Benarkah
Mesias Memiliki Kesehakekatan Dengan Bapa: Memahami Sang Firman Turun Menjadi
Manusia
Sebuah refleksi yang disusun untuk menuntun mereka keluar dari
konsepsi Corpus Delicti & Yesus adalah Allah yang dilantik
Oleh:
Martin Simamora
Bacalah
lebih dulu bagian 6
Sebuah Catatan Kecil
Saya ingin memberikan
satu catatan penting lebih dulu pada bagian ini, sebelum saya meneruskan serial
ini.
Apa yang diperlihatkan oleh Yesus Sang Mesias, sekali lagi harus senantiasa
dicamkan,bukanlah kemuliaan yang diharapkan seharusnya diperlihat. Sebaliknya
walau itu adalah milik kehakekatannya, orang-orang tak akan mendapatkan semacam
kegemilangan mesianik yang didambakan. Pernah hal ini hendak dikejar untuk
direbut bahkan, tetapi bagaimanapun jitunya momentum yang terjadi serta
bagaimanapun kuatnya bukti visual telah bersaksi bagi jiwa mereka, tetap saja
mereka tak akan menemukan penggenapan lahiriah dambaan, sebab inilah yang
terjadi:
Yohanes
6:14-15Ketika orang-orang itu melihat mujizat yang telah diadakan-Nya, mereka
berkata: "Dia ini adalah benar-benar nabi yang akan datang ke dalam
dunia." Karena Yesus tahu, bahwa mereka hendak datang dan
hendak membawa Dia dengan paksa untuk menjadikan Dia raja, Ia menyingkir pula
ke gunung, seorang diri.
Nabi Yesaya sendiri
pernah mendeklarasikan nubuat-nubuat penting yang juga menjadi dasar bagi
orang-orang Israel untuk mengenalinya:
Yesaya
52:7 Betapa indahnya kelihatan dari puncak bukit-bukit kedatangan pembawa
berita, yang mengabarkan berita damai dan memberitakan kabar baik, yang
mengabarkan berita selamat dan berkata kepada Sion: "Allahmu itu
Raja!"
Yesaya
52:13Sesungguhnya, hamba-Ku akan berhasil, ia akan ditinggikan, disanjung dan
dimuliakan.
Sebagai seorang
mesias yang gilang gemilang pada kesudahannya. Coba kita memperhatikan ini: Sesungguhnya, hamba-Ku akan berhasil, ia
akan ditinggikan, disanjung dan dimuliakan,juga yang ini “Allahmu itu Raja.” Jika demikian mengapa
Yesus menyingkir ke gunung untuk menjauhkan diri dari mereka, sementara hati
orang banyak tersebut sudah begitu diteguhkan oleh kesaksian divinitasnya
sendiri secara kasat mata dan bahkan setelahnya pun tetap ada semacam monumen yang
bersaksi lebih kuat daripada kata-kata itu sendiri, yatu:
Yohanes
6:12-13 Dan setelah mereka kenyang Ia berkata kepada murid-murid-Nya:
"Kumpulkanlah potongan-potongan yang lebih supaya tidak ada yang terbuang."
Maka
merekapun mengumpulkannya, dan mengisi dua belas bakul penuh dengan
potongan-potongan dari kelima roti jelai yang lebih setelah orang makan.
Yesus sendiri, pada
momen ini, telah dapat dikatakan: telah ditinggikan, disanjung dan dimuliakan.
Bahkan jelas sekali tujuan orang-orang Israel adalah untuk mendaulatnya sebagai
raja.
Tetapi juga menjadi
jelas kalau nabi Yesaya juga melantunkan baris nubuat yang begitu kontradiktif
jika saja kita tak memahami apakah yang menjadi tujuan raja ini berlaku
demikian. Sementara Yesaya menuliskan aspek kegemilangan, ia juga menuliskan
aspek keburaman yang tak terpahamkan oleh logika manusia, sebab sekonyong-konyong
tanpa sebuah transisi yang mendamaikan hati, mesias ini kemudian digambarkan
begini:
Yesaya
52:14Seperti banyak orang akan tertegun melihat dia--begitu buruk rupanya, bukan
seperti manusia lagi, dan tampaknya bukan seperti anak manusia lagi
Baris ini meruntuhkan
bukan saja secara dramatis tetapi membuat siapapun akan kehilangan ekspektasi
mesianik yang telah terbangun. Ini: begitu buruk rupanya, bukan seperti manusia
lagi, sekonyong-konyong mengusir begitu saja: Sesungguhnya, hamba-Ku akan berhasil, ia akan ditinggikan, disanjung
dan dimuliakan. Sebab apakah yang bisa dikatakan keberhasilan, jika
faktanya begitu buruk rupanya, bukan seperti manusia lagi. Siapakah yang
mengakibatkannya dan apakah Yang Mahakuasa telah gagal menggenapi “hambaku akan
berhasil?”
Yesus Sang Mesias
lebih jelas lagi menggenapinya dalam konteks yang begitu dramatis tanpa sebuah
transisi, semacam ini: dimuliakan dan ditinggikan àditangkap dan dihukum mati pada kayu
salib!
Ia disambut begitu gemilang
di Yerusalem, sekaligus dihempaskan
Yohanes
12:12-13 Keesokan harinya ketika orang banyak yang datang merayakan pesta
mendengar, bahwa Yesus sedang di tengah jalan menuju Yerusalem, mereka
mengambil daun-daun palem, dan pergi menyongsong Dia sambil berseru-seru:
"Hosana! Diberkatilah Dia yang datang dalam nama Tuhan, Raja
Israel!"
|
→
|
Yohanes
19:13-15 Ketika
Pilatus mendengar perkataan itu, ia menyuruh membawa Yesus ke luar, dan ia
duduk di kursi pengadilan, di tempat yang bernama Litostrotos, dalam bahasa
Ibrani Gabata. Hari
itu ialah hari persiapan Paskah, kira-kira jam dua belas. Kata Pilatus kepada
orang-orang Yahudi itu: "Inilah rajamu!" Maka
berteriaklah mereka: "Enyahkan Dia! Enyahkan Dia! Salibkan Dia!"
Kata Pilatus kepada mereka: "Haruskah aku menyalibkan rajamu?" Jawab
imam-imam kepala: "Kami tidak mempunyai raja selain dari pada
Kaisar!"
|
Sebagai catatan
sangat penting, nabi Yesaya sendiri memberikan gambaran yang vulgar yang
menjelaskan mengapa sang mesias,kemudian, rupanya pun bukan seperti anak
manusia. Raja yang dapat ditaklukan dunia, bukankah tidak dapat dikatakan
sebagai raja, apalagi Allah? Tidak hanya catatan ini, nabi Yesaya bahkan
menyingkapkan apakah yang akan terjadi melalui dan hanya didalam Raja yang
malang ini:
Yesaya
53:2-3 Sebagai
taruk ia tumbuh di hadapan TUHAN dan sebagai tunas dari tanah kering. Ia tidak
tampan dan semaraknyapun tidak ada sehingga kita memandang dia, dan rupapun
tidak, sehingga kita menginginkannya. Sebagai taruk ia
tumbuh di hadapan TUHAN dan sebagai tunas dari tanah kering. Ia tidak tampan
dan semaraknyapun tidak ada sehingga kita memandang dia, dan rupapun tidak,
sehingga kita menginginkannya.
Yesaya
53:4-5 Tetapi
sesungguhnya, penyakit kitalah yang ditanggungnya, dan kesengsaraan kita yang
dipikulnya, padahal kita mengira dia kena tulah, dipukul dan ditindas Allah.
Tetapi
dia tertikam oleh karena pemberontakan kita, dia diremukkan oleh karena
kejahatan kita; ganjaran yang mendatangkan keselamatan bagi kita ditimpakan
kepadanya, dan oleh bilur-bilurnya kita menjadi sembuh.
Yesaya
53:7 Dia
dianiaya, tetapi dia membiarkan diri ditindas dan tidak membuka mulutnya
seperti anak domba yang dibawa ke pembantaian; seperti induk domba yang kelu di
depan orang-orang yang menggunting bulunya, ia tidak membuka mulutnya.
Yesaya
53:9-10 Orang
menempatkan kuburnya di antara orang-orang fasik, dan dalam matinya ia ada di
antara penjahat-penjahat, sekalipun ia tidak berbuat kekerasan dan tipu tidak
ada dalam mulutnya. Tetapi TUHAN berkehendak meremukkan
dia dengan kesakitan. Apabila ia menyerahkan dirinya sebagai korban penebus
salah, ia akan melihat keturunannya, umurnya akan lanjut, dan kehendak TUHAN
akan terlaksana olehnya
Sekaligus menjawab
pertanyaan, apakah Allah telah gagal dengan rencana-Nya sendiri dengan transisi
buram sekonyong-konyong tersebut? Kita melihat secara jelas bahwa 2 episode
yang tak mungkin berpasangan sebagai kekasih agung: Raja & Penderitaan
menghinakan martabat raja, faktanya merupakan kehendak TUHAN. Nabi Yesaya
bahkan meletakan hal yang tak mungkin ingin dilihat oleh siapapun manusia bahwa
Raja itu harus mati. Apa yang tak dapat dimengerti adalah bahwa apapun yang
terjadi secara literal adalah sebuah relasi: Bapa bersabda-Anak menggenapinya
secara sempurna. Nabi Yesaya menuliskannya begini: Tetapi TUHAN berkehendak
meremukan dia dengan kesakitan. Apabila ia menyerahkan dirinya sebagai korban
penebus salah,ia akan melihat keturunannya, umurnya akan lanjut, dan kehendak
TUHAN akan terlaksana. Disini kita melihat sekaligus kematian dan kehidupan:
kematian dan Kebangkitan Raja dari kematian untuk melahirkan banyak keturunan
dari dirinya yang telah bangkit dari kematian. Lalu kematian itu, tentu saja,
harus dalam tujuan Allah. Apakah tujuan Allah itu? Ini jawabnya: Apabila ia menyerahkan dirinya sebagai
korban penebus salah.
Kita harus memahami
bahwa Mesias dalam lintasan sejarah semacam ini akan menghasilkan sebuah
penanggalan pengharapan yang sangat ekstrim. Coba perhatikan ini:
Matius
27:22-25 Kata Pilatus kepada mereka: "Jika begitu, apakah yang harus
kuperbuat dengan Yesus, yang disebut Kristus?" Mereka semua berseru:
"Ia harus disalibkan!" Katanya: "Tetapi
kejahatan apakah yang telah dilakukan-Nya?" Namun mereka makin keras
berteriak: "Ia harus disalibkan!" Ketika Pilatus
melihat bahwa segala usaha akan sia-sia, malah sudah mulai timbul kekacauan, ia
mengambil air dan membasuh tangannya di hadapan orang banyak dan berkata:
"Aku tidak bersalah terhadap darah orang ini; itu urusan kamu
sendiri!" Dan seluruh rakyat itu menjawab:
"Biarlah darah-Nya ditanggungkan
atas kami dan atas anak-anak kami!"
Mesias yang menderita
adalah kegegalan dan kepalsuan; sama seperti halnya dengan Allah menjadi
manusia akan segera menyuburkan berbagai gagasan-gagasan humanistik akan
eksistensi manusia yaitu berpotensi unggul atau berhasil sekaligus berpotensi lemah
atau gagal. Nabi Yesaya sendiri membukan salah satu episode nubuat mesianik ini
yang secara jitu memotret fenomena kegagalan manusia untuk memandang mesias
sebagai yang tak dapat berdosa dan tak dapat gagal sebab bahkan dalam
penderitaan terkelamnya, sang mesias tak kehilangan keilahiannya yang sehakekat
dengan Bapa. Cobalah renungkan nubuat ini:
Yesaya
53:1 Siapakah
yang percaya kepada berita yang kami dengar, dan kepada siapakah tangan
kekuasaan TUHAN dinyatakan?
Yesaya
53:4 Tetapi
sesungguhnya, penyakit kitalah yang
ditanggungnya, dan kesengsaraan kita yang dipikulnya, padahal kita mengira dia kena tulah, dipukul dan ditindas Allah.
Yesaya
53:5 Tetapi
dia tertikam oleh karena
pemberontakan kita, dia diremukkan oleh karena kejahatan kita; ganjaran yang mendatangkan keselamatan
bagi kita ditimpakan kepadanya, dan oleh bilur-bilurnya kita menjadi sembuh.
Yesaya
53:9 Orang
menempatkan kuburnya di antara orang-orang fasik, dan dalam matinya ia ada di
antara penjahat-penjahat, sekalipun ia
tidak berbuat kekerasan dan tipu tidak ada dalam mulutnya.
Yesaya
53:10 Tetapi
TUHAN berkehendak meremukkan dia
dengan kesakitan. Apabila ia menyerahkan dirinya sebagai korban penebus salah, ia akan melihat keturunannya, umurnya
akan lanjut, dan kehendak TUHAN akan
terlaksana olehnya
Poin-poin di atas
ini, secara tegas,substantif dan total menunjukan bahwa sementara sang raja
dihempaskan dalam kegelapan yang terkelam untuk seorang yang sempat dielu dan
berhasil menunjukan tanda-tanda terlihat kemesiasannya, sama sekali tak ada indikasi,
Ia sedang ditinggal Allah atau bahkan Allah gagal sebab tak sedang memerintah
dalam kedaulatan. Sebaliknya melalui Yesus hingga kematiannya di kayu salib,
sang mesias dan Bapa telah menggenapi segala rancangan, maksud dan kerja-Nya.
Kehendak TUHAN akan terlaksana olehnya, tepat pada momen ia diremukan sebagai
korban penebus salah. Bahkan kita perlu mengetahui kebenaran ini: andaikata Ia
bukan diremukan sebagai korban penebus salah, maka adalah kemustahilan bagi
Yesus untuk bersabda kepada Bapa-Nya:
Lukas
23:34 Yesus
berkata: "Ya Bapa, ampunilah mereka,
sebab mereka tidak tahu apa yang mereka
perbuat."
Bagaimana mungkin ada
pengampunan untuk saudara-saudara sebangsa mesias yang berseru Biarlah darah-Nya ditanggungkan atas
kami dan atas anak-anak kami!? Lebih jauh lagi, jika Yesus tidak mati
sebagai sebuah karya Bapa dan Anak pada sepanjang waktu penderitaan hingga
kematian dan kebangkitannya bukan merupakan karya Bapa dalam Anak yang penuh kuasa
menyerahkan diri-Nya sebagai korban penebus salah, maka bagaimana mungkin
Pentakosta bisa terjadi di Yerusalem dan pertama-pertama bagi para rasul?
Bersambung
ke Bagian 8
Soli
Deo Gloria
Solus
Christus
No comments:
Post a Comment