Oleh: Martin Simamora
Benarkah
Karena Tidak Menolak Injil Hingga Ke Tingkat Penghinaan Maka Ada Kebenaran Lain Di Luar Kristus (5.E)
Bacalah lebih
dulu: “Tinjauan Pengajaran Pdt. Dr. Erastus Sabdono Pada Keselamatan Di Luar Kristen (5.D)”
Apakah tujuan hidup
umat Tuhan atau lebih spesifik lagi, apakah ada semacam perbedaan tujuan atau orientasi hidup
antara umat Tuhan di era perjanjian lama dibandingkan dengan perjanjian baru?
Menjawabnya memang akan menunjukan apakah yang menjadi orientasi kehidupan mereka di masing-masing era itu, tetapi
apa yang jauh lebih penting harus dipahami, atas keduanya, Allahlah yang menentukan apa
yang harus menjadi tujuan atau kehidupan masing-masing mereka berdasarkan
maksud-Nya dan dalam cara-Nya saja. Saya
akan tunjukan nanti, apakah yang dimaksudkan “Allahlah yang menentukan apa yang
harus menjadi tujuan atau kehidupan masing-masing,” bahwa itu bukan sama sekali
dengan tujuan pemaksaan atau sebuah pelenyapan pemberontakan, sebaliknya di
tengah-tengah pemberontakan terkeras itulah, eksekusi penentuan apa yang harus
menjadi tujuan-Nya,justru, berlangsung sempurna di dalam kekudusan-Nya,keadilan-Nya
dan kasih setia-Nya.
Mari memulainya
dengan: bagaimana Allah menetapkan tujuan hidup umat-Nya
pada era perjanjian lama:
▬▬Imamat 26:40-46 Tetapi bila mereka
mengakui kesalahan mereka dan kesalahan nenek moyang mereka dalam
hal berubah
setia yang dilakukan mereka terhadap Aku dan mengakui juga bahwa
hidup mereka bertentangan dengan Daku --Akupun bertindak melawan mereka dan membawa mereka ke
negeri musuh mereka--atau bila kemudian hati mereka yang tidak
bersunat itu telah tunduk dan mereka telah membayar pulih kesalahan mereka, maka
Aku akan
mengingat perjanjian-Ku dengan Yakub;
juga perjanjian dengan Ishak
dan perjanjian-Ku dengan Abrahampun
akan Kuingat dan negeri itu akan
Kuingat juga.
Jadi
tanah itu akan ditinggalkan mereka dan akan pulih dari akibat tahun-tahun sabat yang
dilalaikan selama tanah itu tandus, oleh karena ditinggalkan mereka, dan mereka
akan membayar pulih kesalahan mereka, tak lain dan tak bukan karena mereka menolak peraturan-Ku dan hati
mereka muak mendengarkan ketetapan-Ku. Namun
demikian, apabila mereka ada di negeri musuh mereka, Aku tidak akan
menolak mereka dan tidak akan muak melihat mereka, sehingga Aku membinasakan
mereka dan membatalkan
perjanjian-Ku dengan mereka, sebab Akulah TUHAN, Allah mereka. Untuk
keselamatan mereka Aku akan mengingat perjanjian dengan orang-orang dahulu yang
Kubawa keluar dari tanah Mesir di depan mata bangsa-bangsa lain,
supaya Aku menjadi Allah mereka; Akulah TUHAN." Itulah ketetapan-ketetapan
dan peraturan-peraturan serta hukum-hukum yang diberikan TUHAN, berlaku di
antara Dia dengan orang Israel, di gunung Sinai, dengan perantaraan Musa.
Membaca bagian ini
sendiri saja sudah menunjukan satu hal mahapenting: Allah yang memilih bangsa
ini, adalah juga Allah yang menjaga
keamanan perjanjian-Nya dengan bangsa ini melalui perantaraan Musa, sekalipun
mereka “berubah setia.” Apa
yang harus dipahami bahwa tujuan-Nya, baik pada umat perjanjian lama dan
perjanjian baru, telah dibangun-Nya atas dasar rancangan-Nya sendiri dan tidak
dapat digagalkan oleh berbagai perubahan-perubahan manusia yang senantiasa gagal
memenuhi tuntutan kekudusan-Nya.
Kita,juga, akan
mengetahui, dalam hal tersebut, tak sekalipun menganjurkan satu saja gagasan bahwa Allah tidak peduli dengan
kebenaran-Nya dan kekudusan-Nya di dalam kehidupan umat-Nya, berdasarkan
pada mengetahui atas dasar apakah Allah menjaga keamanan perjanjian-Nya
dengan bangsa tersebut sekalipun berubah
setia.
Tujuan Kehidupan
Umat Tuhan Sepenuhnya Ditentukan &
Dijaga Oleh-Nya
Satu-satunya dasar
bagi Allah untuk menjaga keamanan perjanjian-Nya dengan Israel, bukan karena ketaatan-ketaatan dan semua
prestasi rohani apakah yang akan diperlihatkannya kepada Tuhan. Maksud “keamanan” perjanjian ini adalah
kesinambungan perjanjian yang sama sekali berpondasi pada kehendak Tuhan, tidak
akan pernah putus atau berhenti sesaat saja bahkan di dalam Ia mengganjar
sangat keras dan menyakitkan bagi yang sedang diganjar-Nya, sebagaimana
dinyatakan oleh Kitab Lewi bab 26 tadi pada bagian ini:
▬Namun
demikian, apabila
mereka
ada di negeri musuh mereka, Aku tidak akan menolak mereka dan tidak akan muak
melihat mereka, sehingga Aku membinasakan mereka dan membatalkan perjanjian-Ku
dengan mereka
Allah
berkata: “Aku tidak akan menolak mereka dan tidak akan muak melihat mereka sehingga Aku akan membinasakan mereka dan membatalkan perjanjian-Ku dengan
mereka.”
Tetapi
bukan itu yang terbesarnya. Perhatikan ini secara baik-baik: ada dasar- dasar
yang kokoh bagi Tuhan untuk muak, untuk membinasakan dan membatalkan
perjanjian-Nya dengan mereka. Mengapa? Karena setidak-tidaknya: berubah setia.
Allah sendiri yang menyatakan mereka sebagai bangsa pilihan layak untuk
dibinasakan sebab: berubah setia
dalam apa yang diperbuat terhadap Dia dan menjalani
kehidupan yang bertentangan dengan-Nya. Di sini semua pembaca harus
memberikan dirinya untuk memahami mengapa Allah bertindak “Aku tidak akan
menolak,” atau “Aku tidak akan muak,” itu
semua bukan sama sekali bersama-Nya, IA tidak menuntut kekudusan yang
tinggi atau tidak menunjukan kegelapan
yang meliputi diri mereka, bukan sama sekali seperti itu. Lalu apa jika
tidak seperti itu atau Mengapa? Karena, sebetulnya terhadap semua buah-buah
kegelapan jiwa bangsa itu, IA menghukumnya dengan teramat keras. Sekali lagi
dalam “Aku tidak muak” dan “Aku tidak akan menolak,” IA sangat keras
menentang segenap aspek ketakudusan yang
dijumpai-Nya pada bangsa yang Ia pilih sendiri:
►“Akupun bertindak
melawan mereka dan membawa mereka ke negeri musuh mereka”
Pada
tindakan penghukuman oleh-Nya yang
sangat keras pada Israel: “menjadikan diri-Nya sendiri lawan terhadap bangsa
yang dipilih-Nya sendiri” dan “membawa mereka ke negeri musuh mereka,” sebuah
kombinasi penghukuman yang normalnya membawa kebinasaan, Allah tak membiarkan
kebinasaan adalah tujuan akhirnya. Allah sendiri, memberikan sebuah kondisi “kondisional”
atau “bersyarat” jikalau ingin lepas dari kombinasi mematikan ini, yaitu:
►bila
kemudian hati mereka yang tidak bersunat itu telah tunduk dan mereka telah
membayar pulih kesalahan mereka, maka Aku akan mengingat perjanjian-Ku dengan
Yakub; juga perjanjian dengan
Ishak dan perjanjian-Ku dengan Abrahampun
akan Kuingat dan negeri itu akan
Kuingat juga
“bila
kemudian,” jelas merupakan sebuah keadaan bersyarat: jika… maka… . Keadaan bersyarat itu
sendiri harus dipahami berjangkar pada janji-Nya yang dijanjikan untuk dipenuhi-Nya
sendiri kepada Yakub, Ishak, dan Abraham. Sehingga tidak sedikit saja ada
pergeseran nilai kemuliaan janji-Nya
bagi keturunan Abraham, Yakub, dan Ishak yang diakibatkan oleh berbagai
kejahatan bangsa Israel di mata Allah. Sehingga tujuan kombinasi hukuman yang
sangat keras itu adalah: menunjukan kemuliaan Tuhan dan memperlihatkan kepada
bangsa itu dan semua bangsa, bahwa dia adalah Tuhan yang berdaulat dan
memerintah, bahkan dalam pemberontakan yang terkritikal yang dapat
didemonstrasikan manusia-manusia.
Itu
sebabnya apa yang terjadi bila keadaan bersyarat itu dipenuhi, sungguh mulia
karena menunjukan bagaimana Tuhan melakukan restorasi pada apa yang tak dapat
direstorasi; pada apa yang tak ada kemuliaan-Nya menjadi kembali ada:
Jadi
tanah itu
akan ditinggalkan mereka dan akan pulih dari akibat tahun-tahun sabat yang
dilalaikan selama tanah itu tandus, oleh karena ditinggalkan mereka, dan mereka akan membayar pulih kesalahan
mereka
Penghukuman
itu membuat bangsa itu terbuang dari tanah dimana seharusnya mereka berdiam,
sebab mereka telah dibawa oleh Allah sendiri untuk masuk ke tanah musuh sebagai
masa penghukuman yang panjang dan begitu menyengsarakan. Namun kala syarat kondisional itu dipenuhi maka
mereka akan pulih, dipulihkan oleh Tuhan. Pemulihan ini bukan saja pada
kehidupan manusianya tetapi pemulihan-Nya juga pada tanah mereka, sebagai
akibat “tahun-tahun sabat yang dilalaikan.” Pengabaian sabat itu sendiri
sebagai akibat Allah membawa mereka masuk ke tanah musuh untuk menjalani
penghukuman.
Apakah selama masa penghukuman atas bangsa ini dan selama masa bangsa ini berada di tanah musuh, itu menunjukan keadaannya yang sedang ditinggalkan sendirian sama sekali oleh Allah, sebab
dibuang dari tanah sendiri oleh-Nya? Penghukuman
semacam ini dan busuknya pembangkangan Israel terhadap Allah, telah begitu
cepat menyeret pemikiran manusia untuk menentang kedaulatan Allah yang
memerintah di dalam kasih setia-Nya. Bahkan penghukum yang begitu keras telah dipahami
sebagai bentuk penolakan yang begitu kuat oleh Tuhan, dan apalagi dibawa masuk ke tanah musuh. Bukankah, dengan
demikian, itu semua telah menunjukan sebuah pembuangan dan penolakan atau telah
mengalami kehilangan kasih
karunia Allah?
Sangkamu??
Benarkah?
Tidak sama sekali dan tak akan pernah demikian, karena dalam tanah pembuangan
itu, Allah sendiri bersuara kokoh atas
bangsa yang sedang dihukumnya dengan dicabut dari negerinya sendiri dan
dibawa-Nya masuk ke tanah musuh, seperti ini:
►Namun demikian, apabila mereka ada di negeri musuh mereka, Aku tidak akan
menolak mereka dan tidak akan muak melihat mereka, sehingga Aku membinasakan
mereka dan membatalkan
perjanjian-Ku dengan mereka
Apakah
selama di negeri musuh, itu sendiri telah menujukan Allah sedang menolak
Israel? Sedang menunjukan bahwa Allah sedang menolak sehingga membinasakan? Sedang
menujukan Allah sedang muak sehingga membatalkan perjanjian-Nya? Jawabnya: tidak!
Ia
tidak menolak dan tidak membinasakan; Ia tidak muak dan tidak membatalkan
perjanjian, tepat di dalam IA sedang menghukum mereka dengan membawa bangsa itu
masuk ke dalam tanah musuh. Tidak ditolak, tidak dibinasakan dan tidak ada sama sekali pembatalan perjanjian!
Di sini Allah sedang menunjukan
kekudusan-Nya bersamaan dengan kasih setia-Nya pada apa yang telah
dijanjikan-Nya berdasarkan diri-Nya sendiri kepada Abraham, Yakub, dan Israel!
Umat
Tuhan di era perjanjian lama, memang tak lepas dari berkat tanah di dunia ini
dan juga segala berkat jasmaninya. Namun itu sama sekali bukanlah sebuah pengejaran yang dilahirkan oleh jiwa
manusia-manusia kepunyaan Tuhan di era perjanjian lama. Harus dipahami, Tuhan
sendirilah yang menetapkan tujuan dan pencarian hidup mereka di dunia ini. Itu jelas sekali, bahkan, sebagai hal yang
turut masuk dalam janji pemulihan kala
syarat kondisional itu terpenuhi: “Jadi tanah itu
akan ditinggalkan mereka dan akan pulih dari akibat tahun-tahun sabat yang
dilalaikan selama tanah itu tandus.” Tanah dan pulihnya kehidupan mereka di
dunia ini secara jasmaniah harus dipahami sebagai cara Allah mempertahankan
eksistensi bangsa ini untuk dapat berada di dalam “kekekalan janji-Nya” selama
menantikan penggenapan apa yang telah dijanjikan-Nya pada Abraham, Yakub, dan
Ishak. Jika bangsa ini dibinasakan atau dibiarkan binasa maka jelas janji Allah
kepada Abraham, Yakub dan Ishak gagal.
Sehingga, di sini,
kembali terlihat bahwa keistimewaan Israel bukan pada kebangsaan-Nya dan kelanggengan
bangsa itu semata
terkait apakah maksud Allah di dunia ini yang terkandung di dalam bangsa itu.
Jadi, di sini, Allah tidak
melayani Israel seolah pelayan keistimewaan Israel, sebaliknya Allah sendiri
secara berdaulat memelihara, menghukum dan menjunjung eksistensi bangsa itu,
demi kehendak-Nya sendiri yang hendak dipenuhi-Nya, sebagaimana telah
diucapkan-Nya kepada; Abraham, Yakub, dan Ishak. Bahkan Israel sendiri sebagai
bangsa seharusnya tunduk kepada apapun yang dihasilkan oleh penggenapan Allah
melalui perjalanan kehidupan bangsa itu bersama Tuhan di sepanjang sejarah
kehidupan mereka.
Pola ini secara kokoh
memang muncul dalam sejarah Israel di
dalam tangan Allah pencipta langit bumi ini, di tengah-tengah segala bangsa.
Mari perhatikan pola demikian dalam
teks-teks berikut ini, sehingga kita dapat lebih kokoh mengenali ini:
▬▬Yeremia
31:27-34 Sesungguhnya, waktunya akan datang, demikianlah firman TUHAN, bahwa
Aku akan melimpahi kaum Israel dan kaum Yehuda dengan benih manusia dan benih
hewan. Maka seperti tadinya Aku berjaga-jaga atas mereka untuk mencabut dan
merobohkan, untuk meruntuhkan dan membinasakan dan mencelakakan, demikianlah
juga Aku
akan berjaga-jaga atas mereka untuk membangun dan menanam,
demikianlah firman TUHAN. Pada waktu itu orang tidak akan berkata lagi:
Ayah-ayah makan buah mentah, dan gigi anak-anaknya menjadi ngilu, melainkan:
Setiap orang akan mati karena kesalahannya sendiri; setiap manusia yang makan
buah mentah, giginya sendiri menjadi ngilu. Sesungguhnya, akan datang
waktunya, demikianlah firman TUHAN, Aku akan mengadakan perjanjian baru dengan
kaum Israel dan kaum Yehuda, (32) bukan
seperti perjanjian yang telah Kuadakan dengan nenek
moyang mereka pada waktu Aku memegang tangan mereka untuk membawa mereka keluar
dari tanah Mesir; perjanjian-Ku
itu telah mereka ingkari, meskipun Aku
menjadi tuan yang berkuasa atas mereka, demikianlah firman TUHAN.(33) Tetapi
beginilah perjanjian yang Kuadakan dengan kaum Israel sesudah waktu itu, demikianlah
firman TUHAN: Aku akan menaruh Taurat-Ku dalam batin mereka dan menuliskannya
dalam hati mereka; maka Aku akan menjadi Allah mereka dan mereka akan menjadi
umat-Ku.(34) Dan tidak usah lagi orang mengajar
sesamanya atau mengajar saudaranya dengan mengatakan: Kenallah TUHAN!
Sebab mereka semua, besar kecil, akan mengenal Aku, demikianlah firman TUHAN, sebab Aku akan mengampuni kesalahan mereka dan tidak lagi
mengingat dosa mereka." Beginilah
firman TUHAN, yang memberi matahari untuk menerangi siang, yang menetapkan
bulan dan bintang-bintang untuk menerangi malam, yang mengharu biru laut,
sehingga gelombang-gelombangnya ribut, --TUHAN semesta alam nama-Nya:
Di
sini pun sama saja, Israel dikenal Tuhan sebagai bangsa yang bertabiat
pengingkar janji atau pembangkang, dan itulah sebabnya tak pernah ada sedikit
saja dari manusia-manusia Israel, lahir kontribusi
apapun juga untuk ikut bekerja dalam pemeliharaan
atau penjagaan danpenggenapan janji-Nya atas mereka, tetapi tindakan Tuhan di
sepanjang sejarah:
►Aku akan
berjaga-jaga atas mereka untuk membangun dan menanam, demikianlah firman TUHAN
Itu
sebabnya, kemudian, ada sebuah masa depan keselamatan dan juga pemulihan yang akan
memuliakan Allah, yang tersimpan di dalam dan dibawa oleh bangsa
ini untuk menjadi sarana penggenapan di tangan Alah, berdasarkan apa yang telah
dilakukan Allah tadi: Alah berjaga-jaga
untuk membangun dan menanam, yaitu:
►Sesungguhnya,
akan datang waktunya, demikianlah firman
TUHAN, Aku akan mengadakan perjanjian baru dengan kaum Israel dan kaum Yehuda
Ini
memang benar-benar perjanjian baru
yang tak pernah ada terjadi dalam era perjanjian lama, namun itu telah ada
dalam bentuk janji Allah pada dunia ini melalui Israel. Ini sangat berbeda
dengan perjanjian lama dengan Musa:
►bukan seperti
perjanjian
yang telah Kuadakan dengan nenek moyang mereka pada waktu Aku memegang
tangan mereka untuk membawa mereka keluar dari tanah Mesir; perjanjian-Ku itu telah
mereka ingkari, meskipun Aku menjadi tuan yang berkuasa atas mereka,
demikianlah firman TUHAN
Tak
ada kepastian pada ketaatan dan apalagi
kekudusan pada bangsa ini dan pada perilakunya,
atau tak ada ketaatannya yang diperhitungkan Allah terkait perjanjian baru tersebut. Tak ada
dasar yang berasal dari ketentuan-ketentuan yang diberikan pada Musa untuk umat
Musa itu sendiri. Pada hal ini pun harus dicamkan, tepat sebagaimana pada Imamat,
sebelumnya, tak sama sekali dalam
perkara demikian, Allah menjadi Allah yang tak kudus dan Allah
yang diam saja terhadap berbagai bentuk atau wujud ketakudusanyang berupa
hukuman-hukuman yang bertujuan pada akhirnya sebuah
pemuliahan oleh Allah sendiri.
Karena
dalam Kitab Yeremia sendiri bangsa ini juga sedang dibawa ke dalam tanah musuh
Israel: bangsa Babel ( Yeremia 1:1-3; Yeremia 25:1-14; Yeremia 27:1-22; Yeremia
29:1-23) karena perbuatan-perbuatan tidak setia kepada Allah, sebagaimana telah
dinyatakan-Nya melalui nabi kudus-Nya, Yeremia:
▬▬Yeremia
2:1-7 Firman TUHAN datang kepadaku, bunyinya: Pergilah memberitahukan kepada
penduduk Yerusalem dengan mengatakan: Beginilah firman TUHAN: Aku
teringat kepada kasihmu pada masa mudamu, kepada cintamu pada waktu engkau menjadi
pengantin, bagaimana engkau mengikuti Aku di padang gurun, di negeri yang
tiada tetaburannya. Ketika itu Israel kudus bagi TUHAN, sebagai
buah bungaran dari hasil tanah-Nya. Semua orang yang memakannya menjadi
bersalah, malapetaka menimpa mereka, demikianlah firman TUHAN. Dengarlah firman
TUHAN, hai kaum keturunan Yakub, hai segala kaum keluarga keturunan
Israel. Beginilah firman TUHAN: Apakah kecurangan yang didapati nenek
moyangmu pada-Ku, sehingga mereka menjauh dari pada-Ku, mengikuti dewa
kesia-siaan, sampai mereka menjadi sia-sia? Dan mereka tidak lagi bertanya: Di
manakah TUHAN,
yang
menuntun kita keluar dari tanah Mesir; yang memimpin kita di padang
gurun, di tanah yang tandus dan yang lekak-lekuk, di tanah yang sangat kering
dan gelap, di tanah yang tidak dilintasi orang dan yang tidak didiami manusia? Aku telah membawa kamu ke tanah yang subur untuk menikmati buahnya dan segala
yang baik dari padanya. Tetapi segera setelah kamu masuk, kamu menajiskan
tanah-Ku;
tanah
milik-Ku telah kamu buat menjadi kekejian.
Pola Tuhan
atas Israel sebagaimana telah kita lihat dalam Imamat, kembali kita lihat. Sekalipun
Allah sendiri memastikan bangsa itu tidak binasa dan tidak pernah mengalami
penolakan sehingga perjanjian-Nya dengan Yakub dibatalkan, didikan dan
penegakan kekudusan dan kebenaran-Nya harus berlangsung dalam keadilan yang
berpasangan dengan kasih setia-Nya demi diri-Nya sendiri di hadapan segala
bangsa!
Satu hal yang harus saya tegaskan
di sini: mengenai umat Tuhan perjanjian lama begitu
tertuju pada hal-hal yang masih ada di dunia ini hendak dituju, bukan sama
sekali merupakan rencana para manusia-manusia Israel sehingga merupakan dosa
dalam pandangan Allah. Justru mereka
kini telah diserakan dalam sebuah cara yang begitu menyakitkan, dibuang
ke Babel menjadi manusia-manusia buangan. Mereka adalah manusia-manusia dalam
pembuangan namun sama sekali bukan bangsa yang telah ditolak dan apalagi
mengalami pembatalan akibat gagal memenuhi hal-hal kondisional tadi. Perhatikan: “Aku telah membawa kamu ke
tanah yang subur untuk menikmati buahnya! Jadi jika nuansa berkat
jasmaniah begitu menonjol pada Israel, apakah itu sebuah nafsu badani Israel?
Apakah Israel pernah meminta tanah yang bahkan bukan sama sekali soal
berkat-berkat daging karena disebut-Nya tanah itu sebagai “tanah-Ku-tanah milik-Ku.” Pada “untuk
menikmati buahnya” bukan sama sekali hasrat-hasrat kekayaan duniawi atau
ambisi-ambisi duniawi atau pengejaran-pengejaran akan harta dan kekuasaan
duniawi, karena dalam Allah menyebutkan “tanah-Ku”
di situ atau pada tanah itulah terkandung maksud kudus Allah yang sangat bertentangan dengan
maksud manusia-manusia Israel. Itu sebabnya pada tanah itu-tanah-Ku yang
merupakan salah satu bidang permukaan bumi yang dikhususkan bagi-Nya untuk
maksud-Nya sebagaimana Ia telah mengkhususkan Israel diantara banyak manusia
dan bangsa-bangsa di dunia ini, dapat terjadi “tetapi segera setelah kamu
masuk, kamu menajiskan.”
Jadi, bukan karena
ke-Israel-an maka istimewa, dan dalam hal itu, tidak pernah sama sekali Allah melayani
“ke-istimewa-an” Israel dan apalagi sampai harus pontang-panting mempertahankan
janjinya pada keturunan yang tak becus sama sekali kehidupannya. Ketakbecusan
dan ketak-andal-an Israel itu sendiri,
tak pernah membuat Allah menjadi picik terhadap kekudusan-Nya sendiri dan
menjadi kalap atau gelap mata dalam membela Israel. Tak pernah demikian dan
bahkan betapa kerasnya Ia menghukum dan betapa penghukuman itu dapat
membinasakan bangsa itu, dan bagaimana Ia memilih bangsa perkasa dan besar
untuk menjadi lawan bagi Israel sebagai sarana penghukuman-Nya telah
dilakukan-Nya demi kekudusan dan keadilan-Nya. Dalam kekudusan dan keadilan-Nya
itulah kasih setia-Nya yang ajaib bekerja tanpa mencemari kekudusan-Nya dan
keadilan-Nya; dalam Ia tak membinasakan dan tak membatalkan janji-Nya dalam
penghukuman besar itu, IA secara sempurna menegakan keadilan dan kekudusan baik
di hadapan Israel dan di hadapan bangsa-bangsa dunia ini.
Perhatikanlah
teks ini yang secara sempurna menunjukan
perihal tersebut:
▬▬Yehezkiel
36:22-32:
(22)Oleh
karena itu katakanlah kepada kaum Israel: Beginilah firman Tuhan ALLAH: Bukan karena
kamu Aku bertindak, hai kaum Israel, tetapi karena nama-Ku yang kudus yang kamu najiskan di
tengah bangsa-bangsa di mana kamu datang.
(23)
Aku
akan menguduskan nama-Ku yang besar yang sudah dinajiskan di tengah
bangsa-bangsa, dan yang kamu najiskan di tengah-tengah mereka. Dan
bangsa-bangsa akan mengetahui bahwa Akulah TUHAN, demikianlah firman Tuhan
ALLAH, manakala Aku menunjukkan kekudusan-Ku kepadamu di hadapan bangsa-bangsa.(24)
Aku
akan menjemput kamu dari antara bangsa-bangsa dan mengumpulkan kamu dari semua
negeri dan akan membawa kamu kembali ke tanahmu.(25) Aku
akan mencurahkan kepadamu air jernih, yang akan mentahirkan kamu; dari segala
kenajisanmu dan dari semua berhala-berhalamu Aku akan mentahirkan kamu.(26)
Kamu
akan
Kuberikan hati yang baru, dan roh yang baru di dalam batinmu dan
Aku akan
menjauhkan dari tubuhmu hati yang keras dan Kuberikan kepadamu hati
yang taat.(27) Roh-Ku akan Kuberikan diam di dalam batinmu
dan Aku akan
membuat kamu hidup menurut
segala ketetapan-Ku dan tetap berpegang pada peraturan-peraturan-Ku dan
melakukannya. (28) Dan kamu akan diam di dalam negeri yang telah
Kuberikan kepada nenek moyangmu dan kamu akan menjadi umat-Ku dan Aku akan
menjadi Allahmu.(29) Aku
akan melepaskan kamu dari segala
dosa kenajisanmu dan Aku akan menumbuhkan gandum serta
memperbanyaknya, dan Aku tidak lagi mendatangkan kelaparan atasmu.
(30) Aku
juga memperbanyak buah pohon-pohonanmu dan hasil
ladangmu, supaya kamu jangan lagi menanggung noda kelaparan di tengah
bangsa-bangsa.(31) Dan kamu akan teringat-ingat
kepada kelakuanmu yang jahat dan perbuatan-perbuatanmu yang tidak baik dan kamu
akan merasa mual melihat dirimu sendiri karena kesalahan-kesalahanmu dan
perbuatan-perbuatan yang keji.
(32)Bukan karena kamu Aku bertindak,
demikianlah firman Tuhan ALLAH, ketahuilah itu. Merasa malulah kamu dan biarlah kamu
dipermalukan karena kelakuanmu, hai kaum Israel.
(33)
Beginilah
firman Tuhan ALLAH: Pada hari Aku mentahirkan kamu dari segala
kesalahanmu, Aku
akan membuat kota-kota didiami lagi dan reruntuhan-reruntuhan akan dibangun
kembali. (34) Tanah yang sudah lama tinggal tandus
akan dikerjakan kembali, supaya jangan lagi tetap tandus di hadapan semua orang
yang lintas dari padamu.(35) Sebaliknya mereka akan berkata:
Tanah ini yang sudah lama tinggal tandus menjadi seperti taman Eden dan
kota-kota yang sudah runtuh, sunyi sepi dan musnah, sekarang didiami dan
menjadi kubu.(36) Dan bangsa-bangsa yang tertinggal,
yang ada di sekitarmu akan mengetahui, bahwa Akulah TUHAN, yang membangun
kembali yang sudah musnah dan menanami kembali yang sudah tandus. Aku, TUHAN,
yang mengatakannya dan akan membuatnya.(37) Beginilah firman Tuhan ALLAH: Dalam hal ini juga Aku
menginginkan, supaya kaum Israel meminta dari pada-Ku apa yang hendak
Kulakukan bagi mereka, yaitu membuat
mereka banyak seperti lautan manusia. (38) Seperti domba-domba persembahan
kudus, dan seumpama
domba-domba Yerusalem pada waktu-waktu perayaannya, begitulah
kota-kota yang sudah runtuh penuh dengan lautan manusia.
Dengan begitu mereka
akan mengetahui bahwa Akulah TUHAN."
Di sini, kita sedang
melihat “Israel” yang istimewa bukan sama
sekali dalam makna keistimeaan
berdasarkan kebangsaan sebuah bangsa atau berdasarkan turunan jasmaniah dari
Abraham, Yakub dan Ishak maka mereka tidak binasa, tetapi berdasarkan ketetapan Allah dan berdasarkan pengudusan-Nya.
Tentu harus kembali diingat, untuk memahami ini, bahwa dalam sejarahnya, ada
banyak Israel-Israel yang dibinasakan dan hanya terselamatkan dari kebinasaan
berdasarkan tindakan Allah melepaskan mereka dari kebinasaan Sodom dan Gomora-
sebagaimana telah saya sajikan dalam kasus bangsa ini di era nabi Yesaya.
Sehingga mahkota
keistimewaan Israel ada pada kehendak dan kemauan Allah; keamanan
keistimewaan Israel sebagai bangsa pilihan-pondasinya- ada pada Allah yang
kekal itu berkehendak melalui bangsa itu untuk menggenapi apa yang telah ditetapkan-Nya sejak
semula di dunia ini- dihadapan segala bangsa- digenapi-Nya berdasarkan kekuatan
kekuasaan-Nya sendiri.
Dosa mendatangkan
maut. Kebinasaan adalah keniscayaan bagi siapapun kala tidak setia kepada
Tuhan. Namun dalam hal itu siapapun yang sungguh-sungguh merupakan pilihan
Allah berdasarkan perjanjian-Nya yang kudus ia akan ditahirkan Tuhan dan
dipertahankan sehingga
melihat dan mengenal bahwa “Ialah TUHAN.”
Satu
hal yang harus menjadi bidikan mata setiap pembaca, bahwa pengudusan telah menjadi bagian terus-menerus yang dilakukan
Allah agar bangsa ini mencapai tujuan yang ditetapkan Allah:
tiba di
tanah-Nya.
Jika
membandingkannya dengan perjanjian baru maka polanya
juga sama, bukan berbeda seperti digagaskan pendeta Erastus Sabdono.
Perhatikan ini:
▬▬Wahyu
21:1-3 Lalu aku melihat
langit yang baru dan bumi yang baru, sebab langit yang pertama dan
bumi yang pertama telah berlalu, dan lautpun tidak ada lagi. Dan aku melihat
kota yang kudus, Yerusalem yang baru, turun dari sorga, dari Allah, yang
berhias bagaikan pengantin perempuan yang berdandan untuk suaminya. Lalu aku
mendengar suara yang nyaring dari takhta itu berkata: "Lihatlah, kemah Allah ada di tengah-tengah manusia dan Ia akan diam bersama-sama
dengan mereka. Mereka akan menjadi umat-Nya dan Ia akan menjadi Allah mereka.
membaca ini,
kita sedang menyaksikan sebuah penggenapan janji Tuhan kepada Yehezkiel
sebagaimana telah saya sajikan dengan mengutip Yehezkiel 36:22-32 yang
menyatakan: kekudusan dan kesetiaan Allah membawa Israel ke tujuan-Nya ada pada
apa yang dilakukan oleh Allah: menguduskannya dan membawanya ke tanah milik-Nya yang
kudus, sehingga di sini bukan sama sekali kebangsaan Israel itu sendiri telah melindungi
ketakudusan-ketakudusan, tetapi berdasarkan kekudusan-Nya dan kasih setia Allah
pada janji-Nya sehingga
menguduskan sebuah bangsa bagi diri-Nya sendiri. Tuhan mau
menguduskannya: jumlahnya banyak seperti lautan
manusia - sebagai domba-domba
persembahan kudus. seumpama domba-domba
Yerusalem pada waktu-waktu perayaannya, begitulah
kota-kota yang sudah runtuh penuh dengan
lautan manusia. Dengan begitu mereka akan mengetahui bahwa Akulah TUHAN."
Jika Wahyu menyatakan: mereka menjadi
umat-Nya dan Ia akan menjadi Allah
mereka, maka Yehezkiel menyatakan hal yang sama dalam sebuah cara yang sama
mulianya: Roh-Ku
akan Kuberikan diam di dalam batinmu dan Aku akan membuat kamu hidup
Pada
poin inilah telah dapat dikatakan bahwa apa yang
diajarkan oleh pendeta Dr. Erastus Sabdono, keliru sama sekali bahkan pada
hal-hal terhakikinya yang telah ditunjukan dalam Kitab Suci tadi. Inilah bagian yang saya maksudkan pada pengajaran
pendeta Erastus dalam “Keselamatan Di Luar Kristen (Pelajaran 05)” sejauh ini:
▓“Umat
perjanjian Lama yang memiliki
hidup adalah mereka yang melakukan hukum Taurat (mau memuaskan hati Tuhan)
tetapi juga masih memiliki perhatian
kepada pemenuhan kebutuhan jasmani, masih mau memuaskan diri sendiri.
Tetapi umat Perjanjian Baru mengerti
kehendak Allah dengan sempurna, menjadikan Tuhan sebagai hukumnya (memuaskan
hati Bapa dalam tingkat kepuasan yang lebih tinggi) dan tidak lagi memuaskan diri sendiri dengan memberi perhatian kepada
pemenuhan kebutuhan jasmani. Fokusnya
tertuju kepada langit baru dan bumi yang baru.”
Baik pada umat
perjanjian lama dan perjanjian baru sama saja. Artinya. satu saja fokusnya: langit baru dan bumi baru atau menuju tempat yang dikehendaki Allah Sang Kudus, pada
akhirnya. Bahkan sudah kita lihat, tadi, tanah dalam perjanjian lama,yang
dimaksud Allah adalah tanah-Nya-tanah kudus yang dapat menunjukan kecemaran Israel kala memasukinya oleh karena ketakudusan hidup. Jadi sekalipun tanah di bumi, bukan sama
sekali dikuasai hukum-hukum duniawi tetapi kekudusan Allah di dunia ini, ada
dan bekerja.
Bahkan pada umat
perjanjian lama, sudah tersimpan janji yang kemudian digenapi pada perjanjian
baru. Untuk memahami ini, saya pada kesempatan ini, menyajikan secara singkat, penjelasan rasul
Paulus, bahwa Israel memang dipersiapkan
Allah sebagai umat kepunyaan-Nya sendiri
yang kudus untuk membawa janji keselamatan Allah yang kudus ke dunia
ini kepada bangsa-bangsa di dunia ini,
yang tak hanya akan membawa Israel tetapi
banyak orang dari berbagai bangsa yang mengenal keselamatan dari Allah yang
telah pertama kali diterima Abraham, untuk pada akhirnya berjumpa dengan Allah
yang berkehendak untuk tinggal diam bersama mereka di dunia ini untuk kemudian
membawanya ke kekediaman kekal-Nya. Juga, sejak perjanjian lama telah
diketahui bahwa Israel di sini bukanlah berdasarkan keturunan jasmaniah tetapi
berdasarkan keturunan yang hidup berdasarkan janji yang sejak semula telah
disampaikan Allah bahkan sejak Israel sebagai bangsa belum ada atau eksis di dunia ini:
►Galatia 3:16-18 Adapun kepada Abraham diucapkan
segala janji itu dan kepada keturunannya. Tidak dikatakan "kepada keturunan-keturunannya" seolah-olah dimaksud banyak orang,
tetapi hanya
satu orang: "dan kepada keturunanmu", yaitu Kristus. Maksudku ialah: Janji yang sebelumnya
telah disahkan Allah, tidak dapat dibatalkan oleh hukum Taurat, yang baru
terbit empat ratus tiga puluh tahun kemudian, sehingga janji itu hilang
kekuatannya. Sebab, jikalau apa yang ditentukan Allah berasal
dari hukum Taurat, ia tidak berasal dari janji; tetapi justru oleh janjilah Allah telah menganugerahkan kasih karunia-Nya kepada Abraham.
►Galatia 3:29 Dan jikalau kamu adalah milik Kristus, maka kamu juga adalah keturunan Abraham
dan berhak menerima janji Allah.
Israel dalam tangan
Allah, itulah kebenarannya. Bukan Israel didalam keisraelan atau kebiologisannya,
sebab, jika demikian, seharusnyalah sudah binasa dan sudah seharusnya tak ada
dasar untuk mempertahankan janji Allah yang telah dimulai-Nya sejak Abraham,
kala apa yang disebut bangsa Israel ada!
Yesus
sendiri, pun pernah berbicara mengenai hal ini, langsung
kepada Israel mengenai keturunan Israel diluar Israel sebagai bangsa penerima
janji:
►Matius 3:9 Dan janganlah mengira, bahwa kamu dapat berkata
dalam hatimu: Abraham adalah bapa kami! Karena aku berkata kepadamu: Allah dapat menjadikan anak-anak bagi Abraham dari batu-batu ini!
Yesus
sendiri memang tidak pernah memperhitungkan keistimewaan Israel berdasarkan
kebangsaan atau hubungan darah orang-orang Israel dengan Abraham. Perhatikan
reaksi tajam orang-orang Israel kepada Yesus yang menyatakan bahwa mereka
memerlukan kebenaran dari Allah sebagai satu-satunya yang dapat memerdekakan
mereka:
►Yohanes 8:31-34 Maka kata-Nya kepada
orang-orang Yahudi yang percaya kepada-Nya: "Jikalau kamu tetap dalam
firman-Ku, kamu benar-benar adalah murid-Ku dan kamu akan mengetahui kebenaran,
dan kebenaran itu akan memerdekakan kamu." Jawab mereka:
"Kami
adalah keturunan Abraham dan tidak pernah menjadi hamba siapapun.
Bagaimana Engkau dapat berkata: Kamu akan merdeka?" Kata
Yesus kepada mereka: "Aku berkata kepadamu, sesungguhnya setiap orang yang
berbuat dosa, adalah hamba dosa.
Jadi Yesus sendiripun
telah menunjukan tidak ada perbedaan yang bagaimanapun, sebagaimana sedang coba
dikonstruksikan oleh pendeta Erastus, sebab pada dasarnya semuanya itu melawan
apapun yang disaksikan oleh kitab suci.
Bersambung ke 5F
AMIN
Segala
Pujian Hanya Kepada TUHAN
The cross
transforms present criteria of
relevance: present criteria of relevance do not transform the cross
[dari
seorang teolog yang saya lupa namanya]
No comments:
Post a Comment