Oleh: Martin Simamora
Benarkah
Karena Tidak Menolak Injil Hingga Ke Tingkat Penghinaan Maka Ada Kebenaran Lain Di Luar Kristus (5.F)
Bacalah lebih
dulu: “Tinjauan Pengajaran Pdt.Dr.Erastus Sabdono Pada Keselamatan Di Luar Kristen (5E)”
Sehingga Yesus
Kristus memang tak bisa dipisahkan dari perjanjian lama. Tetapi apakah relasi
dirinya dengan perjanjian lama? Apakah Ia mengajarkannya agar dilakukan dan
menjadi sebuah jalan keselamatan atau jalan pengudusan atau jalan pendamaian
atau jalan untuk menjadi anak-anak tebusan-Nya?
Mari kita
memperhatikan penjelasan Yesus berikut ini, yang menunjukan secara kuat pada
bagaimanakah sesungguhnya relasinya dengan perjanjian lama itu:
▬▬Matius 5:17-19 Janganlah kamu
menyangka, bahwa Aku datang untuk meniadakan hukum Taurat atau kitab para nabi.
Aku datang
bukan untuk meniadakannya, melainkan untuk menggenapinya. Karena Aku berkata
kepadamu: Sesungguhnya selama belum lenyap langit dan bumi ini, satu iota atau
satu titikpun tidak akan ditiadakan dari hukum Taurat, sebelum semuanya
terjadi. Karena itu siapa yang meniadakan salah satu perintah hukum Taurat
sekalipun yang paling kecil, dan mengajarkannya demikian kepada orang lain, ia
akan menduduki tempat yang paling rendah di dalam Kerajaan Sorga; tetapi siapa
yang melakukan dan mengajarkan segala perintah-perintah hukum Taurat, ia akan
menduduki tempat yang tinggi di dalam Kerajaan Sorga.
Bagian
ini menunjukan relasi Yesus terhadap hukum Taurat atau kitab para nabi: untuk menggenapinya- Ialah yang menggenapinya. Tak hanya sampai
disitu,tetapi menghakimi semua tak ada satu saja, bahkan, menduduki tempat yang
paling rendah di dalam kerajaan sorga. Perhatikan penghakimannya ini: “Maka Aku
berkata kepadamu: Jika
hidup keagamaanmu tidak lebih benar
dari pada hidup keagamaan ahli-ahli
Taurat dan orang-orang Farisi, sesungguhnya kamu tidak akan masuk ke dalam Kerajaan Sorga.” Dengan
kata lain, Yesus mengatakan: tidak ada satupun yang sanggup menggenapi apa yang
harus digenapi, selain diri-Nya saja.
Harus
dimengerti bahwa “tidak akan masuk ke dalam Kerajaan Sorga” memang bermakna
neraka, sebagaimana ditunjukan oleh Yesus di dalam lanjutan penghakiman-Nya: ”Tetapi Aku berkata kepadamu: Setiap orang
yang marah terhadap saudaranya harus dihukum; siapa yang berkata kepada
saudaranya: Kafir! harus dihadapkan ke Mahkamah Agama dan siapa yang berkata:
Jahil! harus diserahkan ke dalam neraka yang menyala-nyala-
ayat 22”; “Maka jika matamu yang kanan
menyesatkan engkau, cungkillah dan buanglah itu, karena lebih baik bagimu jika satu dari anggota tubuhmu binasa, dari pada
tubuhmu dengan utuh dicampakkan ke dalam neraka- ayat 29”; “Dan jika tanganmu yang kanan menyesatkan
engkau, penggallah dan buanglah itu, karena lebih baik bagimu jika satu dari anggota tubuhmu binasa dari pada
tubuhmu dengan utuh masuk neraka- ayat 30.” Pengajaran Taurat
ini disampaikan oleh Yesus dengan menunjukan dua hal: (a)Ia adalah penggenapan semua tuntutan kudus
tersebut, dan (b)tak ada satupun manusia,dengan demikian, berdasarkan
melakukannya mendapatkan sebuah jalan keselamatan?
Jika
demikian, ada dimana? Jalan itu sangat terkait dengan pernyataan Yesus: Aku
datang untuk menggenapi dalam cara tak satu iotapun yang luput!
Sebagaimana pola
dalam perjanjian lama, IA adalah terang yang kudus. Tak sama sekali dengan
demikian menganjurkan sebuah kehidupan tanpa kekudusan, sebaliknya di dalam Ia
menunjukan ketakberdayaan manusia dan betapa dekatnya manusia dengan neraka, Ia
tetap memberikan perintah ini: “Karena
itu haruslah kamu sempurna, sama
seperti Bapamu yang di sorga adalah sempurna- ayat 48."
Bersama-Nya tak ada ruang untuk pembiakan dosa!
▬▬Lukas 16:15-17 Lalu Ia berkata kepada
mereka: "Kamu membenarkan diri di hadapan orang, tetapi Allah mengetahui
hatimu. Sebab apa yang dikagumi manusia, dibenci oleh Allah. Hukum Taurat dan kitab para nabi
berlaku sampai kepada zaman Yohanes;
dan sejak waktu itu Kerajaan Allah diberitakan
dan setiap orang menggagahinya berebut memasukinya. Lebih
mudah langit dan bumi lenyap dari pada satu titik dari hukum Taurat batal.
Apakah
maksudnya “hukum Taurat dan Kitab para nabi” berlaku sampai kepada zaman Yohanes? Ada apakah dengan Yohanes
Pembaptis di sini-mengapa ia menjadi batas pengakhir keberlakuan “hukum Taurat
dan kitab para nabi?” Mari melihat siapakah Yohanes yang dibicarakan oleh Yesus
dan apakah yang dilakukannya:
Matius
3:1 Pada waktu itu tampillah Yohanes Pembaptis di padang gurun Yudea dan
memberitakan: Bertobatlah, sebab
Kerajaan Sorga sudah dekat!
Yohanes
yang ditetapkan oleh Yesus sebagai batas pengakhir keberlakuan hukum Taurat dan
kitab para nabi adalah dia yang memberitakan dalam seruan:”bertobatlah, sebab
Kerajaan Sorga sudah dekat! Tetapi bagaimanakah
mengartikan “Kerajaan Sorga” dan “sudah dekat?” Menjawab ini sangat erat
terkait dengan pernyataan Yesus sendiri yang berkata “Hukum Taurat dan kitab para nabi berlaku sampai kepada zaman Yohanes; dan sejak
waktu itu Kerajaan Allah diberitakan.”
Di
sini Yesus sedang menunjukan relasi dirinya terhadap hukum taurat dan kitab
para nabi sebagai penggenap dalam kuasa Ilahi yang kekal. Ini dengan sendirinya
menunjukan bahwa menggenapi hukum Taurat tidak dimungkinkan oleh
manusia-manusia sebab berada didalam kuasa yang membuatnya tak berkuasa untuk
melakukan kehendak Allah. Juga, menunjukan bahwa penggenapan yang dimaksud adalah
pengakhiran yang terkait erat dengan kerajaan Allah sudah dekat yang tak lain
adalah Sang Kristus itu sendiri.
Apakah
itu hanya pandangan manusia Yohanes dan manusia Yesus belaka? Ini bukan sama
sekali hal yang mendadak muncul atau pengajaran dadakan yang dimunculkan,
tetapi sudah dituliskan sejak lama oleh nabi kudus Allah: nabi Yesaya:
Matius
3:3 Sesungguhnya dialah yang dimaksudkan
nabi Yesaya ketika ia berkata: "Ada suara orang yang berseru-seru di
padang gurun: Persiapkanlah
jalan untuk Tuhan, luruskanlah jalan bagi-Nya."
Nabi Yohanes sendiri adalah dia yang telah dituliskan oleh nabi Yesaya
dan Yesus sendiri,dengan demikian, adalah dia
yang dituliskan oleh Yesaya sebagai “kerajaan Allah yang telah datang.”
Perhatikan
bagaimana Yohanes Pembaptis menunjuk Yesus sebagai “Dia yang sedang
diserukannya sebagai Kerajaan Allah yang
sudah dekat:
Matius
3:11-12-14 Aku membaptis kamu dengan air sebagai tanda pertobatan, tetapi Ia
yang datang kemudian dari padaku lebih berkuasa dari padaku dan aku tidak layak
melepaskan kasut-Nya. Ia akan membaptiskan kamu dengan Roh Kudus dan dengan
api. Alat penampi sudah ditangan-Nya. Ia akan membersihkan tempat
pengirikan-Nya dan mengumpulkan gandum-Nya ke dalam lumbung, tetapi debu jerami
itu akan dibakar-Nya dalam api yang tidak terpadamkan."
Karakteristik
hukum Allah begitu kuat bekerja pada Yesus dan bukan hanya itu saja, Yohanes
telah menyatakan Yesus sebagai satu-satunya berkuasa untuk melemparkan manusia
ke dalam api yang tak terpadamkan. Perhatikan poin-poin ini:
●Ia membaptis dengan Roh Kudus dan dengan api.
●Pada
tangannya ada alat penampi
●Ia
berkuasa untuk mengumpulkan gandum-Nya ke dalam lumbung-Nya, tetapi untuk debu
jerami,oleh Yesus Kritus, akan dibakar-Nya dalam api yang tidak terpadamkan.
Ini satu-satunya penyingkapan mengenai Yesus yang menyatakan
bahwa Ia sungguh berkuasa penuh untuk memasukan manusia-manusia tertentu ke
dalam lumbung-Nya dan untuk melemparkan manusia-manusia tertentu ke dalam api
yang tidak terpadamkan, bukan sebagai sebuah pengajaran atau penunjukan yang
baru muncul saat Yesus ada, atau bahkan saat Yohanes Pembaptis ada, tetapi yang
sudah sejak lama tersimpan dalam era perjanjian lama sebagai Dia yang sungguh
dinantikan. Tak hanya itu, tetapi juga nabi perjanjian lama itu adalah
satu-satunya yang dapat berjumpa dan melihat secara langsung Dia yang telah
dinubuatkan oleh Yesaya dalam nubuat mengenai dirinya.
Apa
yang begitu megah di sini: baik Yohanes dan Yesus, kemudian, saling mengenali
dan saling tunduk kepada ketetapan Allah yang telah ditetapkan sebelum segala
sesuatu ada:
Matius
3:13-15 Maka datanglah Yesus dari Galilea ke Yordan kepada Yohanes untuk
dibaptis olehnya. Tetapi Yohanes mencegah
Dia, katanya: "Akulah yang perlu dibaptis oleh-Mu, dan Engkau
yang datang kepadaku?" Lalu Yesus menjawab, kata-Nya kepadanya: "Biarlah hal itu
terjadi, karena demikianlah sepatutnya kita
menggenapkan seluruh kehendak Allah." Dan Yohanespun
menuruti-Nya.
Dalam
segala hal tak ada kepantasan apapun pada seorang manusia untuk membaptiskan
Yesus; dalam segala hal, ini juga dengan demikian, menunjukan bahwa pembaptisan
Yesus oleh Yohanes bukan sebagai momen Ia menjadi Tuhan, tidak sama sekali
sebab Yohanes Pembaptis sendiri sudah
menunjukan bahwa Ia berkuasa untuk melemparkan manusia ke neraka, dan berkuasa
untuk membawa masuk manusia ke dalam sorga. Dan memang benar demikian, bahwa
pembaptisan Yesus oleh Yohanes demi
menggenapkan seluruh kehendak Allah: “Biarlah hal itu terjadi, karena demikianlah
sepatutnya kita menggenapkan seluruh kehendak Allah.”
Bahwa
kitab Taurat dan kitab para nabi berlaku sampai kepada zaman Yohanes, sedang menunjukan dan menyatakan bahwa Yesus
sudah datang sebagai hakim bagi semua manusia dan yang berkuasa untuk
menentukan manusia-manusia apakah masuk ke dalam sorga atau neraka kekal!
Bahwa
kitab Taurat dan kitab nabi berlaku sampai kepada zaman Yohanes merupakan
kehendak Allah itu sendiri melalui Yesus yang datang untuk menggenapi dan
kemudian menghakimi pada saat itu juga. Yesus saat di bumi sudah menghakimi
siapa yang mati dalam dosa atau kegelapan dan siapa yang tidak hidup dalam
kegelapan, seperti:
►Yohanes
8:24 Karena itu tadi Aku berkata kepadamu, bahwa kamu akan mati dalam dosamu;
sebab jikalau
kamu tidak percaya, bahwa Akulah Dia, kamu akan mati dalam dosamu."
►Yohanes
8:26 Banyak
yang harus Kukatakan dan Kuhakimi
tentang kamu; akan tetapi Dia, yang mengutus Aku, adalah benar, dan apa yang
Kudengar dari pada-Nya, itu yang Kukatakan
kepada dunia."
Ini
benar-benar penghakiman di bumi dan bagi dunia saat itu juga sementara
penghakiman akhir pun belum dimulai, sehingga tentu saja rejeksi keras keluar
menentang Yesus: “Maka kata mereka kepada-Nya: "Siapakah Engkau?"- Yohanes 8:25. Jadi tak bisa
dikatakan bahwa ini adalah momentum saat khusus dan terbatas pada bangsa Yahudi
saja, karena Yesus berkata “ apa yang Kudengar dari pada-Nya, itu yang
Kukatakan kepada dunia.”
Di
sini, sebagaimana telah dinyatakan oleh nabi Yohanes Pembaptis, Yesus adalah
Dia yang berkuasa untuk menentukan siapa yang ke sorga dan siapakah yang ke
neraka.
Perhatikan, dasarnya, bukan
lagi hukum Taurat dan kitab para nabi, tetapi diri Yesus dan
perkataan Yesus saja, dan itu bukan kehendak dan bahkan perkataanYesus tetapi Bapa. Dalam peristiwa semacam inilah poin
terjadinya: “ hukum Taurat dan kitab para nabi” berlaku sampai kepada zaman
Yohanes,” secara aktual tepat dihadapan para pemegang hokum Taurat dan kitab
para nabi yang sedang berjumpa dengan Sang Pengakhir-Penggenap dan sekaligus
Sang Hakim!
Dan
menjawab rejeksi
atau penolakan itu, Yesus kemudian menunjukan bahwa Ia memang
setinggi itu bahwa Ia berkuasa untuk menghakimi mereka dengan menyatakan: “kamu
akan mati dalam dosamu’:
►Yohanes
8:28Maka kata Yesus: "Apabila kamu telah meninggikan Anak Manusia, barulah
kamu tahu, bahwa Akulah Dia, dan bahwa Aku tidak berbuat apa-apa dari diri-Ku
sendiri, tetapi Aku
berbicara tentang hal-hal, sebagaimana diajarkan Bapa kepada-Ku.
Penghakiman
Yesus itu adalah “jikalau kamu tidak percaya, bahwa Akulah Dia.” Tak percaya
bahwa Dia adalah Yang diutus Bapa atau Dia yang dinantikan datang sebagai
Mesias” dari Allah sebagaimana yang disaksikan oleh nabi Yohanes Pembaptis:
►Yohanes
1:29- Pada keesokan harinya Yohanes melihat Yesus datang kepadanya dan ia
berkata: "Lihatlah Anak domba Allah, yang menghapus dosa dunia. Dialah yang kumaksud ketika kukatakan:
Kemudian dari padaku akan datang seorang, yang telah mendahului aku, sebab Dia telah
ada sebelum aku. Dan aku
sendiripun mula-mula tidak mengenal
Dia, tetapi
untuk itulah aku datang dan membaptis dengan air, supaya Ia dinyatakan kepada
Israel."
Kembali,
pembaptisan Yesus oleh Yohanes, bukan menunjukan itulah momen Yesus menjadi
Tuhan, tetapi: supaya
dinyatakan kepada Israel! Dalam hal itu, nabi Yohanes Pembaptis
mengenali Yesus sebagai “Dia telah ada
sebelum aku.” Itu bukan sama sekali menunjukan keberadaan dalam makna waktu
dan tempat tetapi mengatasi waktu dan tempat atau kekekalan. Bukankah Yohanes
Pembaptis lahir lebih dahulu dan lebih dahulu masuk kedalam momen
pelayanan-Nya, daripada Yesus?!
Relasi Yesus terhadap
hukum Taurat dan kitab para nabi, tak pernah sama sekali menunjukan bahwa
dengan melakukannya maka dengan demikian umat-Nya atau pengikut Kristus
mengerti kehendak Allah dengan sempurna. Apa yang dilakukan
Yesus saat Ia ada dan mengajar di dunia ini, menunjukan bahwa tak ada satu
manusia yang melakukan apa yang dikehendaki Allah:
▬▬Yohanes 7:14-20 Waktu pesta itu sedang
berlangsung, Yesus masuk ke Bait Allah lalu mengajar di situ. Maka heranlah
orang-orang Yahudi dan berkata: "Bagaimanakah orang ini mempunyai
pengetahuan demikian tanpa belajar!" Jawab Yesus kepada mereka:
"Ajaran-Ku tidak berasal dari diri-Ku sendiri, tetapi dari Dia yang telah
mengutus Aku. Barangsiapa mau melakukan kehendak-Nya, ia akan tahu entah
ajaran-Ku ini berasal dari Allah, entah Aku berkata-kata dari diri-Ku sendiri. Barangsiapa
berkata-kata dari dirinya sendiri, ia mencari hormat bagi dirinya sendiri,
tetapi barangsiapa mencari hormat bagi Dia yang mengutusnya, ia benar dan tidak
ada ketidakbenaran padanya. Bukankah Musa yang telah memberikan hukum Taurat kepadamu?
Namun tidak seorangpun di antara kamu yang
melakukan hukum Taurat itu.
Mengapa kamu berusaha membunuh Aku?" Orang banyak itu menjawab:
"Engkau kerasukan setan; siapakah yang berusaha membunuh Engkau?"
Ini
adalah penghakiman keras! Dimana-mana Yesus melakukan penghakiman semacam ini,
dalam cara yang keras bukan lunak sama sekali. Ia menghakimi: ”tidak seorangpung di antara kamu yang
melakukan hukum taurat itu!” tak hanya itu, Ia bahkan sudah memvonis
tidakan yang belum berwujud pada eksternal jiwa manusia-pada tindakan tubuh dengan berkata: “Mengapa kamu
berusaha membunuh Aku?”
Mereka
pun menyerang Yesus sebagai seorang hakim yang sama sekali bukan dari Tuhan,
tetapi dari setan, dengan berkata: “Engkau kerasukan setan; siapakah yang berusaha
membunuh Engkau?”
Ini secara sempurna menunjukan
bahwa di mana-mana di dunia ini tak ada manusia yang bahkan dapat memenuhi
tuntutan Taurat pada perintah “jangan
membunuh” sebagaimana yang maksudnya dipaparkan oleh Yesus:
►Matius
5:21- 22 Kamu telah mendengar yang
difirmankan kepada nenek moyang kita: Jangan membunuh; siapa yang membunuh harus
dihukum. Tetapi Aku berkata kepadamu:
Setiap orang
yang marah terhadap saudaranya harus dihukum; siapa yang berkata
kepada saudaranya: Kafir! harus dihadapkan ke Mahkamah Agama dan siapa yang
berkata: Jahil! harus diserahkan ke dalam neraka yang menyala-nyala.
Tak
perlu sampai tindakan menghilangkan nyawa manusia dalam cara membunuh, cukup marah maka berdasarkan Taurat harus
dihukum-dilemparkan ke dalam neraka yang menyala-nyala. Siapakah manusia yang
dapat memenuhi tuntutan sesempurna ini? Ini bukan berlebih-lebihan, sebab
Yesus menyatakannya sebagai hakim yang
penuh kuasa: “tetapi
Aku
berkata kepadamu: setiap orang yang marah terhadap saudara-Nya harus di
hukum – diserahkan ke dalam neraka yang menyala-nyala.
Yesus
adalah hakim yang berkuasa atas penentuan siapa yang ke neraka dan siapa yang
ke surga, seperti telah dinyatakan oleh nabi Yohanes, dan kala Ia menyatakan mengapa kamu hendak membunuh-Ku maka itu adalah
penghakiman atas jiwa-jiwa busuk mereka, sebagaimana disaksikan oleh sejumlah
orang:
►Yohanes
7:25 Beberapa orang Yerusalem berkata: "Bukankah Dia ini yang mereka mau bunuh?
Sehingga dalam Ia berkata: “hukum taurat dan kitab para nabi hanya
berlaku sampai pada zaman Yohanes,” itu menunjukan bahwa kini yang memerintah
bukan lagi hukum-hukum itu dan tulisan para nabi itu, tetapi diri-Nya yang
telah dituliskan oleh Musa dan para nabi
lainnya. Ini bukan bermakna dengan demikian, bersama Yesus, kini semua manusia
merdeka untuk berbuat apapun sesukanya, tidak sama sekali. Tetapi itu sama
sekali mengenai ketakberdayaan manusia untuk menggenapi semua hukum Taurat dan
kitab para nabi, selain hanya dirinya. Kala Yesus berkata datang untuk
menggenapinya maka itu benar-benar sempurna tanpa celah yang dapat membuat
diri-Nya tak sekudus Allah. Mengapa? Karena Ia menggenapinya sebagai Dia adalah
hakim yang berkuasa untuk menentukan siapakah yang akan berakhir di neraka dan siapakah
yang berakhir sebagai milik kepunyaan-Nya di sorga?
Itu sebabnya, Yesus
sendiri menegaskan, apakah tujuan-Nya datang ke dunia ini, bukan saja untuk
menggenapi hukum Taurat dan kitab para nabi, tetapi juga menyelamatkan manusia
dari ketakberdayaan dosa- ketakberdayaan manusia terhadap taurat sementara
hanya Yesus yang berdaya dalam kuasa penuh seorang hakim yang sangat tahu
bagaimana hukum-hukum itu atau kehendak kudus Allah itu harus digenapi sempurna
sebagaimana Bapa, sempurna adanya.
Perhatikanlah ini:
☼Yohanes 6:38-40Sebab Aku telah turun
dari sorga bukan untuk melakukan kehendak-Ku, tetapi untuk melakukan kehendak
Dia yang telah mengutus Aku. Dan inilah kehendak Dia yang telah mengutus Aku,
yaitu supaya
dari semua yang telah diberikan-Nya kepada-Ku jangan ada yang hilang, tetapi
supaya Kubangkitkan pada akhir zaman. Sebab inilah
kehendak Bapa-Ku, yaitu supaya setiap orang, yang melihat Anak dan yang percaya
kepada-Nya beroleh hidup yang kekal, dan supaya Aku membangkitkannya pada akhir
zaman."
Penggenapan Yesus
bukan saja terletak pada Ia adalah penggenap hukum Taurat dan kitab para nabi,
tetapi Ia mengadakan apa yang tak dapat dihasilkan oleh ketaatan pada hukum
Taurat: keselamatan dan keamanan keselamatan itu sendiri, dengan berkata: “supaya
dari semua yang telah diberikan-Nya kepada-Ku jangan ada yang hilang, tetapi
supaya Kubangkitkan pada akhir zaman.”
Yesus, sebagai hakim
yang berkuasa menentukan siapa yang ke neraka dan yang berkuasa menentukan
siapa yang ke sorga, telah menyatakan hukum
yang sama sekali baru, tidak seperti hukum yang telah diterima oleh
nenek moyang Israel melalui Musa, dimana pada Yesus, hukum Allah itu
berbunyi: “supaya dari semua yang telah diberikan-Nya kepada-Ku jangan ada yang
hilang, tetapi supaya Kubangkitkan pada akhir zaman.”
Harus selalu dicamkan
bahwa inilah sentralitas pengajaran Yesus dan inilah pengejaran-Nya yang hendak
dihadirkan kepada bangsa Yahudi, bahwa Ia adalah hukum yang
sama sekali baru termasuk cara kerja hukum itu sendiri yang sama sekali
tak bergantung pada ketakberdayaan manusia itu terhadap kehendak kudus Allah,
sementara Ia sendiri membawa kekudusan Allah yang begitu sempurna pada dirinya
dan disampaikan kepada manusia untuk diakui dan dihidupi dalam pengakuan
ketakberdayaan untuk mendapatkan hidup dari Allah.
Perhatikanlah ini:
☼Yohanes 6:32-33 Maka kata Yesus kepada
mereka: "Aku berkata kepadamu, sesungguhnya
bukan Musa yang memberikan kamu roti dari
sorga, melainkan Bapa-Ku yang memberikan kamu roti yang benar dari sorga. Karena roti yang dari Allah ialah roti
yang turun dari sorga dan yang
memberi hidup kepada dunia."
Lihat
ini:
☼Yohanes 6:34-35 Maka kata mereka
kepada-Nya: "Tuhan, berikanlah kami roti itu senantiasa." Kata Yesus
kepada mereka: "Akulah roti hidup; barangsiapa datang
kepada-Ku, ia tidak akan lapar lagi, dan barangsiapa percaya kepada-Ku, ia
tidak akan haus lagi.
Ini
bukan roti sebagaimana yang dapat diberikan Musa kepada Israel, sebagaimana yang dikenali
Israel:
☼Yohanes 6:31 Nenek moyang kami telah makan manna di padang gurun, seperti
ada tertulis: Mereka diberi-Nya makan roti
dari sorga."
Roti
yang dikenal oleh nenek moyang Israel adalah roti- roti yang bisa mencegah
mereka dari mati kelaparan di dunia ini.
Tetapi,
Yesus, semenjak berkata: “Akulah roti hidup,” maka ini sungguh-sungguh baru
atau tak dikenali sama sekali, sebab di sini Yesus memberikan berdasarkan hasil
yang berlangsung pada manusia yang menerima dirinya sebagai kebenaran demikian:
tidak
lagi lapar dan tidak lagi haus. Yesus menyatakan dirinya bukan
saja sebagai roti yang sesaat memberikan hidup tetapi kekal dengan menyatakan “tidak akan lapar lagi.”
Ini
pun sebuah penghakiman yang menghakimi bahwa mereka harus datang kepada-Nya
sebagai roti yang sangat berbeda sebab
memberikan hidup kekal.
Mengikut Musa hanya akan menerima
kebenaran yang tak memberikan hidup kekal sebab Musa bukanlah kegenapan
kebenaran Allah, tetapi sedang menunjuk kepada yang akan datang dan yang kekal: Yesus Sang Roti dari Sorga.
Ini
adalah pengajaran yang juga sangat keras yang pernah disampaikan Yesus karena secara gamblang
dan lugas pada apa yang dapat diperoleh dengan melakukan ketentuan Musa: tidak
akan mendapatkan kehidupan kekal, selain datang kepada Yesus. Ini tepat sebagaimana
yang dinyatakan sebelumnya:
☼Yohanes 5:39-40 Kamu menyelidiki Kitab-kitab Suci, sebab
kamu menyangka bahwa oleh-Nya kamu mempunyai hidup yang kekal, tetapi walaupun
Kitab-kitab Suci itu memberi kesaksian tentang Aku, namun
kamu tidak mau datang kepada-Ku untuk memperoleh
hidup itu.
☼Yohanes 6:46 Sebab jikalau kamu percaya kepada Musa, tentu kamu akan percaya juga kepada-Ku, sebab ia telah
menulis tentang Aku.
Ketika
Yesus berkata bahwa “Hukum Taurat dan kitab para nabi hanya berlaku sampai kepada zaman Yohanes, memang maksudnya
kala Ia datang maka semua berakhir bekerja untuk menunjukan dia yang akan datang
telah datang dan dia yang mengatasi ketakberdayaan manusia terhadap dosa telah datang
dan sedang-sudah mengerjakan penebusan manusia dari belenggu ketakberdayaan: belenggu
dosa. Segala kebenaran manusia dihadapan Allah tidak lagi ditentukan oleh
hukum Taurat dan kitab para nabi yang menghasilkan semata kematian karena dosa yang dihasilkan dari ketakberdayaan
manusia untuk melakukannya secara sempurna, sebagaimana telah ditunjukan-Nya, tetapi ditentukan oleh Yesus –
yang telah ditunjukan dengan penghakiman-penghakimanya selama di dunia ini.
Dalam hal itu, tak
sedikitpun ada gagasan untuk berlaku bagaikan anak-anak setan, sebab sebagai hukum
baru, Ia berkata:
☼Yohanes 14:23 Jawab Yesus: "Jika seorang mengasihi Aku, ia akan menuruti firman-Ku dan
Bapa-Ku akan mengasihi dia dan Kami akan datang kepadanya dan diam bersama-sama
dengan dia.
☼Yohanes 8:51 Aku berkata kepadamu:
Sesungguhnya barangsiapa menuruti
firman-Ku, ia tidak akan mengalami maut sampai
selama-lamanya."
Firman
yang manakah yang harus dituruti sehingga tidak akan mengalami maut
selama-;lamanya, menjadi sangat penting untuk harus diketahui. Perhatikanlah
ini:
☼Yohanes 8:12 Maka Yesus berkata pula
kepada orang banyak, kata-Nya: "Akulah terang dunia; barangsiapa mengikut
Aku, ia tidak akan berjalan dalam kegelapan, melainkan ia akan mempunyai terang
hidup."
☼Yohanes 8:17-18 Dan dalam kitab Tauratmu ada tertulis, bahwa
kesaksian dua orang adalah sah; Akulah yang bersaksi tentang diri-Ku sendiri,
dan juga Bapa, yang mengutus Aku, bersaksi tentang Aku."
Disini
Yesus bahkan menunjukan bahwa kesaksian diri-Nya itu memenuhi tuntutan Kitab
Musa. Ini adalah salah satu poin penggenapan oleh Yesus yang bahkan tak dapat
dilakukan oleh manusia karena di sini Yesus membawa serta Bapa sebagai saksi
bagi dirinya sendiri!
Apalagi,
firman Yesus yang harus dituruti sehingga tidak akan mengalami maut sampai
selama-lamanya?
☼Yohanes 8:21 Maka Yesus berkata pula
kepada orang banyak: "Aku akan pergi dan kamu akan mencari Aku tetapi kamu akan mati
dalam dosamu. Ke tempat Aku pergi, tidak mungkin kamu datang."
Inilah
kebenaran yang baru sama sekali namun begitu bertaut dengan Kitab Musa: “tak memiliki Yesus maka akan mati dalam
dosa!”
Apalagi?
☼Yohanes 8:28-29 Maka kata Yesus:
"Apabila kamu telah meninggikan Anak Manusia, barulah kamu tahu, bahwa
Akulah Dia, dan bahwa Aku tidak berbuat apa-apa dari diri-Ku sendiri, tetapi
Aku berbicara tentang hal-hal, sebagaimana diajarkan Bapa kepada-Ku. Dan Ia,
yang telah mengutus Aku, Ia menyertai Aku. Ia tidak membiarkan Aku sendiri, sebab Aku senantiasa
berbuat apa yang berkenan kepada-Nya."
Dalam segala hal, ketika Yesus
adalah Sang Penggenap, maka tak ada sedikit saja gagasan ketak-kudus-an kini menjadi sebuah
gaya hidup umat yang bergantung pada kesempurnaan karya Yesus, apalagi karena
berkata: “hukum Taurat dan kitab para nabi hanya berlaku sampai pada zaman nabi
Yohanes,” sebab dalam hal itu
Ia berkata bahkan kepada orang-orang
Yahudi yang percaya kepada-Nya: "Jikalau kamu tetap dalam firman-Ku, kamu
benar-benar adalah murid-Ku dan kamu akan
mengetahui kebenaran, dan kebenaran itu akan memerdekakan kamu."-
Yohanes 8:31-32; Kata Yesus kepada mereka: "Aku berkata kepadamu,
sesungguhnya setiap
orang yang berbuat dosa, adalah hamba dosa- ayat 34. Perhatikan
bahwa “setiap orang yang berbuat dosa adalah hamba dosa” adalah realita-realita
yang telah begitu nyata di sepanjang perjanjian lama dan kembali Yesus
lemparkan realita itu kepada bangsa ini.
Yesus bukan hanya
menyatakan realita manusia yang begitu mendarah-daging terbelenggu dosa atau kegelapan, tetapi menunjukan bahwa
di luar keselamatan yang datang dari Allah dan tanpa pengimanan pada janji
keselamatan dari Allah ini, tak ada yang dapat merdeka dari dosa sehingga dapat
memiliki kehidupan kekal: “Jadi apabila Anak itu memerdekakan kamu,
kamupun benar-benar merdeka- Yohanes 8:36." Bersama Yesus tak
ada sedikitpun gagasan hidup bagi dosa, tetapi sebuah kehidupan bagi Yesus dan
segala kebenaran-Nya. Ia telah menjadi sumber kehidupan kekal bagi manusia yang
percaya sebab Ia telah memberikan diri-Nya kepada manusia sebagai satu-satunya
cara bagaimana manusia itu dapat merdeka. Lihatlah juga ini:
☼Yohanes 6:48-58 Akulah roti hidup. Nenek
moyangmu telah makan manna di padang gurun dan mereka telah mati. Inilah roti
yang turun dari sorga: Barangsiapa makan dari padanya, ia tidak akan mati. Akulah
roti hidup yang telah turun dari sorga. Jikalau seorang makan dari roti ini, ia
akan hidup selama-lamanya, dan roti yang Kuberikan itu ialah daging-Ku, yang
akan Kuberikan untuk hidup dunia." Orang-orang Yahudi bertengkar antara
sesama mereka dan berkata: "Bagaimana Ia ini dapat memberikan daging-Nya
kepada kita untuk dimakan." Maka kata Yesus kepada mereka: "Aku
berkata kepadamu, sesungguhnya jikalau kamu tidak makan daging Anak Manusia dan
minum darah-Nya, kamu tidak mempunyai hidup di dalam dirimu. Barangsiapa makan
daging-Ku dan minum darah-Ku, ia mempunyai hidup yang kekal dan Aku akan
membangkitkan dia pada akhir zaman. Sebab daging-Ku adalah benar-benar makanan
dan darah-Ku adalah benar-benar minuman. Barangsiapa makan daging-Ku dan minum
darah-Ku, ia tinggal di dalam Aku dan Aku di dalam dia. Sama seperti Bapa yang
hidup mengutus Aku dan Aku hidup oleh Bapa, demikian juga barangsiapa yang
memakan Aku, akan hidup oleh Aku. Inilah roti yang telah turun dari sorga,
bukan roti seperti yang dimakan nenek moyangmu dan mereka telah mati.
Barangsiapa makan roti ini, ia akan hidup selama-lamanya."
Murid
Yesus, bukan lagi murid
Musa, sebab Musa menulis tentang diri-Nya. Itulah Dia Yesus Sang Penggenap.
Bersamanya melakukan kehendak Bapa, bukan lagi melakukan kebenaran-kebenaran hukum
kudus Allah, namun menerima diri Sang Penggenap seperti juga melakukan apa yang
dikehendaki-Nya yang merupakan kehendak Bapa sendiri:
☼Yohanes 6:27-29 Bekerjalah,
bukan untuk makanan yang akan dapat binasa, melainkan untuk makanan yang
bertahan sampai kepada hidup yang kekal, yang akan diberikan Anak Manusia
kepadamu; sebab Dialah yang disahkan oleh Bapa, Allah, dengan
meterai-Nya." Lalu kata mereka kepada-Nya: "Apakah yang harus kami
perbuat, supaya kami mengerjakan pekerjaan yang dikehendaki
Allah?" Jawab Yesus
kepada mereka: "Inilah pekerjaan yang dikehendaki Allah, yaitu hendaklah kamu percaya kepada Dia yang
telah diutus Allah."
Mengapa bukan
berjuang melakukan kehendak Bapa yang juga ternyatakan dalam hukum Taurat?
Karena Yesus bukanlah kebenaran berupa instruksi-instruksi untuk melakukan apa
yang telah Yesus sendiri nyatakan: tak seorangpun yang melakukan hukum Musa.
Setelah Ia menghakimi maka Ia menyatakan sebuah hukum yang merupakan kehendak
Bapa, sehingga mematuhinya adalah melakukan kehendak Allah, yaitu: hendaklah
kamu percaya kepada Dia yang telah diutus Allah.
Sehingga secara kokoh
dapat dikatakan, apa yang diajarkan oleh pendeta Dr. Erastus Sabdono ini, sama
sekali bukan merupakan kebenaran dari
Bapa, sebab pertama-tama ia sebagai pendeta bahkan tak mengakui Yesus dan
kebenaran Bapa yang terletak pada diri Yesus sendiri, sebagaimana nampak pada “
Keselamatan Di Luar Kristen (Pelajaran 05)” pada bagian ini:
▓Tetapi
umat Perjanjian Baru mengerti kehendak Allah dengan sempurna, menjadikan Tuhan
sebagai hukumnya (memuaskan hati Bapa dalam tingkat kepuasan yang lebih tinggi)
dan tidak lagi memuaskan diri sendiri dengan memberi perhatian kepada pemenuhan
kebutuhan jasmani. Fokusnya tertuju kepada langit baru dan bumi yang baru.
Camkanlah perkataan
Yesus ini:
☼Yohanes 14:21 Barangsiapa memegang perintah-Ku dan melakukannya,
dialah yang
mengasihi Aku. Dan barangsiapa
mengasihi Aku, ia akan dikasihi oleh Bapa-Ku
dan Akupun akan mengasihi dia dan akan menyatakan diri-Ku kepadanya."
☼Yohanes 14:24 Barangsiapa tidak mengasihi Aku, ia tidak menuruti firman-Ku;
dan firman yang kamu dengar itu bukanlah dari pada-Ku, melainkan dari Bapa yang
mengutus Aku.
Bagaimanakah memuaskan hati Bapa?
Apakah dengan tidak lagi memuaskan diri sendiri dan berfokus kepada langit dan
bumi baru, sebagaimana diajarkan oleh pendeta Dr. Erastus Sabdono?
Sekali
saja tak ada mengasihi Yesus dan melakukan sabda
Yesus, maka jangan harap dapat melihat langit dan bumi baru, sebab Ia adalah hakim yang berkuasa untuk melempar
manusia ke neraka dan membawa seorang manusia bersamanya ke sorga berdasarkan
dirinya sendiri adalah Sang Penggenap hukum Taurat dan kitab para nabi, bahwa
Ia dan sabdanya yang dapat memberikan kehidupan selama-lamanya. Menolaknya: tak
akan memiliki kehidupan selama-lamanya.
Bersambung ke 5G
AMIN
Segala
Pujian Hanya Kepada TUHAN
The cross
transforms
present criteria of relevance: present criteria of relevance do not transform
the cross
[dari
seorang teolog yang saya lupa namanya]
No comments:
Post a Comment