F O K U S

Nabi Daud Tentang Siapakah Kristus

Ia Adalah Seorang Nabi Dan Ia Telah   Melihat Ke Depan Dan Telah Berbicara Tentang Kebangkitan Mesias Oleh: Blogger Martin Simamora ...

0 YUNUS 1:8-17


 

Oleh: Pdt. Budi Asali M.Div

 

YUNUS 1:8-17




Bacalah  lebih dulu bagian 2

Yunus 1:8-17 - “(8) Berkatalah mereka kepadanya: ‘Beritahukan kepada kami, karena siapa kita ditimpa oleh malapetaka ini. Apa pekerjaanmu dan dari mana engkau datang, apa negerimu dan dari bangsa manakah engkau?’ (9) Sahutnya kepada mereka: ‘Aku seorang Ibrani; aku takut akan TUHAN, Allah yang empunya langit, yang telah menjadikan lautan dan daratan.’ (10) Orang-orang itu menjadi sangat takut, lalu berkata kepadanya: ‘Apa yang telah kauperbuat?’ - sebab orang-orang itu mengetahui, bahwa ia melarikan diri, jauh dari hadapan TUHAN. Hal itu telah diberitahukannya kepada mereka. (11) Bertanyalah mereka: ‘Akan kami apakan engkau, supaya laut menjadi reda dan tidak menyerang kami lagi, sebab laut semakin bergelora.’ (12) Sahutnya kepada mereka: ‘Angkatlah aku, campakkanlah aku ke dalam laut, maka laut akan menjadi reda dan tidak menyerang kamu lagi. Sebab aku tahu, bahwa karena akulah badai besar ini menyerang kamu.’ (13) Lalu berdayunglah orang-orang itu dengan sekuat tenaga untuk membawa kapal itu kembali ke darat, tetapi mereka tidak sanggup, sebab laut semakin bergelora menyerang mereka. (14) Lalu berserulah mereka kepada TUHAN, katanya: ‘Ya TUHAN, janganlah kiranya Engkau biarkan kami binasa karena nyawa orang ini dan janganlah Engkau tanggungkan kepada kami darah orang yang tidak bersalah, sebab Engkau, TUHAN, telah berbuat seperti yang Kaukehendaki.’ (15) Kemudian mereka mengangkat Yunus, lalu mencampakkannya ke dalam laut, dan laut berhenti mengamuk. (16) Orang-orang itu menjadi sangat takut kepada TUHAN, lalu mempersembahkan korban sembelihan bagi TUHAN serta mengikrarkan nazar. (17) Maka atas penentuan TUHAN datanglah seekor ikan besar yang menelan Yunus; dan Yunus tinggal di dalam perut ikan itu tiga hari tiga malam lamanya”.

 

I)Pengaturan Tuhan sehingga Yunus dilempar ke laut.


1)Percakapan antara Yunus dengan para awak kapal (ay 8-12).

a)Orang-orang di kapal menanyai Yunus.
Ay 8: Berkatalah mereka kepadanya: ‘Beritahukan kepada kami, karena siapa kita ditimpa oleh malapetaka ini. Apa pekerjaanmu dan  dari mana engkau datang, apa negerimu dan dari bangsa manakah engkau?’”.


b)Yunus menjawab.
Ay 9: Sahutnya kepada mereka: ‘Aku seorang Ibrani; aku takut akan TUHAN, Allah yang empunya langit, yang telah menjadikan lautan dan daratan.’”.

1.‘aku takut akan TUHAN’.
Calvin: “By the word ‘fear’ is meant worship” (= Yang dimaksudkan dengan kata ‘takut’ adalah ‘penyembahan’) - hal 51. Jadi maksud Yunus: ‘aku menyembah Tuhan / YAHWEH.


2.‘Allah yang empunya langit, yang telah menjadikan lautan dan daratan’.
Ini mirip sekali dengan kata-kata ‘Aku percaya kepada Allah, Bapa yang maha kuasa, khalik langit dan bumi’ dari 12 Pengakuan Iman Rasuli, atau dengan kata-kata ‘Aku percaya kepada satu Allah Bapa yang maha kuasa, pencipta langit dan bumi, dan segala yang kelihatan dan yang tidak kelihatan’ dari Pengakuan Iman Nicea - Konstantinople.


Leslie C. Allen (NICOT): “The wonder is that Jonah can recite such a creed and yet show disrespect to the commands of the God whose sovereignty it celebrates” (= Hal yang mengherankan adalah bahwa Yunus bisa mengucapkan pengakuan iman seperti itu, tetapi menunjukkan ketidak-hormatan pada perintah Allah, yang kedaulatanNya dinyatakan oleh pengakuan iman itu) - hal 210.


Penerapan: jangan asal mengucapkan pengakuan iman, tetapi hiduplah sesuai pengakuan itu!


3. Jawaban Yunus dalam ay 9 tidak dicatat secara lengkap. Ini terlihat dari ay 10b - orang-orang itu mengetahui, bahwa ia melarikan diri, jauh dari hadapan TUHAN. Hal itu telah diberitahukannya kepada mereka.
Jadi jelas bahwa ia juga memberitahu mereka bahwa ia melarikan diri dari Tuhan.


c)Orang-orang dalam kapal lalu mengucapkan 2 hal kepadanya:

1.   Ay 10a: Orang-orang itu menjadi sangat takut, lalu berkata kepadanya: ‘Apa yang telah kauperbuat?’”.
NIV: ‘What have you done?’ (= Apakah yang telah kaulakukan / kauperbuat?).
KJV: ‘Why hast thou done this?’ (= Mengapa engkau telah melakukan ini?).
NASB: ‘How could you do this?’ (= Bagaimana engkau bisa melakukan ini?).
RSV: ‘What is this that you have done!’ (= Apakah ini yang telah engkau lakukan!).


Sekalipun kalimat ini ada dalam bentuk pertanyaan, tetapi sebetulnya ini merupakan teguran / celaan terhadap Yunus.

a.Pulpit Commentary: “‘Why hast thou done this?’ was the question that pierced deepest of all. It was unanswered. Jonah could not attempt excuses, and reason for his flight was none. Backslider, once you could find time for Christian service; you had joy in it; you were a blessing; you were blest. Not so now. You have withdrawn from Christian work. ‘Why hast thou done this?’ What valid reason can you give? Once you were in fellowship with God’s people. Not so now. The world’s spell is on you. You are intent on making a position, pushing the fortune of your family; pleasure is your pursuit, ambition your aim. But were you not happier in the former days than in these? ‘Why hast thou done this?’ Once you tasted that the Lord was gracious; now you are far out on the godless, reckless deep, where there is no peace. Why is this? ‘Speechless’ you must be. For such guilty flight reason there can be none” (= ‘Mengapa engkau telah melakukan ini?’ merupakan suatu pertanyaan yang menusuk paling dalam dari semua. Pertanyaan itu tidak dijawab. Yunus tidak bisa mengusahakan alasan-alasan, dan tidak ada alasan bagi pelariannya. Orang yang mundur dalam kerohanian, dulu engkau bisa mencari waktu untuk pelayanan Kristen; engkau mempunyai sukacita di dalamnya; engkau menjadi berkat dan engkau diberkati. Tidak demikian sekarang. Engkau telah menarik diri / mundur dari pekerjaan Kristen. ‘Mengapa engkau telah melakukan ini?’ Alasan sah / benar apa yang bisa engkau berikan? Dulu engkau ada dalam persekutuan dengan umat Allah. Tidak demikian sekarang. Dunia ini telah mempesonakan engkau. Engkau bermaksud dengan sungguh-sungguh untuk mendapatkan kedudukan, mengusahakan kekayaan keluargamu; kesenangan merupakan sesuatu yang kaukejar, ambisi adalah tujuanmu. Tetapi apakah engkau tidak lebih bahagia pada waktu yang lalu dari pada sekarang ini? ‘Mengapa engkau telah melakukan ini?’ Dulu engkau mengecap / merasakan bahwa Tuhan itu pemurah; sekarang engkau berada jauh di tempat yang dalam yang penuh dengan kesembronoan dan kejahatan, dimana tidak ada damai. Mengapa demikian? Engkau pasti tidak bisa berkata apa-apa. Untuk pelarian yang bersalah seperti itu, tidak bisa ada alasan) - hal 34-35.
Catatan: komentar Pulpit Commentary di atas diberikan berdasarkan terjemahan KJV.

b.   Ay 10a ini menunjukkan bahwa Yunus ditegur orang-orang di atas kapal. Tadinya dalam ay 6 ia sudah ditegur karena tidur dan tidak berdoa; sekarang ia ditegur lagi karena lari dari Tuhan yang adalah pencipta langit dan bumi. Seorang nabi biasanya memberitakan Firman Tuhan untuk menegur orang, tetapi pada waktu ia lari / memberontak terhadap Tuhan, Tuhan membuat ia justru ditegur habis-habisan oleh orang kafir.


Calvin: “with regard to the reproof which the sailors and other passenger gave to Jonah, the Lord returned to him this as a reward which he had deserved. ... Since Jonah then sought to shun God, he was now placed before men. There were present heathens, and even barbarians, who rebuked him for his sin, who were his censors and judges. And the same thing we see happening often. ... If at any time the same thing should happen to us, if God should subject us to the reproaches of men when we seek to avoid his judgment, let us not wonder. But as Jonah here calmly answers, and raises no clamour, and shows no bitterness, so let every one of us, in the true spirit of meekness, acknowledge our own sins; when charged with them, were even children our condemners, or were even the most contemptible of the people to rise up against us, let us patiently bear all this; and let us know that these kinds of censors befall us through the providence of God” (= berkenaan dengan teguran / celaan yang diberikan oleh para pelaut dan penumpang yang lain kepada Yunus, Tuhan memberikan ini kepadanya sebagai upah yang layak ia dapatkan. ... Karena Yunus berusaha untuk menghindari Allah, sekarang ia ditempatkan di hadapan manusia. Di sana ada ada orang-orang kafir, dan bahkan orang-orang barbar / biadab, yang menegur dia karena dosanya, yang menjadi pemeriksa / pengkritik dan hakim baginya. Dan kita sering melihat hal yang sama terjadi. ... Jika pada suatu saat hal yang sama terjadi pada diri kita, jika Allah membiarkan kita menjadi sasaran celaan manusia pada waktu kita berusaha menghindari penghakim-anNya, janganlah kita heran. Tetapi seperti Yunus di sini menjawab dengan tenang, dan tidak berteriak dengan jengkel, dan tidak menunjukkan kepahitan, maka hendaknya setiap kita, dalam roh kelemah-lembutan yang benar, mengakui dosa-dosa kita sendiri; pada waktu dosa-dosa itu dituduhkan kepada kita, bahkan sekalipun anak-anak adalah pengecam kita, ataupun orang yang paling hina bangkit menentang kita, hendaknya kita dengan sabar menanggung semua ini; dan dan hendaknya kita tahu bahwa kritik-kritik ini menimpa kita melalui providensia Allah) - hal 53-54.

2.   Ay 11: “Bertanyalah mereka: ‘Akan kami apakan engkau, supaya laut menjadi reda dan tidak menyerang kami lagi, sebab laut semakin bergelora.’”.


d)Yunus menjawab (ay 12).
Ay 12: Sahutnya kepada mereka: ‘Angkatlah aku, campakkanlah aku ke dalam laut, maka laut akan menjadi reda dan tidak menyerang kamu lagi. Sebab aku tahu, bahwa karena akulah badai besar ini menyerang kamu.’”.

1. Satu hal yang bagus dari Yunus adalah bahwa ia tahu dan mengakui bahwa badai itu merupakan hajaran Tuhan kepadanya.

Penerapan: seringkali kita dihajar oleh Tuhan karena suatu dosa tertentu, tetapi kita tidak mempunyai kejujuran / ketulusan seperti Yunus, sehingga kita tetap berkeras bahwa penderitaan itu bukanlah karena dosa kita, tetapi merupakan serangan setan atau ujian Tuhan dan sebagainya.


2. Tetapi di sini juga ada kesalahan dari Yunus. Barnes mengatakan bahwa Yunus tidak mempunyai hak untuk ‘menjatuhkan hukuman mati’ atas dirinya sendiri, tanpa perintah dari Allah. Ia seharusnya pergi ke Niniwe dan bukannya mati di Laut Tengah.


2)   Para awak kapal tidak mau menuruti kata-kata Yunus; mereka berjuang untuk membawa kapal itu ke darat.
Ay 13a: “Lalu berdayunglah orang-orang itu dengan sekuat tenaga untuk membawa kapal itu kembali ke darat”.

a)   Hal yang baik dalam diri orang-orang ini adalah bahwa mereka menghargai nyawa manusia, dan mereka berbelas kasihan terhadap Yunus.

b) Kebaikan orang-orang kafir ini juga merupakan suatu teguran bagi Yunus, yang tidak mau memberitakan Firman Tuhan kepada orang kafir / Niniwe.


Daily Bible Commentary (vol 2): “The sheer goodness and humanity of these heathen sailors, in not blaming Jonah for bringing such trouble upon them and then in trying their hardest to save his life, are a silent condemnation of Jonah’s unwillingness to take the word of the Lord to the heathen Ninevites” (= Kebaikan dan perikemanusiaan yang murni dari para pelaut kafir ini, yang ditunjukkan dengan tidak menyalahkan Yunus karena mendatangkan problem seperti itu kepada mereka, dan dengan berusaha sekuat tenaga untuk menyelamatkan hidupnya, merupakan kecaman yang tidak bersuara terhadap ketidak-mauan Yunus untuk membawa firman Tuhan kepada orang-orang Niniwe yang kafir) - hal 458.


c)   Tetapi bagaimanapun juga ini merupakan belas kasihan / tindakan menolong yang salah, karena di sini mereka kasihan dan melindungi orang yang sedang dihajar oleh Tuhan.
Menolong orang yang dihukum / dihajar Tuhan bukan hanya salah, tetapi bahkan bisa-bisa menyebabkan hajaran itu menimpa kita. Tetapi ini merupakan suatu prinsip yang dalam faktanya sukar dipraktekkan, karena kita sukar sekali untuk bisa tahu bahwa seseorang itu memang dihukum / dihajar oleh Tuhan. Jangan sembarangan menghakimi dalam persoalan ini!


Contoh lain dari belas kasihan / tindakan menolong / kebaikan yang salah:
1.   Tidak menghukum anak yang salah, karena kasihan.
2.   Menolong teman dalam ulangan, karena kasihan.
3.   Menolong mengabsenkan teman yang bolos kuliah.
4.   Memberi rokok sebagai tanda terima kasih. Ini sama seperti menyuruh orang itu bunuh diri pelan-pelan!
5.   Melindungi seseorang / menutupi kesalahan seseorang dengan jalan berdusta.


d)  Ditinjau dari sudut Yunus, kebaikan orang-orang itu terhadap dia tidak berarti bahwa ia ada di jalan yang benar / diberkati Tuhan.

Adanya orang-orang yang baik kepada kita tidak menjamin bahwa kita sedang ada di jalan yang benar. Itu bukan berkat Tuhan tetapi berkat setan!


3)Tuhan memaksa mereka untuk melempar Yunus ke laut (ay 13b-15).

a) Ay 13b: tetapi mereka tidak sanggup, sebab laut semakin bergelora menyerang mereka.

Calvin: “But the Lord so turned their hearts, that they now saw more clearly how grievous a sin it was to flee away from the call of God, and not to yield obedience, as we have before observed, to his command. Many think that this is a light offence, and readily indulge themselves in it: but it is not in the power of men to weigh sins; the balance is deceitful when men estimate their sins according to their own judgment. Let us then learn to ascribe to God his own honour, - that he alone is Judge, and is far above us, and can alone determine how grievous or how slight any sin is” (= Tetapi Tuhan membalikkan hati mereka sedemikian rupa sehingga sekarang mereka melihat dengan lebih jelas betapa menyedihkannya dosa melarikan diri dari panggilan Allah, dan tidak memberikan ketaatan, seperti yang kita amati sebelumnya, pada perintahNya. Banyak orang beranggapan bahwa ini merupakan pelanggaran yang ringan, dan mereka siap menuruti hatinya untuk hidup di dalamnya: tetapi manusia tidak bisa menimbang dosa; timbangan itu bersifat menipu pada waktu manusia menilai dosa-dosa mereka menurut penghakiman mereka sendiri. Biarlah kita belajar untuk memberikan kepada Allah kehormatanNya sendiri, - bahwa hanya Ia sendiri yang adalah Hakim, dan ada jauh di atas kita, dan hanya Ia sendiri bisa menentukan betapa menyedihkan atau betapa ringan suatu dosa itu) - hal 58.


Calvin: “The Lord, then, designed to show here, that his displeasure could not be otherwise pacified than by drowning Jonah in the sea; ... the Lord intended to make Jonah an example, that all may now know that he is not to be trifled with, but that he ought to be obeyed as soon as he commands any thing” (= Maka, di sini Tuhan hendak menunjukkan bahwa ketidak-senanganNya tidak bisa diredakan oleh hal lain kecuali dengan menenggelamkan Yunus di dalam laut; ... Tuhan bermaksud untuk menjadikan Yunus suatu contoh, supaya semua bisa tahu bahwa Ia tidak boleh diremehkan, tetapi harus langsung ditaati begitu Ia memerintahkan suatu apapun) - hal 59.


Manusia memang sering kacau dalam memandang berat ringannya suatu dosa. Contoh: kalau saudara melihat seseorang mencuri dan seorang lain membolos dari kebaktian / bekerja pada hari Sabat, yang mana yang saudara anggap lebih jahat / lebih memalukan? Saya yakin bahwa hampir semua orang di dunia ini akan menganggap bahwa yang mencuri itulah yang dosanya lebih berat / lebih memalukan. Tetapi Kitab Suci / Perjanjian Lama tidak menjatuhkan hukuman mati kepada pencuri, melainkan hanya hukuman denda (Kel 22:1), sedangkan terhadap pelanggar peraturan Sabat, Kitab Suci / Perjanjian Lama menjatuhkan hukuman mati (Kel 31:14-15  Bil 15:32-36). Karena itu jelaslah bahwa Kitab Suci / Tuhan menganggap bahwa pelanggaran peraturan Sabat adalah dosa yang lebih besar dari pada mencuri! Karena itu jangan remehkan pelanggaran terhadap hukum ini, dan banyaklah belajar Firman Tuhan supaya saudara bisa mengetahui berat ringannya suatu dosa dalam pandangan Tuhan.


b)Akhirnya mereka terpaksa melempar Yunus ke laut.
Ay 14-15: “(14) Lalu berserulah mereka kepada TUHAN, katanya: ‘Ya TUHAN, janganlah kiranya Engkau biarkan kami binasa karena nyawa orang ini dan janganlah Engkau tanggungkan kepada kami darah orang yang tidak bersalah, sebab Engkau, TUHAN, telah berbuat seperti yang Kaukehendaki.’ (15) Kemudian mereka mengangkat Yunus, lalu mencampakkannya ke dalam laut, dan laut berhenti mengamuk”.

1.  Ada yang mengalegorikan sebagai berikut (Pulpit, hal 29): ‘mendayung dengan sekuat tenaga’ menunjuk pada ‘usaha untuk selamat dengan kekuatan sendiri’; sedangkan ‘melemparkan Yunus ke laut’ menunjukkan ‘penggunaan korban / substitute, seperti Kristus’. Orang yang mengeluarkan tafsiran ini memang kreatif, tetapi jelas salah!

2. Kata ‘darah orang yang tidak bersalah’ dalam ay 14 mungkin menunjukkan bahwa mereka takut kalau-kalau tindakan mereka melempar Yunus ke laut itu merupakan tindakan yang salah.


c)Begitu Yunus dilempar ke laut, badai langsung berhenti (ay 15b).
Calvin: “this sudden change sufficiently proved that Jonah was the only cause why they were so nearly shipwrecked. For if the sea had not calmed immediately, but after some interval of time, it might have been ascribed to chance: but as the sea instantly rested, it could not be otherwise said than that Jonah was condemned by the judgment of God” (= perubahan mendadak ini merupakan bukti yang cukup bahwa Yunus merupakan satu-satunya penyebab mengapa mereka hampir mengalami bencana kapal. Karena jika laut itu tidak langsung tenang, tetapi setelah beberapa waktu, maka itu bisa dianggap sebagai kebetulan: tetapi karena laut langsung tenang, maka tidak bisa dikatakan sesuatu yang lain selain dari pada bahwa Yunus dihukum oleh penghakiman Allah) - hal 63.



4)Akibat dari semua ini, orang-orang di kapal menjadi sangat takut kepada TUHAN / YAHWEH, dan mereka lalu mempersembahkan korban sembelihan.
Ay 16: “Orang-orang itu menjadi sangat takut kepada TUHAN, lalu mempersembahkan korban sembelihan bagi TUHAN serta mengikrarkan nazar”.

Calvin mengatakan bahwa mungkin sekali segera setelah semua bahaya ini berakhir, maka para awak kapal itu meninggalkan Allah lagi.

Calvin: “It is indeed probable that, shortly after, they relapsed into their former indifference; after having been freed from their danger, they probably despised God, and all religion was regarded by them with contempt. And so it commonly NIV: ‘But the Lord provided a great fish’ (= Tetapi Tuhan menyediakan / menetapkan seekor ikan yang besar).



2)Yunus tinggal selama 3 hari dalam perut ikan tersebut.

a)   3 hari tidak harus berarti 72 jam. Itu berarti sebagian dari hari pertama, seluruh hari kedua, dan sebagian hari yang ketiga. Bandingkan dengan Yesus yang bangkit pada hari ke 3.

b)  Perjanjian Baru menceritakan cerita Yunus ditelan ikan dan berada dalam perut ikan selama 3 hari dengan cara sedemikian rupa sehingga terlihat bahwa itu betul-betul merupakan cerita sejarah yang betul-betul terjadi. Disamping itu, itu merupakan TYPE dari penguburan Kristus.

Pulpit Commentary: “It is not credible that Christ would use a mere legendary tale with no historical basis, to confirm his most solemn statement concerning the momentous fact of his resurrection” (= Tidak bisa dipercaya bahwa Kristus menggunakan semata-mata suatu dongeng yang tidak mempunyai dasar sejarah, untuk meneguhkan pernyataanNya yang paling khidmat mengenai fakta yang penting tentang kebangkitanNya) - hal 6.


Pulpit Commentary: “there is another object in this history. It is a type and prophecy of the resurrection of Christ and the issues of that momentous fact. Of this feature the Saviour himself shed clear light. ‘As Jonah was three days and three nights in the whale’s belly, so shall the Son of Man be three days and three nights in the heart of the earth’ (Matt. 12:40)” [= ada tujuan yang lain dari cerita sejarah ini. Ini merupakan suatu TYPE dan nubuat tentang kebangkitan Kristus dan hal-hal tentang fakta yang penting itu. Tentang hal ini sang Juruselamat sendiri memberikan terang yang jelas. ‘Seperti Yunus tinggal di dalam perut ikan tiga hari tiga malam, demikian juga Anak Manusia akan tinggal di dalam rahim bumi tiga hari tiga malam’ (Mat 12:40)] - ‘Introduction’, hal iii.

Lagi-lagi terlihat tujuan baik dari Allah waktu membiarkan Yunus memberontak. Dengan demikian sekarang peristiwa ini bisa menjadi TYPE dari peristiwa dimana Kristus ada dalam kubur selama 3 hari.



3)Ikan apa yang menelan Yunus ini?
Sebetulnya Kitab Suci tidak mengatakan jenis dari ikan ini; Kitab Suci hanya mengatakan ‘ikan besar’. Tetapi boleh dikatakan semua penafsir mencoba untuk memperkirakan ikan apa yang menelan Yunus ini.

a)  Banyak orang yang menganggap bahwa ini adalah ikan paus, mungkin karena ikan paus dikenal sebagai ikan yang terbesar, dan juga mungkin karena terjemahan salah dari Mat 12:40 versi KJV/RSV, yang menyebutkan ‘whale’ (= ikan paus).

Mat 12:40 - Sebab seperti Yunus tinggal di dalam perut ikan tiga hari tiga malam, demikian juga Anak Manusia akan tinggal di dalam rahim bumi tiga hari tiga malam”.
Dalam Mat 12:40 ini KJV/RSV menterjemahkan ‘whale’ (= ikan paus), dan NASB menterjemahkan ‘sea monster’ (= monster laut), sedangkan NIV menterjemahkan ‘a huge fish’ (= seekor ikan yang besar).

Editor dari Calvin’s Commentary  mengomentari tentang kata Yunani yang digunakan dalam Mat 12:40 sebagai berikut: “that word is a general term applied to a large fish, and does not necessarily mean the whale” (= kata itu merupakan istilah umum yang diterapkan pada ikan yang besar, dan tidak harus berarti ikan paus) - ‘Commentaries on Jonah’, hal 72, footnote.


Barnes’ Notes: “Our Lord’s words then would be rendered more literally ‘in the fish’s belly’, than ‘in the whale’ belly’. Infidel’s seized eagerly on the fact of the narrowness of the whale’s throat; their cavil applied only to an incorrect rendering of modern versions.” [= Maka kata-kata Tuhan kita diterjemahkan secara lebih hurufiah dengan kata-kata ‘dalam perut ikan’ dari pada ‘dalam perut ikan paus’. Orang kafir cepat-cepat mencekam fakta tentang sempitnya tenggorokan ikan paus; pertengkaran mereka tentang hal-hal yang kecil ini hanya berlaku terhadap suatu terjemahan yang salah dari versi-versi (Kitab Suci) modern] - hal 385.


b)  Ada banyak orang modern yang justru menentang bahwa ikan ini adalah ikan paus, dan mereka menganggap bahwa ikan ini adalah ikan hiu putih.

Alasan pandangan ini:

1.   Di Laut Tengah tidak ada ikan paus kecuali kalau tersesat.

2.   Sekalipun ikan paus itu ikan terbesar tetapi tenggorokan ikan paus justru kecil sehingga tidak memungkinkan menelan seorang manusia. Tetapi tentang hal ini ada beberapa penafsir yang mengatakan bahwa ada paus tertentu yang bisa menelan seorang manusia secara utuh yaitu ikan paus Sperm.

3.  Di Laut Tengah banyak ikan hiu putih, yang memang bisa menelan seorang manusia atau bahkan seekor kuda secara utuh.


Adam Clarke: “This could not have been a whale, for the throat of that animal can scarcely admit a man’s leg; but it might have been a shark, which abounds in the Mediterranean, and whose mouth and stomach are exceedingly capacious. In several cases they have been known to swallow a man when thrown overboard” [= Ini tidak mungkin seekor ikan Paus, karena tenggorokan dari binatang itu hampir tidak bisa menelan kaki (leg) manusia; tetapi itu mungkin adalah seekor ikan hiu, yang banyak terdapat di Laut Tengah, dan yang mulutnya dan perutnya sangat luas. Dalam beberapa kasus mereka telah diketahui menelan seorang manusia pada waktu terlempar keluar kapal] - hal 701.


Dalam tafsirannya tentang Mat 12:40 Clarke juga mengatakan bahwa di Laut Tengah tidak biasanya ada ikan paus, kecuali ikan itu kesasar. Tetapi ikan hiu memang banyak di sana.


‘Unger’s Bible Dictionary’: “Much objection has been urged against the truth of the story of Jonah and the fish. It is simply said, ‘The Lord had prepared a great fish to swallow up Jonah.’ The species of marine animal is not defined, and the Greek KETOS is often used to specify, not the genus whale, but any large fish or sea monster. All objection to its being a whale which lodged Jonah in its stomach, from the straitness of throat or rareness of haunt in the Mediterranean, are thus removed. Since the days of Bochart it has been a common opinion that the fish was of the shark species, Lamia canis carcharias, or ‘sea dog.’ Entire human bodies have been found in some fishes of this kind. Still, granting all these facts, the narrative is miraculous, and nothing is impossible with God (= Banyak keberatan telah diberikan terhadap kebenaran dari cerita Yunus dan ikan. Hanya dikatakan ‘Tuhan telah mempersiapkan seekor ikan besar untuk menelan Yunus’. Jenis dari binatang laut itu tidak diberikan, dan kata Yunani KETOS sering digunakan untuk menunjuk, bukan pada jenis ikan paus, tetapi pada seadanya ikan besar atau monster laut. Dengan demikian, semua keberatan tentang ikan paus yang memberikan penginapan kepada Yunus dalam perutnya, karena sempitnya tenggorokannya atau jarangnya ikan Paus mengunjungi Laut Tengah, disingkirkan. Sejak jaman dari Bochart telah menjadi pandangan umum bahwa ikan itu adalah dari jenis hiu, Lamia canis carcharias, atau ‘anjing laut’. Tubuh manusia yang utuh telah ditemukan dalam beberapa ikan jenis ini. Sekalipun mengakui fakta-fakta ini, tetap cerita ini merupakan sesuatu yang bersifat mujijat, dan tidak ada yang mustahil bagi Allah) - hal 601.
Catatan: yang disebut ‘anjing laut’ adalah sejenis ikan, bukan anjing laut yang kita kenal, karena anjing laut yang kita kenal dalam bahasa Inggris adalah ‘seal’, sedangkan ini disebut sebagai ‘sea-dog’.


Barnes’ Notes: “In all modern works on Zoology, we find 30 feet given as a common length for a shark’s body. Now a shark’s body is usually only about eleven times the length of the half of its lower jaw. Consequently a shark of 30 feet would have a lower jaw of nearly 6 feet in its semicircular extent. Even if such a jaw as this was of hard bony consistence instead of a yielding cartilaginous nature, it would qualify its possessor for engulfing one of our own species most easily” (= Dalam semua tulisan Zoology modern, kami mendapatkan bahwa 30 kaki diberikan sebagai panjang yang umum untuk tubuh seekor ikan hiu. Panjang tubuh seekor ikan hiu biasanya hanyalah 11 x panjang dari setengah dari rahang bawahnya. Jadi seekor hiu yang panjangnya 30 kaki mempunyai rahang bawah hampir 6 kaki dalam bentuk ½ lingkaran. Bahkan jika rahang seperti ini terdiri dari tulang yang keras dan bukannya dari bahan yang bersifat elastis, itu memungkinkan pemilikinya untuk menelan seorang dari jenis kita dengan sangat mudah) - hal 386.


Barnes’ Notes: “Fish, of such size that they can swallow a man whole, and which are so formed as naturally to swallow their prey whole, have been found in the Mediterranean. The white shark, having teeth merely incisive, has no choice, except between swallowing its prey whole, or cutting off a portion of it. It cannot hold its prey, or swallow it piecemeal. Its voracity leads it to swallow at once all which it can. Hence Otto Fabricius relates, ‘Its wont is to swallow down dead and somtimes also, living men, which it finds in the sea.’” [= Ikan, dengan ukuran sedemikian rupa sehingga mereka bisa menelan seorang manusia secara utuh, dan yang dibentuk secara alamiah untuk menelan mangsa mereka secara utuh, telah ditemukan di Laut Tengah. Ikan hiu putih, yang hanya mempunyai gigi-gigi yang tajam, tidak mempunyai pilihan, kecuali menelan mangsanya secara utuh atau memotong / menyobek sebagian dari mangsanya. Ia tidak bisa menahan mangsanya, atau menelannya sedikit demi sedikit. Kerakusannya mendorongnya untuk menelan sekaligus semua yang bisa ditelannya. Karena itu Otto Fabricius menceritakan: ‘Kebiasaannya adalah menelan orang yang mati, dan kadang-kadang orang yang hidup, yang ditemuinya di laut’] - hal 385-386.


‘The International Standard Bible Encyclopedia’, vol 2:
“While the throats of most whales are too narrow to swallow a man, the cachalot or sperm whale can” [= Sementara tenggorokan dari kebanyakan ikan paus terlalu sempit untuk menelan seorang manusia, Cachalot atau ikan paus Sperm bisa (menelan manusia)] - hal 1115.


Daily Bible Commentary (vol 2): “we do know that sperm whale and large sharks capable of swallowing a man have been identified in the East Mediterranean, and it is probable one of these creatures that is meant by Jonah’s ‘great fish’.” (= kita tahu bahwa ikan paus jenis Sperm dan ikan hiu besar yang mampu menelan seorang manusia telah diidentifikasi di Laut Tengah bagian Timur, dan adalah mungkin bahwa satu dari makhluk-makhluk inilah yang dimaksud dengan ‘ikan besar’nya Yunus) - hal 458-459.


Barnes (hal 386) mengatakan bahwa ikan hiu putih tak pernah terlihat dekat pantai kecuali ia sedang mengejar mangsanya atau dikejar oleh ikan Paus Sperm, yang sangat ditakutinya sehingga tidak berani didekatinya bahkan kalau ikan paus itu sudah mati. Ini menunjukkan bahwa ikan paus Sperm jauh lebih besar dari ikan hiu putih.

Barnes’ Notes: “A natural historian of repute relates, ‘In 1758 in stormy weather a sailor fell overboard from a frigate in the Mediterranean. A shark was close by, which, took him in his wide throat, so that he forthwith disappeared. Other sailors had leapt into the sloop, to help their comrade, while yet swimming; the captain had a gun which stood on the deck discharged at the fish, which struck it so, that it cast out the sailor which it had in its throat, who was taken up, alive and little injured, by the sloop which had now come up. The fish was harpooned, taken up on the frigate, and dried. The captain made a present of the fish to the sailor who, by God’s Providence, had been so wonderfully preserved. The sailor went round Europe exhibiting it. He came to Franconia, and it was publicly exhibited here in Erlangen, as also at Nurnberg and other places. The dried fish was delineated. It was 20 feet long, and, with expanded fins, nine feet wide, and weight 3924 pounds. From all this, it was probable that this was the fish of Jonah.’” [= Seorang sejarawan alam yang mempunyai nama baik menceritakan: ‘Pada tahun 1758 dalam cuaca yang berangin keras seorang pelaut jatuh keluar dari sebuah kapal perang ukuran sedang yang ada di Laut Tengah. Seekor hiu ada di dekatnya, dan pada waktu orang itu sedang berenang dan berteriak minta tolong, menelannya sehingga ia segera hilang. Pelaut-pelaut yang lain telah melompat ke dalam sekoci untuk menolong teman mereka, pada waktu ia masih sedang berenang; sang kapten mempunyai sebuah senapan di kapal dan menembakkannya pada ikan itu, sehingga ikan itu memuntahkan si pelaut yang ada di tenggorokannya, yang lalu diangkat, dalam keadaan hidup dan hanya terluka sedikit, oleh sekoci yang sekarang datang. Ikan itu lalu ditembak dengan harpun, diangkat ke dalam kapal perang itu, dan dikeringkan. Sang kapten memberikan ikan itu sebagai hadiah kepada si pelaut, yang oleh providensia Allah, telah dipelihara dengan cara yang luar biasa. Si pelaut itu pergi keliling Eropah memamerkan ikan itu. Ia datang di Franconia, dan ikan itu dipamerkan secara umum di sini di Erlangen, seperti juga di Nurnberg dan tempat-tempat lain. Ikan yang kering itu dilukiskan. Panjangnya 20 kaki, dan dengan sirip dikembangkan lebarnya 9 kaki, dan beratnya 3924 pounds. Dari semua ini, itu mungkin merupakan ikan yang menelan Yunus’] - hal 385-386.
Catatan: cerita tentang pelaut yang ditelan ikan pada tahun 1758 itu juga diceritakan oleh Keil & Delitzsch pada footnote / catatan kaki dari hal 398.



Barnes’ Notes melanjutkan lagi: “This is by no means an insulated account of the size of this fish. Blumenbach states, ‘the white shark, or Canis carcharias, is found of the size of 10,000 lbs, and horses have been found whole in its stomach.’ A writer of the 16th century on ‘the fish of Marseilles’ says, ‘they of Nice attested to me, that they had taken a fish of this sort, approaching to 4000 lbs weight, in whose body they had found a man whole. Those of Marseilles told something similar, that they had once taken a Lamia (so they still popularly call the Carcharias) and found in it a man in a coat of mail (loricatus.)’ ... Richardson, speaking of the white shark in N. America, says that they attain the length of 30 feet, i.e. a 3d larger than that which swallowed the sailor whole. Lacepede speaks of a fish of this kind as ‘more than 30 feet long.’” [= Ini sama sekali bukan merupakan cerita satu-satunya tentang ukuran ikan ini. Blumenbach menyatakan, ‘Ikan hiu putih, atau Canis carcharias, ditemukan dengan ukuran 10.000 pounds, dan kuda-kuda telah ditemukan secara utuh dalam perutnya.’ Seorang penulis abad ke 16 tentang ‘ikan dari Marseiles’ mengatakan, ‘mereka dari Nice menegaskan kepada saya, bahwa mereka telah menangkap seekor ikan dari jenis ini, yang beratnya mendekati 4.000 pounds, dalam tubuh siapa mereka menemukan seorang manusia yang utuh. Mereka dari Marseiles menceritakan hal yang serupa, bahwa suatu kali mereka menangkap seekor Lamia (begitulah mereka memberi sebutan populer pada Carcharias) dan menemukan di dalamnya seorang manusia dalam sebuah pakaian pos (?)’. ... Richardson, berbicara tentang ikan hiu putih di Amerika Utara, mengatakan bahwa mereka mencapai panjang 30 kaki, yaitu 1/3 lebih panjang dari pada ikan yang menelan pelaut secara utuh itu. Lacepede berbicara tentang ikan jenis ini yang ‘panjangnya lebih dari 30 kaki’] - hal 385-386.


c)  Kalaupun ikan itu menelan Yunus secara utuh, sehingga Yunus masuk ke perut ikan itu dalam keadaan hidup, mungkinkan Yunus tetap hidup selama 3 hari dalam perut ikan? Biasanya 2 hal yang dipersoalkan:

1.   Dari mana udara / oksigen untuk bernafas?
Dalam persoalan oksigen, beberapa penafsir mengajak untuk menyoroti bayi yang ada dalam kandungan ibunya selama 9 bulan. Ia juga tidak bisa bernafas, tetapi tetap hidup. Kalau Tuhan bisa melakukan hal itu, maka Tuhan pasti juga bisa menjaga agar Yunus tetap hidup di dalam perut ikan selama 3 hari!

2.   Zat asam lambung dari ikan itu pasti menghancurkan / membunuh Yunus.
Tentang zat asam yang seharusnya membunuh Yunus ini, Barnes (hal 387) mengutip kata-kata Agustinus, yang menunjuk kepada peristiwa Sadrakh, Mesakh dan Abednego yang dimasukkan ke dalam dapur api. Kalau Allah bisa memelihara mereka di sana sehingga mereka tetap hidup, maka mengapa Allah tidak bisa memelihara Yunus dalam perut ikan?


Perhatikan juga 2 kutipan di bawah ini.

‘The International Standard Bible Encyclopedia’, vol 2:
“Moreover, G. Macloskie ... has suggested that even other species of whales could preserve a man alive, were the man able to reach the great laryngeal pouch. This structure, with its thick, elastic walls, is large enough to contain a man and to supply him with air for breathing” [= Selanjutnya, G. Macloskie ... menunjukkan bahwa bahkan jenis-jenis ikan paus yang lain bisa memelihara / menjaga seorang manusia tetap hidup, asal orang itu bisa mencapai kantung perut yang besar pada pangkal tenggorokan. Struktur ini, dengan dindingnya yang tebal dan bersifat elastis, cukup besar untuk menampung seorang manusia dan menyuplainya dengan udara untuk bernafas] - hal 1115.


‘The International Standard Bible Encyclopedia’, vol 2: “A. J. Wilson [Princeton Theological Review, 25 (1941), 636] records the case of a man swept overboard by a harpooned sperm whale in the vicinity of the Falkland Islands. The whale was eventually killed and cut apart. After three days, the missing sailor was found in the animal’s stomach, unconscious. He was successfully revived, although the skin of his face, neck and hands was bleached white by the whale’s gastric juice” [= A. J. Wilson {Princetin Theological Review, 25 (1941), 636} mencatat kasus seorang manusia yang disapu keluar kapal oleh seekor ikan paus Sperm yang terkena harpun di sekitar kepulauan Falkland. Ikan paus itu akhirnya dibunuh dan dibelah. Setelah 3 hari, pelaut yang hilang itu ditemukan dalam perut binatang itu dalam keadaan pingsan. Ia berhasil disadarkan kembali, sekalipun kulit wajah, leher, dan tangannya menjadi putih karena getah perut / cairan asam perut dari ikan paus itu] - hal 1115.


d)  Bagaimanapun juga, peristiwa Yunus yang ditelan ikan dan tetap hidup setelah 3 hari, tetap merupakan suatu mujijat.
Saya mengutip ulang bagian terakhir kata-kata dari Unger yang sudah saya kutip di atas.
‘Unger’s Bible Dictionary’: “Still, granting all these facts, the narrative is miraculous, and nothing is impossible with God” (= Sekalipun mengakui fakta-fakta ini, tetap cerita ini merupakan sesuatu yang bersifat mujijat, dan tidak ada yang mustahil bagi Allah) - hal 601.


Leslie C. Allen (NICOT) mengutip kata-kata Campbell Morgan: “Men have been looking so hard at the great fish that they have failed to see the great God” (= Manusia melihat dengan begitu keras pada ikan besar itu sehingga mereka gagal untuk melihat Allah yang besar) - hal 192.


Pulpit Commentary: “See how easily God can turn the destroyer into a preserver. Instead of killing Jonah, the fish saves his life” (= Lihatlah betapa mudahnya Allah bisa membalikkan penghancur / pemusnah menjadi pemelihara. Bukannya membunuh Yunus, tetapi ikan itu justru menyelamatkan nyawanya) - hal 23.




Kesimpulan / penutup.


1)   Semua ini merupakan perwujudan bukan dari kebencian Allah tetapi dari kasih Allah kepada Yunus.

Pulpit Commentary: “When man forsakes God, he who is infinite in mercy does not forsake man” (= Pada waktu manusia meninggalkan Allah, Ia yang tidak terbatas dalam belas kasihan tidak meninggalkan manusia) - hal 39.


J. C. Metcalfe: “One of the most comforting things about this little Book is that we see in action God’s patience with His rebellious servant, and are permitted to watch His education of him, and His loving efforts to win him from his self-centredness” (= Salah satu dari hal-hal yang paling menghibur tentang Kitab yang kecil ini adalah bahwa kita melihat sedang beraksinya kesabaran Allah terhadap hambaNya yang memberontak, dan kita diijinkan untuk melihat pendidikan terhadapnya, dan usaha kasihNya untuk memenangkannya dari sikap egoisnya) - ‘The Angry Prophet’, hal 6.


2)Semua ini mengajar kita untuk tidak lari dari panggilan Allah.

Leslie C. Allen (NICOT): “This universal sovereignty is displayed in the first two chapters, where the hurricane, the tempestuous sea, and the enormous fish are represented as but minions in the service of the divine will (1:14). The uselessness of pitting oneself against it is dramatically portrayed: it is irresistible” [= Kedaulatan yang universal ditunjukkan dalam 2 pasal yang pertama, dimana badai, laut yang bergelora, dan ikan yang sangat besar digambarkan sebagai tangan-tangan yang melayani kehendak ilahi (1:14). Ketidakbergunaan untuk menentang kehendak itu digambarkan secara dramatis: kehendak itu tidak bisa ditolak] - hal 192.


Pulpit Commentary: “he found that desertion, however possible, can never be satisfactory. God’s authority is not to be run away from. He makes storms his artillery, and thunders after the run-away. He makes heathen sailors his officers, and captures him in his flight. He makes a fish’s belly his dungeon keep, and puts him in durance there. Do not for a moment dream of evading God. If you run away from his spade, you run against his sword. ... Disobedience accomplished means judgment on the way, and judgment on the way means judgment ahead of the transgressor, and waiting for him as the angle for wretched Balaam” [= ia mendapati bahwa tindakan desertir / meninggalkan, betapapun dimungkinkan, tidak pernah bisa memuaskan. Kita tidak boleh lari dari otoritas Allah. Ia membuat badai sebagai artilerinya, dan petir mengejar orang yang lari itu. Ia membuat para pelaut kafir sebagai pejabat-pejabatNya, dan menangkapnya dalam pelariannya. Ia membuat perut ikan sebagai penjaraNya, dan meletakkannya sementara waktu (?) di sana. Jangan sesaatpun bermimpi untuk menghindari Allah. Jika engkau lari dari sekopNya, engkau berlari terhadap pedangNya. ... Ketidaktaatan yang dicapai / dilakukan berarti penghakiman yang sedang dalam perjalanan, dan penghakiman yang sedang dalam perjalanan berarti penghakiman ada di depan si pelanggar, dan menunggunya seperti sang malaikat menunggu Bileam yang hina] - hal 14.

Catatan: kata-kata ‘lari dari sekopNya’ mungkin maksudnya adalah ‘lari dari pekerjaan di ladang Tuhan’.



-AMIN-

Kredit  gambar ilustrasi:  workers for Jesus


No comments:

Post a Comment

Anchor of Life Fellowship , Sebab karena kasih karunia kamu diselamatkan oleh iman; itu bukan hasil usahamu, tetapi pemberian Allah, itu bukan hasil pekerjaanmu: jangan ada orang yang memegahkan diri - Efesus 2:8-9