F O K U S

Nabi Daud Tentang Siapakah Kristus

Ia Adalah Seorang Nabi Dan Ia Telah   Melihat Ke Depan Dan Telah Berbicara Tentang Kebangkitan Mesias Oleh: Blogger Martin Simamora ...

0 Seri Raja-Raja Di Bumi & Allah Di Sorga : Di Imperium Babel Allah Memperlihatkan Bahwa Ia Berdaulat Walau Kelihatannya Sebaliknya(4)

Oleh:Martin Simamora
Allah Di Sorga Turun Ke Dunia Mengatasi  Segala Kuasa Pemerintahan Dunia & Terlibat Penuh Daulat Menuliskan Sejarah

Embed from Getty Images
Daniel Diantara Kerajaan babel- Allah yang Berdaulat- Israel dan Yerusalem yang Terjajah
Bukan hal yang menyukakan bagi Daniel sebagai seorang Ibrani yang bangsawan dalam penjajahan imperium Babel sementara ia sendiri memiliki posisi yang mulia di antara para orang-orang bijaksana kerajaan tersebut. Ia sangat terkemuka di antara orang-orang Kasdim; diantara para ahli jampi dan ahli sihir. Hatinya, pikirannya, jiwanya berkecamuk melihat realita yang pahit menimpa bangsanya, sementara ia sangat memahami bahwa bangsanya telah melakukan kesalahan yang teramat besar dihadapan Allah. Berapa lama lagi, kapan dan bagaimana pemulihan itu akan terjadi? Sebagai seorang nabi yang sangat terkemuka di imperium Babel, sementara ia sendiiri begitu diberkati Allah untuk melayani para raja sehubungan maksud Allah yang begitu berdaulat atas para raja Babel yang berkuasa menjajah Yerusalem, Daniel sama sekali tak memiliki pewahyuan yang bagaimanapun mengenai  masa depan Israel: kapankah bangsa ini menerima pengampunan atas segala dosa dan pelanggaran, pemulihan? Ini sebuah kesulitan yang sangat besar karena Daniel sangat menyadari bahwa tidak ada satupun ketentuan hukum Taurat yang dapat dilakukan sehingga bangsanya menerima pengampunan dan pemulihan.  Inilah yang menjelaskan mengapa sebagai nabi, ia harus bergantung penuh pada apa yang dikemukakan oleh para nabi terdahulu. Daniel memperhatikan apa yang dikemukakan oleh para nabi terdahulu:

Daniel 9:1-6Pada tahun pertama pemerintahan Darius, anak Ahasyweros, dari keturunan orang Media, yang telah menjadi raja atas kerajaan orang Kasdim, pada tahun pertama kerajaannya itu aku, Daniel, memperhatikan dalam kumpulan Kitab jumlah tahun yang menurut firman TUHAN kepada nabi Yeremia akan berlaku atas timbunan puing Yerusalem, yakni tujuh puluh tahun. Lalu aku mengarahkan mukaku kepada Tuhan Allah untuk berdoa dan bermohon, sambil berpuasa dan mengenakan kain kabung serta abu. Maka aku memohon kepada TUHAN, Allahku, dan mengaku dosaku, demikian: "Ah Tuhan, Allah yang maha besar dan dahsyat, yang memegang Perjanjian dan kasih setia terhadap mereka yang mengasihi Engkau serta berpegang pada perintah-Mu! Kami telah berbuat dosa dan salah, kami telah berlaku fasik dan telah memberontak, kami telah menyimpang dari perintah dan peraturan-Mu, dan kami tidak taat kepada hamba-hamba-Mu, para nabi, yang telah berbicara atas nama-Mu kepada raja-raja kami, kepada pemimpin-pemimpin kami, kepada bapa-bapa kami dan kepada segenap rakyat negeri.

Daniel di sini, pada teks di atas tersebut menyatakan posisinya di hadapan Allah dan sekaligus di dalam sejarah yang sedang berlangsung dan menimpa bukan saja dirinya tetapi kerajaan Yehuda dan Yerusalem. Posisi dirinya dalam memandang dan menjelaskan realitas yang tidak dimiliki berdasarkan pewahyuan personalnya tetapi berdasarkan kumpulan kitab terutama pada apa yang telah dinyatakan oleh Allah kepada nabi Yeremia tentang sebuah peristiwa yang akan terjadi di masa yang akan datang terkait timbunan puing Yerusalem, sebuah realitas yang permulaan penggenapannya terjadi di era Daniel: aku, Daniel, memperhatikan dalam kumpulan Kitab jumlah tahun yang menurut firman TUHAN kepada nabi Yeremia akan berlaku atas timbunan puing Yerusalem`

Apakah yang telah dituliskan oleh nabi Yeremia sehingga Daniel memahami dan mengakui bahwa peristiwa memilukan yang dialami Yerusalem dalam pendudukan/penjajahan imperium Babel adalah peristiwa yang telah disabdakan sebelumnya oleh Allah untuk kelak terjadi di masa melampaui era nabi Yeremia itu sendiri? Mari kita memperhatikan catatan nabi tersebut dalam kitab  Yeremia:

▬Yeremia 25:11 Maka seluruh negeri ini akan menjadi reruntuhan dan ketandusan, dan bangsa-bangsa ini akan menjadi hamba kepada raja Babel tujuh puluh tahun lamanya.

▬Yeremia 25:12 Kemudian sesudah genap ketujuh puluh tahun itu, demikianlah firman TUHAN, maka Aku akan melakukan pembalasan kepada raja Babel dan kepada bangsa itu oleh karena kesalahan mereka, juga kepada negeri orang-orang Kasdim, dengan membuatnya menjadi tempat-tempat yang tandus untuk selama-lamanya.

Yeremia 27:5-7 Akulah yang menjadikan bumi, manusia dan hewan yang ada di atas muka bumi dengan kekuatan-Ku yang besar dan dengan lengan-Ku yang terentang, dan Aku memberikannya kepada orang yang benar di mata-Ku. Dan sekarang, Aku menyerahkan segala negeri ini ke dalam tangan hamba-Ku, yakni Nebukadnezar, raja Babel; juga binatang di padang telah Kuserahkan supaya tunduk kepadanya. Segala bangsa akan takluk kepadanya dan kepada anaknya dan kepada cucunya, sampai saatnya juga tiba bagi negerinya sendiri, maka banyak bangsa dan raja-raja yang besar akan menaklukkannya

Yeremia 29:10 Sebab beginilah firman TUHAN: Apabila telah genap tujuh puluh tahun bagi Babel, barulah Aku memperhatikan kamu. Aku akan menepati janji-Ku itu kepadamu dengan mengembalikan kamu ke tempat ini.

Posisi Daniel yang sedang kita pelajari saat ini, jangan pernah dipandang sebagai mekanisme bagi manusia untuk memiliki semacam rasionalitas bagi akal sehat manusia agar iman kepada satu-satunya Allah yang mahakuasa itu tetap memiliki dasar yang teguh. Bukan sama sekali. Tidak akan pernah firman semacam yang dikemukakan nabi Yeremia akan melahirkan iman yang memuliakan Allah. Sebisa-bisanya para nabi yang lain di antara bangsa Ibrani akan maju dan bernubuat bagi sebuah pemulihan yang lebih cepat, sebisa-bisanya firman yang keluar dari mulut nabi Yeremia-nabi yang diacu oleh Daniel- tidak boleh menjadi ya dan amin. Bagaimana mungkin? Karena itulah terkait Situasi yang menimpa Yerusalem dan ketetapan Allah bagi masa kelam Ibrani sebagaimana Yeremia 25:11-12, ada dikeluarkan sebuah peringatan keras oleh Allah sendiri kepada nabi Yeremia untuk diperhatikan oleh segenap bangsa Ibrani:

Yeremia 29:8-9 Sungguh, beginilah firman TUHAN semesta alam, Allah Israel: Janganlah kamu diperdayakan oleh nabi-nabimu yang ada di tengah-tengahmu dan oleh juru-juru tenungmu, dan janganlah kamu dengarkan mimpi-mimpi yang mereka mimpikan! Sebab mereka bernubuat palsu kepadamu demi nama-Ku. Aku tidak mengutus mereka, demikianlah firman TUHAN.

Jadi sangat mungkin ada lebih dari satu nabi di antara bangsa Ibrani/Israel namun hanya ada satu yang diutus oleh Allah untuk  bersabda mengenai Israel dalam penundukan imperium Babel. Tentu saja nabi Yeremia di hadapan nabi-nabi lain akan dinilai sebagai nabi yang bernubuat keburukan bagi Israel, tetapi Allah menegaskan bahwa selain daripada yang telah dikemukakannya, jika ada nabi yang berkata lain maka mereka adalah nabi-nabi yang bernubuat palsu demi nama-Nya! Ini harus menjadi perhatian siapapun, dan Daniel sangat memperhatikannya. 

Inilah yang menjelaskan perilaku Daniel yang tak memohon apapun selain sebuah penundukan total kepada Allah yang berdaulat dan kepada imperium Babel yang berdaulat. Ia tidak memiliki pilihan selain mentaati-Nya. Sehingga inilah kemudian yang dikemukakan Daniel dalam ratapannya kepada Allah:

▬Daniel 9:3-10 Lalu aku mengarahkan mukaku kepada Tuhan Allah untuk berdoa dan bermohon, sambil berpuasa dan mengenakan kain kabung serta abu. Maka aku memohon kepada TUHAN, Allahku, dan mengaku dosaku, demikian: "Ah Tuhan, Allah yang maha besar dan dahsyat, yang memegang Perjanjian dan kasih setia terhadap mereka yang mengasihi Engkau serta berpegang pada perintah-Mu! Kami telah berbuat dosa dan salah, kami telah berlaku fasik dan telah memberontak, kami telah menyimpang dari perintah dan peraturan-Mu, dan kami tidak taat kepada hamba-hamba-Mu, para nabi, yang telah berbicara atas nama-Mu kepada raja-raja kami, kepada pemimpin-pemimpin kami, kepada bapa-bapa kami dan kepada segenap rakyat negeri. Ya Tuhan, Engkaulah yang benar, tetapi patutlah kami malu seperti pada hari ini, kami orang-orang Yehuda, penduduk kota Yerusalem dan segenap orang Israel, mereka yang dekat dan mereka yang jauh, di segala negeri kemana Engkau telah membuang mereka oleh karena mereka berlaku murtad terhadap Engkau. ) Ya TUHAN, kami, raja-raja kami, pemimpin-pemimpin kami dan bapa-bapa kami patutlah malu, sebab kami telah berbuat dosa terhadap Engkau. Pada Tuhan, Allah kami, ada kesayangan dan keampunan, walaupun kami telah memberontak terhadap Dia, dan tidak mendengarkan suara TUHAN, Allah kami, yang menyuruh kami hidup menurut hukum yang telah diberikan-Nya kepada kami dengan perantaraan para nabi, hamba-hamba-Nya.

Nabi Daniel adalah nabi yang taat kepada nabi-nabi-nabi sebelumnya sebagai sebuah ketaatan kepada Allah, ketaatan kepada suara TUHAN yang disampaikan kepada para nabi, hamba-hamba-Nya. Nabi Daniel tidak akan bernubuat tanpa sebuah ketaatan kepada para nabi-nabi terdahulu sebagai sebuah ketaatan yang merefleksikan realitas berlangsungnya pemerintahan Allah di bumi sebagaimana di sorga. Seorang nabi tidak menginterupsi suara-suara para nabi terdahulu yang telah tiada karena ini bukan soal era kenabian siapakah yang sedang berlangsung. Mengapa? Sebab nabi tidak pernah berbicara mengenai kenabian dirinya tetapi suara TUHAN yang berkumandang melalui dirinya, suara yang memerintah di segala zaman dan di segala peradaban. Seorang nabi yang sejati akan hidup didalam suara Tuhan yang memerintah alam semesta ini, itu sebabnya Daniel diam dan hanya menyuarakan suara Tuhan yang sedang memerintah di eranya sebagaimana telah disampaikan oleh para nabi terdahulu:

▬Daniel 9:12 Dan telah ditetapkan-Nya firman-Nya, yang diucapkan-Nya terhadap kami dan terhadap orang-orang yang telah memerintah kami, yakni bahwa akan didatangkan-Nya kepada kami malapetaka yang besar, yang belum pernah terjadi di bawah semesta langit, seperti di Yerusalem. Seperti yang tertulis dalam kitab Taurat Musa, segala malapetaka ini telah menimpa kami, dan kami tidak memohon belas kasihan TUHAN, Allah kami, dengan berbalik dari segala kesalahan kami dan memperhatikan kebenaran yang dari pada-Mu. Sebab itu TUHAN bersiap dengan malapetaka itu dan mendatangkannya kepada kami; karena TUHAN, Allah kami, adalah adil dalam segala perbuatan yang dilakukan-Nya, tetapi kami tidak mendengarkan suara-Nya. Oleh sebab itu, ya Tuhan, Allah kami, yang telah membawa umat-Mu keluar dari tanah Mesir dengan tangan yang kuat dan memasyhurkan nama-Mu, seperti pada hari ini, kami telah berbuat dosa, kami telah berlaku fasik. Ya Tuhan, sesuai dengan belas kasihan-Mu, biarlah kiranya murka dan amarah-Mu berlalu dari Yerusalem, kota-Mu, gunung-Mu yang kudus; sebab oleh karena dosa kami dan oleh karena kesalahan nenek moyang kami maka Yerusalem dan umat-Mu telah menjadi cela bagi semua orang yang di sekeliling kami. Oleh sebab itu, dengarkanlah, ya Allah kami, doa hamba-Mu ini dan permohonannya, dan sinarilah tempat kudus-Mu yang telah musnah ini dengan wajah-Mu, demi Tuhan sendiri.

Melihat permohonan ini, jelas dimengerti, bahwa bagi Daniel sendiri memang tidak ada satupun kebaikan bagi bangsa Israel untuk dipertahankan dimuka bumi agar tetap eksis. Terlampau pekat untuk dikuduskan dan dipulihkan berdasarkan ketentuan Taurat yang pada faktanya bahkan bait Allah sendiri sebagai pusat peribadatan bangsa ini telah binasa sama sekali. Lalu apa yang menjadi teriak seru dari dalam jiwa Daniel  dihadapan Tuhan?

Daniel tidak berseru untuk keadilan bagi bangsanya. Jika ini yang terjadi maka keadilan hanya akan mendatangkan pembinasaan, sebab upah dosa adalah kutuk:

telah ditetapkan-Nya firman-Nya, yang diucapkan-Nya terhadap kami dan terhadap orang-orang yang telah memerintah kami, yakni bahwa akan didatangkan-Nya kepada kami malapetaka yang besar, yang belum pernah terjadi di bawah semesta langit, seperti di Yerusalem… Sebab itu TUHAN bersiap dengan malapetaka itu dan mendatangkannya kepada kami; karena TUHAN, Allah kami, adalah adil dalam segala perbuatan yang dilakukan-Nya

Bukan keadilan yang dimintakan Daniel dalam ratapannya tetapi belas kasih Allah yang tidak berdasarkan keadilan dan tidak berdasarkan kepatutan atau kelayakan orang-orang Israel! Terhadap bait Allah yang telah binasa, Daniel mengajukan satu permohonan yang pada pokoknya sebuah permohonan berdasarkan belas kasihan agar kiranya Allah tidak membuang muka dan kiranya masih berkenan mendengarkan seruan doa bangsa ini termasuk dirinya sendiri, agar Tuhan tidak menolak mereka sebagai bangsa kebinasaan: sinarilah tempat kudus-Mu yang telah musnah ini dengan wajah-Mu! Sebuah permohonan yang mustahil dikabulkan berdasarkan syarat-syarat pertobatan yang bagaimanapun sehingga menghasilkan satu pelayakan tertentu berdasarkan standar tertentu, yang bahkan jikapun diadakan oleh Allah standard-standard tersebut hanya akan memberikan pelayakan berdasarkan keadilan Tuhan! Jika itu dasarnya, maka pembinasaan yang didapatkan. Jadi, apakah dasar bagi Daniel terhadap permohonannya itu? Hanya satu dan itu bukan datang dari dalam diri manusia dengan perjuangan yang bagaimanapun tetapi terletak pada diri Tuhan yang mau berbelas kasih sehingga mau menyinari tempat kudus yang telah musnah itu dengan wajah-Nya.


Allah  Berdaulat di dalam sejarah Untuk Menggenapkan Maksudnya Berdasarkan dirinya sendiri: Pemulihan Bangsa Israel dan Yerusalem Hanya Berdasarkan Kasih Karunia Allah
Posisi Daniel ini menunjukan bahwa Allah ada. Bahkan bukan hanya ada dan sekedar tahu dan apalagi sekedar mengikuti saja alur sejarah yang diciptakan oleh manusia melalui para penguasa/pemerintah/ para raja yang membuat keputusan-keputusan dan merancang rencana-rencana di muka bumi. Faktanya tidak, Ia bahkan menyebut Nebukadnezar sebagai hambanya-dalam arti alat di tangan-Nya untuk melaksanakan keadilan-Nya sehingga Israel berada dalam perbudakan yang panjang dibawah penguasaan Imperium Babel. Ini menunjukan bahwa kontrol Allah melampaui apapun yang dapat kita bayangkan dan kita amini. Tidak akan ada manusia yang dapat memahaminya dan menerimanya secara utuh. Daniel, sekalipun berteriak dalam ketaatannya kepada suara Tuhan yang dikumandangkan para nabi terdahulu, agar kiranya Tuhan memberikan belas kasihan untuk melalukan penghukuman tersebut. Daniel bermaksud untuk memastikan bahwa Tuhan menggenapi masa yang telah ditetapkan-Nya bagi imperium Babel untuk menjajah Israel sebagai tangan-Nya di muka bumi ini untuk mewujudkan keadilan-Nya.

Daniel tidak dapat melawan kedaulatan Allah yang kudus dan sedang menunjukan keadilannya kepada manusia dan kepada segala bangsa; ia juga tahu sekali bahwa dihadapan Allah tidak ada sama sekali dasar pada diri manusia untuk kembali mendapatkan perkenanan Tuhan, selain berdasarkan kasih setia Tuhan yang mengikat relasi bangsa ini terhadap dengan diri-Nya sendiri. Karena itulah pemulihan  bangsa Ibrani dan Yerusalem tidak akan datang berdasarkan kebenaran dan perjuangan manusia, tetapi kasih setia Allah yang kekal:

Daniel 9:18-19 Ya Allahku, arahkanlah telinga-Mu dan dengarlah, bukalah mata-Mu dan lihatlah kebinasaan kami dan kota yang disebut dengan nama-Mu, sebab kami menyampaikan doa permohonan kami ke hadapan-Mu bukan berdasarkan jasa-jasa kami, tetapi berdasarkan kasih sayang-Mu yang berlimpah-limpah. Ya Tuhan, dengarlah! Ya, Tuhan, ampunilah! Ya Tuhan, perhatikanlah dan bertindaklah dengan tidak bertangguh, oleh karena Engkau sendiri, Allahku, sebab kota-Mu dan umat-Mu disebut dengan nama-Mu!"

Soli Deo Gloria
Catatan-Catatan
-The Seventy Weeks of Daniel 9:24-27:
-The Seventy Sevens of Daniel 9: A Timetable for The Future? : https://www.ibr-bbr.org/files/bbr/bbr21c02.pdf

-Daniel 9 It’s Chronology and Meaning:

-In Search of 70 “Weeks” of Daniel 9:

-How Early Judaism Read Daniel 9:24-27:

-Is Daniel Seventy-Weeks Prophecy Messianic? Part 1:

-Daniel and Apocalyptic Literature: In Spite of Present Appearances, God is in Control:https://www.tyndale.ca/sites/default/files/syllabi/Leung%20Lai%20-%20F13%20OLDT%200613%20Daniel%20and%20Apocalyptic%20Literature.pdf





No comments:

Post a Comment

Anchor of Life Fellowship , Sebab karena kasih karunia kamu diselamatkan oleh iman; itu bukan hasil usahamu, tetapi pemberian Allah, itu bukan hasil pekerjaanmu: jangan ada orang yang memegahkan diri - Efesus 2:8-9