F O K U S

Nabi Daud Tentang Siapakah Kristus

Ia Adalah Seorang Nabi Dan Ia Telah   Melihat Ke Depan Dan Telah Berbicara Tentang Kebangkitan Mesias Oleh: Blogger Martin Simamora ...

0 Menyambut Natal 2018



Oleh: Martin Simamora

Mengenal Sang Juruselamat Sebagai Imam Besar Yang Dijanjikan Perjanjian Lama
“Yesus Kristus Imam Besar Agung Yang Pasti Didengar & Menjadi Pokok Keselamatan Bagi Mereka yang Percaya Kepada-Nya”


Siapakah Yesus Kristus & Apakah Tujuannya Datang Kedalam Dunia
Yesus Kristus, pertama-tama, telah diintroduksikan sebagai sosok figur yang jauh lebih unggul daripada semua tokoh-tokoh dan ketentuan keselamatan dalam Perjanjian Lama sebagaimana dapat kita baca pada Ibrani. Mari kita membaca sejumlah cuplikannya:

Terhadap Nabi Musa
Ibrani 3:1-6Sebab itu, hai saudara-saudara yang kudus, yang mendapat bagian dalam panggilan sorgawi, pandanglah kepada Rasul dan Imam Besar yang kita akui, yaitu Yesus, yang setia kepada Dia yang telah menetapkan-Nya, sebagaimana Musapun setia dalam segenap rumah-Nya. yang setia kepada Dia yang telah menetapkan-Nya, sebagaimana Musapun setia dalam segenap rumah-Nya. Sebab Ia dipandang layak mendapat kemuliaan lebih besar dari pada Musa, sama seperti ahli bangunan lebih dihormati dari pada rumah yang dibangunnya. Sebab setiap rumah dibangun oleh seorang ahli bangunan, tetapi ahli bangunan segala sesuatu ialah Allah. Dan Musa memang setia dalam segenap rumah Allah sebagai pelayan untuk memberi kesaksian tentang apa yang akan diberitakan kemudian, tetapi Kristus setia sebagai Anak yang mengepalai rumah-Nya; dan rumah-Nya ialah kita, jika kita sampai kepada akhirnya teguh berpegang pada kepercayaan dan pengharapan yang kita megahkan.



Terhadap Keimamatan Perjanjian Lama
Ibrani 4:14-15 Karena kita sekarang mempunyai Imam Besar Agung, yang telah melintasi semua langit, yaitu Yesus, Anak Allah, baiklah kita teguh berpegang pada pengakuan iman kita. Sebab Imam Besar yang kita punya, bukanlah imam besar yang tidak dapat turut merasakan kelemahan-kelemahan kita, sebaliknya sama dengan kita, Ia telah dicobai, hanya tidak berbuat dosa.


Ibrani 7:11-16 Karena itu, andaikata oleh imamat Lewi telah tercapai kesempurnaan--sebab karena imamat itu umat Israel telah menerima Taurat--apakah sebabnya masih perlu seorang lain ditetapkan menjadi imam besar menurut peraturan Melkisedek dan yang tentang dia tidak dikatakan menurut peraturan Harun? Sebab Ia, yang dimaksudkan di sini, termasuk suku lain; dari suku ini tidak ada seorangpun yang pernah melayani di mezbah. Sebab telah diketahui semua orang, bahwa Tuhan kita berasal dari suku Yehuda dan mengenai suku itu Musa tidak pernah mengatakan suatu apapun tentang imam-imam. Dan hal itu jauh lebih nyata lagi, jikalau ditetapkan seorang imam lain menurut cara Melkisedek, yang menjadi imam bukan berdasarkan peraturan-peraturan manusia, tetapi berdasarkan hidup yang tidak dapat binasa.


Siapakah Yesus dan apakah tujuannya adalah menjadi Imam Besar Agung bukan berdasarkan peraturan-peraturan manusia. Lalu apakah tujuannya sebagai imam itu? Adalah agar melalui pelayanan keimamatannya yang jauh lebih unggul daripada yang dapat diadakan sebagaimana ketentuan Perjanjian Lama, Ia memberikan hidup yang tidak dapat binasa. Perjanjian Lama sendiri memang menyinggung keimamatan berdasarkan hidup yang tidak dapat binasa: TUHAN telah bersumpah, dan Ia tidak akan menyesal: "Engkau adalah imam untuk selama-lamanya, menurut Melkisedek." (Mazmur 110:4). Kita tahu bahwa sebenarnya imam untuk selama-lamanya tidak dimungkinkan oleh sebab setiap manusia pasti akan mati secara jasmaniah dan takluk kepada kuasa maut.


Yesus Kristus sebagai imam besar memang memiliki kualifikasi yang dikehendaki Allah sehingga memberikan pada dirinya sebuah natur keimamatan untuk selama-lamanya, bahwa tidak akan ada yang dapat seperti dia dan tidak akan ada orang lain disamping dirinya yang berkualifikasi demikian. Perhatikan Imam Besar Yesus Kristus ini:

Ibrani 5:1-10 Sebab setiap imam besar, yang dipilih dari antara manusia, ditetapkan bagi manusia dalam hubungan mereka dengan Allah, supaya ia mempersembahkan persembahan dan korban karena dosa. Ia harus dapat mengerti orang-orang yang jahil dan orang-orang yang sesat, karena ia sendiri penuh dengan kelemahan, yang mengharuskannya untuk mempersembahkan korban karena dosa, bukan saja bagi umat, tetapi juga bagi dirinya sendiri. Dan tidak seorangpun yang mengambil kehormatan itu bagi dirinya sendiri, tetapi dipanggil untuk itu oleh Allah, seperti yang telah terjadi dengan Harun. Demikian pula Kristus tidak memuliakan diri-Nya sendiri dengan menjadi Imam Besar, tetapi dimuliakan oleh Dia yang berfirman kepada-Nya: "Anak-Ku Engkau! Engkau telah Kuperanakkan pada hari ini", sebagaimana firman-Nya dalam suatu nas lain: "Engkau adalah Imam untuk selama-lamanya, menurut peraturan Melkisedek." Dalam hidup-Nya sebagai manusia, Ia telah mempersembahkan doa dan permohonan dengan ratap tangis dan keluhan kepada Dia, yang sanggup menyelamatkan-Nya dari maut, dan karena kesalehan-Nya Ia telah didengarkan. Dan sekalipun Ia adalah Anak, Ia telah belajar menjadi taat dari apa yang telah diderita-Nya, dan sesudah Ia mencapai kesempurnaan-Nya, Ia menjadi pokok keselamatan yang abadi bagi semua orang yang taat kepada-Nya, dan Ia dipanggil menjadi Imam Besar oleh Allah, menurut peraturan Melkisedek.

Pada dasarnya, menjadi manusia atau peristiwa natalnya Anak Allah menjadi manusia memiliki tujuan untuk menjadi imam besar, namun jauh lebih unggul dari semua imam yang pernah melayani berdasarkan ketentuan taurat, bahwa Sang Kristus sebagai Imam besar juga menjadi pokok keselamatan yang abadi bagi semua orang ytang taat kepada-Nya.

Bisakah anda membayangkan bahwa seorang imam menjadi pokok keselamatan abadi, dan semua umat harus taat kepada imam yang menjadi sumber keselamatannya? Bagaimana mungkin manusia dan seorang imam menjadi sumber keselamatan bagi manusia-manusia lainnya?



Mengapa Dunia Membutuhkan Keimamatan Yang Menggenapi Keimamatan Perjanjian Lama?
Epistel Ibrani menunjukan bahwa ini semua karena hukum Taurat menunjukan dua hal sekaligus. Pertama, menunjukan bahwa manusia tidak akan menjadi sempurna karena hukum Taurat, tetapi menunjukan ketakbedayaan terhadap dosa dan kecemaran seperti ini  bahkan untuk seorang imam besar:

Imamat 16:3-6 Beginilah caranya Harun masuk ke dalam tempat kudus itu, yakni dengan membawa seekor lembu jantan muda untuk korban penghapus dosa dan seekor domba jantan untuk korban bakaran. Ia harus mengenakan kemeja lenan yang kudus dan ia harus menutupi auratnya dengan celana lenan dan ia harus memakai ikat pinggang lenan dan berlilitkan serban lenan; itulah pakaian kudus yang harus dikenakannya, sesudah ia membasuh tubuhnya dengan air. Dari umat Israel ia harus mengambil dua ekor kambing jantan untuk korban penghapus dosa dan seekor domba jantan untuk korban bakaran. Kemudian Harun harus mempersembahkan lembu jantan yang akan menjadi korban penghapus dosa baginya sendiri dan dengan demikian mengadakan pendamaian baginya dan bagi keluarganya.

Kedua:Hukum Taurat dalam ketakberdayaan manusia terhadap belenggu dosa, memberikan harapan akan adanya seorang Juruselamat dunia dari sorga yang akan menjadi imam besar yang memiliki keimamatan untuk menunjukan bahwa ada harapan dalam ketakberdayaan, jika anda mau menerima keselamatan dari Imam besar agung ini.

Anda bisa melihat bahwa imam harus pertama-tama harus mempersembahkan KORBAN PENGHAPUS DOSA bagi dirinya sendiri. Agar apa? Agar ia dapat mengadakan pendamaian bagi dirinya terhadap Allah. Jika ia tidak melakukannya ia masih seteru Allah karena keberdosaannya adalah kekejian di mata Allah.  Inilah yang dimaksud dengan hukum Taurat tidak membawa manusia menjadi sempurna dan imam besar-karenanya-dalam pelayanan keimamatannya tidak berhubungan dengan membangun moral sebagai syarat bagi dirinya agar layak masuk ke ruang kudus, tetapi dengan membawa kurban.


Yesus adalah Imam yang mengatasi itu semua, ia tidak memerlukan korban penghapus dosa bagi dirinya untuk masuk ke tempat kudus Allah sebab ia pada hakekatnya dan pada natur keimamatannya adalah mahakudus. Jadi kalau tadi di kitab imamat ada ketentuan: harus mempersembahkan lembu jantan yang akan menjadi korban penghapus dosa baginya sendiri dan dengan demikian mengadakan pendamaian baginya. Pada Yesus, ini tidak ditemukan, namun beginilah keimamatan dirinya:
Ibrani 9:25-26 Dan Ia bukan masuk untuk berulang-ulang mempersembahkan diri-Nya sendiri, sebagaimana Imam Besar setiap tahun masuk ke dalam tempat kudus dengan darah yang bukan darahnya sendiri. Sebab jika demikian Ia harus berulang-ulang menderita sejak dunia ini dijadikan. Tetapi sekarang Ia hanya satu kali saja menyatakan diri-Nya, pada zaman akhir untuk menghapuskan dosa oleh korban-Nya.

Pada kulminasinya, inilah kualifikasi keimamatan Yesus Kristus yang menunjukan Ia secara hakekat kemanusiaanya tidak bernoda dan tidak berdosa sama sekali. Mungkin anda membaca bahwa ia tidak berdosa dan tidak bernoda sebagai sebuah kualifikasi yang memungkinkan untuk dikejar manusia asal saja dia mau berjuang keras dan mati-matian mengejar Tuhan. Jika anda berpikir demikian, anda salah, karena tidak berdosa dan tidak bernoda adalah nilai intrinsik manusia Yesus yang tak tergugatkan di sorga walau ia telah di bumi dan telah menjadi manusia diantara manusia berdosa. Karena itu Surat Ibrani menuliskan kebenaran bahwa ia dapat begitu saja bahkan masuk ke dalam tempat kudus yang bukan di bumi ini tetapi dalam sorga dihadapan hadirat Allah mempersembahkan darah dan tubuhnya sendiri:

Ibrani 9:24-26 Sebab Kristus bukan masuk ke dalam tempat kudus buatan tangan manusia yang hanya merupakan gambaran saja dari yang sebenarnya, tetapi ke dalam sorga sendiri untuk menghadap hadirat Allah guna kepentingan kita. Dan Ia bukan masuk untuk berulang-ulang mempersembahkan diri-Nya sendiri, sebagaimana Imam Besar setiap tahun masuk ke dalam tempat kudus dengan darah yang bukan darahnya sendiri.

Jika ia pada dasarnya tidak berhakekat kudus sebagaimana Allah maka tak mungkin darah dan tubuhnya dapat bertahan dihadapan Allah dan melakukan sebuah kuasa penghapusan dosa kepada siapa tubuh dan darah itu diberlakukan sebagai kurban penghapus dosa-satu kali dilakukan untuk selama-lamanya.

Ia adalah imam besar yang bukan saja tak berdosa dan tak bernoda tetapi ia bisa begitu saja masuk ke dalam sorga menghadap hadirat Allah pada perannya sebagai Imam Besar penggenap ketentuan imamat Perjanjian Lama. Ia ke dalam sorga menghadap hadirat Allah guna kepentingan kita, umat-Nya.

Keimamatannya membuat Ia adalah Juruselamat yang membawa hidup yang tak dapat binasa. Dengan kata lain, keimamatannya berdiri tegak diantara kelahiran manusia, kematian manusia, dan kehidupan setelah kematian yang ditentukan berdasarkan penghakiman atas semua manusia, bahwa keimamatannya dengan membawa dirinya sendiri dan darahnya sendiri dihadapan Allah telah menanggung dosa banyak orang dengan konsekuensi: anugerah keselamatan bagi mereka yang percaya, menantikan dan hidup dalam relasi kudus dengannya dalam selubung keimamatan agung Yesus Kristus:

Ibrani 9:27-28 Dan sama seperti manusia ditetapkan untuk mati hanya satu kali saja, dan sesudah itu dihakimi, demikian pula Kristus hanya satu kali saja mengorbankan diri-Nya untuk menanggung dosa banyak orang. Sesudah itu Ia akan menyatakan diri-Nya sekali lagi tanpa menanggung dosa untuk menganugerahkan keselamatan kepada mereka, yang menantikan Dia.

Bisakah anda merenungkan bagaimana keimamatan Yesus berdampak pada kehidupan seorang percaya setelah kematian dan di hadapan penghakiman? Apakah yang dilakukan imam besar itu dihadapan Allah pada hari penghakiman? Benarkah Ia berkuasa menahirkan manusia dari kutuk dan perbudakan dosa?

Saya mau mencoba membantu memberikan gambaran secara aktual bagaimana Yesus saat pelayanannya di bumi melakukan peran keimamatan berdasarkan perjanjian lama, namun sebagai imam besar  yang berkuasa seketika itu juga menetapkan ketahiran seorang manusia yang tunduk pada ketentuan taurat, bahwa  ia yang ditahirkan harus menghadap para imam untuk dihakimi apakah benar sudah tahir ataukah belum tahir dari segala rupa kecemaran dosa yang mendatangkan kutuk atau penghukuman dalam berbagai rupanya:

Matius 8:2-4 Maka datanglah seorang yang sakit kusta kepada-Nya, lalu sujud menyembah Dia dan berkata: "Tuan, jika Tuan mau, Tuan dapat mentahirkan aku." Lalu Yesus mengulurkan tangan-Nya, menjamah orang itu dan berkata: "Aku mau, jadilah engkau tahir." Seketika itu juga tahirlah orang itu dari pada kustanya. Lalu Yesus berkata kepadanya: "Ingatlah, jangan engkau memberitahukan hal ini kepada siapapun, tetapi pergilah, perlihatkanlah dirimu kepada imam dan persembahkanlah persembahan yang diperintahkan Musa, sebagai bukti bagi mereka."
 

Imam Besar Yang Pasti Didengar Karena Kesalehannya
Sementara sebelumnya  Yesus adalah Imam Besar yang tak perlu menguduskan dirinya terlebih dahulu dengan mempersembahkan KURBAN PENGHAPUS DOSA bagi dirinya sendiri, SECARA BERULANG-ULANG dalam ia melakukan keimamatannya, maka inilah satu-satunya imam besar yang kesalehannya dibicarakan dan ditautkan dengan doanya pasti didengar:
Ibrani 5:7 Dalam hidup-Nya sebagai manusia, Ia telah mempersembahkan doa dan permohonan dengan ratap tangis dan keluhan kepada Dia, yang sanggup menyelamatkan-Nya dari maut, dan karena kesalehan-Nya Ia telah didengarkan.


Kesalehan di sini harus dikaitkan dengan fakta: bahwa ia tidak seperti imam besar lainnya sebagaimana di Perjanjian Lama,:
▬bahwa imam besar Yesus Kristus tidak berulang-ulang melakukan penghapusan dosa bagi umat Allah
▬bahwa imam besar Yesus Kristus tidak perlu mentahirkan dirinya terlebih dahulu, karena ia mahakudus sebagai manusia dihadapan Allah
▬bahwa imam besar Yesus Kristus tidak membawa kurban  hewan tetapi tubuhnya sendiri dan darahnya sendiri yang berkuasa MENGHAPUS DOSA UMATNYA


Jadi konteks karena kesalehan-Nya Ia telah didengarkan adalah konteks layanan keimamatannya sebagai imam besar tak bernoda sama sekali, bahkan “karena keselahannya Ia telah didengarkan” harus mencakup ia masuk ke dalam tempat kudus di sorga membawa tubuh dan darahnya sendiri sebagai kurban penghapus dosa, bagi kepentingan saya dan anda sebagai umat-Nya.  Jangan pernah diartikan Yesus berjuang keras menjadi saleh dan kudus sehingga membuat hati Bapa senang, sehingga anda menjadikannya teladan untuk menjadi Corpus Delicti atau bukti-bukti kejahatan iblis, sebab hingga sekarang Allah masih tak mampu membuktikan iblis bersalah secara adil dan benar. Jika  yang belakangan ini, anda yakini, maka selamat natal hitam bagi anda semua.

Natal dan Yesus Kristus apakah yang anda kenangkan dan imani, apakah Yesus saudara Lucifer (Satan), Yesus adalah Malaikat, atau Yesus Sang Juruselamat dan Imam Besar yang menjadi pokok keselamatan bagimu? Itu pilihan anda.


Tetapi terus-terang saja, menjadi sulit untuk berkata: Selamat Natal, Telah Lahir Juruselamat bagimu, karena anda hanya memahaminya sejauh teladan corpus delicti.


Setelah pada zaman dahulu Allah berulang kali dan dalam pelbagai cara berbicara kepada nenek moyang kita dengan perantaraan nabi-nabi, maka pada zaman akhir ini Ia telah berbicara kepada kita dengan perantaraan Anak-Nya, yang telah Ia tetapkan sebagai yang berhak menerima segala yang ada. Oleh Dia Allah telah menjadikan alam semesta. Ia adalah cahaya kemuliaan Allah dan gambar wujud Allah dan menopang segala yang ada dengan firman-Nya yang penuh kekuasaan. Dan setelah Ia selesai mengadakan penyucian dosa, Ia duduk di sebelah kanan Yang Mahabesar, di tempat yang tinggi,-Ibrani 1:1-3

Solus Christus
Soli Deo Gloria


Referensi bagi artikel diatas:
-HEBREW, The International Bibel Society:

-The Epistle To The Hebrews

-An Exposition of Hebrews:

-Tinjauan Corpus Delicti :
 https://anchoroflife.blogspot.com/search/label/Tinjauan%20Pengajaran%20TIGA


No comments:

Post a Comment

Anchor of Life Fellowship , Sebab karena kasih karunia kamu diselamatkan oleh iman; itu bukan hasil usahamu, tetapi pemberian Allah, itu bukan hasil pekerjaanmu: jangan ada orang yang memegahkan diri - Efesus 2:8-9