliki kembali Yerusalem dan menyucikan bait suci. Akan tetapi peperangan terus berlangsung antara orang-orang Yahudi dan orang-orang Syria sampai Roma menduduki Israel pada tahun 63 Sebelum Masehi dan pada saat itulah Pompey memasuki Ruang Mahakudus (ini sebuah pelanggaran tak terampuni karena hanya Imam Besar yang telah terlebih dahulu memenuhi tuntutan hukum taurat-seperti ia harus mempersembahkan kurban bagi pengudusan dirinya sendiri lebih dahulu-untuk melakukan pelayanan keimamatannya), dan sekali lagi mengejutkan dan rasa sakit hati yang mendalam bagi orang-orang Yahudi. Pada tahun 47 Sebelum Masehi, Caesar mengangkat Antipater, keturunan Esau, sebagai Prokurator/Wali Negeri Yudea, dan Antipater kemudian menunjuk dua puteranya sebagai raja-raja atas Galilea dan Yudea.

0 Menyambut Natal 2018 (2)


Oleh:Martin Simamora

Mengenal  Sang Juruselamat Adalah Bukan Saudara Malaikat Lucifer (Satan) Atau Salah Satu Malaikat Sehingga Tujuan Kedatangannya Agar Menjadi Teladan Untukmu Menjadi Corpus Delicti

"Anak-Ku Engkau! Engkau telah Kuperanakkan pada hari ini"
Pada bagian pertama, telah kita lihat bahwa Yesus adalah Imam Besar Agung yang pada dirinya saja ada penghapusan dosa dan pendamaian sebagai dua hal yang terhakiki mengapa Yesus harus datang ke dalam dunia ini, sekaligus telah menjadikan diri sang Kristus sebagai pokok keselamatan bagi setiap orang yang telah menerima pelayanan keimamatan Kristus yang pelaksanaannya hanya dilakukan satu kali untuk selama-lamanya, sehingga keimamatan yang dilaksanakannya di kayu salib di hadapan hadirat Allah dengan mempersembahkan dirinya tak perlu dilakukan berulang-ulang:

Ibrani 9:1-7  Memang perjanjian yang pertama juga mempunyai peraturan-peraturan untuk ibadah dan untuk tempat kudus buatan tangan manusia. Sebab ada dipersiapkan suatu kemah, yaitu bagian yang paling depan dan di situ terdapat kaki dian dan meja dengan roti sajian. Bagian ini disebut tempat yang kudus. Di belakang tirai yang kedua terdapat suatu kemah lagi yang disebut tempat yang maha kudus. Di situ terdapat mezbah pembakaran ukupan dari emas, dan tabut perjanjian, yang seluruhnya disalut dengan emas; di dalam tabut perjanjian itu tersimpan buli-buli emas berisi manna, tongkat Harun yang pernah bertunas dan loh-loh batu yang bertuliskan perjanjian, dan di atasnya kedua kerub kemuliaan yang menaungi tutup pendamaian. Tetapi hal ini tidak dapat kita bicarakan sekarang secara terperinci. Demikianlah caranya tempat yang kudus itu diatur. Maka imam-imam senantiasa masuk ke dalam kemah yang paling depan itu untuk melakukan ibadah mereka, tetapi ke dalam kemah yang kedua hanya Imam Besar saja yang masuk sekali setahun, dan harus dengan darah yang ia persembahkan karena dirinya sendiri dan karena pelanggaran-pelanggaran, yang dibuat oleh umatnya dengan tidak sadar.

Pada kemah yang kedua hanya Imam Besar saja yang masuk sekali setahun, di sini jelas bahwa imam besar harus melakukannya satu kali setahun. Untuk tujuan apakah? Untuk menyelesaikan problem pelanggaran-pelanggaran umatnya yang dilakukan dengan tidak sadar. Tetapi si imam besar sendiri harus memastikan bahwa ia harus berdiri dihadapan Allah dalam keadaan tak bercela. Perjanjian Lama menyatakan bahwa penyucian diri dari dosa tidak bisa dilahirkan oleh upaya diri manusia, tetapi hanya oleh Tuhan sehingga si imam besar dalam masuk ke dalam kemah kedua sekali setahun dengan membawa darah kurban bagi pengudusan dirinya sendiri. Jadi inilah ketentuan yang harus dilakukan berulang-ulang, sekaligus menunjukan bahwa manusia tak mungkin berdaya menguduskan dirinya dalam segala upayanya bahkan berdasarkan perbuatan dan ketaatan pada hukum Taurat, termasuk dengan mempersembahkan kurban penebusan dosa semacam ini: “Jikalau seseorang berbuat dosa dengan melakukan salah satu hal yang dilarang TUHAN tanpa mengetahuinya, maka ia bersalah dan harus menanggung kesalahannya sendiri. Haruslah ia membawa kepada imam seekor domba jantan yang tidak bercela dari kambing domba, yang sudah dinilai, sebagai korban penebus salah. Imam itu haruslah mengadakan pendamaian bagi orang itu karena perbuatan yang tidak disengajanya dan yang tidak diketahuinya itu, sehingga ia menerima pengampunan. Itulah korban penebus salah; orang itu sungguh bersalah terhadap TUHAN." (Imamat 5:17-19), ini tetap akan membuatnya senantiasa terikat dalam perbudakan kuasa pemerintahan maut  atau tak memerdekakannya sungguh-sungguh, sebab senantiasa harus dilakukan secara berulang.

0 Menyambut Natal 2018



Oleh: Martin Simamora

Mengenal Sang Juruselamat Sebagai Imam Besar Yang Dijanjikan Perjanjian Lama
“Yesus Kristus Imam Besar Agung Yang Pasti Didengar & Menjadi Pokok Keselamatan Bagi Mereka yang Percaya Kepada-Nya”


Siapakah Yesus Kristus & Apakah Tujuannya Datang Kedalam Dunia
Yesus Kristus, pertama-tama, telah diintroduksikan sebagai sosok figur yang jauh lebih unggul daripada semua tokoh-tokoh dan ketentuan keselamatan dalam Perjanjian Lama sebagaimana dapat kita baca pada Ibrani. Mari kita membaca sejumlah cuplikannya:

Terhadap Nabi Musa
Ibrani 3:1-6Sebab itu, hai saudara-saudara yang kudus, yang mendapat bagian dalam panggilan sorgawi, pandanglah kepada Rasul dan Imam Besar yang kita akui, yaitu Yesus, yang setia kepada Dia yang telah menetapkan-Nya, sebagaimana Musapun setia dalam segenap rumah-Nya. yang setia kepada Dia yang telah menetapkan-Nya, sebagaimana Musapun setia dalam segenap rumah-Nya. Sebab Ia dipandang layak mendapat kemuliaan lebih besar dari pada Musa, sama seperti ahli bangunan lebih dihormati dari pada rumah yang dibangunnya. Sebab setiap rumah dibangun oleh seorang ahli bangunan, tetapi ahli bangunan segala sesuatu ialah Allah. Dan Musa memang setia dalam segenap rumah Allah sebagai pelayan untuk memberi kesaksian tentang apa yang akan diberitakan kemudian, tetapi Kristus setia sebagai Anak yang mengepalai rumah-Nya; dan rumah-Nya ialah kita, jika kita sampai kepada akhirnya teguh berpegang pada kepercayaan dan pengharapan yang kita megahkan.



Terhadap Keimamatan Perjanjian Lama
Ibrani 4:14-15 Karena kita sekarang mempunyai Imam Besar Agung, yang telah melintasi semua langit, yaitu Yesus, Anak Allah, baiklah kita teguh berpegang pada pengakuan iman kita. Sebab Imam Besar yang kita punya, bukanlah imam besar yang tidak dapat turut merasakan kelemahan-kelemahan kita, sebaliknya sama dengan kita, Ia telah dicobai, hanya tidak berbuat dosa.

0 Kerja Atau Karya Roh Kudus (1)



Oleh: Henry Clarence Thiessen


Tepat sebagaimana kerja atau karya Kristus adalah penting dalam penuntasan keselamatan, demikian juga kerja Roh Kudus. Keilahian dan kepribadian Roh Kudus. Keilahian pada Roh Kudus  dilekatkan padanya berdasarkan fakta atribut-atribut keilahian yang selazimnya pada Allah, melingkupinya, dan bahwa karya-karya yang  ilahi diselenggarakan olehnya, dan  oleh relasinya dengan  Anak Allah dan Bapa. Roh Kudus adalah seorang pribadi. Kata-kata ganti pribadi dikenakan pada Roh Kudus. Dia melakukan tindakan-tindakan personal. Ditautkan dalam sebuah cara personal dengan Anak Allah dan Bapa (Tritunggal). Mempertimbangkan keilahiannya dan ke-pribadi-annya, kita bergerak  menuju apa yang dikerjakannya. Walau tujuan utama kita pada poin ini untuk mengklarifikasi karyanya sehubungan dengan keselamatan dan pengalaman orang Kristen, kita juga harus melihat kerja atau karyanya dalam hubungannya dengan dunia ini, dengan Kitab suci, dan dengan Kristus.


1.Hubungannya Dengan Dunia
A.Dalam Penciptaan dan Pemeliharaan
Sangat menarik bahwa penciptaan dilekatkan kepada semua Tritunggal: Bapa, Anak, Roh Kudus. Bapa dalam Wahyu 4:11, Anak dalam Yohanes 1:3, dan Roh Kudus dalam Kejadian 1:2, mendemonstrasikan keterlibatan aktif Roh Kudus dalam penciptaan. Elihu berkata kepada Ayub, “Roh Allah telah menciptakanku, dan nafas Yang Mahakuasa memberikanku hidup” (Ayub 33:4), dan Ayub menjawab Bildab,”Oleh nafasnya [Roh] langit dicerahkan” (Ayub 26:13). Pemazmur menunjukan karya Roh dalam penciptaan, “Oleh firman Tuhan langit telah diciptakan, dan oleh nafas [Roh] dari mulutnya diciptakan semua penghuni langit”(Mazmur 33:6). Roh tidak hanya terlibat dalam penciptaan tetapi dalam pemeliharaan. Kedua hal ini disebutkan dalam Mazmur 104:30 “Engkau mengerahkan Roh-Mu, mereka tercipta; dan Engkau mengerahkan Roh-Mu memperbarui permukaan tanah.” Yesaya 40:7 menunjukan keterlibatan aktif sang Roh.”rumput mengering, bunga melayu, ketika  nafas [Roh] dari Tuhan dihembuskan ke atasnya.” Dalam mendiskusikan seluruh hal kebesaran aktivitas-aktivitas providensia dan kreatif Allah, Yesaya bertanya, “Siapakah yang telah mengarahkan Roh Tuhan, atau sebagai penasihatnya telah memberitahukan-Nya?” (Yes 40:13).Terlihat nyata bahwa ekspresi-ekspresi semacam Rohnya (nafas), Roh (nafas) dari mulutnya, Roh (nafas) Tuhan, Roh Anak-Nya, dan Roh Yesus, semua merujukan pada Roh Kudus, pribadi ketiga  pada Tritunggal (Ayub 26:13; Mazmur 33:6; Yesaya 40:7; Gal 4:6; Kisah Para Rasul 16:7).

0 Naik Ke Surga, Duduk Disebelah Kanan Allah, Bapa Yang Mahakuasa



Oleh: Pdt.Budi Asali, M.Div


1) ‘Naik Ke Surga’.
a) Yesus naik ke surga secara jasmani 40 hari setelah kebangkitanNya (Kis 1:9 Luk 24:51).


b) Fungsi kenaikan Yesus ke surga:
1. Menunjukkan bahwa misinya untuk menebus dosa manusia sudah selesai.
Yoh 17:4-5“(4) Aku telah mempermuliakan Engkau di bumi dengan jalan menyelesaikan pekerjaan yang Engkau berikan kepadaKu untuk melakukannya. (5) Oleh sebab itu, ya Bapa, permuliakanlah Aku padaMu sendiri dengan kemuliaan yang Kumiliki di hadiratMu sebelum dunia ada”.


Yesus diutus ke dunia untuk menebus / membereskan dosa manusia. Andaikata pada waktu Ia naik ke surga itu ternyata penebusan itu belum selesai Ia kerjakan, maka pasti Ia disuruh kembali. Bahwa ternyata Ia tidak disuruh kembali dan bahkan diterima untuk duduk di sebelah kanan Bapa menunjukkan bahwa penebusan yang Ia lakukan memang sudah selesai.

0 Apakah Kuasa Kebangkitan Yesus Juga terletak Pada "Kelulusan" & "Kesalehan" Dalam Memenuhi Segenap Kehendak Bapa? (4)



Oleh: Martin Simamora



Bacalah lebih dulu bagian 3


Jika Renungan Harian Truth telah mereposisi Yesus yang  telah dideklarasikan oleh Kitab Suci sebagai  suci adanya (sehingga tak perlu membuktikan saleh dan lulus agar layak), menjadi dia yang harus mengejar dan membuktikan kelayakannya untuk dibangkitkan, maka ini pada dasarnya sebuah pelecehan! Sebab berlawanan dengan kesaksian Kitab suci, sehingga memang dapat dikatakan bahwa RH Truth telah melakukan pengingkaran terhadap kitab suci itu sendiri. Sebelum kita melihat salah satu aspek penundukan diri Yesus Kristus terhadap kitab suci, dan keadaannya yang mulia sekalipun sama dengan, hal yang dibengkokan oleh RH Truth, saya akan  terlebih dahulu menyajikan 2 pandu penegas terkait kesucian atau kelayakan Kristus itu.Setinggi apakah  atau sesuci apakah dia dapat dikatakan? Mari kita perhatikan  sebuah ayat dari Perjanjian Lama dan sebuah ayat dari Perjanjian Baru:
Imamat 22:19-20 maka supaya TUHAN berkenan akan kamu, haruslah persembahan itu tidak bercela dari lembu jantan, domba atau kambing. Segala yang bercacat badannya janganlah kamu persembahkan, karena dengan itu TUHAN tidak berkenan akan kamu.
dan  
Ibrani 9:14 betapa lebihnya darah Kristus, yang oleh Roh yang kekal telah mempersembahkan diri-Nya sendiri kepada Allah sebagai persembahan yang tak bercacat, akan menyucikan hati nurani kita dari perbuatan-perbuatan yang sia-sia, supaya kita dapat beribadah kepada Allah yang hidup.  

Kedua teks itu  melahirkan sebuah ketegasan mutlak terkait siapakah Yesus, bahwa sejak mulanya Ia layak dan pantas, bahkan pada saat kematiannya sudah merupakan kepastian mutlak, bahkan perihal ini dipandang pada ketetapan atau ketentuan  hukum Taurat-Kitab Musa!

0 Apakah Kuasa Kebangkitan Yesus Juga terletak Pada "Kelulusan" & "Kesalehan" Dalam Memenuhi Segenap Kehendak Bapa? (3)



Oleh: Martin Simamora


Bacalah lebih dulu Bagian 2

Kalau Tuhan Yesus tidak taat, Dia takkan dibangkitkan, demikian pula kita.Konklusi atau penyimpulan semacam ini dengan demikian sangat bengkok untuk dikatakan sebagai berdasarkan firman Tuhan. Pertama, kita telah melihat bahwa kebangkitan Yesus bukan berdasarkan pada sukses atau  tidaknya ia dalam ketaatannya  kepada Bapa, selama  di muka bumi, sebagai sebuah hal yang harus diraih untuk memiliki kualifikasi yang harus dicapai di dunia ini! Sehingga, mendasarkan hal tersebut untuk diberlakukan pada orang percaya sungguh fatal, seolah tak ada keterkaitan antara karya Yesus Kristus terhadap orang percaya, khususnya terkait kebangkitan (kehidupan kekal bersama Bapa) orang percaya. Kembali, sekali lagi, saya mengajak anda untuk memahami kelayakan Yesus untuk menebus dan dibangkitkan  tidak sama sekali ditentukan pada upaya dirinya menjadi dipantaskan seolah sebelumnya tak memiliki kepantasan pada dirinya sendiri:
Ibrani7:26-27 Sebab Imam Besar yang demikianlah yang kita perlukan: yaitu yang saleh, tanpa salah, tanpa noda, yang terpisah dari orang-orang berdosa dan lebih tinggi dari pada tingkat-tingkat sorga, yang tidak seperti imam-imam besar lain, yang setiap hari harus mempersembahkan korban untuk dosanya sendiri dan sesudah itu barulah untuk dosa umatnya, sebab hal itu telah dilakukan-Nya satu kali untuk selama-lamanya, ketika Ia mempersembahkan diri-Nya sendiri sebagai korban.


Bagaimana Penulis Ibrani menggambarkan kebangkitan Kristus?
Ibrani 1:3-4 Ia adalah cahaya kemuliaan Allah dan gambar wujud Allah dan menopang segala yang ada dengan firman-Nya yang penuh kekuasaan. Dan setelah Ia selesai mengadakan penyucian dosa, Ia duduk di sebelah kanan Yang Mahabesar, di tempat yang tinggi, jauh lebih tinggi dari pada malaikat-malaikat, sama seperti nama yang dikaruniakan kepada-Nya jauh lebih indah dari pada nama mereka.
Bandingkan dengan Ibrani 10: 12 Tetapi Ia, setelah mempersembahkan hanya satu korban saja karena dosa, Ia duduk untuk selama-lamanya di sebelah kanan Allah, 

Markus 14:62 Jawab Yesus: "Akulah Dia, dan kamu akan melihat Anak Manusia duduk di sebelah kanan Yang Mahakuasa
Cara penulis Ibrani menggambarkan kebangkitan Kristus sama sekali tak mempertanyakan kesalehan Kristus atau meragukannya sebagai sosok yang akan bisa saja berpeluang gagal memahami, tunduk  terhadap atau memenuhi kehendak Bapa. 

0 Apakah Kuasa Kebangkitan Yesus Juga terletak Pada "Kelulusan" & "Kesalehan" Dalam Memenuhi Segenap Kehendak Bapa? (2)



Oleh: Martin Simamora

Apakah Kuasa Kebangkitan  Yesus  Juga terletak  Pada "Kelulusan" & "Kesalehan" Dalam Memenuhi Segenap Kehendak Bapa? (2)

Bacalah lebih dulu bagian 1


Kalau Tuhan Yesus tidak taat, Dia takkan dibangkitkan.” Kita sudah melihat bahwa baik penulis Ibrani dan Yesus Kristus sendiri, telah  menunjukan bahwa diri Yesus bukanlah seorang yang sedang mengejar ketaatan atau kesalehan agar dia menjadi memiliki sebuah kualifikasi pantas atau memadai untuk melakukan karya keselamatan pada salib apalagi untuk dibangkitkan. Sekarang pada bagian kedua ini, kita akan melihat  sebuah hal yang teramat penting namun diabaikan oleh Renungan Harian Truth, yaitu: kematian Yesus itu sendiri dan apakah yang terjadi dibalik kematiannya. Pengajar RH Truth nampaknya mengabaikan kematian Kristus bahkan menyimpulkan bahwa kebangkitan adalah indikator kelayakannya dihadapan Bapa. Jika demikian maka kematian Yesus bukanlah sama sekali hal yang berarti. Hal semacam ini taklah mengherankan, sebab memang pengajar RH Truth telah menakar Yesus Sang Mesias masih harus mengejar kelayakan-kelayakannya di hadapan Allah!

Mari perhatikan bagaimana pandangan penulis Ibrani mengenai kematian Yesus Kristus?
Ibrani 9:12-14 dan Ia telah masuk satu kali untuk selama-lamanya ke dalam tempat yang kudus bukan dengan membawa darah domba jantan dan darah anak lembu, tetapi dengan membawa darah-Nya sendiri. Dan dengan itu Ia telah mendapat kelepasan yang kekal. Sebab, jika darah domba jantan dan darah lembu jantan dan percikan abu lembu muda menguduskan mereka yang najis, sehingga mereka disucikan secara lahiriah, betapa lebihnya darah Kristus, yang oleh Roh yang kekal telah mempersembahkan diri-Nya sendiri kepada Allah sebagai persembahan yang tak bercacat, akan menyucikan hati nurani kita dari perbuatan-perbuatan yang sia-sia, supaya kita dapat beribadah kepada Allah yang hidup.

0 Apakah Kuasa Kebangkitan Yesus Juga terletak Pada Kelulusan dan Kesalehannya Terhadap Bapa?



Oleh: Martin Simamora

Apakah Kuasa Kebangkitan  Yesus  Juga terletak  Pada "Kelulusan" & "Kesalehan" Dalam Memenuhi Segenap Kehendak Bapa?



Artikel kali ini akan meninjau sebuah khotbah atau pengajaran yang telah  dipublikasikan di internet dan  disajikan kembali di dalam sebuah grup di fb :
RH Truth 5 April 2015
Kebangkitan Tuhan Yesus bukan hanya terletak pada kuasa Allah yang besar. Tapi kuasa kebangkitan Tuhan Yesus terletak pada ketaatan-Nya kepada Bapa, bahwa Dia "lulus" dan didapati "saleh" dalam kehidupan-Nya di bumi, yaitu hidup hanya untuk melakukan kehendak Bapa. Kalau Tuhan Yesus tidak taat, Dia takkan dibangkitkan, demikian pula kita. Sebab nilai kita terletak pada ketaatan kita kepada Bapa.VN RH Truth:http://www.truth-media.com/…/05-APRIL-2015-KEBANGKITAN-TAND…


Perhatikan pada gagasan pokok pengajaran  ini yang berkata:
Kebangkitan Yesus bukan hanya terletak pada kuasa Allah yang besar, tetapi juga pada ketaatannya kepada Bapa, bahwa Dia lulus dan didapati saleh dalam kehidupannya di bumi.

(1)Ini, dengan menyatakan secara demikian, hendak mengatakan bahwa   peristiwa kebangkitan Yesus merupakan bukti atau indikator bahwa dia “lulus” dan  salehdalam kehidupan-Nya di bumi. Kuasa Allah bukan faktor  satu-satunya, namun juga harus didapati saleh dan lulus. Dalam hal ini “lulus” dan didapati “saleh” dalam kehidupannya di bumi terkait ketat dengan: hanya untuk melakukan kehendak Bapa. Sehingga Yesus  perlu sekali secara mutlak, harus mencapai sebuah kondisi lulus dan mencapai kondisi saleh, sebab jika tidak maka dia tak akan bangkit. Yesus oleh pengajaran  telah diasumsikan bukan seorang yang berkualifikasi sebagai Juru Selamat atau  Sang Penebus hingga dirinya dianggap pantas. Dan itu baru akan diketahui bilamana dia bukan hanya disalib, mati tetapi apakah dia bangkit atau tidak (sebuah  ketakpastian meliputi misi Allah menurut si pengajar pada RH Truth!). Kebangkitannya adalah bukti kesalehan dan kelulusan dirinya. Tak sama sekali  berbicara SELESAINYA karya  Penebusan  itu saat dia menyerahkan nyawanya ke dalam tangan Bapa (Lukas 23:46-47)

(2)Tak sampai di situ saja. Lebih lanjut dikatakan bahwa  seperti halnya Kristus pada poin  1 di atas, maka demikian juga kita. Bahwa anda hanya akan mengalami kebangkitan bilamana “lulus” dan “saleh” tepat sebagaimana Yesus. Bahwa anda harus mengupayakan kepantasanmu untuk dibangkitkan; bahwa apa yang telah dikerjakan oleh Kristus sama sekali tak diperhitungkan ke dalam keselamatan dirimu! Bacalah 1 Korintus 15:17-28.


Dua poin atau gagasan  pokok yang mendasari pengajaran yang berseberangan dengan apa yang telah diajarkan di dalam Kitab Suci, semacam ini, beranjak dari pemahaman yang dibangun pengajar berdasarkan  Ibrani 5:7-8:

0 Karena Kuasa IlahiNya Telah Menganugerahkan (2)



Oleh: Martin Simamora


Karena Kuasa IlahiNya Telah Menganugerahkan (2)



Bacalah lebih dulu bagian 1

Sementara Petrus sangat menekankan kemegahan dan kemuliaan kasih karunia dan kebergantungan total  setiap orang percaya kepada kasih karunia, tak berarti dia memandang persoalan  pertumbuhan  atau kedewasaan orang percaya untuk merefleksikan kebenaran kasih karunia  yang bekerja di dalam diri orang percaya sebagai sebuah persoalan yang selesai dengan sendirinya atau dengan kata lain: sama sekali Petrus tidak pernah mengatakan bahwa kasih karunia membuat seorang Kristen tidak akan lagi mengalami masalah-masalah kedagingan yang masih mendera setiap diri orang percaya dimana orang percaya sekalipun telah mengambil bagian dalam kodrat ilahi tetap harus berjuang menaklukan masalah yang masih tersisa itu. Pada titik inilah kerap dipersengketakan: (1)apakah orang percaya itu melakukan perjuangan olehnya sendiri? dan (2)apakah efektifitas dan konsistensi perjuangannya turut menentukan efektifitas, kepastian dan bahkan kelanggengan keselamatannya hingga ke sorga? Dengan kata lain  grafik gagal sukses perjuangan melawan kedagingan mencerminkan fluktuasi kepastian keselamatanmu sendiri, telah menjadi pandangan  yang menggugat kemuliaan dan kekuatan kasih karunia keselamatan yang datang dari Tuhan. 


Kita, pada bagian ini, dalam cara yang pokok, akan melihat bahwa  kebergantungan total pada kasih karunia justru membuat setiap orang percaya memiliki 2 hal yang sekaligus menyanggah 2 pandangan diatas tadi, yaitu pada faktanya: (1)sumber daya atau kekuatan orang percaya bersumber dari Tuhan dan dengan demikian andal, dan (2) karena itu memberikan penjaminan yang kokoh, andal dan ilahi baginya untuk penuh keyakinan menaklukan kedagingan-kedagingannya  waktu demi waktu, hari demi hari dan dalam setiap momen tanpa perlu berputus asa atau frustrasi akan kegagalan-kegagalan dalam kehidupan di dunia  yang penuh dengan tantangan, kesukaran dan godaan sekaligus di dalam keterbatasan orang percaya di dalam tubuh dagingnya (bandingkan dengan 1 Korintus 10:13, 2 Petrus 2:9). 


Dan Petrus menyatakan  hal ini dalam sebuah statement yang teramat kokoh:

0 Karena Kuasa IlahiNya Telah Menganugerahkan (1)



Oleh: Martin Simamora


Karena Kuasa IlahiNya Telah Menganugerahkan (1)



Bacalah lebih dulu : "Tak Terkatakan"

Pengajaran-pengajaran yang melencengkan makna mulia dan penuh kuasa dari kasih karunia Allah yang begitu besar(Yohanes 3:16), nampak nyata semakin benderang sekaligus memperdaya, dan tanpa malu-malu tak memedulikan bagaimana sebetulnya kasih karunia Allah yang begitu besar tersebut diberitakan oleh para rasul yang sungguh setia kepada kebenaran sejati. Saya kuatir pendeta atau pengajar atau gembala atau penginjil tersebut sudah tidak lagi mengerti,  apa makna kasih karunia Allah yang begitu besar; kelihatannya bagi  mereka kasih karunia Allah tidaklah begitu besar. Dan yang paling mengerikan adalah ketakpercayaan pada kuasa Roh Kudus untuk menjadi sentral atau sumber tak terputus kekuatan, kebenaran,pengharapan dan kasih Tuhan (bacalah: Yohanes 14:16-17, Yohanes 14:26, Yohanes 16:7-15, Kisah Para Rasul 2:1-47, Roma 5:3-5, Roma 8:26, 1 Kor 3:16-17,1 Kor 6:19, 2 Kor 3:6 Yohanes 14:15-17, Yohanes 16:12-15, 1 Kor 2:13, Roma 15:13, Efesus 1:13, Roma 5:5, Roma 8:9, Efesus 4:30, 2 Korintus 5:5) di dalam  diri setiap orang percaya  sebagai orang-orang yang telah dikuduskan oleh darah Yesus (Ibrani 9:12, 9:14, 10:10,13:12, 1 Korintus 1:2, 1:30, 6:11), di dunia yang jahat dan beranak-pinakan dosa.Sungguh, para pengkhotbah yang menekankan sentralitas perjuangan daging untuk memastikan atau menyegel keselamatan itu, berbeda dengan kesaksian para rasul dalam epistel-epistel yang mereka tuliskan kepada jemaat-jemaat, seperti Petrus:

2 Petrus 1:3
Karena kuasa ilahi-Nya telah menganugerahkan kepada kita segala sesuatu yang berguna untuk hidup yang saleh oleh pengenalan kita akan Dia, yang telah memanggil kita oleh kuasa-Nya yang mulia dan ajaib.
Anchor of Life Fellowship , Sebab karena kasih karunia kamu diselamatkan oleh iman; itu bukan hasil usahamu, tetapi pemberian Allah, itu bukan hasil pekerjaanmu: jangan ada orang yang memegahkan diri - Efesus 2:8-9