Oleh: Martin Simamora
Benarkah
Karena Tidak Menolak Injil Hingga Ke Tingkat Penghinaan Maka Ada Kebenaran Lain Di Luar Kristus (5.B)
Bacalah lebih
dulu:” Tinjauan Pengajaran Pdt. Dr. Erastus Sabdono Pada Keselamatan Di Luar Kristen (5.A)
“
Salah satu
bagian pada Alkitab yang menggambarkan
secara tajam bahwa Tuhan yang dikenal Israel adalah Sang Hakim atas segala
bangsa di bumi ini terdemonstrasi secara tajam di sini:
Yesaya34:1-5
Marilah mendekat, hai bangsa-bangsa,
dengarlah, dan perhatikanlah, hai
suku-suku bangsa! Baiklah bumi serta segala isinya mendengar, dunia dan
segala yang terpancar dari padanya. Sebab TUHAN
murka atas segala bangsa, dan hati-Nya panas atas segenap tentara
mereka. Ia telah mengkhususkan mereka
untuk ditumpas dan menyerahkan mereka untuk dibantai. Orang-orangnya
yang mati terbunuh akan dilemparkan, dan dari bangkai-bangkai mereka akan naik bau
busuk; gunung-gunung akan kebanjiran darah mereka. Segenap tentara
langit akan hancur, dan langit akan digulung seperti gulungan kitab, segala
tentara mereka akan gugur seperti daun yang gugur dari pohon anggur, dan
seperti gugurnya daun pohon ara. Sebab
pedang-Ku yang di langit sudah
mengamuk, lihat, ia turun menghakimi Edom, bangsa yang
Kukhususkan untuk ditumpas.
Apakah
Tuhan yang dikenal Israel itu adalah Tuhannya
bangsa Edom? Bukan! Apakah urusan-Nya sehingga Ia menghakimi bangsa yang
memiliki tuhannya tersendiri? Siapakah DIA sehingga dapat berkata seenaknya
“bangsa yang Kukhususkan untuk ditumpas?” Sekudus apakah IA, memangnya?
Seberkuasa apakah IA, memangnya? Benarkah Ia, satu-satunya hakim dan tak adakah yang dapat menahan
pedang-Nya yang dilangit untuk tak mengamuk seganas itu, karena Ia begitu
bencinya dengan ketak-kudus-an?
Kapanpun anda
membicarakan bahwa hanya ada satu Tuhan dan hanya ada satu-satunya kebenaran,
maka itu erat sekali dengan Siapakah Dia adanya! Tak bisa tidak akan
bersilangan dengan kekudusan-Nya.
Saya akan
memperlihatkan bahwa Ia satu-satunya yang kudus dan itu bukan saja pada pandangan-Nya tetapi pada penetapan-Nya yang terlihat nyata dalam kehidupan
manusia, bahwa memang tak satu pun yang dapat berkenan dihadapan-Nya. Tak pernah ada upaya yang mendatangkan hidup selaras yang karenanya menjadi jalan keselamatan dan pemasti keselamatan,
sekalipun, ya dan benar kehidupan yang menyenangkan Tuhan dikehendaki-Nya sebagai kehidupan di dalam saya dan anda
sebagai umat Tuhan dan harus menjadi jiwa kehidupan sementara masih di dunia ini. Bahwa memang saya masih memiliki ketakberdayaan-ketakberdayaan daging yang
harus ditaklukan berdasarkan pengudusan Tuhan yang telah saya terima dan memberikan kuasa bagiku untuk berjalan dalam kebenaran-Nya dan kehidupan-Nya. Itu juga bagi setiap orang yang percaya
kepada Yesus Kristus, juruselamat dan Tuhan!
Tak terelakan apa
yang menjadi motif pedang-Nya dilangit mengamuk merupakan penggambaran yang
begitu tajam bahwa “dunia orang mati” atau kehidupan manusia dalam naungan
kegelapan, adalah dunia yang kepastiannya tak dapat diubahkan oleh manusia
untuk berakhir pada kebinasaan. Pernyataan
“Edom yang Kukhususkan untuk ditumpas” tak lain menunjukan keniscayaan dunia
manusia tanpa penyelamatan dari Allah. Edom adalah representasi
segala bangsa di dunia yang tak dijumpai oleh-Nya sebagaimana
Israel.
Dalam Perjanjian
Lama, membicarakan “terang” Allah, akan terlihat dari tindakan Allah menghakimi
dan menghukum bumi yang berada dalam naungan kegelapan; Allah yang
mengacungkan tangan-Nya kepada semua lawan-Nya merupakan tanda yang begitu
gamblang,bahwa kegelapan tak pernah sama sekali bertakhta mengatasi Allah, di
bumi ini!
Mari kita lihat
bagaimana terang Allah, baik dalam
Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru tidak sama sekali menganjurkan adanya
kebenaran-kebenaran lain yang mendampingi kebenaran yang dinyatakan oleh
satu-satunya kebenaran yang datang dari Allah Sang Pencipta Langit dan Bumi
serta segala isinya:
Hanya Ada Satu
Terang Yang Datang Ke Dunia Ini, Sebab Ia Satu-Satunya Yang Berkuasa Untuk
Menentukan Dan Mewujudkan Ketetapan-Nya di Bumi, Seperti Di Sorga
Pendeta Dr. Erastus Sabdono dalam “Keselamatan Di Luar Kristen (Pelajaran 5),” menyatakan:
▓“Dalam
Alkitab Perjanjian Lama beberapa
kali dapat ditemukan kata terang juga. Biasanya terang sebagai lambang sukacita atau kebahagiaan dan kebenaran.
Terang yang dimaksud dalam Perjanjian Lama bukanlah terang yang sejajar dengan kehidupan yang berkualitas tinggi umat Perjanjian
Baru dan kebenarannya tidak sejajar dengan Injil yang mampu membuka pengertian
seseorang mengerti apa yang baik, yang berkenan dan sempurna di mata Allah.
Terang dalam Perjanjian Lama menunjuk kepada hukum-hukum Tuhan atau tuntunannya
dalam Taurat Tuhan atau kehendak-Nya dalam batas tertentu.”
Benarkah “terang” dalam
Perjanjian Lama menujukan lambang sukacita atau kebahagiaan dan kebenaran,
berbeda dengan yang dimaksudkan pada Perjanjian Baru, yang menunjuk pada
“kehidupan yang berkualitas tinggi.” Dan
benarkah “terang” pada perjanjian lama dan perjanjian baru tersebut merupakan
kebenaran yang tak sejajar? Benarkah bahwa “terang” dalam perjanjian lama menunjuk kepada hukum-hukum Tuhan atau tuntunan dalam Taurat Tuhan atau kehendak-Nya dalam batas tertentu? Mari kita
menjelajahi Alkitab dan memeriksa pengajaran yang disampaikan pendeta Erastus.
Baik pada Perjanjian
Lama dan Perjanjian Baru, terminologi ‘terang” dapat ditemukan: “or” dan “phos”
yang keduanya secara literal bermakna pertentangan tajam antara kekuatan-kekuatan
baik melawan kekuatan jahat, antara orang-orang yang percaya kepada Allah yang
satu-satunya itu melawan orang-orang yang tak percaya. Dalam Alkitab, tak ada
sedikit saja gagasan bahwa kekuatan kegelapan itu bisa sedikit saja setara
dengan kekuatan terang yang datang dari Allah. Allah secara berdaulat
memerintah atas kegelapan dan kuasa-kuasa jahat.[Baker’sEvangelical Dictionary Of Biblical Theology: Light]
Dalam keseluruhan
Alkitab, tidak pernah “terang” bermakna kehidupan yang berkualitas tinggi.
Tepat pada bagian sebelum artikel ini, sudah saya tunjukan kesalahan teramat
fatal dalam definisi yang diajukan oleh pendeta Erastus Sabdono terkait
“terang” yang dimaksud dalam Perjanjian
Baru, khususnya Yohanes 1:1-5 yang sama sekali tak menunjukan pada “kehidupan
berkualitas tinggi” atau “kehidupan manusia yang dipulihkan kembali pada gambar Allah,”
karena Yesus tak pernah kehilangan jati
dirinya sebagai Ilahi sebagaimana sebelumnya Ia bersama-sama dengan Allah dan
Ia sendiri adalah Sang Pencipta.
Sebagaimana
Perjanjian Baru, pun demikian pada Perjanjian Lama, maka apa yang akan dijumpai
adalah sebuah kesinambungan yang menunjukan sebuah penggenapan apa yang
dinyatakan Allah pada perjanjian lama. Tepat pada apakah atau siapakah “terang”
itu, sebagaimana Kitab Suci telah menuliskannya.
Kegelapan dan terang,
dalam bahasa Ibrani, adalah kata-kata yang memberikan gambaran-gambaran kuat di
dalam benak dan perasaan-perasaan manusia. Kegelapan adalah segala sesuatu yang
anti-Tuhan: orang-orang jahat (misal:
Amsal 2:13), penghakiman (Keluaran
10:21), kematian (Mazmur 88:12).
Terang adalah pekerjaan-pekerjaan pertama oleh Sang Pencipta, yang mewujudkan
operasi Ilahi dalam sebuah dunia yang diliputi kegelapan dan kekacauan. Walau memang terang itu sendiri, bukanlah
Ilahi itu sendiri, namun secara metapora digunakan untuk menunjuk pada
“hidup” (Mazmur 56:13), keselamatan (Yesaya 9:2), dan perintah-perintah (Amsal 6:23) dan kehadiran Ilahi dari Tuhan (Keluaran
10:23).
Allah adalah terang,
dengan demikian! Semenjak terang merepresentasikan kebaikan dalam antitesisnya
terhadap kejahatan yang ditautkan dengan kegelapan, maka merupakan langkah
alami bagi para penulis kitab-kitab,
untuk memahami Allah sebagai ultimat kebaikan, sebagai terang. Terang adalah
simbolisasi Sang Allah Kudus. Terang menunjukan kehadiran dan kesukaan akan
Tuhan:
▲Mazmur
27:1 TUHAN
adalah terangku dan keselamatanku, kepada siapakah aku harus takut?
▲Yesaya
9:2 Bangsa yang berjalan di dalam kegelapan telah melihat terang yang besar
Perhatikan Yesaya 9:2 ini, dan
lihatlah bagaimana Injil Matius telah menunjuk peristiwa ini telah digenapi
pada Yesus Kristus ketika Ia melangkahkan kakinya mendatangi bangsa-bangsa
non-yahudi:
▬Matius
4:12-17 Tetapi waktu Yesus mendengar, bahwa Yohanes telah ditangkap,
menyingkirlah Ia ke Galilea. Ia meninggalkan Nazaret dan diam di Kapernaum, di
tepi danau, di daerah Zebulon dan Naftali, supaya genaplah firman yang
disampaikan oleh nabi Yesaya: Tanah Zebulon dan tanah Naftali, jalan ke laut,
daerah seberang sungai Yordan, Galilea, wilayah bangsa-bangsa lain, -- bangsa
yang diam dalam kegelapan, telah melihat Terang yang besar dan bagi mereka yang diam di
negeri yang dinaungi maut, telah terbit Terang." Sejak waktu itulah
Yesus memberitakan: "Bertobatlah, sebab Kerajaan Sorga sudah dekat!"
Pada poin ini saja,
apapun yang diajukan oleh pendeta Erastus terkait apakah terang itu, dalam
definisi yang diajukannya, sama sekali tidak memiliki kesebangunan yang
bagaimanapun. Pertama: tak pernah ada yang disebutnya sebagai
ketaksejajaran pada “terang” yang ada
dalam “perjanjian lama” dengan “perjanjian baru”; Kedua: “terang” baik
pada perjanjian lama dan perjanjian baru senantiasa menunjuk pada diri Allah
dengan segala kehendak kudus-Nya, tak pernah menunjuk pada “kehidupan
yang berkualitas tinggi.”
mari
saya lanjutkan:
▬Amsal
6:23 Karena perintah itu pelita, dan ajaran itu cahaya, dan teguran yang
mendidik itu jalan kehidupan
Ini
secara sempurna menunjukan bahwa manusia hidup di dalam kegelapan dan
membutuhkan terang untuk menuntun perjalanan hidup manusia. Tidak sama sekali
menunjukan bahwa manusia pada dirinya harus memperjuangkan sebuah kualitas
hidup tinggi. Apa yang benar: manusia
membutuhkan terang sebab Ia hidup dalam naungan kegelapan. Pelita itu tak
ada pada dirinya sendiri. Apakah pelita itu dan dari siapakah? Inilah yang
dimaksud dengan pelita itu dan dari siapa: TUHAN sendiri. Perhatikan ini: “Enam
perkara ini yang
dibenci TUHAN, bahkan, tujuh perkara yang menjadi kekejian bagi
hati-Nya- Amsal 6:16.”
Jadi
terang yang dimaksud itu adalah antitesa terhadap anti-Tuhan, yaitu kejahatan
dunia. Terang Tuhan melawan kegelapan dunia yang membelenggu manusia!
▬Keluaran
10:23 Tidak ada orang yang dapat melihat temannya, juga tidak ada orang yang
dapat bangun dari tempatnya selama tiga hari; tetapi pada semua
orang Israel ada terang di tempat
kediamannya.
Perhatikan
ini: “tetapi pada semua orang Israel ada terang” bukan sama sekali sedang
menunjukan adanya peraturan atau hukum Tuhan yang harus ditaati dan apalagi
mengenai “kualitas hidup yang teramat tingginya,” tetapi terang dari Tuhan yang diberikan kepada manusia yang
dikehendaki-Nya, sehingga tulah kegelapan
yang dikirimkan oleh-Nya sebagai penghukum yang meliputi seluruh negeri
Mesir itu, tak bekerja pada
mereka. Pada dasarnya “ada terang” ditempat kediamannya tak lain tak bukan
adalah sebuah tindakan Tuhan yang hanya meluputkan atau menyelamatkan setiap
kediaman Israel dari penghukuman Allah atau murka Allah atas seluruh tanah
Mesir yang tak lain adalah tempat setiap
individu dan keluarga Israel juga bertempat tinggal:
Keluaran
10:21-23 Berfirmanlah TUHAN kepada Musa: "Ulurkanlah tanganmu ke langit,
supaya datang gelap meliputi tanah Mesir, sehingga orang dapat meraba gelap
itu." Lalu Musa mengulurkan tangannya ke langit dan datanglah gelap gulita
di seluruh tanah Mesir selama tiga hari. Tidak ada orang yang dapat melihat temannya,
juga tidak ada orang yang dapat bangun dari tempatnya selama tiga hari;
tetapi pada semua orang Israel ada
terang di tempat kediamannya.
Ini
kegelapan yang tak dapat diusir dengan api dari pembakaran kayu-kayu bakar; ini
kegelapan dari Tuhan yang menelan segala
terang yang diupayakan manusia. Ini kegelapan yang tak dapat ditanggulangi
manusia. Sebuah kegelapan yang tak akan dapat dialami secara inderawi selain
oleh generasi tersebut saja, sebagai sebuah gambaran betapa manusia tak dapat
melepaskan kegelapan yang hanya dapat ditaklukan oleh terang dari Allah.
Perhatikan ini: “Tidak ada orang yang dapat melihat temannya, juga tidak ada orang yang
dapat bangun dari tempatnya selama tiga hari.” Dan ini memiliki
antitesanya:” tetapi
pada semua orang Israel ada terang di tempat kediamannya,”
Inilah yang dimaksud bahwa kegelapan tidak pernah dapat menandingi terang
dari Allah di bumi yang dinaungi kegelapan ini.
Peristiwa
ini merupakan bayang-bayang dari apa yang
kemudian digenapi oleh Yesus dalam sebuah kesempurnaan ilahi:
Yohanes
8:12 Maka Yesus berkata pula kepada orang banyak, kata-Nya: "Akulah terang
dunia; barangsiapa mengikut
Aku, ia tidak akan berjalan dalam kegelapan,
melainkan ia akan mempunyai terang hidup."
Terang
dan kegelapan yang Yesus maksudkan di sini tepat seperti yang terjadi dalam
peristiwa Keluaran 10:21-23. Artinya kegelapan yang tak dapat ditaklukan dengan
segala macam dan berbagai macam terang yang bisa dihasilkan dan ditemukan
manusia, dan juga bukan sebuah kegelapan yang dapat dilawan dan ditaklukan oleh
manusia apapun. Kegelapan itu berlangsung 3 hari dan setelah itu selesai atau
berakhir. Siapakah yang mengakhiri kegelapan 3 hari itu? Allah sendiri. Ini
juga yang dilakukan oleh Yesus selama 3 hari di dalam rahim bumi: “Sebab seperti Yunus tinggal di dalam perut
ikan tiga hari tiga malam, demikian juga Anak Manusia akan tinggal di dalam
rahim bumi tiga hari tiga malam- Matius 12:40 sebagai sebuah maksud Allah
sendiri untuk menaklukan kegelapan sehingga berita keselamatan dapat
diberitakan berdasarkan perbuatan Allah sendiri, bukan manusia:
Lukas
24:44-47 Ia berkata kepada mereka: "Inilah perkataan-Ku, yang telah
Kukatakan kepadamu ketika Aku masih bersama-sama dengan kamu, yakni bahwa harus
digenapi semua yang ada tertulis tentang Aku dalam kitab Taurat Musa dan kitab
nabi-nabi dan kitab Mazmur." Lalu Ia membuka pikiran mereka, sehingga
mereka mengerti Kitab Suci. Kata-Nya kepada mereka: "Ada tertulis
demikian: Mesias harus menderita dan bangkit dari antara orang mati pada hari
yang ketiga, dan
lagi: dalam nama-Nya berita tentang pertobatan dan pengampunan dosa harus
disampaikan kepada segala bangsa, mulai dari
Yerusalem.
Yesus adalah Sang
Terang dunia, Ia tepat sebagaimana terang pada
setiap rumah Israel kala kegelapan yang dahsyat meliputi segenap tanah Mesir.
Ini begitu tajam, bahwa Mesir adalah gambaran dunia secara global, ini bukan
tanah Israel, sehingga kehadiran terang-Nya di Mesir kala itu, memang sedang
memaksudkan bahwa Ia adalah satu-satunya terang dan satu-satunya terang yang
hadir di dunia, tetapi juga menunjukan:hanya akan hadir pada individu-individu
yang percaya dan hidup di dalam kebenaran-Nya yang satu-satunya itu. Dan ini
telah digenapi oleh Yesus sendiri kala berkata: “dan lagi dalam nama-Nya berita
tentang pertobatan dan pengampunan dosa harus disampaikan kepada segala bangsa,
mulai dari Yerusalem.” Ini termasuk menjangkau Mesir dan tentu saja seluruh
dunia, menjumpai orang-orang yang dikehendaki Sang Terang itu, sebagaimana telah digambarkan-Nya di Mesir: hanya hadir
di rumah-rumah orang yang dipilih-Nya. Di sini tak ada dasar kebenaran pada
diri manusia sebagai dasar mengapa terang itu berdiam di kediaman orang-orang Israel.
Sehingga “terang” dalam Perjanjian
Lama dan Perjanjian Baru bukan sejajar tetapi sebuah terang yang sama dan
bersinambung dalam sejarah keselamatan manusia! Bukan dua macam terang dan dua
macam kebenaran yang asing satu sama lain. Bukan tetapi terang yang sama dari
Allah menggenapi segala pikiran dan kehendak Allah dalam terang yaitu Yesus
Kristus.
Tahukah anda bahwa
secara prinsip dan global, disepanjang era perjanjian lama itu sendiri, Allah
tak pernah sama sekali ada memandang pada diri manusia ada sebuah jalan keselamatan dan jalan pendamaian berdasarkan menaati perintah-perintah dan hukum-hukum-Nya. Sebuah penaatan demikian tak pernah menjadi jalan keselamatan dan jalan pendamaian antara manusia dengan diri-Nya.
Mari saya tunjukan
kepada anda, pilar tunggal ketakberdayaan manusia untuk menaklukan kegelapan
dalam cara menuruti kebenaran yang merupakan terang yang memandu jalan-jalan
kehidupan mereka di dunia ini. Dan perhatikanlah hal berikut ini:
Israel sebagai sebuah bangsa yang
dijumpai Allah diantara begitu banyak bangsa yang ada saat itu, sangat mengenal
betul bahwa hidup di dalam kegelapan adalah hal yang sangat dibenci Allah dan
inilah dasar yang paling tajam untuk melihat bahwa kala berbicara kekudusan
maka yang tersisa pada manusia tak ada sama sekali. Allah bahkan tak melihat
sama sekali di diri manusia itu benih kekudusan sehingga Ia harus menuntun
bangsa ini dalam cara yang begitu kontras tepat seperti terang terhadap gelap,
yang menunjukan betapa dungunya manusia-manusia itu untuk sekedar membicarakan
apakah yang kudus dan apakah yang tak kudus bagi Allah.
Perhatikanlah episode
ini:
▬Yosua 24:14-18 (14) Oleh sebab itu,
takutlah akan TUHAN dan beribadahlah kepada-Nya dengan tulus ikhlas dan setia.
Jauhkanlah allah yang kepadanya nenek moyangmu telah beribadah di seberang
sungai Efrat dan di Mesir, dan beribadahlah kepada TUHAN. (15) Tetapi
jika kamu anggap tidak baik untuk beribadah kepada
TUHAN, pilihlah pada hari ini kepada
siapa kamu akan beribadah; allah yang kepadanya nenek moyangmu beribadah di
seberang sungai Efrat, atau allah orang Amori yang negerinya kamu diami ini.
Tetapi aku dan seisi rumahku, kami akan beribadah kepada TUHAN!"
(16) Lalu bangsa itu menjawab: "Jauhlah dari pada kami meninggalkan TUHAN
untuk beribadah kepada allah lain! (17) Sebab TUHAN, Allah
kita, Dialah yang telah menuntun kita dan nenek moyang kita dari tanah Mesir,
dari rumah perbudakan, dan yang telah melakukan tanda-tanda mujizat yang besar
ini di depan mata kita sendiri, dan yang telah melindungi kita sepanjang jalan
yang kita tempuh, dan di antara semua bangsa yang kita lalui,(18) TUHAN
menghalau semua bangsa dan orang Amori, penduduk negeri ini, dari depan kita.
Kamipun akan beribadah kepada TUHAN, sebab Dialah Allah kita."
Sementara
Israel penuh percaya diri untuk memilih TUHAN, tetapi Yosua sudah melihat
terlebih dahulu masa depan kelabu generasi yang kelak akan ditinggalnya pergi
untuk selama-lamanya, pernyataan Yosua ini menimbulkan sebuah kesengitan antara
dirinya dengan yang dipimpinnya. Perhatikan pernyataan Yosua berikut ini:
Yosua
24:19-20 Tetapi Yosua berkata kepada bangsa itu: "Tidaklah kamu sanggup beribadah
kepada TUHAN, sebab Dialah Allah yang kudus, Dialah Allah yang cemburu. Ia
tidak akan mengampuni kesalahan dan dosamu. Apabila kamu meninggalkan TUHAN dan
beribadah kepada allah asing, maka Ia akan berbalik dari padamu dan melakukan
yang tidak baik kepada kamu serta membinasakan kamu, setelah Ia melakukan yang
baik kepada kamu dahulu."
Tidaklah kamu
sanggup! Ada apakah dengan Yosua? Tetapi
siapapun tidak dapat menyalahkan Yosua sebab pada dasarnya Yosua sebagai pemimpin melihat apa
yang tak dilihat oleh rakyat yang
dipimpinnya. Yosua melihat sebagaimana apa yang telah dinyatakan oleh Allah: “Tetapi
jika kamu anggap tidak baik untuk beribadah kepada
TUHAN, pilihlah pada hari ini kepada
siapa kamu akan beribadah; allah yang kepadanya nenek moyangmu beribadah di
seberang sungai Efrat, atau allah orang Amori yang negerinya kamu diami ini.
Tetapi aku dan seisi rumahku, kami akan beribadah kepada TUHAN!”
Tidaklah kamu sanggup!
Allah
tidak sedang bersinisme tetapi menunjukan hati manusia sementara bertopeng
dihadapan-Nya.
Sebab
Ia tahu sejak semula tidak ada yang baik, satupun tidak. Bukankah Musa sendiri
telah gagal masuk ke tanah perjanjian itu sendiri sekalipun di dalam kemenangan
imannya? Perhatikanlah ini:
Bilangan
20:7- 13TUHAN berfirman kepada Musa: Ambillah tongkatmu itu dan engkau dan
Harun, kakakmu, harus menyuruh umat itu berkumpul; katakanlah di depan mata
mereka kepada bukit batu itu supaya diberi airnya; demikianlah engkau
mengeluarkan air dari bukit batu itu bagi mereka dan memberi minum umat itu
serta ternaknya. Lalu Musa mengambil tongkat itu dari hadapan TUHAN, seperti
yang diperintahkan-Nya kepadanya. Ketika Musa dan Harun telah mengumpulkan
jemaah itu di depan bukit batu itu, berkatalah ia kepada mereka:
"Dengarlah kepadaku, hai orang-orang durhaka, apakah kami harus
mengeluarkan air bagimu dari bukit batu ini?" Sesudah itu Musa mengangkat
tangannya, lalu memukul bukit batu itu dengan tongkatnya dua kali, maka
keluarlah banyak air, sehingga umat itu dan ternak mereka dapat minum. Tetapi
TUHAN berfirman kepada Musa dan Harun: "Karena kamu tidak percaya kepada-Ku dan tidak menghormati kekudusan-Ku
di depan mata orang Israel, itulah sebabnya kamu tidak akan membawa jemaah ini masuk ke negeri yang akan
Kuberikan kepada mereka." Itulah mata air Meriba, tempat orang Israel
bertengkar dengan TUHAN dan Ia menunjukkan kekudusan-Nya di antara mereka.
Musa
dalam kemenangan iman bagi dirinya sendiri, telah gagal membawa masuk
jemaah-Nya ke tujuan yang telah ditetapkan Tuhan. Ini adalah kegagalan
pada kegagalan Mesias Israel bernama
Musa. Ia hanya sukses membebaskan Israel dari kegelapan di Mesir tetapi gagal
membawa mereka sukses ke tempat tujuan-Nya. Mesias memiliki peran tertinggi di
sini. Sehingga pola keselamatan berdasarkan karya dan kesempurnaan kerja Mesias
sebagaimana kehendak Bapa, telah dipolakan Allah sejak Perjanjian Lama.
Musa
adalah orang yang dikhususkan Allah menjadi pembebas Israel yang berada dalam
tawanan dunia :
Keluaran
3:1-14 Adapun Musa, ia biasa menggembalakan kambing domba Yitro, mertuanya,
imam di Midian. Sekali, ketika ia menggiring kambing domba itu ke seberang
padang gurun, sampailah ia ke gunung Allah, yakni gunung Horeb. Lalu Malaikat
TUHAN menampakkan diri kepadanya di dalam nyala api yang keluar dari semak duri.
Lalu ia
melihat, dan tampaklah: semak duri itu menyala, tetapi tidak dimakan
api. Musa berkata: "Baiklah aku menyimpang ke sana untuk memeriksa
penglihatan yang hebat itu. Mengapakah tidak terbakar semak duri itu?" Ketika
dilihat
TUHAN, bahwa Musa menyimpang untuk memeriksanya, berserulah Allah
dari tengah-tengah semak duri itu kepadanya: "Musa, Musa!" dan ia
menjawab: "Ya, Allah." Lalu Ia berfirman: "Janganlah datang dekat-dekat: tanggalkanlah kasutmu dari kakimu, sebab
tempat, di mana engkau berdiri itu, adalah tanah
yang kudus." Lagi Ia berfirman: "Akulah Allah ayahmu,
Allah Abraham, Allah Ishak dan Allah Yakub." Lalu Musa menutupi mukanya, sebab ia takut memandang Allah.
Dan TUHAN berfirman: "Aku telah memperhatikan dengan sungguh kesengsaraan
umat-Ku di tanah Mesir, dan Aku telah mendengar seruan mereka yang
disebabkan oleh pengerah-pengerah mereka, ya, Aku mengetahui penderitaan
mereka. Sebab itu Aku telah turun untuk melepaskan mereka dari
tangan orang Mesir dan menuntun mereka keluar dari negeri itu ke suatu negeri
yang baik dan luas, suatu negeri yang berlimpah-limpah susu dan madunya, ke
tempat orang Kanaan, orang Het, orang Amori, orang Feris, orang Hewi dan orang
Yebus. Sekarang seruan orang Israel telah sampai kepada-Ku; juga telah Kulihat,
betapa kerasnya orang Mesir menindas mereka. Jadi sekarang, pergilah, Aku mengutus
engkau kepada Firaun untuk membawa umat-Ku, orang Israel, keluar dari
Mesir." Tetapi Musa berkata kepada Allah: "Siapakah aku ini, maka aku
yang akan menghadap Firaun dan membawa orang Israel keluar dari Mesir?" Tetapi
Musa berkata kepada Allah: "Siapakah aku ini, maka aku yang akan menghadap
Firaun dan membawa orang Israel keluar dari Mesir?" Lalu firman-Nya:
"Bukankah Aku akan menyertai engkau? Inilah tanda bagimu, bahwa Aku yang
mengutus engkau: apabila engkau telah membawa bangsa itu keluar dari Mesir,
maka kamu akan beribadah kepada Allah di gunung ini." Lalu Musa berkata
kepada Allah: "Tetapi apabila aku mendapatkan orang Israel dan berkata
kepada mereka: Allah nenek moyangmu telah mengutus aku kepadamu, dan mereka
bertanya kepadaku: bagaimana tentang nama-Nya? --apakah yang harus kujawab
kepada mereka?" Firman Allah kepada Musa: "AKU ADALAH AKU." Lagi
firman-Nya: "Beginilah kaukatakan kepada orang Israel itu: AKULAH AKU telah
mengutus aku kepadamu."
Musa!
Musa di utus dari tempat kudus
dalam makna sesungguhnya, yaitu tempat dimana Allah bersemayam dalam
kemuliaan-Nya yang penuh: api menyala-nyala yang tak boleh didekati secara
serampangan kecuali mengindahkan perintah-perintah kudus-Nya. Musa dalam pengutusan oleh TUHAN sebagai
: Allah sendiri yang turun ke dunia
ini dalam cara “Akulah Aku telah mengutus aku kepadamu.
Musa dalam peristiwa ini merupakan bayang-bayang
dari apa yang dilakukan oleh Yesus sendiri:
Yohanes
6:38 Sebab Aku
telah turun dari sorga bukan untuk melakukan kehendak-Ku, tetapi untuk melakukan
kehendak Dia yang telah mengutus Aku.
Musa dan Yesus.
Yang pertama merupakan
gambaran yang menunjukan pada yang
kedua; yang tak sempurna
sedang menunjuk pada yang sempurna,
dengan sebuah signifikansi yang menjulang tinggi: pada Yesus tidak ada kegagalan
sebagaimana Musa: gagal membawa masuk jemaah atau umat Tuhan sampai ke
tujuan Allah sehingga bukan saja dirinya yang gagal tetapi semua yang
dipimpinnya gagal menuju tujuan Allah.
Perhatikan hal ini:
Yohanes
6:39-40 Dan inilah kehendak Dia yang
telah mengutus Aku, yaitu supaya
dari semua yang telah diberikan-Nya kepada-Ku jangan
ada yang hilang, tetapi supaya Kubangkitkan pada akhir zaman.
Sebab inilah kehendak Bapa-Ku, yaitu supaya setiap orang, yang melihat Anak dan
yang
percaya kepada-Nya beroleh hidup yang kekal, dan supaya
Aku membangkitkannya pada akhir zaman."
Apakah tujuan yang harus dicapai
umat Allah yang diserahkan kepada Yesus, sebagaimana kehendak Bapa? Yesus
harus memimpin umat kepunyaan Bapa, agar tiba di tujuan akhir dari perjalanan
panjang itu dengan sebuah garansi
dari Bapa sendiri: sukses sempurna rencana-Nya oleh Mesias-Nya.
Sebagaimana dinyatakan oleh Yesus: jangan ada yang hilang,
supaya Aku membangkitkannya pada akhir zaman.” Tujuan yang ditetapkan
Bapa di dalam tangan Yesus erat terkait dengan memiliki kehidupan yang
bersumber dari Allah. Ini bukan soal sekedar tidak mati-mati dan tidak binasa kala berbicara “jangan ada yang hilang dan Yesus membangkitkan semuanya pada akhir zaman,”
tetapi ini berbicara mengalami kehidupan yang telah dipersiapkan oleh Bapa
sendiri yang digenapi oleh Yesus Sang Mesias bagi semua umat-Nya, yang selama
ini berada didalam penjajahan dunia (Mesir) dan dibawa masuk oleh Sang Firman yang
telah turun ke dunia ini dan memimpin mereka sampai di negeri tujuan yang
dikehendaki Bapa. Di situlah terdapat kehidupan Allah yang sempurna bagi
mereka.
Itulah sebabnya
terkait Musa, Yesus berkata demikian:
Yohanes
5:46 Sebab jikalau kamu percaya kepada Musa, tentu kamu akan percaya juga
kepada-Ku, sebab ia telah menulis tentang Aku.
Lukas
34:27 Lalu Ia menjelaskan kepada mereka apa
yang tertulis tentang Dia dalam seluruh Kitab Suci, mulai dari
kitab-kitab Musa dan segala
kitab nabi-nabi.
Terang pada Musa dan
Terang pada Yesus bukanlah terang yang tak sejajar, tetapi yang pertama sedang
menyimbolkan yang akan datang. Terang yang tak sempurna pada musa sedang
menunjuk pada yang jauh lebih sempurna, yaitu Yesus Sang Terang dunia.
Mari perhatikan hal-hal
berikut ini:
▲Keluaran
34:27 Berfirmanlah TUHAN kepada Musa: "Tuliskanlah segala firman ini,
sebab berdasarkan firman ini telah Kuadakan perjanjian dengan engkau dan dengan
Israel." Berfirmanlah TUHAN kepada Musa: "Tuliskanlah segala firman
ini, sebab berdasarkan firman ini telah Kuadakan perjanjian dengan engkau dan
dengan Israel." Dan Musa ada di sana bersama-sama dengan TUHAN empat puluh hari empat puluh malam
lamanya, tidak makan roti dan tidak minum air, dan ia menuliskan pada
loh itu segala perkataan perjanjian, yakni Kesepuluh Firman. Ketika Musa turun
dari gunung Sinai--kedua loh hukum Allah ada di tangan Musa ketika ia turun
dari gunung itu--tidaklah ia tahu, bahwa kulit mukanya bercahaya oleh karena ia telah
berbicara dengan TUHAN. Ketika Harun dan segala orang Israel melihat Musa,
tampak kulit mukanya bercahaya, maka takutlah mereka mendekati dia.
Pada Yesus, terang
itu adalah totalitas dirinya:
▲Matius
17:1- 3 Enam hari kemudian Yesus membawa Petrus, Yakobus dan Yohanes saudaranya,
dan bersama-sama dengan mereka Ia naik ke sebuah gunung yang tinggi. Di situ
mereka sendiri saja. Lalu Yesus berubah rupa di depan mata mereka; wajah-Nya
bercahaya seperti matahari dan pakaian-Nya menjadi putih bersinar seperti
terang. Maka nampak kepada mereka Musa dan Elia sedang berbicara dengan Dia.
Dan pada momen tersebut,
Musa sendiri hadir dan berbicara dengan Dia. Di sinilah apa yang dimaksudkan
Yesus, bahwa Musa menuliskan mengenai dirinya digenapi tepat didepan para
muridnya: Petrus, Yakobus dan Yohanes.
Jika Musa berada di kediaman
Allah selama 40 hari dan 40 malam dan secara sempurna mengalami kekekalan Bapa
dan mengalami kekenyangan dan kepuasan tanpa dahaga sama sekali selama periode
panjang itu: “tidak makan roti dan tidak
minum air,” maka Yesus pada mulanya
adalah Allah dan bersama-sama dengan Allah: “Pada mulanya adalah Firman; Firman itu bersama-sama dengan Allah dan Firman
itu adalah Allah. Ia pada mulanya
bersama-sama dengan Allah- Yohanes 1:1-2.” Jadi memang Musa itu sedang
menunjukan kepada Dia yang akan datang,
Ia di tangan Allah yang memilihnya, telah digunakan-Nya untuk menggambarkan dia
yang telah dirancangkannya sejak kekekalan dan kala dosa belum terjadi untuk
terjadi kala segala sesuatunya telah diciptakan. Jika Musa dibawa masuk ke
dalam kekekalan di hadirat Allah selama 40 hari 40 malam berjumpa dengan Allah
yang memuaskannya, sehingga tidak lagi memerlukan makan dan minum sebagaimana
manusia kala di dunia, maka Yesus adalah sumber makanan dan minuman yang jika
diterima manusia maka tidak akan lagi lapar dan tidak akan lagi haus:
Yohanes
6:32- 35Maka kata Yesus kepada mereka: "Aku berkata kepadamu, sesungguhnya
bukan Musa yang memberikan kamu roti dari sorga, melainkan Bapa-Ku yang
memberikan kamu roti yang benar dari sorga. Karena roti yang dari Allah ialah
roti yang turun dari sorga dan yang memberi hidup kepada dunia." Maka kata
mereka kepada-Nya: "Tuhan, berikanlah kami roti itu senantiasa." Kata
Yesus kepada mereka: "Akulah roti hidup; barangsiapa datang kepada-Ku, ia tidak akan lapar lagi, dan barangsiapa percaya kepada-Ku, ia tidak akan haus lagi.
Inilah pernyataan Yesus yang
begitu tajam dan begitu terinci daripada sebelumnya:
“ia menuliskan tentang Aku,” pada apakah yang dituliskan Musa pada kitab-kitab
Musa itu sendiri.
Yesus ada sejak
kekekalan dan berada bersama dengan Allah dalam kekekalan sebelum segala apa
yang disebut sebagai ciptaan ada. Ia bahkan adalah firman dan penyata firman
itu sendiri, pada dirinya sendiri:
▲Yohanes
12:49 Sebab Aku berkata-kata bukan
dari diri-Ku sendiri, tetapi Bapa, yang mengutus Aku, Dialah yang memerintahkan Aku
untuk mengatakan apa yang harus Aku
katakan dan Aku sampaikan
Baik
Musa dan Yesus menerima firman dari Bapa di
dunia ini! Tetapi apa yang sungguh-sungguh membedakannya adalah
siapakah Musa dan siapakah Yesus sesungguhnya dihadapan Bapa. Apa yang terjadi
pada Yesus dan tidak terjadi pada Musa telah menunjukan siapakah keduanya
masing-masing:
▲Yohanes
12:46- Aku telah datang ke dalam
dunia sebagai terang, supaya setiap
orang yang percaya kepada-Ku, jangan tinggal di dalam kegelapan. Dan
jikalau seorang mendengar perkataan-Ku, tetapi tidak melakukannya, Aku tidak
menjadi hakimnya, sebab Aku datang bukan untuk menghakimi dunia, melainkan
untuk menyelamatkannya. Barangsiapa
menolak Aku, dan tidak menerima perkataan-Ku,
ia sudah ada hakimnya, yaitu firman yang telah Kukatakan, itulah yang akan menjadi hakimnya pada akhir zaman.
Perkataan
Yesus adalah hakim bagi segenap manusia, pada akhir zaman. Perkataan Musa tidak akan menjadi hakim bagi
segenap manusia. Mengapa? Karena Musa bukanlah Mesias atau pembebas manusia
yang berkuasa membawa segenap umat Tuhan sampai ke tempat yang Bapa kehendaki di sorga! ia tak pernah membawa
umat Tuhan menuju tujuan yang telah ditetapkan Bapa! Musa pada dasarnya tepat pada
kemuliaannya sedang mewartakan kemuliaan yang lebih agung daripada dirinya
sendiri!
Saya
ingin menunjukan sebuah aspek yang akan memastikan bahwa pada sisi manusia,
pada sisi perbuatan baik manusia sekalipun memang adalah perintah Allah untuk
dilakukan dan senantiasa dikehendaki-Nya dalam ketakberdayaan manusia,
sebagai lambang penundukan dan lambang ketaatan yang berwujud
perbuatan-perbuatan taat atas kehendak kudus-Nya, tak pernah sama sekali, itu
semua, menjadi alat atau aktivitas yang mendatangkan pengudusan di hadapan
Allah. Perhatikan baik-baik,
saya akan katakan sekali lagi: “Allah
memang menghendaki semua umat-Nya untuk melakukan perbuatan-perbuatan baik yang
memuliakan nama-Nya diantara bangsa-bangsa yang tak mengenal-Nya
sebagai lambang ketaatan dan lambang kehidupan yang tunduk dalam kepemimpinan satu-satunya
Allah yang telah menyatakan satu-satunya kebenaran bagi dunia, yaitu pada Yesus
Kristus, dalam realita ketakberdayaan
manusia itu sendiri. Tetapi ini semua sama sekali tidak dapat berfungsi sebagai pengudusan atas segala kenajisan dan dosa yang senantiasa diproduksi
oleh kompleksitas ketakberdayaan manusia itu, sementara disaat yang
sama berupaya berjuang melawan segala kenajisan yang bekerja sebagai insting atau naluri alamiah manusia
untuk melakukanya tanpa perlu dipasok dari luar dirinya.
▓Perhatikan
ini, sehingga anda memahami apakah maksud saya, sehingga jangan pernah berkata: "masakan Allah memberikan perintah kepada manusia yang tak dapat dikerjakan manusia?" Hanya ketika anda tunduk kepada tujuan Allah atas segenap tindakannya, anda akan paham:
Kepada Israel, Allah
memberikan 10 perintah yang merupakan kehendak kudus-Nya untuk dilakukan
umat-Nya, agar sebagaimana Ia kudus, maka kuduslah juga yang menjadi umat-Nya.
Bacalah Keluaran 20:1-17. Inilah kekudusan Tuhan yang begitu mulianya dan
dikehendaki-Nya untuk dilakukan. Perilaku kudus harus menjadi sebuah jiwa
kehidupan umat Tuhan diantara bangsa-bangsa yang tak mengenal-Nya. Ini
sebuah kudus yang otentik:
Keluaran
20:18 Seluruh bangsa itu menyaksikan guruh mengguntur, kilat sabung-menyabung,
sangkakala berbunyi dan gunung berasap. Maka bangsa itu takut dan gemetar dan mereka berdiri jauh-jauh.
Apakah tujuan Allah menghadirkan
kekudusan-Nya dalam wujud perintah-perintah kudus untuk dijalankan di dunia
ini? Untuk memisahkan siapapun dari yang tidak kudus, kala dilakukannya penuh ketaatan, dalam pandangan-Nya terhadap kehidupan dunia yang dinaungi kegelapan . Mengapa
di sini pemisahan dari ketidak-kudus-an harus dengan menghadirkan
perintah-perintah kudus-Nya? Sebab hanya Dia satu-satunya standard kebenaran
apakah itu kudus dan tidak kudus atau dosa. Dengan kata lain, dosa adalah definisi Allah dalam
sebuah kompleksitas diri-Nya yang tak terhampiri manusia berdosa. Jadi,
ketika pendeta Erastus
membangun dasar untuk pengajaran “Keselamatan di luar Kristen” berdasarkan
kompleksitas dosa dan “bertentangan
dengan kehendak Tuhan,’ sungguh sebuah kekeliruan.
Perhatikan
ini:
▲Keluaran
20:20 Tetapi Musa berkata kepada bangsa itu: "Janganlah takut, sebab Allah telah datang dengan maksud untuk
mencoba kamu dan dengan maksud supaya takut
akan Dia ada padamu, agar kamu jangan berbuat
dosa."
Dosa bukanlah problem
khusus Israel seolah hanya komunitas ini saja yang mengalami dan bangsa-bangsa
lain, dengan demikian, tidak mengalaminya. Perhatikan apa yang dikatakan Musa:
“Supaya takut akan Dia ada.”
Ini bukan takut dalam arti negatif, ini adalah hidup dalam kebenaran Tuhan: tidak
berbuat dosa karena mengenal dan
mengikut Allah kudus sementara masih di dunia yang mengasihi kegelapan. Apa
yang dibenci Tuhan, itulah yang tidak boleh dilakukan; apa
yang disukai Tuhan, itulah yang dilakukan. Kalau anda membaca 10
perintah Allah, misalkan saja saya menyorot pada: jangan membunuh, jangan
berzinah, dan jangan mencuri,
apakah ini jenis-jenis dosa yang hanya
terjadi pada bangsa Israel? Tidak sama sekali, di seluruh dunia pada
semua individu ini adalah kegelapan yang terus memerintah manusia. Bahkan
hingga kini!
Tindakan-tindakan
pematuhan pada 10 perintah itu, tidak pernah dapat menguduskan mereka,
sebaliknya malah membuat dosa itu sedemikian kerasnya oleh karena semenjak
itulah apa yang dahulu telah merupakan
kekejian di mata Tuhan kini semakin
keras menimbulkan murka Allah kala itu dilanggar.
Bahkan Musa si
penerima hukum kudus di tempat kudus Allah telah menjadi orang pertama, tepat dalam terang kudus Allah
yang menunjukan
betapa ia tetap seorang berdosa dan pemberontak terhadap kehendak kudus
Allah atasnya:
Keluaran
4:13- 14Tetapi Musa berkata: "Ah, Tuhan, utuslah kiranya siapa saja yang
patut Kauutus." Maka bangkitlah murka TUHAN terhadap Musa dan Ia
berfirman: "Bukankah di situ Harun, orang Lewi itu, kakakmu? Aku tahu,
bahwa ia pandai bicara; lagipula ia telah berangkat menjumpai engkau, dan
apabila ia melihat engkau, ia akan bersukacita dalam hatinya.
Problem
yang tak terpecahkan dengan penaatan10 perintah dan segala hukum yang diturunkan Allah ke dunia ini pada Israel,
pada maksud-Nya, memang bukan untuk mengentaskan dosa pada segenap diri manusia melalui
bertaat pada segenap perintah dan hukum Tuhan. Apa yang dilakukan Allah pada dasarnya melalui hukum-hukum
kudus-Nya hendak menunjukan ketakberdayaan manusia terhadap segala kehendak
kudus Allah. Dan andaikata saja Allah
tidak memberikan solusi yang terlepas dari ketakberdayaan total semua manusia
yang direfleksikan begitu sempurna pada Israel, maka kesudahan umat manusia adalah: kegelapan total yang membawa
kebinasaan.
Jadi,
dari manakah datangnya pengudusan itu,
jika bukan datang dari ketaatan manusia terhadap perintah-perintah kudus Allah?
Datang dari ketetapan Allah yang sama
sekali tak memperhitungkan andil manusia.
Perhatikanlah ini:
▓Imamat
4:1-35 TUHAN berfirman kepada Musa: Katakanlah kepada orang Israel: Apabila
seseorang tidak
dengan sengaja berbuat dosa dalam sesuatu hal yang dilarang
TUHAN dan ia memang melakukan salah satu dari padanya, maka jikalau yang
berbuat dosa itu imam yang diurapi, sehingga bangsanya turut bersalah, haruslah ia
mempersembahkan kepada TUHAN karena dosa yang telah diperbuatnya itu, seekor lembu
jantan muda yang tidak bercela sebagai korban penghapus dosa. Ia harus membawa lembu itu
ke pintu Kemah Pertemuan, ke hadapan TUHAN, lalu ia harus meletakkan tangannya
ke atas kepala lembu itu, dan menyembelih lembu itu di hadapan TUHAN. Imam yang
diurapi itu harus mengambil sebagian dari darah lembu itu, lalu membawanya ke
dalam Kemah Pertemuan. Imam harus mencelupkan jarinya ke dalam darah itu, dan
memercikkan sedikit dari darah itu, tujuh kali di hadapan TUHAN, di depan tabir
penyekat tempat kudus. Kemudian imam itu harus membubuh
sedikit dari darah itu pada tanduk-tanduk mezbah pembakaran ukupan dari
wangi-wangian, yang ada di hadapan TUHAN di dalam Kemah Pertemuan, dan semua
darah selebihnya harus dicurahkannya kepada bagian bawah mezbah korban bakaran
yang di depan pintu Kemah Pertemuan. Segala lemak lembu jantan korban penghapus
dosa itu harus dikhususkannya dari lembu itu, yakni lemak yang menyelubungi isi
perut dan segala lemak yang melekat pada isi perut itu,… (13) Jikalau
yang berbuat
dosa dengan tak sengaja itu segenap umat Israel, dan jemaah tidak
menyadarinya, sehingga mereka melakukan salah satu hal yang dilarang TUHAN, dan
mereka bersalah,(14)maka apabila dosa yang diperbuat mereka itu
ketahuan, haruslah jemaah itu mempersembahkan seekor lembu
jantan yang muda sebagai korban penghapus dosa. Lembu itu harus
dibawa mereka ke depan Kemah Pertemuan.(15) Lalu para tua-tua
umat itu harus meletakkan tangan mereka di atas kepala lembu jantan itu di
hadapan TUHAN, dan lembu itu harus disembelih di hadapan TUHAN.(16) Imam
yang diurapi harus membawa sebagian dari darah lembu itu ke dalam Kemah
Pertemuan. Imam harus mencelupkan jarinya ke dalam darah itu dan memercikkannya
tujuh kali di hadapan TUHAN, di depan tabir.(18) Kemudian dari
darah itu harus dibubuhnya sedikit pada tanduk-tanduk mezbah yang di hadapan
TUHAN di dalam Kemah Pertemuan, dan semua darah selebihnya harus dicurahkannya
kepada bagian bawah mezbah korban bakaran yang di depan pintu Kemah Pertemuan.(19)
Segala
lemak harus dikhususkannya dari lembu itu dan dibakarnya di atas mezbah.(20)
Beginilah
harus diperbuatnya dengan lembu jantan itu: seperti yang diperbuatnya dengan lembu jantan
korban
penghapus dosa, demikianlah harus diperbuatnya dengan lembu itu.
Dengan demikian imam itu mengadakan pendamaian bagi mereka, sehingga mereka
menerima pengampunan.(21) Dan haruslah ia membawa lembu jantan itu ke luar
perkemahan, lalu membakarnya sampai habis seperti ia membakar habis lembu
jantan yang pertama. Itulah korban penghapus dosa untuk jemaah.(22)
Jikalau
yang berbuat dosa itu seorang pemuka yang tidak dengan sengaja melakukan salah
satu hal yang dilarang TUHAN, Allahnya, sehingga ia bersalah,(23) maka jikalau
dosa yang telah diperbuatnya itu diberitahukan kepadanya, haruslah ia membawa sebagai persembahannya
seekor kambing jantan yang tidak bercela.(24) Lalu haruslah ia
meletakkan tangannya ke atas kepala kambing itu dan menyembelihnya di tempat
yang biasa orang menyembelih korban bakaran di hadapan TUHAN; itulah korban
penghapus dosa.(25) Kemudian haruslah imam mengambil
dengan jarinya sedikit dari darah korban penghapus dosa itu, lalu membubuhnya
pada tanduk-tanduk mezbah korban bakaran. Darah selebihnya haruslah
dicurahkannya kepada bagian bawah mezbah korban bakaran.(26) Tetapi
segala lemak harus dibakarnya di atas mezbah, seperti juga lemak korban
keselamatan. Dengan
demikian imam mengadakan pendamaian bagi orang itu karena dosanya, sehingga ia menerima pengampunan(27) Jikalau yang
berbuat dosa dengan tak sengaja itu seorang
dari rakyat jelata, dan ia melakukan salah satu hal yang dilarang TUHAN,
sehingga ia bersalah,(28) maka jikalau dosa yang telah
diperbuatnya itu diberitahukan kepadanya, haruslah ia membawa sebagai persembahannya karena dosa yang
telah diperbuatnya itu seekor kambing betina yang tidak bercela.(29)
Lalu
haruslah ia meletakkan tangannya ke atas kepala korban penghapus dosa dan
menyembelih korban itu di tempat korban bakaran.(30) Kemudian
imam harus mengambil dengan jarinya sedikit dari darah korban itu, lalu membubuhnya
pada tanduk-tanduk mezbah korban bakaran. Semua darah selebihnya haruslah
dicurahkannya kepada bagian bawah mezbah. Tetapi segala lemak haruslah
dipisahkannya, seperti juga lemak korban
keselamatan dipisahkan, lalu haruslah dibakar oleh imam di atas
mezbah menjadi
bau yang menyenangkan bagi TUHAN. Dengan demikian imam
mengadakan pendamaian bagi orang itu sehingga ia menerima pengampunan.(32) Jika
ia membawa seekor
domba sebagai persembahannya menjadi korban penghapus dosa, haruslah ia
membawa seekor betina yang tidak bercela.(33) Lalu haruslah
ia meletakkan tangannya ke atas kepala korban penghapus dosa itu, dan menyembelihnya
menjadi korban
penghapus dosa di tempat yang biasa orang menyembelih korban
bakaran.(34) Kemudian imam harus mengambil dengan jarinya
sedikit dari darah korban penghapus dosa itu, lalu membubuhnya pada
tanduk-tanduk mezbah korban bakaran. Semua darah selebihnya haruslah
dicurahkannya kepada bagian bawah mezbah.(35) Tetapi segala
lemak haruslah dipisahkannya, seperti juga lemak domba korban
keselamatan dipisahkan, lalu imam harus membakar semuanya itu di
atas mezbah di atas segala korban api-apian TUHAN. Dengan demikian imam mengadakan pendamaian
bagi orang itu karena dosa
yang telah diperbuatnya, sehingga ia
menerima pengampunan.
Adakah dalam perjanjian lama,
“terang” adalah hukum-hukum Allah yang
harus ditaati sehingga memberikan pembebasan pada manusia dari kegelapan? Tidak
pernah demikian. Faktanya,
Allah sendiri telah menunjukan realita kelabu manusia yang bukan saja dengan berkata
atau bersabda bahwa semua manusia bejat, tetapi menunjukan pada praktiknya
mulai dari para imam hingga rakyat jelata berujung pada ketakberdayaan total
untuk membersihkan dirinya dan memperjuangkan dirinya untuk berkenan
melalui penaatan terhadap hukum-hukum kudus Tuhan. Tak ada jalan
keselamatan, jalan pengampunan dan jalan pendamaian dengan Allah berdasarkan perbuatan-perbuatan baik atau membangun komitmen hidup kudus dari
hari ke hari untuk semakin seperti Bapa. Tidak akan pernah dijumpai,
pada faktanya, di perjanjian lama sekalipun
itu yang dikehendaki Allah dan kehendak Allah itu tetap hidup dan mewarnai
kehidupan orang-orang perjanjian baru, tetapi
itu tak pernah menjadi jalan keselamatan dan dengan demikian tak pernah menjadi
penjamin keselamatan melalui pengejarannya.
Pada dasarnya
perintah Tuhan kepada Musa yang sedemikian kompleks ini, sedang menunjukan
bahwa Allah senantiasa menghendaki kehidupan kudus mewarnai kehidupan setiap
diri umat-Nya tetapi faktanya itu tak mungkin dipenuhi manusia. Allah
memang menyukai kekudusan, tetapi
akankah kekudusan seperti yang dimaui-Nya dan seperti yang melekat pada
diri-Nya akan pernah lahir dari diri manusia?
Vonis agung Allah
terhadap ini: tidak
akan pernah kekudusan lahir dari diri manusia, tepat seperti yang telah
disingkapkan-Nya kepada Musa dalam Imamat 4 tadi, mulai dari imam-imam-Nya
sendiri hingga umat-Nya yang hanya rakyat jelata? Jadi apakah yang dilakukan
Allah?
Ia
sendiri
yang
menyelamatkan, mendamaikan dan mengampuni, berdasarkan ketetapannya dan oleh
diri-Nya saja tanpa ada satu saja eleman manusia sebagai pengudusnya. Apakah
bukti tak ada sedikit saja dari manusia dapat menguduskan dirinya sendiri:
»Tak
ada perintah dari-Nya untuk lebih sungguh dalam menaati firman atau
hukum-hukumnya sebagai cara untuk menebus kesalahan dan mendamaikan dirinya
dengan Allah. Tak pernah, itu, menjadi alternatif dari Allah.
»Pengudusan,
pengampunan, pendamaian dan keselamatan sepenuhnya bergantung pada kurban hewan
yang dipersembahkan kepada-Nya, tak ada persembahan rangkaian
komitmen-komitmen untuk kembali hidup
berkenan kepada-Nya untuk mendapatkan pengudusan, pengampunan dan pendamaian.
»Imam
pelaksana upacara pengampunan dosa dengan
korban hewan itu sendiri, pun tak
luput dari dosa, sehingga ia sendiri memerlukan pengampunan yang datang
dari pengorbanan binatang sebagaimana dikehendaki Tuhan. Ini menunjukan bahkan
sarana-sarana kudus di dunia ini yaitu para pelaksana ketentuan Allah ini pun,
mustahil bagi-Nya untuk mendapatkan satu saja yang tak memerlukan pengudusan
terlebih dahulu.
Tiga poin sederhana
ini telah menunjukan bahwa”terang”
pada perjanjian lama, bukan sama sekali penaatan pada hukum –hukum atau
perintah-perintah Allah, atau kehidupan berkualitas tinggi, tetapi satu-satunya
jalan keluar yang diberikan Allah dan diselenggarakan oleh Allah sendiri untuk
mengatasi kehidupan manusia yang sepenuhnya tak berdaya untuk melepaskan diri
dari dosa, sehingga menjadi kudus
di hadapan Allah sementara ia tetap harus hidup dalam kehendak kudus Allah,
bukan dalam kehendak dunia ini. Ketakberdayaan manusia tak pernah digunakan
Allah untuk memastikan umat-Nya tiba di sorga, tetapi pada diri-Nya saja. Ia
sendiri yang berkuasa untuk memastikan selama perjalanan kita di dunia ini,
kekudusan adalah warna kehidupan kita sementara di saat yang sama, itu bukanlah
jalan menuju sorga, tetapi Sang Kurban Agung dari Allah (Yohanes 1:29).
Sehingga harus
diingatkan bahwa ketika pendeta Erastus menyatakan: “kebenaran pada perjanjian
lama tidak sejajar dengan kebenaran pada perjanjian baru,” itu salah sama
sekali, sebab bukan dua kebenaran yang berbeda tetapi sebuah kebenaran yang
berkesinambungan: keselamatan yang datang dari Allah dan
dilakukan oleh Allah sendiri bagi umat-Nya sendiri.
Jika
pengajaran pendeta Erastus diusung sebagai kebenaran ilahi, maka itu bertentangan
dengan Yesus sendiri yang menunjukan bahwa kebenaran pada perjanjian lama adalah
kesinambungan pada dunia perjanjian baru yang bersentral pada dirinya dan
segala sabdanya saja. Apakah,dengan demikian, hendak
menyatakan bahwa Yesus bukan Mesias yang dinubuatkan dalam perjanjian lama,
bahwa ia bukan terang dunia yang sudah hadir
untuk mengatasi ketakberdayaan manusia dihadapan dosa?
Renungkanlah dan berilah
dirimu untuk mempelajari alkitabmu, kiranya Roh Kudus yang bersaksi mengenai
kebenaran Yesus bagi dunia, juga menerangi hati dan pikiranmu dan memerdekanmu
dari ketakberdayaan untuk mematuhi atau menaati kebenaran akan terang yang telah
datang dari Allah bagi dunia di antara manusia yang berkenan kepada-Nya.
Bersambung ke bagian 5.C
AMIN
Segala
Pujian Hanya Kepada TUHAN
The
cross
transforms
present criteria of relevance: present criteria of relevance do not transform
the cross
[dari
seorang teolog yang saya lupa namanya]
No comments:
Post a Comment