Oleh: Martin Simamora
Benarkah
Karena Tidak Menolak Injil Hingga Ke Tingkat Penghinaan Maka Ada Kebenaran Lain Di Luar Kristus (5.L)
Bacalah lebih
dulu: “Tinjauan Pengajaran Pdt. Dr.Erastus Sabdono Pada Keselamatan Di Luar Kristen (5.K)”
Salah satu momen
indah dan megah pada kedatangan Yesus Kristus ke dalam dunia ini, adalah
percakapannya dengan seorang perempuan Samaria. Ya, Samaria, bangsa yang tak
boleh dikunjungi oleh para murid-Nya kala Ia mengutus mereka untuk memberitakan
Kerajaan Sorga, yaitu dirinya sendiri. Sebagaimana telah saya tunjukan pada
bagian sebelumnya. Pertemuan ini, karenanya, telah menjadi sebuah pertemuan
yang memperlihatkan bahwa Yesus adalah kebenaran dan hakim atas segala bangsa,
sebab didalam perjumpaan ini pun, telah disampaikan-Nya kebenaran yang menyatakan
keselamatan yang datang dari-Nya dan oleh-Nya, sekaligus menghakimi semua
manusia. Mari kita memperhatikan dialog berikut ini:
Yohanes
4:3-12 Iapun meninggalkan Yudea dan kembali lagi ke Galilea. Ia harus melintasi
daerah Samaria. Maka sampailah Ia ke sebuah kota di Samaria, yang bernama
Sikhar dekat tanah yang diberikan Yakub dahulu kepada anaknya, Yusuf. Di situ
terdapat sumur Yakub. Yesus sangat letih oleh perjalanan, karena itu Ia duduk
di pinggir sumur itu. Hari kira-kira pukul dua belas. Maka datanglah seorang
perempuan Samaria hendak menimba air. Kata Yesus kepadanya: "Berilah Aku
minum." Sebab murid-murid-Nya telah pergi ke kota membeli makanan. Maka
kata perempuan Samaria itu kepada-Nya: "Masakan Engkau, seorang Yahudi,
minta minum kepadaku, seorang Samaria?" (Sebab orang Yahudi tidak
bergaul dengan orang Samaria.) Jawab Yesus kepadanya: "Jikalau engkau
tahu tentang karunia Allah dan siapakah Dia yang berkata kepadamu:
Berilah Aku minum! niscaya engkau telah meminta kepada-Nya dan Ia telah
memberikan kepadamu air hidup." Kata perempuan itu
kepada-Nya: "Tuhan, Engkau tidak punya timba dan sumur ini amat dalam;
dari manakah Engkau memperoleh air hidup itu? Adakah Engkau lebih besar dari
pada bapa kami Yakub, yang memberikan sumur ini kepada kami dan yang telah
minum sendiri dari dalamnya, ia serta anak-anaknya dan ternaknya?"
Perempuan Samaria itu
mengenal Yesus, bahwa Ia adalah seorang Yahudi bukan sebagai Sang Terang Dunia. Itu sebabnya ia terperanjat
dengan permintaan Yesus yang begitu janggal mau bergaul dengan dirinya yang seorang
Samaria. Dalam Alkitab jelas terlihat bahwa relasi antara Yahudi dengan Samaria
memang sangat negatif, bagi orang Yahudi, orang Samaria adalah warga kelas dua dan memiliki sejarah
relasi Israel-Samaria yang begitu negatif atau anti Samaria, seperti tercatat
pada 2 Raja-Raja 17: “Raja Asyur
mengangkut orang dari Babel, dari
Kuta, dari Awa, dari Hamat dan Sefarwaim, lalu menyuruh mereka diam di kota-kota Samaria menggantikan orang Israel; maka orang-orang
itupun menduduki Samaria dan diam di kota-kotanya. Pada mulanya waktu mereka
diam di sana tidaklah mereka takut kepada TUHAN, sebab itu TUHAN melepaskan
singa-singa ke antara mereka yang membunuh
beberapa orang di antara mereka-2 Raja-Raja 17:24-25 [ anda bisa
membaca untuk kepentingan studi: “The Origin And History Of The Samaritans,” dan “The Samaritans in Josephus’ Jewish History.”). Nenek moyang
orang Samaria bukan orang Ibrani tetapi bangsa-bangsa asing. Ketika perempuan
Samaria menyebut Yakub adalah bapa kami,
maka jelas ia menganggap dirinya adalah keturunan Yakub yang mana tak mengherankan
karena mereka memiliki sejarah yang begitu panjang hidup sebagai pendatang di
negeri bangsa Yahudi. Perkawinan campur adalah hal yang tak terelakan,
setidak-tidaknya. Itu juga yang menjelaskan mengapa perempuan Samaria pun
menantikan Mesias, sebagaimana ia mengatakannya: “Jawab perempuan itu
kepada-Nya: "Aku tahu, bahwa Mesias akan datang, yang disebut juga
Kristus;apabila Ia datang, Ia akan memberitakan segala sesuatu kepada kami- Yoh
4:25." Mereka karenanya tidak diperhitungkan sebagai domba-domba yang
hilang dari Israel, saat pengutusan 12 murid.
Keterperanjatan
perempuan Samaria itu dijawab oleh Yesus, bukan sebagai orang Yahudi tetapi IA
adalah Allah yang menyatakan kasih karunia Allah, dan juga penghakiman atas realita dirinya di hadapannya. Maka dengarkanlah apa yang
dikatakannya ini: “Jawab Yesus kepadanya: "Jikalau engkau tahu tentang karunia Allah dan siapakah Dia yang berkata kepadamu: Berilah
Aku minum! niscaya engkau telah meminta kepada-Nya dan Ia telah
memberikan kepadamu air hidup- Yoh 4:10." Kepada perempuan
Samaria itu, Yesus memberikan kepadanya air hidup yang bukan dari dunia ini yang dapat menghilangkan
dahaga sesaat saja (Barangsiapa minum air ini, ia akan haus lagi- Yoh 4:13),
tetapi dengan meminumnya tak akan pernah haus lagi: ”tetapi barangsiapa minum air yang akan Kuberikan kepadanya, ia tidak akan
haus untuk selama-lamanya.
Yesus tak hanya menunjukan bahwa IAlah Sang Mesias itu,
tetapi secara tegas menyatakan
keilahiannya sebagai Sang Pemberi Hidup Kekal: Sebaliknya air yang akan Kuberikan kepadanya, akan menjadi mata air di
dalam dirinya, yang terus-menerus memancar sampai
kepada hidup yang kekal- Yoh 4:14."
Itu adalah kabar baik
dan sekaligus sebuah penghakiman. Penghakiman yang sama sekali tak ada
hubungannya dengan bagaimana caranya seseorang itu akan menolak Yesus, apakah
ia hanya tak mengakui keilahiannya dan tak melakukan penghujatan apalagi
menyerangnya.Mengapa? Karena bahkan kepada perempuan Samaria yang begitu ramah
dan penuh kesadaran diri akan siapakah dirinya di hadapan Yesus, oleh Yesus, tetap dihakimi sebagai tak
memiliki kehidupan kekal dengan berkata: “tetapi
barangsiapa minum air yang akan Kuberikan kepadanya, ia tidak akan haus untuk selama-lamanya.” Ketika
Yesus mengatakan “tetapi barangsiapa yang akan Kuberikan,”telah menunjukan
bahwa kehidupan kekal bersumber pada dirinya saja, sekaligus sedang memvonis
semua yang tak menerima akan berakhir pada kematian kekal.
Kebenaran Hanya Pada
Yesus Yang Menghakimi Semua Manusia Dan Menentukan Akhir Kekekalan Setiap
Manusia: Dalam Keselamatan-Nya atau Dalam Penghukuman-Nya
Ketika Yesus bercakap-cakap
dengan perempuan Samaria itu, Yesus tidak sama sekali mengakomodasi agama atau
spiritualisme apapun yang hidup saat itu, tetapi menyatakan bahwa dirinyalah
kebenaran yang memberikan kehidupan kekal itu: “Jika engkau tahu tentang karunia Allah dan Siapakah Dia yang berkata
kepadamu.” Bahkan sekalipun perempuan itu memiliki penantian yang sama akan
Mesias (Yohanes 4:25). Pembicaraan yang bersahaja dan penuh kasih (karena Yesus mau bergaul dengan orang
Samaria) telah memperhadapkan pada perempuan Samaria itu kasih karunia Allah
dan penghakiman Allah. Pertama-tama, Yesus menyatakan kasih karunia Allah kala
berkata: “Jikalau engkau tahu tentang
karunia Allah dan siapakah Dia yang berkata kepadamu: Berilah Aku minum!
niscaya engkau telah meminta kepada-Nya dan Ia telah memberikan kepadamu
air hidup,” tetapi yang kedua: sekaligus pernyataan itu sebuah penghakiman
bagi dirinya tanpa dapat dielakannya bagaimanapun juga, bahwa: dirinya tak akan
memiliki kehidupan kekal bersama Allah, tanpa
memiliki pemberian-Nya“barangsiapa
minum air yang Kuberikan kepadanya, ia tidak akan haus selama-lamanya.” Itu adalah penghakiman yang menentukan “mati-hidup”
dalam realitas kekekalan:
“selama-lamanya.”
Apakah seseorang itu menolak Yesus Kristus dalam cara yang keras dan penuh
perlawanan yang sengit atau keras, ataukah sebatas tidak mengakui keilahian Kristus sehingga
tidak akan menyerang Yesus dalam perlawanan yang sengit dan
keras, tidak menunjukan satu kebedaan yang bagaimanapun di hadapan
Yesus! Bagi Yesus, semua manusia dalam kuasa maut, dan hanya dirinya saja yang
dapat melepaskan manusia dari kuasa maut. Tidak ada satu nilai pada respon penolakan
manusia yang akan memberikan sebuah keringanan, seolah-olah Anak Allah berada
dalam posisi yang dapat dibinasakan dan memerlukan aliansi di dunia ini, dengan
tawaran jikapun anda tak mengakui keilahian-Ku namun jika tak menghujat-Ku atau
tak menyerang-Ku, atau tak menyerang para pemberita injil atau kabar baik-Ku,
maka Aku tak akan memerintahkan para murid untuk mengebaskan debu dari kaki
mereka, sebagai lambang penghukuman kebinasaan dari-Ku (Matius 10:14-15).
Ini telah menjelaskan
tanpa basa-basi bahwa memang kebenaran yang dikehendaki Yesus, bukan sama
sekali sebuah komposit atau perpaduan antara etika manusia dan kebenaran
ilahi-Nya. Etika manusia yang mengapresiasi Yesus tanpa pengakuan
keilahian-Nya, tak sama sekali diperhitungkan-Nya. Tak ada pemaksaan dalam hal
ini, seolah-olah Ia memerlukan kekuatan pemaksa untuk menegakan keilahian-Nya
dan juga tak perlu juga menjadi tersinggung
dan sakit hati dengan sikap manis namun tak mengakui keilahian-Nya, seolah IA
bukan Sang Hakim di pengadilan akhir, kelak.
Sehingga pengajaran
pendeta Dr.Erastus Sabdono semacam ini pada “Keselamatan Di Luar Kristen (Pelajaran 05)” sungguh keliru atau
begitu bertentangan dengan apa yang dikehendaki oleh Yesus Kristus:
Dalam
sejarah
dunia terdapat fakta adanya gerakan yang menentang Injil secara
sistimatis, kuat dan permanen. Ini adalah kelompok antikris, mereka menentang
Injil dengan satu pengertian bahwa mereka membela Allah yang benar dan
menganggap bahwa Injil khususnya ke-ilahian Yesus sebagai penghinaan terhadap Allah yang benar. Dengan hal ini
mereka menunjukkan bahwa Yesus bukanlah Allah sendiri. Berarti pengajaran yang
menyatakan bahwa Yesus adalah Allah sendiri adalah ajaran setan. Ini adalah
kelompok orang yang menolak Injil. Mereka menganiaya orang percaya dengan
pengertian bahwa mereka sedang membela Allah. Sebagai perbandingan: banyak agama di
dunia yang tidak mengakui ke-ilahian Yesus tetapi mereka tidak merasa perlu
menyerang Tuhan Yesus karena ajaran mereka tidak berseberangan secara frontal.
Tetapi kelompok antikris akan menyerang secara frontal sebab ajarannya
berseberangan dengan kebenaran Injil.
Sejak kapankah
sejarah dunia yang sepenuhnya berada dibawah penghakiman Allah dapat menjadi
sumber hikmat bagi seorang pelayan
gereja Tuhan untuk membangun sebuah pengajaran yang sama sekali tak pernah
diajarkan oleh Yesus.
Tahukah anda bahwa
sejarah manusia, tepat pada bagaimana
keselamatan itu berlangsung, berlangsung di dalam sebuah penghakiman Allah yang
menyatakan:” Akulah
jalan
dan kebenaran dan hidup. Tidak ada seorangpun yang datang kepada Bapa, kalau
tidak melalui Aku -Yohanes 14:6,”.IA adalah satu-satunya bagi manusia untuk berjumpa dengan Allah
yang satu itu; “Aku akan pergi dan kamu
akan mencari Aku tetapi kamu akan mati dalam dosamu. Ke tempat Aku pergi, tidak mungkin
kamu datang-Yoh 8:21.” Tak ada satupun manusia di dunia ini dengan
demikian, dapat membangun jalan yang akan membawa dirinya kepada Allah. Sejarah
keselamatan manusia dari cengkraman dosa tidak dimulai dengan mengembangkan
potensi moralitasmu sehingga memiliki kehidupan berkualitas tinggi. Ini bukan
soal “anti-saleh” atau “anti-kehidupan beretika” atau “anti kehidupan
berkualitas tinggi.” Yesus, bahkan kala menyatakan penghakiman semacam itu, tidak
sama sekali menyiratkan sebuah kehidupan yang meremehkan pembangun karakter
seorang manusia. Itu bukan problem yang membutuhkan penebusan Sang Mesias; Ia
tidak datang untuk menebus kelemahan karakter manusia. Penghalangmu dengan
Allah bukan terletak pada kelemahan karakter, tetapi dosa. Dan menurut Yesus, dosa atau kehidupan bergelimang dosa, bukan sama sekali dilahirkan dari
kelemahan karakter manusia untuk menanggapi kehendak Tuhan. Bukan itu.
Problem segala problem manusia, menurut Yesus, adalah ini:
Yohanes
8:12 Maka Yesus berkata pula kepada orang banyak, kata-Nya: "Akulah terang
dunia; barangsiapa mengikut Aku,
ia tidak akan berjalan dalam kegelapan, melainkan ia akan mempunyai terang hidup."
Yohanes
12:35 Kata Yesus kepada mereka: "Hanya
sedikit waktu lagi terang ada di antara kamu.
Selama terang
itu ada padamu, percayalah kepadanya,
supaya kegelapan jangan menguasai kamu; barangsiapa berjalan dalam kegelapan, ia tidak tahu ke mana ia pergi.
Problem segala
problem manusia itu sangat terkait dengan kehadiran Yesus: “Selama terang itu
ada, percayalah kepadanya, supaya kegelapan jangan menguasai kamu.”
Jadi menurut Sang
Mesias dari Allah, apakah problem manusia? Problem manusia adalah: kegelapan
adalah penguasa segenap manusia! Solusinya bukan pada membangun karakter, bukan
dengan membangun kehidupan berkualitas tinggi, juga bukan membangun diri untuk
pantas di hadapan Allah sehingga layak dilantik-Nya. Bukan itu sama sekali.
Dengan
demikian, “dosa” bukan semata problem moral yang bobrok atau perilaku manusia
yang plintat-plintut, juga bukan manusia itu sungguh tidak bisa diandalkan.
Jika “hamartia” atau dosa bermakna tidak mencapai sasaran yang dikehendaki atau
meleset dari gol yang ditetapkan Allah bagi manusia, maka apakah benar itu
karena masalah moralitas atau ketakbecusan kualitas hidup seorang manusia?
Bukan! Yesus berkata begini: “Selama terang itu masih ada padamu, percayalah
kepadanya, supaya kegelapan jangan menguasai kamu; barangsiapa berjalan dalam
kegelapan, ia
tidak tahu ke mana ia pergi. Kegelapan membuat manusia tidak
tahu kemana ia pergi, dan jika dalam hidup ini, seorang manusia tidak tahu
kemana ia pergi, lalu sebetulnya siapakah yang menuntunnya dan kemanakah ia
seharusnya pergi? Tidak tahu. Dalam manusia yang dikuasai kegelapan maka Yesus
menyatakan: tidak akan ada manusia yang tahu kemana ia akan pergi, apalagi
membicarakan bergerak menuju apa yang telah ditetapkan oleh Bapa. Bagi Yesus,
dirinyalah sumber tunggal untuk mengetahui arah tujuan perjalanannya kemana,
sebagaimana Bapa kehendaki. Kepada murid-murid-Nya Ia berkata: “percayalah.”
Percaya di sini bukan sekedar peristiwa
kesetujuan intelektual atau jiwa tanpa
sebuah kesetujuan perbuatan, sebaliknya
kala percaya kepada Yesus, maka itu adalah sebuah kesetujuan kehidupan
bagaimanakah yang harus saya jalani.
Percaya di sini bukan
sekedar percaya dengan apa yang tertulis di dalam kitab suci tetapi percaya di
dalam kehidupan nyata, kalau percaya maka bertindaklah dalam hidupmu sesuai
dengan percayamu itu sendiri. Ini adalah karakteristik absolut ketika seseorang berkata percaya dengan apa
yang tertulis pada kitab suci:
Yohanes
5:47 Tetapi jikalau kamu tidak percaya akan apa yang ditulisnya, bagaimanakah kamu akan percaya akan apa yang Kukatakan?"
Karena
apa yang dikatakan oleh Yesus itu menuntut perbuatan atau menuntut sebuah
tanggapan yang menggenapi apa yang diimani seseorang pada kitab suci. Kala saya
percaya dengan kebenaran yang saya gali
dari kitab suci, maka itu bukan sekedar kepercayaan intelektualitas dan
kepercayaan yang belaka perenungan saja, tetapi itu harus dan tak tak terelakan
pasti harus merupakan jiwa yang menuntun jiwaku sendiri dalam perilaku
kehidupanku sehari-hari. Tepat seperti Yesus berkata:” Selama terang itu ada padamu, percayalah kepadanya, supaya
kegelapan jangan menguasai kamu;
barangsiapa berjalan dalam kegelapan, ia tidak tahu ke mana ia pergi,” yang
memberikan sebuah perintah dalam hidup ini, kepada Siapakah seharusnya setiap
murid Yesus percaya agar kuasa kegelapan tidak menguasai kamu. Hanya jika
kegelapan tidak menguasai maka seorang manusia yang dikatakan beriman kepada
Yesus dapat menjadi terang-terang di dunia ini sehingga menggenapi perintah
Yesus berikut ini:
Matius
5:16 Demikianlah hendaknya terangmu bercahaya di depan orang, supaya mereka melihat
perbuatanmu yang baik dan memuliakan Bapamu yang di
sorga."
Jadi
ketika seorang percaya kepada Yesus maka manusia beriman itu akan memiliki
terang manusia sebagai akibat pembebasan
kuasa gelap oleh Yesus Sang Terang dunia. Lalu apakah Sang Mesias tidak peduli
dengan moralitasmu atau kebrengsekan hidupmu, sebab yang penting sudah
dibebaskan oleh kegelapan? Martin Luther, tokoh reformator itu menegaskan bahwa
seorang yang sudah dikuduskan oleh Allah harus berpartisipasi di dalam
kekudusan Allah selama ia hidup di dunia ini [saya menyarikannya berdasarkan: “Luther On Christian’s Participation In God Holiness- Lutheran Theological Journal 19/1/1985 hal. 21-29,
dan “EXHORTATION TO HOLINESS- a sermon by Martin Luther, taken
from his church postil]. Kekudusan adalah hal yang dikejar sebagai hasil
pembebasan dari kegelapan karena percaya kepada Kristus. Sehingga jelas, percaya kepada Yesus adalah
kehidupan. Kehidupan yang bagaimana? Sebuah kehidupan yang tidak lagi berada di
dalam kegelapan namun kehidupan yang dapat dilihat oleh orang banyak dan
karena anda sudah dibebaskan oleh Sang
Terang dari kuasa kegelapan, itu sebabnya dapat memuliakan Bapa yang ada di
sorga. Jadi ada sebuah kehidupan yang tak hanya diperhatikan oleh orang-orang
dunia ini, tetapi juga oleh Bapa yang ada di sorga. Sementara orang-orang
percaya ini masih berjalan di dalam dunia, ia sekarang tahu apakah tujuannya
yaitu memuliakan Bapa sementara ada di dunia ini.
Ingat,
seorang pengikut Kristus dapat memuliakan Bapa karena Bapa mau diam bersamanya:
Yohanes
14:23-24 Jawab Yesus: "Jika seorang mengasihi Aku, ia akan menuruti firman-Ku dan Bapa-Ku akan
mengasihi dia dan Kami akan datang kepadanya dan diam bersama-sama dengan dia. Barangsiapa
tidak mengasihi Aku, ia tidak menuruti firman-Ku; dan firman yang
kamu dengar itu bukanlah dari pada-Ku, melainkan dari Bapa yang mengutus Aku.
Ada
ketakterpisahan antara perbuatan seseorang itu memuliakan Bapa atau tidak, dengan apakah Bapa mengasihi dan diam bersama-sama dengan orang tersebut. Ini
disebut sebagai pengudusan dan kehidupan yang menguduskan dirinya, yang tak mungkin
dikreasikan oleh dunia atau siapapun, sampai orang tersebut berjumpa dengan
Anak dan Bapa.
Ini
adalah percaya menurut Yesus, dan percaya yang dibicarakan Yesus adalah sebuah
relasi yang tak hanya melibatkan Sang Mesias tetapi juga Bapa di sorga yang
mengasihi-Nya. Dikasihi maka mengasihi, inilah polanya. Sehingga ketika seorang
beriman kepada Yesus, maka inilah yang terjadi: ”Jika seseorang mengasihi Aku,
ia akan menuruti firman-Ku,” atau sebaliknya: “Barangsiapa tidak mengasihi Aku,
ia tidak menuruti firman-Ku.” Hidup percaya kepada Kristus pasti menghasilkan
kehidupan: menuruti. Inilah satu-satunya percaya yang mengakibatkan 2 hal
sekaligus: memiliki hidup kekal dan menuruti firman Tuhan. Sementara,
berangkali ada mesias-mesias atau guru-guru palsu lain yang mengajarkan “menuruti
firman” agar dengan upaya itu maka memiliki hidup kekal. Bagi Yesus, IA adalah
Sang Gembala yang menuntun para domba-domba-Nya menuju tempat yang dikehendaki
Bapa-Nya, IA pasti tahu sebab IA dari sana dan demikian juga setiap orang
gembalaan-Nya, pasti tiba di tempat yang ditetapkan-Nya karena setiap orang itu
dipimpin oleh Sang Gembala yang datang dari sana. Sehingga kehidupan orang percaya adalah kehidupan yang dibebaskan dari kegelapan sehingga bisa melihat
atau tahu kemana ia akan pergi, karena selama di dunia ini, bukan saja ia
belajar hidup mendengarkan dan mematuhi Sang Gembala, tapi dapat memadang
tujuan-Nya karena Sang Gembala memberitahukannya:
Yohanes
14:3-4 Dan apabila Aku telah pergi ke situ dan telah menyediakan tempat bagimu,
Aku akan datang kembali dan membawa kamu ke tempat-Ku, supaya di tempat di mana
Aku berada, kamupun berada. Dan ke
mana Aku pergi, kamu tahu jalan ke situ."
Waktu
masih berada dalam kegelapan, Yesus berkata: “kamu tidak tahu kemana kamu
pergi,” tetapi setelah lepas dari kegelapan oleh Terang-Nya, Yesus berkata: “kamu
tahu jalan ke situ.” Percaya atau beriman atau hidup di dalam kasih karunia,
jangan disangka seperti hidup dalam kata-kata motivasi yang memicu kerja keras
untuk meraih sesuatu, bukan. Tetapi kebenaran Allah yang memberikan kepada
setiap orang percaya kuasa untuk hidup di dalam terang-Nya sehingga ia dapat
bertindak, berjalan, bersaksi, berbuat sementara di dunia untuk memuliakan
Bapa, dengan sebuah tujuan yang pasti: kemana IA pergi, aku tahu jalan ke situ.
Kebergantungan
mutlak setiap orang percaya kepada Yesus sebagaimana potretnya telah ditunjukan
oleh Yesus pada pernyataan semacam ini: “Selama terang itu ada padamu, percayalah kepadanya, supaya
kegelapan jangan menguasai kamu,”
telah menunjukan bahwa setiap orang percaya harus memiliki keaktifan didalam kemerdekaannya
agar ia sendiri memiliki kehidupan di dalam kasih karunia itu. Kasih karunia,
pada hakikatnya: “tidak lagi dikuasai kegelapan oleh Kritus, bukan oleh
kelayakan atau perjuanganmu tetapi oleh kasih Allah.” Kasih karunia bukan
berkata: karena kamu sudah dimerdekakan
dari kuasa kegelapan maka berbuat apapun termasuk dosa tidak akan membuatmu
binasa. Itu salah sama sekali dan juga menyesatkan. Kasih Karunia terindah dan
terkudus bagi saya dan anda, justru dibolehkan berpartisipasi di dalam
kehidupan kudus Allah di dunia ini, belajar mengenakan kekudusan-Nya dan
belajar di dalam tubuh daging ini untuk bukan saja mengenakan tetapi membawanya
kemanapun saya dan anda pergi dan dalam apapun yang kita kerjakan di dunia ini.
Ini adalah momen begitu mulia dari Allah bagi setiap orang percaya untuk
melakukannya. Pikirkanlah! Takkah itu seharusnya menggairahkan jiwamu? Pergumulan?
Jelas ada, sebab daging tubuhku ini dan rapuh jiwaku ini, tetapi bukan itu
kekuatanku, namun Terang Kristus yang telah membebaskanku dan Penggembalaannya
setiap saat 24 jam yang bahkan dapat menggembalakan pikiranku yang tersembunyi
sekalipun. Itu sebabnya sangat mahal dan mulia untuk memiliki saat-saat teduh
bersama Tuhan dalam doa dan pembacaan firman secara pribadi, disamping bersama
keluarga: isteri dan anak.
Tak hanya Yesus
menyampaikan pesan penting pada Yohanes 14:23-24 tadi dalam cara yang begitu penuh
amanah untuk sepanjang zaman:” Semuanya
itu Kukatakan kepadamu, selagi Aku berada bersama-sama dengan kamu-
ayat 25, tetapi Ia memastikan bahwa kebenaran ini bukan saja sebuah
ketemporeran selama Ia masih bersama-sama dengan mereka. Tetapi sepanjang masa
bagi segenap orang yang akan percaya kepada-Nya, dengan memberikan sebuah janji
kedatangan Roh Kudus yang akan menolong dan mengajarkan dan menggembalakan
setiap orang beriman di dunia ini:
Yohanes
14:26 tetapi Penghibur, yaitu Roh Kudus, yang akan diutus oleh
Bapa dalam nama-Ku, Dialah
yang akan mengajarkan segala sesuatu kepadamu dan akan mengingatkan kamu akan
semua yang telah Kukatakan kepadamu.
Perhatikan ini.
Sebelumnya Yesus berkata:
Jika seorang mengasihi Aku, ia akan
menuruti firman-Ku dan Bapa-Ku akan mengasihi dia dan Kami akan
datang kepadanya dan diam bersama-sama dengan dia
Bapa dan diri-Nya akan berdiam
bersama orang percaya, maka ketika Yesus akan pergi meninggalkan mereka, pada
akhirnya naik ke sorga, maka baik Bapa dan Anak memastikan bahwa sebagaimana
sebelumnya Bapa menunjukan kasih-Nya yang besar dengan memberikan Anak-Nya yang
tunggal, maka saat Yesus akan meninggalkan dunia ini, pun demikian! Bahwa Bapa
dan Anak tak akan membiarkan orang-orang percaya di segala zaman dan di segala
tempat sendirian berjalan sehingga tidak tahu kemana harus pergi, sebaliknya
tetap memastikan hal yang sama pastinya sebagaimana saat Yesus masih di dunia
ini, berkat kedatangan Roh Kudus yang akan mengajarkan segala sesuatU kepadamu
dan akan mengingatkan kamu akan semua yang telah Kukatakan kepadamu. Jadi, apapun yang dituliskan oleh para rasul didalam epistel-epistelnya itu,
merupakan karya Roh Kudus. Ingatan
mereka tidak bergantung pada seberapa sempurna kesehatan daya ingat mereka,
tetapi Roh Kudus yang mengajarkan segala sesuatu kepadamu akan mengingatkan
kamu akan semua yang telah kukatakan kepadamu.” Pada momen ini,
pengajaran Yesus tak lagi dapat dikatakan sebagai pengajaran dalam lingkup 12
murid. Tidak, tetapi bagi semua orang percaya di segala zaman dan tempat saat
siapapun orang percaya itu membaca Alkitab. Kebenaran dan kuasa yang sama
memerintah di dalam Tubuh Kristus yang didalamnya Bapa, Anak dan Roh Kudus
memerintah untuk memastikan bahwa setiap anggota tubuh Kristus sejati akan tiba
ke tempat atau tujuan yang dikehendaki Bapa.
Tak hanya itu, Yesus
pun menyatakan bahwa segenap kebenaran yang diajarkan-Nya kepada 12 murid-Nya
itu akan menghakimi dunia ini. Tak pernah ada opsi lainnya terkait jalan
keselamatan atau bagaimana menuju sasaran yang Allah kehendaki, selama setiap
orang beriman hidup di dunia ini. Itu pun terjadi oleh Roh Kudus- apa yang akan dikatakan-Nya
atau ditunjukan-Nya kepada dunia ini:
Yohanes
16:7-11 Namun benar yang Kukatakan ini kepadamu: Adalah lebih berguna bagi
kamu, jika Aku pergi. Sebab jikalau Aku tidak pergi, Penghibur itu tidak akan datang
kepadamu, tetapi jikalau Aku pergi, Aku akan mengutus Dia kepadamu. Dan
kalau Ia datang, Ia akan menginsafkan dunia akan dosa, kebenaran
dan penghakiman; akan dosa, karena mereka tetap tidak
percaya kepada-Ku; akan kebenaran, karena Aku pergi
kepada Bapa dan kamu tidak melihat Aku lagi; akan
penghakiman, karena penguasa dunia ini telah dihukum.
Yesus Kristus boleh
tidak ada lagi di dunia ini, tetapi IA selama-lamanya berkuasa beserta segenap
kebenarannya, tetapi Roh Kudus akan senantiasa di sepanjang masa dan di segala
tempat akan menyatakan kebenaran mengenai Yesus sebagai satu-satunya jalan
keselamatan dari Allah. Itu termasuk
kebenaran-kebenaran ini:
Yohanes
6:27-29 Bekerjalah, bukan untuk makanan yang akan dapat binasa, melainkan untuk
makanan yang bertahan sampai kepada hidup yang kekal, yang akan diberikan Anak
Manusia kepadamu; sebab Dialah yang disahkan oleh Bapa,
Allah, dengan meterai-Nya." Lalu kata mereka kepada-Nya:
"Apakah yang harus kami perbuat, supaya kami mengerjakan pekerjaan yang
dikehendaki Allah?" Jawab Yesus kepada mereka: "Inilah pekerjaan yang dikehendaki
Allah, yaitu hendaklah kamu percaya
kepada Dia yang telah diutus Allah."
Yohanes
5:24 Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya barangsiapa
mendengar perkataan-Ku dan percaya
kepada Dia yang mengutus Aku, ia mempunyai hidup yang kekal
dan tidak
turut dihukum, sebab ia
sudah pindah dari dalam maut ke
dalam hidup.
Yohanes
3:16-18 Karena begitu besar kasih Allah akan
dunia ini, sehingga Ia telah
mengaruniakan Anak-Nya yang tunggal, supaya setiap orang yang percaya kepada-Nya tidak binasa, melainkan beroleh hidup yang kekal. Sebab
Allah mengutus Anak-Nya ke dalam dunia bukan untuk menghakimi dunia, melainkan
untuk menyelamatkannya oleh Dia. Barangsiapa percaya kepada-Nya, ia tidak akan
dihukum; barangsiapa tidak percaya, ia telah berada di bawah hukuman, sebab ia tidak percaya dalam nama Anak Tunggal Allah.
Yohanes
6:47 Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya barangsiapa percaya, ia mempunyai
hidup yang kekal.
Yohanes
6:50 Inilah roti yang turun dari sorga: Barangsiapa makan dari padanya, ia tidak
akan mati.
Yohanes
6:51 Akulah roti hidup yang telah
turun dari sorga. Jikalau seorang makan dari roti ini, ia akan hidup
selama-lamanya, dan roti yang Kuberikan itu ialah daging-Ku, yang akan
Kuberikan untuk hidup dunia."
Yohanes
12:44-50 Tetapi Yesus berseru kata-Nya: "Barangsiapa percaya kepada-Ku, ia
bukan percaya kepada-Ku, tetapi kepada Dia, yang telah mengutus Aku; dan
barangsiapa melihat Aku, ia melihat Dia, yang telah mengutus Aku. Aku
telah datang ke dalam dunia sebagai terang, supaya setiap orang yang percaya
kepada-Ku, jangan tinggal di dalam kegelapan. Dan jikalau
seorang mendengar perkataan-Ku, tetapi tidak melakukannya, Aku tidak menjadi
hakimnya, sebab Aku datang bukan untuk menghakimi dunia, melainkan untuk
menyelamatkannya. Barangsiapa menolak Aku, dan tidak menerima perkataan-Ku, ia
sudah ada hakimnya, yaitu firman yang telah Kukatakan, itulah yang akan menjadi
hakimnya pada akhir zaman. Sebab Aku berkata-kata bukan dari
diri-Ku sendiri, tetapi Bapa, yang mengutus Aku, Dialah yang memerintahkan Aku
untuk mengatakan apa yang harus Aku katakan dan Aku sampaikan. Dan
Aku tahu, bahwa perintah-Nya itu adalah hidup yang kekal. Jadi apa yang Aku
katakan, Aku menyampaikannya sebagaimana yang difirmankan oleh Bapa
kepada-Ku."
Tak ada sama sekali
sebuah bentuk penolakan yang akan menyelamatkan seorang manusia dari
penghakiman kebinasaan dan kemudian memberikan peluang keselamatan berdasarkan
perjuangan untuk membangun dan memiliki kualitas kehidupan tinggi. Bukan
caramu, keselamatan dari Allah itu, tetapi cara Allah sebagaimana telah
dinyatakan oleh Yesus dan sekarang dikokohkan dalam gema yang dikaryakan oleh
Roh Kudus bagi dunia di sepanjang abad.
Dalam Alkitab, terminologi
anti-Kristus dan mereka yang hanya disebut menolak keilahian Yesus Kristus,sama
sekali tidak menunjukan kebedaan yang bagaimanapun!
Perhatikan ini:
1Korintus
12:3 Karena itu aku mau meyakinkan kamu, bahwa tidak ada seorangpun yang berkata-kata oleh
Roh Allah, dapat berkata:
"Terkutuklah Yesus!" dan tidak
ada seorangpun, yang dapat mengaku: "Yesus adalah Tuhan", selain
oleh Roh Kudus.
NET
: So I want you to understand that no one speaking by the Spirit of God says,
"Jesus is cursed," and no one can say, "Jesus is Lord,"
except by the Holy Spirit.
KJV:
Wherefore I give you to understand, that no man speaking by the Spirit of God
calleth Jesus accursed: and that no man can say that Jesus is the Lord, but by
the Holy Ghost.
Baik yang mengutuk
Yesus atau sekedar tak mengakui keilahian Yesus, menurut Alkitab, disebabkan
oleh apakah seseorang itu memiliki Roh Kudus atau tidak. Dan semua itu hanya
menunjukan satu hal saja: “Kamu tahu, bahwa pada waktu kamu masih belum
mengenal Allah, kamu tanpa berpikir ditarik kepada berhala-berhala yang bisu- 1
Korintus 12:2.”
Bersambung ke bagian 5M
AMIN
Segala
Pujian Hanya Kepada TUHAN
The
cross
transforms
present criteria of relevance: present criteria of relevance do not transform
the cross
[dari
seorang teolog yang saya lupa namanya]
No comments:
Post a Comment