Oleh: Martin Simamora
Kematian-Nya
Dituliskan Untuk Dimuliakan
(Refleksi)
Sama seperti “Tidak
ada seorangpun yang telah naik ke sorga, selain
dari pada Dia yang telah turun dari sorga, yaitu Anak Manusia- Yohanes
3:13,” maka juga Yesus satu-satunya manusia yang pernah masuk
ke dalam dunia maut-mengalami kematian sejati untuk kemudian mengalami
kebangkitan kembali [ Ibrani menggambarkannya demikian: “..maka Ia juga menjadi sama dengan mereka dan mendapat bagian dalam
keadaan mereka, supaya oleh kematian-Nya Ia memusnahkan dia, yaitu Iblis, yang
berkuasa atas maut; dan supaya dengan jalan demikian Ia membebaskan mereka yang
seumur hidupnya berada dalam perhambaan oleh karena takutnya kepada maut-Ibrani
2:14-15]. Bahkan Yesus sendiri menyajikan kematiannya
yang demikian sebagai sebuah
pengajaran yang begitu hakiki dan menjadi tujuan kedatangannya ke dunia: “Ia
berkata kepada mereka: "Anak Manusia akan diserahkan ke dalam tangan
manusia, dan mereka akan membunuh Dia, dan tiga hari sesudah
Ia dibunuh Ia akan bangkit- Mark 9:31.” Ini bagi siapapun, tak
hanya dahulu kala namun kini, akan begitu sukar untuk dimengerti: “Mereka tidak mengerti perkataan itu, namun
segan menanyakannya kepada-Nya- Mark 9:32” [ didalam catatan Injil Lukas
pemberitaan kematian dirinya ditekankan sebagai hal yang tak boleh diperlakukan sambil lalu atau angin lalu saja
oleh para murid-murid-Nya, harus mengendap dan tinggal tetap
pada permukaan gendang telinga mereka dan pikiran mereka: “Dengarlah dan camkanlah
segala perkataan-Ku ini: Anak Manusia akan diserahkan ke
dalam tangan manusia-Luk 9:44, namun sekalipun begitu, merupakan hal
yang begitu jauh untuk diselami pikiran manusia walau terpatri pada permukaan gendang telinga mereka: “Mereka tidak mengerti perkataan itu, sebab artinya tersembunyi bagi mereka,
sehingga mereka tidak dapat memahaminya. Dan mereka tidak berani menanyakan
arti perkataan itu kepada-Nya”-Luk 9:45. Hal ini terjadi karena apa
sesungguhnya yang terjadi masih merupakan
hal yang tertutup bagi mereka-semua manusia].
Ini bukanlah pengajaran rahasia, sebab dalam
cara yang berbeda namun kokoh, pun dikemukakan oleh Yesus dihadapan publik:
▌Yohanes
2:18-21 Orang-orang Yahudi menantang Yesus, katanya: "Tanda apakah dapat
Engkau tunjukkan kepada kami, bahwa Engkau berhak bertindak demikian?"
Jawab
Yesus kepada mereka: "Rombak Bait Allah ini, dan dalam tiga hari Aku akan
mendirikannya kembali." Lalu kata orang Yahudi
kepada-Nya: "Empat puluh enam tahun orang mendirikan Bait Allah ini dan
Engkau dapat membangunnya dalam tiga hari?" Tetapi yang dimaksudkan-Nya
dengan Bait Allah ialah tubuh-Nya sendiri.
▌Lukas
17:25 Tetapi Ia harus menanggung
banyak penderitaan dahulu dan ditolak oleh angkatan ini.
Pada Lukas 17 kepada
orang-orang di luar murid-murid-Nya, Yesus bahkan menyingkapkan bahwa
penderitaan, kematian dan kebangkitannya adalah hal yang sangat menentukan
terkait penggenapan rencana keselamatan manusia dari Allah secara utuh:
▌Lukas
17:24 Sebab sama seperti kilat memancar dari ujung langit yang satu ke ujung
langit yang lain, demikian pulalah
kelak halnya Anak
Manusia pada hari kedatangan-Nya
Tidak ada kedatangan
Anak Manusia untuk penghakiman [Lukas 17:26-30] dunia ini, tanpa terlebih
dahulu Anak Manusia itu harus menanggung
banyak penderitaan. Tak ada dasar sama sekali untuk pengajaran yang
menyatakan kematian Kristus sebagai karya Allah menyelamatkan manusia sebagai “program”
tambahan atau pelengkap belaka. Ini adalah pengajaran yang begitu menista apa
yang dikehendaki Allah di dalam dan dikerjakan pada Yesus Kristus: “Betapa lebih beratnya hukuman yang harus
dijatuhkan atas dia, yang menginjak-injak Anak Allah, yang menganggap najis
darah perjanjian yang menguduskannya, dan yang menghina Roh kasih karunia?-
Ibrani 10:29,” memang pengajarannya terlihat santun sekali sebab hanya
menyatakan “ pengorbanan Yesus di salib hanyalah pelengkap saja,” tetapi ini
adalah penghinaan sebab Ibrani menyatakan kemuliaan agung pada pengorbanan
Yesus di kayu salib dalam sebuah ekpresi yang divinitas.
▌Matius
12:38-41 Pada waktu itu berkatalah beberapa ahli Taurat dan orang Farisi kepada
Yesus: "Guru, kami ingin melihat suatu tanda dari pada-Mu." Tetapi
jawab-Nya kepada mereka: "Angkatan yang jahat dan tidak setia ini menuntut
suatu tanda. Tetapi kepada mereka tidak akan diberikan tanda selain tanda nabi
Yunus. Sebab
seperti Yunus tinggal di
dalam perut ikan tiga hari tiga malam, demikian
juga Anak Manusia akan tinggal di
dalam rahim bumi tiga hari tiga malam. Pada waktu
penghakiman, orang-orang Niniwe akan bangkit bersama angkatan ini dan
menghukumnya juga. Sebab orang-orang Niniwe itu bertobat setelah mendengar
pemberitaan Yunus, dan sesungguhnya
yang ada di sini lebih dari pada Yunus!
Pada Matius 12:38-41 Yesus, kepada orang banyak, menunjukan bahwa
kematiannya yang akan berujung kepada
kebangkitan merupakan hal yang
telah digambarkan atau dituliskan sebagai sebuah kehendak atau ketetapan Allah
melalui
apa yang terjadi dan dialami oleh nabi Yunus, dengan berkata “Sebab seperti
Yunus tinggal dalam perut ikan
tiga hari tiga malam, demikian
juga Anak Manusia akan tinggal
di dalam rahim bumi tiga hari tiga malam.” Ini tak bermaksud menunjukan
pada kesamaan pada manusia Yunus dan manusia Yesus-bahwa Yesus pada dasarnya
manusia belaka yang takluk pada perbudakan kematian dan tak berkuasa atas
kehidupannya, bukan seperti itu. Apakah
dasarnya? Yesus sendiri menegaskan bahwa kesamaan yang dimaksud
adalah tinggal tiga hari tiga malam dalam makna meninggalkan kehidupan dunia ini
dalam sebuah peristiwa yang mematikan atau dapat mendatangkan maut, bukan
kemanusiaan dirinya dengan kemanusiaan Yunus: “sesungguhnya yang ada di sini lebih dari pada Yunus!”
Namun jelas tak dipahami oleh para
pendengarnya apakah yang dimaksudnya
dengan lebih dari pada Yunus, namun jelas terkait apa yang dapat
dilakukan oleh Yesus dan tak dapat dilakukan oleh Yunus sekalipun ia pun lepas
atau keluar dari peristiwa berisiko maut yang begitu tinggi dalam hidupnya.
Harus dicamkan, tak hendak menyatakan bahwa kemanusiaan Yesus sungguh berbeda
daripada manusia-manusia lainnya pada kematian yang dapat menimpa dirinya, sebab Yesus sendiri mengatakan apa yang
dapat dilakukan oleh manusia-manusia lain terhadap dirinya: “mereka akan membunuh dia” dan ini menghasilkan kematian yang sejati sebab
inilah yang sukses dan gemilang akan dilaluinya: “dan tiga hari sesudah Ia dibunuh Ia akan bangkit.”
Anak Manusia, demikianlah Yesus menyebutkan
dirinya. Ini memang hendak menunjukan kemanusiaannya yang sungguh-sungguh, yang
sungguh-sungguh dapat mengalami kematian
namun tak dapat disandera atau ditawan oleh kematian itu sendiri, sebaliknya
berkuasa atas kematian didalam kematian yang membunuh dirinya. Sehingga pada
puncaknya Anak Manusia memang tak dapat dilekatkan pada manusia-manusia lainnya
oleh sebab kemanusiaan Yesus sekalipun
dapat dinasakan, dirombak/dihancurkan, didera berbagai bentuk penderitaan tak
membinasakan sama sekali Sang Kristus itu sendiri. Perhatikan hal semacam ini
memang Yesus sendiri yang mengatakan atau lebih tepatnya mengajarkannya:
▌Yohanes
2:19-21 Jawab Yesus kepada mereka: "Rombak
Bait Allah ini, dan dalam
tiga hari Aku
akan mendirikannya kembali."
Lalu
kata orang Yahudi kepada-Nya: "Empat puluh enam tahun orang mendirikan
Bait Allah ini dan Engkau dapat membangunnya dalam tiga hari?" Tetapi
yang dimaksudkan-Nya dengan Bait Allah ialah tubuh-Nya sendiri.
Rombak atau hancurkan
atau bumiratakan bangunan bait Allah, itu yang sedang dimaksudkan Kristus
adalah tubuhnya sendiri. Yesus sedang membicarakan kematiannya
yang memang otentik: “Rombak [hancurkan] bait Allah,” ini membicarakan apa yang
memang benar-benar dapat dihancurkan sehingga tidak ada lagi keberadaanya,
perombakan atau penghancuran memang bermakna hurufiah, yang tidak hurufiah
adalah apakah yang sedang dimaksudkannya kala ia menyebutkan “Bait Allah.” Aku
akan mendirikannya kembali, berbicara mengenai kuasa yang dimilikinya atas
penghancuran yang menimpa dirinya, bahwa ia sendiri memiliki kuasa kehidupan pada dirinya sendiri
mengatasi kuasa maut [“Sebab sama seperti
Bapa mempunyai hidup dalam diri-Nya sendiri, demikian juga diberikan-Nya Anak
mempunyai hidup dalam diri-Nya sendiri- Yoh 5:26; “Bapa mengasihi Aku, oleh karena Aku memberikan nyawa-Ku untuk
menerimanya kembali. Tidak seorangpun mengambilnya dari pada-Ku, melainkan Aku
memberikannya menurut kehendak-Ku sendiri. Aku berkuasa memberikannya dan berkuasa
mengambilnya kembali. Inilah tugas yang Kuterima dari Bapa-Ku"-
Yoh 10:17-18].
Allah tak dapat mati,
namun Ia sebagai Anak Manusia dapat mati. Ini adalah sebuah perendahan yang
hingga membuatnya tak lagi menampakan apa yang sejatinya dimilikinya sebagai
kepunyaannya sendiri:
▌Filipi
2:6-8 yang walaupun dalam rupa Allah, tidak menganggap kesetaraan dengan Allah itu sebagai milik yang harus
dipertahankan, melainkan telah mengosongkan diri-Nya sendiri, dan mengambil rupa seorang hamba, dan menjadi sama dengan manusia. Dan
dalam keadaan sebagai manusia, Ia telah merendahkan diri-Nya dan taat sampai mati, bahkan sampai
mati di kayu salib.
Filipi memberikan
gambaran teramat tajam. Pertama dinyatakan siapakah Yesus sejatinya: bahwa
ia
memiliki kesetaraan dengan Allah, ia memilikinya; kedua dinyatakan: kesetaraan dirinya dengan Allah itu tidak
dipertahankan. Dalam hal bagaimana itu tak dipertahankan? Bahwa Ia mengambil
rupa seorang hamba. Ini bukan sebuah kemanusiaan dengan tubuh daging yang
berbeda dengan manusia-manusia dunia ini, tidak! Sebab dikatakan: “menjadi sama dengan manusia.”
Tetapi menjadi sama dengan manusia saja bukan itu tujuannya! Lalu apa? Bahwa
sekalipun ia telah membuat kesetaraannya tak lagi dipertahankan dalam sebuah
perendahan yang begitu membuatnya termata kusam, ia dalam kedaannya yang
manusia itu harus lagi merendahkan dirinya. Bagaimana? Bahwa ia sebagai manusia
harus taat sampai mati, bahkan sampai mati di kayu salib. Di sinilah Allah
masuk ke dalam kekelaman dan ketakberdayaan manusia secara sempurna, dan juga
secara sempurna mengalami kemenangan atas ketakberdayaan manusia, yaitu: “taat
sampai mati.” Tahukah anda taat sampai mati di sini, bukan dalam relasi yang
tak tahu menahu, tetapi saling mengetahui antara Bapa dan Anak sebab dikatakan
dalam epistle Filipi: Ia melakukannya dalam rupa Allah yang tak
dipertahankannya dengan cara mengambil rupa seorang hamba. Anak Manusia? Inilah Anak Manusia itu, bukan
sebagaimana manusia-manusia
lainnya; itu sebabnya
dikatakan Ia datang dari sorga.
Epistel Ibrani pun dalam cara yang tajam menyatakannya:
▌Ibrani
10:5 Karena itu ketika Ia masuk ke dunia, Ia berkata: "Korban dan
persembahan tidak Engkau kehendaki--tetapi Engkau
telah menyediakan tubuh bagiku
Pada hakikatnya Yesus
adalah Ia yang setara dengan Allah. Injil Yohanes, sebagaimana sudah sangat
dikenal, begini menyatakannya: “Pada
mulanya adalah Firman; Firman itu bersama-sama dengan Allah dan Firman itu
adalah Allah. Firman itu telah menjadi manusia,
dan diam di antara kita”- Yohanes 1:1,14.
Pengosongan yang
dinyatakan epistel Filipi adalah tindakan yang dikehendaki oleh Allah dan diwujudkan
oleh Sang Firman dengan cara masuk ke dalam dunia ini dan membuat dirinya sedemikian rupa menjadi
teramat kusam sehingga tak sama sekali terpancar kemuliaan kesetaraan dirinya
dengan Allah itu- ini adalah konsekuensi alami dari mengambil rupa manusia yang
memang otentik:
▌Ibrani
2:14 Karena anak-anak itu adalah anak-anak dari
darah dan daging, maka Ia juga menjadi sama dengan mereka dan mendapat
bagian dalam keadaan mereka
[sekalipun
demikian, kemuliaannya tetap tak dapat tersembunyi sama sekali yang menunjukan
bahwa ia adalah Anak Manusia yang datang dari sorga: “Sebab Imam Besar yang kita punya, bukanlah imam besar yang tidak dapat turut merasakan
kelemahan-kelemahan kita, sebaliknya sama dengan kita, Ia telah dicobai, hanya tidak berbuat dosa”- Ibrani 4:15; “Sebab
Imam Besar yang demikianlah yang kita perlukan: yaitu yang saleh, tanpa
salah, tanpa noda, yang terpisah dari orang-orang
berdosa dan lebih tinggi dari pada tingkat-tingkat sorga, yang tidak
seperti imam-imam besar lain, yang setiap hari harus mempersembahkan korban
untuk dosanya sendiri dan sesudah itu barulah untuk dosa umatnya, sebab hal itu
telah dilakukan-Nya satu kali untuk selama-lamanya, ketika Ia mempersembahkan diri-Nya
sendiri sebagai korban- Ibrani 7:26-27]
Sehingga sangat alami
bagi Yesus Anak Manusia terlihat begitu manusia dalam ekspresi-ekspresinya
dengan Bapa, seperti:
▌
“sebab Bapa lebih besar dari pada
Aku” – Yohanes 14:28
▌
“Sebab Aku telah turun dari sorga bukan untuk melakukan
kehendak-Ku, tetapi untuk melakukan kehendak Dia yang telah
mengutus Aku”-Yohanes 6:38
▌Sebab
Aku berkata-kata bukan dari
diri-Ku sendiri, tetapi Bapa,
yang mengutus Aku, Dialah yang memerintahkan
Aku untuk mengatakan apa yang harus Aku katakan dan Aku sampaikan- Yohanes
12:49
▌Matius
24:36 Tetapi tentang hari dan saat
itu tidak seorangpun yang tahu, malaikat-malaikat di sorga tidak, dan Anakpun tidak, hanya Bapa
sendiri."
Dan ada banyak lagi
hal-hal lain semacam ini, yang memang menunjukan apa yang disebutkan dalam epistel Filipi sebagai “tak mempertahankan kesetaraannya dengan Allah yang dimilikinya,
namun mengambil rupa seorang hamba, menjadi sama dengan manusia.”Dan itu bukan
sebuah kemanusiaan semu, itu sejati dalam kehakikatannya dihadapan Allah,
sehingga ia pun dalam perendahan yang tak dapat kita bayangkan dalam
kesempurnaan bagaimana kerjanya, maka ia
bukan melakukan kehendaknya tetapi Bapa sebab memang tak ada satupun manusia
dapat melakukan apa maunya dan menjadi kehendak Allah juga. Itu sebabnya
Yesus memang menjadi teladan bagi kita di dunia ini untuk hidup bagi dan hanya untuk Bapa,
sebagai abdi yang melayani penuh ketaatan. Sebuah pengosongan yang pada
hakikatnya memberi takhta diri kepada Allah untuk diduduki Bapa- “Ia tak
mempertahankan kesetaraannya dengan Allah.”
Sehingga dengan
demikian, apakah kehakikatan Yesus pada dasarnya lebih rendah atau sedikit
lebih rendah daripada Allah? Tidak sama sekali! Apakah dasarnya? Perhatikan
kesaksian divinitas epistle Ibrani berikut ini:
▌Ibrani
2:7 Namun Engkau telah membuatnya untuk waktu
yang singkat sedikit lebih rendah dari pada malaikat-malaikat, dan
telah memahkotainya dengan kemuliaan dan hormat
Perhatikan, kesejatian
kemanusiaan Yesus di sini diekspresikan
tajam oleh: “sedikit lebih rendah
dari pada malaikat-malaikat.”
Menyatakan betapa kusamnya “Ia yang tak lagi mempertahankan kesetaraannya
dengan Allah” sampai-sampai bahkan kecemerlangan cahaya malaikat tak akan
dijumpai sama sekali padanya dalam kesehariannya. Sebab memang Ia
sungguh-sungguh darah dan daging [Ibrani 2:14]. Bukankah dalam kemuliaan
kebangkitannya dari kematian, ia menegaskan “Ia yang tak mempertahankan
kesetaraannya dengan Allah, mengambil rupa seorang hamba?” Perhatikan ini:
▌Lukas
24:36-40 Dan sementara mereka bercakap-cakap tentang hal-hal itu, Yesus
tiba-tiba berdiri di tengah-tengah mereka dan berkata kepada mereka:
"Damai sejahtera bagi kamu!" Dan sementara mereka bercakap-cakap
tentang hal-hal itu, Yesus tiba-tiba berdiri di tengah-tengah mereka dan
berkata kepada mereka: "Damai sejahtera bagi kamu!" Akan tetapi Ia
berkata kepada mereka: "Mengapa kamu terkejut dan apa sebabnya timbul
keragu-raguan di dalam hati kamu? Lihatlah
tangan-Ku dan kaki-Ku:
Aku sendirilah ini; rabalah Aku
dan lihatlah, karena hantu tidak ada daging
dan tulangnya, seperti yang
kamu lihat ada pada-Ku." Sambil berkata demikian, Ia
memperlihatkan tangan dan kaki-Nya kepada mereka.
Sehingga jelas, bahwa
perendahan semacam ini bukanlah kepermanenan dan bukan mendefinisikan kesejatian Yesus lebih rendah daripada Bapa- pada
hakikat keilahian Kristus didalam kemanusiaan sejatinya! Hal-hal semacam
ini memang harus dipandang
sebagai sepasang tindakan perendahan
oleh Bapa dan tindakan Anak Allah yang tak mempertahankan kesetaraannya dengan
Allah dalam misinya melakukan kehendak Bapa untuk taat sampai mati, sampai mati
di kayu salib [ini bukan ketaatan manusiawi belaka sekalipun ia datang dalam
rupa manusia, sebab ketaatan yang dilakukan Yesus ini mengandung kekuasaan yang
dimilikinya untuk mengalami kematian dan didalam kematian itu ia menaklukan
kuasa maut- jadi ia datang kedalam dunia ini menjadi manusia yang sama seperti
kita, bukanlah titik stop atau "stop-point" kemuliaannya, karena "stop-point" kemuliaannya adalah ini: “Namun Engkau telah membuatnya untuk waktu yang singkat
sedikit lebih rendah dari pada malaikat-malaikat, dan telah memahkotainya
dengan kemuliaan dan hormat, segala sesuatu telah Engkau taklukkan di bawah
kaki-Nya." Sebab dalam menaklukkan segala sesuatu kepada-Nya, tidak ada
suatupun yang Ia kecualikan, yang tidak takluk kepada-Nya. Tetapi sekarang ini
belum kita lihat, bahwa segala sesuatu telah ditaklukkan kepada-Nya. Tetapi
Dia, yang untuk waktu yang singkat dibuat sedikit lebih rendah dari pada
malaikat-malaikat, yaitu Yesus, kita lihat, yang oleh karena penderitaan maut,
dimahkotai dengan kemuliaan dan hormat, supaya oleh kasih karunia Allah Ia
mengalami maut bagi semua manusia. Sebab memang sesuai dengan keadaan
Allah--yang bagi-Nya dan oleh-Nya segala sesuatu dijadikan--,yaitu Allah yang
membawa banyak orang kepada kemuliaan, juga menyempurnakan Yesus, yang memimpin
mereka kepada keselamatan, dengan penderitaan.”- Ibrani 2:7-10, inilah kesempurnaan Yesus, pada
titik inilah Yesus Anak Manusia menjadi sempurna, kala ia mengalami maut bagi
manusia sebagaimana disain Bapa yang melalui Kristus, Bapa membawa banyak orang
kepada kemuliaan. Jadi, ini sama sekali tak
menunjukan Yesus manusia yang juga tak sempurna sebagaimana semua manusia atau juga
berdosa sebagaimana saya dan
anda, karena kesempurnaan di sini berbicara bagaimana ia Anak Manusia
menuntaskan misi atau kehendak Bapa di dalam kematiannya!].
Harus senantisa diperhatikan, bahwa
sekalipun ia telah “mengusamkan” dirinya sedemikian tajamnya, namun karena
kesejatian dirinya yang pada mulanya setara dengan Allah tak
pernah hilang sama sekali
kala ia menjadi manusia, maka memang dapat
terjadi dan tak terelakan, Yesus menunjukan relasi dengan Allah dalam pemahaman
yang susah untuk dihindari sebagai hal yang setara dengan Allah:
▌Yohanes
5:18 Sebab itu orang-orang Yahudi lebih berusaha lagi untuk membunuh-Nya, bukan
saja karena Ia meniadakan hari Sabat, tetapi juga karena Ia mengatakan bahwa Allah adalah Bapa-Nya sendiri dan dengan
demikian menyamakan diri-Nya dengan Allah.
▌Yohanes
10:30-33, 36 Aku dan Bapa adalah satu." Sekali lagi orang-orang Yahudi
mengambil batu untuk melempari Yesus. Kata Yesus kepada mereka: "Banyak
pekerjaan baik yang berasal dari Bapa-Ku yang Kuperlihatkan kepadamu; pekerjaan
manakah di antaranya yang menyebabkan kamu mau melempari Aku?" Jawab
orang-orang Yahudi itu: "Bukan karena suatu pekerjaan baik maka kami mau
melempari Engkau, melainkan karena Engkau menghujat Allah dan karena
Engkau, sekalipun hanya
seorang manusia saja, menyamakan
diri-Mu dengan Allah."… (36) masihkah kamu berkata
kepada Dia
yang dikuduskan oleh Bapa dan yang telah diutus-Nya ke dalam dunia:
Engkau
menghujat Allah! Karena Aku telah berkata: Aku Anak Allah?
Apa yang menunjukan
bahwa kesejatian Yesus sehakikat dengan Allah adalah kekekalan maksud
atau rencana Allah untuk merendahkan Sang Firman [Yohanes 1:1], sebab itu dibicarakan sebagai sebuah rencana yang
telah dipersiapkan di sorga [Namun Engkau
telah membuatnya untuk waktu yang singkat sedikit lebih rendah dari pada malaikat-malaikat…Ibrani 2].
Bahkan, dan ini yang membuatnya berbeda
dengan Yunus didalam kesamaan kemanusiaannya, kematian yang direncanakan
sebagai hal yang telah dilukiskan dalam peristiwa nabi Yunus itu terjadi bukan
sebagai budak atas kematian tetapi tuan
atas kematian atau maut yang diutarakan Yesus dihadapan publik dalam cara yang
begitu kuat: “sesungguhnya yang di sini lebih dari pada Yunus” atau
“dalam tiga hari Aku akan membangunnya
kembali.”
Maksud Allah, inilah
yang dijalankan Anak Manusia. Mengapa Ia sampai perlu datang ke dunia ini?
Sebab hanya di dunia ini saja kematian atau maut memerintah kuat-tak ada
satupun manusia yang tak akan mati; kematian adalah keniscayaan yang
memperbudak manusia tanpa pengharapan.
Kematian Yesus memberikan pengharapan, dan ini mengubah kematian maut menjadi
kematian kehidupan baru di dalam Kristus bersama dengan Allah! Sehingga memang
harus dikumadangkan dihadapan orang banyak, bukan hanya dihadapan para murid.
Walau memang harus
dikatakan kepada para murid utamanya hal itu disampaikannya begitu khusus dan personal, sebagai sebuah kemenangan atas maut yang
dipersembahkan kepada milik kepunyaannya sendiri:
▌Matius
20:17-18 Ketika Yesus akan pergi ke Yerusalem, Ia memanggil kedua belas
murid-Nya tersendiri dan berkata kepada mereka di tengah jalan: Sekarang kita
pergi ke Yerusalem dan Anak Manusia akan diserahkan kepada imam-imam kepala dan
ahli-ahli Taurat, dan mereka akan menjatuhi Dia hukuman mati. Dan mereka akan
menyerahkan Dia kepada bangsa-bangsa yang tidak mengenal Allah, supaya Ia
diolok-olokkan, disesah dan disalibkan, dan pada hari ketiga Ia akan
dibangkitkan."
▌Markus
9:30-31 Yesus dan murid-murid-Nya berangkat dari situ dan melewati Galilea, dan
Yesus tidak mau hal itu diketahui orang; sebab Ia sedang mengajar
murid-murid-Nya. Ia berkata kepada mereka: "Anak Manusia akan diserahkan
ke dalam tangan manusia, dan mereka akan membunuh Dia, dan tiga hari sesudah Ia
dibunuh Ia akan bangkit."
▌Markus
10:32-34 Yesus dan murid-murid-Nya sedang dalam perjalanan ke Yerusalem dan
Yesus berjalan di depan. Murid-murid merasa cemas dan juga orang-orang yang
mengikuti Dia dari belakang merasa takut. Sekali
lagi Yesus memanggil kedua belas
murid-Nya dan Ia mulai mengatakan kepada mereka apa yang akan terjadi atas
diri-Nya, kata-Nya: "Sekarang kita pergi ke Yerusalem dan Anak Manusia
akan diserahkan kepada imam-imam kepala dan ahli-ahli Taurat, dan mereka akan
menjatuhi Dia hukuman mati.
Dan mereka akan menyerahkan Dia kepada bangsa-bangsa yang tidak mengenal Allah,
dan Ia akan diolok-olokkan, diludahi,
disesah dan dibunuh, dan sesudah
tiga hari Ia akan bangkit."
▌Lukas
18:31-33 Yesus memanggil kedua belas murid-Nya, lalu berkata kepada mereka:
"Sekarang kita pergi ke Yerusalem dan segala sesuatu yang ditulis oleh para nabi mengenai Anak Manusia
akan digenapi. Sebab Ia akan diserahkan kepada bangsa-bangsa yang tidak
mengenal Allah, diolok-olokkan, dihina dan diludahi, dan mereka menyesah dan membunuh Dia, dan pada
hari ketiga Ia akan bangkit."
Kebangkitannya
sebagaimana kematiannya adalah hal yang telah
dituliskan oleh para nabi. Ini senilai dengan Yesus yang menunjuk peristiwa nabi
Yunus di dalam perut ikan selama 3 hari sebagai penggambaran akan apa yang
lebih besar dan lebih mulia untuk terjadi: “segala sesuatu yang ditulis oleh
para nabi.” Ini lebih dari sekedar
peristiwa ini penting, tetapi harus dikatakan sebagai kehendak Allah yang terbesar untuk
dilakukan oleh Yesus Sang Anak Manusia. Tak mengherankan bahwa para
malaikat sendiri turut memberitakan kebangkitannya yang berlangsung sebagai sebuah kemenangan atas
maut:
▌Lukas
24:2-7 Mereka mendapati batu sudah terguling dari kubur itu, dan setelah masuk
mereka tidak menemukan mayat Tuhan Yesus. Sementara mereka berdiri
termangu-mangu karena hal itu, tiba-tiba ada dua orang berdiri dekat mereka memakai pakaian yang berkilau-kilauan. Mereka
sangat ketakutan dan menundukkan kepala, tetapi kedua orang itu berkata kepada mereka: "Mengapa kamu mencari Dia yang hidup, di
antara orang mati? Ia tidak ada di sini, Ia telah bangkit. Ingatlah apa yang
dikatakan-Nya kepada kamu, ketika Ia masih di Galilea, yaitu
bahwa Anak Manusia harus diserahkan ke tangan orang-orang berdosa dan
disalibkan, dan akan bangkit pada hari yang ketiga."
Penuturan Yesus
mengenai Ia harus mati dan bangkit kembali pada hari yang ketiga, pada puncak kemuliaanya yang gemilang
[Ia tuntas menggenapi perkataannya sendiri dan apa yang telah dituliskan para
nabi yang merupakan kehendak Bapa] dikumandangkan
oleh pemberitaan 2 malaikat dari sorga
yang menyampaikan perkataan berdasarkan perkataan Yesus sendiri: “Ingatlah apa yang dikatakan-Nya kepada kamu, ketika Ia masih di Galilea, yaitu
bahwa Anak Manusia harus diserahkan ke tangan orang-orang berdosa dan
disalibkan, dan akan bangkit pada hari yang ketiga.” Apa
yang ditorehkan Yesus pada gendang telinga mereka, kini digemakan lagi oleh kedua
malaikat itu!
Peristiwa kematian
dan kebangkitan adalah hal yang direncanakan sorga, dan begitu penting
untuk diketahui oleh para murid bahwa apa yang dikatakan Yesus adalah sebuah
kebenaran. Sorga meneguhkan perkataan Yesus melalui 2 malaikatnya dengan
berkata “ingatlah apa yang
dikatakan-Nya.” Perkataan Yesus adalah kehendak sorga, sehingga tak
perlu ada satu koreksipun namun menyatakannya kembali: ingatlah apa yang dikatakan-Nya.
Jangan pernah berkata bahwa kematian
dan kebangkitannya adalah semata peristiwa komplementer
atau pelengkap, bukan yang terbesar. Sungguh terkutuk menyatakan demikian,
sebab dengan demikian memandang rendah darah Kristus, sementara karya Kristus
adalah sungguh mulia:
Ibrani
9:13-15 Sebab, jika darah domba jantan dan darah lembu jantan dan percikan abu
lembu muda menguduskan mereka yang najis, sehingga mereka disucikan secara
lahiriah, betapa lebihnya darah Kristus, yang oleh Roh yang kekal telah
mempersembahkan diri-Nya sendiri kepada Allah sebagai persembahan yang tak
bercacat, akan menyucikan hati nurani kita dari perbuatan-perbuatan yang
sia-sia, supaya kita dapat beribadah kepada Allah yang hidup. Karena
itu Ia adalah Pengantara
dari suatu perjanjian yang baru, supaya mereka yang telah terpanggil dapat
menerima bagian kekal yang dijanjikan, sebab Ia telah mati untuk menebus
pelanggaran-pelanggaran yang telah dilakukan selama perjanjian yang pertama.
Tak ada tempat untuk
pengajaran yang menyatakan bahwa
kematian dan kebangkitan Yesus adalah misi komplementer atau tambahan belaka.
Mengapa? Karena inilah kemuliaan termegah dalam kematian dan kebangkitannya: “darah
Kristus, yang oleh Roh yang kekal telah mempersembahkan diri-Nya sendiri kepada
Allah sebagai persembahan yang tak bercacat, akan menyucikan hati nurani kita
dari perbuatan-perbuatan yang sia-sia, supaya kita dapat beribadah kepada Allah
yang hidup,” maka Yesus menjadi Pengantara dari suatu perjanjian yang
baru. Kematiannya adalah kematian yang berkuasa atas
manusia-manusia yang di bawa masuk ke suatu perjanjian yang baru, sebab
kematiannya untuk menebus pelanggaran-pelanggaran manusia yang dibawa Bapa
kepada Yesus atau kepada perjanjian yang baru di dalam Yesus Kristus.
Segala Kemuliaan Hanya
Bagi Tuhan
No comments:
Post a Comment