F O K U S

Nabi Daud Tentang Siapakah Kristus

Ia Adalah Seorang Nabi Dan Ia Telah   Melihat Ke Depan Dan Telah Berbicara Tentang Kebangkitan Mesias Oleh: Blogger Martin Simamora ...

Showing posts with label Ajaran Menyimpang. Show all posts
Showing posts with label Ajaran Menyimpang. Show all posts

0 Menyambut Natal 2018 (2)


Oleh:Martin Simamora

Mengenal  Sang Juruselamat Adalah Bukan Saudara Malaikat Lucifer (Satan) Atau Salah Satu Malaikat Sehingga Tujuan Kedatangannya Agar Menjadi Teladan Untukmu Menjadi Corpus Delicti

"Anak-Ku Engkau! Engkau telah Kuperanakkan pada hari ini"
Pada bagian pertama, telah kita lihat bahwa Yesus adalah Imam Besar Agung yang pada dirinya saja ada penghapusan dosa dan pendamaian sebagai dua hal yang terhakiki mengapa Yesus harus datang ke dalam dunia ini, sekaligus telah menjadikan diri sang Kristus sebagai pokok keselamatan bagi setiap orang yang telah menerima pelayanan keimamatan Kristus yang pelaksanaannya hanya dilakukan satu kali untuk selama-lamanya, sehingga keimamatan yang dilaksanakannya di kayu salib di hadapan hadirat Allah dengan mempersembahkan dirinya tak perlu dilakukan berulang-ulang:

Ibrani 9:1-7  Memang perjanjian yang pertama juga mempunyai peraturan-peraturan untuk ibadah dan untuk tempat kudus buatan tangan manusia. Sebab ada dipersiapkan suatu kemah, yaitu bagian yang paling depan dan di situ terdapat kaki dian dan meja dengan roti sajian. Bagian ini disebut tempat yang kudus. Di belakang tirai yang kedua terdapat suatu kemah lagi yang disebut tempat yang maha kudus. Di situ terdapat mezbah pembakaran ukupan dari emas, dan tabut perjanjian, yang seluruhnya disalut dengan emas; di dalam tabut perjanjian itu tersimpan buli-buli emas berisi manna, tongkat Harun yang pernah bertunas dan loh-loh batu yang bertuliskan perjanjian, dan di atasnya kedua kerub kemuliaan yang menaungi tutup pendamaian. Tetapi hal ini tidak dapat kita bicarakan sekarang secara terperinci. Demikianlah caranya tempat yang kudus itu diatur. Maka imam-imam senantiasa masuk ke dalam kemah yang paling depan itu untuk melakukan ibadah mereka, tetapi ke dalam kemah yang kedua hanya Imam Besar saja yang masuk sekali setahun, dan harus dengan darah yang ia persembahkan karena dirinya sendiri dan karena pelanggaran-pelanggaran, yang dibuat oleh umatnya dengan tidak sadar.

Pada kemah yang kedua hanya Imam Besar saja yang masuk sekali setahun, di sini jelas bahwa imam besar harus melakukannya satu kali setahun. Untuk tujuan apakah? Untuk menyelesaikan problem pelanggaran-pelanggaran umatnya yang dilakukan dengan tidak sadar. Tetapi si imam besar sendiri harus memastikan bahwa ia harus berdiri dihadapan Allah dalam keadaan tak bercela. Perjanjian Lama menyatakan bahwa penyucian diri dari dosa tidak bisa dilahirkan oleh upaya diri manusia, tetapi hanya oleh Tuhan sehingga si imam besar dalam masuk ke dalam kemah kedua sekali setahun dengan membawa darah kurban bagi pengudusan dirinya sendiri. Jadi inilah ketentuan yang harus dilakukan berulang-ulang, sekaligus menunjukan bahwa manusia tak mungkin berdaya menguduskan dirinya dalam segala upayanya bahkan berdasarkan perbuatan dan ketaatan pada hukum Taurat, termasuk dengan mempersembahkan kurban penebusan dosa semacam ini: “Jikalau seseorang berbuat dosa dengan melakukan salah satu hal yang dilarang TUHAN tanpa mengetahuinya, maka ia bersalah dan harus menanggung kesalahannya sendiri. Haruslah ia membawa kepada imam seekor domba jantan yang tidak bercela dari kambing domba, yang sudah dinilai, sebagai korban penebus salah. Imam itu haruslah mengadakan pendamaian bagi orang itu karena perbuatan yang tidak disengajanya dan yang tidak diketahuinya itu, sehingga ia menerima pengampunan. Itulah korban penebus salah; orang itu sungguh bersalah terhadap TUHAN." (Imamat 5:17-19), ini tetap akan membuatnya senantiasa terikat dalam perbudakan kuasa pemerintahan maut  atau tak memerdekakannya sungguh-sungguh, sebab senantiasa harus dilakukan secara berulang.

0 Pelajaran Hidup Yang Sukar (2)



Integritas Vs Jiwa Terpecah:
Andaikata Pendetamu
Keturunan Ular?
Hal itu tidak usah mengherankan, sebab Iblispun menyamar sebagai malaikat Terang- 2Korintus 11:15

Oleh: Martin Simamora


Lebih Besar Dari Sekedar Keselarasan
Integritas, mengacu pada KKBI, adalah mutu, sifat, atau keadaan yang menunjukkan kesatuan yang utuh sehingga memiliki potensi dan kemampuan yang memancarkan kewibawaan; kejujuran. Dengan kata lain integritas adalah keseluruhan karakter seorang pribadi, bukan parsialnya sehingga tidak ada fraksi-fraksinya atau pecahan-pecahannya. Ketika  Yesus Kristus  mengangkat isu integritas, ia tidak secara khusus menyebutkan kata tersebut namun langsung pada jantungnya atau natur alami yang seharusnya dimiliki oleh seorang manusia. Perhatikan ini:

Matius 23:2-3 Ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi telah menduduki kursi Musa. Sebab itu turutilah dan lakukanlah segala sesuatu yang mereka ajarkan kepadamu, tetapi janganlah kamu turuti perbuatan-perbuatan mereka, karena mereka mengajarkannya tetapi tidak melakukannya.

Pada teks di atas, kita menemukan sebuah fraksi atau pecahan pada karakter para ahli Taurat dan orang-orang farisi yaitu fraksi atau pecahan karakter yang terpecah antara apa yang mereka ajarkan atau perkatakan versus apa yang mereka perbuatan. Satu sisi mereka mengajarkan jangan begitu, jangan begini dan harus begitu sebagaimana juga harus begitu tetapi perbuatan pada diri mereka sendiri menunjukan sebuah keterpecahan karakter yang dijumpai pada perkataan dan perbuatan mereka, yang  oleh Yesus dikatakan: turutilah dan lakukanlah segala sesuatu yang mereka ajarkan kepadamu, tetapi janganlah kamu turuti perbuatan-perbuatan mereka, karena mereka mengajarkannya tetapi tidak melakukannya.

Secara cepat kita dapat mengatakan bahwa Yesus menghendaki sebuah kesatuan karakter dalam sebuah totalitas jiwa seorang manusia: apa yang terdapat dalam diri seseorang akan Nampak pada luar diri seseorang, itulah integritas. Jika sebaliknya, maka integritas seseorang dalam bahaya yang sangat serius dan menghancurkan dirinya sendiri sehingga sangat mungkin perkataan-perkataannya sangat bernilai untuk dituruti, tetapi tidak pada perbuatannya: turutilah dan lakukanlah segala sesuatu yang mereka ajarkan kepadamu, tetapi janganlah kamu turuti perbuatan-perbuatan mereka, karena mereka mengajarkannya tetapi tidak melakukannya. Ini bukan sebuah situasi yang baik pada sisi apapun juga sebab tanpa teladan, kebenaran yang diajarkan tidak dapat memberikan perubahan karakter yang sesungguhnya. Tak heran salah satu kecaman  terhadap para pemimpin agama ini sangat mencengangkan:

0 KONSILI NICEA (1)


Oleh: James White, Ph.D

Apa Sebenarnya yang Terjadi Di Nicea


Sekilas Pandang
Konsili Nicea kerap disalahpahami oleh bidat-bidat dan gerakan-gerakan religius lainnya. Kepedulian utama konsili tersebut secara jelas dan gamblang adalah relasi antara Bapa dan Putera, apakah Kristus adalah sebuah ciptaan, atau Allah sejati? Konsili tersebut telah menyatakan bahwa Ia adalah Allah sejati. Akan tetapi, para penentang ketuhanan Kristus tak begitu saja mengakui keputusan konsili. Faktanya, mereka hampir berhasil menggulingkan afirmasi pengakuan iman Nicea atas ketuhanan Kristus. Tetapi orang-orang Kristen yang setia seperti Athanasius tetap terus mempertahankan kebenaran, dan pada akhirnya, kebenaran menaklukan kekeliruan.

Pembicaraan dengan cepat menajam. “Kamu tidak bisa sungguh-sungguh percaya Alkitab,” ujar seorang Latter-day Saints kenalanku, “karena kamu tidak benar-benar tahu kitab-kitab apa yang mencakupnya. Kamu tahu, segerombolan orang berkumpul dan telah memutuskan kanon kitab suci di Konsili Nicea, memilih sejumlah kitab-kitab, menolak yang lain-lainnya.” Beberapa lainnya mendengarkan percakapan di South Gate of the Mormon di Salt Lake City, itu adalah Sidang Umum LDS, dan saya kembali mendengar bahwa Konsili Nicea telah dihadirkan sebagai titik sejarah sesuatu “yang salah telah terjadi”, dimana sejumlah kelompok tanpa nama, tanpa muka “telah memutuskan” bagiku apa yang seharusnya dipercayai. Saya segera mengoreksinya mengenai Nicea-tidak ada satupun yang telah diputuskan, atau dikatakan, mengenai kanon kitab suci pada konsili tersebut.[1]

Saya telah diingatkan betapa sering frasa “Konsili Nicea” digunakan sebagai penudingan oleh mereka yang menolak iman Kristen. Para pengusung New Age kerap menuduh konsili tersebut telah membuang ajaran reinkarnasi dari Alkitab.[2] Dan tentu saja Saksi-Saksi Yehovah dan kritik-kritik ketuhanan Kristus juga ditudingkan pada konsili tersebut sebagai ‘permulaan tritunggal’ atau pertama kali ketuhanan Kristus telah dinyatakaan sebagai ajaran orthodoks.” Pihak-pihak lainnya melihat Konsili Nicea sebagai permulaan penyatuan gereja dan Negara dengan menyorot partisipasi Kekaisaran Roma, Konstantin. Beberapa bahkan berkata, konsili ini adalah permulaan gereja Roma Katholik.

0 Tantangan Gereja Dalam Menghadapi Ajaran-Ajaran Menyimpang (4)


Oleh Martin Simamora

Yesus Kristus: “Hati-hatilah kamu! Aku sudah terlebih dahulu mengatakan semuanya ini kepada kamu."


Tidak Ada yang Kebal, Semua Harus Berhati-Hati
Penyimpangan hingga terjadi apa yang disebut sebagai penyesatan harus dipandang sebagai keadaan yang tak terelakan dan merupakan kekinian di setiap waktu. Kepada setiap murid-murid-Nya, Yesus Sang Kristus telah memberikan peringatan yang menunjukan keadaan penyesatan tidak terjadi untuk sesaat pada sebuah kala tertentu tetapi sebuah problem yang akan tumbuh silih berganti di sepanjang waktu, dan karena itu perintah-Nya kepada kita semua adalah: HATI-HATI.

Ini adalah perintah yang disertai “early warning” atau “peringatan dini” lengkap dengan indikator-indikatornya dan setiap murid diminta untuk memperhatikannya di setiap waktu dengan sikap penuh perhatian dan ketaatan terhadap instruksi ini:

Markus 13:22-23 Sebab Mesias-mesias palsu dan nabi-nabi palsu akan muncul dan mereka akan mengadakan tanda-tanda dan mujizat-mujizat dengan maksud, sekiranya mungkin, menyesatkan orang-orang pilihan. Hati-hatilah kamu! Aku sudah terlebih dahulu mengatakan semuanya ini kepada kamu."

Penyesatan dengan penyesatannya jangan pernah dipandang sebagai hal ringan seolah hanya akan mampu memperdaya orang-orang Kristen yang lemah sebab tak memiliki kehidupan berjemaat yang sehat untuk mampu memiliki pertumbuhan dan pengenalan dengan Kristus pada keseharian hidupnya dalam sebuah pernaungan jemaat lokal.

Peringatan Sang Kristus bahkan secara definitif memperlihatkan pada kita bahwa kuasa penyesat dan penyesatan melalui ajaran dan praktik-praktik hidup dan spiritualnya mampu bahkan memperdaya –jika mampu- orang-orang pilihan. “Sekiranya mungkin” adalah sebuah keadaan yang begitu genting namun tak satupun juga yang menyadari bahayanya sekalipun sudah dinasehati, sudah ditunjukan penyimpangannya melalui firman, kecuali intervensi Allah untuk menjaga keamanan orang-orang pilihan. Bagaimanapun  jemaat  tak akan lebih kuat daripada penyesat dan penyesatan jika bukan Allah yang menolong mereka.

Bisakah anda membayangkan pesona apakah yang dimiliki para penyesat sehingga bahkan orang-orang pilihan dalam derajat tertentu tak kebal juga dari pengaruh penyesat dengan penyesatannya.

0 Tantangan Gereja Dalam Menghadapi Ajaran-Ajaran Menyimpang (3)


Oleh Martin Simamora
Yesus Kristus:”lebih baik baginya jika sebuah batu kilangan diikatkan pada lehernya lalu ia ditenggelamkan ke dalam laut”


Penyesat Dan penyesatan Dalam Pandangan Yesus
Apakah Yesus Kristus pernah mengajarkan secara khusus mengenai bahaya atau resiko yang dipaparkan oleh penyesat beserta penyesatan ajaran dan kebenaran-Nya, sebagai satu pokok yang mutlak diperhatikan oleh para murid-murid-Nya? Jawaban untuk ini adalah ya. Tetapi jawaban ya ini, bukan sekedar sebuah jawaban normatif dan datar, karena jawaban Yesus sangat tegas dan tanpa ruang kompromi. Tidak akan anda dapatkan satu bentuk kebersahajaan pada diri Yesus ketika menjumpai penyimpangan. Mari kita melihat terlebih dahulu melihat reaksi Yesus terhadap penyimpangan baik dalam praktik kehidupan ibadah dan beriman serta ajaran-ajaran:

Yohanes 2:13-18Ketika hari raya Paskah orang Yahudi sudah dekat, Yesus berangkat ke Yerusalem. Dalam Bait Suci didapati-Nya pedagang-pedagang lembu, kambing domba dan merpati, dan penukar-penukar uang duduk di situ. Ia membuat cambuk dari tali lalu mengusir mereka semua dari Bait Suci dengan semua kambing domba dan lembu mereka; uang penukar-penukar dihamburkan-Nya ke tanah dan meja-meja mereka dibalikkan-Nya. Kepada pedagang-pedagang merpati Ia berkata: "Ambil semuanya ini dari sini, jangan kamu membuat rumah Bapa-Ku menjadi tempat berjualan." Maka teringatlah murid-murid-Nya, bahwa ada tertulis: "Cinta untuk rumah-Mu menghanguskan Aku." Orang-orang Yahudi menantang Yesus, katanya: "Tanda apakah dapat Engkau tunjukkan kepada kami, bahwa Engkau berhak bertindak demikian?"

Teks diatas menunjukan reaksi Yesus terhadap salah satu bentuk penyimpangan yang kali ini tidak berkaitan secara langsung dengan doktrin atau ajaran, tetapi praktik-praktik kehidupan beribadah (rohani) yang dihidupi oleh para pemimpin dan jemaat Tuhan.  Sangat tegas dan tanpa ruang kompromi, bahkan ini adalah catatan tersendiri yang menunjukan betapa kerasnya Yesus menyikapi penyimpangan: Ia membuat cambuk dari tali lalu mengusir mereka semua. Tentunya ini menimbulkan penentangan keras dengan mempertanyakan dasar penghakiman Yesus atas mereka:tunjukan kepada kami, bahwa Engkau berhak bertindak demikian? Jawaban Yesus akan menunjukan lebih dari sekedar bahwa Ia berkuasa dan berotoritas untuk melakukannya tetapi menunjukan bahwa satu-satunya dasar penghakiman adalah segala sesuatu yang dinyatakannya sebagai kebenaran yang akan menghakimi atau menyelamatkan umat manusia: Jawab Yesus kepada mereka: "Rombak Bait Allah ini, dan dalam tiga hari Aku akan mendirikannya kembali." (Yohanes 2:19).

0 Tantangan Gereja Dalam Menghadapi Ajaran-Ajaran Menyimpang (2)


Oleh: Martin Simamora

Rasul Paulus: “Aku tahu, bahwa sesudah aku pergi, serigala-serigala yang ganas akan masuk ke tengah-tengah kamu dan tidak akan menyayangkan kawanan itu” (Kisah Para Rasul 20:28)
Embed from Getty Images

Serigala-Serigala Ganas Namun Tidak Mudah Dikenali
Penyesat dan penyesatan itu sendiri tidak pernah dianggap sebagai problem ringan dalam pandangan gereja mula-mula, aplagi  dipandang semacam demokrasi dalam pluralisme ajaran-ajaran dalam dunia Kristen. sejak era gereja purba. Para rasul pada pertumbuhan dan perkembangan Kristen perdana memiliki tanggungjawab penggembalaan yang tak main-main dalam menjaga kesehatan dan kemurnian iman jemaat Tuhan dengan bukan saja teladan hidup dan praktik iman yang benar dan kudus tetapi memberikan pondasi yang kudus yaitu ajaran-ajaran Kristen yang membawa mereka kepada pengenalan Kristus sebagai satu-satunya sumber keselamatan dari Allah bagi manusia. Mengajar mereka agar semakin bertumbuh dan dewasa. Pertumbuhan dan kedewasaan dalam iman di sini bukan saja soal karakter yang memuliakan Tuhan, namun juga mutlak bertumbuh dan makin dewasa dalam soal ajaran, perhatikan misal nasihat ini: Tentang hal itu banyak yang harus kami katakan, tetapi yang sukar untuk dijelaskan, karena kamu telah lamban dalam hal mendengarkan. Sebab sekalipun kamu, ditinjau dari sudut waktu, sudah seharusnya menjadi pengajar, kamu masih perlu lagi diajarkan asas-asas pokok dari penyataan Allah, dan kamu masih memerlukan susu, bukan makanan keras. Sebab barangsiapa masih memerlukan susu ia tidak memahami ajaran tentang kebenaran, sebab ia adalah anak kecil. Tetapi makanan keras adalah untuk orang-orang dewasa, yang karena mempunyai pancaindera yang terlatih untuk membedakan yang baik dari pada yang jahat. (Ibrani 5:11-14).

Apakah pentingnya jemaat atau orang-orang Kristen memiliki ajaran-ajaran yang mendewasakan, sehingga mereka semakin kokoh dalam iman terkait ajaran? Karena salah satu problem yang paling menghancurkan kesehatan  dan kekudusan iman adalah ajaran-ajaran yang cemar. Ajaran-ajaran yang nampaknya spiritual, nampaknya kudus, nampaknya membawa ketaatan kepada perintah-perintah kudus, tetapi pada faktanya bukan ajaran yang diteruskan oleh para rasul Yesus Kristus. Seperti pada bagian sebelumnya, saya sudah tunjukan mengapa segala ajaran harus diujikan pada apa yang telah diajarkan dan diteruskan oleh para rasul dalam terang Roh Kudus.

0 Tantangan Gereja Dalam Menghadapi Ajaran-Ajaran Menyimpang


Oleh: Martin Simamora

Bukan Berkompromi Tetapi Nyatakanlah Kebenaran-Nya Walau Itu Memahitkan Bagi Mereka yang Menolak
 Embed from Getty Images
Tidak Ada Vaksinnya
Saya berpendapat bahwa problem-problem ajaran menyimpang tidak dapat diatasi dengan sebuah formula tertentu yang jika diaplikasikan oleh setiap orang Kristen maka niscaya dia akan kebal begitu saja. Sejarah sejak gereja purba telah menunjukan bahwa ajaran-ajaran sesat dan problemnya senantiasa menjadi perhatian yang serius untuk diatasi dan disolusikan dengan segala resikonya.Gereja purba memang memperlihatkan sikap yang tegas dan tak main-main ketika ajaran-ajaran sesat berupaya secara laten dan sistematis menyimpangkan dasar-dasar iman Kristen yang teguh, perhatikan kasus-kasus berikut ini:

Belajar Kebenaran pada Konsili Yerusalem
Anchor of Life Fellowship , Sebab karena kasih karunia kamu diselamatkan oleh iman; itu bukan hasil usahamu, tetapi pemberian Allah, itu bukan hasil pekerjaanmu: jangan ada orang yang memegahkan diri - Efesus 2:8-9