Oleh Martin Simamora
Yesus
Kristus:”lebih baik baginya jika sebuah batu kilangan diikatkan pada lehernya
lalu ia ditenggelamkan ke dalam laut”
Penyesat Dan
penyesatan Dalam Pandangan Yesus
Apakah
Yesus Kristus pernah mengajarkan secara khusus mengenai bahaya atau resiko yang
dipaparkan oleh penyesat beserta penyesatan ajaran dan kebenaran-Nya, sebagai
satu pokok yang mutlak diperhatikan oleh para murid-murid-Nya? Jawaban untuk
ini adalah ya. Tetapi jawaban ya ini, bukan sekedar sebuah jawaban
normatif dan datar, karena jawaban Yesus sangat
tegas dan tanpa ruang kompromi. Tidak akan anda dapatkan satu bentuk
kebersahajaan pada diri Yesus ketika menjumpai penyimpangan. Mari kita melihat terlebih dahulu melihat reaksi Yesus terhadap penyimpangan
baik dalam praktik kehidupan ibadah dan beriman serta ajaran-ajaran:
Yohanes
2:13-18Ketika hari raya Paskah orang Yahudi sudah dekat, Yesus berangkat ke
Yerusalem. Dalam Bait Suci didapati-Nya
pedagang-pedagang lembu, kambing domba dan merpati, dan penukar-penukar uang
duduk di situ. Ia membuat cambuk
dari tali lalu mengusir mereka semua dari Bait Suci dengan semua
kambing domba dan lembu mereka; uang penukar-penukar dihamburkan-Nya ke tanah
dan meja-meja mereka dibalikkan-Nya. Kepada pedagang-pedagang merpati Ia
berkata: "Ambil semuanya ini dari sini, jangan kamu membuat rumah Bapa-Ku
menjadi tempat berjualan." Maka teringatlah murid-murid-Nya, bahwa ada
tertulis: "Cinta untuk rumah-Mu menghanguskan Aku." Orang-orang
Yahudi menantang Yesus, katanya: "Tanda apakah dapat Engkau
tunjukkan kepada kami, bahwa Engkau berhak bertindak demikian?"
Teks
diatas menunjukan reaksi Yesus terhadap salah satu bentuk penyimpangan yang
kali ini tidak berkaitan secara langsung dengan doktrin atau ajaran, tetapi praktik-praktik
kehidupan beribadah (rohani) yang dihidupi oleh para pemimpin dan jemaat Tuhan. Sangat tegas dan tanpa ruang kompromi, bahkan
ini adalah catatan tersendiri yang menunjukan betapa kerasnya Yesus menyikapi
penyimpangan: Ia membuat cambuk dari tali lalu mengusir mereka semua. Tentunya
ini menimbulkan penentangan keras dengan mempertanyakan dasar penghakiman Yesus
atas mereka:tunjukan kepada kami, bahwa Engkau berhak bertindak demikian? Jawaban
Yesus akan menunjukan lebih dari sekedar bahwa Ia berkuasa dan berotoritas
untuk melakukannya tetapi menunjukan bahwa satu-satunya dasar penghakiman
adalah segala sesuatu yang dinyatakannya sebagai kebenaran yang akan menghakimi
atau menyelamatkan umat manusia: Jawab Yesus kepada mereka: "Rombak Bait
Allah ini, dan dalam tiga hari Aku akan mendirikannya kembali." (Yohanes
2:19).
Namun
penghakiman Yesus terhadap doktrin/ajaran dan praktik hidup kudus yang menghakimi
dirinya adalah kebenaran dan kekudusan itu sendiri secara tegas dan tanpa
kompromi. Perhatikanlah kasus-kasus berikut ini:
Markus
3:1- Kemudian Yesus masuk lagi ke rumah ibadat. Di situ ada seorang yang mati
sebelah tangannya. Mereka mengamat-amati
Yesus, kalau-kalau Ia menyembuhkan orang itu pada hari Sabat, supaya
mereka dapat mempersalahkan Dia. Kata Yesus kepada orang yang mati
sebelah tangannya itu: "Mari, berdirilah di tengah!" Kemudian
kata-Nya kepada mereka: "Manakah yang diperbolehkan pada hari Sabat,
berbuat baik atau berbuat jahat, menyelamatkan nyawa orang atau membunuh
orang?" Tetapi mereka itu diam saja. Ia
berdukacita karena kedegilan mereka dan dengan marah Ia memandang
sekeliling-Nya kepada mereka lalu Ia berkata kepada orang itu: "Ulurkanlah
tanganmu!" Dan ia mengulurkannya, maka sembuhlah tangannya itu.
Yesus
tak hanya bersedih dengan mereka yang menolak kebenaran dan menghakimi
kebenaran dirinya sebagai penyimpangan, Ia bahkan menghakimi mereka dalam
murka: dengan marah Ia memandang sekelilingnya.
Pada
kasus lainnya, Yesus bahkan menghakimi penyimpangan melalui sebuah debat yang
sangat tajam dengan para pemimpin agama di Yerusalem mengenai soal siapakah
Yesus? Apakah Yesus memiliki kuasa dari Allah untuk melakukan semua pekerjaan
ajaib dan mengatasi ketentuan hukum Taurat?
Matius
21:23-24Lalu Yesus masuk ke Bait Allah, dan ketika Ia mengajar di situ,
datanglah imam-imam kepala serta tua-tua bangsa Yahudi kepada-Nya, dan
bertanya: "Dengan kuasa manakah
Engkau melakukan hal-hal itu? Dan siapakah
yang memberikan kuasa itu kepada-Mu?" Jawab Yesus kepada mereka:
"Aku juga akan mengajukan satu
pertanyaan kepadamu dan jikalau
kamu memberi jawabnya kepada-Ku, Aku
akan mengatakan juga kepadamu dengan kuasa manakah Aku melakukan
hal-hal itu.
Karena
ajaran Yesus bukan sekedar doktrin yang disampaikan secara verbal tetapi
doktrin yang hidup bersama-sama dengan kuasa yang menghadirkan berbagai-bagai
pekerjaan-pekerjaan besar yang meneguhkan dirinya adalah dasar kebenaran bagi
setiap doktrin-doktrinnya, maka Yesus menjadi sebuah bidikan utama dalam
ajaran-ajaran para tokoh agama. Itu sebabnya tak mengherankan bahwa pondasi bagi penyimpangan ajaran atau doktrin
adalah siapakah Yesus Kristus itu sesungguhnya.
Yesus
selama pelayanannya di muka bumi ini, tidak hanya memberitakan injil atau kabar
baik yang disertai dengan tanda-tanda dan mujizat-mujizat, tetapi Ia juga mengajarkan penghakiman
terhadap penyimpangan-penyimpangan dan para tokoh agama yang melakukannya,
kepada bukan saja para murid-Nya tetapi juga kepada orang banyak. Jadi
ini adalah kecaman terbuka dan publik mengenai penyimpangan ajaran/doktrin
dan praktik-praktiknya dalam kehidupan sehari-hari. Perhatikanlah ini:
Matius
23:1,13-35 Maka berkatalah Yesus kepada
orang banyak dan kepada murid-murid-Nya, kata-Nya:…
Celakalah
kamu, hai ahli-ahli Taurat dan
orang-orang Farisi, hai kamu orang-orang munafik, karena kamu menutup
pintu-pintu Kerajaan Sorga di depan orang. Sebab kamu sendiri tidak masuk dan
kamu merintangi mereka yang berusaha untuk masuk. (Celakalah kamu, hai
ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi, hai kamu orang-orang munafik, sebab
kamu menelan rumah janda-janda sedang kamu mengelabui mata orang dengan doa
yang panjang-panjang. Sebab itu kamu pasti akan menerima hukuman yang lebih
berat.) Celakalah kamu, hai ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi,
hai kamu orang-orang munafik, sebab kamu mengarungi lautan dan menjelajah
daratan, untuk mentobatkan satu orang saja menjadi penganut agamamu dan sesudah
ia bertobat, kamu menjadikan dia orang neraka, yang dua kali lebih jahat dari
pada kamu sendiri. Celakalah kamu,
hai pemimpin-pemimpin buta, yang
berkata: Bersumpah demi Bait Suci, sumpah itu tidak sah; tetapi bersumpah demi
emas Bait Suci, sumpah itu mengikat. Hai kamu orang-orang bodoh dan orang-orang
buta, apakah yang lebih penting, emas atau Bait Suci yang menguduskan emas itu?
Bersumpah demi mezbah, sumpah itu tidak sah; tetapi bersumpah demi persembahan
yang ada di atasnya, sumpah itu mengikat. Hai kamu orang-orang buta, apakah
yang lebih penting, persembahan atau mezbah yang menguduskan persembahan itu? Karena
itu barangsiapa bersumpah demi mezbah, ia bersumpah demi mezbah dan juga demi
segala sesuatu yang terletak di atasnya. Dan barangsiapa bersumpah demi Bait
Suci, ia bersumpah demi Bait Suci dan juga demi Dia, yang diam di situ. Dan
barangsiapa bersumpah demi sorga, ia bersumpah demi takhta Allah dan juga demi
Dia, yang bersemayam di atasnya. Celakalah
kamu, hai ahli-ahli Taurat dan
orang-orang Farisi, hai kamu orang-orang munafik, sebab persepuluhan dari
selasih, adas manis dan jintan kamu bayar, tetapi yang terpenting dalam hukum
Taurat kamu abaikan, yaitu: keadilan dan belas kasihan dan kesetiaan. Yang satu
harus dilakukan dan yang lain jangan diabaikan. Hai kamu pemimpin-pemimpin buta, nyamuk kamu tapiskan dari
dalam minumanmu, tetapi unta yang di dalamnya kamu telan. Celakalah kamu, hai ahli-ahli
Taurat dan orang-orang Farisi,
hai kamu orang-orang munafik, sebab cawan dan pinggan kamu bersihkan sebelah
luarnya, tetapi sebelah dalamnya penuh rampasan dan kerakusan. Hai orang Farisi yang buta,
bersihkanlah dahulu sebelah dalam cawan itu, maka sebelah luarnya juga akan
bersih. Celakalah kamu, hai ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi,
hai kamu orang-orang munafik, sebab kamu sama seperti kuburan yang dilabur
putih, yang sebelah luarnya memang bersih tampaknya, tetapi yang sebelah
dalamnya penuh tulang belulang dan pelbagai jenis kotoran. Demikian jugalah
kamu, di sebelah luar kamu tampaknya benar di mata orang, tetapi di sebelah
dalam kamu penuh kemunafikan dan kedurjanaan. Celakalah kamu, hai ahli-ahli
Taurat dan orang-orang Farisi,
hai kamu orang-orang munafik, sebab kamu membangun makam nabi-nabi dan
memperindah tugu orang-orang saleh dan berkata: Jika kami hidup di zaman nenek
moyang kita, tentulah kami tidak ikut dengan mereka dalam pembunuhan nabi-nabi
itu. Tetapi dengan demikian kamu bersaksi terhadap diri kamu sendiri, bahwa
kamu adalah keturunan pembunuh nabi-nabi itu. Jadi, penuhilah juga takaran
nenek moyangmu! Hai kamu ular-ular,
hai kamu keturunan ular beludak!
Bagaimanakah mungkin kamu dapat meluputkan diri dari hukuman neraka? Sebab itu,
lihatlah, Aku mengutus kepadamu nabi-nabi, orang-orang bijaksana dan ahli-ahli
Taurat: separuh di antara mereka akan kamu bunuh dan kamu salibkan, yang lain
akan kamu sesah di rumah-rumah ibadatmu dan kamu aniaya dari kota ke kota, Sebab
itu, lihatlah, Aku mengutus kepadamu nabi-nabi, orang-orang bijaksana dan
ahli-ahli Taurat: separuh di antara mereka akan kamu bunuh dan kamu salibkan,
yang lain akan kamu sesah di rumah-rumah ibadatmu dan kamu aniaya dari kota ke
kota,
Penyimpangan-penyimpangan
hanya terlihat ketika Yesus
menyingkapkannya. Inilah yang membuat penyimpangan-penyimpang akan sukar
ditentukan adalah penyimpangan jika pengujinya adalah berbagai sarana atau
perangkat yang tak memiliki kekudusan dan otoritas yang datang dari Allah.
Ketika Yesus menyingkapkannya secara terbuka, barulah publik mengetahuinya, dan
jika saja Yesus tidak mengajarkan kebenaran bahwa penyimpangan-penyimpangan harus
dikecam, bagaimana mungkin kelak para murid pun melakukan penghakiman atas
penyimpangan-penyimpangan itu dinyatakan berdasarkan diri Yesus sendiri beserta
kebenarannya yang kudus dalam ajaran dan dalam segala perbuatannya. Bukankah
ini termasuk dalam pengutusan amanat agung-Nya: Yesus mendekati mereka dan
berkata: "Kepada-Ku telah diberikan segala kuasa di sorga dan di bumi. Karena
itu pergilah, jadikanlah semua bangsa murid-Ku dan baptislah mereka dalam nama
Bapa dan Anak dan Roh Kudus, dan ajarlah
mereka melakukan segala sesuatu yang
telah Kuperintahkan kepadamu. Dan ketahuilah, Aku menyertai kamu senantiasa
sampai kepada akhir zaman."- Matius 28:18-20.
Sehingga dapat dimengerti bahwa bukan saja para rasul yang melakukan pengujian sebuah ajaran atau doktrin, tetapi jemaat yang bertumbuh dewasa memiliki kemampuan yang baik untuk menguji kebenaran sebuah ajaran, tak peduli sama sekali ketika yang sedang mengajar mereka adalah seorang rasul yang sangat dihormati: Orang-orang Yahudi di kota itu lebih baik hatinya dari pada orang-orang Yahudi di Tesalonika, karena mereka menerima firman itu dengan segala kerelaan hati dan setiap hari mereka menyelidiki Kitab Suci untuk mengetahui, apakah semuanya itu benar demikian.- Kisah Para Rasul 17:11.Dengan apakah mereka mengujinya? Tentu saja dengan Kitab Suci yang tentu saja baru terdiri satu bagian pada Alkitab kita masa kini: hanya bagian Perjanjian Lama saja. Tentu saja ini tak menyiratkan sebuah keleluasaan penafsiran dan pemahaman individual atau bersifat khas jemaat lokal setempat atau untuk masa kini bersifat khas denominasi, sebab jika begitu yang terjadi maka yang mengemuka adalah jemaat dan para rasul bisa berdebat tak berkesudahan. Sebaliknya jemaat mampu menguji sebuah pengajaran dengan kitab sucinya, sebab jemaat-jemaat purba dahulu hanya akan menafsirkan Kitab Perjanjian Lama berdasarkan doktrin-doktrin yang telah diletakan oleh para rasul, karena inilah satu-satunya sumber otoritas dan kebenaran yang kudus, benar dan datang dari Allah. Perhatikan ini:
Sehingga dapat dimengerti bahwa bukan saja para rasul yang melakukan pengujian sebuah ajaran atau doktrin, tetapi jemaat yang bertumbuh dewasa memiliki kemampuan yang baik untuk menguji kebenaran sebuah ajaran, tak peduli sama sekali ketika yang sedang mengajar mereka adalah seorang rasul yang sangat dihormati: Orang-orang Yahudi di kota itu lebih baik hatinya dari pada orang-orang Yahudi di Tesalonika, karena mereka menerima firman itu dengan segala kerelaan hati dan setiap hari mereka menyelidiki Kitab Suci untuk mengetahui, apakah semuanya itu benar demikian.- Kisah Para Rasul 17:11.Dengan apakah mereka mengujinya? Tentu saja dengan Kitab Suci yang tentu saja baru terdiri satu bagian pada Alkitab kita masa kini: hanya bagian Perjanjian Lama saja. Tentu saja ini tak menyiratkan sebuah keleluasaan penafsiran dan pemahaman individual atau bersifat khas jemaat lokal setempat atau untuk masa kini bersifat khas denominasi, sebab jika begitu yang terjadi maka yang mengemuka adalah jemaat dan para rasul bisa berdebat tak berkesudahan. Sebaliknya jemaat mampu menguji sebuah pengajaran dengan kitab sucinya, sebab jemaat-jemaat purba dahulu hanya akan menafsirkan Kitab Perjanjian Lama berdasarkan doktrin-doktrin yang telah diletakan oleh para rasul, karena inilah satu-satunya sumber otoritas dan kebenaran yang kudus, benar dan datang dari Allah. Perhatikan ini:
Apa
yang telah ada sejak semula, yang telah kami dengar, yang telah kami lihat dengan mata
kami, yang telah kami saksikan
dan yang telah kami raba
dengan tangan kami tentang Firman hidup--itulah
yang kami tuliskan kepada kamu- 1 Yohanes 1:1
Perhatikan,
bahwa ini bukan sekedar soal sama atau berbeda; selaras atau menyimpang. Ini
bukan sekedar soal intelektual dan soal rasio belaka ketika segala sesuatu
harus diuji dengan Kitab Suci, sebab kitab suci itu sendiri bukan berhala
kebenaran dan bahkan bukan Bapa, Putera dan apalagi Roh Kudus. Bukan itu yang
menjadi fokusnya, tetapi di dalam kitab suci dan ajaran-ajaran yang diajarkan
oleh para rasul dalam memahami kitab suci terkandung kebenaran tentang dan
pengenalan akan Firman Hidup.
Menyampaikan kebenaran Firman hidup dan mengajarkan doktrin yang selaras
dengan para rasul akan membawa saya dan anda pada persekutuan hidup dengan
Bapa: Apa yang telah kami lihat dan yang
telah kami dengar itu, kami beritakan kepada kamu juga, supaya kamupun beroleh
persekutuan dengan kami. Dan persekutuan kami adalah persekutuan
dengan Bapa dan dengan Anak-Nya, Yesus Kristus. (1
Yohanes 1:3). Kitab suci memberitakan rencana Bapa yang didesain sepenuhnya
dalam dan melalui Anak Allah yang diutus-Nya kedalam dunia ini, agar
keselamatan dari Bapa genap dalam Yesus Kristus. Setiap doktrin Kristen harus memberitakan kemuliaan Bapa
dalam Anak yang telah menaklukan kuasa dosa dan Iblis pada salib, kematian dan
kebangkitannya. Inilah yang sedang ditunjukan dengaan ungkapan: dan persekutuan
kami adalah persekutuan dengan Bapa dan dengan Anak-Nya, Yesus Kristus. Jika
ada satu saja doktrin Kristen yang tak memiliki persekutuan dengan para rasul
tersebut, maka ini adalah dasar yang sangat kudus untuk menghakimi sebuah
pengajaran itu adalah sesat atau benar.
Memahami
ini, maka kita akan memahami pernyataan ajaran rasul Paulus yang memberikan
penekanan berdasarkan kitab suci:
1Korintus
15:1-4 Dan sekarang, saudara-saudara, aku mau mengingatkan kamu kepada Injil
yang aku beritakan kepadamu dan yang kamu terima, dan yang di dalamnya kamu
teguh berdiri. Oleh Injil itu kamu diselamatkan, asal kamu teguh berpegang
padanya, seperti yang telah kuberitakan kepadamu--kecuali kalau kamu telah
sia-sia saja menjadi percaya. Sebab yang sangat penting telah kusampaikan
kepadamu, yaitu apa yang telah kuterima sendiri, ialah bahwa Kristus telah mati
karena dosa-dosa kita, sesuai dengan Kitab
Suci, bahwa Ia telah dikuburkan, dan bahwa Ia telah dibangkitkan, pada
hari yang ketiga, sesuai dengan Kitab
Suci.
Keutamaan
Kitab suci, dalam hal ini, bukan pemberhalaan sama sekali. Kitab suci kita
bukanlah jenis kitab yang dituliskan lebih dahulu oleh tangan Allah secara
langsung dan lalu diturunkan ke bumi ini. Bahkan pada Musa, apa yang dituliskan
tangan Allah secara langsung hanya bagian tertentu yang bahkan sudah dihancurkan oleh tangan
Musa dalam kemurkaan atas kejahatan yang sedang diperagakan umat Tuhan, dan
Musa karenanya harus menuliskan kembali dengan tangannya sendiri. Keutamaan
kitab suci dasarnya adalah Yesus Kristus! Bagaimana bisa keutamaan kitab suci,
dasarnya adalah Yesus Kristus dapat kita temukan pada sabda Yesus Kristus
sendiri:
Matius
5:17-18 Janganlah kamu menyangka, bahwa Aku datang untuk meniadakan hukum
Taurat atau kitab para nabi. Aku datang bukan untuk meniadakannya, melainkan untuk menggenapinya. Karena Aku
berkata kepadamu: Sesungguhnya selama
belum lenyap langit dan bumi ini, satu iota atau satu titikpun tidak
akan ditiadakan dari hukum Taurat, sebelum semuanya terjadi.
Tetapi
atas dasar kudus apakah kitab suci merupakan keutamaan yang harus dipegang oleh
jemaat-jemaat Tuhan? Tentunya Yesus Kristus dan pengajarannya atas kitab suci
itu sendiri sebagaimana diteruskan dan diajarkan oleh para rasul dalam terang
Roh Kudus sehingga ajaran-ajaran lebih lanjut para rasul tidak akan
bertentangan dengan kebenaran-kebenaran utama yang telah diajarkan kitab suci
dan Yesus Kristus sebagai penggenap kitab suci itu sendiri, perhatikan ini:
Lukas
24:44-45 Ia berkata kepada mereka: "Inilah perkataan-Ku, yang telah
Kukatakan kepadamu ketika Aku masih bersama-sama dengan kamu, yakni bahwa harus digenapi semua yang ada tertulis
tentang Aku dalam kitab Taurat Musa dan kitab nabi-nabi dan kitab
Mazmur." Lalu Ia membuka pikiran mereka, sehingga mereka mengerti Kitab Suci.
Diluar
kebenaran Kitab suci berdasarkan kebenaran ajaran Yesus Kristus, itu adalah penyimpangan hingga
penyesatan. Jadi ketika berbicara menyimpang atau menyesatkan, camkanlah bahwa
jantung, problemnya sehingga dihakimi secara demikian, bukan karena tak sesuai dengan doktrin tertentu oleh
denominasi tertentu. Bukan itu sama sekali. Sesat dan penyesatan tak terletak
pada apakah menggunakan kitab suci atau tidak, faktanya sejak zaman Yesus,
penyimpangan pun lahir oleh para guru Kitab Suci! Satu-satunya dasar untuk
menguji sehingga dapat dinyatakan menyimpang atau sesat adalah apa yang
dikemukakan dan diajarkan oleh Yesus dan apa yang kemudian diajarkan oleh para
rasul berdasarkan setiap hal yang telah diperintahan dan diajarkan Yesus kepada para
rasul, untuk disampaikan atau diteruskan sebagai doktrin atau ajaran-ajaran
dalam terang Roh Kudus. Keutamaan kitab suci juga harus menjadi perhatian
tertinggi setiap guru Alkitab dalam gereja-gereja atau denominasi-denominasi,
karena Roh Kudus telah ditunjuk oleh Yesus Kristus sebagai Guru Agung Kitab
Suci yang hanya dapat digenapi oleh Yesus, bahwa Roh Kudus sendiri hanya akan
mengajarkan dan mengingatkan ajaran-ajaran bagi para rasul berdasarkan apa yang
telah disampaikan Yesus Kristus. Sehingga Roh Kudus tak akan mengajar
berdasarkan kehendak sendiri dan tafsiran-Nya sendiri, Roh Kudus akan seiya dan
sekata dalam kebenaran dan kekudusan firman dengaan Yesus Kristus:
Yohanes
14:13-14 Tetapi apabila Ia datang, yaitu Roh Kebenaran, Ia akan memimpin kamu
ke dalam seluruh kebenaran; sebab Ia tidak
akan berkata-kata dari diri-Nya sendiri, tetapi segala sesuatu yang didengar-Nya itulah yang akan
dikatakan-Nya dan Ia akan memberitakan kepadamu hal-hal yang akan datang. Ia
akan memuliakan Aku, sebab Ia akan
memberitakan kepadamu apa yang diterimanya dari pada-Ku.
Sehingga
keutamaan Alkitab sebagai sumber kudus dan benar untuk
memeriksa dan menguji sebuah pengajaran itu apakah lurus atau bengkok, dasarnya
memang kudus dan benar. Namun dalam hal ini tentu saja Alkitab itu sendiri
bukan bagian Tritunggal, karena dituliskan oleh manusia-manusia tertentu
pilihan-Nya. Tritunggal tetap: Bapa, Putera dan Roh Kudus.
Kitab
suci telah menjadi keutamaan sumber dan
sarana kebenaran di tangan Bapa untuk membawa manusia berjumpa dengan kasih Allah
yang begitu besar dalam Yesus Kristus yang telah menaklukan dosa dan Iblis
sehingga manusia yang percaya kepada kebenaran Yesus akan mengalami pembebasan
dari perbudakan maut selama-lamanya. Mari kita melihat keutamaan Kitab Suci
sebagai sarana keselamatan yang datang dari Allah dan Roh Kudus yang memainkan peran
pentingnya dalam mengajarkan kebenaran berdasarkan Kitab Suci, tepat sebagaimana
Yesus telah mengajarkan bahwa Ia adalah sang penggenap Kitab Suci:
Kisah
Para Rasul 8:26- Kemudian berkatalah seorang malaikat Tuhan kepada Filipus,
katanya: "Bangunlah dan berangkatlah ke sebelah selatan, menurut jalan
yang turun dari Yerusalem ke Gaza." Jalan itu jalan yang sunyi. Lalu
berangkatlah Filipus. Adalah seorang Etiopia, seorang sida-sida, pembesar dan
kepala perbendaharaan Sri Kandake, ratu negeri Etiopia, yang pergi ke Yerusalem
untuk beribadah. Sekarang orang itu sedang dalam perjalanan pulang dan duduk
dalam keretanya sambil membaca kitab nabi Yesaya. Lalu kata Roh kepada Filipus: "Pergilah ke situ dan dekatilah
kereta itu!" Filipus segera ke situ dan mendengar sida-sida itu sedang membaca kitab nabi Yesaya.
Kata Filipus: "Mengertikah tuan apa yang tuan baca itu?" Jawabnya:
"Bagaimanakah aku dapat mengerti, kalau tidak ada yang membimbing
aku?" Lalu ia meminta Filipus naik dan duduk di sampingnya. Nas yang dibacanya
itu berbunyi seperti berikut: Seperti
seekor domba Ia dibawa ke pembantaian; dan seperti anak domba yang kelu di
depan orang yang menggunting bulunya, demikianlah Ia tidak membuka mulut-Nya. Dalam
kehinaan-Nya berlangsunglah hukuman-Nya; siapakah yang akan menceriterakan
asal-usul-Nya? Sebab nyawa-Nya diambil dari bumi. Maka kata sida-sida itu
kepada Filipus: "Aku bertanya kepadamu, tentang siapakah nabi berkata
demikian? Tentang dirinya sendiri atau
tentang orang lain?" Maka mulailah Filipus berbicara dan bertolak dari
nas itu ia memberitakan Injil Yesus kepadanya.
Bagaimana
menafsirkan sehingga dapat mengajarkannya secara benar kitab nabi Yesaya
tersebut? Apakah bagian tersebut tentang diri nabi Yesaya ataukah tentang orang
lain? Bukankah ini begitu klasik dalam studi kitab suci terkait profetik? Dan
tentang siapakah itu, Filipus dalam pandu Roh Kudus mulai berbicara dan
mengajarkan berdasarkan kitab suci tersebut untuk memberitakan Injil Yesus
kepadanya. Waktu itu belum ada sama sekali perjanjian baru, nanti ratusan tahun
kemudian sejak Yesus naik ke sorga baru ada apa yang disebut perjanjian baru. Satu-satunya
yang telah ada adalah kitab suci yang penggenapannya secara total hanya akan
terjadi oleh Yesus sebagaimana Yesus telah ajarkan. Itu sebabnya segala sesuatu
harus diuji dengan Alkitab, bahkan perjanjian lama adalah bagian integral
dengan perjanjian baru, sebab perjanjian baru
merupakan Dia yang diberitakan di perjanjian lama telah datang dan telah
menggenapinya. Tanpa apresiasi semacam ini, maka pengajaran-pengajaran yang
menyimpang akan sangat mudah muncul dalam 15 menit seorang pengkhotbah berdiri
di mimbar di hadapan jemaat Tuhan.
Bukan
Bahaya Sebelah Mata
Karena
itulah penyesat dan penyesatan bukan problem sebelah mata. Yesus mengecamnya
dalam cara yang sangat keras dan tajam:
Matius
18:6-7 lebih baik baginya jika
sebuah batu kilangan diikatkan pada lehernya lalu ia ditenggelamkan ke dalam
laut Celakalah dunia
dengan segala penyesatannya: memang penyesatan harus ada, tetapi celakalah orang yang
mengadakannya.
Ini
adalah teks yang memberikan instruksi dalam menghadapi penyesat dan
penyesatan, tidak akan pernah ada semacam kondisi dimana seorang
pengikut Yesus Kristus dan apalagi jemaat harus berlambat dalam merespon, harus
bertepa selira dalam memandang pribadi penyesat beserta ajaran atau buah
pikirannya, sebaliknya Yesus memberikan sebuah instruksi yang meminta setiap
pendengar-Nya untuk bukan saja tegas
tetapi secepat-cepatnya disudahi pengaruhnya dalam jemaaat. Ekspresi yang
berbunyi lebih baik baginya jika sebuah
batu kilangan diikatkan pada lehernya lalu ditenggelamkan ke dalam laut, tidak
meminta kita mengaplikasikannya secara literal, tetapi meminta kita
untuk menyikapinyanya dengan kewaspadaan tinggi bahwa penyesat dan penyesatan
adalah sangat bahaya sehingga harus dibungkam pengaruh dan ajarannya. Bahwa memang kita diminta untuk
sangat waspada dan tidak boleh bermain-main
pada penyesat dan penyesatannya jelas terlihat dari anjuran-anjuran
berdosis sangat keras berikut ini:
Matius
18:8-9 Jika tanganmu atau kakimu menyesatkan engkau, penggallah dan
buanglah itu, karena lebih baik bagimu masuk ke dalam
hidup dengan tangan kudung atau timpang dari pada dengan utuh kedua tangan
dan kedua kakimu dicampakkan ke dalam api kekal. Dan jika matamu menyesatkan
engkau, cungkillah
dan buanglah itu, karena lebih baik bagimu masuk ke dalam hidup
dengan bermata satu dari pada dicampakkan ke dalam api neraka dengan bermata
dua.
Eksekusinya
memang berdosis tinggi sehingga sangat
tidak enak untuk dialami, namun juga bukanlah sesuatu yang barbarik, kejam. Ketika
anjuran dosis tinggi ini dieksekusi maka kehidupan jemaat pasti menjadi timpang
dan tidak utuh, tetapi ini adalah yang
terbaik untuk dilakukan: jika
matamu menyesatkan engkau, cungkillah dan buanglah itu, karena lebih baik
bagimu masuk ke dalam hidup dengan bermata satu dari pada dicampakkan ke dalam
api neraka dengan bermata dua.
Itu
harus terjadi oleh sebab bahayanya begitu mematikan dan tak ada vaksinya,
sehingga satu-satunya instruksi Yesus yang harus dilakukan adalah: memutuskan mata rantai pengaruh, menghentikan
akses terhadap diri penyesat dan ajarannya kepada jemaat agar tidak berlanjut
mencemari kebenaran firman kepada seluruh jemaat yang lemah, tak berdaya karena
belum mampu secara mandiri bisa membedakan dengan panca inderanya manakah
ajaran yang benar dan manakah ajaran yang menyimpang.
Rasul
Paulus terkait penyesat dan penyesatan, karena itu berkata begini dalam surat
penggembalaannya kepada jemaat Tuhan di
Galatia:
Galatia
1:6-9Aku heran, bahwa kamu begitu lekas berbalik dari pada Dia, yang oleh kasih
karunia Kristus telah memanggil kamu, dan mengikuti
suatu injil lain, yang sebenarnya
bukan Injil. Hanya ada orang
yang mengacaukan kamu dan yang bermaksud
untuk memutarbalikkan Injil Kristus. Tetapi sekalipun kami atau seorang malaikat dari sorga yang memberitakan
kepada kamu suatu injil yang berbeda
dengan Injil yang telah kami beritakan
kepadamu, terkutuklah
dia. Seperti yang telah kami katakan dahulu, sekarang kukatakan sekali lagi:
jikalau ada orang yang memberitakan kepadamu suatu injil, yang berbeda dengan
apa yang telah kamu terima, terkutuklah dia.
Bisakah
anda melihat otoritas yang dimiliki oleh Paulus dalam kecaman “kutuk” dalam
epistelnya ini? Ini adalah otoritas kerasulannya bersama dengan semua
rasul-rasul lainnya sebagai soko guru bagi jemaat dan ajaran. Bahkan jikapun
para rasul melakukan pengajaran injil yang lain maka terkutuk jugalah. Tak
peduli juga seberapa ilahinya seorang mendapatkan wahyu atau menerimanya dari
seorang malaikat dari sorga, maka terkutuklah ia.
Tentu
mengeluarkan kecaman semacam ini pada konteks gereja-gereja moderen yang begitu
beragam denominasinya yang bahkan ada yang mengajarkan injil yang berbeda sebagaimana maksud para rasul dengan
menuliskan surat penggembalaan yang berisikan
kebenaran universal walau bagi jemaat
Galatia saja, adalah kesukaran tersendiri menyangkut otoritas hirarkial.
Apa yang tersisa pada jemaat moderen hanyalah menguji berdasarkan kitab suci
sebagaimana jemaat di awal Kristen bertumbuh dan berkembang.
Sementara
itu, sampai aku datang bertekunlah dalam
membaca Kitab-kitab Suci, dalam membangun dan dalam mengajar. Awasilah
dirimu sendiri dan awasilah ajaranmu. Bertekunlah dalam semuanya itu, karena
dengan berbuat demikian engkau akan
menyelamatkan dirimu dan semua orang yang mendengar engkau.- 1 Korintus
4:13,16
Sehingga
jangan arogan dan mengangkat diri sendiri sebagai pemilik ajaran yang
mengoreksi ajaran Kristen selama ini yang diyakini umat Kristen secara umum adalah yang salah, padahal ia sendiri sedang menyimpang dari
ajaran para rasul yang dibangun diatas Kristus dan dalam terang Roh Kudus.
Jadi,
mari kita awasi diri kita sendiri dan awasi apa yang selama ini telah
diajarkan- jika pengajar/ pengkhotbah/ pendeta/ gembala sidang, apakah ujungnya akan menyelamatkan atau malah membinasakan orang
yang mendengarkannya sebab tak membawa pendengarnya menguduskan dan memuliakan
Tuhan Yesus sebagai Juruselamat yang telah menebusmu dari perhambaan Iblis
dengan telah menaklukan pemerintahan iblis melalui kematiannya dan
kebangkitannya, sesuai dengan kitab suci.
Soli Deo Gloria
No comments:
Post a Comment