Oleh: Martin Simamora
Benarkah
Karena Tidak Menolak Injil Hingga Ke Tingkat Penghinaan Maka Ada Kebenaran Lain Di Luar Kristus (5.E)
Apakah tujuan hidup
umat Tuhan atau lebih spesifik lagi, apakah ada semacam perbedaan tujuan atau orientasi hidup
antara umat Tuhan di era perjanjian lama dibandingkan dengan perjanjian baru?
Menjawabnya memang akan menunjukan apakah yang menjadi orientasi kehidupan mereka di masing-masing era itu, tetapi
apa yang jauh lebih penting harus dipahami, atas keduanya, Allahlah yang menentukan apa
yang harus menjadi tujuan atau kehidupan masing-masing mereka berdasarkan
maksud-Nya dan dalam cara-Nya saja. Saya
akan tunjukan nanti, apakah yang dimaksudkan “Allahlah yang menentukan apa yang
harus menjadi tujuan atau kehidupan masing-masing,” bahwa itu bukan sama sekali
dengan tujuan pemaksaan atau sebuah pelenyapan pemberontakan, sebaliknya di
tengah-tengah pemberontakan terkeras itulah, eksekusi penentuan apa yang harus
menjadi tujuan-Nya,justru, berlangsung sempurna di dalam kekudusan-Nya,keadilan-Nya
dan kasih setia-Nya.
Mari memulainya
dengan: bagaimana Allah menetapkan tujuan hidup umat-Nya
pada era perjanjian lama:
▬▬Imamat 26:40-46 Tetapi bila mereka
mengakui kesalahan mereka dan kesalahan nenek moyang mereka dalam
hal berubah
setia yang dilakukan mereka terhadap Aku dan mengakui juga bahwa
hidup mereka bertentangan dengan Daku --Akupun bertindak melawan mereka dan membawa mereka ke
negeri musuh mereka--atau bila kemudian hati mereka yang tidak
bersunat itu telah tunduk dan mereka telah membayar pulih kesalahan mereka, maka
Aku akan
mengingat perjanjian-Ku dengan Yakub;
juga perjanjian dengan Ishak
dan perjanjian-Ku dengan Abrahampun
akan Kuingat dan negeri itu akan
Kuingat juga.
Jadi
tanah itu akan ditinggalkan mereka dan akan pulih dari akibat tahun-tahun sabat yang
dilalaikan selama tanah itu tandus, oleh karena ditinggalkan mereka, dan mereka
akan membayar pulih kesalahan mereka, tak lain dan tak bukan karena mereka menolak peraturan-Ku dan hati
mereka muak mendengarkan ketetapan-Ku. Namun
demikian, apabila mereka ada di negeri musuh mereka, Aku tidak akan
menolak mereka dan tidak akan muak melihat mereka, sehingga Aku membinasakan
mereka dan membatalkan
perjanjian-Ku dengan mereka, sebab Akulah TUHAN, Allah mereka. Untuk
keselamatan mereka Aku akan mengingat perjanjian dengan orang-orang dahulu yang
Kubawa keluar dari tanah Mesir di depan mata bangsa-bangsa lain,
supaya Aku menjadi Allah mereka; Akulah TUHAN." Itulah ketetapan-ketetapan
dan peraturan-peraturan serta hukum-hukum yang diberikan TUHAN, berlaku di
antara Dia dengan orang Israel, di gunung Sinai, dengan perantaraan Musa.
Membaca bagian ini
sendiri saja sudah menunjukan satu hal mahapenting: Allah yang memilih bangsa
ini, adalah juga Allah yang menjaga
keamanan perjanjian-Nya dengan bangsa ini melalui perantaraan Musa, sekalipun
mereka “berubah setia.” Apa
yang harus dipahami bahwa tujuan-Nya, baik pada umat perjanjian lama dan
perjanjian baru, telah dibangun-Nya atas dasar rancangan-Nya sendiri dan tidak
dapat digagalkan oleh berbagai perubahan-perubahan manusia yang senantiasa gagal
memenuhi tuntutan kekudusan-Nya.
Kita,juga, akan
mengetahui, dalam hal tersebut, tak sekalipun menganjurkan satu saja gagasan bahwa Allah tidak peduli dengan
kebenaran-Nya dan kekudusan-Nya di dalam kehidupan umat-Nya, berdasarkan
pada mengetahui atas dasar apakah Allah menjaga keamanan perjanjian-Nya
dengan bangsa tersebut sekalipun berubah
setia.