Oleh: Pdt. Budi Asali M.Div
YUNUS 1:8-17
Bacalah lebih dulu
bagian 2
Yunus 1:8-17 - “(8) Berkatalah mereka kepadanya:
‘Beritahukan kepada kami, karena siapa kita ditimpa oleh malapetaka ini. Apa
pekerjaanmu dan dari mana engkau datang, apa negerimu dan dari bangsa manakah
engkau?’ (9) Sahutnya kepada mereka: ‘Aku seorang Ibrani; aku takut akan TUHAN,
Allah yang empunya langit, yang telah menjadikan lautan dan daratan.’ (10)
Orang-orang itu menjadi sangat takut, lalu berkata kepadanya: ‘Apa yang telah
kauperbuat?’ - sebab orang-orang itu mengetahui, bahwa ia melarikan diri, jauh
dari hadapan TUHAN. Hal itu telah diberitahukannya kepada mereka. (11)
Bertanyalah mereka: ‘Akan kami apakan engkau, supaya laut menjadi reda dan
tidak menyerang kami lagi, sebab laut semakin bergelora.’ (12) Sahutnya kepada
mereka: ‘Angkatlah aku, campakkanlah aku ke dalam laut, maka laut akan menjadi
reda dan tidak menyerang kamu lagi. Sebab aku tahu, bahwa karena akulah badai
besar ini menyerang kamu.’ (13) Lalu berdayunglah orang-orang itu dengan sekuat
tenaga untuk membawa kapal itu kembali ke darat, tetapi mereka tidak sanggup,
sebab laut semakin bergelora menyerang mereka. (14) Lalu berserulah mereka
kepada TUHAN, katanya: ‘Ya TUHAN, janganlah kiranya Engkau biarkan kami binasa
karena nyawa orang ini dan janganlah Engkau tanggungkan kepada kami darah orang
yang tidak bersalah, sebab Engkau, TUHAN, telah berbuat seperti yang
Kaukehendaki.’ (15) Kemudian mereka mengangkat Yunus, lalu mencampakkannya ke
dalam laut, dan laut berhenti mengamuk. (16) Orang-orang itu menjadi sangat
takut kepada TUHAN, lalu mempersembahkan korban sembelihan bagi TUHAN serta
mengikrarkan nazar. (17) Maka atas penentuan TUHAN datanglah seekor ikan besar
yang menelan Yunus; dan Yunus tinggal di dalam perut ikan itu tiga hari tiga
malam lamanya”.
I)Pengaturan Tuhan sehingga Yunus dilempar ke laut.
1)Percakapan antara Yunus
dengan para awak kapal (ay 8-12).
a)Orang-orang di kapal menanyai Yunus.
Ay 8:
“Berkatalah
mereka kepadanya: ‘Beritahukan kepada kami, karena siapa kita ditimpa oleh
malapetaka ini. Apa pekerjaanmu dan dari mana engkau datang, apa negerimu dan dari
bangsa manakah engkau?’”.
b)Yunus menjawab.
Ay 9:
“Sahutnya
kepada mereka: ‘Aku seorang Ibrani; aku takut akan TUHAN, Allah yang empunya
langit, yang telah menjadikan lautan dan daratan.’”.
1.‘aku takut
akan TUHAN’.
Calvin: “By
the word ‘fear’ is meant worship” (= Yang dimaksudkan dengan kata ‘takut’
adalah ‘penyembahan’) - hal 51. Jadi maksud Yunus: ‘aku menyembah Tuhan / YAHWEH’.
2.‘Allah
yang empunya langit, yang telah menjadikan lautan dan daratan’.
Ini
mirip sekali dengan kata-kata ‘Aku
percaya kepada Allah, Bapa yang maha kuasa, khalik langit dan bumi’ dari 12
Pengakuan Iman Rasuli, atau dengan kata-kata ‘Aku percaya kepada satu Allah Bapa yang maha kuasa, pencipta langit
dan bumi, dan segala yang kelihatan dan yang tidak kelihatan’ dari
Pengakuan Iman Nicea - Konstantinople.
Leslie
C. Allen (NICOT): “The
wonder is that Jonah can recite such a creed and yet show disrespect to the
commands of the God whose sovereignty it celebrates” (= Hal yang mengherankan
adalah bahwa Yunus bisa mengucapkan pengakuan iman seperti itu, tetapi
menunjukkan ketidak-hormatan pada perintah Allah, yang kedaulatanNya dinyatakan
oleh pengakuan iman itu) - hal 210.
Penerapan: jangan asal mengucapkan pengakuan iman, tetapi hiduplah
sesuai pengakuan itu!
3. Jawaban
Yunus dalam ay 9 tidak dicatat secara lengkap. Ini terlihat dari ay 10b - “orang-orang
itu mengetahui, bahwa ia melarikan diri, jauh dari hadapan TUHAN. Hal itu
telah diberitahukannya kepada mereka”.
Jadi
jelas bahwa ia juga memberitahu mereka bahwa ia melarikan diri dari Tuhan.
c)Orang-orang dalam kapal lalu mengucapkan 2
hal kepadanya:
1. Ay 10a: “Orang-orang
itu menjadi sangat takut, lalu berkata kepadanya: ‘Apa yang telah kauperbuat?’”.
NIV: ‘What have
you done?’ (= Apakah yang telah kaulakukan / kauperbuat?).
KJV: ‘Why hast
thou done this?’ (= Mengapa engkau telah melakukan ini?).
NASB: ‘How could
you do this?’ (= Bagaimana engkau bisa melakukan ini?).
RSV: ‘What is this
that you have done!’ (= Apakah ini yang telah engkau lakukan!).
Sekalipun kalimat ini ada dalam bentuk pertanyaan,
tetapi sebetulnya ini merupakan teguran / celaan terhadap Yunus.
a.Pulpit Commentary: “‘Why hast thou done this?’ was the question that pierced deepest of
all. It was unanswered. Jonah could not attempt excuses, and reason for his
flight was none. Backslider, once you could find time for Christian service;
you had joy in it; you were a blessing; you were blest. Not so now. You have
withdrawn from Christian work. ‘Why hast thou done this?’ What valid reason can
you give? Once you were in fellowship with God’s people. Not so now. The
world’s spell is on you. You are intent on making a position, pushing the
fortune of your family; pleasure is your pursuit, ambition your aim. But were
you not happier in the former days than in these?
‘Why hast thou done this?’ Once you tasted that the Lord was gracious; now you
are far out on the godless, reckless deep, where there is no peace. Why is
this? ‘Speechless’ you must be. For such guilty flight reason there can be
none” (= ‘Mengapa engkau telah melakukan ini?’ merupakan suatu pertanyaan yang
menusuk paling dalam dari semua. Pertanyaan itu tidak dijawab. Yunus tidak bisa
mengusahakan alasan-alasan, dan tidak ada alasan bagi pelariannya. Orang yang
mundur dalam kerohanian, dulu engkau bisa mencari waktu untuk pelayanan
Kristen; engkau mempunyai sukacita di dalamnya; engkau menjadi berkat dan
engkau diberkati. Tidak demikian sekarang. Engkau telah menarik diri / mundur
dari pekerjaan Kristen. ‘Mengapa engkau telah melakukan ini?’ Alasan sah /
benar apa yang bisa engkau berikan? Dulu engkau ada dalam persekutuan dengan
umat Allah. Tidak demikian sekarang. Dunia ini telah mempesonakan engkau.
Engkau bermaksud dengan sungguh-sungguh untuk mendapatkan kedudukan,
mengusahakan kekayaan keluargamu; kesenangan merupakan sesuatu yang kaukejar,
ambisi adalah tujuanmu. Tetapi apakah engkau tidak lebih bahagia pada waktu
yang lalu dari pada sekarang ini? ‘Mengapa engkau telah melakukan ini?’ Dulu
engkau mengecap / merasakan bahwa Tuhan itu pemurah; sekarang engkau berada
jauh di tempat yang dalam yang penuh dengan kesembronoan dan kejahatan, dimana
tidak ada damai. Mengapa demikian? Engkau pasti tidak bisa berkata apa-apa.
Untuk pelarian yang bersalah seperti itu, tidak bisa ada alasan) - hal 34-35.
Catatan: komentar Pulpit
Commentary di atas diberikan berdasarkan terjemahan KJV.
b. Ay 10a ini menunjukkan bahwa Yunus
ditegur orang-orang di atas kapal. Tadinya dalam ay 6 ia sudah ditegur
karena tidur dan tidak berdoa; sekarang ia ditegur lagi karena lari dari Tuhan
yang adalah pencipta langit dan bumi. Seorang nabi biasanya memberitakan Firman
Tuhan untuk menegur orang, tetapi pada waktu ia lari / memberontak terhadap
Tuhan, Tuhan membuat ia justru ditegur habis-habisan oleh orang kafir.
Calvin: “with
regard to the reproof which the sailors and other passenger gave to Jonah, the
Lord returned to him this as a reward which he had deserved. ... Since Jonah
then sought to shun God, he was now placed before men. There were present
heathens, and even barbarians, who rebuked him for his sin, who were his
censors and judges. And the same thing we see happening often. ... If at any
time the same thing should happen to us, if God should subject us to the
reproaches of men when we seek to avoid his judgment, let us not wonder. But as
Jonah here calmly answers, and raises no clamour, and shows no bitterness, so
let every one of us, in the true spirit of meekness, acknowledge our own sins;
when charged with them, were even children our condemners, or were even the
most contemptible of the
people to rise up against us, let us patiently bear all this; and let us know
that these kinds of censors befall us through the providence of God” (= berkenaan dengan teguran / celaan yang
diberikan oleh para pelaut dan penumpang yang lain kepada Yunus, Tuhan
memberikan ini kepadanya sebagai upah yang layak ia dapatkan. ... Karena
Yunus berusaha untuk menghindari Allah, sekarang ia ditempatkan di hadapan manusia.
Di sana ada ada orang-orang kafir, dan bahkan orang-orang barbar / biadab, yang
menegur dia karena dosanya, yang menjadi pemeriksa / pengkritik dan hakim
baginya. Dan kita sering melihat hal yang sama terjadi. ... Jika pada suatu
saat hal yang sama terjadi pada diri kita, jika Allah membiarkan kita menjadi
sasaran celaan manusia pada waktu kita berusaha menghindari penghakim-anNya,
janganlah kita heran. Tetapi seperti Yunus di sini menjawab dengan tenang, dan
tidak berteriak dengan jengkel, dan tidak menunjukkan kepahitan, maka hendaknya
setiap kita, dalam roh kelemah-lembutan yang benar, mengakui dosa-dosa kita
sendiri; pada waktu dosa-dosa itu dituduhkan kepada kita, bahkan sekalipun
anak-anak adalah pengecam kita, ataupun orang yang paling hina bangkit
menentang kita, hendaknya kita dengan sabar menanggung semua ini; dan dan
hendaknya kita tahu bahwa kritik-kritik ini menimpa kita melalui providensia
Allah) - hal 53-54.
2. Ay 11: “Bertanyalah
mereka: ‘Akan kami apakan engkau, supaya laut menjadi reda dan tidak menyerang
kami lagi, sebab laut semakin bergelora.’”.
d)Yunus menjawab (ay 12).
Ay 12:
“Sahutnya
kepada mereka: ‘Angkatlah aku, campakkanlah aku ke dalam laut, maka laut akan
menjadi reda dan tidak menyerang kamu lagi. Sebab aku tahu, bahwa karena
akulah badai besar ini menyerang kamu.’”.
1. Satu hal yang bagus dari Yunus adalah bahwa ia tahu dan mengakui
bahwa badai itu merupakan hajaran Tuhan kepadanya.
Penerapan: seringkali kita dihajar oleh Tuhan karena suatu dosa
tertentu, tetapi kita tidak mempunyai kejujuran / ketulusan seperti Yunus,
sehingga kita tetap berkeras bahwa penderitaan itu bukanlah karena dosa kita,
tetapi merupakan serangan setan atau ujian Tuhan dan sebagainya.
2. Tetapi di sini juga ada kesalahan dari Yunus. Barnes mengatakan
bahwa Yunus tidak mempunyai hak untuk ‘menjatuhkan hukuman mati’ atas dirinya
sendiri, tanpa perintah dari Allah. Ia seharusnya pergi ke Niniwe dan bukannya
mati di Laut Tengah.
2) Para awak kapal tidak mau menuruti kata-kata
Yunus; mereka berjuang untuk membawa kapal itu ke darat.
Ay 13a:
“Lalu berdayunglah orang-orang itu
dengan sekuat tenaga untuk membawa kapal itu kembali ke darat”.
a) Hal yang baik dalam diri
orang-orang ini adalah bahwa mereka menghargai nyawa manusia, dan mereka
berbelas kasihan terhadap Yunus.
b) Kebaikan orang-orang kafir ini
juga merupakan suatu teguran bagi Yunus, yang tidak mau memberitakan Firman
Tuhan kepada orang kafir / Niniwe.
Daily
Bible Commentary (vol 2): “The sheer goodness and humanity of these
heathen sailors, in not blaming Jonah for bringing such trouble upon them and
then in trying their hardest to save his life, are a silent condemnation of
Jonah’s unwillingness to take the word of the Lord to the heathen Ninevites”
(= Kebaikan dan perikemanusiaan yang murni dari para pelaut kafir ini, yang
ditunjukkan dengan tidak menyalahkan Yunus karena mendatangkan problem seperti
itu kepada mereka, dan dengan berusaha sekuat tenaga untuk menyelamatkan hidupnya,
merupakan kecaman yang tidak bersuara terhadap ketidak-mauan Yunus untuk
membawa firman Tuhan kepada orang-orang Niniwe yang kafir) - hal 458.
c) Tetapi bagaimanapun juga ini
merupakan belas kasihan / tindakan menolong yang salah, karena di sini mereka
kasihan dan melindungi orang yang sedang dihajar oleh Tuhan.
Menolong
orang yang dihukum / dihajar Tuhan bukan hanya salah, tetapi bahkan bisa-bisa
menyebabkan hajaran itu menimpa kita. Tetapi ini merupakan suatu prinsip yang
dalam faktanya sukar dipraktekkan, karena kita sukar sekali untuk bisa tahu
bahwa seseorang itu memang dihukum / dihajar oleh Tuhan. Jangan sembarangan
menghakimi dalam persoalan ini!
Contoh
lain dari belas kasihan / tindakan menolong / kebaikan yang salah:
1. Tidak
menghukum anak yang salah, karena kasihan.
2. Menolong teman dalam ulangan, karena kasihan.
3. Menolong
mengabsenkan teman yang bolos kuliah.
4. Memberi
rokok sebagai tanda terima kasih. Ini sama seperti menyuruh orang itu bunuh
diri pelan-pelan!
5. Melindungi
seseorang / menutupi kesalahan seseorang dengan jalan berdusta.
d) Ditinjau dari sudut Yunus,
kebaikan orang-orang itu terhadap dia tidak berarti bahwa ia ada di jalan yang
benar / diberkati Tuhan.
Adanya
orang-orang yang baik kepada kita tidak menjamin bahwa kita sedang ada di jalan
yang benar. Itu bukan berkat Tuhan tetapi berkat setan!
3)Tuhan memaksa mereka untuk
melempar Yunus ke laut (ay 13b-15).
a) Ay 13b: “tetapi
mereka tidak sanggup, sebab laut semakin bergelora menyerang mereka”.
Calvin: “But
the Lord so turned their hearts, that they now saw more clearly how grievous a
sin it was to flee away from the call of God, and not to yield obedience, as we
have before observed, to his command. Many think that this is a light offence,
and readily indulge themselves in it: but it is not in the power of men to
weigh sins; the balance is deceitful when men estimate their sins according to
their own judgment. Let us then learn to ascribe to God his own honour, - that
he alone is Judge, and is far above us, and can alone determine how grievous or
how slight any sin is” (= Tetapi Tuhan membalikkan hati mereka sedemikian
rupa sehingga sekarang mereka melihat dengan lebih jelas betapa
menyedihkannya dosa melarikan diri dari panggilan Allah, dan tidak memberikan
ketaatan, seperti yang kita amati sebelumnya, pada perintahNya. Banyak orang
beranggapan bahwa ini merupakan pelanggaran yang ringan, dan mereka siap
menuruti hatinya untuk hidup di dalamnya: tetapi manusia tidak bisa
menimbang dosa; timbangan itu bersifat menipu pada waktu manusia menilai
dosa-dosa mereka menurut penghakiman mereka sendiri. Biarlah kita belajar
untuk memberikan kepada Allah kehormatanNya sendiri, - bahwa hanya Ia sendiri
yang adalah Hakim, dan ada jauh di atas kita, dan hanya Ia sendiri bisa
menentukan betapa menyedihkan atau betapa ringan suatu dosa itu) - hal
58.
Calvin: “The
Lord, then, designed to show here, that his displeasure could not be otherwise
pacified than by drowning Jonah in the sea; ... the Lord intended to make Jonah
an example, that all may now know that he is not to be trifled with, but that
he ought to be obeyed as soon as he commands any thing” (= Maka, di sini
Tuhan hendak menunjukkan bahwa ketidak-senanganNya tidak bisa diredakan oleh
hal lain kecuali dengan menenggelamkan Yunus di dalam laut; ... Tuhan bermaksud
untuk menjadikan Yunus suatu contoh, supaya semua bisa tahu bahwa Ia tidak
boleh diremehkan, tetapi harus langsung ditaati begitu Ia memerintahkan suatu
apapun) - hal 59.
Manusia memang sering kacau dalam memandang
berat ringannya suatu dosa. Contoh:
kalau saudara melihat seseorang mencuri dan seorang lain membolos dari
kebaktian / bekerja pada hari Sabat, yang mana yang saudara anggap lebih jahat
/ lebih memalukan? Saya yakin bahwa hampir semua orang di dunia ini akan
menganggap bahwa yang mencuri itulah yang dosanya lebih berat / lebih
memalukan. Tetapi Kitab Suci / Perjanjian Lama tidak menjatuhkan hukuman mati
kepada pencuri, melainkan hanya hukuman denda (Kel 22:1), sedangkan
terhadap pelanggar peraturan Sabat, Kitab Suci / Perjanjian Lama menjatuhkan
hukuman mati (Kel 31:14-15
Bil 15:32-36). Karena itu jelaslah bahwa Kitab Suci / Tuhan
menganggap bahwa pelanggaran
peraturan Sabat adalah dosa yang lebih besar dari pada mencuri! Karena itu
jangan remehkan pelanggaran terhadap hukum ini, dan banyaklah belajar Firman
Tuhan supaya saudara bisa mengetahui berat ringannya suatu dosa dalam pandangan
Tuhan.
b)Akhirnya
mereka terpaksa melempar Yunus ke laut.
Ay
14-15: “(14) Lalu berserulah mereka
kepada TUHAN, katanya: ‘Ya TUHAN, janganlah kiranya Engkau biarkan kami binasa
karena nyawa orang ini dan janganlah Engkau tanggungkan kepada kami darah orang
yang tidak bersalah, sebab Engkau, TUHAN, telah berbuat seperti yang
Kaukehendaki.’ (15) Kemudian mereka mengangkat Yunus, lalu mencampakkannya ke
dalam laut, dan laut berhenti mengamuk”.
1. Ada yang
mengalegorikan sebagai berikut (Pulpit, hal 29): ‘mendayung dengan sekuat tenaga’ menunjuk pada ‘usaha untuk selamat dengan kekuatan sendiri’; sedangkan ‘melemparkan Yunus ke laut’ menunjukkan
‘penggunaan korban / substitute, seperti Kristus’. Orang
yang mengeluarkan tafsiran ini memang kreatif, tetapi jelas salah!
2. Kata ‘darah orang yang tidak bersalah’ dalam
ay 14 mungkin menunjukkan bahwa mereka takut kalau-kalau tindakan mereka
melempar Yunus ke laut itu merupakan tindakan yang salah.
c)Begitu Yunus dilempar ke laut, badai langsung
berhenti (ay 15b).
Calvin: “this
sudden change sufficiently proved that Jonah was the only cause why they were
so nearly shipwrecked. For if the sea had not calmed immediately, but after
some interval of time, it might have been ascribed to chance: but as the sea
instantly rested, it could not be otherwise said than that Jonah was condemned
by the judgment of God” (= perubahan mendadak ini merupakan bukti yang
cukup bahwa Yunus merupakan satu-satunya penyebab mengapa mereka hampir
mengalami bencana kapal. Karena jika laut itu tidak langsung tenang, tetapi
setelah beberapa waktu, maka itu bisa dianggap sebagai kebetulan: tetapi karena
laut langsung tenang, maka tidak bisa dikatakan sesuatu yang lain selain dari
pada bahwa Yunus dihukum oleh penghakiman Allah) - hal 63.
4)Akibat
dari semua ini, orang-orang di kapal menjadi sangat takut kepada TUHAN /
YAHWEH, dan mereka lalu mempersembahkan korban sembelihan.
Ay 16:
“Orang-orang itu menjadi sangat takut
kepada TUHAN, lalu mempersembahkan korban sembelihan bagi TUHAN serta
mengikrarkan nazar”.
Calvin
mengatakan bahwa mungkin sekali segera setelah semua bahaya ini berakhir, maka
para awak kapal itu meninggalkan Allah lagi.
Calvin: “It
is indeed probable that, shortly after, they relapsed into their former
indifference; after having been freed from their danger, they probably despised
God, and all religion was regarded by them with contempt. And so it commonly NIV: ‘But the Lord provided a great fish’
(= Tetapi Tuhan menyediakan / menetapkan seekor ikan yang besar).
2)Yunus tinggal selama 3 hari dalam perut ikan
tersebut.
a) 3 hari tidak harus berarti 72
jam. Itu berarti sebagian dari hari pertama, seluruh hari kedua, dan sebagian
hari yang ketiga. Bandingkan dengan Yesus yang bangkit pada hari ke 3.
b) Perjanjian Baru menceritakan
cerita Yunus ditelan ikan dan berada dalam perut ikan selama 3 hari dengan cara
sedemikian rupa sehingga terlihat bahwa itu betul-betul merupakan cerita
sejarah yang betul-betul terjadi. Disamping itu, itu merupakan TYPE dari
penguburan Kristus.
Pulpit Commentary: “It is not credible that Christ would use a mere legendary tale with no
historical basis, to confirm his most solemn statement concerning the momentous
fact of his resurrection” (= Tidak bisa dipercaya bahwa Kristus menggunakan
semata-mata suatu dongeng yang tidak mempunyai dasar sejarah, untuk meneguhkan
pernyataanNya yang paling khidmat mengenai fakta yang penting tentang
kebangkitanNya) - hal 6.
Pulpit Commentary: “there is another object in this history. It is a type and prophecy of
the resurrection of Christ and the issues of that momentous fact. Of this
feature the Saviour himself shed clear light. ‘As Jonah was three days and
three nights in the whale’s belly, so shall the Son of Man be three days and
three nights in the heart of the earth’ (Matt. 12:40)” [= ada tujuan yang
lain dari cerita sejarah ini. Ini merupakan suatu TYPE dan nubuat tentang
kebangkitan Kristus dan hal-hal tentang fakta yang penting itu. Tentang hal ini
sang Juruselamat sendiri memberikan terang yang jelas. ‘Seperti Yunus tinggal
di dalam perut ikan tiga hari tiga malam, demikian juga Anak Manusia akan
tinggal di dalam rahim bumi tiga hari tiga malam’ (Mat 12:40)] - ‘Introduction’, hal iii.
Lagi-lagi terlihat tujuan baik dari Allah waktu
membiarkan Yunus memberontak. Dengan demikian sekarang peristiwa ini bisa
menjadi TYPE dari peristiwa dimana Kristus ada dalam kubur selama 3 hari.
3)Ikan apa yang menelan Yunus ini?
Sebetulnya
Kitab Suci tidak mengatakan jenis dari ikan ini; Kitab Suci hanya mengatakan ‘ikan besar’. Tetapi boleh dikatakan
semua penafsir mencoba untuk memperkirakan ikan apa yang menelan Yunus ini.
a) Banyak orang yang menganggap
bahwa ini adalah ikan paus, mungkin karena ikan paus dikenal sebagai
ikan yang terbesar, dan juga mungkin karena terjemahan salah dari
Mat 12:40 versi KJV/RSV, yang menyebutkan ‘whale’ (= ikan paus).
Mat 12:40
- “Sebab
seperti Yunus tinggal di dalam perut ikan tiga hari tiga malam, demikian
juga Anak Manusia akan tinggal di dalam rahim bumi tiga hari tiga malam”.
Dalam Mat 12:40 ini KJV/RSV menterjemahkan ‘whale’ (= ikan paus), dan NASB
menterjemahkan ‘sea monster’ (=
monster laut), sedangkan NIV menterjemahkan ‘a
huge fish’ (= seekor ikan yang besar).
Editor
dari Calvin’s Commentary mengomentari
tentang kata Yunani yang digunakan dalam Mat 12:40 sebagai berikut: “that
word is a general term applied to a large fish, and does not necessarily mean
the whale” (= kata itu merupakan istilah umum yang diterapkan pada ikan
yang besar, dan tidak harus berarti ikan paus) - ‘Commentaries on Jonah’, hal 72, footnote.
Barnes’ Notes: “Our Lord’s words then would be rendered more literally ‘in the fish’s
belly’, than ‘in the whale’ belly’. Infidel’s seized eagerly on the fact of the
narrowness of the whale’s throat; their cavil applied only to an incorrect
rendering of modern versions.” [= Maka kata-kata Tuhan kita diterjemahkan
secara lebih hurufiah dengan kata-kata ‘dalam perut ikan’ dari pada ‘dalam
perut ikan paus’. Orang kafir cepat-cepat mencekam fakta tentang sempitnya
tenggorokan ikan paus; pertengkaran mereka tentang hal-hal yang kecil ini hanya
berlaku terhadap suatu terjemahan yang salah dari versi-versi (Kitab Suci) modern] - hal 385.
b) Ada banyak orang modern yang
justru menentang bahwa ikan ini adalah ikan paus, dan
mereka menganggap bahwa ikan ini adalah ikan hiu putih.
Alasan pandangan ini:
1. Di Laut
Tengah tidak ada ikan paus kecuali kalau tersesat.
2. Sekalipun
ikan paus itu ikan terbesar tetapi tenggorokan ikan paus justru kecil sehingga
tidak memungkinkan menelan seorang manusia. Tetapi tentang hal ini ada beberapa
penafsir yang mengatakan bahwa ada paus tertentu yang bisa menelan seorang
manusia secara utuh yaitu ikan paus Sperm.
3. Di Laut
Tengah banyak ikan hiu putih, yang memang bisa menelan seorang manusia atau
bahkan seekor kuda secara utuh.
Adam Clarke: “This could not have been a
whale, for the throat of that animal can scarcely admit a man’s leg; but it
might have been a shark, which abounds in the Mediterranean, and whose mouth
and stomach are exceedingly capacious. In several cases they have been known to
swallow a man when thrown overboard” [= Ini tidak mungkin seekor ikan Paus,
karena tenggorokan dari binatang itu hampir tidak bisa menelan kaki (leg)
manusia; tetapi itu mungkin adalah seekor ikan hiu, yang banyak terdapat di Laut
Tengah, dan yang mulutnya dan perutnya sangat luas. Dalam beberapa kasus mereka
telah diketahui menelan seorang manusia pada waktu terlempar keluar kapal] - hal 701.
Dalam
tafsirannya tentang Mat 12:40 Clarke juga mengatakan bahwa di Laut Tengah
tidak biasanya ada ikan paus, kecuali ikan itu kesasar. Tetapi ikan hiu memang
banyak di sana.
‘Unger’s
Bible Dictionary’: “Much objection has been urged against the
truth of the story of Jonah and the fish. It is simply said, ‘The Lord had
prepared a great fish to swallow up Jonah.’ The species of marine animal is not
defined, and the Greek KETOS is often used to specify, not the genus whale, but
any large fish or sea monster. All objection to its being a whale which lodged
Jonah in its stomach, from the straitness of throat or rareness of haunt in the
Mediterranean, are thus removed. Since the days of Bochart it has been a common
opinion that the fish was of the shark species, Lamia canis carcharias, or ‘sea
dog.’ Entire human bodies have been found in some fishes of this kind. Still,
granting all these facts, the narrative is miraculous, and nothing is
impossible with God” (= Banyak keberatan telah diberikan terhadap
kebenaran dari cerita Yunus dan ikan. Hanya dikatakan ‘Tuhan telah
mempersiapkan seekor ikan besar untuk menelan Yunus’. Jenis dari binatang laut
itu tidak diberikan, dan kata Yunani KETOS sering digunakan untuk menunjuk,
bukan pada jenis ikan paus, tetapi pada seadanya ikan besar atau monster laut.
Dengan demikian, semua keberatan tentang ikan paus yang memberikan penginapan
kepada Yunus dalam perutnya, karena sempitnya tenggorokannya atau jarangnya
ikan Paus mengunjungi Laut Tengah, disingkirkan. Sejak jaman dari Bochart telah
menjadi pandangan umum bahwa ikan itu adalah dari jenis hiu, Lamia canis
carcharias, atau ‘anjing laut’. Tubuh manusia yang utuh telah ditemukan dalam
beberapa ikan jenis ini. Sekalipun mengakui fakta-fakta ini, tetap cerita
ini merupakan sesuatu yang bersifat mujijat, dan tidak ada yang mustahil bagi
Allah) - hal 601.
Catatan: yang disebut ‘anjing laut’ adalah sejenis
ikan, bukan anjing laut yang kita kenal, karena anjing laut yang kita kenal
dalam bahasa Inggris adalah ‘seal’,
sedangkan ini disebut sebagai ‘sea-dog’.
Barnes’ Notes: “In all modern works on Zoology, we find 30 feet given as a common
length for a shark’s body. Now a shark’s body is usually only about eleven
times the length of the half of its lower jaw. Consequently a shark of 30 feet
would have a lower jaw of nearly 6 feet in its semicircular extent. Even if
such a jaw as this was of hard bony consistence instead of a yielding
cartilaginous nature, it would qualify its possessor for engulfing one of our
own species most easily” (= Dalam semua tulisan Zoology modern, kami
mendapatkan bahwa 30 kaki diberikan sebagai panjang yang umum untuk tubuh
seekor ikan hiu. Panjang tubuh seekor ikan hiu biasanya hanyalah 11 x
panjang dari setengah dari rahang bawahnya. Jadi seekor hiu yang panjangnya 30
kaki mempunyai rahang bawah hampir 6 kaki dalam bentuk ½ lingkaran. Bahkan jika
rahang seperti ini terdiri dari tulang yang keras dan bukannya dari
bahan yang bersifat elastis, itu memungkinkan pemilikinya untuk menelan seorang
dari jenis kita dengan sangat mudah) - hal 386.
Barnes’ Notes: “Fish, of such size that they can swallow a man whole, and which are so
formed as naturally to swallow their prey whole, have been found in the
Mediterranean. The white shark, having teeth merely incisive, has no choice,
except between swallowing its prey whole, or cutting off a portion of it. It
cannot hold its prey, or swallow it piecemeal. Its voracity leads it to swallow
at once all which it can. Hence Otto Fabricius relates, ‘Its wont is to swallow
down dead and somtimes also, living men, which it finds in the sea.’” [=
Ikan, dengan ukuran sedemikian rupa sehingga mereka bisa menelan seorang
manusia secara utuh, dan yang dibentuk secara alamiah untuk menelan mangsa
mereka secara utuh, telah ditemukan di Laut Tengah. Ikan hiu putih, yang hanya
mempunyai gigi-gigi yang tajam, tidak mempunyai pilihan, kecuali menelan
mangsanya secara utuh atau memotong / menyobek sebagian dari mangsanya. Ia
tidak bisa menahan mangsanya, atau menelannya sedikit demi sedikit.
Kerakusannya mendorongnya untuk menelan sekaligus semua yang bisa ditelannya.
Karena itu Otto Fabricius menceritakan: ‘Kebiasaannya adalah menelan orang yang
mati, dan kadang-kadang orang yang hidup, yang ditemuinya di laut’] - hal
385-386.
‘The
International Standard Bible Encyclopedia’, vol 2:
“While
the throats of most whales are too narrow to swallow a man, the cachalot or
sperm whale can” [=
Sementara tenggorokan dari kebanyakan ikan paus terlalu sempit untuk menelan
seorang manusia, Cachalot atau ikan paus Sperm bisa (menelan manusia)] - hal
1115.
Daily
Bible Commentary (vol 2): “we do know that sperm whale and large
sharks capable of swallowing a man have been identified in the East
Mediterranean, and it is probable one of these creatures that is meant by
Jonah’s ‘great fish’.” (= kita tahu bahwa ikan paus jenis Sperm dan ikan
hiu besar yang mampu menelan seorang manusia telah diidentifikasi di Laut
Tengah bagian Timur, dan adalah mungkin bahwa satu dari makhluk-makhluk inilah
yang dimaksud dengan ‘ikan besar’nya Yunus) - hal 458-459.
Barnes
(hal 386) mengatakan bahwa ikan hiu putih tak pernah terlihat dekat pantai
kecuali ia sedang mengejar mangsanya atau dikejar oleh ikan Paus Sperm, yang
sangat ditakutinya sehingga tidak berani didekatinya bahkan kalau ikan paus itu
sudah mati. Ini menunjukkan bahwa ikan paus Sperm jauh lebih besar dari ikan
hiu putih.
Barnes’ Notes: “A natural historian of repute relates, ‘In 1758 in stormy weather a
sailor fell overboard from a frigate in the Mediterranean. A shark was close
by, which, took him in his wide throat, so that he forthwith disappeared. Other
sailors had leapt into the sloop, to help their comrade, while yet swimming;
the captain had a gun which stood on the deck discharged at the fish, which struck it so, that it cast
out the sailor which it had in its throat, who was taken up, alive and little
injured, by the sloop which had now come up. The fish was harpooned, taken up
on the frigate, and dried. The captain made a present of the fish to the sailor
who, by God’s Providence, had been so wonderfully preserved. The sailor went
round Europe exhibiting it. He came to Franconia, and it was publicly exhibited
here in Erlangen, as also at Nurnberg and other places. The dried fish was
delineated. It was 20 feet long, and, with expanded fins, nine feet wide, and
weight 3924 pounds. From all this, it was probable that this was the fish of
Jonah.’” [= Seorang sejarawan alam yang mempunyai nama baik menceritakan: ‘Pada
tahun 1758 dalam cuaca yang berangin keras seorang pelaut jatuh keluar dari
sebuah kapal perang ukuran sedang yang ada di Laut Tengah. Seekor hiu ada di
dekatnya, dan pada waktu orang itu sedang berenang dan berteriak minta tolong,
menelannya sehingga ia segera hilang. Pelaut-pelaut yang lain telah melompat ke
dalam sekoci untuk menolong teman mereka, pada waktu ia masih sedang berenang;
sang kapten mempunyai sebuah senapan di kapal dan menembakkannya pada ikan itu,
sehingga ikan itu memuntahkan si pelaut yang ada di tenggorokannya, yang lalu
diangkat, dalam keadaan hidup dan hanya terluka sedikit, oleh sekoci yang
sekarang datang. Ikan itu lalu ditembak dengan harpun, diangkat ke dalam kapal
perang itu, dan dikeringkan. Sang kapten memberikan ikan itu sebagai hadiah
kepada si pelaut, yang oleh providensia Allah, telah dipelihara dengan cara
yang luar biasa. Si pelaut itu pergi keliling Eropah memamerkan ikan itu. Ia
datang di Franconia, dan ikan itu dipamerkan secara umum di sini di Erlangen,
seperti juga di Nurnberg dan tempat-tempat lain. Ikan yang kering itu
dilukiskan. Panjangnya 20 kaki, dan dengan sirip dikembangkan lebarnya 9 kaki,
dan beratnya 3924 pounds. Dari semua ini, itu mungkin merupakan ikan yang
menelan Yunus’] - hal 385-386.
Catatan: cerita tentang pelaut yang ditelan ikan
pada tahun 1758 itu juga diceritakan oleh Keil & Delitzsch pada footnote / catatan kaki dari hal 398.
Barnes’ Notes melanjutkan lagi: “This is by no means an insulated account of
the size of this fish. Blumenbach states, ‘the white shark, or Canis
carcharias, is found of the size of 10,000 lbs, and horses have been found
whole in its stomach.’ A writer of the 16th century on ‘the fish of
Marseilles’ says, ‘they of Nice attested to me, that they had taken a fish of
this sort, approaching to 4000 lbs weight, in whose body they had found a man
whole. Those of Marseilles told something similar, that they had once taken a Lamia
(so they still popularly call the Carcharias) and found in it a man in a coat
of mail (loricatus.)’ ... Richardson, speaking of the white shark in N.
America, says that they attain the length of 30 feet, i.e. a 3d larger than
that which swallowed the sailor whole. Lacepede speaks of a fish of this kind
as ‘more than 30 feet long.’” [= Ini sama sekali bukan merupakan cerita
satu-satunya tentang ukuran ikan ini. Blumenbach menyatakan, ‘Ikan hiu putih,
atau Canis carcharias, ditemukan dengan ukuran 10.000 pounds, dan kuda-kuda
telah ditemukan secara utuh dalam perutnya.’ Seorang penulis abad ke 16
tentang ‘ikan dari Marseiles’ mengatakan, ‘mereka dari Nice
menegaskan kepada saya, bahwa mereka telah menangkap seekor ikan dari jenis
ini, yang beratnya mendekati 4.000 pounds, dalam tubuh siapa mereka
menemukan seorang manusia yang utuh. Mereka dari Marseiles menceritakan hal
yang serupa, bahwa suatu kali mereka menangkap seekor Lamia (begitulah mereka
memberi sebutan populer pada Carcharias) dan menemukan di dalamnya seorang
manusia dalam sebuah pakaian pos (?)’. ... Richardson, berbicara tentang ikan
hiu putih di Amerika Utara, mengatakan bahwa mereka mencapai panjang 30 kaki,
yaitu 1/3 lebih panjang dari pada ikan yang menelan pelaut secara utuh itu.
Lacepede berbicara tentang ikan jenis ini yang ‘panjangnya lebih dari 30 kaki’] - hal 385-386.
c) Kalaupun ikan itu menelan Yunus
secara utuh, sehingga Yunus masuk ke perut ikan itu dalam
keadaan hidup, mungkinkan Yunus tetap hidup selama 3 hari dalam perut ikan? Biasanya 2 hal
yang dipersoalkan:
1. Dari
mana udara / oksigen untuk bernafas?
Dalam
persoalan oksigen, beberapa penafsir mengajak untuk menyoroti bayi yang ada
dalam kandungan ibunya selama 9 bulan. Ia juga tidak bisa bernafas, tetapi
tetap hidup. Kalau Tuhan bisa melakukan hal itu, maka Tuhan pasti juga bisa
menjaga agar Yunus tetap hidup di dalam perut ikan selama 3 hari!
2. Zat
asam lambung dari ikan itu pasti menghancurkan / membunuh Yunus.
Tentang
zat asam yang seharusnya membunuh Yunus ini, Barnes (hal 387) mengutip
kata-kata Agustinus, yang menunjuk kepada peristiwa Sadrakh, Mesakh dan
Abednego yang dimasukkan ke dalam dapur api. Kalau Allah bisa memelihara mereka
di sana sehingga mereka tetap hidup, maka mengapa Allah tidak bisa memelihara
Yunus dalam perut ikan?
Perhatikan juga 2 kutipan di
bawah ini.
‘The
International Standard Bible Encyclopedia’, vol 2:
“Moreover,
G. Macloskie ... has suggested that even other species of whales could preserve
a man alive, were the man able to reach the great laryngeal pouch. This
structure, with its thick, elastic walls, is large enough to contain a man and
to supply him with air for breathing” [= Selanjutnya, G. Macloskie ... menunjukkan bahwa bahkan jenis-jenis
ikan paus yang lain bisa memelihara / menjaga seorang manusia tetap hidup, asal
orang itu bisa mencapai kantung perut yang besar pada pangkal tenggorokan.
Struktur ini, dengan dindingnya yang tebal dan bersifat elastis, cukup besar
untuk menampung seorang manusia dan menyuplainya dengan udara untuk bernafas] - hal
1115.
‘The
International Standard Bible Encyclopedia’, vol 2: “A.
J. Wilson [Princeton Theological Review, 25 (1941), 636] records the case of a
man swept overboard by
a harpooned sperm whale in the vicinity of the Falkland Islands. The whale was
eventually killed and cut apart. After three days, the missing sailor was found
in the animal’s stomach, unconscious. He was successfully revived, although the
skin of his face, neck and hands was bleached white by the whale’s gastric
juice” [= A. J. Wilson
{Princetin Theological Review, 25 (1941), 636} mencatat kasus seorang manusia
yang disapu keluar kapal oleh seekor ikan paus Sperm yang terkena harpun di
sekitar kepulauan Falkland. Ikan paus itu akhirnya dibunuh dan dibelah. Setelah
3 hari, pelaut yang hilang itu ditemukan dalam perut binatang itu dalam keadaan
pingsan. Ia berhasil disadarkan kembali, sekalipun kulit wajah, leher, dan
tangannya menjadi putih karena getah perut / cairan asam perut dari ikan paus
itu] - hal 1115.
d) Bagaimanapun juga, peristiwa
Yunus yang ditelan ikan dan tetap hidup setelah 3 hari, tetap merupakan suatu
mujijat.
Saya
mengutip ulang bagian terakhir kata-kata dari Unger yang sudah saya kutip di
atas.
‘Unger’s
Bible Dictionary’: “Still, granting all these facts, the narrative
is miraculous, and nothing is impossible with God” (= Sekalipun mengakui
fakta-fakta ini, tetap cerita ini merupakan sesuatu yang bersifat mujijat, dan
tidak ada yang mustahil bagi Allah) - hal 601.
Leslie
C. Allen (NICOT) mengutip kata-kata Campbell Morgan: “Men have been looking so hard at the great
fish that they have failed to see the great God” (= Manusia melihat dengan
begitu keras pada ikan besar itu sehingga mereka gagal untuk melihat Allah yang
besar) - hal 192.
Pulpit Commentary: “See how easily God can turn the destroyer into a preserver. Instead of
killing Jonah, the fish saves his life” (= Lihatlah betapa mudahnya Allah
bisa membalikkan penghancur / pemusnah menjadi pemelihara. Bukannya membunuh
Yunus, tetapi ikan itu justru menyelamatkan nyawanya) - hal 23.
Kesimpulan / penutup.
1) Semua ini merupakan perwujudan
bukan dari kebencian Allah tetapi dari kasih Allah kepada Yunus.
Pulpit Commentary: “When man forsakes God, he who is infinite in mercy does not forsake
man” (= Pada waktu manusia meninggalkan Allah, Ia yang tidak terbatas dalam
belas kasihan tidak meninggalkan manusia) - hal 39.
J. C. Metcalfe: “One of the most comforting things about this little Book is that we
see in action God’s patience with His rebellious servant, and are permitted to
watch His education of him, and His loving efforts to win him from his
self-centredness” (= Salah satu dari hal-hal yang paling menghibur tentang
Kitab yang kecil ini adalah bahwa kita melihat sedang beraksinya kesabaran
Allah terhadap hambaNya yang memberontak, dan kita diijinkan untuk melihat
pendidikan terhadapnya, dan usaha kasihNya untuk memenangkannya dari sikap
egoisnya) - ‘The Angry Prophet’,
hal 6.
2)Semua ini
mengajar kita untuk tidak lari dari panggilan Allah.
Leslie
C. Allen (NICOT): “This
universal sovereignty is displayed in the first two chapters, where the
hurricane, the tempestuous sea, and the enormous fish are represented as but
minions in the service of the divine will (1:14). The uselessness of pitting
oneself against it is dramatically portrayed: it is irresistible” [=
Kedaulatan yang universal ditunjukkan dalam 2 pasal yang pertama, dimana badai,
laut yang bergelora, dan ikan yang sangat besar digambarkan sebagai
tangan-tangan yang melayani kehendak ilahi (1:14). Ketidakbergunaan untuk
menentang kehendak itu digambarkan secara dramatis: kehendak itu tidak bisa
ditolak] - hal 192.
Pulpit Commentary: “he found that desertion, however possible, can never be satisfactory.
God’s authority is not to be run away from. He makes storms his artillery, and
thunders after the run-away. He makes heathen sailors his officers, and
captures him in his flight. He makes a fish’s belly his dungeon keep, and puts
him in durance there. Do not for a moment dream of evading God. If you run away
from his spade, you run against his sword. ... Disobedience accomplished means
judgment on the way, and judgment on the way means judgment ahead of the
transgressor, and waiting for him as the angle for wretched Balaam” [= ia
mendapati bahwa tindakan desertir / meninggalkan, betapapun dimungkinkan, tidak
pernah bisa memuaskan. Kita tidak boleh lari dari otoritas Allah. Ia membuat
badai sebagai artilerinya, dan petir mengejar orang yang lari itu. Ia membuat
para pelaut kafir sebagai pejabat-pejabatNya, dan menangkapnya dalam
pelariannya. Ia membuat perut ikan sebagai penjaraNya, dan meletakkannya
sementara waktu (?) di sana. Jangan sesaatpun bermimpi untuk menghindari Allah.
Jika engkau lari dari sekopNya, engkau berlari terhadap pedangNya. ...
Ketidaktaatan yang dicapai / dilakukan berarti penghakiman yang sedang dalam
perjalanan, dan penghakiman yang sedang dalam perjalanan berarti penghakiman
ada di depan si pelanggar, dan menunggunya seperti sang malaikat menunggu
Bileam yang hina] - hal 14.
Catatan: kata-kata ‘lari dari sekopNya’ mungkin maksudnya adalah ‘lari dari pekerjaan di ladang Tuhan’.
-AMIN-
Kredit gambar ilustrasi: workers for Jesus
No comments:
Post a Comment