Oleh: Martin Simamora
Karena Kuasa IlahiNya Telah Menganugerahkan (2)
Bacalah lebih dulu bagian 1
Sementara
Petrus sangat menekankan kemegahan dan kemuliaan kasih karunia dan kebergantungan
total setiap orang percaya kepada kasih
karunia, tak berarti dia memandang persoalan
pertumbuhan atau kedewasaan orang
percaya untuk merefleksikan kebenaran kasih karunia yang bekerja di dalam diri orang percaya
sebagai sebuah persoalan yang selesai dengan sendirinya atau dengan kata lain:
sama sekali Petrus tidak pernah mengatakan bahwa kasih karunia membuat seorang
Kristen tidak akan lagi mengalami masalah-masalah kedagingan yang masih mendera
setiap diri orang percaya dimana orang percaya sekalipun telah mengambil bagian
dalam kodrat ilahi tetap harus berjuang menaklukan masalah yang masih tersisa itu. Pada titik inilah kerap
dipersengketakan: (1)apakah orang percaya
itu melakukan perjuangan olehnya sendiri? dan (2)apakah efektifitas dan konsistensi perjuangannya turut menentukan
efektifitas, kepastian dan bahkan kelanggengan keselamatannya hingga ke sorga?
Dengan kata lain grafik gagal sukses
perjuangan melawan kedagingan mencerminkan fluktuasi kepastian keselamatanmu
sendiri, telah menjadi pandangan yang
menggugat kemuliaan dan kekuatan kasih karunia keselamatan yang datang dari
Tuhan.
Kita, pada
bagian ini, dalam cara yang pokok, akan melihat bahwa kebergantungan total pada kasih karunia
justru membuat setiap orang percaya memiliki 2 hal yang sekaligus menyanggah 2
pandangan diatas tadi, yaitu pada faktanya: (1)sumber daya atau kekuatan orang percaya bersumber dari Tuhan dan dengan
demikian andal, dan (2) karena itu memberikan penjaminan yang kokoh, andal dan ilahi baginya untuk penuh
keyakinan menaklukan kedagingan-kedagingannya
waktu demi waktu, hari demi hari dan dalam setiap momen tanpa perlu
berputus asa atau frustrasi akan kegagalan-kegagalan dalam kehidupan di
dunia yang penuh dengan tantangan,
kesukaran dan godaan sekaligus di dalam keterbatasan orang percaya di dalam
tubuh dagingnya (bandingkan dengan 1 Korintus 10:13, 2 Petrus
2:9).
Dan Petrus
menyatakan hal ini dalam sebuah statement yang teramat kokoh:
2 Petrus 1:4Dengan jalan itu Ia telah menganugerahkan kepada kita janji-janji yang berharga dan yang sangat besar, supaya olehnya kamu boleh mengambil bagian dalam kodrat ilahi, dan luput dari hawa nafsu duniawi yang membinasakan dunia.
Apa yang
dimaksud dengan jalan itu atau
literalnya (Pulpit Commentary)
“melalui hal-hal tersebut” dalam ayat
4 tersebut? Untuk mengetahuinya maka kita harus melihat kembali pada ayat 3 sebelumnya:
Karena kuasa ilahi-Nya telah menganugerahkan kepada kita segala sesuatu yang berguna untuk hidup yang saleh (1)oleh pengenalan kita akan Dia, yang telah memanggil kita oleh kuasa-Nya yang mulia dan ajaib(2).
Setidaknya
ada 2 hal
pada ayat 3 yang terlihat sebagai
“dengan jalan itu” dan pada yang manapun
maka “dengan jalan itu” sepenuhnya
berkaitan dengan apa yang Tuhan lakukan pada manusia secara total dan absolut
dan tiada porsi sama sekali pada manusia sebab “menganugerahkan” dan “memanggil
oleh kuasaNya yang mulia dan ajaib” secara pasti berbicara apa yang
dilakukan oleh Pihak Tuhan sama sekali.
Namun kelihatannya
“telah
memanggil kita oleh kuasaNya yang mulia dan ajaib” adalah merujuk pada “dengan jalan itu - ayat4” dapat
secara lebih baik dan efektif untuk menjelaskan terkait “telah menganugerahkan kepada
kita janji-janji yang berharga dan yang sangat besar.” Sehingga kita dapat mengatakan: “Dengan cara memanggil kita oleh kuasaNYa yang mulia dan ajaib maka kita telah menerima janji-janji yang berharga dan yang sangat besar, sebagai
sebuah pemberian!” [Bicara janji-janji yang berharga maka kita juga diingatkan
dengan 1 Petrus 1:7,9]
Perhatikan
bahwa ”telah menerima janji”
berkait erat dengan “memanggil kita dengan kuasaNya.” Janji-janji di sini tidak lepas dari kasih karunia yang memanggil
setiap orang percaya sejati. Tak ada yang dapat menerima janji-janji itu tanpa
seseorang mengalami “dipanggil oleh
kuasaNya yang mulia dan ajaib.” Sehingga janji-janji di sini pasti
sepenuhnya bergantung pada tindakan Tuhan untuk menggenapinya; sehingga dapat
dikatakan bahwa janji-janji tersebut adalah
pasti dipenuhi dalam sebuah kepastian yang absolut.
Janji-janji
itu mengerjakan sesuatu di dalam diri orang percaya dan pasti harus telah
melakukan sesuatu sehingga Petrus berani menuliskan hal berikut ini :
supaya olehnya kamu boleh mengambil
bagian dalam kodrat ilahi,
dan luput
dari hawa nafsu duniawi yang membinasakan
dunia.
Menerima janji-janji
berharga dan sangat besar itu
MENGAKIBATKAN orang percaya itu dapat mengambil bagian dalam kodrat ilahi dan luput dari hawa nafsu dunia.
Sekarang
inilah fondasi kemampuan orang
percaya untuk dapat melakukan perjuangan melawan kedagingannya sehingga dia
dapat mengalami kebangkitan demi kebangkitan dan kedewasaan demi kedewasaan dan
kesalehan demi kesalehan dalam perjalanan hidupnya di dunia yang dijejali oleh
hawa nafsu duniawi yang membinasakan dunia!
Fondasi inilah yang menolak ajaran dan pandangan bahwa orang
percaya harus melakukan bagiannya secara mandiri berjuang melawan
keinginan-keinginan dagingnya sehingga berdasarkan fakta manusiawi ini dikatakan bahwa
keselamatan itu belum dimiliki sebagai sebuah kepastian namun masih berupa
potensi yang harus digenapi oleh manusia agar selamat. Sebuah cara
menggugat efektiftitas karya penebusan
Yesus di kayu salib yang menghujat pada jantung maksud Allah mengorbankan
AnakNya yang tunggal itu (Yohanes 3:16)
Fondasi yang
dimaksud sehingga orang Kristen dapat berjuang melawan keinginan daging hingga
memiliki kepastian pada finalitasnya: lepas
dari perbudakan hawa nafsu yang membinasakan dunia, adalah “mengambil bagian dalam kodrat ilahi.”
Petrus sejak semula sudah memberikan
sinyal kuat bahwa orang percaya mutlak bergantung pada kasih karunia yang total. Maka dalam
berjuang melawan keinginan daging sebagai orang percaya, tak bisa tidak, juga
harus berakar pada kasih karunia. Tetapi
kasih karunia yang bagaimana? Jawabnya: anda
boleh mengambil bagian dalam kodrat ilahi. Kodrat ilahi! Bisakah manusia
fana mengusahakan sebuah kodrat ilahi bagi dirinya sendiri? Perlunya manusia
mengambil bagian Kodrat ilahi mengindikasikan secara gamblang bahwa manusia tak
berdaya oleh dirinya yang fana itu untuk melawan hawa nafsu duniawi,
sebagaimana manusia membutuhkan Yesus sebagai penebus dari perbudakan dosa,
maka selamanya dalam hidup orang percaya tebusan itu senantiasa membutuhkan
perbuatan-perbuatan ajaib Yesus di dalam dirinya, selalu kita membutuhkan tindakan kasih karunia Tuhan termasuk dalam perjalanan iman kita untuk
menjadi seperti yang dikehendaki Bapa. Bicara kodrat ilahi maka menarik untuk memperhatikan apa yang Yesus pernah
katakan:
Yohanes 12:36 Percayalah kepada terang itu, selama terang itu ada padamu, supaya kamu menjadi anak-anak terang."
Yesus sedang
menunjuk pada dirinya sendiri adalah
terang (Yohanes 8:12) yang dapat membuat atau menjadikan orang-orang
percaya menjadi anak-anak terang. Perhatikan istilah “anak-anak terang” yang
merujukan sebuah kesatuan antara terang dan anak-anak terang dalam sebuah
relasi : Bapa Terang (Yesus) dan anak-anakNya atau orang-orang yang percaya kepadanya yang adalah anak-anak terang. Dilahirkan dari Yesus menjadi anak Terang!. Pada 12:36, Yesus mengatakan selama terang itu ada padamu,
kamu menjadi
anak-anak terang. Sehingga menjadi
anak-anak terang bukan sebuah proses atau melalui sebuah prosedur namun menjadi anak-anak terang adalah
sebuah hal yang selesai manakala
seseorang memiliki Yesus!
Ketika
Petrus mengatakan “mengambil bagian dalam
kodrat ilahi” maka jelas itu bukan sebuah proses atau melalui
prosedur tertentu namun sebagai hal yang telah selesai terjadi oleh sebab menerima janji-janji
yang berharga dan sangat besar itu. Tepat sebagaimana menjadi anak-anak
terang sebagai akibat Yesus adalah terang ada didalam diri orang
percaya maka orang percaya itu dilahirkan sebagai anak-anak, yaitu
anak-anak terang. Sebuah kodrat ilahi telah menjadi milik orang-orang percaya.
Dan inilah
yang menjadi fondasi seorang percaya
dapat berjuang selama di dunia ini menolak dan melawan segala bentuk
kelemahan-kelemahan dagingnya dan inilah
yang menjadi fondasi setiap orang percaya untuk senantiasa dapat bangun dari kegagalan-kegagalan atau kejahatan-kejahatan
atau dosa-dosa yang masih mungkin dialaminya sebagai konskeuensi hidup sebagai anak terang dalam tubuh
daging atau hidup mengambil bagian dalam
kodrat ilahi dalam tubuh daging ini.
Tanpa
mengenakan kodrat ilahi maka sumber
kekuatan perjuangan orang percaya sepenuhnya pada dirinya sendiri dan itu
menyukarkan untuk berjuang pada diri sendiri tanpa dilahirkan menjadi anak-anak terang atau tanpa mengambil bagian kodrat ilahi itu. Dengan kata lain dasar
perjuangan dan sumber kekuatanmu untuk berjuang menaklukan kedagingan adalah
tindakan kasih karunia yang total dari Tuhan.
Apa yang pasti dan telah selesai
adalah : bahwa
engkau sudah dilahirkan menjadi anak-anak terang atau sudah mengambil kodrat ilahi. Apa yang belum selesai adalah: anda
sebagai orang percaya akan masih menghadapi berbagai tantangan dan perjuangan melawan keinginan daging dalam
sebuah kepastian janji-janji dari Tuhan yang telah memberikan bagimu sehingga engkau tidak
binasa!
Berbicara
kepastian maka berbicara sebuah penjaminan. Membicarakan janji-janji berharga
maka sangat bernilai untuk melihat dan membandingkan pada Efesus 1:13-14:
(13)Di dalam Dia kamu juga--karena kamu telah mendengar firman kebenaran, yaitu Injil keselamatanmu--di dalam Dia kamu juga, ketika kamu percaya, dimeteraikan dengan Roh Kudus, yang dijanjikan-Nya itu.(14) Dan Roh Kudus itu adalah jaminan bagian kita sampai kita memperoleh seluruhnya, yaitu penebusan yang menjadikan kita milik Allah, untuk memuji kemuliaan-Nya.
Sama
seperti “mengambil bagian kodrat ilahi” sebagai
akibat menerima janji-janji merupakan sebuah
hal yang telah selesai terjadi pada diri orang percaya; sama seperti
menjadi anak-anak terang adalah hal yang telah selesai dan bukan merupakan
proses sebab menjadi anak-anak terang
terjadi karena dilahirkan oleh terang itu sendiri; maka pada Efesus kita
melihat bahwa “ketika percaya maka kamu dimeteraikan” sehingga ini bukan sebuah
proses, dan Roh Kudus adalah Dia yang telah menjadi janjiNya yang pasti
dan Dia yang telah dijanjikan itu telah
melakukan sebuah hal yang pasti dan hanya dapat dilakukan atau dipenuhi oleh
Tuhan, yaitu: jaminan bagian kita SAMPAI
MEMPEROLEH SELURUHNYA. Jadi memang secara faktual kita belum menerima
aktualisasi total sebagai buah-buah
janji tersebut, namun apa yang belum berbuah pada diri orang percaya itu sudah dijaminkan untuk diperoleh seluruhNya. Dan perhatikan
bahwa penjamin atas semua yang sudah diterima dan belum diterima oleh kita
sebagai orang percaya di dunia ini adalah Roh Kudus, Tuhan itu sendiri.
Pandangan
Sesat: “Asal Percaya Maka Selamat Adalah
Sebuah Kebodohan” Telah Disanggah Petrus
Petrus pada ayat
berikutnya pun akan menunjukan perihal ini dalam sebuah cara yang unik dan
secara kuat. Apa yang saya maksud dengan situasi semacam ini? Ini berkaitkan
dengan eksistensi iman pada orang percaya adalah HASIL KARYA ATAU KREASI KUASA
KASIH KARUNIA ALLAH SEBAGAI SEBUAH PERWUJUDAN MULIA KASIH ALLAH YANG BEGITU
BESAR DI DALAM YESUS KRISTUS.
Ketika saya
mengatakan hal ini maka saya dapat mengatakan bahwa siapapun orang Kristen yang
mengatakan “adalah kebodohan yang sangat
mematikan beranggapan asal percaya maka selamat.” Mengatakan demikian maka
memang “percaya” telah digambarkan
sebagai proses kognitif atau penalaran belaka pada diri manusia dan bukan sebuah proses Terang yang hadir di dalam
diri manusia untuk mencelikan kebutaan, untuk menyingkapkan nurani dari
kegelapan, dan untuk mengubah secara dramatis dan totalitas keberadaan orang
tersebut dari gelap kepada terang (Bacalah 1 Petrus 2:9 !)
Ketika pendeta, penginjil, hamba Tuhan berkata bahwa
“asal percaya maka selamat adalah sebuah kebodohan atau dalam bahasa yang diperhalus : "keliru,” maka
jelas dia tidak pernah memahami apa yang dimaksud Yesus sebagai percaya pasti
merupakan sebuah relasi antara diriNya dan orang percaya, perhatikan pernyataan
Yesus ini:
Yohanes 10:27-28(27) Domba-domba-Ku mendengarkan suara-Ku dan Aku mengenal mereka dan mereka mengikut Aku,(28) dan Aku memberikan hidup yang kekal kepada mereka dan mereka pasti tidak akan binasa sampai selama-lamanya dan seorangpun tidak akan merebut mereka dari tangan-Ku.
Inilah
kehidupan domba-domba atau kehidupan orang percaya menurut Yesus.
Sekarang, perhatikan hal-hal spektakuler yang lahir dari diri Yesus dan bukan dari diri manusia!(1)Yesus mengenal domba-dombaNya(2)Yesus memberikan hidup yang kekal(3)Yesus memastikan bahwa mereka tidak akan binasa sampai selama-lamanya(4)Yesus memastikan tidak ada seorangpun dapat merebuat mereka dari tanganNYa
Kemudian, perhatikan apa yang bisa dilakukan oleh pihak domba-domba atau orang-orang percaya sejati:(1)Mendengarkan suara Yesus (sekarang kita, di saat ini, mendengarkan suara Yesus melalui mendengarkan firman Tuhan atau khotbah firman Tuhan)(2)Mengikut Yesus
Perhatikan
bahwa yang bisa dilakukan oleh orang percaya hanyalah “mendengar dan mengikut.”
Mengapa mengikut? Sebab telah mendengarkan. Mendengarkan apa? Mendengarkan
firman Yesus? Mengapa mendengar firmannya anda dapat mengikutNya? Sebab mendengarkan firman di sini adalah mendengarkan firman yang pasti
menghasilkan sebuah pengikutan karena ini terkait pada 4 hal yang dilakukan
oleh Yesus dan tidak dapat sama sekali dilakukan oleh manusia. Dengan kata
lain, orang Kristen dalam pandangan dunia terlihat “hanya percaya dan berkata
selamat,” dan tidak dapat melihat 4 hal tersebut sebab mereka tidak dapat melihat apa yang dapat Yesus
lakukan sebab mereka tidak mengenal Yesus. Mereka buta sekaligus tuli. Saya
dapat dengan yakin berkata bahwa pendeta atau hamba Tuhan, atau penginjil yang
berpandangan “asal percaya maka selamat adalah kebodohan” merupakan orang-orang
buta dan tuli akan siapakah Yesus. Namun yang paling menguatirkan mereka adalah
para penyesat yang sedang bekerja di dalam gereja Tuhan sebagaimana Yesus
sendiri telah memprediksikannya (bacalah: Lukas 17:1-2, Matius 18:6-7, Markus
9:42, Matius 24:24). [Perlu menjadi catatan serius bahwa terkait Yohanes 10:27-28 mengenai penjaminan
keamanan keselamatan orang percaya dikatakan oleh Yesus sebagai kehendak Bapa
sendiri Yohanes 6:37-39, anda juga bisa membaca “ PikiranKu bukan Pikiranmu (5): Pemilihan oleh Bapa Di Sepanjang Abad.”]
Dengan
bahasa sederhana bahwa percayanya orang Kristen tidak bisa dikatakan “asal
percaya” seolah seorang menjadi Kristen
hanya dengan mengucapkan sebuah formula doa seperti memang banyak terlihat di
acara-acara KKR, sehingga terkesan sebagai sebuah produk aktifitas manusia (walau saya percaya bahwa dalam acara semacam
itu sangat mungkin terjadi ada sebuah karya kasih karunia sejati berlangsung)
atau seolah seorang menjadi Kristen
karena dia berperilaku dalam “budaya” Kristen atau merupakan hasil persuasi
untuk menerima kebenaran Kristen di dalam intelektualitasnya SAJA, bukan
merupakan PERISTIWA MULIA DAN AJAIB. Bila ini yang anda pahami maka percaya jenis ini adalah mematikan dan bukan
yang diperkenalkan oleh Injil.
Tetapi walau
demikian, “Asal percaya” oleh karena manusia hanya melakukan 2 poin dan Tuhan
melakukan 4 poin seperti saya kemukakan di atas pun dianggap sebagai omong
kosong. Inilah hal yang jauh lebih menakutkan sebab dengan demikian mereka
menjadi penghujat-penghujat kasih karunia Tuhan tanpa rasa gentar sedikitpun
namun dalam sebuah kebanggaan intelektualitas dan jiwa yang sedang menakar
kemuliaan dan keajaiban kasih karunia Tuhan.
Sekarang,
kita telah mengetahui bahwa Petrus sangat percaya dengan “Asal percaya” oleh kasih karunia yang mulia dan ajaib,
bukan hasil “budaya” manusia. Dan
sekarang kita akan melihat sebuah kehidupan otentik seorang Kristen
yang bergantung total pada kasih karunia
belaka dan bukan pada kekuatan dirinya. Apa yang akan anda baca ini merupakan pesan seorang rasul yang merasakan dirinya sudah dekat
dengan ambang pintu kematian untuk masuk
ke rumah Bapanya di sorga. Sehingga
dapat dikatakan ini merupakan sebuah wasiat kepada jemaatnya yang
berisikan “warisan rohani” seorang rasul kepada jemaatnya, mari kita baca
bersama-sama:
2Petrus 1:5-13(5)Justru karena itu kamu harus dengan sungguh-sungguh berusaha untuk menambahkan kepada imanmu kebajikan, dan kepada kebajikan pengetahuan,(6) dan kepada pengetahuan penguasaan diri, kepada penguasaan diri ketekunan, dan kepada ketekunan kesalehan,(7) dan kepada kesalehan kasih akan saudara-saudara, dan kepada kasih akan saudara-saudara kasih akan semua orang.(8) Sebab apabila semuanya itu ada padamu dengan berlimpah-limpah, kamu akan dibuatnya menjadi giat dan berhasil dalam pengenalanmu akan Yesus Kristus, Tuhan kita.(9) Tetapi barangsiapa tidak memiliki semuanya itu, ia menjadi buta dan picik, karena ia lupa, bahwa dosa-dosanya yang dahulu telah dihapuskan.(10) Karena itu, saudara-saudaraku, berusahalah sungguh-sungguh, supaya panggilan dan pilihanmu makin teguh. Sebab jikalau kamu melakukannya, kamu tidak akan pernah tersandung.(11) Dengan demikian kepada kamu akan dikaruniakan hak penuh untuk memasuki Kerajaan kekal, yaitu Kerajaan Tuhan dan Juruselamat kita, Yesus Kristus.(12) Karena itu aku senantiasa bermaksud mengingatkan kamu akan semuanya itu, sekalipun kamu telah mengetahuinya dan telah teguh dalam kebenaran yang telah kamu terima.(13) Aku menganggap sebagai kewajibanku untuk tetap mengingatkan kamu akan semuanya itu selama aku belum menanggalkan kemah tubuhku ini.
Bagian ini
kerap dipahami sebagai keselamatan tidak bisa didasarkan dengan “asal percaya maka selamat,” namun
haruslah dibangun di atas dasar kehidupan saleh yang harus dibangun penuh disiplin (maksudnya bersumber dari kekuatan dirimu
sendiri sebagai wujud tanggungjawan yang lepas dari kasih karunia sama sekali)
dan dapat dipahami sebab pandangan ini adalah
buah alami dari kesesatan dalam pandangan “percaya pada Yesus” menurut Yesus sendiri.
Terutama jika anda membaca ayat 5-10 dengan mengabaikan:
(1) Justru
karena itu, yang
sebenarnya menjadi dasar setiap orang
percaya untuk melakukannya. Dan anda hanya dapat memahami “justru karena itu”
dengan setidak-tidaknya membaca ayat 4 yang telah kita pelajari di atas tadi.
Dengan bahasa singkat, anda dapat melakukan ayat 5-10 setelah anda “mengambil
bagian dalam kodrat ilahi,” atau dengan kata lain anda melakukannya bukan
dengan kekuatan jiwa dan pikiranmu sendiri!
“Kodrat Ilahi” yang anda kenakan inilah yang membuat anda menjadi giat
dan berhasil dalam pengenalanmu akan
Yesus Kristus yang telah duduk disebelah kanan
YANG MAHA BESAR ditempat yang tinggi!
(2) Karena itu berusahalah
sungguh-sungguh, supaya panggilan dan pilihanmu makin teguh . Anda ingin tahu bagaimana “moralitas”
orang yang hidup total dari dan bagi
kasih karunia? Anda baru saja melihat “menara emas moralitas” yang dilahirkan
oleh kasih karunia yaitu sebuah sikap positif yang terang benderang :”berusahalah sungguh-sungguh, supaya
panggilan dan pilihanmu makin teguh.” Seperti saya katakan anda tidak dapat
melihat apa yang dikerjakan oleh kasih karunia itu didalam diri orang percaya,
atau dengan kata lain anda tidak dapat melihat apa kemegahan “asal percaya
Yesus maka selamat” kecuali kasih karunia melakukan sebuah karya didalam diri
orang percaya itu sehingga melahirkan buah-buah kebenaran pada diri orang-orang
benar. Sehingga, sekali lagi, saya dapat mengatakan bahwa tudingan bahwa orang
Kristen yang bergantung total pada kasih karunia menjadi biang borok moralitas
Kekristenan adalah sebuah kesalahan fatal dan sekaligus menyesatkan kala anda
mengajarkannya!
(3)Bagi saya
ini adalah Poin Emas nan penting terkait tudingan sesat terhadap kebergantungan
pada kasih karunia: barangsiapa
tidak memiliki semuanya itu, ia menjadi buta dan picik,
inilah moralitas rohani “asal percaya Yesus maka selamat” yang sejati. Tidak pernah terjadi orang-orang Kristen yang
bergantung total pada kasih karunia total sebagaimana Yesus sendiri kemukakan
malah melahirkan sebuah kematian moralitas atau kematian kesadaran akan
pentingnya kehidupan saleh. Sebaliknya, Petrus yang bergantung total kasih karunia yang mulia dan
ajaib itu malah dapat berkata “barangsiapa tidak memiliki semuanya itu (ayat 5-8),
menjadi buta dan picik. Namun tetap harus dicamkan bahwa buta dan picik di sini
terkait dengan pengenalan akan Yesus Kristus (ayat 8). Melakukan sebuah
kehidupan ayat 5-8 sebagai orang yang telah mengambil bagian kodrat ilahi
adalah sebuah kehidupan sebagaimana Yesus
kala hidup di dalam dunia ini dalam segala pergumulannya SEBAGAI ANAK
ALLAH untuk melakukan kehendak BapaNya. Maka dengan anda melakukan ayat 5-8
anda sedang melakukan sebuah pergumulan
di dunia ini sebagai ANAK-ANAK ALLAH, bukan sebagai orang yang sedang berjuang
untuk menjadi anak-anak Allah. Apa yang membedakan kita dengan Yesus adalah
soal kesempurnaan. Yesus sempurna secara mulia dan ilahi dalam memenuhi
kehendak BapaNya, sementara kita berhasil secara KASIH KARUNIA sebab kita tidak
memiliki secara mandiri kodrat ilahi itu sebagaimana Yesus yang adalah ilahi,
kita bergantung total pada kodrat ilahi yang telah diberikan kepada kita untuk dapat berhasil,
sementara tubuh daging ini tidak akan pernah lenyap selama kita masih hidup di
dunia ini.
(4)Dikaruniakan. Yang luar biasa bahwa sekalipun anda melakukan ayat
5-8 tidak menjadi sebuah syarat untuk memiliki HAK PENUH MEMASUKI KERAJAAN
SORGA namun tetap sebuah pemberian belaka untuk memiliki hak penuh itu. Ini
dapat dimengerti sebab sejak semula adalah kasih karunia dan karena dalam prosesnya pun merupakan kasih
karunia maka kasih karunia itu sendiri saja yang diperhitungkan sebagai yang berjasa sehingga kasih karunia tetap
menjadi pemuncak seorang Kristen sejati memiliki HAK PENUH MEMASUKI KERAJAAN
SORGA.
Saya
memberikan ayat 11 ini pada beberapa versi lain Alkitab bahasa Inggris
sekedar sebagai pembading bagi para pembaca:
King James: For so an entrance shall be ministered unto you abundantly into the everlasting kingdom of our Lord and Saviour Jesus Christ.NIV: and you will receive a rich welcome into the eternal kingdom of our Lord and Savior Jesus Christ.Aramaic Bible in Plain English: For in this way an entrance of the eternal Kingdom of our Lord and Our Savior Yeshua The Messiah is richly given to you.Jubilee Bible 2000 Because in this manner the entrance shall be abundantly administered unto you in the eternal kingdom of our Lord and Saviour Jesus Christ.
Namun,
Petrus sendiri pada akhirnya menegaskan apa maksud dari ayat 5 sampai dengan ayat 11, sebagaimana dia
tuliskan pada ayat 12-13:
1Petrus 1:12-13(12) Karena itu aku senantiasa bermaksud mengingatkan kamu akan semuanya itu, sekalipun kamu telah mengetahuinya dan telah teguh dalam kebenaran yang telah kamu terima.(13) Aku menganggap sebagai kewajibanku untuk tetap mengingatkan kamu akan semuanya itu selama aku belum menanggalkan kemah tubuhku ini.
Kita baru
saja membaca dan mempelajari sebuah peringatan oleh seorang rasul kepada jemaatnya. Apa yang melatari peringatan Petrus ini? Petrus mengatakan “
kewajibanku untuk mengingatkan.” Perhatikan bahwa peran Petrus di sini adalah
mengingatkan. Mengingatkan akan hal apa? Jelas mengingatkan siapakah mereka di
dalam kasih karunia yang mulia dan ajaib
tersebut dan bagaimana kehidupan yang sedang dilahirkan oleh kasih karunia yang
mulia dan ajaib itu. Dengan kata lain, Petrus tidak ingin jemaatnya lalai dalam menghidupi kasih karunia yang
sudah menyelamatkan mereka, oleh tindakan Allah dan oleh Yesus Kristus ( 2Petrus
1;1-2). Peringatan ini wajar harus disampaikan
karena iman yang mereka hidupi itu masih
dalam sebuah tubuh yang daging, bahwa
kemuliaan iman yang dihasilkan Kristus itu masih terbungkus oleh tubuh
daging yang fana itu sehingga Petrus memberi nasehat yang menekankan “eksternalisasi”
iman mulia dan kudus yang telah mereka miliki untuk memancar keluar menembus
tubuh daging mereka dan kembali itu terjadi karena kuasa ilahiNYa yang memang
menganugerahkan kemampuan untuk HIDUP SALEH! (kembali baca 2 Petrus 1:3)
Sehingga
dalam hal ini Petrus tidak hendak mengatakan bahwa keselamatanmu belum genap
atau orang-orang percaya belum memiliki
kepastian untuk masuk ke dalam kerajaan sorga. Bukan sama sekali, Sebaliknya Petrus sedang menegaskan bahwa
orang percaya telah memiliki kekuatan dan penjaminan sebagai orang-orang
tebusan sehingga karenanya harus giat
hidup didalam kehidupan yang penuh kuasa kasih karunia itu. Dan ini jelas dari
perkataannya berikut ini:
sekalipun kamu telah mengetahuinya dan telah teguh dalam kebenaran yang telah kamu terima sebagaimana di dalam 1 Petrus 1:12
Ya..nasehat
yang baru saja kita baca itu, nasehat yang dapat memberi kesan negatif pada
kebergantungan total kasih karunia itu, ternyata disampaikan kepada jemaat atau orang percaya yang telah memiliki
sebuah kepastian yang datang dari Tuhan dan bukan dari dalam diri mereka
sendiri. Itu sebabnya Petrus berkata “sekalipun” dan “telah” yang menunjuk pada fakta rohani sejati dan telah terjadi pada jemaat yang hidup total di dalam kasih karunia.
Petrus, pada
dasarnya, sedang melakukan kewajibannya sebagai seorang rasul, agar kebenaran mulia
ini selalu bergaung di dalam jiwa setiap diri orang percaya dalam sebuah
kebenaran yang utuh dan mulia, dan apa yang jauh lebih menarik bahwa semuanya
ini diperkatakan sebagai sebuah wasiat rohani kepada mereka seolah memang pada
faktanya dia tidak akan lagi pernah berjumpa dan menyampaikan pesan semacam
ini:
1Petrus 2:14-15(14) Sebab aku tahu, bahwa aku akan segera menanggalkan kemah tubuhku ini, sebagaimana yang telah diberitahukan kepadaku oleh Yesus Kristus, Tuhan kita.(15) Tetapi aku akan berusaha, supaya juga sesudah kepergianku itu kamu selalu mengingat semuanya itu. [ Yesus sendiri sudah mempredestinasikan bagaimana Petrus kelak akan mati pada Yohanes 21:18-19]
Sehingga
kita baru saja membaca sebuah wasiat seorang rasul bernama Petrus kepada
jemaatnya. Sebuah wasiat yang menyingkapkan kerja dan karya kasih karunia pada
diri orang percaya sejak permulaan
hingga kesudahannya, yang penuh dengan kesetiaan, didikan atau teguran,
dan pemeliharaan atau penjaminan atas setiap orang yang memang sungguh-sungguh
domba milik Kristus.
Amin
Segala Kemuliaan Hanya Bagi Tuhan
No comments:
Post a Comment