Oleh: Martin Simamora
Benarkah
Karena Tidak Menolak Injil Hingga Ke Tingkat Penghinaan Maka Ada Kebenaran Lain Di Luar Kristus (5.i)
Bacalah lebih
dulu: “Tinjauan Pengajaran Pdt. Dr. Erastus Sabdono Pada Keselamatan Di Luar Kristen (5.H)”
Tidak ada satupun di situ
sebuah momentum pemaksaan sebagaimana yang dimaksudkan oleh pendeta Dr. Erastus
Sabdono, apa yang ada dan terjadi sebetulnya, Yesus Sang Terang Dunia itu
sedang menunjukan sebuah realita manusia yang hanya akan terlihat atau
tersingkap kalau itu dinyatakan. Jelas saja sebab kegelapan di sini memang
masih memberikan kepada manusia sebuah kehidupan, walau jelas kehidupan yang
tidak dipimpin oleh Allah atau Kerajaan Sorga. Realita bahwa kerajaan maut yang
menguasai manusia, oleh Yesus, dalam cara semacam ini: "Setiap kerajaan yang terpecah-pecah pasti
binasa, dan setiap rumah tangga yang terpecah-pecah, pasti runtuh. Jikalau
Iblis itu juga terbagi-bagi dan melawan dirinya sendiri, bagaimanakah
kerajaannya dapat bertahan? Sebab kamu berkata, bahwa Aku mengusir setan dengan
kuasa Beelzebul. Jadi
jika Aku mengusir setan dengan kuasa Beelzebul, dengan kuasa apakah pengikut-pengikutmu
mengusirnya? Sebab itu merekalah yang akan menjadi hakimmu”-
Lukas 11:17-20, jelas akan memeranjatkan siapapun juga. Mengapa? Sebab
pernyataan Yesus tadi menunjukan 2 realita penting bagi dunia: (1) IA adalah
penentu sekaligus penguji berada di dalam kerajaan manakah atau milik kerajaan
siapakah manusia itu. Dan (2)IA sedang menunjukan tak ada satupun manusia yang
tidak berada didalam penguasaan kerajaan penghulu iblis. Ketika mulut seorang
Farisi berkata kepada Yesus “Ia mengusir setan dengan kuasa Beelzebul, penghulu
setan- Lukas11:15, maka itu adalah gambaran bagaimana sebetulnya ketika terang
itu masuk ke dalam dunia ini yang dijumpai-Nya hanyalah kegelapan. Oposisi
terhadap Yesus yang bagaimanapun hanya menunjukan realitas yang tak terlihat:
dunia ini berada didalam pendudukan kerajaan penghulu setan.
Sehingga begitu
indah pengharapan keselamatan yang dari Allah itu sebagaimana yang turut membuka Injil
Yohanes:
Yohanes
1:4-5 Dalam Dia
ada hidup dan hidup itu adalah terang manusia. Terang itu bercahaya di dalam kegelapan dan
kegelapan
itu tidak menguasainya.
Tepat
kala “Yesus mengusir dari seorang suatu setan yang membisukan. Ketika setan itu
keluar, orang bisu itu dapat berkata-kata- ayat 14” maka itu bukan sekedar
peristiwa ajaib, bukan cuma mengatakan bahwa Yesus itu Sang Pembuat Mujizat
atau Sang Tabib Agung, tetapi lebih dari itu, IA adalah “terang yang bercahaya
di dalam kegelapan dan kegelapan itu
tidak menguasainya.” Mengatakan kegelapan itu tidak menguasainya menunjukan
bahwa IAlah yang berkuasa atas kegelapan itu dalam sebuah makna DIA
berotoritas, bahkan, atas dunia kerajaan penghulu setan. Perhatikan sekali lagi bagaimana Yesus menyingkapkan
dunia kerajaan penghulu setan dan bagaimana Dia berkuasa mengatasinya, pada
ayat 17-20 tadi.
Penolakan Terhadap Sang Terang Bukan Menunjukan (Baru) KemudianTerjadi Keberpihakan
Manusia Pada Kegelapan, Sehingga Di Luar Itu “terang-terang” Lain Tetap Hidup
Jadi tidak ada sebuah
situasi yang bernuansa “netral” atau tak berada dalam cengkraman atau kendali
kerajaan penghulu setan. Satu hal pokok yang harus dipahami, pengendalian
kerajaan penghulu setan tidak serta merta membuat manusia menjadi “robot”
seperti juga ketika mengatakan manusia-manusia milik Kristus adalah milik
Kerajaan-Nya,juga, tak sama sekali menunjukan sebuah perobotan. Mengapa? Karena
bukan “kehendak bebas” yang menghalangi atau menjatuhkan manusia kedalam
ketakberdayaan melawan maut, dan bukan “kehendak bebas” yang menjadi problem
yang menghalangi manusia untuk mendekati Allah, tetapi dosa yang membuat
manusia-manusia dengan kehendak bebasnya adalah manusia-manusia yang jiwanya
dikurung di dalam kegelapan sehingga tak dapat mendengarkan panggilan Allah
baik pada era perjanjian lama dan juga era perjanjian baru, sementara di saat
yang sama, manusia itu dapat berinteraksi, berdialog bahkan memeriksa Yesus
secara bebas dan merdeka, termasuk untuk memilih apakah menolak atau menerima.
Perhatikan isyarat
Yesus yang sebetulnya menunjukan situasi di dunia ini:
Lukas
11:17-18 Tetapi Yesus mengetahui pikiran mereka lalu berkata: "Setiap kerajaan yang terpecah-pecah pasti
binasa, dan setiap rumah tangga yang terpecah-pecah, pasti runtuh. Jikalau
Iblis itu juga terbagi-bagi dan melawan dirinya sendiri, bagaimanakah
kerajaannya dapat bertahan? Sebab kamu berkata, bahwa Aku mengusir setan dengan
kuasa Beelzebul.
Perhatikan,
isyarat Yesus ini adalah sebuah penggambaran
fakta yang begitu rumit dan pelik dalam sebuah penyampaian atau penggambaran yang lugas agar dapat dimengerti oleh manusia.
Yesus nampak sekali menunjukan bagaimana kerja kerajaan setan itu di dunia ciptaan. Hal
pokoknya: tidak ada yang namanya “sempalan-sempalan”
yang beroperasi sendiri-sendiri, tetapi semua “agen” kerajaan setan bekerja berdasarkan satu pemerintahan, satu titah dan satu tujuan,
tepat sebagaimana Yesus menekankan diawal sekali: “setiap kerajaan yang terpecah-pecah pasti binasa.” Ada sebuah
kerapian dan ada sebuah disain dalam kerajaan setan untuk mencapai maksudnya.
Ini realita yang begitu tajam dan penting, sehingga Yesus perlu menegaskan
bahwa Ia memaksudkanya demikian dengan berkata: “jikalau iblis itu juga
terbagi-bagi dan melawan dirinya sendiri, bagaimanakah kerajaannya dapat
bertahan?”
Jadi
ini adalah Yesus yang adalah Kerajaan Sorga yang sedang menyoroti atau
membongkar operasi kerajaan penghulu setan dengan sebuah ketetapan: kegelapan tidak menguasainya dan Ia bersinar
di dalam kegelapan. Yesus
benar-benar menunjukan bahwa semua manusia di dunia ini berada di dalam sebuah
situasi yang benar-benar mendudukan manusia tak berdaya sementara mereka dapat
membuat berbagai keputusan dan menghasilkan berbagai ragam kebijaksanaan. Jelas
ini sebuah operasi kerajaan penghulu setan yang benar-benar memperdayai dan
memerosokan manusia dalam kehidupan dan persepsi diri yang sepenuhnya lagi mendustainya. Mengapa bisa sehebat itu dan
mengapa bisa manusia tak dapat mendeteksi atau mengidentifikasi dusta ini?
Karena Ini adalah dusta yang datang dari kerajaan penghulu setan. Jadi kita
dapat memahami ketika Yesus menjelaskan realita yang begitu kompleks dan begitu
memastikan bahwa tak mungkin manusia beranjak dari situasi ini pada dirinya
sendiri, kecuali kasih karunia-Nya menjamah dan memberikan sebuah kehidupan dan
membawanya masuk ke dalam kepemilikan-Nya.
Mari
perhatikan ini:
Yohanes
8:43-44 Apakah sebabnya kamu tidak
mengerti bahasa-Ku? Sebab kamu
tidak dapat menangkap firman-Ku. Iblislah yang menjadi bapamu dan kamu ingin
melakukan keinginan-keinginan bapamu. Ia adalah pembunuh manusia sejak semula
dan tidak hidup dalam kebenaran, sebab di dalam dia tidak ada kebenaran.
Apabila ia berkata dusta, ia berkata atas kehendaknya sendiri, sebab ia adalah pendusta dan
bapa segala dusta.
Ini
pun sebuah kerja kerajaan penghulu setan yang mencengkram semua manusia sehingga manusia itu pada dirinya sendiri,tidak
dapat menerima kebenaran yang disampaikan oleh kerajaan sorga atau Yesus
sendiri. Yesus, di sini, menunjukan bahwa itu terjadi karena manusia-manusia
berada didalam cengkraman Iblis. Apa yang menakjubkan Yesus menggambarkanya
sebagai sebuah relasi penuh kasih sayang atau lebih tepat relasi yang bekerja sempurna
untuk memiliki manusia karena dusta iblis sungguh dahsyat menaklukan segenap
kemanusiaan manusia untuk dapat menangkap kebenaran Allah, dengan sebuah
ekspresi: “iblislah yang menjadi
bapamu.” Ketika mengatakan semua manusia berada di
dalam cengkraman kerajaan setan, itu sama sekali tidak menunjukan setan berjuang keras melakukan perampasan kehendak (bebas) manusia agar masuk ke dalam kerajaan penghulu setan. Tentu saja, jika ada pemikiran semacam ini, jelas sebuah dusta yang datang dari kerajaan penghulu iblis dengan satu tujuan
megah, yaitu: agar semua hingga kesudahan menjadi miliknya, aman dan terjamin
tiba ditujuan yang telah ditetapkan oleh kerajaan penghulu setan. Karena berpikir demikian membuat manusia tak memerlukan keselamatan dari Allah tersebut. Dusta yang
lahir dari kerajaan penghulu setan adalah instrumen untuk menjaga keamanan bagi
semua manusia agar mereka sampai pada tujuan yang telah ditetapkan oleh
kerajaan penghulu iblis. Itu
sebabnya Yesus menyebutnya sebagai “bapa
segala dusta,” karena “bapa” disitu menunjukan betapa dusta itu
memiliki kontrol kuat pada semua diri manusia dalam sebuah mekanisme dusta yang
bekerja secara sistematis di dunia ini, sementara mereka bebas di dalam segala
aspek kemanusiaan. “Bapa segala dusta” juga menunjukan ketakberdayaan manusia
untuk mengidentifikasi sehingga dapat atau mampu, kemudian, untuk mengelaknya!
Lalu, jika demikian,
bagaimana harapan itu bisa mendatangi manusia. Akhirnya pertanyaan yang bernada
“bagaimana manusia dapat mendatangi manusia pada realitas dibelenggu dusta yang
bahkan tak dapat diidetifikasi manusia telah menjadi mustahil,” kecuali Allah
mendatangi, lahir dari ketakberdayaan manusia melepaskan diri dari kerajaan kegelapan tersebut.
Itu memang dinyatakan
oleh Yesus:
Yohanes
8:47 Barangsiapa
berasal dari Allah, ia mendengarkan firman Allah; itulah sebabnya
kamu tidak mendengarkannya, karena kamu tidak berasal dari Allah."
Hanya
jika orang itu milik atau berada didalam kerajaan Allah barulah dapat
mendengarkan, sehingga di sini Yesus menekankan betapa masuk ke dalam kerajaan
Allah adalah kunci untuk dapat mendengarkan firman. Mendengarkan firman dengan
demikian tidak mebuat manusia menjadi memasuki kerajaan Allah, sebagaimana
banyak orang Yahudi yang mendengar dan melihat namun tidak jua masuk ke dalam
kerajaan Allah.
Di
sini isunya, kemudian, bukan sama sekali apakah
“kehendak bebas” manusia tak berperan sama sekali. Elemen “kehendak
bebas” manusia menjadi tak sama sekali tersentuh bukan karena itu tak ada,
tetapi Yesus sendiri telah menyatakan bahwa Iblis adalah bapa segala dusta yang
telah memperdayai manusia hingga tak ada yang dapat mendengarkan firman. Jadi
ini sebuah dusta, sekali lagi, jangan pernah diperhitungkan yang dapat
diperdayai, dalam hal itu, semata persepsi manusia tetapi pada jiwa manusia itu keseluruhan sehingga membuat jiwa manusia lumpuh sama
sekali terhadap perkabaran injil Yesus. Dalam hal ini ”kehendak bebas” bukan
sama sekali “sumber pertolongan” terakhir yang tersisa pada manusia untuk dapat
membangkitkan segenap persepsi manusia agar menangkap kebenaran. Dusta kerajaan
penghulu setan bukan sekedar rantai yang membelenggu, tetapi kuasa yang telah merampas sama sekali kemampuan
manusia sebagai mahkluk individual dan berkemampuan untuk menimbang penuh
kejernihan dan penuh keseksamaan dalam sebuah keseimbangan untuk kemudian memilih kebenaran-Nya, selain hanya
melayani segala gagasan dusta yang
dibelitkan oleh kerajaan penghulu setan tadi. Itu sebabnya, solusi Yesus
adalah: “barang siapa berasal dari Allah,”
sebuah solusi yang tidak mungkin dikerjakan manusia, jika demikian maksud Yesus.
Yesus
berkata “barangsiapa berasal dari Allah,” artinya ada sebuah perpindahan yang
merupakan tindakan kerajaan Allah melakukan sesuatu pada manusia yang berada di
dalam cengkraman kerajaan penghulu setan.
Apakah
itu? Jika Ia membuat manusia itu dapat melihat-Nya.
Perhatikan
episode ini:
▬▬Yohanes 9:35-39 Yesus mendengar bahwa
ia telah diusir ke luar oleh mereka. Kemudian Ia bertemu dengan dia dan
berkata: "Percayakah
engkau kepada Anak Manusia?" Jawabnya: "Siapakah Dia,
Tuhan? Supaya aku percaya
kepada-Nya." Kata Yesus kepadanya: "Engkau bukan
saja melihat Dia; tetapi Dia yang sedang berkata-kata dengan engkau, Dialah
itu!" Katanya: "Aku percaya, Tuhan!" Lalu ia sujud menyembah-Nya. Kata
Yesus: "Aku datang ke dalam dunia untuk menghakimi, supaya barangsiapa yang
tidak melihat, dapat melihat, dan supaya barangsiapa yang dapat melihat,
menjadi buta."
Perhatikan
ini, orang tersebut tidak mengenal siapakah Dia, tetapi orang itu juga bertanya kepada Yesus: “Siapakah Dia Tuhan
supaya aku percaya kepada-Nya.” Terhadap orang
ini, Yesus berkata: “Engkau bukan saja melihat Dia, tetapi Dia yang
sedang berkata-kata dengan engkau, Dialah itu.” Para pembaca budiman, perhatikan bahwa kata-kata tersebutlah yang
menyembuhkannya tepat seperti orang kerasukan yang tuli dan bisu kemudian
sembuh begitu saja berdasarkan Yesus yang berkata-kata atau berfirman
kepadanya, itulah yang sedang terjadi kepada orang itu. Apakah akibatnya? Inilah akibatnya: “Aku percaya, Tuhan!” Lalu ia
sujud menyembah-Nya. Ini sama dengan: “Ketika setan itu
keluar, orang bisu itu dapat berkata-kata-Lukas 11:44.”
Tetapi, benarkah episode ini menunjukan bahwa itu adalah sebuah
kemutlakan dan tak ada yang lain, bahwa manusia hanya dapat
mendatangi Sang Terang dunia jika Allah
melakukan sesuatu: mencelikan kebutaan bukan saja mata tetapi jiwa?
Ini
terjawab dari keterperanjatan
orang-orang Farisi mendengar penjelasan Yesus yang ini:
▬Aku datang ke dalam
dunia untuk menghakimi, supaya barangsiapa yang
tidak melihat, dapat melihat, dan supaya barangsiapa yang dapat melihat,
menjadi buta
Ada
sebuah kerja kerajaan sorga kala datang
ke dalam dunia ini, memang hendak menunjukan realita manusia terhadap
keselamatan. Apakah itu? Tak seorangpun berdaya dalam sebuah spektrum yang begitu
keras sehubungan kerja kerajaan penghulu setan yang begitu memenjarakan jiwa-jiwa manusia dalam
tali-tali jerat “dusta-dusta bapa segala dusta” yang menuntun jiwa-jiwa menuju ke sebuah tujuan yang ditetapkan dalam rancangan iblis. Realita ini
disingkapkan oleh Yesus dalam sebuah penghakiman yang begitu menyingkapkan dan menghancurkan kerja dusta kerajaan penghulu setan itu, kala berkata: “Aku datang ke dalam dunia untuk menghakimi, supaya
barangsiapa yang tidak melihat, dapat melihat, dan supaya barangsiapa
yang dapat melihat, menjadi buta.” Ini adalah sepasang penghakiman yang menakjubkan dalam pendudukan
kerajaan penghulu setan oleh kerajaan Allah. Ini adalah penghakiman yang
menghasilkan pengharapan bagi
manusia-manusia namun sekaligus menunjukan bahwa tak terelakan
penghakiman Allah adalah kedaulatan kerajaan sorga dalam menghakimi kerajaan
penghulu setan beserta para pengikutnya di dunia ini. “Supaya barangsiapa
yang tidak melihat, dapat melihat,” telah menunjukan bahwa: dapat melihat Yesus adalah Sang
Terang dunia memang mustahil bagi semua manusia sebab buta, telah dibutakan
oleh dusta kerajaan penghulu setan-ini,sekali lagi menjawab sebuah tanya mahapenting
bagi manusia: masakan aku tak bisa membuat keputusan sendiri untuk memilih bagiku
sendiri keselamatan itu dan masakan aku membutuhkan kuasa penuh Allah untuk
membuatku memutuskannya, sebodoh itukah, aku? Bukan soal bodoh dan pintar,
tetapi karena semua berada dalam lilitan-lilitan dusta kerajaan penghulu setan.
Itu sebabnya dalam penginjilan dan dalam semangat memberitakan kebenaran, harus
dicamkan bahwa itu adalah peristiwa yang begitu erat dengan kerja kerajaan
sorga di dunia ini! Itu juga sebabnya
penginjilan harus memiliki obor semangat yang menyala dan berkobar-kobar sebab
sebetulnya kita dalam menginjili sedang berjalan di dalam naungan kerajaan
sorga dan bekerja dibawah ketentuan-ketentuan dan kuasa kerajaan sorga.
Jadi, lecutkanlah dirimu berpondasikan
kebenaran ini, untuk memberitakan kebenaran dengan memandang bahwa kerajaan sorga dengan segala kehendak-Nya
adalah pemimpin pemberitaan itu. Itu juga sebabnya, tak ada dasar sedikit saja
untuk bersombong dan memandang begitu rendah manusia-manusia lainnya, seolah
paling benar. Tidak begitu, karena kebenaranmu dari kerajaan sorga dan
pembenaranmu karena dibuat dapat mendengarkan kebenaran atau firman yang
memerdekakanmu dari dusta kerajaan penghulu setan.
“Barangsiapa
yang dapat melihat, menjadi buta,”
tak ada satu saja kemungkinan dapat melihat oleh dirinya sendiri, pada Siapakah
Yesus itu dalam maksud Kerajaan Sorga itu sendiri. Setiap manusia yang merasa
tak membutuhkan Yesus dan melakukan perlawanan sebagai buah-buah perlawanan
yang dihasilkan oleh kerajaan penghulu setan pada setiap manusia penentang-Nya, baik itu dalam
rupa kata-kata, hikmat, pengajaran yang sesantun apapun, kepada semuanya itu,
Yesus berkata: “barangsiapa yang dapat melihat, menjadi buta.” Ketika bunyi
penghakiman itu adalah “menjadi buta” maka itu sebuah ketakmungkinan
adanya keselamatan-keselamatan alternatif
lain yang bagaimanapun juga. Tak ada
sebuah kebenaran antara. Mengapa?
Sebab tak pernah kerajaan sorga
memberikan ruang terhadap pemberontakan terhadap kehendak-Nya bahkan pada tatar
intelektual yang berwujud sebuah perenungan! Manusia harus tunduk kepada-Nya.
Pada aspek yang lebih kompleks, inilah yang menjadikan manusia begitu
bergantung pada kasih karunia Allah, atau kasih karunia Allah itu tak dapat
didatangi selain jika mendatangi manusia itu.
Itu
juga sebabnya pada kesempatan lain, kepada mereka yang menolak Yesus, Ia
berkata:
Yohanes
8:23-27 Lalu Ia berkata kepada mereka: "Kamu berasal dari bawah, Aku dari
atas; kamu dari dunia ini, Aku bukan dari dunia ini. Karena itu tadi Aku
berkata kepadamu, bahwa kamu akan mati dalam dosamu; sebab jikalau kamu tidak
percaya, bahwa Akulah Dia, kamu akan mati dalam dosamu." Maka kata mereka
kepada-Nya: "Siapakah Engkau?" Jawab Yesus kepada mereka: "Apakah
gunanya lagi Aku berbicara dengan kamu? Banyak yang harus Kukatakan dan Kuhakimi
tentang kamu; akan tetapi Dia, yang mengutus Aku, adalah benar, dan apa yang
Kudengar dari pada-Nya, itu yang Kukatakan kepada dunia." Mereka tidak
mengerti, bahwa Ia berbicara kepada mereka tentang Bapa.
Setelah
Yesus memberitahukan sepasang penghakiman itu, maka keterperanjatan orang-orang
Farisi tadi menunjukan ketidakmengertian mereka terhadap apa yang menjadi
kebenaran kerajaan sorga. Mari saya ajak anda untuk kembali ke bagian tadi
melihat hal yang terinterupsi tadi.
Inilah
respon orang-orang Farisi setelah mendengarkan sepasang penghakiman Yesus tadi:
▬▬Yohanes 9:40 Kata-kata itu didengar
oleh beberapa orang Farisi yang berada di situ dan mereka berkata kepada-Nya:
"Apakah itu berarti bahwa kami juga buta?"
Siapakah
manusia yang dapat menerima begitu saja sebuah penghakiman bahwa dirinya buta terhadap
kebenaran atau kebenaran milikmu (dengan demikian) itu bukan apa yang
dikehendaki Allah, dan itu sendiri telah membuatmu menjadi buta terhadap
kebenaran-Nya, sementara manusia itu dapat memahami, dapat mendegarkan, dapat
menganalisa apapun yang Dia ajarkan? Bukankah sekarang kami mengerti dengan apa
yang sedang kami tolak. Sebetulnya Yesus tak berkata langsung kepada mereka,
namun sepasang penghakiman Yesus tadi telah menghakimi jiwa-jiwa mereka-
telinga mereka sanggup mendengarkan
penghakiman itu dan mengerti sekali maksudnya namun sama sekali tak sanggup mengerti
sehingga menyembah Yesus. Dan apa yang terjadi pada mereka, telah menunjukan
atau menyingkapkan realita atau kekongkritan penghakiman yang berbunyi: “Barangsiapa
yang dapat melihat, menjadi buta.” Mereka menilai dirinya dapat
melihat, dan berdasarkan itulah mereka dihakimi Yesus menjadi buta, sebab pada
dasarnya itu adalah penghakiman terhadap rejeksi atau penolakan yang bekerja
berdasarkan kuasa dusta “kerajaan penghulu setan.” Mengapa itu terjadi dan
mengapa tak IA lakukan sesuatu sebagaimana pada yang telah disembuhkan-Nya?” Satu-satunya
jawaban yang tersedia bagi saya dan anda adalah jawaban Yesus
sendiri, yaitu: “Aku datang ke dalam dunia untuk menghakimi.” Karena
memang Ia datang untuk menghakimi: yang
pertama untuk memerdekakan dan yang
kedua untuk menunjukan: bahwa tak ada manusia yang dapat membenarkan
dirinya dihadapan Allah berdasarkan kebenarannya sendiri, yang datang dari kebenaran-kebenaran manusia yang berada dalam
dusta kerajaan penghulu setan, sekaligus menunjukan bahwa memang keselamatan
hanya datang dari Allah. Tentu saja penghakiman-Nya, juga, telah menunjukan
kepada dunia bahwa memang benar dunia dalam cengkraman kegelapan, yaitu:
kerajaan penghulu setan melalui dustanya yang penuh rancangan dan maksud.
Apa yang hendak
ditunjukan pada penjelasan-penjelasan Yesus ini
kepada orang-orang Farisi, adalah: tidak
pernah terjadi sebelum seorang manusia menolak Yesus maka tak ada satu manusia pun dalam vonis dosa atau dalam keberpihakan pada kuasa kegelapan, dan pada momen Ia memilih untuk menolak maka saat itulah memilih untuk berpihak kepada kegelapan. Manusia
pada keotentikan jiwanya tak pernah memiliki sebuah momenpun yang sama sekali berada dalam kebenaran dan memiliki potensi untuk memiliki kebenaran dan keselamatan pada dirinya sendiri dan kemudian kegelapan barulah meliputinya kala memutuskan untuk memilih atau
berpihak kepada kuasa kegelapan, tetapi
memang secara total milik kerajaan penghulu setan.
Jikapun terlihat pada pandangan mata dan pertimbangan pikiran ada banyak orang menolak Yesus sebagai sebuah mekanisme masuk ke dalam kuasa kegelapan melalui pemilihannya sendiri untuk datang pada kuasa
kegelapan, pada dasarnya pemahaman semacam itu dan peristiwa itu sendiri adalah kerja
dari sepasang penghakiman Yesus, tadi, pada:
“Barangsiapa yang dapat melihat,
menjadi buta.” Oh..ya tentu saja semua orang yang dituding demikian
akan menunjukan keberatannya tepat seperti orang Farisi tadi yang berkata: “Apakah
itu berarti kami juga buta?” Ini adalah protes keras! Kepada mereka, Yesus,
menunjukan satu-satunya jalan keluar untuk lepas dari kebutaan itu. Apakah itu?
Inilah menurut Yesus:
Yohanes
8:28 Maka kata Yesus: "Apabila kamu telah
meninggikan Anak Manusia, barulah kamu
tahu, bahwa Akulah Dia, dan bahwa Aku
tidak berbuat apa-apa dari diri-Ku sendiri, tetapi Aku berbicara tentang
hal-hal, sebagaimana diajarkan Bapa kepada-Ku.
Jika
nanti Anak Manusia ditinggikan, barulah kamu tahu Akulah Dia. “Apabila,” ini
sebuah kondisional bagaimana bisa melihat, bukan karena dapat melihat tetapi
karena Allah membuat yang buta menjadi melihat! Ini bukan sama sekali prestasi
moral dan perbuatan suci manusia, kala bicara melihat Allah, karena kesucian
tak bisa dibangun kecuali anda sudah masuk ke dalam atau menjadi
anggota kerajaan sorga atau sudah terlepas dari cengkraman kerajaan penghulu
setan, yaitu percaya kepada Yesus sebagaimana kehendak Bapa.
Inilah yang mendasari
untuk menyatakan sebuah kekeliruan yang teramat
fatal pada pengajaran pendeta Dr.
Erastus Sabdono pada paragraf ini, yang dapat dibaca pada “Keselamatan Di Luar Kristen (Pelajaran 05)”:
▓Bagi mereka yang menolak Tuhan Yesus, berarti
mereka berpihak kepada kuasa kegelapan. Mereka menyaksikan dan
mengalami bagaimana kuasa Allah dinyatakan yaitu dengan pengusiran setan dan
berbagai mujizat. Tetapi mereka menolak Tuhan Yesus maka berarti mereka di
pihak kuasa kegelapan (Luk 11:20). Kalau mereka tidak melihat atau tidak pernah
mendengar Injil secara memadai mereka tidak berdosa, tetapi kalau mereka
melihat (mendengar Injil secara memadai) tetapi tidak percaya maka dosa mereka
kekal (Yoh 9:41). Penolakan mereka dalam ekspresi nyata yaitu memusuhi Tuhan
Yesus dan menuduh Tuhan Yesus menggunakan kuasa penghulu setan (baalzebul).
Mereka menganggap Tuhan Yesus sesat dan pantas dimusuhi, ajaran dan
pengikut-Nya pantas diberantas.
yang
menghalangi banyak orang untuk setidak-tidaknya mendapatkan pengajaran yang
benar dan menunjukan realitas manusia sesungguhnya: semua berada dalam kuasa gelap bahkan sebelum Yesus datang ke
dalam dunia ini.
Konsekuensi alamiah
pengajaran yang disampaikan oleh pendeta Erastus, memang dengan demikian ada
kebenaran-kebenaran lain yang tetap eksis sejauh mereka belum sama sekali
menerima kebenaran Yesus. Artinya kegelapan di dunia ini bagaikan segmen-segmen, bergantung pada apakah
seseorang itu menolak Yesus, jika tak menolak namun tak juga menerima, maka
kegelapan tak pernah menjadi pilihannya, dan sejauh ia dapat membangun
kehidupan mulia maka ia memiliki kebenarannya tersendiri. Inipun adalah buah
dari penghakiman Yesus, sebenarnya, yang berbunyi: “barangsiapa yang dapat melihat menjadi buta.”
Bersambung ke bagian 5J
AMIN
Segala
Pujian Hanya Kepada TUHAN
The cross
transforms present criteria of
relevance: present criteria of relevance do not transform the cross
[dari
seorang teolog yang saya lupa namanya]
No comments:
Post a Comment