Oleh: Martin Simamora
Mengenal
Sang Juruselamat Sebagai Imam Besar Yang Dijanjikan Perjanjian Lama
“Yesus
Kristus Imam Besar Agung Yang Pasti Didengar & Menjadi Pokok Keselamatan
Bagi Mereka yang Percaya Kepada-Nya”
Siapakah
Yesus Kristus & Apakah Tujuannya Datang Kedalam Dunia
Yesus
Kristus, pertama-tama, telah diintroduksikan sebagai sosok figur yang jauh lebih unggul daripada semua
tokoh-tokoh dan ketentuan keselamatan dalam Perjanjian Lama sebagaimana dapat kita
baca pada Ibrani. Mari kita membaca
sejumlah cuplikannya:
Terhadap Nabi Musa
Ibrani
3:1-6Sebab itu, hai saudara-saudara yang kudus, yang mendapat bagian dalam
panggilan sorgawi, pandanglah kepada Rasul dan Imam Besar yang kita akui, yaitu
Yesus, yang setia kepada Dia yang telah menetapkan-Nya, sebagaimana Musapun
setia dalam segenap rumah-Nya. yang setia kepada Dia yang telah menetapkan-Nya,
sebagaimana Musapun setia dalam segenap rumah-Nya. Sebab Ia dipandang layak
mendapat kemuliaan lebih besar dari pada Musa, sama seperti ahli bangunan lebih
dihormati dari pada rumah yang dibangunnya. Sebab setiap rumah dibangun oleh
seorang ahli bangunan, tetapi ahli bangunan segala sesuatu ialah Allah. Dan
Musa memang setia dalam segenap rumah Allah sebagai pelayan untuk memberi
kesaksian tentang apa yang akan diberitakan kemudian, tetapi Kristus setia
sebagai Anak yang mengepalai rumah-Nya; dan rumah-Nya ialah kita, jika kita
sampai kepada akhirnya teguh berpegang pada kepercayaan dan pengharapan yang
kita megahkan.
Terhadap Keimamatan Perjanjian
Lama
Ibrani
4:14-15 Karena kita sekarang mempunyai Imam Besar Agung, yang telah melintasi
semua langit, yaitu Yesus, Anak Allah, baiklah kita teguh berpegang pada
pengakuan iman kita. Sebab Imam Besar yang kita punya, bukanlah imam besar yang
tidak dapat turut merasakan kelemahan-kelemahan kita, sebaliknya sama dengan
kita, Ia telah dicobai, hanya tidak berbuat dosa.
Ibrani
7:11-16 Karena itu, andaikata oleh imamat Lewi telah tercapai
kesempurnaan--sebab karena imamat itu umat Israel telah menerima Taurat--apakah
sebabnya masih perlu seorang lain ditetapkan menjadi imam besar menurut
peraturan Melkisedek dan yang tentang dia tidak dikatakan menurut peraturan
Harun? Sebab Ia, yang dimaksudkan di sini, termasuk suku lain; dari suku ini
tidak ada seorangpun yang pernah melayani di mezbah. Sebab telah diketahui
semua orang, bahwa Tuhan kita berasal dari suku Yehuda dan mengenai suku itu
Musa tidak pernah mengatakan suatu apapun tentang imam-imam. Dan hal itu jauh
lebih nyata lagi, jikalau ditetapkan seorang imam lain menurut cara Melkisedek,
yang menjadi imam bukan berdasarkan
peraturan-peraturan manusia, tetapi berdasarkan hidup yang tidak dapat binasa.
Siapakah
Yesus dan apakah tujuannya adalah menjadi Imam Besar Agung bukan berdasarkan
peraturan-peraturan manusia. Lalu apakah tujuannya sebagai imam itu? Adalah
agar melalui pelayanan keimamatannya yang jauh lebih unggul daripada yang dapat
diadakan sebagaimana ketentuan Perjanjian Lama, Ia memberikan hidup yang tidak
dapat binasa. Perjanjian Lama sendiri memang menyinggung keimamatan berdasarkan
hidup yang tidak dapat binasa: TUHAN telah bersumpah, dan Ia tidak akan
menyesal: "Engkau adalah imam untuk
selama-lamanya, menurut Melkisedek." (Mazmur 110:4). Kita tahu bahwa
sebenarnya imam untuk selama-lamanya tidak dimungkinkan oleh sebab setiap
manusia pasti akan mati secara jasmaniah dan takluk kepada kuasa maut.
Yesus
Kristus sebagai imam besar memang memiliki kualifikasi yang dikehendaki Allah
sehingga memberikan pada dirinya sebuah natur keimamatan untuk selama-lamanya,
bahwa tidak akan ada yang dapat seperti dia dan tidak akan ada orang lain
disamping dirinya yang berkualifikasi demikian. Perhatikan Imam Besar Yesus
Kristus ini:
Ibrani
5:1-10 Sebab setiap imam besar, yang dipilih dari antara manusia, ditetapkan
bagi manusia dalam hubungan mereka dengan Allah, supaya ia mempersembahkan
persembahan dan korban karena dosa. Ia
harus dapat mengerti orang-orang yang jahil dan
orang-orang yang sesat, karena ia
sendiri penuh dengan kelemahan, yang mengharuskannya
untuk mempersembahkan korban karena dosa, bukan saja bagi umat, tetapi juga
bagi dirinya sendiri. Dan tidak seorangpun yang mengambil
kehormatan itu bagi dirinya sendiri, tetapi dipanggil untuk itu oleh Allah,
seperti yang telah terjadi dengan Harun. Demikian pula Kristus tidak memuliakan
diri-Nya sendiri dengan menjadi Imam Besar, tetapi dimuliakan oleh Dia yang
berfirman kepada-Nya: "Anak-Ku Engkau! Engkau telah Kuperanakkan pada hari
ini", sebagaimana firman-Nya dalam suatu nas lain: "Engkau adalah Imam untuk selama-lamanya,
menurut peraturan Melkisedek." Dalam
hidup-Nya sebagai manusia, Ia telah mempersembahkan doa
dan permohonan dengan ratap tangis dan keluhan kepada Dia, yang sanggup
menyelamatkan-Nya dari maut, dan karena kesalehan-Nya Ia telah didengarkan.
Dan
sekalipun Ia adalah Anak, Ia telah belajar menjadi taat dari apa yang telah
diderita-Nya, dan sesudah Ia mencapai
kesempurnaan-Nya, Ia menjadi pokok keselamatan
yang abadi bagi semua orang yang taat kepada-Nya, dan Ia
dipanggil menjadi Imam Besar oleh Allah, menurut peraturan Melkisedek.
Pada
dasarnya, menjadi manusia atau peristiwa natalnya Anak Allah menjadi manusia
memiliki tujuan untuk menjadi imam besar, namun jauh lebih unggul dari semua
imam yang pernah melayani berdasarkan ketentuan taurat, bahwa Sang Kristus
sebagai Imam besar juga menjadi pokok keselamatan yang abadi bagi semua orang
ytang taat kepada-Nya.
Bisakah
anda membayangkan bahwa seorang imam menjadi pokok keselamatan abadi, dan semua
umat harus taat kepada imam yang menjadi sumber keselamatannya? Bagaimana
mungkin manusia dan seorang imam menjadi sumber keselamatan bagi
manusia-manusia lainnya?
Mengapa Dunia
Membutuhkan Keimamatan Yang Menggenapi Keimamatan Perjanjian Lama?
Epistel
Ibrani menunjukan bahwa ini semua karena hukum Taurat menunjukan dua hal
sekaligus. Pertama, menunjukan bahwa
manusia tidak akan menjadi sempurna karena hukum Taurat, tetapi menunjukan
ketakbedayaan terhadap dosa dan kecemaran seperti ini bahkan untuk seorang imam besar:
Imamat
16:3-6 Beginilah caranya
Harun masuk ke dalam tempat kudus itu, yakni dengan membawa seekor lembu jantan
muda untuk korban penghapus dosa dan seekor domba jantan untuk korban bakaran. Ia
harus mengenakan kemeja lenan yang kudus dan ia harus menutupi auratnya dengan
celana lenan dan ia harus memakai ikat pinggang lenan dan berlilitkan serban
lenan; itulah pakaian kudus yang harus dikenakannya, sesudah ia membasuh
tubuhnya dengan air. Dari umat Israel ia harus mengambil dua ekor kambing
jantan untuk korban penghapus dosa dan seekor domba jantan untuk korban
bakaran. Kemudian Harun harus
mempersembahkan lembu jantan yang akan menjadi
korban penghapus dosa baginya sendiri dan dengan demikian mengadakan pendamaian baginya dan bagi
keluarganya.
Kedua:Hukum Taurat dalam ketakberdayaan
manusia terhadap belenggu dosa, memberikan harapan akan adanya seorang
Juruselamat dunia dari sorga yang akan menjadi imam besar yang memiliki
keimamatan untuk menunjukan bahwa ada harapan dalam ketakberdayaan, jika anda
mau menerima keselamatan dari Imam besar agung ini.
Anda
bisa melihat bahwa imam harus pertama-tama harus mempersembahkan KORBAN PENGHAPUS
DOSA bagi dirinya sendiri. Agar apa? Agar ia dapat mengadakan pendamaian bagi
dirinya terhadap Allah. Jika ia tidak melakukannya ia masih seteru Allah karena
keberdosaannya adalah kekejian di mata Allah. Inilah yang dimaksud dengan hukum Taurat tidak membawa manusia menjadi
sempurna dan imam besar-karenanya-dalam pelayanan keimamatannya tidak
berhubungan dengan membangun moral sebagai syarat bagi dirinya agar layak masuk
ke ruang kudus, tetapi dengan membawa kurban.
Yesus
adalah Imam yang mengatasi itu semua, ia tidak memerlukan korban penghapus dosa
bagi dirinya untuk masuk ke tempat kudus Allah sebab ia pada hakekatnya dan
pada natur keimamatannya adalah mahakudus. Jadi kalau tadi di kitab imamat ada
ketentuan: harus mempersembahkan
lembu jantan yang akan menjadi korban penghapus dosa baginya
sendiri dan dengan demikian mengadakan pendamaian
baginya. Pada Yesus, ini tidak ditemukan, namun beginilah
keimamatan dirinya:
Ibrani
9:25-26 Dan
Ia bukan masuk untuk
berulang-ulang mempersembahkan diri-Nya sendiri, sebagaimana Imam Besar setiap tahun masuk ke dalam tempat kudus dengan
darah yang bukan darahnya sendiri. Sebab jika demikian Ia harus
berulang-ulang menderita sejak dunia ini dijadikan. Tetapi sekarang Ia hanya satu kali saja menyatakan diri-Nya, pada zaman
akhir untuk menghapuskan dosa oleh korban-Nya.
Pada
kulminasinya, inilah kualifikasi keimamatan Yesus Kristus yang menunjukan Ia
secara hakekat kemanusiaanya tidak
bernoda dan tidak berdosa sama sekali. Mungkin anda membaca bahwa ia tidak
berdosa dan tidak bernoda sebagai sebuah kualifikasi yang memungkinkan untuk
dikejar manusia asal saja dia mau berjuang keras dan mati-matian mengejar Tuhan.
Jika anda berpikir demikian, anda salah, karena tidak berdosa dan tidak bernoda
adalah nilai intrinsik manusia Yesus yang tak tergugatkan di sorga walau ia
telah di bumi dan telah menjadi manusia diantara manusia berdosa. Karena itu
Surat Ibrani menuliskan kebenaran bahwa ia dapat begitu saja bahkan masuk ke
dalam tempat kudus yang bukan di bumi ini tetapi dalam sorga dihadapan hadirat
Allah mempersembahkan darah dan tubuhnya sendiri:
Ibrani
9:24-26 Sebab
Kristus bukan masuk ke dalam tempat kudus buatan tangan manusia yang hanya
merupakan gambaran saja dari yang sebenarnya, tetapi ke dalam sorga sendiri untuk menghadap hadirat Allah guna
kepentingan kita. Dan Ia bukan masuk untuk berulang-ulang mempersembahkan
diri-Nya sendiri, sebagaimana Imam Besar setiap tahun masuk ke dalam tempat
kudus dengan darah yang bukan darahnya sendiri.
Jika
ia pada dasarnya tidak berhakekat kudus sebagaimana Allah maka tak mungkin
darah dan tubuhnya dapat bertahan dihadapan Allah dan melakukan sebuah kuasa
penghapusan dosa kepada siapa tubuh dan darah itu diberlakukan sebagai kurban
penghapus dosa-satu kali dilakukan untuk selama-lamanya.
Ia
adalah imam besar yang bukan saja tak berdosa dan tak bernoda tetapi ia bisa begitu
saja masuk ke dalam sorga menghadap hadirat Allah pada perannya sebagai Imam
Besar penggenap ketentuan imamat Perjanjian Lama. Ia ke dalam sorga menghadap
hadirat Allah guna kepentingan kita, umat-Nya.
Keimamatannya
membuat Ia adalah Juruselamat yang membawa hidup yang tak dapat binasa. Dengan
kata lain, keimamatannya berdiri tegak diantara kelahiran manusia, kematian
manusia, dan kehidupan setelah kematian yang ditentukan berdasarkan penghakiman
atas semua manusia, bahwa keimamatannya dengan membawa dirinya sendiri dan
darahnya sendiri dihadapan Allah telah menanggung dosa banyak orang dengan
konsekuensi: anugerah keselamatan bagi mereka yang percaya, menantikan dan
hidup dalam relasi kudus dengannya dalam selubung keimamatan agung Yesus
Kristus:
Ibrani
9:27-28 Dan sama seperti manusia ditetapkan
untuk mati hanya satu kali saja, dan sesudah
itu dihakimi, demikian
pula Kristus hanya satu kali saja mengorbankan diri-Nya untuk menanggung dosa
banyak orang. Sesudah itu Ia akan menyatakan
diri-Nya sekali lagi tanpa menanggung dosa untuk
menganugerahkan keselamatan kepada mereka, yang menantikan Dia.
Bisakah
anda merenungkan bagaimana keimamatan Yesus berdampak pada kehidupan seorang
percaya setelah kematian dan di hadapan penghakiman? Apakah yang dilakukan imam
besar itu dihadapan Allah pada hari penghakiman? Benarkah Ia berkuasa
menahirkan manusia dari kutuk dan perbudakan dosa?
Saya
mau mencoba membantu memberikan gambaran secara aktual bagaimana Yesus saat
pelayanannya di bumi melakukan peran keimamatan berdasarkan perjanjian lama,
namun sebagai imam besar yang berkuasa
seketika itu juga menetapkan ketahiran seorang manusia yang tunduk pada
ketentuan taurat, bahwa ia yang
ditahirkan harus menghadap para imam untuk dihakimi apakah benar sudah tahir
ataukah belum tahir dari segala rupa kecemaran dosa yang mendatangkan kutuk
atau penghukuman dalam berbagai rupanya:
Matius
8:2-4 Maka
datanglah seorang yang sakit kusta kepada-Nya, lalu sujud menyembah Dia dan
berkata: "Tuan, jika Tuan mau, Tuan
dapat mentahirkan aku." Lalu Yesus
mengulurkan tangan-Nya, menjamah orang itu dan berkata: "Aku mau, jadilah engkau tahir." Seketika itu juga tahirlah orang itu dari
pada kustanya. Lalu Yesus berkata kepadanya: "Ingatlah, jangan engkau
memberitahukan hal ini kepada siapapun, tetapi pergilah, perlihatkanlah
dirimu kepada imam dan persembahkanlah persembahan yang diperintahkan
Musa, sebagai
bukti bagi mereka."
Imam Besar
Yang Pasti Didengar Karena Kesalehannya
Sementara
sebelumnya Yesus adalah Imam Besar yang
tak perlu menguduskan dirinya terlebih dahulu dengan mempersembahkan KURBAN
PENGHAPUS DOSA bagi dirinya sendiri, SECARA BERULANG-ULANG dalam ia melakukan
keimamatannya, maka inilah satu-satunya imam besar yang kesalehannya dibicarakan dan ditautkan dengan doanya pasti didengar:
Ibrani
5:7 Dalam hidup-Nya sebagai manusia, Ia
telah mempersembahkan doa dan permohonan dengan ratap tangis dan keluhan
kepada Dia, yang sanggup menyelamatkan-Nya dari maut, dan karena kesalehan-Nya Ia telah didengarkan.
Kesalehan
di sini harus dikaitkan dengan fakta: bahwa ia tidak seperti imam besar lainnya sebagaimana di Perjanjian Lama,:
▬bahwa
imam besar Yesus Kristus tidak berulang-ulang melakukan penghapusan dosa bagi
umat Allah
▬bahwa
imam besar Yesus Kristus tidak perlu mentahirkan dirinya terlebih dahulu,
karena ia mahakudus sebagai manusia dihadapan Allah
▬bahwa
imam besar Yesus Kristus tidak membawa kurban
hewan tetapi tubuhnya sendiri dan darahnya sendiri yang berkuasa
MENGHAPUS DOSA UMATNYA
Jadi
konteks karena kesalehan-Nya Ia telah
didengarkan adalah konteks layanan keimamatannya sebagai imam besar tak
bernoda sama sekali, bahkan “karena
keselahannya Ia telah didengarkan” harus mencakup ia masuk ke dalam tempat
kudus di sorga membawa tubuh dan darahnya sendiri sebagai kurban penghapus
dosa, bagi kepentingan saya dan anda sebagai umat-Nya. Jangan
pernah diartikan Yesus berjuang keras menjadi saleh dan kudus sehingga membuat
hati Bapa senang, sehingga anda menjadikannya teladan untuk menjadi Corpus Delicti
atau bukti-bukti kejahatan iblis, sebab hingga sekarang Allah masih tak mampu
membuktikan iblis bersalah secara adil dan benar. Jika yang belakangan ini, anda yakini, maka selamat natal
hitam bagi anda semua.
Natal
dan Yesus Kristus apakah yang anda kenangkan dan imani, apakah Yesus saudara
Lucifer (Satan), Yesus adalah Malaikat, atau Yesus Sang Juruselamat dan Imam
Besar yang menjadi pokok keselamatan bagimu? Itu pilihan anda.
Tetapi
terus-terang saja, menjadi sulit untuk berkata: Selamat Natal, Telah Lahir
Juruselamat bagimu, karena anda hanya memahaminya sejauh teladan corpus
delicti.
Setelah pada zaman dahulu Allah berulang kali dan dalam pelbagai cara
berbicara kepada nenek moyang kita dengan perantaraan nabi-nabi, maka pada zaman akhir ini Ia telah berbicara kepada
kita dengan perantaraan Anak-Nya, yang telah Ia tetapkan sebagai yang berhak
menerima segala yang ada. Oleh Dia Allah telah menjadikan alam semesta. Ia
adalah cahaya kemuliaan Allah dan gambar wujud Allah dan menopang segala yang
ada dengan firman-Nya yang penuh kekuasaan. Dan setelah Ia selesai mengadakan
penyucian dosa, Ia duduk di sebelah kanan Yang Mahabesar, di tempat yang
tinggi,-Ibrani 1:1-3
Solus
Christus
Soli
Deo Gloria
Referensi bagi artikel diatas:
-HEBREW,
The International Bibel Society:
-The
Epistle To The Hebrews
-An
Exposition of Hebrews:
-Tinjauan Corpus Delicti :
https://anchoroflife.blogspot.com/search/label/Tinjauan%20Pengajaran%20TIGA
https://anchoroflife.blogspot.com/search/label/Tinjauan%20Pengajaran%20TIGA
No comments:
Post a Comment