Oleh: Martin Simamora
Benarkah
Karena Tidak Menolak Injil Hingga Ke Tingkat Penghinaan Maka Ada Kebenaran Lain Di Luar Kristus (5.D)
Bacalah lebih
dulu: “Tinjauan Pengajaran Pdt. Dr. Erastus Sabdono Pada Keselamatan Di Luar Kristen (5.C)”
Yesus Sang Kristus/
Mesias dalam banyak kesempatan telah menunjukan bahwa Ia adalah terang yang
dibicarakan dan dinantikan oleh para nabi kudus Allah, bahkan semenjak Abraham.
Mari perhatikan hal-hal berikut ini:
▬▬Yohanes 8:56 Abraham bapamu bersukacita bahwa
ia akan melihat hari-Ku
dan ia telah melihatnya dan ia bersukacita."
▬▬Matius
13:16-17 Tetapi berbahagialah matamu
karena melihat dan telingamu karena mendengar. Sebab Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya banyak nabi dan orang benar
ingin
melihat apa yang kamu lihat, tetapi tidak melihatnya, dan ingin mendengar apa yang kamu dengar,
tetapi tidak
mendengarnya.
Pada
Matius 13 ini, sungguh berbeda konteksnya dengan Yohanes 8, karena yang dimaksud dengan Abraham telah melihatnya, ini terkait dengan pengenalan dan
pengetahuan Yesus yang mengatasi
waktu dan ruang sebagaimana yang menjadi keberatan para pendengar-Nya: “Maka
kata orang-orang Yahudi itu kepada-Nya: "Umur-Mu belum sampai lima puluh tahun dan Engkau telah melihat
Abraham?" Kata Yesus kepada mereka: "Aku berkata kepadamu,
sesungguhnya sebelum Abraham jadi, Aku
telah ada- Yoh 8:57-58." Sementara itu “tetapi tidak melihatnya” dan “tetapi tidak mendengarnya” menunjuk pada
ketak-kekal-an para nabi dan orang benar yang menantikan dan beriman padaDia
yang sudah ada sejak kekekalan namun masih dinantikan dalam pengimanan penuh
untuk datang ke dalam dunia ini sebagai terang bagi dunia, perhatikan ini: “Setelah
pada zaman dahulu Allah berulang kali dan dalam pelbagai cara berbicara kepada
nenek moyang kita dengan perantaraan nabi-nabi, maka pada
zaman akhir ini Ia telah berbicara kepada kita dengan perantaraan Anak-Nya,
yang telah Ia tetapkan sebagai yang berhak menerima segala yang ada. Oleh Dia
Allah telah menjadikan alam semesta. Ia adalah cahaya
kemuliaan Allah…” - Ibrani 1:1-3
Itu sebabnya, Yesus mengajarkan
atau menunjukan dirinya sendiri adalah terang dan kebenaran Allah yang telah turun sebagai janji Allah semenjak
era umat perjanjian lama. Tidak ada sebuah kebaruan yang mengasing yang terdahulu atau sebaliknya; apa yang ada sebuah kesatuan
yang menunjukan sebuah ketunggalan terang, bahwa terang pada
perjanjian lama adalah terang yang sama dengan terang pada perjanjian baru:
Yesus Kristus: “Maka Yesus berkata pula kepada orang banyak, kata-Nya: "Akulah terang
dunia; barangsiapa mengikut Aku, ia tidak akan berjalan dalam
kegelapan, melainkan ia akan mempunyai terang hidup- Yohanes 8:12."
Ketika Yesus berkata:
“Akulah terang dunia,” Ia
memberikan sebuah penjelasan mahapenting,bukan sekedar untuk menunjukan
keilahian-Nya, namun “terang” yang sedang dibicarakan adalah, bahwa “Allah
adalah terang atau Allah adalah sumber terang, di dalamnya tidak ada kegelapan
sama sekali,” bukan sama sekali,
terang itu oleh Yesus ditunjuk atau digambarkannya sebagai rangkaian petunjuk
bagaimana seharus manusia mengejar atau memperjuangkan sebuah kualitas
kehidupan tinggi sehingga hidupnya (yun:zoe) masuk ke dalam kehidupan kekal berdasarkan
melakukan kebenaran-kebenaran Taurat
atau di luar diri-Nya.
Ini jelas sekali kala Ia menyatakan bahwa “terang” yang
dimaksudnya adalah dirinya bukan
serangkaian petunjuk untuk hidup berkualitas tinggi:
▬▬Yohanes 8:13-14 Kata orang-orang
Farisi kepada-Nya: "Engkau bersaksi tentang diri-Mu, kesaksian-Mu
tidak benar." Jawab Yesus kepada mereka, kata-Nya:
"Biarpun Aku bersaksi tentang diri-Ku sendiri, namun kesaksian-Ku itu
benar, sebab Aku tahu, dari mana Aku datang dan ke mana Aku pergi. Tetapi kamu
tidak tahu, dari mana Aku datang dan ke mana Aku pergi.
Orang-orang
Farisi memahami secara baik dan cermat pada apa yang dikatakan oleh Yesus,
mereka tidak kebingungan dengan perkataan Yesus: “Akulah terang dunia,” itu
sedang menunjukan bahwa diri-Nya adalah terang dunia, bukan sedang menunjuk
pada serangkaian petunjuk hidup berkualitas tinggi. Terang yang bukan “kata-kata
atau serangkaian sabda atau serangkaian petunjuk hidup kudus, sebagaimana yang
dikenali dalam perintah dan hukum kudus Allah sebagaimana kitab-kitab Musa,”
tetapi dirinya. Namun ada satu problem besar bagi orang-orang Farisi itu,
yaitu: mereka tidak dapat menerimanya atas nama “kesaksian-Mu tidak benar.”
Terhadap hal ini, Yesus memberikan jawaban
kepada mereka: “biarpun Aku bersaksi tentang diri-Ku sendiri,
namun kesaksian-Ku itu benar,
sebab Aku
tahu, dari mana Aku datang dan ke
mana Aku pergi.” Yesus sedang menyatakan bahwa Ia adalah satu-satu-Nya
kebenaran dari Allah yang kebenaran-Nya tidak memerlukan sebuah persetujuan
yang bagaimanapun dari manusia untuk kemudian baru dinyatakan sebagai sebuah
kebenaran. Ini adalah sebuah indikasi tunggal dan absolut untuk menyatakan bahwa pada Sang Mesias memiliki
kuasa penghakiman terhadap siapapun yang
tak menerima-Nya bahkan hanya pada
penolakan secara intelektual dan argumentasi. Kesucian dan kebenaran-Nya harus
mendapat hormat bahkan dari tempat-tempat tersembunyi di dalam diri manusia:
menerima “ya dan amin!” “Biarpun
Aku bersaksi tentang diri-Ku sendiri!”
Biarpun sedunia ini menentangnya dan biarpun orang-orang Kristen menjadi
sinikal terhadapnya, apa nilainya bagi-Nya? Adakah manusia yang dapat
menghakimi sabda yang bukan hanya kata-kata suci tetapi pribadi Sang Kudus itu
sendiri? Mengapa demikian? Karena Ia tahu dari mana Ia datang dan ke mana Ia pergi! Kemanakah Ia akan pergi?
Pergi ke tempat yang tak dapat satu pun manusia datang, sebab siapakah yang
dapat mendatangi Allah yang kudus itu:
►Yohanes
8:21 Maka Yesus berkata pula kepada orang banyak: "Aku akan pergi dan kamu akan
mencari Aku tetapi
kamu akan
mati dalam dosamu. Ke tempat Aku pergi, tidak mungkin kamu
datang."
Akulah
terang dunia. “Terang” bukanlah instruksi untuk mencapai kehidupan berkualitas
tinggi, tetapi sedang menunjukan bahwa tak ada satu juga manusia yang dapat
membangun sendiri jalan keselamatan itu dengan kualitas hidup tinggi. Apa dasarnya?
Karena Yesus berkata: “kamu akan mati dalam dosamu.” Perhatikan! Di sini
secara kokoh Yesus menautkan secara sebab-akibat antara “kamu akan mencari Aku tetapi kamu akan mati dalam dosamu,” dengan
kata lain: “dirinya menjadi prima causa atau penyebab utama bagi semua manusia
untuk mati dalam dosa karena mencarinya namun tak mendapatkan, sebab : “Ke
tempat Aku pergi, tidak mungkin kamu datang.”
Yesus datang dan mendatangi seorang manusia,dengan demikian, adalah sebuah
keajaiban hidup manusia sebab mendapatkannya maka orang tersebut terlepas dari mati dalam dosa!
Tidakkah
itu semua, dengan demikian, terlampau meninggikan Yesus mengatasi kebenaran
yang mereka kenal di dalam Taurat. Tak pernah mereka temukan bahwa dalam Taurat
akan ditemukan kamu tidak akan mati dalam dosamu. Itu sebabnya bagi
mereka, kesaksian Yesus tersebut dikatakan sebagai “kesaksian tidak benar.” Karena
mereka tak mengenal Dia ada di dalam Taurat! Tak ada satupun dari mereka
yang mengenal siapakah Dia, itu sebabnya
Yesus tidak pernah menghadirkan satu pun saksi dari dunia manusia, hanya satu
yang dapat menyaksikan kebenaran mengenai diri-Nya. Siapakah Dia?
Perhatikanlah
ini:
►Yohanes
8:17-18 Dan dalam kitab Tauratmu ada tertulis, bahwa kesaksian dua orang adalah
sah; Akulah yang bersaksi tentang
diri-Ku sendiri, dan juga Bapa,
yang mengutus Aku, bersaksi tentang
Aku."
Ia
adalah saksi yang tak mungkin dilihat dan apalagi dikenali oleh manusia:
►Yohanes
8:19 Maka kata mereka kepada-Nya:
"Di manakah
Bapa-Mu?" Jawab Yesus: "Baik Aku, maupun Bapa-Ku tidak kamu kenal.
Jikalau sekiranya
kamu mengenal Aku, kamu mengenal juga Bapa-Ku."
Tak
ada manusia yang dapat mencari,
mengenali dan percaya kepada Yesus SEKALIPUN IA TELAH DATANG. Tidakkah ini sama
dengan kondisi manusia-manusia yang
sekarang ini tak dapat melihat diri-Nya, karena sudah naik ke sorga? Ini
satu pilar emas sorga bagi dunia: bahwa kedatangan Yesus ke dunia bukanlah
kebenaran lahiriah da keadidayaan manusia untuk dapat mengenali-Nya dan apalagi
meraih kebenaran pada diri manusia itu sendiri, tetapi pada kasih karunia Allah
itu sendiri. Jadi jangan pernah berkata: bagaimana bisa percaya karena
mendengar dan melihat Yesus sementara Ia tak lagi di sini? Karena melihat dan
mendengar inderawi bukan dasar untuk mengenal Yesus sekalipun Ia di bumi ini!
Perhatikan penjelasan yang terungkap
dalam momen yang sangat mulia ini:
▬▬Lukas 10:21-24 Pada waktu itu juga bergembiralah Yesus dalam
Roh Kudus dan berkata: "Aku bersyukur kepada-Mu, Bapa, Tuhan langit dan
bumi, karena semuanya itu Engkau sembunyikan bagi orang bijak dan orang
pandai, tetapi Engkau
nyatakan kepada orang kecil. Ya Bapa, itulah yang berkenan kepada-Mu. Semua telah diserahkan kepada-Ku oleh
Bapa-Ku dan tidak ada seorangpun yang tahu siapakah
Anak selain Bapa, dan siapakah Bapa selain
Anak dan orang
yang kepadanya Anak itu berkenan menyatakan
hal itu." Sesudah itu berpalinglah Yesus kepada murid-murid-Nya tersendiri
dan berkata: "Berbahagialah mata yang melihat apa yang kamu lihat.
Karena Aku berkata kepada kamu: Banyak nabi dan raja ingin melihat apa yang
kamu lihat, tetapi tidak melihatnya, dan ingin mendengar apa yang kamu dengar,
tetapi tidak mendengarnya."
Bagaimana
mata dapat melihat Yesus sebagaimana Bapa memandang Anak, apakah karena
kemampuan optikal dan persepsional terhadap apa yang dipandang? Bukan sama
sekali. Sepasang mata manusia dapat melihat Yesus sebagaimana Bapa memandang
Anak semata dikarenakan “Anak itu berkenan menyatakannya.”
Tak
ada yang dapat menerima Yesus sebagai kebenaran itu sendiri sebab itu semua
bergantung pada kasih karunia Bapa atas diri mereka. Pada kesempatan sebelumnya,
Yesus telah menyatakan hal ini dalam cara yang gamblang sekali:
►Yohanes
6:37- 38 Bapa yang mengutus Aku, Dialah yang bersaksi tentang Aku. Kamu tidak
pernah mendengar suara-Nya, rupa-Nyapun tidak pernah kamu lihat, dan firman-Nya tidak
menetap di dalam dirimu, sebab kamu tidak percaya kepada Dia yang diutus-Nya.
Yesus
menautkan diri-Nya dengan kebenaran itu sendiri, dan hendak menyatakan diri-Nya
adalah kebenaran itu sendiri, Ia bukan sedang menunjukan kepada yang lain
apapun juga di luar dirinya sendiri. Ia tak sedang menunjuk pada
instruksi-instruksi seperti halnya pada Taurat yang sangat dikenal oleh umat
Tuhan itu, sehingga Ia berkata dalam sebuah pasangan kudus: “firman-Nya tidak
menetap di dalam dirimu, sebab kamu tidak percaya kepada Dia yang diutus-Nya.”
Ini juga adalah sebuah pasangan sebab akibat: bagaimana agar firman-Nya menetap
dalam dirimu? Kamu harus percaya kepada Yesus yang telah diutus Bapa. Bahkan
lebih lanjut Yesus menunjukan atau menyingkapkan kebenaran ini di dalam praktik
yang sedang berlangsung dalam kehidupan bangsa itu, bangsa yang berada di dalam
naungan maut, yang lebih menyukai kegelapan daripada terang (Yohanes 3:19” Dan
inilah hukuman itu: Terang telah datang ke dalam dunia, tetapi manusia lebih
menyukai kegelapan dari pada terang”):
Yohanes
5:39-40 Kamu menyelidiki Kitab-kitab
Suci, sebab kamu menyangka bahwa oleh-Nya kamu mempunyai hidup yang
kekal, tetapi walaupun Kitab-kitab Suci itu memberi kesaksian tentang Aku, namun kamu tidak mau datang kepada-Ku
untuk
memperoleh hidup itu.
Datang kepada Yesus maka kamu
memperoleh hidup itu, setara dengan “ percaya kepada Yesus maka kamu bebas dari mati di dalam dosa.”
Sehingga hidup yang sedang dibicarakan di sini bukanlah “zōēn” yang tunduk atau dalam perbudakan dosa atau
maut tetapi sebuah “zōēn” yang telah memiliki
atau masuk ke dalam “aiōnion” atau kekekalan!
Dan itu hanya terjadi karena Yesus. Tentu di sini anda harus selalu ingat
dengan pernyataan Yesus mengenai apakah yang dapat diperbuatnya kepada manusia
yang percaya kepadanya memiliki dampak
hidup kekal untuk memiliki kehidupan dari Allah.
Perhatikanlah ini:
Yohanes
8:34-36 Kata Yesus kepada mereka: "Aku berkata kepadamu, sesungguhnya setiap orang yang berbuat dosa, adalah
hamba dosa. Dan hamba tidak tetap tinggal dalam rumah,
tetapi anak tetap tinggal dalam rumah.
Jadi apabila Anak itu memerdekakan kamu,
kamupun benar-benar merdeka."
Yesus
menautkan dirinya dengan “tidak tetap tinggal dalam rumah jika masih hamba dosa” dengan apa yang akan
dilakukannya bagi manusia yang masih menjadi hamba dosa! Perhatikan sekali
lagi, di sini Yesus menegaskan secara tajam bahwa tak ada manusia yang dapat membebaskan dirinya dari perbudakan dosa sehingga Ia menyebut
dirinya sebagai Sang Pemerdeka
manusia. Yesus tidak berkata: lakukanlah segenap hati perintah-perintah kudus
itu sebab itulah cara yang akan memerdekakanmu! Tidak demikian, tetapi Ia
berkata: “Jadi apabila Anak itu memerdekakan kamu,
kamupun benar-benar merdeka.” Inilah zoen yang masuk ke dalam aionion
itu, dan itulah memang maksud yang dikehendaki oleh Bapa sendiri atas Yesus:
►Yohanes
6:24 Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya barangsiapa mendengar perkataan-Ku dan
percaya kepada Dia yang mengutus Aku, ia mempunyai hidup (zoen) yang kekal dan
tidak turut dihukum, sebab ia sudah pindah dari dalam maut ke dalam hidup
(zoen).
Perhatikan
kehidupan manusia yang sesaat itu, yang berada di dalam perbudak maut sudah
pindah dari dalam maut- thanatou, inilah satu-satunya penyebab manusia masuk ke
dalam kehidupan kekal: Yesus dan karyanya. Itu sebabnya Yesus tak sama sekali
mengajarkan apakah yang harus dikaryakan manusia agar Ia dapat memiliki hidup.
Ketika berjumpa memiliki hidup maka itu bermakna ia memiliki hidup bukan
memiliki hidup dalam maut! Apa yang Yesus tunjukan adalah ketakberdayaan
manusia dalam mendapatkannya dan menunjuk pada diri-Nya, tak peduli setinggi
apapun kualitas hidup orang itu, tanpa mengikut dirinya maka Ia tak akan pernah
berakhir di sorga.
Itulah
sebenarnya yang terjadi dalam Matius 19:16-21!
Tidak
sama sekali seperti
yang sedang dimaksudkan oleh pendeta Dr. Erastus Sabdono dalam bagian
pengajarannya ini, sebagaimana dalam “Keselamatan Di Luar Kristen (Pelajaran 05)”:
▓Dalam
hal ini kita bisa membedakan antara “hidup” (Yun: zoe) dan “hidup yang kekal”
(Yun:aionios) (Mat 19:16-21). Hidup
menunjuk kepada kehidupan yang sesuai Taurat tetapi hidup kekal menunjuk kehidupan yang berkualitas tinggi karena
meninggalkan segala ikatan dan hidup dalam pengiringan kepada Tuhan Yesus atau
mengikuti gaya hidup-Nya
Zoen
bukan sama sekali menunjukan kepada kehidupan yang sesuai Taurat. Harus diingat
bahwa zoen sendiri memiliki makna lesikal: “hidup,” bukan sama sekali hidup
menurut Taurat. Demikian juga dengan aionios sendiri memiliki makna leksikal: “hidup
kekal” bukan kehidupan yang berkualitas tinggi karena meninggalkan segala
ikatan dan hidup dalam pengiringan kepada Tuhan Yesus atau mengikuti gaya
hidup-Nya. Perhatikan “zoen” itu sendiri mengalami atau masuk ke dalam “aionion” bukan karena
karya manusia tetapi karena Yesus. Harus dicamkan sebuah zoen dapat dikatakan
masuk ke dalam aionion karena manusia
itu tidak lagi di dalam “thanatou” yang
diakibatkan oleh tindakan Yesus yang melepaskan atau mengeluarkannya dari
maut-thanatou tadi dengan firman-Nya, perhatikan benar Yohanes 5:24 tersebut.
Matius 19:16-21 tadi,
bukan sama sekali mengikuti gaya hidup Yesus. Hati-hati di sini, mengiringi
Yesus bukanlah aktifitas eksternal yang menunjukan sebuah imitasi gaya hidup
yang melahirkan kelepasan dari “thanatou.” Orang kaya itu sedang
memperbincangkan hidup dalam konteks hidup yang lepas dari “thanatou” atau
maut! Mari lihat ini:
►Matius
19: 16 Ada seorang datang kepada Yesus, dan berkata: "Guru, perbuatan baik
apakah yang harus kuperbuat untuk memperoleh hidup yang kekal?"
Ia
sedang bertanya kepada Yesus, bagaimana agar zoen-nya masuk kedalam aionion. Ia
berharap mendapatkan petunjuk lebih lanjut yang dapat menyempurnakan apa yang
telah dicapai karena sangkanya Ia sendirian dapat masuk kedalam aionion atau
hidup kekal sendirian tanpa Yesus. Yang akan dijumpainya dari jawaban
Yesus begitu besar untuk dapat
diterimanya. Karena apa?
Yesus
sebetulnya tak sama sekali memperhitungkan kehidupan kualitas tinggi yang telah
dicapainya sebagai sebuah jalan agar zoen-nya masuk ke dalam aionion. Mari kita
baca dialog yang begitu meremukan pengharapan berdasarkan kualitas hidup
tinggi:
►Yohanes
19:17- Jawab Yesus: "Apakah
sebabnya engkau bertanya kepada-Ku tentang apa yang baik? Hanya Satu yang baik.
Tetapi jikalau engkau ingin masuk ke
dalam hidup, turutilah segala
perintah Allah."
Ketika
Yesus berkata “zoen” atau “hidup” maka Ia sedang bermaksud sebuah “zoen” yang
tidak berada di dalam maut, atau sebagaimana yang dikehendaki anak muda tadi “hidup yang kekal.” Dalam hal ini,
leksikon “zoen” harus diperhatikan konteknsnya, yaitu : zoen yang menuruti segala perintah Allah. Sebuah
kehidupan yang memasuki kehidupan yang senantiasa menjaga dan melakukan
perintah Allah. Jadi ini sebuah kehidupan zoen yang telah masuk kedalam
kehidupan bersama Allah atau hanya ada Allah yang memerintah dirinya. Bagi
Yesus, ini adalah hasrat yang ada di dalam
orang kaya itu, tetapi apakah hasrat itu akan selaras dengan
tindakannya?
Kemudian
inilah respon orang kaya tersebut:
►Matius
19:18-20 Kata orang itu kepada-Nya: "Perintah yang mana?" Kata Yesus:
"Jangan membunuh, jangan berzinah, jangan mencuri, jangan mengucapkan
saksi dusta, hormatilah ayahmu dan ibumu dan kasihilah sesamamu manusia seperti
dirimu sendiri." Kata orang muda itu kepada-Nya: "Semuanya itu telah
kuturuti, apa
lagi yang masih kurang?"
Mengapa
orang kaya itu menutup kesaksian kehidupannya yang berkualitas tinggi itu
dengan: apalagi yang masih kurang?
Harus dipahami bahwa tujuan dirinya bukan sekedar memiliki kehidupan
berkualitas tinggi, itu bukan tujuannya tetapi baginya dalam sangkaannya adalah
jalan menuju hidup kekal, yang sedang ia demonstrasikan kepada Yesus Kristus.
Kalau anda memperhatikan apa yang disampaikan oleh orang muda itu, maka
berdasarkan Taurat, si anak muda tadi sudah memiliki kualitas hidup tinggi.
Tetapi
apakah benar itu adalah sebuah jalan menuju hidup kekal, akan segera diketahui
melalui jawaban Yesus terhadap pertanyaan: “apalagi yang masih kurang?”
Perhatikan
jawaban Yesus pada anak muda itu:
►Matius
19:21 Kata Yesus kepadanya: "Jikalau
engkau hendak sempurna, pergilah, juallah
segala milikmu dan berikanlah itu kepada orang-orang miskin, maka engkau
akan beroleh harta di sorga, kemudian datanglah ke mari dan ikutlah Aku."
Yesus
mengandaskan kualitas hidup tinggi itu sebagai jalan bagi zoen-nya untuk masuk
ke dalam hidup yang senantiasa melakukan
perintah Allah. Kehidupan berkualitas tinggi yang dilakukannya berdasarkan hukum
Taurat itu hanya mampu melahirkan kehidupan kualitas tinggi tetapi tidak berkuasa untuk melepaskan
dirinya pada upayanya untuk merdeka dari segala hasrat dan pesona dunia yang
memenjaranya, yaitu: segala miliknya! Kala Yesus memerintahkannya: jika engkau
hendak sempurna, juallah segala milikmu dan berikanlah itu kepada orang-orang miskin,”
itu bukan sama sekali membicarakan kehidupan yang mana manusia itu berupaya
melepaskan ikatan-ikatan yang membelenggunya dari dunia ini, apa yang sedang
Yesus lakukan sebetulnya, terkait untuk memiliki hidup kekal sebagaimana
keinginan anak muda itu, jalan menuju ke sana, hanya ada pada dirinya. Perintah
menjual semua kepemilikannya secara sempurna menunjukan bahwa tak ada satupun
manusia yang dapat mencapai kesempurnaan terlepas dari diri-Nya:
►Matius
19:22 Ketika orang muda itu mendengar perkataan itu, pergilah ia dengan sedih, sebab
banyak hartanya.
Si
orang muda itu berhasrat untuk memiliki hidup kekal, tetapi demi dunia ini ia
pergi meninggalkan Yesus Kristus begitu saja. Zoen-nya sama sekali tak sanggup
menerima bahwa hidup kekal itu dating dari perintah Yesus yang harus dilakukan;
anak muda itu tak kuasa untuk menerima perintah Yesus itu adalah kegenapan dari
hukum Taurat yang dipercayanya sebagai jalan menuju kehidupan kekal. Yesus
menegaskan bahwa hukum Taurat dan kehidupan berkualitas tinggi tak pernah
menjadi jalan menuju kehidupan kekal, namun hanya dirinya dan sabda-Nya. Jika ia
percaya bahwa perintah Yesus itu adalah jalan menuju hidup kekal maka ia akan
melakukan juga perintah Yesus yang sedang ada di hadapannya dan yang suaranya
sedang didengarkannya.
Yesus
tak sama sekali sedang menawarkan sebuah jalan lain di luar dirinya. Ia bahkan
tak sama sekali meninggalkan sedikit saja harga dari apa yang telah dimiliki
orang muda itu: kehidupan berkualitas berdasarkan taurat. Apakah memang benar
demikian? Apakah buktinya? Inilah buktinya:
Yesus
memberikan vonis maut atas diri orang muda itu:
►Matius
19:23 -24 Yesus berkata kepada murid-murid-Nya: "Aku berkata kepadamu, sesungguhnya sukar sekali bagi seorang kaya
untuk masuk ke dalam Kerajaan Sorga. Sekali lagi Aku berkata kepadamu, lebih mudah
seekor unta masuk melalui lobang jarum dari pada seorang kaya masuk
ke dalam Kerajaan Allah."
Jadi,
apakah dengan melakukan hukum Taurat itu ada orang yang dapat masuk ke dalam
kehidupan kekal yaitu kehidupan total
bersama Allah atau masuk ke dalam kerajaan Allah? Tidak sama sekali.
Ketika
orang kaya itu menolak melakukan perintah Allah –padahal kunci hidup kekal
adalah melakuan segala perintah Allah- maka disitulah si anak muda itu menolak
bukan saja untuk menjual segala hartanya tetapi yang terpuncak: datang dan
mengikut Yesus. Ingat di sini Yesus sama sekali tak berbicara ikutilah gaya hidupku, tetapi ikutlah Aku
yang bermakna lakukan semua yang kuperintahkan. Perintah-Nya bukan sebuah gaya
hidup tetapi kebenaran yang jika ditolak: tidak akan masuk ke dalam kerajaan
Allah.
Ini
sebuah kebenaran yang menggemparkan bagi para murid yang mengenal hukum Taurat dan baru saja mendengarkan bagaimana
Yesus sama sekali tak memberikan nilai pada pencapaian kehidupan yang melakukan
perintah Allah. Memang melakukan perintah Allah, namun tak akan pernah itu
menjadi jala menuju hidup kekal. Hanya Allah yang dapat mengatasi kegemparan
dan kebuntuan atau kemustahilan ini:
►Matius
19:25- Ketika murid-murid mendengar itu, sangat gemparlah mereka dan berkata:
"Jika demikian, siapakah yang dapat diselamatkan?" Yesus memandang
mereka dan berkata: "Bagi manusia hal ini tidak mungkin,
tetapi bagi Allah segala sesuatu mungkin."
Apakah
yang yang dimaksudkan Yesus dengan “Bagi manusia hal ini tidak mungkin?[ ini Yesus yang menyatakan!]” Apakah
ini sebuah sinisme? Bukan ini adalah kebenaran, bahwa tidak mungkin bagi manusia untuk masuk ke dalam kehidupan
kekal dengan jalan melakukan perintah Tuhan-hukum Taurat itu, dikarenakan hukum Taurat tidak berkuasa untuk membebaskan
manusia dari ikatan-ikatan dunia-maut, namun menunjukan bahwa manusia tak
berdaya dan bergantung total pada tindakan Allah: bagi Alah segala sesuatu mungkin!
Di sini Yesus
menyatakan dirinya sebagai satu-satunya jalan menuju kehidupan kekal,
sebagaimana yang ditanyakan oleh anak muda tadi.
Yesus pada pengajaran
selanjutnya menegaskan kebenaran ini, bahwa tidak pernah kualitas hidup tinggi yang dikejar dengan melakukan hukum
Taurat dapat menjadi sebuah jalan
keselamatan atau jalan menuju kehiupan kekal atau jalan pindah dari zoen yang di dalam maut ke zoen yang berada
di dalam hidup kekal. Hanya Yesus saja.
Perhatikanlah
penegasan Yesus ini:
▬▬Matius 19:27 Lalu Petrus menjawab dan
berkata kepada Yesus: "Kami ini
telah meninggalkan segala sesuatu dan mengikut Engkau; jadi apakah yang akan kami peroleh?"
Perhatikan, Petrus
memang telah meninggalkan jala dan perahunya tetapi harus dicamkan bahwa itu
semua mampu dilakukannya karena Yesus memilih dirinya, telah memandangnya dari
kejauhan:
►Matius
5:1-11 Pada suatu kali Yesus berdiri di pantai danau Genesaret,
sedang orang
banyak mengerumuni Dia hendak mendengarkan firman Allah. Ia melihat dua
perahu di tepi pantai. Nelayan-nelayannya telah turun dan sedang
membasuh jalanya. Ia naik ke dalam salah satu perahu itu, yaitu perahu Simon, dan menyuruh
dia supaya menolakkan perahunya sedikit jauh dari pantai. Lalu Ia duduk dan
mengajar orang banyak dari atas perahu. Setelah selesai berbicara, Ia berkata
kepada Simon: "Bertolaklah ke tempat yang dalam dan tebarkanlah
jalamu untuk menangkap ikan." Simon menjawab: "Guru, telah sepanjang
malam kami bekerja keras dan kami tidak menangkap apa-apa, tetapi karena Engkau
menyuruhnya, aku akan menebarkan jala juga." Dan
setelah mereka melakukannya, mereka menangkap sejumlah besar ikan, sehingga
jala mereka mulai koyak. Lalu mereka memberi isyarat kepada teman-temannya di
perahu yang lain supaya mereka datang membantunya. Dan mereka itu datang, lalu
mereka bersama-sama mengisi kedua perahu itu dengan ikan hingga hampir
tenggelam. Ketika Simon Petrus melihat hal itu iapun tersungkur di depan
Yesus dan berkata: "Tuhan,
pergilah dari padaku, karena aku ini seorang
berdosa." Sebab ia dan semua orang yang
bersama-sama dengan dia takjub oleh karena banyaknya ikan yang mereka tangkap; demikian
juga Yakobus dan Yohanes, anak-anak Zebedeus, yang menjadi teman Simon. Kata
Yesus kepada Simon: "Jangan takut, mulai dari sekarang engkau akan menjala
manusia." Dan sesudah mereka menghela perahu-perahunya ke
darat, merekapun
meninggalkan segala sesuatu, lalu mengikut Yesus.
Meninggalkan
segala sesuatu dan mengikut Yesus telah dimulai oleh Yesus. Pertama-tama
ditengah-tengah kerumunan orang banyak, matanya memandang kepada dia yang
dikehendakinya untuk dipilihnya menjadi murid atau pengikut-Nya diantara begitu
banyak yang ingin mendengarkan firman-Nya. Kedua, Yesus menyingkapkan siapakah
diri-Nya sebab ia berkenan menyingkapkan siapakah diri-Nya yaitu Sang Kudus
sehingga inilah yang terjadi pada Petrus: “Tuhan, pergilah dari padaku, karena
aku ini seorang berdosa.” Saat Petrus berkata bahwa dirinya seorang berdosa
kepada Yesus dan meminta-Nya pergi, maka Petrus sedang menyatakan bahwa Yesus
tak pantas bagi orang berdosa seperti dirinya. Tersungkur didepan Yesus, ini
bukan menunjukan Yesus sebagai orang baik atau tak berbuat dosa semata,
tetapi dia memang begitu kudus, sebab siapakah yang dapat tahan di hadapan
Allah yang kudus: “Jika Engkau, ya TUHAN, mengingat-ingat kesalahan-kesalahan,
Tuhan, siapakah yang dapat tahan?- Maz 130:3”
Dan Petrus bertanya:
apakah yang akan kami peroleh, setelah itu? Jawaban Yesus ini melebihi jawaban
Yesus kepada si orang muda tadi: mendapatkan harta di sorga. Mengapa? Karena
jawaban Yesus ini hendak menunjukan
bahwa Ia adalah pengenap kebenaran dalam Taurat dan satu-satunya kebenaran,satu-satunya
kekudusan dan satu-satunya terang yang membawa manusia ke dalam hidup kekal
dari Allah di dunia ini:
▬Matius 19:28- 29 Kata Yesus kepada
mereka: "Aku berkata kepadamu, sesungguhnya pada waktu penciptaan kembali,
apabila Anak Manusia bersemayam di takhta kemuliaan-Nya, kamu, yang telah
mengikut Aku, akan duduk juga di atas dua belas takhta untuk menghakimi kedua belas suku
Israel. Dan setiap orang yang karena nama-Ku meninggalkan rumahnya,
saudaranya laki-laki atau saudaranya perempuan, bapa atau ibunya, anak-anak
atau ladangnya, akan menerima kembali seratus kali lipat dan akan memperoleh hidup yang kekal.
Dua hal besar sekaligus ditunjukan
Yesus: pertama, kebenaran diri-Nya
berkuasa menentukan kekekalan yang seperti apakah yang akan dinikmati setiap
manusia. Jika manusia itu menerima dirinya dan kebenarannya sehingga melakukan
segala kebenaran yang diajarkan dan diperintahkan-Nya, maka ia akan memperoleh
hidup kekal. Di sini, tak ada jalan
di luar dirinya yang dapat menuju ke hidup kekal; kedua: Israel harus menerima
kebenaran bahwa Yesus adalah Sang Mesias yang dijanjikan Allah sejak nabi-nabi
perjanjian lama sebagaimana yang dikehendaki Yesus untuk disampaikan ke seluruh
manusia di bumi dengan konsekuensi maut dalam menolak [Lukas 24:45-49], tak ada
sedikitpun kebenaran yang membawa ke hidup kekal dengan melakukan Taurat, namun
hanya menerima Yesus sebagai yang
berkuasa memerdekakan atau membebaskan zoen seorang manusia dari maut dan
membawa masuk ke dalam hidup kekal. Ini memang sukar dan akan dianggap
menggelikan atau gila, mengapa bangsa yang memiliki Taurat sama sekali tak
masuk surga.
Ada
2 yang menjadi dasar bagi kita saat ini.
Pertama:
Yesus sudah mengatakan sekalipun orang muda itu melakukan Taurat secara
sungguh-sungguh sejak masa mudanya, namun karena menolak perintah Yesus termasuk
datang kepadanya, Ia telah memperhitungkannya sebagai mustahil masuk ke dalam
kehidupan kekal, sebagaimana dimaui si orang
muda tadi. Kedua, Paulus secara tajam berkata begini:
►Roma
9:1-4 Aku mengatakan kebenaran dalam Kristus, aku tidak berdusta. Suara hatiku
turut bersaksi dalam Roh Kudus, bahwa aku sangat berdukacita dan selalu
bersedih hati. Bahkan, aku mau terkutuk dan terpisah dari Kristus demi
saudara-saudaraku, kaum sebangsaku secara jasmani. Sebab mereka adalah orang
Israel, mereka telah diangkat menjadi anak, dan mereka telah menerima
kemuliaan, dan perjanjian-perjanjian, dan hukum Taurat, dan ibadah, dan
janji-janji.
Ini
adalah jiwa yang hancur memandang sebangsanya menolak Yesus sebagai Mesias
mereka. Lebih lanjut Paulus menunjukan betapa itu sebuah kesedihan dan bukan
sebuah kebahagiaannya, namun dalam itu semua Allahlah yang berkuasa untuk
menggenapi maksud-Nya sejak semula yang sama sekali tak berdasarkan kebangsaan:
Roma
9:6-8 Akan tetapi firman Allah tidak mungkin gagal. Sebab tidak semua orang
yang berasal dari Israel adalah orang Israel, dan juga tidak semua yang
terhitung keturunan Abraham adalah anak Abraham, tetapi: "Yang berasal
dari Ishak yang akan disebut keturunanmu." Artinya: bukan anak-anak menurut daging adalah anak-anak Allah, tetapi
anak-anak perjanjian yang disebut keturunan yang benar.
Penolakan
Israel tak dapat dikatakan sebagai kegagalan Allah, karena sejak semula
keselamatan bagi bangsa pilihan-Nya dan pilihan-Nya bukan berdasarkan
kedagingan atau keisraelan-tetapi berdasarkan pada firman dan perjanjian-Nya
bagi siapa Ia kehendaki. Musa sendiri, bahkan, menunjukan bahwa keisraelan
bukan dasar keselamatan dan kegenapan janji Allah di dunia ini –apakah berhasil
ataukah gagal:
Roma
9:15 Sebab Ia berfirman kepada Musa: "Aku akan menaruh belas kasihan kepada siapa
Aku mau menaruh belas kasihan dan Aku akan bermurah hati kepada siapa
Aku mau bermurah hati."
Mahkota
tunggal kebenaran ini adalah bahwa Yesus adalah terang itu, bukan hidup berkualitas tinggi
berdasarkan taurat dan apalagi jalan agar zoen seorang manusia lepas dari maut
dan masuk ke dalam hidup kekal karena melakukan Taurat. Kebenaran inilah yang
menghakimi segenap manusia, termasuk juga akan menghakimi penolakan yang
dilakukan oleh orang-orang Yahudi yang menolak Yesus sebagai jalan menuju hidup kekal yang
telah datang sebagaimana Kitab suci menyatakannya. Perhatikanlah ini:
Matius
19:28 apabila
Anak Manusia bersemayam di takhta kemuliaan-Nya, kamu, yang telah
mengikut Aku, akan duduk juga di atas dua belas takhta untuk menghakimi kedua belas suku Israel.
Bersambung ke 5E
AMIN
Segala
Pujian Hanya Kepada TUHAN
The cross
transforms present criteria of relevance: present
criteria of relevance do not transform the cross
[dari
seorang teolog yang saya lupa namanya]
No comments:
Post a Comment