Oleh: Martin Simamora
Benarkah
Karena Tidak Menolak Injil Hingga Ke Tingkat Penghinaan Maka Ada Kebenaran Lain Di Luar Kristus (5.C)
Bacalah lebih
dulu: “Tinjauan Pengajaran Pdt. Dr. Erastus Sabdono Pada Keselamatan Di Luar Kristen (5.B)”
Perintah atau hukum
Allah pada dasarnya bukanlah soal moralitas, atau belaka soal serangkaian pokok-pokok apakah
yang benar dan apakah yang salah.
Perintah-perintah itu sendiri bukanlah ketentuan-ketentuan dengan
ukuran-ukuran dunia manusia. Mari perhatikan satu hal ini saja: mengapakah serangkaian perintah-perintah itu harus
dimulai dengan kekudusan Allah itu
sendiri, yaitu: “Jangan ada padamu allah lain di hadapan-Ku?- Keluaran 20:3”; “Jangan membuat bagimu patung
yang menyerupai apapun yang
ada di langit di atas, atau yang ada di bumi di bawah, atau yang ada di dalam
air di bawah bumi- Keluaran 20:4”; Jangan sujud menyembah kepadanya atau
beribadah kepadanya, sebab Aku, TUHAN, Allahmu, adalah Allah yang cemburu, yang membalaskan kesalahan bapa kepada
anak-anaknya, kepada keturunan yang ketiga dan keempat dari orang-orang yang
membenci Aku- Keluaran 20:5”; “tetapi
Aku menunjukkan kasih setia kepada beribu-ribu orang, yaitu mereka yang
mengasihi Aku dan yang berpegang pada perintah-perintah-Ku-
Keluaran 20:6”; “Jangan menyebut nama TUHAN, Allahmu, dengan sembarangan, sebab
TUHAN akan memandang bersalah orang yang menyebut nama-Nya dengan sembarangan-
Keluaran 20:7.” Larangan-larangan seperti “jangan membunuh”, “jangan mencuri”,
dan “jangan berzinah” misalnya saja, itu bukan sama sekali soal moralitas manusia
tetapi hukum kudus Allah, bukan hukum moralitas manusia. Memang benar merujuk
pada apakah moral, bisa dikatakan sebagai hukum moralitas tetapi tidak akan
pernah menjadi belaka moralitas manusiawi. Apa yang disebut sebagai moralitas
di dalam ketetapan Allah pada dasarnya kekudusan Tuhan dengan konsekuensi mematikan atau kehidupan dalam kasih setia
Tuhan. Dalam Alkitab, kalau ada hal-hal
yang disebut sebagai moralitas umat Tuhan, maka harus dicamkan bahwa sebuah
pelanggaran tidak akan mendapatkan
pengampunan melalui pembangunan
komitmen hidup untuk memperbaiki diri. Mengapa? Sebab tak ada manusia yang
sanggup menutup lubang ketakudusannya, bahkan satu lubang akan menguapkan
kekudusan Tuhan pada dirinya, berganti dengan penghukuman yang melumat bukan
saja kehidupannya tetapi generasi-generasi berikutnya. Ketika satu saja anda
melanggar salah satu larangan pada perintah-perintah Allah yang manapun juga,
ingatlah bahwa manusia sedang berhadapan dengan : Aku, TUHAN, Allahmu, adalah Allah yang cemburu, yang membalaskan kesalahan bapa kepada
anak-anaknya, kepada keturunan yang ketiga dan keempat dari orang-orang yang
membenci Aku dan tetapi Aku
menunjukkan kasih setia kepada beribu-ribu orang, yaitu mereka yang mengasihi
Aku dan yang berpegang pada perintah-perintah-Ku.
Jadi ini bukan sama sekali belaka moralitas manusia kala
anda membaca: jangan membunuh, jangan berzinah, jangan mencuri, jangan
mengucapkan saksi dusta tentang sesamamu, jangan
mengingini rumah, isteri, hambanya laki-laki atau perempuan atau lembunya atau
keledainya atau apapun yang dipunyai sesamamu [Kel 20:13-17].” Pada bagian
manapun perintah itu tak ada satu bagianpun yang sama sekali bernilai semata
ketentuan relasi antarmanusia yang mana nilai-nilainya berdasar pada
kemanusiaan pada nilai tertingginya, sehingga menyatakan tidak semuanya
bernilai ilahi, karena begitu menjunjung hak-hak terasasi seorang manusia.
Dalam hal itu sekalipun, sangat ilahi dan sangat kudus sebagaimana adanya IA
ADA: “Seluruh bangsa itu menyaksikan guruh mengguntur, kilat sabung-menyabung, sangkakala berbunyi dan gunung berasap. Maka bangsa itu takut
dan gemetar dan mereka berdiri jauh-jauh- Keluaran 20:18.
Bagian-bagian perintah yang terlihat
begitu normal dan begitu manusiawi, datangnya bukan dari dunia manusia tetapi
dating dari tempat dimana guruh mengguntur, kilat sabung-menyabung, sangkakali
berbunyi dan gunung berasap. Di dalam setiap perintah yang hadir adalah
kehendak Allah yang kudus dan tak boleh dilanggar sama sekali.
Untuk membantu hal
ini, saya akan menunjukan hal yang begitu indah kala membicarakan kekudusan
Allah dalam perjanjian lama. Membacanya anda akan memahami bahwa Ia memang
kudus dan sekaligus kasih. Motif-Nya tak pernah tak bias untuk dilepaskan dari
kekudusan-Nya dalam kasih-Nya yang besar. Perhatikan di sini anda akan melihat
kudus dan kasih bukan 2 hal yang terisolasi.
Siapapun
tak bisa mengisolasikan kudus-Nya dari kasih-Nya dan kasih-Nya dari kudus-Nya.
Memahami ini anda akan memahami akar segala kemurkaan Allah yang dapat
membinasakan satu generasi hingga ke generasi-generasi berikut-Nya.
Baiklah, sekarang
bacalah ini sepenuh jiwamu:
▄▄Cuplikan dari kudusnya
perkawinan:
Imamat
18:1- 30 TUHAN berfirman kepada Musa: Berbicaralah kepada orang Israel dan
katakan kepada mereka: Akulah TUHAN, Allahmu. Janganlah kamu berbuat seperti
yang diperbuat orang di tanah Mesir, di mana kamu diam dahulu; juga janganlah
kamu berbuat seperti yang diperbuat orang di tanah Kanaan, ke mana Aku
membawa kamu; janganlah kamu hidup menurut kebiasaan mereka. Kamu harus
lakukan peraturan-Ku dan harus berpegang pada ketetapan-Ku dengan hidup menurut
semuanya itu; Akulah TUHAN, Allahmu. Sesungguhnya kamu harus berpegang pada
ketetapan-Ku dan peraturan-Ku. Orang yang melakukannya, akan hidup karenanya;
Akulah TUHAN. Siapapun di antaramu janganlah menghampiri seorang kerabatnya
yang terdekat untuk menyingkapkan auratnya; Akulah TUHAN. Janganlah
kausingkapkan aurat isteri ayahmu, karena ia hak ayahmu; dia ibumu, jadi
janganlah singkapkan auratnya. Janganlah kausingkapkan aurat seorang isteri
ayahmu, karena ia hak ayahmu. Mengenai aurat saudaramu perempuan, anak ayahmu
atau anak ibumu, baik yang lahir di rumah ayahmu maupun yang lahir di luar,
janganlah kausingkapkan auratnya. Mengenai aurat anak perempuan dari anakmu
laki-laki atau anakmu perempuan, janganlah kausingkapkan auratnya, karena
dengan begitu engkau menodai keturunanmu. Mengenai aurat anak perempuan dari
seorang isteri ayahmu, yang lahir pada ayahmu sendiri, janganlah kausingkapkan
auratnya, karena ia saudaramu perempuan. Janganlah kausingkapkan aurat saudara
perempuan ayahmu, karena ia kerabat ayahmu. (14) Janganlah
kausingkapkan aurat isteri saudara laki-laki ayahmu, janganlah kauhampiri
isterinya, karena ia isteri saudara ayahmu.(15) Janganlah
kausingkapkan aurat menantumu perempuan, karena ia isteri anakmu laki-laki,
maka janganlah kausingkapkan auratnya.(16) Janganlah
kausingkapkan aurat isteri saudaramu laki-laki, karena itu hak saudaramu laki-laki.(17)
Janganlah kausingkapkan aurat seorang perempuan dan anaknya perempuan.
Janganlah kauambil anak perempuan dari anaknya laki-laki atau dari anaknya
perempuan untuk menyingkapkan auratnya, karena mereka adalah kerabatmu; itulah
perbuatan mesum. Dan seterusnya
▄▄Cuplikan dari kudusnya Hidup:
Imamat
19:10-22 Juga sisa-sisa buah anggurmu janganlah kaupetik untuk kedua kalinya
dan buah yang berjatuhan di kebun anggurmu janganlah kaupungut, tetapi semuanya
itu harus kautinggalkan bagi orang miskin dan bagi orang asing; Akulah TUHAN,
Allahmu. Janganlah kamu mencuri, janganlah kamu berbohong dan janganlah
kamu berdusta seorang kepada sesamanya. Janganlah kamu bersumpah dusta
demi nama-Ku, supaya engkau jangan melanggar kekudusan nama Allahmu; Akulah
TUHAN. Janganlah engkau memeras sesamamu manusia dan janganlah engkau
merampas; janganlah kautahan upah seorang pekerja harian sampai besok
harinya. Janganlah kaukutuki orang tuli dan di depan orang buta janganlah
kautaruh batu sandungan, tetapi engkau harus takut akan Allahmu; Akulah
TUHAN. Janganlah kamu berbuat curang dalam peradilan; janganlah
engkau membela orang kecil dengan tidak sewajarnya dan janganlah engkau
terpengaruh oleh orang-orang besar, tetapi engkau harus mengadili orang
sesamamu dengan kebenaran. Janganlah engkau pergi kian ke mari
menyebarkan fitnah di antara orang-orang sebangsamu; janganlah
engkau mengancam hidup sesamamu manusia; Akulah TUHAN. Janganlah engkau
membenci saudaramu di dalam hatimu, tetapi engkau harus berterus terang menegor
orang sesamamu dan janganlah engkau mendatangkan dosa kepada dirimu karena dia.
Janganlah engkau menuntut balas, dan janganlah menaruh dendam terhadap
orang-orang sebangsamu, melainkan kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu
sendiri; Akulah TUHAN. Kamu harus berpegang kepada ketetapan-Ku. Janganlah
kawinkan dua jenis ternak dan janganlah taburi ladangmu dengan dua jenis benih,
dan janganlah pakai pakaian yang dibuat dari pada dua jenis bahan. Apabila
seorang laki-laki bersetubuh dengan seorang perempuan, yakni seorang budak
perempuan yang ada di bawah kuasa laki-laki lain, tetapi yang tidak pernah
ditebus dan tidak juga diberi surat tanda merdeka, maka perbuatan itu haruslah
dihukum; tetapi janganlah keduanya dihukum mati, karena perempuan itu belum dimerdekakan.
Laki-laki itu harus membawa tebusan salahnya kepada TUHAN ke pintu Kemah
Pertemuan, yakni seekor domba jantan sebagai korban penebus salah. Imam harus
mengadakan pendamaian bagi orang itu dengan domba jantan korban penebus salah
di hadapan TUHAN, karena dosa yang telah diperbuatnya, sehingga ia beroleh
pengampunan dari dosanya itu. Dan seterusnya
▄▄Cuplikan dari Kudusnya Umat Tuhan
Imamat
20:1-16 Engkau harus berkata kepada orang Israel: Setiap orang, baik dari
antara orang Israel maupun dari antara orang asing yang tinggal di
tengah-tengah orang Israel, yang menyerahkan seorang dari anak-anaknya
kepada Molokh, pastilah ia
dihukum mati, yakni rakyat negeri harus melontari dia dengan batu. Aku
sendiri akan menentang orang itu dan akan melenyapkan dia dari tengah-tengah
bangsanya, karena ia menyerahkan seorang dari anak-anaknya kepada Molokh,
dengan maksud menajiskan tempat kudus-Ku dan melanggar kekudusan nama-Ku yang
kudus. Tetapi jikalau rakyat negeri menutup mata terhadap orang itu, ketika ia
menyerahkan seorang dari anak-anaknya kepada Molokh, dan tidak menghukum dia
mati, maka Aku sendiri akan menentang orang itu serta kaumnya dan akan melenyapkan
dia dari tengah-tengah bangsanya dan semua orang yang turut berzinah mengikuti dia, yakni berzinah dengan menyembah Molokh.
Orang yang berpaling kepada arwah atau kepada roh-roh peramal, yakni yang
berzinah dengan bertanya kepada mereka, Aku sendiri akan menentang orang itu
dan melenyapkan dia dari tengah-tengah bangsanya. Maka kamu harus menguduskan dirimu,
dan kuduslah kamu, sebab Akulah TUHAN, Allahmu. Demikianlah kamu harus
berpegang pada ketetapan-Ku dan melakukannya; Akulah TUHAN yang menguduskan
kamu. Apabila ada seseorang yang mengutuki ayahnya atau ibunya, pastilah ia
dihukum mati; ia telah mengutuki ayahnya atau ibunya, maka darahnya
tertimpa kepadanya sendiri. Bila seorang
laki-laki berzinah dengan isteri orang lain, yakni berzinah dengan isteri
sesamanya manusia, pastilah keduanya dihukum mati, baik laki-laki maupun
perempuan yang berzinah itu. Bila
seorang laki-laki tidur dengan seorang isteri ayahnya,
jadi ia melanggar hak ayahnya, pastilah keduanya dihukum mati, dan darah mereka
tertimpa kepada mereka sendiri. Bila
seorang laki-laki tidur dengan menantunya perempuan,
pastilah keduanya dihukum mati; mereka telah melakukan suatu perbuatan keji,
maka darah mereka tertimpa kepada mereka sendiri. Bila seorang laki-laki tidur dengan laki-laki
secara orang
bersetubuh dengan perempuan, jadi keduanya melakukan suatu kekejian,
pastilah mereka dihukum mati dan darah mereka tertimpa kepada mereka sendiri. Bila seorang laki-laki mengambil seorang
perempuan dan ibunya, itu suatu perbuatan mesum; ia dan kedua perempuan itu
harus dibakar, supaya jangan ada perbuatan mesum di tengah-tengah kamu. Bila seorang laki-laki
berkelamin dengan seekor binatang, pastilah ia dihukum mati, dan
binatang itupun harus kamu bunuh juga. Bila
seorang perempuan menghampiri binatang apapun untuk
berkelamin, haruslah kaubunuh perempuan dan binatang itu; mereka
pasti dihukum mati dan darah mereka tertimpa kepada mereka sendiri.
▄▄Cuplikan Kudusnya
para imam:
Imamat
21:7-9 Janganlah mereka mengambil
seorang perempuan sundal atau perempuan yang sudah dirusak kesuciannya atau
seorang perempuan yang telah diceraikan oleh suaminya, karena imam itu kudus
bagi Allahnya. Dan kamu harus menganggap dia kudus, karena dialah yang
mempersembahkan santapan Allahmu. Ia harus kudus bagimu, sebab Aku, TUHAN, yang menguduskan kamu adalah kudus. Apabila
anak perempuan seorang imam membiarkan kehormatannya dilanggar dengan
bersundal, maka ia melanggar kekudusan ayahnya, dan ia harus dibakar dengan
api.
Sehingga
sangat keliru
bagi pendeta Erastus untuk mengajarkan:
▓“Kehidupan
yang berkualitas tinggi sesuai dengan kehidupan yang dirancang Tuhan sejak
semula hanya dapat diperoleh di dalam Tuhan Yesus Kristus sebagai Sang Terang. Pada
jaman sebelum kedatangan-Nya, manusia yang tidak mengenal Injil
karena belum ada Injil, tidak mudah disebut sebagai hidup dalam kegelapan
secara eksplisit, karena memang Terang itu belum datang. Sehingga mereka tidak
dituntut untuk sempurna atau memiliki kehidupan yang berkualitas tinggi”
Lebih dari
terminologi “kehidupan yang berkualitas
tinggi sesuai dengan kehidupan yang dirancang oleh Tuhan,” justru kita menjumpai kehendak Allah untuk hidup
kudus sesuai kehendak-Nya. Kesalahan
fatal berikutnya yang terkandung didalam pokok pengajaran seperti itu, adalah:
bahkan sebelum segala janji mengenai Mesias atau Sang Terang Dunia di masih
dinantikan dan diimani penggenapannya dalam era PL, hidup dalam kegelapan justru
sudah sangat dinyatakan secara keras.
Terang itu sudah datang dalam sebab Allah sendiri sudah menyatakan Terang-Nya
yang memisahkan mereka dari kegelapan dunia ini, sebagaimana Nampak begitu kuat
dalam perintah-perintah semacam ini:
Berbicaralah
kepada orang Israel dan katakan kepada mereka: Akulah TUHAN, Allahmu. Janganlah
kamu berbuat seperti yang diperbuat orang di tanah Mesir, di mana kamu
diam dahulu; juga janganlah kamu berbuat seperti yang diperbuat orang di tanah
Kanaan, ke mana Aku membawa kamu; janganlah kamu hidup menurut kebiasaan
mereka. Kamu harus lakukan peraturan-Ku dan harus berpegang pada ketetapan-Ku
dengan hidup menurut semuanya itu; Akulah TUHAN, Allahmu. Sesungguhnya kamu
harus berpegang pada ketetapan-Ku dan peraturan-Ku. Orang yang melakukannya, akan hidup
karenanya; Akulah TUHAN- Imamat 18.
Bukankah, Allah itu sendiri adalah terang,
dan Yesus Kristus adalah Terang Dunia?
Dialah Satu-Satunya Terang Dunia dan Sang Kudus Yang Telah Masuk Ke Dalam Dunia Ini, Menunjukan Kasih-Nya Kepada
Siapa Ia Menghendaki Tanpa Syarat
Sangat keliru bagi
pendeta Erastus Sabdono untuk mengajarkan bahwa
manusia pada era Perjanjian Lama tidak dituntut hidup berkualitas
tinggi. Saya bahkan mengatakan bahwa terminologi hidup berkualitas tinggi tidak
dapat menggambarkan “Allah menuntut kehidupan kudus sebagaimana adanya,” yang
telah saya introduksi pada pembukaan
artikel ini.
Saya mau menunjukan
bahwa sejak pertama kali Allah memperkenalkan diri-Nya kepada manusia di dunia
ini, kekudusan adalah hal yang harus benar-benar diperhatikan dan dipatuhi dan
dipraktikan manusia dalam kehidupan
sehari-hari sebagai sebuah kehidupan yang memiliki kasih dan ketaatan kepada Allah.
Apa
yang dituntut Allah pada manusia bahkan sejak era PL? Hidup berkualitas tinggi?
Bukan! Tetapi hidup kudus sebab Dia Kudus. Perhatikan dasar hidup kudus adalah karena
Dia Kudus, bukan karena manusia dapat menjadi kudus pada dirinya sendiri.
Karena pengenalan Allah Kudus maka manusia dapat memiliki dasar untuk mengenal
manakah yang kudus dan manakah yang tak kudus. Mengatakan umat pada era PL tidak mengenal atau tidak
dituntut hidup berkualitas tinggi, bukan saja keliru, tetapi salah sama sekali.
Hidup kudus bukan kehidupan berkualitas tinggi, tetapi kehidupan
sebagaimana kehendak Allah yang kudus. Berkualitas tinggi tidak
sama sekali menunjukan kekudusan, sebab kehidupan berkualitas tinggi
pada diri manusia tidak sama sekali dapat
memproduksi kekudusan sebagaimana Allah.
Dalam perjanjian
lama, Allah yang kudus itu memperkenalkan kekudusan-Nya dalam kemegahan-kemegahan yang menggentarkan
jiwa-jiwa manusia berdosa; kehadiran
Allah yang kudus itu sanggup untuk menyatakan pada sang diri manusia itu tanpa
perbantahan: aku sungguh najis
dihadapan-Mu, sebagaimana nampak dalam peristiwa Allah memanggil Yesaya untuk
melakukan kehendak-Nya, Yesaya pertama melihat kekudusan Allah yang membuat
dirinya tahu betapa dirinya najis:
►Yesaya
6:2-5 Para Serafim berdiri di sebelah atas-Nya, masing-masing mempunyai enam
sayap; dua sayap dipakai untuk menutupi muka mereka, dua sayap dipakai untuk
menutupi kaki mereka dan dua sayap dipakai untuk melayang-layang. Dan mereka
berseru seorang kepada seorang, katanya: "Kudus, kudus, kuduslah TUHAN semesta alam, seluruh bumi penuh
kemuliaan-Nya!" Maka bergoyanglah alas ambang pintu disebabkan suara orang
yang berseru itu dan rumah itupun penuhlah dengan asap. Lalu kataku:
"Celakalah aku! aku binasa! Sebab aku
ini seorang yang najis bibir, dan aku
tinggal di tengah-tengah bangsa yang najis bibir, namun mataku telah
melihat Sang Raja, yakni TUHAN semesta alam."
Apakah
ada suara yang berkata kepada Yesaya: “kamu najis?” dan adakah suara yang
berkata “bangsa-bangsa di sekitarmu itu juga najis?” Tidak ada, tetapi
kehadiran Allah Kudus telah membukakan bagi seorang manusia realita diri
sebenarnya di hadapan Allah, dan juga semua manusia di bumi ini kala bahwa
semuanya najis atau tidak ada satupun yang kudus di hadapan Allah! Jadi sejak
di perjanjian lama, Allah telah membuat manusia tahu keberadaan dirinya yang
sungguh celaka dihadapan Sang Kudus. Bahwa semuanya bejat [bandingkan dengan: “TUHAN memandang ke bawah dari sorga kepada
anak-anak manusia untuk melihat, apakah ada yang berakal budi dan yang mencari
Allah. Mereka semua telah menyeleweng, semuanya telah bejat; tidak ada yang
berbuat baik, seorangpun tidak!- Maz 14:2-3]
Sebab
memang tak ada yang najis bisa mendekati Tuhan:
Mazmur
24:3-4 Siapakah yang boleh naik ke
atas gunung TUHAN? Siapakah yang
boleh berdiri di tempat-Nya yang kudus? Orang yang bersih tangannya
dan murni hatinya,
yang tidak menyerahkan dirinya kepada penipuan, dan yang tidak bersumpah palsu.
Yesaya segera
mengetahui bahwa dirinya manusia najis kala dikunjungi Allah Sang Kudus. Musa
sekalipun segera mengetahui oleh Tuhan
bahwa ia tak dapat dekat-dekat dengan Allah yang kudus,tetapi hanya karena
Allah memilih dan menetapkan dirinya sesuai dengan maksud-Nya- sekalipun
tak kudus- maka ia dapat mendatangi Tuhan:
►Keluaran
3:1-5 Adapun Musa, ia biasa menggembalakan kambing domba Yitro, mertuanya, imam
di Midian. Sekali, ketika ia menggiring kambing domba itu ke seberang padang
gurun, sampailah
ia ke gunung Allah, yakni gunung
Horeb. Lalu Malaikat
TUHAN menampakkan diri kepadanya
di dalam
nyala api yang keluar dari semak duri. Lalu ia melihat, dan
tampaklah: semak duri itu menyala, tetapi tidak dimakan api. Musa berkata:
"Baiklah aku menyimpang ke sana untuk memeriksa penglihatan yang hebat
itu. Mengapakah tidak terbakar semak duri itu?" Ketika dilihat TUHAN,
bahwa Musa menyimpang untuk memeriksanya, berserulah Allah dari tengah-tengah
semak duri itu kepadanya: "Musa, Musa!" dan ia menjawab: "Ya,
Allah." Lalu Ia berfirman: "Janganlah
datang dekat-dekat: tanggalkanlah
kasutmu dari kakimu, sebab tempat, di mana engkau berdiri itu,
adalah
tanah yang kudus."
Tak ada yang bisa
mendatangi tempat kudus Allah begitu
saja, tanpa memperhatikan kekudusan-Nya dan melihat betapa diri ini tak layak
untuk sekedar menginjakan kaki.
Masih dengan Musa,
perhatikan ini:
►Keluaran
19:3-5 Lalu naiklah Musa menghadap Allah, dan TUHAN berseru dari gunung itu kepadanya: "Beginilah kaukatakan kepada keturunan Yakub dan
kauberitakan kepada orang Israel: Kamu sendiri telah melihat apa yang
Kulakukan kepada orang Mesir, dan
bagaimana Aku telah mendukung kamu di atas sayap rajawali dan membawa kamu
kepada-Ku. Jadi sekarang, jika
kamu sungguh-sungguh mendengarkan firman-Ku dan berpegang pada
perjanjian-Ku, maka kamu
akan menjadi harta kesayangan-Ku sendiri dari antara segala bangsa, sebab Akulah yang empunya seluruh bumi.
Setiap
kali membaca bagian ini, kapanpun juga, maka setiap kali itu juga nampak
kasih-Nya yang agung dan tak bersyarat. Anda akan menjumpai tindakan kasih-Nya yang kudus dalam “kamu
sendiri telah melihat apa yang Kulakukan.” Allah bukan sekedar
membebaskan tetapi berkehendak menjadikan bangsa itu sebagai milik
kepunyaan-Nya melalui pemilihan berdasarkan kasih karunia-Nya diantara segala
bangsa. Sehingga bangsa ini akan menerima sebuah maksud Tuhan yang harus
disampaikan Musa yang telah diutus-Nya sebagai Pembebas Israel yang datang dari
tanah kudus Tuhan. Beginilah maksud Tuhan yang megah itu: “jika kamu
sungguh-sungguh mendengarkan firman-Ku
dan berpegang pada perjanjian-Ku,
maka kamu akan menjadi harta kesayangan-Ku
sendiri.”
Perhatikan hal ini:
apa yang terjadi sejak semula pada Musa,
yaitu dia yang bahkan tak pernah layak
untuk sekedar menginjakan kaki di tempat Allah yang kudus menerima kemuliaan
agung Allah. Jika Musa menjadi Mesias atau Pembebas Yang Diutus Tuhan dari
Tempat Kudus-Nya, maka kini bangsa Israel menerima maksud Allah untuk
mempersungting-Nya sebagai harta kesayang-Nya, asalkan mau masuk didalam
hubungan yang begitu khusus dan begitu suci bagaikan pasangan suami-isteri. Pada
poin ini teori moralitas yang seperti
apapun tidak akan sanggup mendekati jenis diskriminasi semacam ini di antara
segala bangsa, mulai dari: “ janganlah dekat-dekat lepaskanlah kasutmu, sebab
tempat ini kudus!”
Semua
ini bermula dari pihak Tuhan kepada manusia yang
dipilih berdasarkan kehendak-Nya saja. Pada
dasarnya bukanlah sebuah nuasa kondisional baik bagi Musa dan Israel
untuk masuk ke dalam kehidupan bersama Allah, sebab yang ada sebuah kondisi
kehidupan yang begitu kuat dan begitu mengikat antara Allah dengan dia yang
dipilih-Nya untuk diikatkan janji kudus dan penuh kasih-Nya. Musa sudah masuk
terlebih dahulu dalam kehendak kudus Allah dalam kunjungan-Nya untuk menarik
Musa masuk kedalam rencana-Nya menjadikan Musa sebagai Mesias atau pembebas
Israel untuk membawa bangsa itu masuk ke tempat yang dikehendaki Allah-
sementara bangsa itu sendiri belum tahu sama sekali dengan perihal tersebut!
Itulah dasar untuk menyatakan bahwa “jika
kamu sungguh-sungguh mendengarkan firman-Ku dan mendengarkan janji-Ku”
bukanlah sama sekali hal kondisional bagi bangsa tersebut untuk layak dijadikan
harta kesayangan-Nya sebab sejak semula bangsa ini adalah kesayang-Nya
sampai-sampai IA sendiri turun ke
dalam dunia [ Keluaran 3:7-9].
Sejak
mula pertama, Musa dan Allah Sang Kudus itu sudah saling bertatap muka, memang
telah menunjukan bahwa bangsa ini telah dijadikan harta kesayangan-Nya sendiri
:
Keluaran
2:6 Lagi Ia
berfirman: "Akulah Allah
ayahmu, Allah Abraham,
Allah Ishak dan Allah Yakub." Lalu Musa
menutupi mukanya, sebab ia takut memandang Allah.
Masuk
dalam persekutuan kudus sekalipun tak
memiliki kelayakan! Dalam diri Musa, ia tahu siapakah dirinya dan
siapakah yang sedang berbicara, jiwa yang najis tak akan tak menunjukan keasliannya dihadapan Sang Kudus, sebab mana ada jiwa-jiwa dalam kegelapan tidak menunjukan
jati dirinya: najis! Kala itu tersingkap, rasa malu dan rasa tak
pantas yang mencuat, namun kekudusan-Nya mengajarkan Musa untuk memberikan
hormat: “lalu Musa menutupi mukanya, sebab ia takut memandang Allah.” Takut di
sini lebih dari dan bahkan bukan sama sekali gejala psikologis manusiawi, sebab
faktanya Musa bukan sedang berhadapan dengan Allah yang sedang murka dan hendak
membinasakan dirinya. Faktanya,
Allah sedang berfirman kepadanya dalam sebuah cinta agung dari Sang Kasih yang
memandang diri-Nya sendiri memiliki
hubungan dengan si Musa yang Ia katakan
tak layak datang dekat-dekat pada tanah kudus-Nya, IA sendiri memperkenalkan dirinya memiliki relasi
istimewa dengan melekatkan nama manusia-manusia fana dan rapuh pada dosa pada
Diri-Nya sendiri: “Akulah
Allah ayahmu, Allah Abraham, Allah Ishak dan Allah Yakub.” IA sungguh begitu
personal dan sungguh penuh kenangan
indah dengan Abraham, Ishak dan Yakub di antara semua manusia di bumi ini.
Musa sudah diutus
sebagai sebuah tindakan Allah sendiri
yang turun ke dalam dunia ini untuk membebaskan umat-Nya, inilah ikatan
kudus yang disematkan Allah pada seorang najis bernama Musa, sebuah pengudusan
telah dilangsungkan dan sebuah penugasan telah dimeteraikan pada Musa secara
personal: antara Allah dengan Musa. Musa melakukan kehendak Allah bukan
kehendak-Nya di dunia ini:
►Keluaran
3:7-10 Dan TUHAN berfirman: "Aku
telah memperhatikan dengan sungguh kesengsaraan umat-Ku di tanah Mesir, dan Aku
telah mendengar seruan mereka yang disebabkan oleh pengerah-pengerah mereka,
ya, Aku mengetahui penderitaan mereka. Sebab itu Aku telah turun untuk melepaskan
mereka dari tangan orang Mesir dan menuntun mereka keluar dari negeri itu ke
suatu negeri yang baik dan luas, suatu negeri yang berlimpah-limpah susu dan
madunya, ke tempat orang Kanaan, orang Het, orang Amori, orang Feris, orang
Hewi dan orang Yebus. Sekarang seruan orang Israel telah sampai kepada-Ku; juga
telah Kulihat, betapa kerasnya orang Mesir menindas mereka. Jadi sekarang,
pergilah, Aku
mengutus engkau kepada Firaun untuk membawa umat-Ku,
orang Israel, keluar dari Mesir."
Pengutusan
Musa berdasarkan Allah yang telah
turun ke dunia ini karena Ia memperhatikan
kesengsaraan umat-Nya di tanah Mesir. Musa di utus ke dunia ini dalam sebuah
otoritas yang penuh kuasa: segala kuasa Tuhan akan terdemonstrasi penuh
di hadapan penguasa dunia: Firaun, tanpa sebuah batasan apapun selain
berdasarkan kekuasaan Allah sendiri. Sekali lagi harus dicamkan, ini adalah
pengutusan yang berdasarkan Allah telah
turun ke dunia ini!
Harus
dikatakan bahwa pada era PL Allah Sang Terang dunia telah turun ke dalam dunia
dalam wujud pengutusan Mesias atau Sang Pembebas yang ditetapkan Tuhan dan
diutus Tuhan dari tempat kudus-Nya!
“jadi sekarang jika kamu sungguh-sungguh
mendengarkan firman-Ku dan berpegang pada
perjanjian-Ku, maka kamu
akan menjadi harta kesayangan-Ku sendiri dari antara segala bangsa, sebab Akulah yang empunya seluruh bumi.?”
Bagian ini juga menunjukan bahwa Allah yang dikenal Israel bukanlah Allah yang
hanya “Tuhannya” Israel, tetapi Allah atas segenap bangsa. Keistimewaan itu
bukan datang dari keistimewaan diri bangsa itu, tetapi Allah sendiri mau
menjadikannya demikian. Ia berkata: “segala bangsa, Akulah yang empunya,”
tetapi “hanya ada satu bangsa yang disebutnya sebagai harta kesayangan-Ku
sendiri.
Apakah maksud-Nya?
Allah melakukan pemisahan pada Israel dari semua bangsa di dunia ini. Itu
sendiri adalah maksud-Nya atau kemauan-Nya sendiri untuk menjadikannya “harta
kesayangan-Ku sendiri” di antara segala bangsa di dunia ini, sehingga Israel
mengenal Allah yang kudus dan begitu mengasihinya.
Pada
satu sisi ini terlihat tribalis atau kesukuan, tetapi tidak sama sekali! Cobalah untuk memperhatikan sekali lagi: “jadi
sekarang jika kamu sungguh-sungguh mendengarkan firman-Ku dan berpegang
pada perjanjian-Ku, maka kamu
akan menjadi…. .“ Pondasi keistimewaan Israel bukan tribalisme atau
karena keyahudiannya tetapi berdasarkan “jika kamu sungguh-sungguh mendengarkan
firman-Ku dan berpegang pada perjanjian-Ku, maka kamu akan menjadi harta
kesayangan-Ku sendiri.”
Dasar
keistimewaan
bangsa itu ada pada firman dan perjanjian Allah. Dan hal ini juga yang
ditunjukan Paulus ketika menunjukan
keistimewaan Israel bukan pada bangsa itu sendiri tetapi pada firman, hukum dan
janji Allah. Inilah ikatan terkokoh dari
Allah bagi bangsa ini, bukan sama sekali kesukuan dan pencapaian apapun terkait kekudusan:
Roma
9:4-8 Sebab mereka adalah orang Israel, mereka telah diangkat menjadi anak,
dan mereka telah menerima kemuliaan,
dan perjanjian-perjanjian,
dan hukum
Taurat, dan ibadah, dan janji-janji. Mereka adalah keturunan bapa-bapa leluhur, yang
menurunkan Mesias dalam keadaan-Nya sebagai manusia, yang ada di atas segala
sesuatu. Ia adalah Allah yang harus dipuji sampai
selama-lamanya. Amin! Akan tetapi firman Allah tidak mungkin gagal. Sebab tidak semua orang
yang berasal dari Israel adalah orang Israel, dan juga tidak semua
yang terhitung keturunan Abraham adalah anak Abraham, tetapi:
"Yang berasal dari Ishak yang akan
disebut keturunanmu." Artinya:
bukan
anak-anak menurut daging adalah anak-anak Allah, tetapi anak-anak
perjanjian yang disebut keturunan yang benar.
Sekali
lagi, perhatikan bagaimana Israel secara aktual
masuk ke dalam maksud Allah sejak semula (bahkan
saat Ia sebelum turun ke dunia menjumpai Musa): “harta kesayangan-Ku
sendiri”:
jika kamu
sungguh-sungguh mendengarkan firman-Ku dan berpegang
pada perjanjian-Ku, maka kamu akan menjadi harta kesayangan-Ku
sendiri dari
antara segala bangsa, sebab Akulah yang empunya seluruh bumi
tidak
ada sama sekali di sini kondisi-kondisi suku tersebutkan sebagai sebuah elemen penjaminan keselamatan Israel! Bagi Allah, pada
dasarnya, Israel tak ada bedanya dengan semua bangsa yang ada di dunia. Musa
sendiri bukanlah seorang kudus dalam pandangan Tuhan, Ia tak boleh dekat-dekat!
Allahlah yang mendekatkan diri-Nya kepada-Nya; Allahlah yang mendekatkan
diri-Nya hanya kepada Israel, itu saja dan hanya itu, sehingga Paulus
melemparakan pujiannya hanya kepada Tuhan: “Ia adalah Allah yang harus
dipuji sampai selama-lamanya. Amin! Akan tetapi firman Allah tidak
mungkin gagal.”
Dengan
demikian, maka Israel-bangsa Israel tidaklah menjadi harus mengejutkan
mengalami berbagai-bagai penghukuman Allah kala mereka bersekutu dengan berbagai rupa
kegelapan atau tidak hidup
dalam kekudusan sebagaimana tuntutan Allah, Kala mereka mengabaikan
firman dan meninggalkan perjanjian-Nya, Allah tidak meninggalkan mereka tetapi
menghukum mereka, bukan sebagai musuh-Nya, tetapi sebagai milik-Nya.
Mari
perhatikan salah satu episode ini sehingga dapat dipahami bahwa sejak era PL
kegelapan itu begitu nyata diangkat oleh Allah dan betapa itu adalah sebuah
kekejian bagi diri-Nya:
▬Yesaya 1:2-4 Dengarlah, hai
langit, dan perhatikanlah,
hai bumi, sebab TUHAN berfirman: "Aku membesarkan anak-anak dan
mengasuhnya, tetapi mereka memberontak terhadap Aku. Lembu mengenal pemiliknya,
tetapi Israel tidak; keledai mengenal palungan yang disediakan tuannya, tetapi
umat-Ku tidak memahaminya." Celakalah bangsa yang berdosa, kaum yang sarat
dengan kesalahan, keturunan yang jahat-jahat, anak-anak yang berlaku buruk!
Mereka meninggalkan TUHAN, menista Yang Mahakudus, Allah Israel, dan berpaling
membelakangi Dia.
Kemurkaan
Allah pada Israel menuntut langit dan
bumi untuk memperhatikan-Nya, betapa Israel benar-benar ada di dalam
tangan Tuhan semata kasih karunia-Nya dalam kemegahan Allah Sang Kudus: “Aku
membesarkan anak-anak dan mengasuhnya, tetapi mereka memberontak terhadap Aku.”
Yang menakjubkan itu dinyatakan-Nya dalam murka yang bersiap untuk
menghanguskan segala kenajisan bangsa itu. Kenajisan yang membuat bangsa itu
tak ada bedanya dengan bangsa-bangsa di dunia ini yang tak mengenal Tuhan!
Ketika
Allah memilih Israel, pada dasarnya Ia memilih sebuah bangsa yang sama busuknya
dengan semua bangsa di dunia ini. Bangsa yang tak berdaya bukan saja untuk
berdiri di tanah kudus Tuhan tetapi melakukan segenap kehendak Allah Kudus yang
tak boleh dianggap rendah, seolah Allah menutut setengah hati kepada mereka
untuk memiliki kehidupan kudus. Tidak!
Perhatikan
ini, bagaimana Allah mengecam Israel tak ubahnya lebih buruk daripada
binatang-binatang:
►“Lembu mengenal pemiliknya, tetapi Israel tidak; keledai
mengenal palungan yang disediakan tuannya, tetapi
umat-Ku tidak memahaminya”
Siapakah
yang dapat memahami kekudusan Allah
yang sedang menuntut kehendak kudus-Nya berlangsung dalam kehidupan
Israel, kala itu-kekudusan itu sendiri- bukan sama sekali moralitas tetapi
Allah itu sendiri! Bukan moralitas sama sekali sebab Allah menuntut mereka
memahami diri-Nya sehingga dapat melakukan kekudusan-Nya, bukan sekedar
mengerti!
Israel
sesungguhnya tak bisa sama sekali diandalkan kesetiaan-Nya, sehingga dapat
dipahami dasar keistimewaan Israel ada pada apa yang dilakukan Allah:
memilih-Nya dan menjadikan bagi-Nya sendiri keistimewaan milik-Nya!
Lihatlah kelakuan bangsa yang masih
tetap dipanggil anak-anak-Ku dalam murka-Nya yang penuh itu:
►Yesaya 1:4 Celakalah bangsa yang
berdosa, kaum yang sarat dengan kesalahan, keturunan yang jahat-jahat,
anak-anak yang berlaku buruk! Mereka meninggalkan TUHAN, menista Yang Mahakudus, Allah Israel, dan berpaling membelakangi Dia.
Bagaimana
mungkin bangsa yang berdosa, yang sarat dengan kesalahan, keturunan yang
jahat-jahat, anak-anak yang berlaku buruk, meninggalkan TUHAN dan menista Yang
Mahakudus, tetapi
masih dikatakan Allah Israel?
Tidakah Allah sedang menista diri-Nya sendiri kala membiarkan diri-Nya
diidentikan dengan Israel? Mengapa tak mencari bangsa lain saja dan mengapa tak
binasakan saja dalam sebuah totalitas untuk memulihkan harga diri atau martabat
kekudusan-Nya? Fakta-Nya Allah tidak melakukan itu sebab memang sejak
semula dasar relasi antara diri-Nya dan Israel berwujud pemilihan tanpa syarat, setidaknya syarat
kepantasan untuk disebut “anak-anak-Nya” atau nama bangsa itu tetap bersanding
dengan mana Tuhan. Syarat yang diberikan Allah pada dasarnya merupakan syarat
yang meminta kesetujuan yang sama sekali tak bergantung
pada kesempurnaan yang
dituntut dan dapat mendatangkan maut jika dilanggar, hingga bisa membatalkan maksud-Nya untuk
menjadikan Israel sebagai harta kesayangan diantara bangsa-bangsa di
dunia ini.
Allah memang menunjukan murka-Nya yang dahsyat
sebab ingin menunjukan bahwa kehidupan yang kudus dan mengasihi Allah
sungguh-sungguh adalah warna kehidupan dalam relasi pemilihan tanpa syarat itu!
Ini tak menunjukan bahwa Israel begitu hebat, apalagi kemudian dijadikan dasar
bahwa di dalam kasih karunia “pemilihan tak bersyarat” ini, kehidupan kudus
sudah dibuang ke tempat sampah. Tidak sama sekali dan tak akan pernah bisa karena
Allah yang memilih tanpa syarat itu adalah Allah Sang Kudus. Dasar Ia
mempertahankan “ke-anak-an” seseorang yang telah dipilih-Nya, bukan karena Ia
tak lagi menggubris atau menghapus pentingnya kekudusan-Nya pada dia yang telah
dipilih-Nya tanpa syarat, tidak sama sekali. Sebaliknya, justru karena
kekudusan maksud-Nya, ia telah
memperlakukan orang atau bangsa tersebut sebagaimana seharusnya: dihukum di
dalam kekudusan-Nya agar: (a) menyadari kesalahan atau dosa atau
kenajisannya sehingga bertobat dari perilaku-perilaku jahatnya dalam payung belas
kasihan-Nya kepada yang disebut-Nya anak, dan (b) menyadari bahwa dalam Ia mempertahankan ke-anak-an di tengah-tengah perilaku
jahat mereka, Allah tak mendiamkan kekudusan-Nya dipermainkan oleh
anak-anak-Nya dan di dalam hal itu, hanya yang benar-benar anak dimata-Nya tak akan
pernah diganjar hingga binasa, tetapi mengenal diri-Nya sebagai Allah yang
memulihkan.
Perhatikan
ini sehingga kita dapat memahaminya:
▓Yesaya
1:5-31 Di mana kamu mau dipukul lagi, kamu yang
bertambah murtad? Seluruh kepala sakit dan seluruh hati lemah lesu. Dari
telapak kaki sampai kepala tidak ada yang sehat: bengkak dan bilur dan luka baru, tidak dipijit dan tidak dibalut dan tidak ditaruh minyak. Negerimu menjadi sunyi sepi, kota-kotamu
habis terbakar; di depan matamu orang-orang asing memakan hasil dari tanahmu.
Sunyi sepi negeri itu seolah-olah ditunggangbalikkan orang asing. Puteri
Sion tertinggal sendirian seperti pondok di kebun anggur, seperti
gubuk di kebun mentimun dan seperti kota yang terkepung. Seandainya TUHAN semesta alam tidak meninggalkan pada kita sedikit orang yang terlepas, kita
sudah menjadi seperti
Sodom, dan sama seperti Gomora. Dengarlah firman TUHAN, hai pemimpin-pemimpin,
manusia Sodom! Perhatikanlah pengajaran Allah kita, hai rakyat, manusia Gomora!
"Untuk apa itu korbanmu yang
banyak-banyak?" firman TUHAN; "Aku sudah jemu akan
korban-korban bakaran berupa domba jantan dan akan lemak dari anak lembu
gemukan; darah lembu jantan dan domba-domba dan kambing jantan tidak Kusukai. Apabila
kamu datang untuk menghadap di hadirat-Ku, siapakah
yang menuntut itu dari padamu, bahwa kamu menginjak-injak pelataran
Bait Suci-Ku? Jangan lagi membawa persembahanmu yang tidak sungguh, sebab
baunya adalah kejijikan bagi-Ku. Kalau kamu merayakan bulan baru dan sabat atau
mengadakan pertemuan-pertemuan, Aku tidak tahan melihatnya, karena perayaanmu
itu penuh kejahatan. Perayaan-perayaan bulan barumu dan pertemuan-pertemuanmu
yang tetap, Aku benci melihatnya; semuanya itu menjadi beban bagi-Ku, Aku telah
payah menanggungnya. Apabila kamu menadahkan tanganmu untuk berdoa, Aku akan
memalingkan muka-Ku, bahkan sekalipun kamu berkali-kali berdoa, Aku tidak akan
mendengarkannya, sebab tanganmu penuh dengan darah. Basuhlah, bersihkanlah
dirimu, jauhkanlah perbuatan-perbuatanmu yang jahat dari depan mata-Ku.
Berhentilah berbuat jahat, belajarlah berbuat baik; usahakanlah keadilan,
kendalikanlah orang kejam; belalah hak anak-anak yatim, perjuangkanlah perkara
janda-janda! Marilah, baiklah kita
berperkara! --firman TUHAN--Sekalipun dosamu merah
seperti kirmizi, akan menjadi putih seperti salju; sekalipun berwarna merah
seperti kain kesumba, akan menjadi putih
seperti bulu domba. Jika kamu menurut dan mau mendengar, maka kamu
akan memakan hasil baik dari negeri itu. Tetapi jika kamu melawan dan
memberontak, maka kamu akan dimakan oleh pedang." Sungguh, TUHAN yang
mengucapkannya. Bagaimana ini, kota yang dahulu setia sekarang sudah menjadi
sundal! Tadinya penuh keadilan dan di situ selalu diam kebenaran, tetapi
sekarang penuh pembunuh. Perakmu tidak murni lagi dan arakmu bercampur air. Para
pemimpinmu adalah pemberontak dan bersekongkol dengan pencuri. Semuanya suka
menerima suap dan mengejar sogok. Mereka tidak membela hak anak-anak yatim, dan
perkara janda-janda tidak sampai kepada mereka. Sebab itu demikianlah firman
Tuhan, TUHAN semesta alam, Yang Mahakuat pelindung Israel; "Ha, Aku akan
melampiaskan dendam-Ku kepada para lawan-Ku, dan melakukan pembalasan kepada
para musuh-Ku. Aku
akan bertindak terhadap engkau: Aku akan memurnikan perakmu dengan garam soda,
dan akan menyingkirkan segala timah dari padanya. Aku akan
mengembalikan para hakimmu seperti dahulu, dan para penasihatmu seperti semula.
Sesudah itu engkau akan disebutkan kota keadilan, kota yang setia." Tetapi
orang-orang
yang memberontak dan orang-orang berdosa akan dihancurkan bersama,
dan orang-orang
yang meninggalkan TUHAN akan habis lenyap. Sungguh, kamu akan
mendapat malu karena pohon-pohon keramat yang kamu inginkan; dan kamu akan
tersipu-sipu karena taman-taman dewa yang kamu pilih. Sebab kamu akan seperti pohon keramat yang
daunnya layu, dan seperti kebun yang kekurangan air. Maka
yang kuat menjadi seolah-olah kapas dan pekerjaannya menjadi seolah-olah bunga
api; keduanya menimbulkan api dan tidak ada yang dapat memadamkan.
Membaca
ini, anda sedang berhadapan dengan satu-satunya Allah yang tak dapat disogok
oleh karena keistimewaanmu.
Begini,
pemilihan tanpa syarat oleh Allah memang
menjadi dasar bagi Allah untuk tak akan pernah membinasakan orang-orang
pilihan-Nya sebagaimana manusia-manusia Sodom dan manusia-manusia Gomorah,
namun demikian Allah sendiri menunjukan bahwa keistimewaan itu mahkotanya
ada pada Allah kudus yang mengasihimu
dalam kesetiaan yang kudus dan tak ada yang dapat menggugat-Nya. Mengapa tak
ada? Karena Ia sendiri tetap menunjukan dirinya Allah yang kasin dan kudus
secara tak terpisahkan kala menyayangi, menegur, menghukum dan menghakimi!
Dalam
keistimewaan seorang yang dipilih Allah tanpa syarat, harus
selalu diperhatikan bahwa kekudusan-Nya tetap senantiasa menuntun, mendidikan
dan membersihkan ketakudusan pada orang tersebut tepat seperti kasih setia-Nya
senantiasa menuntun, mendidik dan merawat kehidupanmu sebagai anak-anak-Nya!
Paulus berkata: tidak
semua Israel adalah Israel dan tidak semua yang merupakan keturunan Abraham adalah
Abraham. Abraham penerima janji, demikian juga Yakub atau Israel
penerima janji. Yang benar- benar disebut Allah sebagai harta kesayangan-Nya
tak lain anak-anak menurut perjanjian, sebagaimana yang telah kita lihat
bersama. Siapakah mereka diantara Israel yang benar-benar anak-anak perjanjian,
hanya Allah yang tahu dan itu terbukti: “Seandainya TUHAN semesta alam tidak
meninggalkan pada kita sedikit orang yang terlepas, kita sudah
menjadi seperti
Sodom, dan sama seperti Gomora.” Seperti Sodom dan seperti
Gomora artinya: dibinasakan: orang-orang yang memberontak dan orang-orang berdosa akan
dihancurkan bersama, dan orang-orang yang meninggalkan TUHAN akan habis lenyap.
Andaikata saja Israel tidak dipilih berdasarkan perjanjian dari Allah sendiri
untuk mengangkat mereka menurut
kehendak-Nya sendiri yang tak
dibuat berdasarkan pengetahuan sebelumnya bahwa memang di hari-hari mendatang memang bangsa
ini setia dan tak akan pernah berhianat maka semua binasa, mereka akan
benar-benar seperti Sodom dan Gomora!
Apakah
kepada yang diluputkan atau dilepaskan Allah, dibiarkan begitu saja oleh-Nya,
tidak dibersihkan-Nya dari segala perilaku yang menjijikan, seolah karena
mereka adalah pilihan Allah, maka kejahatan-kejahatan mereka dihapus begitu
saja tanpa dididikan sehingga kehidupannya tak ada bedanya seperti anak-anak
setan? Tidak! Tetapi Allah
sendirilah yang menguduskan mereka dengan cara-Nya sendiri untuk masuk kembali
ke dalam standard kekudusan-Nya yang mulia: “Aku akan bertindak terhadap engkau:
Aku akan memurnikan perakmu dengan garam soda, dan akan menyingkirkan
segala timah dari padanya.” Bagi Allah, jika ia sungguh-sungguh
anak-anak pilihan-Nya berdasarkan maksud kudus-Nya, maka ia bagaikan “perak” atau
benda kemuliaan yang akan terus dijaga Allah untuk tetap dalam kemuliaan
asalinya, tak boleh cemar!
Dalam
hal ini, tak ada manusia yang dapat menguduskan dirinya sendiri sebagaimana Tuhan memurnikan
perak, bahkan itu karena ketakmurnian manusia-manusia pilihan itu, maka semua
kurban-kurban yang merupakan ketetapan Allah sendiri tak sanggup menahan murka
Allah atas mereka. Mengapa? Karena bagaimana mungkin sebuah kesungguhan atau
kemurnian persembahan kurban dapat lahir dari jiwa yang sedang cemar? Di
sinilah puncak realita: ketakberdayaan manusia secara total mencuat sejak era
perjanjian lama.
Perhatikan ini:
►"Aku sudah jemu akan korban-korban
bakaran berupa domba jantan dan akan lemak dari anak lembu gemukan; darah lembu
jantan dan domba-domba dan kambing jantan tidak Kusukai. Apabila kamu datang untuk
menghadap di hadirat-Ku, siapakah
yang menuntut itu dari padamu, bahwa kamu menginjak-injak pelataran
Bait Suci-Ku? Jangan lagi membawa
persembahanmu yang tidak sungguh, sebab baunya adalah kejijikan bagi-Ku”
Mereka
masih beribadah dan melakukan segala ketentuan Taurat, bahkan tepat sebagaimana
pada ketentuan-ketentuan yang menghapus dosa, mengampuni dan menguduskan. Itu
semua, kini, malah membuat Tuhan jemu,
tidak disukai-Nya dan baunya adalah
bau menjijikan bagi-Nya! Bisakah anda membayangkan perilaku tak kudus sanggup
menutup jalan pengudusan yang dapat dilakukan manusia berdasarkan ketentuan-Nya
sendiri? Mengapa? Karena kekudusan menuntut kesungguhan hati! Kekudusan adalah
bau yang harum bukan bau busuk dihadapan Tuhan. Ini bukan soal moralitas!
Adakah
manusia yang dapat mempersembahkan moralitasnya sebagai bau yang harum, bagi-Nya?
Pertanyaannya selanjutnya: apakah anda
membelakangi firman kudus Tuhan atau menjunjungnya tinggi dalam kehidupanmu,
dalam keseharian hidupmu sementara anda
memperhitungkan dirimu sebagai seorang anak Tuhan berdasarkan pilihan-Nya tanpa
syarat,apalagi dalam pelayanan mimbarmu? Apakah di mimbar dan di dalam
pengajaranmu, engkau menyampaikan kebenaran-Nya sebagaimana adanya, ataukah
engkau menjungkirbalikan? Menista kebenaran satu-satunya sebagai bukan
satu-satunya atas segenap manusia?
Israel
adalah potret sempurna bagi kita semua dan sebuah peringatan keras akan ketakberdayaan manusia untuk hidup dalam kehidupan Tuhan
yang kasih sekaligus kudus, di dalam mereka adalah anak-anak yang dipilih
Allah tanpa syarat, untuk melayani Tuhan yang kudus, dalam mengasihi
Dia yang telah mengasihi dan memilihnya di dalam kasih-Nya yang agung dan kudus.
Bangsa inilah yang membawa janji keselamatan datang dari Allah melalui
pengutusan Mesias yang telah datang: Yesus Kristus. Inilah dasar bagi Allah
untuk melepaskan Israel sehingga tak seperti Sodom dan Gomora. Pada bangsa
inilah Allah menyimpan janji-Nya mengenai
kedatangan Sang Terang Dunia yang akan membebaskan manusia yang berkenan
kepada-Nya dari kegelapan dunia ini, sebagaimana Paulus telah menyatakannya:” Mereka adalah keturunan bapa-bapa leluhur, yang
menurunkan Mesias dalam keadaan-Nya sebagai manusia, yang ada di atas segala
sesuatu.”
Jadi,
camkanlah ini:
“Sebab
tidak semua orang yang berasal dari
Israel adalah orang Israel, dan juga tidak semua yang terhitung keturunan Abraham adalah anak Abraham,
tetapi: "Yang berasal dari Ishak yang akan disebut keturunanmu."
Artinya: bukan anak-anak menurut daging adalah anak-anak Allah, tetapi
anak-anak perjanjian yang disebut keturunan yang benar.”
Kehidupanmu
pasti menunjukan atau menyingkapkan dihadapan dunia ini, apakah engkau memang benar-benar telah menerima
kehidupan dari Allah yang telah memilihmu tanpa syarat di dalam karya Anak-Nya
yang tunggal: Yesus Kristus, Juruselamat dan Tuhanmu, atau tidak sama sekali!
Bersambung ke 5D
AMIN
Segala
Pujian Hanya Kepada TUHAN
The
cross
transforms
present criteria of relevance: present criteria of relevance do not transform
the cross
[dari
seorang teolog yang saya lupa namanya]
No comments:
Post a Comment