Oleh: Martin Simamora
Musa
Tongkat Di Tangannya
Apakah
yang dapat kita katakan mengenai Musa? Apakah ia seorang pahlawan ataukah
seorang manusia yang gagal? Apapun jawaban anda baik jika anda menjawabnya
pahlawan ataukah menjawabnya manusia gagal, adalah jawaban yang benar. Kalau
anda mengatakan bahwa ia adalah seorang
pahlawan, ini adalah kebenaran sebab ia
boleh dikatakan sebagai seorang jenderal yang menaklukan bala tentara superpower pertama di dunia
dengan cara menghempaskannya di dasar
Laut Merah (Keluaran 14:28), tetapi bukan saja ia adalah pahlawan dalam
cara demikian, sebab Surat Ibrani memasukan Musa ke dalam daftar pahlawan iman
(Ibrani 11:23-26). Iapun adalah manusia
gagal dalam cara yang teramat tragis dan sangat menyedihkan karena dua hal
yaitu pada bagaimana atau mengapa ia gagal dan pada bagaimana atau mengapa ia
dipanggil dihadapan dan oleh Allah:
Ia Dipanggil
|
Ia Dinyatakan Gagal
|
Adapun
Musa, ia biasa menggembalakan kambing domba Yitro, mertuanya, imam di Midian.
Sekali, ketika ia menggiring kambing domba itu ke seberang padang gurun,
sampailah ia ke gunung Allah, yakni gunung Horeb. Lalu Malaikat TUHAN
menampakkan diri kepadanya di dalam nyala api yang keluar dari semak duri.
Lalu ia melihat, dan tampaklah: semak duri itu menyala, tetapi tidak dimakan
api. Musa berkata: "Baiklah aku menyimpang ke sana untuk memeriksa
penglihatan yang hebat itu. Mengapakah tidak terbakar semak duri itu?" Ketika
dilihat TUHAN, bahwa Musa menyimpang untuk memeriksanya, berserulah Allah
dari tengah-tengah semak duri itu kepadanya: "Musa, Musa!" dan ia
menjawab: "Ya, Allah." Lalu Ia berfirman: "Janganlah datang
dekat-dekat: tanggalkanlah kasutmu dari kakimu, sebab tempat, di mana engkau
berdiri itu, adalah tanah yang kudus."… Jadi sekarang, pergilah, Aku
mengutus engkau kepada Firaun untuk membawa umat-Ku, orang Israel, keluar
dari Mesir." Tetapi Musa berkata kepada Allah: "Siapakah aku ini,
maka aku yang akan menghadap Firaun dan membawa orang Israel keluar dari
Mesir?" Lalu firman-Nya: "Bukankah
Aku akan menyertai engkau?- Keluaran 3:1-12
|
"Juga
pada waktu itu aku mohon kasih karunia dari pada TUHAN, demikian: Ya, Tuhan
ALLAH, Engkau telah mulai memperlihatkan kepada hamba-Mu ini kebesaran-Mu dan
tangan-Mu yang kuat; sebab allah manakah di langit dan di bumi, yang dapat
melakukan perbuatan perkasa seperti Engkau? Biarlah aku menyeberang dan
melihat negeri yang baik yang di seberang sungai Yordan, tanah pegunungan
yang baik itu, dan gunung Libanon. Tetapi TUHAN murka terhadap aku oleh
karena kamu dan tidaklah mendengarkan permohonanku. TUHAN berfirman kepadaku:
Cukup! Jangan lagi bicarakan perkara itu dengan Aku. Naiklah ke puncak gunung
Pisga dan layangkanlah pandangmu ke barat, ke utara, ke selatan dan ke timur
dan lihatlah baik-baik, sebab sungai Yordan ini tidak akan kauseberangi. Dan
berilah perintah kepada Yosua, kuatkan dan teguhkanlah hatinya, sebab dialah
yang akan menyeberang di depan bangsa ini dan dialah yang akan memimpin
mereka sampai mereka memiliki negeri yang akan kaulihat itu.- Ulangan 3:23-28
TUHAN
berfirman kepada Musa:
"Ambillah
tongkatmu itu dan engkau dan Harun, kakakmu, harus menyuruh umat itu
berkumpul; katakanlah di depan mata mereka kepada bukit batu itu supaya
diberi airnya; demikianlah engkau mengeluarkan air dari bukit batu itu bagi
mereka dan memberi minum umat itu serta ternaknya." Lalu Musa mengambil
tongkat itu dari hadapan TUHAN, seperti yang diperintahkan-Nya kepadanya. Ketika
Musa dan Harun telah mengumpulkan jemaah itu di depan bukit batu itu, berkatalah
ia kepada mereka: "Dengarlah kepadaku, hai orang-orang durhaka, apakah
kami harus mengeluarkan air bagimu dari bukit batu ini?" Sesudah itu
Musa mengangkat tangannya, lalu memukul bukit batu itu dengan tongkatnya dua
kali, maka keluarlah banyak air, sehingga umat itu dan ternak mereka dapat
minum. Tetapi TUHAN berfirman kepada Musa dan Harun: "Karena kamu tidak
percaya kepada-Ku dan tidak menghormati kekudusan-Ku di depan mata orang
Israel, itulah sebabnya kamu tidak
akan membawa jemaah ini masuk ke negeri yang akan Kuberikan kepada mereka."-
Bilangan 20:7-12
|
Tragedi kepemimpinan
yang memilukan karena Musa hanya dapat memandang dan harus ditinggal karena tak
boleh masuk ke tempat yang dijanjikan Tuhan bagi bangsanya tersebut. Tragedi yang amat tragis karena Musa tidak
menghormati kekudusan Tuhan di hadapan bangsa Israel dalam sebuah cara yang
membawa segenap bangsa ke dalam pemberontakan dengan berkata kepada mereka: apakah kami harus mengeluarkan air
bagimu dari bukit batu ini?" Sementara bukan Musa dan Harun yang
mengeluarkan air, tetapi Allah sendiri: Ambillah
tongkatmu itu dan engkau dan Harun, kakakmu, harus menyuruh umat itu berkumpul;
katakanlah di depan mata mereka kepada bukit batu itu supaya diberi airnya;
demikianlah engkau mengeluarkan air dari bukit batu itu bagi mereka dan memberi
minum umat itu serta ternaknya. Allah sudah
berkehendak dan sudah menetapkan diri-Nya akan mengeluarkan air yang teramat
berlimpah sehingga bukan saja mencukupi manusia tetapi segenap ternak mereka. Apa
yang perlu dilakukan oleh Musa adalah cukup berkata kepada bukit batu itu untuk
mengeluarkan air, bukan menyatakan bahwa air akan keluar berdasarkan kehendak
Musa dan Harun serta sama sekali tak berkata kepada bukit batu itu, tetapi:
memukul bukit batu
itu dengan tongkatnya dua kali. Allah memang
menyuruh Musa membawa serta tongkatnya tetapi tidak menyuruh tongkatnya untuk
berbicara kepada bukit batu itu, tetapi seharusnya mulutnya sendiri. Musa telah
menyerongkan firman ganti kekuatannya! Tetapi Allah tetap menjawab Musa yang berbicara dengan
tongkatnya bukan dengan mulutnya sehingga di
padang gurun Zin tersebut Allah tetap memenuhi apa yang telah dikehendaki dan
telah ditetapkannya bahwa bangsa itu
harus minum air dari bukit batu tersebut sekalipun
dosa lahir dalam kekudusan Allah yang hadir di Zin, sebagaimana
kehendak-Nya: maka keluarlah banyak air, sehingga umat itu dan ternak mereka
dapat minum (Bilangan 20:11).
Tongkat di tangan
Musa adalah sebuah figur yang teramat berpengaruh dan berkuasa penuh sebagai
sebuah kuasa daulat Allah yang tanpa batas dan tanpa cela berdiri menekukan
kuasa daulat Sang Firaun superpower pertama di muka bumi ini, Mesir. Mari kita
memperhatikan ini:
Keluaran
7:19-20 TUHAN berfirman kepada Musa: "Katakanlah kepada Harun: Ambillah tongkatmu, ulurkanlah
tanganmu ke atas segala air orang Mesir, ke atas sungai, selokan, kolam dan ke
atas segala kumpulan air yang ada pada mereka, supaya semuanya menjadi darah,
dan akan ada darah di seluruh tanah Mesir, bahkan dalam wadah kayu dan wadah
batu." Demikianlah Musa dan Harun berbuat seperti yang difirmankan TUHAN; diangkatnya tongkat itu dan dipukulkannya
kepada air yang di sungai Nil, di depan mata Firaun dan pegawai-pegawainya,
maka seluruh air yang di sungai Nil berubah menjadi darah; matilah ikan di
sungai Nil, sehingga sungai Nil itu berbau busuk dan orang Mesir tidak dapat
meminum air dari sungai Nil; dan di seluruh tanah Mesir ada darah. Tetapi para ahli Mesir membuat yang demikian juga
dengan ilmu-ilmu mantera mereka, sehingga hati Firaun berkeras dan ia tidak
mau mendengarkan mereka keduanya seperti yang telah difirmankan TUHAN.
Apa
yang ada ditanganmu? Inilah permulaan Musa dan tongkatnya.
Apa yang biasa dalam wujud, materi dan fungsi di tangan manusia, ketika berada
dalam tujuan yang Tuhan tetapkan maka
apapun itu dan sederhana apapun itu, akan mampu menjadi tanda kehadiran Tuhan
yang berdaulat penuh bahkan di hadapan negara superpower pertama di muka bumi
ini. Perhatikan ini:
Keluaran
4:1-5 Lalu sahut Musa: "Bagaimana jika mereka tidak percaya kepadaku dan
tidak mendengarkan perkataanku, melainkan berkata: TUHAN tidak menampakkan diri
kepadamu?" TUHAN berfirman kepadanya: "Apakah yang di tanganmu itu?" Jawab Musa: "Tongkat."
Firman TUHAN: "Lemparkanlah itu ke tanah." Dan ketika dilemparkannya
ke tanah, maka tongkat itu menjadi ular, sehingga
Musa lari meninggalkannya. Tetapi firman TUHAN kepada Musa:
"Ulurkanlah tanganmu dan peganglah ekornya" --Musa mengulurkan
tangannya, ditangkapnya ular itu, lalu menjadi tongkat di tangannya --"supaya mereka percaya, bahwa TUHAN, Allah nenek moyang mereka,
Allah Abraham, Allah Ishak dan Allah Yakub telah menampakkan diri kepadamu."
Teks ini memberikan
kepada kita sebuah konteks yang mahapenting terkait pelayanan Musa baik pada
coraknya terhadap umat Tuhan dan kepada siapa yang menjadi lawannya, juga pada
natur relasi diri Musa kepada Allah Abraham, Allah Ishak dan Allah Yakub,
sebagai seorang yang tak memiliki apapun
baik kekayaan, kemuliaan dan apalagi otoritas dan kuasa. Bahkan tangannya, tangan yang kelak akan memegang tongkat dan
memperagakan berbagai kuasa daulat Allah yang pada puncaknya sanggup
membenamkan bala tentara Mesir yang
mahakuasa atas berbagai kekuatan
militer muka bumi ini.
Coba perhatikanlah
hal berikut ini: Tetapi firman TUHAN kepada Musa: "Ulurkanlah tanganmu dan peganglah ekornya" --Musa mengulurkan
tangannya, ditangkapnya ular itu, lalu menjadi tongkat di tangannya
--"supaya mereka percaya, bahwa TUHAN, Allah nenek moyang mereka, Allah
Abraham, Allah Ishak dan Allah Yakub telah menampakkan diri kepadamu."
Lagi firman TUHAN kepadanya: "Masukkanlah tanganmu ke dalam bajumu."
Dimasukkannya tangannya ke dalam bajunya, dan setelah ditariknya ke luar, maka
tangannya kena kusta, putih seperti salju. Sesudah itu
firman-Nya: "Masukkanlah tanganmu kembali ke dalam bajumu." Musa
memasukkan tangannya kembali ke dalam bajunya dan setelah ditariknya ke luar,
maka tangan itu pulih kembali seperti seluruh badannya. Jika mereka tidak percaya
kepadamu dan tidak mengindahkan tanda mujizat yang pertama, maka mereka akan
percaya kepada tanda mujizat yang kedua.- Keluaran 4:6-8.Ini,
teks Keluaran 4:6-8 adalah konsteks terpenting yang menjelaskan mengapa ketika
Musa dalam pemberontakannya kepada kekudusan Allah di gurun Zin dengan memukulkan
tongkat pada bukit batu, tetap
mengerjakan atau menggenapi apa yang harus terjadi. Itu dikarenakan tongkat
Musa telah ditetapkan Allah untuk menjadi pelayan bagi kedaulatan Allah;
tongkat tersebut adalah penghadir tanda
yang pertama dari 3 tanda yang akan menunjukan bahwa Allah telah menampakan
diri kepada Musa. Apakah tanda yang ketiga adalah apa yang harus dikerjakan
oleh tangan Musa sendiri: Dan jika mereka
tidak juga percaya kepada kedua tanda mujizat ini dan tidak mendengarkan
perkataanmu, maka engkau harus mengambil air dari sungai Nil dan harus
kaucurahkan di tanah yang kering, lalu air yang kauambil itu akan menjadi darah
di tanah yang kering itu."- Keluaran 4:19.
Tongkat itu harus
dibawa olehnya, sekali lagi adalah perintah penting yang harus ditaatinya,
bukan saja sebagai tanda atau lambang bahwa Allah menyertainya dan bahwa ia
akan menjadi nabi yang begitu limpah dengan mujizat-mujizat yang menyatakan
kemurkaan Allah sekaligus keselamatan dari Allah. Tongkatnya atau penyertaan
Allah adalah hal terpenting dalam kehidupan pelayanan Musa, itu sebabnya
sekalipun Harun akan mendampinginya, pendampingan utama bagi Musa adalah
tongkatnya sendiri: Dan bawalah tongkat ini di
tanganmu, yang harus kaupakai untuk membuat tanda-tanda mujizat."-
Keluaran 4:17-20.
Keselamatan Allah
datang bagi bangsa ini melalui tongkat Musa dalam cara yang tak terbayangkan
bagi Musa sendiri dalam tekanan dan stres hebat memimpin bangsa yang kerap
menimbulkan masalah yang tak terduga: bertengkar dengan Tuhan hingga memurkai Tuhan!
Tetapi mari kita memperhatikan sebuah episode terpenting berikut ini,
melibatkan tongkat yang telah ditetapkan Tuhan sebagai bukti bahwa Allah telah
menampakan diri kepada Musa:
Bilangan
21:4-9Setelah mereka berangkat dari gunung Hor, berjalan ke arah Laut Teberau
untuk mengelilingi tanah Edom, maka bangsa itu tidak dapat lagi menahan hati di
tengah jalan. Lalu mereka berkata-kata melawan Allah dan Musa: "Mengapa
kamu memimpin kami keluar dari Mesir? Supaya kami mati di padang gurun ini?
Sebab di sini tidak ada roti dan tidak ada air, dan akan makanan hambar ini
kami telah muak." Lalu TUHAN menyuruh ular-ular tedung ke antara bangsa
itu, yang memagut mereka, sehingga banyak dari orang Israel yang mati. Kemudian
datanglah bangsa itu mendapatkan Musa dan berkata: "Kami telah berdosa,
sebab kami berkata-kata melawan TUHAN dan engkau; berdoalah kepada TUHAN,
supaya dijauhkan-Nya ular-ular ini dari pada kami." Lalu Musa berdoa untuk
bangsa itu. Maka berfirmanlah TUHAN kepada Musa: "Buatlah ular tedung dan
taruhlah itu pada sebuah tiang; maka setiap orang yang terpagut, jika ia
melihatnya, akan tetap hidup." Lalu Musa membuat ular tembaga dan menaruhnya pada sebuah tiang; maka jika
seseorang dipagut ular, dan ia memandang kepada ular tembaga itu,
tetaplah ia hidup.
Peristiwa keselamatan
ini bersentral pada tongkat Musa-bersentral kepada apa yang telah ditetapkan
oleh Tuhan sebagai tanda kehadiran-Nya di muka bumi untuk menampakan diri
kepada Musa sebagai dimulainya keselamatan dari Allah diberlangsungkan bahkan sebelum
Musa naik ke gunung Sinai menjumpai Allah dalam sebuah panggilan yang mahakudus
dan mahamulia untuk menerima hukum-hukum:
Keluaran
19:9-10, 12-13, 18-20Berfirmanlah TUHAN kepada Musa: "Sesungguhnya Aku
akan datang kepadamu dalam awan yang tebal, dengan maksud supaya dapat didengar
oleh bangsa itu apabila Aku berbicara dengan engkau, dan juga supaya mereka
senantiasa percaya kepadamu." Lalu Musa memberitahukan perkataan bangsa
itu kepada TUHAN. Berfirmanlah TUHAN kepada Musa: "Pergilah kepada bangsa
itu; suruhlah mereka menguduskan diri pada hari ini dan besok, dan mereka harus
mencuci pakaiannya…Sebab itu haruslah engkau memasang batas bagi bangsa itu
berkeliling sambil berkata: Jagalah baik-baik, jangan kamu mendaki gunung itu
atau kena kepada kakinya, sebab siapapun yang kena kepada gunung itu, pastilah
ia dihukum mati. Tangan seorangpun tidak boleh merabanya, sebab pastilah ia
dilempari dengan batu atau dipanahi sampai mati; baik binatang baik manusia, ia
tidak akan dibiarkan hidup. Hanya apabila sangkakala berbunyi panjang, barulah
mereka boleh mendaki gunung itu."… Dan terjadilah pada
hari ketiga, pada waktu terbit fajar, ada guruh dan kilat dan awan padat di
atas gunung dan bunyi sangkakala yang sangat keras, sehingga gemetarlah seluruh
bangsa yang ada di perkemahan. Gunung Sinai ditutupi seluruhnya dengan asap,
karena TUHAN turun ke atasnya dalam api; asapnya membubung seperti asap dari
dapur, dan seluruh gunung itu gemetar sangat. Bunyi sangkakala kian lama kian
keras. Berbicaralah Musa, lalu Allah menjawabnya dalam guruh. Lalu turunlah
TUHAN ke atas gunung Sinai, ke atas puncak gunung itu, maka TUHAN memanggil
Musa ke puncak gunung itu, dan naiklah Musa ke atas.
Keselamatan yang
bersentral pada karya Allah pada tongkat Musa yang menetapkan keselamatan dari
kebinasaan melalui tanda pertama kehadiran Allah yaitu tongkat Musa, inilah
yang kemudian dikatakan oleh Yesus Kristus sendiri sebagai sebuah peristiwa
yang menunjuk pada dirinya sendiri yang akan disalibkan pada sebuah kayu yang
melalui kematiannya pada kayu salib itu akan mengalir kehidupan yang
mengalahkan maut yang membinasakan manusia. Perhatikanlah bagaimana Yesus sendiri menunjukan bahwa dirinya sendiri
adalah ular tembaga yang digantungkan pada tongkat kayu Musa-tongkat yang
telah ditetapkan Tuhan sebagai cara bagaimana Ia hadir di dunia ini untuk
menyatakan penghukuman bagi siapa yang menolak keselamatan dari-Nya dan untuk
menyatakan penghukuman bagi siapa yang menerima dan percaya kepada dia yang
disalibkan pada kayu salib untuk mengalami kuasa keselamatan yang melepaskan
mereka dari perhambaan maut seumur hidupnya:
Yohanes
3:14-15Dan sama seperti
Musa meninggikan ular di padang gurun, demikian juga Anak Manusia
harus ditinggikan, supaya setiap orang yang percaya kepada-Nya beroleh hidup
yang kekal.
Yohanes
12:23-24Tetapi Yesus menjawab mereka, kata-Nya: "Telah tiba saatnya Anak
Manusia dimuliakan. Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya jikalau biji gandum
tidak jatuh ke dalam tanah dan mati, ia tetap satu biji saja; tetapi jika ia
mati, ia akan menghasilkan banyak buah.
Yohanes
12:32-33dan Aku, apabila Aku ditinggikan dari bumi, Aku akan menarik semua
orang datang kepada-Ku." Ini dikatakan-Nya untuk
menyatakan bagaimana caranya Ia akan mati.
Kita sekarang melihat
bagaimana Musa memang adalah nabi yang secara khusus didesain oleh Allah untuk
menyatakan bahwa keselamatan hanya datang dari Allah dan percaya. Kombinasi
hanya datang dari Allah dan percaya di sini dan pada apa yang dikemukakan
Yesus, bukan hendak menyatakan sebuah keserampangan dan ketakbernilaian
ketaatan kepada Allah dalam kehidupan di dalam Tuhan. Kita melihat bahwa
ketaatan menjadi hal yang dikehendaki-Nya dan sekaligus akar problem Musa di
hadapan Allah sehingga berdasarkan ketaatan, Musa justru harus menerima
konsekuensi dosa yaitu murka Allah dalam rupa: ia tak boleh masuk ke tanah
perjanjian, hanya sampai pada perbatasan terdekat yang dapat dipandangnya
dengan mata telanjang dari ketinggian.
Tetapi bagaimana kita
memandang pahlawan dan kegagalannya yang begitu tragis ini, tak bisa masuk ke
tanah perjanjian? Apakah ini menunjukan bahwa ia telah gagal dalam makna yang
lebih menakutkan lagi dalam potret ia sendiri terbilang orang yang binasa
karena tak memandang pada ular yang digantung pada tongkat kayu itu?
Natur
Relasi Musa dengan Allah
Apakah
natur relasi Musa dengan Allah? Kita
bisa mengatakan 2 hal sekaligus: pertama relasi berdasarkan ketaatan dan relasi
Allah telah memilihnya untuk menyatakan keselamatan dari Allah bagi bangsa
pilihan Allah sekaligus menyatakan murka Allah kepada dosa baik kepada Mesir
(dunia) dan kepada Israel umatnya. Natur relasi ini memberikan sebuah
pengertian dan pengenalan akan Allah bahwa berdasarkan kasih setia Allah kepada perjanjian yang
diikatkan Allah sendiri kepada Abraham, Ishak dan Yakub sajalah, Allah
memperhitungkan Musa kedalam rancangan-Nya untuk melakukan tindakan belas kasih
dan penyelamatannya. Perhatikan hal ini:
Ulangan
3:4-6Ketika dilihat TUHAN, bahwa Musa menyimpang untuk memeriksanya, berserulah
Allah dari tengah-tengah semak duri itu kepadanya: "Musa, Musa!" dan
ia menjawab: "Ya, Allah." Lalu Ia berfirman: "Janganlah datang
dekat-dekat: tanggalkanlah kasutmu dari kakimu, sebab tempat, di mana engkau
berdiri itu, adalah tanah yang kudus." Lagi Ia berfirman:
"Akulah
Allah ayahmu, Allah Abraham, Allah Ishak dan Allah Yakub." Lalu
Musa menutupi mukanya, sebab ia takut memandang Allah.
Keluaran
4:4-5Tetapi firman TUHAN kepada Musa: "Ulurkanlah tanganmu dan peganglah
ekornya" --Musa mengulurkan tangannya, ditangkapnya ular itu, lalu menjadi
tongkat di tangannya --"supaya mereka percaya, bahwa TUHAN, Allah nenek moyang mereka, Allah
Abraham, Allah Ishak dan Allah Yakub telah menampakkan diri kepadamu."
Naturnya
tidak pernah ditemukan pada diri Musa sejak mula bahwa ia sangat kudus, lebih
baik dan lebih mulia. Ketika Allah memanggil Musa, bahkan Musa didapati tidak
memiliki kekudusan yang bagaimanapun untuk masuk kedalam persekutuan mahakudus
Allah:
Keluaran
3:5 Lalu Ia berfirman: "Janganlah
datang dekat-dekat: tanggalkanlah kasutmu dari kakimu, sebab tempat, di mana
engkau berdiri itu, adalah tanah yang
kudus."
Allah
yang memanggil dan mendekatkan diri kepada Musa bahkan harus memperingatkan
Musa agar jangan datang dekat-dekat terkait kekudusan Allah yang turun ke dunia
pada satu titik tertentu yang dikuduskan dalam pengudusan sehingga walau itu
tanah yang sama dan semak belukar yang sama pada hakekatnya, namun kini
memiliki kekudusan yang bahkan Musa harus berjarak. Inilah natur relasinya
bahwa pada dasarnya bahkan Musa tidak dapat mendekat kepada Allah karena
kekudusan Allah adalah api yang menghanguskan apapun dan siapapun yang tak
terlebih dahulu dikuduskan Allah. Ini adalah sebuah kekudusan dan pengudusan
yang tak dapat dipertahankan manusia sebab Allah sendiri pada hakekatnya tak
pernah bisa menyesuaikan kekudusannya yang menghanguskan apapun yang tak
dikuduskan-Nya agar menyusutkan kemuliaan kudus-Nya. Bahkan sekalipun bangsa
Israel dimintakan dan melakukan pengudusan diri sebagaimana Allah mintakan, tetap
saja ada sebuah restriksi batas kudus yang tak boleh dilewati apalagi
mendatangi-Nya walau sudah membangun kehidupan kudus yang ditetapkan Allah:
Keluaran
19:9-10Berfirmanlah TUHAN kepada Musa: "Sesungguhnya Aku akan datang
kepadamu dalam awan yang tebal, dengan maksud supaya dapat didengar oleh bangsa
itu apabila Aku berbicara dengan engkau, dan juga supaya mereka senantiasa
percaya kepadamu." Lalu Musa memberitahukan perkataan bangsa itu kepada
TUHAN. Berfirmanlah TUHAN kepada Musa:
"Pergilah kepada bangsa itu; suruhlah
mereka menguduskan diri pada hari ini dan besok, dan mereka harus mencuci
pakaiannya.
Perhatikanlah
bagaimana TUHAN menegakan batas suci yang memisahkan kekudusan manusia
yang tak mungkin berjumpa dengan kekudusan Allah; kekudusan manusia yang bukan berdasarkan atau tidak
dimiliki oleh naturnya tetapi berdasarkan ketaatan tak boleh mendekat selain
sejauh batas suci itu ditegakan oleh-Nya:
Keluaran
19:12-13Sebab itu haruslah engkau memasang batas bagi bangsa itu berkeliling
sambil berkata: Jagalah baik-baik, jangan
kamu mendaki gunung itu atau kena kepada
kakinya, sebab siapapun yang kena
kepada gunung itu, pastilah ia dihukum
mati. Tangan seorangpun tidak boleh merabanya, sebab pastilah ia dilempari
dengan batu atau dipanahi sampai mati; baik binatang baik manusia, ia tidak
akan dibiarkan hidup. Hanya apabila sangkakala berbunyi panjang, barulah
mereka boleh mendaki gunung itu."
Kelayakan mereka
tidak diperoleh berdasarkan nilai kebenaran diri. Satu-satunya yang memampukan
mereka untuk melewati restriksi tersebut adalah, apabila sangkakala berbunyi
panjang.
Pengudusan
mereka adalah pengudusan yang sangat ketat: Maka kata Musa kepada bangsa itu:
"Bersiaplah menjelang hari yang ketiga, dan janganlah kamu bersetubuh dengan perempuan." (Keluaran 19:15).
Ini adalah batas kudus yang sungguh ketat dan TUHAN sendiri memberikan
penekanan bahwa tidak ada satupun yang boleh melanggar batas suci tersebut atau
akan binasa oleh karena ketakberdayaan manusia untuk bertahan didalam kekudusan
Allah sebagai hakekatnya sendiri. Ini bisa dianalogikan dengan keterbatasan
manusia untuk dapat mendekati sebuah titik api besar yang memiliki panas yang
sanggup memendarkan panas yang membahayakan keselamatan manusia sekalipun
berada dalam jarak yang jauh. Perhatikan peringatan TUHAN berikut ini:
Keluaran
19:21-23Kemudian TUHAN berfirman kepada Musa: "Turunlah, peringatkanlah
kepada bangsa itu, supaya mereka jangan menembus mendapatkan TUHAN hendak
melihat-lihat; sebab tentulah banyak dari mereka akan binasa. Juga para imam
yang datang mendekat kepada TUHAN haruslah menguduskan dirinya, supaya TUHAN
jangan melanda mereka." Lalu berkatalah Musa kepada TUHAN: "Tidak
akan mungkin bangsa itu mendaki gunung Sinai ini, sebab Engkau sendiri telah
memperingatkan kepada kami, demikian: Pasanglah
batas sekeliling gunung itu dan
nyatakanlah itu kudus."
Allah
menjalin relasi dengan nenek moyang bangsa ini (yang mana ini berarti era pra
esksitensi bangsa tersebut) berdasarkan kovenan yang dilakukan berdasarkan
kehendak dan rancangannya sendiri:
Kovenan
ini menjelaskan mengapa bisa terjadi relasi antara Allah dengan Musa dan dengan
bangsa tersebut dalam sebuah cara yang meletakan Allah sebagai sumber pelayakan
bagi mereka, sebab Allah hanya memandang perjanjian-Nya saja sebagai basis
tunggal untuk mengasihi dalam kasih setia yang tak dapat dibatalkan oleh
ketaktaatan, pelanggaran dan pemberontakan sementara kekudusan Allah tak dapat
dikompromikan dan akan mendatangkan penghukuman mati bagi setiap
pelanggarannya, sebagaimana kita telah menyaksikan.
Kovenan
berdasarkan hanya kasih setia Allah saja inilah yang mampu menjelaskan sebuah
konten kasih sayang yang begitu besar bahkan dalam kekudusan Allah yang tak
dapat dikompromikan dan tak boleh dilanggar:
Keluaran
34:5-10Turunlah TUHAN dalam awan, lalu berdiri di sana dekat Musa serta
menyerukan nama TUHAN. Berjalanlah TUHAN
lewat dari depannya dan berseru: "TUHAN, TUHAN, Allah penyayang dan pengasih, panjang
sabar, berlimpah kasih-Nya dan
setia-Nya, yang meneguhkan kasih setia-Nya kepada
beribu-ribu orang, yang mengampuni kesalahan, pelanggaran dan dosa; tetapi tidaklah
sekali-kali membebaskan orang yang bersalah dari hukuman, yang
membalaskan kesalahan bapa kepada anak-anaknya dan cucunya, kepada keturunan
yang ketiga dan keempat." Segeralah Musa berlutut ke tanah, lalu sujud
menyembah serta berkata: "Jika aku telah mendapat kasih karunia di
hadapan-Mu, ya Tuhan, berjalanlah kiranya Tuhan di tengah-tengah kami;
sekalipun bangsa ini suatu bangsa yang tegar tengkuk, tetapi ampunilah
kesalahan dan dosa kami; ambillah kami menjadi milik-Mu." Firman-Nya:
"Sungguh, Aku mengadakan suatu perjanjian. Di depan seluruh bangsamu ini
akan Kulakukan perbuatan-perbuatan yang ajaib, seperti yang belum pernah
dijadikan di seluruh bumi di antara segala bangsa; seluruh bangsa, yang di
tengah-tengahnya engkau diam, akan melihat perbuatan TUHAN, sebab apa yang akan
Kulakukan dengan engkau, sungguh-sungguh dahsyat.
Bisakah
anda melihat natur relasi antara Musa dan Allah? Secara prinsip polanya:
meneguhkan kasih setianya tetapi tidaklah sekali-sekali membebaskan orang yang
bersalah dari hukuman, intinya: Allah memperhitungkan kekudusannya berdasarkan
kasih yang diteguhkannya sendiri, bukan memperhitungkan kekudusannya
berdasarkan ketaatan dan kebenaran diri dihadapan Allah yang diperjuangkan,
sebab apapun tak akan membuat seorang manusia dapat melintasi batas suci Allah.
Natur relasi semacam ini tidak merendahkan kehidupan kudus yang difirmankan dan
tidak membuat kasih karunia kehilangan kemuliaan kekudusan-Nya, sebaliknya
kasih karunia Allah senantiasa turun dengan batas suci Allah yang pada teks
diatas tadi berbunyi: tetapi tidaklah sekali-kali membebaskan
orang yang bersalah dari hukuman.
Mari
kita melihat sekali lagi natur relasi
Musa dengan Allah yang berdasarkan kasih karunia namun senantiasa
beserta dengan batas suci yang menunjukan kekudusan Allah tidak bisa dipandang
remeh sehingga oleh kasih karunia bisa memiliki hidup tanpa memiliki pengenalan
akan kekudusan Allah. Teks berikut ini menunjukannya sekali lagi, menunjukan
bahwa Musa belajar mengenal kasih karunia Allah yang membuatnya layak dan
selamat dalam kekudusan yang tak dapat didekatinya berdasarkan naturnya sebagai yang terhitung dalam perjanjian
kovenan:
Keluaran
33:17-23 Berfirmanlah TUHAN kepada Musa: "Juga hal yang telah kaukatakan
ini akan Kulakukan, karena engkau telah mendapat kasih karunia di hadapan-Ku
dan Aku mengenal engkau." Tetapi jawabnya: "Perlihatkanlah kiranya
kemuliaan-Mu kepadaku." Tetapi firman-Nya: "Aku akan melewatkan
segenap kegemilangan-Ku dari depanmu dan menyerukan nama TUHAN di depanmu: Aku akan memberi
kasih karunia kepada siapa yang Kuberi kasih karunia dan mengasihani
siapa yang Kukasihani." Lagi firman-Nya: "Engkau tidak tahan memandang wajah-Ku, sebab tidak ada orang yang memandang
Aku dapat hidup." Berfirmanlah TUHAN: "Ada suatu tempat dekat-Ku,
di mana engkau dapat berdiri di atas gunung batu; apabila kemuliaan-Ku lewat,
maka Aku akan menempatkan engkau dalam lekuk gunung itu dan Aku akan menudungi
engkau dengan tangan-Ku, sampai Aku berjalan lewat. Kemudian Aku akan menarik
tangan-Ku dan engkau akan melihat belakang-Ku, tetapi wajah-Ku tidak akan
kelihatan."
Dapatkah
anda menemukan semacam batas suci yang ditegakan Allah? Menurut anda, apakah
dasar pemberian kasih karunia bagi Musa, apakah karena apapun yang dapat
terdapat pada dirinya untuk memberikan keminimalan yang layak? Jawabnya sama
sekali tidak! Pertama, Allah berkata bahwa Ia memberi kasih karunia kepada
siapa yang diberikan-Nya. Maksudnya Allah hanya melihat pada diri-Nya, apakah
Ia mau mengasihi dan mengaruniakannya atau tidak? Pada Musa Allah sama sekali
tak melihat satu potensi pada dirinya untuk memiliki kelayakan berdasarkan
perjuangan dirinya. Allah bahkan menyatakan hal yang lebih luas dan global: tidak ada orang yang memandang Aku dapat
hidup. Karena itulah Allah melakukan sesuatu agar manusia dapat memiliki
hidup sementara sebetulnya tak layak untuk itu. Pada Musa, inilah yang dilakukan
Allah: Berfirmanlah TUHAN: "Ada suatu
tempat dekat-Ku, di mana engkau dapat berdiri di atas gunung batu; apabila
kemuliaan-Ku lewat, maka Aku akan
menempatkan engkau dalam lekuk gunung itu dan Aku akan menudungi engkau dengan tangan-Ku, sampai Aku berjalan
lewat. Kemudian Aku akan menarik tangan-Ku dan engkau akan melihat belakang-Ku, tetapi wajah-Ku tidak akan
kelihatan.” Bisakah anda menemukan wujud kasih karunia Allah? Setidaknya ini:
Aku akan menempatkan engkau dan Aku akan menudungi engkau dengan tangan-Ku,
inilah yang membuat kasih karunia yang beserta dengan kekudusan memberikan
hidup dan persekutuan dengan Allah dalam
kekudusan dan kasih karunia, bukan keadilan. Jika keadilan, maka tidak
mungkin Musa berjumpa dengan Allah.
Pahlawan
yang Gagal Masuk Kedalam Tanah Perjanjian Namun Tidak Binasa
Jadi bagaimana penjelasan untuk Musa
dalam menakar kegagalan kepemimpinannya dan kegagalan ketaatannya? Apakah ia
karena ketidaktaatannya menjadi binasa? Ketidaktaatan dan pemberontakan dalam
kekudusan Tuhan adalah perkara yang fatal dan mendatangkan maut, kita bisa
lihat pada kasus ular tembaga pada tongkat Musa yang menjadi jalan keselamatan
dari kebinasaan akibat pagutan ular. Musa sejak awal memiliki perjumpaan dengan
Allah berdasarkan kovenan Allah kepada nenek moyangnya dan nenek moyang bangsanya.
Itu sebabnya pada Musa berlaku: tidak sekali-sekali Allah membebaskan orang
yang bersalah dari hukuman, namun itu tak membuat kasih karunia Allah lenyap
karena Allah sendiri sudah berkata bahwa Musa mendapatkan kasih karunia
berdasarkan diri Allah sendiri yang mau memberikan kepada siapa yang Ia mau
berikan.
Ini yang menjelaskan mengapa Musa
walau gagal masuk kedalam tanah perjanjian dapat bertatap muka dengan Yesus
Kristus dalam sebuah kemuliaan yang gilang gemilang, hal yang mustahil
didapatkannya ketika janji Mesias itu digenapi setelahnya. Perhatikanlah hal
berikut ini:
Matius 17:1-3 Enam hari kemudian
Yesus membawa Petrus, Yakobus dan Yohanes saudaranya, dan bersama-sama dengan
mereka Ia naik ke sebuah gunung yang tinggi. Di situ mereka sendiri saja. Lalu
Yesus berubah rupa di depan mata mereka; wajah-Nya bercahaya seperti matahari
dan pakaian-Nya menjadi putih bersinar seperti terang. Maka nampak kepada mereka Musa dan Elia sedang
berbicara dengan Dia.
Apakah dasar bagi Musa yang gagal
masuk kedalam tanah perjanjian karena pemberontakan yang mendatangkan murka
Allah sehingga harus ditinggalkan di luar tanah perjanjian, tetapi kini berada
bersama Yesus dalam kemuliaan dan kekudusan yang gilang gemilang, bersama Elia?
Jawabannya hanya satu: ketidaktaatan Musa tidak dapat membatalkan kasih karunia
Allah baginya sementara dalam hal itu pelanggaran kekudusan Allah tetap
mendatang penghukuman atau tidak membuat Allah sekali-sekali tidak memberikan
hukuman.
Soli Deo Gloria
No comments:
Post a Comment