Oleh: Martin Simamora
Benarkah
Karena Tidak Menolak Injil Hingga Ke Tingkat Penghinaan Maka Ada Kebenaran Lain Di Luar Kristus (5.K)
Bacalah lebih
dulu:”Tinjauan Pengajaran Pdt.Dr.Erastus Sabdoni Pada Keselaatan Di Luar Kristen (5.J)”
Bagaimana dengan
Yesus sendiri, terhadap pernyataan pendeta Dr.Erastus Sabdono yang berbunyi “Kalau mereka tidak melihat atau tidak pernah
mendengar Injil secara memadai mereka tidak berdosa, tetapi kalau mereka
melihat (mendengar Injil secara memadai) tetapi tidak percaya maka dosa mereka
kekal (Yoh 9:41)? “ Apakah Yesus sendiri membicarakan dosa bukan dalam
sebuah kontinum waktu, yang sejak kejatuhan Adam hingga kini?Apakah dosa itu
telah ada memerintah segenap manusia sejak perjanjian lama hingga memasuki eranya-saat
Ia masuk ke dalam dunia ini? Adakah Ia menunjukan sebuah kesinambungan tak
terputus tepat pada dirinya sendiri yang menunjukan bahwa dosa sudah ada sejak sebelum
dirinya di dunia ini hadir, dalam cara yang sangat tajam?
Maka jawabannya: ya,ada,
bahkan begitu tajam menunjukan bahwa Ia sendiri adalah Sang Hakim atas dosa
yang sejak dahulu kala menguasai dunia.
Marilah kita
memperhatikan, mengarahkan diri kita kepada sabdanya berikut ini, sebuah sabda
penghakiman:
▬▬Matius 10:14-15 Dan apabila seorang
tidak menerima kamu dan tidak mendengar perkataanmu, keluarlah dan
tinggalkanlah rumah atau kota itu dan kebaskanlah debunya dari kakimu. Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya pada hari
penghakiman tanah Sodom dan Gomora
akan lebih ringan tanggungannya dari pada kota itu."
▬▬Lukas 17:26-30 Dan sama seperti
terjadi pada zaman
Nuh, demikian
pulalah halnya kelak pada hari-hari Anak Manusia: mereka makan dan
minum, mereka kawin dan dikawinkan, sampai kepada hari Nuh masuk ke dalam
bahtera, lalu datanglah air bah dan membinasakan mereka semua. Demikian juga
seperti yang terjadi di zaman Lot: mereka makan dan minum, mereka
membeli dan menjual, mereka menanam dan membangun. Tetapi pada hari Lot pergi
keluar dari Sodom
turunlah hujan api dan hujan belerang dari langit dan membinasakan
mereka semua. Demikianlah halnya kelak pada hari, di mana Anak Manusia
menyatakan diri-Nya. Barangsiapa pada hari itu sedang di peranginan
di atas rumah dan barang-barangnya ada di dalam rumah, janganlah ia turun untuk
mengambilnya, dan demikian juga orang yang sedang di ladang, janganlah ia
kembali. Ingatlah akan isteri Lot!
▬▬Matius 11:20-24 Lalu Yesus mulai mengecam kota-kota yang tidak bertobat,
sekalipun di situ Ia paling banyak melakukan mujizat-mujizat-Nya: Celakalah
engkau Khorazim! Celakalah engkau Betsaida! Karena jika di Tirus dan di
Sidon terjadi mujizat-mujizat yang telah
terjadi di tengah-tengah kamu, sudah lama mereka bertobat dan berkabung. Tetapi
Aku berkata kepadamu: Pada hari penghakiman, tanggungan Tirus dan
Sidon akan lebih ringan dari pada tanggunganmu. Dan engkau
Kapernaum, apakah engkau akan dinaikkan sampai ke langit? Tidak, engkau akan diturunkan sampai ke dunia orang mati!
Karena jika di Sodom
terjadi mujizat-mujizat yang telah terjadi di tengah-tengah kamu, kota
itu tentu masih berdiri sampai hari ini. Tetapi Aku berkata kepadamu: Pada hari
penghakiman, tanggungan negeri Sodom akan lebih ringan dari pada
tanggunganmu."
Tidakah anda melihat,dengan
demikian, siapakah Yesus? Ia adalah Sang Hakim kekal. Bagaimana bisa dia
berbicara penghakiman atas dosa yang pasti menunjukan pembinasaan oleh Allah
sementara ia sendiri baru muncul di
dunia ini dalam era yang kini kita sebut sebagai perjanjian baru? Pernyataan
pendeta Erastus, sebetulnya, hendak
menyatakan Yesus itu sendiri baru ada atau eksistensinya baru ada sejak
kelahirannya di bumi ini dengan memandang bahwa IA datang dalam sebuah
ketentuan dosa yang terpisah dari segala zaman dan segala manusia di bumi,
sehingga dosa menurut Yesus bukanlah realita dosa global. Ini pertama-tama
bagaikan konflik antara orang-orang Yahudi yang mempertanyakan Yesus, pada
siapakah Yesus sampai bisa-bisanya menyatakan dirinya adalah Sang Hakim sejak
era perjanjian lama.
Mari perhatikan
situasi tersebut:
▀Yohanes 8:51-59 Aku berkata kepadamu:
Sesungguhnya barangsiapa
menuruti firman-Ku, ia tidak akan mengalami maut sampai selama-lamanya."
Kata
orang-orang Yahudi kepada-Nya: "Sekarang kami tahu, bahwa Engkau kerasukan
setan. Sebab Abraham telah mati dan demikian juga nabi-nabi, namun Engkau
berkata: Barangsiapa menuruti firman-Ku, ia tidak akan mengalami maut sampai
selama-lamanya. Adakah Engkau lebih besar dari pada
bapa kita Abraham, yang telah mati! Nabi-nabipun telah mati; dengan siapakah
Engkau samakan diri-Mu?" Jawab Yesus: "Jikalau Aku
memuliakan diri-Ku sendiri, maka kemuliaan-Ku itu sedikitpun tidak ada artinya.
Bapa-Kulah
yang memuliakan Aku, tentang siapa kamu berkata: Dia adalah Allah
kami, padahal kamu tidak mengenal Dia, tetapi Aku mengenal Dia. Dan jika Aku
berkata: Aku tidak mengenal Dia, maka Aku adalah pendusta, sama seperti kamu,
tetapi Aku mengenal Dia dan Aku menuruti firman-Nya. Abraham bapamu
bersukacita bahwa ia akan melihat hari-Ku dan ia telah
melihatnya dan ia bersukacita." Maka kata orang-orang
Yahudi itu kepada-Nya: "Umur-Mu belum sampai lima puluh tahun dan Engkau
telah melihat Abraham?" Kata Yesus kepada mereka:
"Aku berkata kepadamu, sesungguhnya sebelum Abraham jadi, Aku telah
ada." Lalu mereka mengambil batu untuk melempari Dia;
tetapi Yesus menghilang dan meninggalkan Bait Allah.
Sekali lagi, Yesus
sendiri telah menunjukan dirinya adalah Sang Hakim segala zaman atas dunia ini
dalam cara menyatakan yang bukan saja begitu gamblang tetapi menunjukan bahwa
Ia adalah Sang Kekal disamping juga Sang Hakim.
Perhatikan: Ia tidak
hanya berkata “barangsiapa menuruti
firman-Ku, Ia tidak akan mengalami maut”,
tetapi juga menyatakan “Abraham bapamu
bersukacita bahwa Ia akan melihat hari-Ku.” Abraham dan Yesus dalam sebuah
hubungan yang begitu sukar untuk dipahami dalam dunia manusia selain di dalam
kekekalan Sang Hakim itu sendiri, Yesus.
Yesus Sang Hakim
Dunia Bagi Segala Zaman, Bukan Sebuah Kebenaran Berdasarkan Generalisasi Doktrin,Tetapi Berdasarkan Sabda-Nya Sendiri
Ini adalah bagian yang sangat penting untuk memahami
sepasang kebenaran: tidak ada satupun generalisasi yang bersifat rekayasa teologis atau sebuah aransemen
dokrinal yang bagaimanapun untuk menyatakan Yesus adalah Sang Hakim Dunia, dan
tidak ada,juga, satupun keterisolasian pada diri Yesus dari dunia dan segala
zaman kala Ia menyatakan dirinya kepada bangsa Yahudi dengan sebuah hukum: “barangsiapa
menuruti firman-Ku” dan “barangsiapa yang menolak-Nya berarti berpihak pada
kuasa kegelapan dan dengan demikian berdosa” merupakan kebenaran yang isolatif atau
bersifat hanya untuk ruang dan waktu bangsa Yahudi saja.
Mari kita melihat
kepada Yesus, bahwa Ia memang demikian adanya, berdasarkan serangkaian sabdanya,
yang merupakan sabda-sabda penghakiman bagi siapapun yang menolak diri-Nya,
yang bekerja hingga pada penghakiman akhir:
►Pertama:
Matius 10:14-15, pada dasarnya adalah sebuah
momen pengutusan 12 murid yang sebetulnya bersifat sangat lokal dan
sangat terbatas, bahkan hanya boleh ke bangsa Israel. Kampung-kampung bangsa
lain harus dilalui, tidak boleh dimasuki:
Matius
10:5-8 Kedua belas murid itu diutus oleh
Yesus dan Ia berpesan kepada
mereka: "Janganlah kamu menyimpang ke jalan bangsa lain atau masuk
ke dalam kota orang Samaria, melainkan pergilah kepada domba-domba yang hilang dari
umat Israel. Pergilah
dan beritakanlah: Kerajaan Sorga sudah dekat.
Sembuhkanlah orang sakit; bangkitkanlah orang mati; tahirkanlah orang kusta;
usirlah setan-setan. Kamu telah memperolehnya dengan cuma-cuma, karena itu
berikanlah pula dengan cuma-cuma.
Memberitakan
Yesus yang adalah Kerajaan Sorga yang datang ke dunia ini [sebagaimana telah
dinyatakan oleh nabi Yohanes-Sang Nabi Perjanjian Lama terakhir], hanya untuk Israel! Bahkan pada
hal ini saja, penghakiman telah terjadi pada bangsa-bangsa lain, yaitu:
janganlah kamu menyimpang ke jalan bangsa lain atau masuk ke dalam Kota orang
Samaria. Kerajaan Sorga tidak diperuntukan bagi bangsa lain. Tetapi,
sebagaimana pada bagian-bagian terdahulu pada serial 5 ini, sudah diketahui
bahwa bangsa pilihan tak sama sekali berdasarkan kesukuan dan etnisitas, dan
itulah yang menjelaskan Kerajaan Sorga bergerak menuju orang-orang lain dari
berbagai bangsa di dunia ini, sehingga mereka menjadi anggota kerajaan sorga
yang mana Yesus adalah Raja dan Tuhan mereka.
Apa
yang menakjubkan adalah bagaimana bunyi penghakiman yang Yesus sematkan akan bekerja di dalam pengutusan tersebut:
Matius
10:14 Dan apabila seorang tidak menerima kamu dan tidak
mendengar perkataanmu, keluarlah dan tinggalkanlah rumah atau kota
itu dan kebaskanlah debunya dari kakimu.
Matius
10:15 Aku berkata kepadamu:
Sesungguhnya pada
hari penghakiman tanah Sodom
dan Gomora akan lebih ringan tanggungannya dari pada kota itu."
Bisakah
anda membayangkan konsekuensi yang menyertai sebuah penolakan? Dan
perhatikanlah bahwa penolakan ini adalah penolakan yang sama sekali halus tanpa
sebuah aksi penghinaan dan apalagi aksi membahayakan si pewarta Kerajaan Sorga,
sebab penolakan ini bahkan dimulai dari dalam hati setiap manusia,permulaannya,
yaitu: “tidak menerima” dan “tidak mendengar,” namun mendatangkan sebuah
penghukuman yang dimulai dengan tindakan menghukum tanah kota tersebut-bahkan tanah kota
itu menjadi sedemikian terkutuknya-membinasakan:
“keluarlah
dan tinggalkanlah rumah atau kota itu dan kebaskanlah
debunya dari kakimu”
Tak
hanya sampai di situ, Yesus, tak disangka-sangka oleh siapapun, segera
mendefinisikan dalam vonis yang datang dari penghakiman pada masa purba, yang
menunjukan seberat apakah penghakiman yang menimpa mereka yang menolak
pemberitaan kerajaan sorga, sesantun apapun penolakan itu telah dilakukan oleh
warga kota tersebut, dengan sebuah penghakiman yang membinasakan:
“sesungguhnya
pada hari penghakiman tanah Sodom dan Gomora akan lebih ringan
tanggungannya dari pada kota itu.”
Apakah
hubungan masa itu dan kota-kota moderen-kala itu- dengan kota-kota purba dan
sudah tidak ada lagi: Sodom dan Gomora? Bahkan sebetulnya ketika mengatakan “Sodom
dan Gomora akan lebih ringan tanggungannya dari pada kota itu, pada dasarnya
menujukan bahwa penolakan Yesus yang sehalus apapun bahkan memiliki kepastian
kebinasaan yang jauh lebih dahsyat daripada Sodom dan Gomora. Dapat dikatakan
tak akan mungkin ada satu saja seorang manusia yang dapat memohonkan belas kasihan sebagaimana dahulu Abraham
memanjatkan belas kasihan atas kota-kota itu kepada Allah:
Kejadian
18:20-32 Sesudah itu berfirmanlah TUHAN: "Sesungguhnya banyak keluh kesah
orang tentang Sodom dan Gomora dan sesungguhnya sangat berat dosanya. Baiklah
Aku turun untuk melihat, apakah benar-benar mereka telah berkelakuan seperti
keluh kesah orang yang telah sampai kepada-Ku atau tidak; Aku hendak
mengetahuinya." Lalu berpalinglah orang-orang itu dari situ dan berjalan
ke Sodom, tetapi Abraham masih tetap berdiri di hadapan TUHAN. Abraham datang mendekat
dan berkata: "Apakah Engkau akan melenyapkan orang benar bersama-sama
dengan orang fasik? Bagaimana sekiranya ada lima puluh orang benar dalam kota
itu? Apakah Engkau akan melenyapkan tempat itu dan tidakkah Engkau
mengampuninya karena kelima puluh orang benar yang ada di dalamnya itu? Jauhlah
kiranya dari pada-Mu untuk berbuat demikian, membunuh orang benar bersama-sama
dengan orang fasik, sehingga orang benar itu seolah-olah sama dengan orang
fasik! Jauhlah kiranya yang demikian dari pada-Mu! Masakan Hakim segenap bumi
tidak menghukum dengan adil?" TUHAN berfirman: "Jika Kudapati lima
puluh orang benar dalam kota Sodom, Aku akan mengampuni seluruh tempat itu
karena mereka." Abraham menyahut: "Sesungguhnya aku telah
memberanikan diri berkata kepada Tuhan, walaupun aku debu dan abu. Sekiranya
kurang lima orang dari kelima puluh orang benar itu, apakah Engkau akan
memusnahkan seluruh kota itu karena yang lima itu?" Firman-Nya: "Aku
tidak memusnahkannya, jika Kudapati empat puluh lima di sana."… (32)
Katanya: "Janganlah kiranya Tuhan murka, kalau aku berkata lagi sekali ini
saja. Sekiranya sepuluh didapati di sana?" Firman-Nya: "Aku tidak
akan memusnahkannya karena yang sepuluh itu."
Mengapa kota-kota modern era Yesus, dikatakan tanggungannya lebih berat daripada Sodom dan Gomora?
Karena Sodom dan Gomora adalah kota-kota bangsa lain atau bukan Yahudi namun
didalamnya ada orang-orang benar dalam pandangan Tuhan. Itulah dasar bagi
Abraham untuk memohon belas kasihan dari Allah agar jangan binasakan kota-kota itu, demi
orang-orang benar-Nya! Tetapi pada kota-kota modern yang menjadi tujuan
pengutusan oleh Yesus adalah kota-kota Yahudi yang tak lain adalah keturunan
Abraham sendiri! Itu sebabnya penolakan kedatangan Kerajaan Sorga, menjadi jauh
lebih mematikan penghakimannya, walau sama-sama berujung pada kebinasaan.
Ketika
Yesus melakukan penghakiman
atas kota-kota yang menolak pemberitaan Kerajaan Sorga berdasarkan penghakiman yang telah dilakukan atas Sodom dan
Gomora, maka Ia sedang menunjukan bahwa Ia adalah Sang Hakim yang telah
menghukum Sodom dan Gomora karena dosanya. Apalagi sambil menyatakan sebuah
penentuan yang mendahului hari penghakiman
akhir itu sendiri, dengan berkata: “Sesungguhnya pada hari penghakiman tanah Sodom dan Gomora akan lebih ringan
tanggungannya dari pada kota itu," maka jelas Yesus adalah Sang Hakim
yang menghakimi dosa di sepanjang zaman. Dengan demikian dosa tidak baru muncul
karena seseorang menolak Yesus. Bukan itu yang hendak dikatakan kala Ia berkata: “Karena itu tadi Aku berkata kepadamu, bahwa kamu akan mati dalam
dosamu; sebab jikalau kamu tidak percaya, bahwa Akulah Dia, kamu akan mati
dalam dosamu- Yohanes 8:24," sebaliknya: hendak menunjukan realita
semua manusia itu mati sepasti Sodom dan Gomora itu sendiri, kecuali percaya
kepada bahwa Yesus adalah Dia yang diutus Allah untuk menjadi keselamatan
satu-satunya.
Satu hal penting di
sini adalah “kerajaan sorga,” maka siapapun harus mempertimbangkan bahwa
penolakan pemberitaan kedatangan Kerajaan Sorga sangat dekat dengan menghujat Roh Kudus yang bekerja di dalam diri Yesus yang merupakan
Kerajaan Allah yang telah datang ke dunia ini, sebagaimana telah saya tunjukan
pada bagian 5.H.
►Kedua: Lukas
17:26-32. Apa yang tak pernah terlintas dalam benak setiap manusia adalah,
bagaimana Yesus bahkan menunjukan dirinya adalah Sang Hakim yang yang menghakimi dunia dalam
penghakiman akhir, yang bahkan digambarkan Sang Mesias itu dalam jelang
kedatangan-Nya sebagai Hakim atas dunia, penerimaan manusia-mansusia akan
seperti keadaan pada era Nuh di masa
purbakala: “Dan sama seperti terjadi pada zaman Nuh, demikian pulalah halnya kelak pada hari-hari Anak Manusia.”
Penggambaran situasi dunia itu seperti pada hari-hari Nuh
dahulu:
Kejadian
6:5-8 Ketika dilihat TUHAN, bahwa kejahatan
manusia besar di bumi dan bahwa segala kecenderungan hatinya selalu membuahkan
kejahatan semata-mata, maka menyesallah TUHAN, bahwa Ia telah menjadikan
manusia di bumi, dan hal itu memilukan hati-Nya. Berfirmanlah TUHAN:
"Aku akan menghapuskan
manusia yang telah Kuciptakan itu dari muka bumi, baik manusia maupun hewan dan
binatang-binatang melata dan burung-burung di udara, sebab Aku menyesal,
bahwa Aku telah menjadikan mereka." Tetapi Nuh mendapat kasih karunia
di mata TUHAN.
Bahkan
dengan demikian, kelak, keselamatan dari penghakiman itu berdasarkan kasih
karunia Allah, berdasarkan kehendak Allah Sang Hakim itu sendiri yang
penentuannya oleh diri-Nya sendiri, bukan berdasarkan perbuatan-perbuatan baik seorang manusia yang
memberikan jalan keselamatan. Sebagaimana telah ditunjukan dan diperbuat Sang Hakim itu pada
Nuh!
Jika
ditanyakan apakah penghakiman Sang Hakim itu adalah sebuah perilaku monster
yang kejam, atas manusia? Pertama-tama, kalau anda mempertanyakan Allah dalam cara
pandang dan pemikiran manusia, atau anda ingin mengetahui, jika Ia adalah
manusia yang dapat saya takar dan pahami sebagaimana saya dapat memahami orang lain atau sebagaimana Ia adalah manusia adanya, maka pertanyaan saya adalah: apakah sebenarnya yang akan dilakukan-Nya kala mendapatkan
manusia yang kejahatannya besar berserta
segala kecenderungan hatinya selalu membuahkan semata-mata kejahatan, maka bagian firman ini
memberikan informasi yang sempurna, sebab
dinyatakan: Allah menyesal!
Tetapi apa yang perlu dicatat di sini, dalam Ia dicatat “menyesal,” maka IA
bukan manusia yang menyesal dan berada
didalam ketakberdayaan dengan kekacauan yang ditimbulkanya sendiri, selain kata "menyesal" itu menunjukan bahwa bukanlah kesenangan bagi-Nya
untuk membinasakan manusia, selain itu memilukan diri-Nya. Allah yang perkasa,
kudus namun begitu lembut hatinya, sementara di saat yang sama, IA sedang penuh
murka dalam penghakiman-Nya atas manusia-manusia yang begitu bejatnya. [perhatikan: "kecenderungan hatinya selalu membuahkan semata-mata kejahatan, telah menunjukan betapadosa dan kejijikan di mata Allah tak perlu sampai harus terlebih dulu mewujud, karena kekudusan Allah itu adalah ketakbercelaan total tanpa satu ruang bagi sebuah pemikiran gelap sesamar apapun; itu sebabnya pada kasus Ayub, memang Ayub mengenal Allah yang satu-satunya itu sebagaimana yang dikenal Israel]
Dapatkah
anda membayangkan atau membangun sebuah
dugaan apakah sebenarnya yang terjadi di dalam apa yang disebuat“penyesalan-Nya”
itu? Hendak menunjukan apa? Sebuah frustrasi? Ataukah sebuah kegagalan? Apakah
ini sedang menunjukan Sang Hakim yang begitu lemah dan begitu frustrasi?
Tidak sama sekali!
Ia
bahkan meluputkan satu keluarga berdasarkan kasih karunia. Nuh. Dapatkah
anda menjelaskan apakah hubungan “menyesal” dengan “kasih karunia?” Ini
terlampau sulit. Masih dapatkah anda menjelaskan “menyesalnya” Allah, sementara
Ia tetap meneruskan satu keluarga manusia untuk menjadi penerus
generasi-generasi manusia yang pada dasarnya berasal dari dunia yang
dikatakan-Nya sendiri: “kejahatan
manusia besar di bumi dan bahwa segala kecenderungan hatinya selalu membuahkan
kejahatan semata-mata?”
Ingatlah,
Nuh sendiri luput bukan karena keistimewaannya, sebab keistimewaan dapat
bergaul dengan Allah, hanya dapat terjadi jika Allah mendatanginya dan bukan
sebaliknya [Kejadian 6 ayat 9]. Itu sebabnya, sekalipun ia memang memiliki
keistimewaan yang sedemikian, itu tak disebutkan sebagai penyebab yang menjadikannya
luput. Ia diluputkan karena “kasih
karunia.” Dengan demikian, memang diluputkan karena ia bagi Allah, sungguh
dikasihi sebagai seorang sahabat karib. Bukankah, kemudian atau kelak, kita
akan menyaksikan dari generasinyalah manusia-manusia berdosa dan menjijikan
terus berbiak di bumi ini. Dan bukankah dari generasinya kembali kita
mendapatkan gambaran Allah yang pilu hatinya tetapi juga berketetapan untuk
membinasakannya bagaikan Sodom dan Gomora, tetapi lagi-lagi,IA, meluputkannya??
Coba
perhatikan ini:
Yesaya
1:2-11 Dengarlah, hai langit, dan perhatikanlah, hai bumi, sebab TUHAN berfirman:
"Aku membesarkan anak-anak dan mengasuhnya, tetapi mereka memberontak
terhadap Aku. Lembu mengenal pemiliknya, tetapi Israel tidak; keledai mengenal
palungan yang disediakan tuannya, tetapi umat-Ku tidak memahaminya." Celakalah
bangsa yang berdosa, kaum yang sarat dengan kesalahan, keturunan yang
jahat-jahat, anak-anak yang berlaku buruk! Mereka meninggalkan TUHAN, menista
Yang Mahakudus, Allah Israel, dan berpaling membelakangi Dia. Di mana kamu mau
dipukul lagi, kamu yang bertambah murtad? Seluruh kepala sakit dan seluruh hati
lemah lesu. Dari telapak kaki sampai kepala tidak ada yang sehat: bengkak dan
bilur dan luka baru, tidak dipijit dan tidak dibalut dan tidak ditaruh minyak. Negerimu
menjadi sunyi sepi, kota-kotamu habis terbakar; di depan matamu orang-orang
asing memakan hasil dari tanahmu. Sunyi sepi negeri itu seolah-olah
ditunggangbalikkan orang asing. Puteri Sion tertinggal sendirian seperti pondok
di kebun anggur, seperti gubuk di kebun mentimun dan seperti kota yang
terkepung. Seandainya
TUHAN semesta alam tidak meninggalkan pada kita sedikit orang yang terlepas,
kita sudah menjadi seperti
Sodom, dan sama seperti Gomora. Dengarlah firman TUHAN, hai
pemimpin-pemimpin, manusia Sodom! Perhatikanlah pengajaran Allah kita, hai
rakyat, manusia Gomora! Untuk apa itu korbanmu yang
banyak-banyak?
Jika
IA menyesal dalam arti manusiawi seutuhnya, maka itu sama sekali tak
menggambarkan satu saja aspek “kemanusiawiaan” Allah yang tak berdaya kala IA
digambarkan menyesal karena tepat pada poin Allah menyesal,” pada dasarnya IA
menunjukan ketakberdayaan manusia secara total dan bagaimana secara total IA
harus menjadi Juruselamat pada
manusia-manusia tertentu dari antara semua manusia-manusia yang seharusnya dibinasakan, baik sebagaimana
era Nuh dan sebagaimana era Sodom dan
Gomora.Ia menyesal dan sekaligus tak sama sekali menyesal dalam makna
ketakmahakuasaan pada lazimnya manusia-manusia yang dapat menyesal karena telah
melakukan kesalahan yang begitu fatal. Mengapa?
Ia tetap meluputkan Nuh dan tetap meluputkan sedikit orang pada era pelayanan
nabi Yesaya sehingga tak perlu dibinasakan seperti Sodom dan Gomora.
Perhatikanlah
berikut ini:
►Kejadian
19:17-25 Sesudah kedua orang itu
menuntun mereka sampai ke luar, berkatalah seorang: "Larilah,
selamatkanlah nyawamu; janganlah menoleh ke belakang, dan janganlah berhenti di
manapun juga di Lembah Yordan, larilah ke pegunungan, supaya engkau jangan mati
lenyap." Kata Lot kepada mereka: "Janganlah kiranya demikian, tuanku.
Sungguhlah hambamu ini telah dikaruniai belas kasihan di hadapanmu, dan
tuanku telah berbuat kemurahan besar kepadaku dengan memelihara hidupku, tetapi
jika aku harus lari ke pegunungan, pastilah aku akan tersusul oleh bencana itu,
sehingga matilah aku. Sungguhlah kota yang di sana itu cukup
dekat kiranya untuk lari ke sana; kota itu kecil; izinkanlah kiranya aku lari
ke sana. Bukankah kota itu kecil? Jika demikian, nyawaku akan
terpelihara." Sahut malaikat itu kepadanya: "Baiklah, dalam hal
inipun permintaanmu akan kuterima dengan baik; yakni kota yang telah kau sebut
itu tidak akan kutunggangbalikkan. Cepatlah, larilah ke sana, sebab aku tidak
dapat berbuat apa-apa, sebelum engkau sampai ke sana." Itulah sebabnya
nama kota itu disebut Zoar. Matahari telah terbit menyinari bumi, ketika Lot
tiba di Zoar. Kemudian TUHAN
menurunkan hujan belerang dan api atas Sodom dan Gomora, berasal dari TUHAN,
dari langit; dan ditunggangbalikkan-Nyalah kota-kota itu dan Lembah Yordan dan
semua penduduk kota-kota serta tumbuh-tumbuhan di tanah.
Tahukah
anda dalam IA Sang Hakim, Ia bukanlah Allah yang bersukacita dengan kebinasaan
dan pembinasaan-Nya, Itu bukanlah kesukaan sorga. Alkitab, para penulisnya,
telah menggambarkan fakta ini dalam sebuah impresi yang tajam sebagaimana
halnya manusia yang meratapi buah karyanya sendiri dengan penuh penyalahan diri
sendiri atas kegagalannya untuk menghasilkan yang terbaik sebagaimana maksudnya.
Tetapi dalam hal ini, Allah menyesal bukan karena IA GAGAL, tetapi hendak menunjukan bahwa Ia adalah Allah
yang tak menghendaki pembinasaan dan kebinasaan itu sebagai sebuah
kebahagiaan-Nya. Penciptaannya atas manusia tak pernah sama sekali disesalinya
dalam Ia menyesal tersebut. Ini sungguh terbukti dalam sejarah, bahwa Ia tak satu kali
saja menyisakan atau
meluputkan manusia dari kebinasaan total
sebagaimana saat penghukuman-Nya berupa banjir dunia, tetapi kedua kali IA melakukannya pada Sodom dan
Gomora, dengan juga menyisakan sejumlah orang berdasarkan kasih karunia-Nya
saja. Tak hanya sampai di situ, kita telah melihat, kembali dalam IA membinasakan
akibat dosa manusia, Ia tetap menyisakan atau meluputkan sedikit manusia dari
antara semua yang dibinasakan sehingga luput dari kebinasaan, seperti pada era
nabi Yesaya. Bahkan Yerusalem, andai tidak karena kasih karunia-Nya telah
dibinasakan seperti Sodom: “Sungguh,
Yerusalem telah runtuh dan Yehuda telah rubuh; sebab perkataan mereka dan
perbuatan mereka melawan TUHAN dan mereka menantang kemuliaan hadirat-Nya. Air
muka mereka menyatakan kejahatan mereka, dan seperti orang Sodom, mereka dengan
terang-terangan menyebut-nyebut dosanya, tidak lagi disembunyikannya. Celakalah
orang-orang itu! Sebab mereka mendatangkan malapetaka kepada dirinya sendiri-
Yesaya 3:8-9.
Yerusalem
bukan satu kali itu saja,sebetulnya, layak dibinasakan seperti Sodom dan
Gomora. Perhatikan apa yang dinyatakan oleh nabi Yeremia:
►Yeremia
23:14-15 Tetapi di kalangan para nabi Yerusalem Aku melihat ada yang
mengerikan: mereka berzinah dan berkelakuan tidak jujur; mereka menguatkan hati
orang-orang yang berbuat jahat, sehingga tidak ada seorangpun yang bertobat
dari kejahatannya; semuanya mereka telah menjadi seperti Sodom bagi-Ku dan
penduduknya seperti Gomora." Sebab itu beginilah firman TUHAN
semesta alam mengenai para nabi itu: "Sesungguhnya, Aku akan memberi
mereka makan ipuh dan minum racun, sebab dari para nabi Yerusalem telah meluas
kefasikan ke seluruh negeri."
Di negeri Babel,
melalui nabi Yesaya telah menyatakan sebuah rupa dosa kebinasaan seperti Sodom dan Gomora:
►Yesaya
13:19-22 Dan Babel, yang permai di antara kerajaan-kerajaan, perhiasan orang
Kasdim yang megah, akan sama seperti Sodom dan Gomora pada waktu Allah
menunggangbalikkannya: tidak ada penduduk
untuk seterusnya, dan tidak ada penghuni turun-temurun; orang Arab tidak akan
berkemah di sana, dan gembala-gembala tidak akan membiarkan hewannya berbaring
di sana; tetapi yang akan berbaring di sana ialah binatang gurun, dan
rumah-rumah mereka akan penuh dengan burung hantu; burung-burung unta akan diam
di sana, dan jin-jin akan melompat-lompat; anjing-anjing hutan
akan menyalak di dalam puri-purinya, dan serigala-serigala di dalam
istana-istana kesenangan. Waktunya akan datang segera, dan usianya tidak akan
diperpanjang.
Di negeri orang
Kasdim, nabi Yehezkiel telah menyatakan sebuah rupa dosa
dan kebinasaan seperti Sodom dan Gomora:
►Yehezkiel
16:44 Lihat, setiap penyair akan mengatakan sindiran ini mengenai engkau:
Begitu ibu, begitu anak! Anak ibumu engkau, yang
jijik melihat suaminya dan anak-anaknya lelaki, dan adik
kakak-kakakmu perempuan engkau, yang jijik melihat
suami-suami mereka dan anak-anak mereka lelaki. Ibumu adalah orang
Heti dan ayahmu adalah orang Amori. Kakakmu
yang tertua ialah
Samaria, yang beserta anak-anaknya perempuan diam di sebelah
utaramu, dan kakakmu yang termuda ialah Sodom, yang beserta anak-anaknya
perempuan diam di sebelah selatanmu. Bukankah
engkau hidup menurut perbuatan mereka dan engkau lakukan seperti
perbuatan-perbuatan mereka yang keji; sebentar lagi
saja engkau berbuat lebih jahat dari mereka dalam seluruh hidupmu.
Demi Aku yang hidup, demikianlah firman Tuhan ALLAH, sesungguh-sungguhnya
Sodom, kakakmu yang termuda beserta anak-anaknya perempuan tidak berbuat
seperti engkau lakukan beserta anak-anakmu perempuan. Lihat,
inilah kesalahan
Sodom, kakakmu yang termuda itu: kecongkakan, makanan yang berlimpah-limpah
dan kesenangan hidup ada padanya dan pada anak-anaknya perempuan, tetapi ia
tidak menolong orang-orang sengsara dan miskin.
Nabi Amos
yang menyatakan rupa dosa dan kebinasaan Israel sperti Sodom dan Gomora:
►Amos 4:11-13 Aku telah
menjungkirbalikkan kota-kota di antara kamu, seperti Allah menjungkirbalikkan Sodom dan Gomora, sehingga kamu
menjadi seperti puntung yang ditarik dari kebakaran, namun kamu tidak berbalik
kepada-Ku, Sebab itu demikianlah
akan Kulakukan kepadamu, hai Israel. --Oleh karena Aku akan melakukan yang
demikian kepadamu, maka bersiaplah untuk bertemu dengan Allahmu, hai Israel!
Sebab sesungguhnya, Dia yang membentuk gunung-gunung dan menciptakan angin,
yang memberitahukan kepada manusia apa yang dipikirkan-Nya, yang membuat fajar
dan kegelapan dan yang berjejak di atas bukit-bukit bumi--TUHAN, Allah semesta
alam, itulah nama-Nya.
Allah
Israel adalah Allah atas segala suku dan bangsa. IAlah yang telah menghakimi
negeri orang Kasdim, IAlah yang telah menghakimi Babel, IAlah yang telah menghakimi
orang Heti, IAlah yang telah menghakimi orang Amori.
Tak
ada satupun upaya generalisasi yang merupakan rekayasa yang bersifat aransemen
atas peristiwa-peristiwa spesifik di dalam Alkitab, selain Yesus sendirilah
yang menunjukan bahwa sebagaimana Allah menghakimi Sodom dan Gomora karena
dosa, maka demikianlah Aku menghakimi semua dunia ini. Untuk menunjukan
bahwa Allah yang dikenal Israel adalah
Sang Hakim atas segala bangsa dan suku di segala zaman. Dan ketika Yesus
menghakimi semua kota Israel seperti menghakimi Sodom dan Gomora maka anda
sedang berjumpa dengan Allah yang satu-satunya itu. Allah yang saat menghukum
semua manusia dengan banjir yang membinasakan semuanya kecuali Nuh beserta
keluarga dan ciptaan-ciptaan lainnya yang dibawa masuk Allah ke dalam bahtera,
ditunjukan menyesal, pada faktanya Ia berkali-kali membinasakan dan
berkali-kali juga menyisakan bagian
untuk diselamatkan-Nya berdasarkan kasih karunia-Nya. Akankah kasih karunia
lahir dari sebuah penyesalan? Tidak!
Tetapi benar dalam penghakiman-Nya itulah hanya tersedia satu cara keselamatan,
yaitu: berdasarkan kasih karunia-Nya. Itulah yang sedang dinyatakan oleh Yesus!
Lalu bagaimana menjelaskan perilaku Allah yang semacam ini, secara kongkrit?
Kitab
Musa: Bilangan, telah memberikan penjelasan jitu atas perilaku Allah semacam ini: “Allah bukanlah manusia, sehingga Ia berdusta bukan anak manusia,
sehingga Ia menyesal. Masakan Ia berfirman dan tidak melakukannya, atau
berbicara dan tidak menepatinya?- Bilangan 23:19.”
Sehingga ketika Yesus memberikan amanat kepada 12 muridnya mengenai yang menolak pemberitaan
mereka yang sehalus apapun, dengan berkata: “Sesungguhnya pada hari
penghakiman tanah Sodom dan Gomora
akan lebih ringan tanggungannya dari pada kota itu," IA sedang
menyatakan bahwa dirinya adalah Sang Hakim yang telah menghakimi Sodom dan
Gomora sehingga dapat mengetahui takarannya: akan lebih ringan tanggungannya
dari pada kota yang didiami bangsa Israel yang menolak berita Kerajaan Sorga.
Tak terelakan, Yesus adalah Sang Hakim bagi dunia dan dengan demikian sangat
keliru untuk membangun definisi dosa dalam perjanjian baru dalam sebuah
kesempitan dalam ruang dan waktu kala memaknai “menolak Yesus maka akan binasa
dalam dosa.” Karena Yesus sendiri adalah Sang Hakim yang menghakimi dan telah
membinasakan Sodom dan Gomora. Yesus dalam menghakimi bukanlah manusia yang berdusta dan kemudian menyesali penghakimannya, karena IA adalah Sang Hakim yang juga telah menghakimi Sodom dan Gomora, dan di dalam penghakimannya itu tidak terdapat dusta sama sekali, itu sebabnya tak ada penyesalan. Tak ada penyesalan karena semua merupakan tindakan kebenaran-Nya yang kudus.
Ketika anda membaca “sama
seperti terjadi pada zaman Nuh, demikian pulalah halnya kelak pada
hari-hari Anak Manusia,” maka anda akan begitu sukar untuk memahami
Allah yang “menyesal” itu tetap melanjutkan maksud keselamatan-Nya itu,
karena yang dimaksud dengan “demikian pulalah kelak pada hari-hari
Anak Manusia,” sedang menunjukan keadaan semua manusia menjelang
kesudahan dunia ini- menjelang penghakiman akhir Allah atas semua manusia.
Jelas sekali, bahwa Allah “menyesal” telah menggambarkan secara sempurna betapa
kekudusan-Nya tak dapat dilanggar sedikit saja oleh dosa yang telah
dibiarkan-Nya berlangsung lama, namun
apa yang dilihat-Nya bukan pertobatan
tetapi sebuah kegelapan yang makin gelap.
Inilah pondasi Allah menyesal: KEKUDUSANNYA sebagaimana secara
sempurna dinyatakan dalam Kitab Musa itu sendiri: “Ketika dilihat TUHAN, bahwa kejahatan
manusia besar di bumi dan bahwa segala kecenderungan hatinya selalu membuahkan
kejahatan semata-mata-Kej 6:5.”
Ketika Allah
dinyatakan menyesal dan karena itu IA membinasakan semuanya, maka yang
disingkapkan-Nya: Allah tak akan pernah bisa
bagaimanapun juga menerima ketakkudusan manusia dan Allah tak akan bisa mengharapkan
keselamatan datang dari manusia dan bagi manusia itu sendiri. Allah “menyesal,”
tak bisa diartikan sebagai sebuah
ketakberdayaan dan kefrustrasian bagaikan manusia yang gagal dalam segala
rencana dan pewujudannya, juga terlihat pada masa yang lebih jauh di
depan masa Nuh, yaitu pada masa
Musa itu sendiri: bangsa yang memiliki
firman dan hukum Allah namun tak pernah bisa menjadi pelayan kebenaran, bahkan
menjadi bangsa yang menolak dan membunuh
Mesiasnya sendiri.
Apakah
Allah frustrasi atau menyesal, karena gagal? Tidak
sebaliknya itu menggenapi maksud Allah sendiri:
▀Ibrani
2:14- 17 Karena anak-anak itu adalah anak-anak dari darah dan daging, maka Ia
juga menjadi sama dengan mereka dan mendapat bagian dalam keadaan mereka,
supaya oleh kematian-Nya Ia memusnahkan dia, yaitu Iblis, yang berkuasa atas
maut; dan supaya dengan jalan demikian Ia membebaskan mereka yang seumur
hidupnya berada dalam perhambaan oleh karena takutnya kepada maut. Sebab
sesungguhnya, bukan malaikat-malaikat yang Ia kasihani, tetapi keturunan
Abraham yang Ia kasihani. Itulah sebabnya, maka dalam
segala hal Ia harus disamakan dengan saudara-saudara-Nya, supaya Ia menjadi
Imam Besar yang menaruh belas kasihan dan yang setia kepada Allah untuk
mendamaikan dosa seluruh bangsa.
►Ketiga: Matius
11:20-24. Sama seperti 2 teks sebelumnya, Yesus menunjukan dirinya sebagai Sang
Hakim terhadap semua manusia yang
menolak kerajaan sorga. IA bahkan menakarkan penghakimannya hingga pada hari
penghakiman akhir, dan kembali, IA menunjukan dirinya adalah DIA yang
menghakimi Sodom dan Gomora. Dan yang menjadi dasar baginya untuk melakukan
penghakiman adalah dirinya sendiri:
Mengecam
kota-kota yang
tidak bertobat, sekalipun di situ Ia paling banyak melakukan mujizat-mujizat-Nya
Pertobatan kota-kota yang
dikecam-Nya diatutkan-Nya dengan diri-Nya yang melakukan mujizat-mujizat. Sekalipun
Ia mengadakan mujizat namun tak juga bertobat. Percaya kepadanya adalah sebuah
kehidupan yang melahirkan pertobatan. Dirinya adalah solusi mengatasi dosa;
Dirinya adalah sumber kuasa bagi manusia untuk bertobat atau mengalami
kebebasan dari perbudakan
dosa sehingga menjadi hidup bagi
kehendak Kristus.
Ketikan anda membaca ayat 23-24 anda sedang membaca Yesus
yang adalah Sang Hakim yang bahkan sebelum hari penghakiman akhir itu tiba
telah menetapkan vonis bagi semua manusia yang sedang dikecam-Nya dalam sebuah
vonis kebinasaan sebagaimana yang telah terjadi pada kota-kota kebinasaan:
Sodom dan Gomora.
Mengapa
Sodom dan Gomora?
Ini
menunjukan bahwa dosa sudah merupakan realita yang membelenggu manusia-manusia
Sodom dan Gomora, namun itu bukan fakta manusia-manusia sebatas Sodom dan
Gomora saja. Dimana-mana semua manusia
pada dasarnya berada dalam vonis yang telah ditimpakan atas Sodom dan
Gomora, sebagaimana telah kita lihat melalui nabi Yesaya, nabi Yeremia, nabi
Yehezkiel dan nabi Amos. Perlu diketahui Sodom dan Gomora adalah kota-kota yang
dibinasakan karena dosa, bahkan sebelum pengadilan akhir berlangsung, mereka semua
sudah binasa dan berakhir keberadaannya di bumi ini, tepat sebagaimana semua
manusia yang tak masuk ke dalam bahtera
Nuh, eksistensinya sudah binasa di bumi ini dan tak pernah ada lagi di bumi ini
setelah bajir dunia itu diakhiri oleh Allah.
Ketika Yesus
menghakimi dalam cara sebagai Sang Hakim yang telah ada sebelum Abraham dan
bahkan Sang Hakim dalam Sodom dan Gomora, maka dalam perjanjian baru, ketika
siapapun yang membicarakan dosa, maka itu sedang menunjukan realitas dosa yang
ada sebelum Yesus sendiri datang. IA datang untuk, kembali menyatakan realitas
itu sebagaimana dahulu Nuh menyatakannya, namun adakah yang mendengarkannya?
Bersambung ke bagian 5L
AMIN
Segala
Pujian Hanya Kepada TUHAN
The
cross
transforms
present criteria of relevance: present criteria of relevance do not transform
the cross
[dari
seorang teolog yang saya lupa namanya]
No comments:
Post a Comment