Oleh: Martin Simamora
Tetapi Allah Yang Bersabda: “Ikutlah Aku.”
(Refleksi)
Pernahkan anda
menanyakan (bukan mempertanyakan) perasaan cintanya kepada dirimu bagaikan saat
anda belum menikahinya, menjadi isterimu? Mencintai diriku atau dirimu oleh
pasanganmu-isterimu seharusnyalah memiliki daya magnet yang sehangat dan
secemburu saat anda belum memilikinya sebagai milikmu. Namun, bagi Yesus, mencintai dirinya sedemikian, hanya bisa terjadi dalam sebuah cara yang
sungguh berbeda, sebab harus dimulai dengan sebuah relasi yang diciptakan Sang
Kristus: “ikutlah Aku.” Mencintai memang begitu identik dengan perasaan
yang begitu spesial dan begitu tercurahnya kepada seseorang. Tetapi Yesus
memperlihatkan sebuah mencintai dirinya yang sama sekali tak akan terkerjakan
oleh perasaan dan kekuatan jiwaku semata. Setidaknya Ia telah memperlihatkannya
pada Petrus:
Yohanes
21:15-17 Sesudah sarapan Yesus berkata kepada Simon Petrus: "Simon, anak
Yohanes, apakah engkau mengasihi Aku lebih dari pada mereka ini?"
Jawab Petrus kepada-Nya: "Benar Tuhan, Engkau tahu, bahwa aku mengasihi
Engkau." Kata Yesus kepadanya: "Gembalakanlah domba-domba-Ku." Kata
Yesus pula kepadanya untuk kedua kalinya: "Simon, anak Yohanes, apakah
engkau mengasihi Aku?" Jawab Petrus kepada-Nya: "Benar Tuhan, Engkau tahu, bahwa aku
mengasihi Engkau." Kata Yesus kepadanya: "Gembalakanlah
domba-domba-Ku." Kata Yesus kepadanya untuk ketiga kalinya: "Simon,
anak Yohanes, apakah engkau mengasihi Aku?" Maka sedih hati
Petrus karena Yesus berkata untuk ketiga kalinya: "Apakah engkau mengasihi
Aku?" Dan ia berkata kepada-Nya: "Tuhan, Engkau tahu segala sesuatu,
Engkau tahu, bahwa aku mengasihi Engkau." Kata Yesus kepadanya:
"Gembalakanlah domba-domba-Ku.
Yesus menanyakan kasih
Petrus kepada dirinya, namun mengapakah Petrus bersedih? Ini sebetulnya bukan
soal apakah Yesus sedang meragukan kasihnya, bukan! Tetapi soal masa depan diri
Petrus yang harus berlangsung sebagaimana Yesus memandangnya dan diungkapkannya
kepada Petrus; ini bukan hal yang gampang lagi menyenangkan sebab ini adalah
mengasihi Tuhan sekalipun harus mati pada akhirnya. Petrus tak memahami mengapa
demikian caranya Sang Kristus menanyakannya, seolah meragukannyakah?
Ini sungguh istimewa
kala Yesus begitu mengkhususkan dirinya, waktunya dan kasihnya
untuk menanyakan, apakah Petrus
benar-benar mengasihinya sebagaimana yang diinginkan Sang Kristus. Ketika
Kristus mempertanyakan hal mengasihi ini kepada Petrus, maka. apa yang
ditunjukan oleh Yesus adalah apa yang
dikehendaki dari Petrus untuk mengasihi dengan
sebuah mengasihi yang melampaui apapun dan siapapun yang dikasihinya; tak tertandingkan, sebab Yesus
bukan hanya menanyakan 3 kali perihal ini, namun apa yang jauh lebih penting adalah: Yesus sedang membincangkan kasih Petrus kepadanya pada sebuah durasi
waktu ke depan- pada masa mendatang yang telah dipandang Yesus sebagai sebuah
kepastian.
Yesus memang pada
dasarnya sedang membicarakan relasi dirinya dengan Petrus untuk sebuah rentang yang panjang-bahkan bukan sekedar panjang namun hingga kepada simpul terakhir kehidupan
Petrus-membicarakan hubungan mengasihi diri-Nya pada sebuah waktu jauh
ke depan, bahkan hingga akhir hidupnya. Ini begitu istimewa, namun kelihatannya saat itu, Petrus belum memahami sepenuhnya
(kita akan melihat kapankah momen Petrus
memahami seutuhnya). Yesus membicarakan apa yang dikehendaki-Nya atas
Petrus, kelak di suatu masa: “Gembalakanlah
domba-domba-Ku.”
Tak mengherankan jika
Petrus mendapatkan momentum yang begitu istimewa terkait “gembalakanlah
domba-domba-Ku” (semua rasul memang memang turut bersama-sama menggembalakan
domba-domba milik Kristus), sebagaimana
memang terlihat pada peristiwa Pentakosta:
Kisah
Para Rasul 2:14- Maka bangkitlah Petrus
berdiri dengan kesebelas rasul itu, dan dengan suara nyaring ia berkata
kepada mereka: "Hai kamu orang Yahudi dan kamu semua yang tinggal di
Yerusalem, ketahuilah dan camkanlah perkataanku ini. Orang-orang ini tidak
mabuk seperti yang kamu sangka, karena hari baru pukul sembilan, tetapi itulah
yang difirmankan Allah dengan perantaraan nabi Yoel: Akan terjadi pada
hari-hari terakhir--demikianlah firman Allah--bahwa Aku akan mencurahkan Roh-Ku
ke atas semua manusia; maka anak-anakmu laki-laki dan perempuan akan bernubuat,
dan teruna-terunamu akan mendapat penglihatan-penglihatan, dan orang-orangmu
yang tua akan mendapat mimpi… (36) Jadi seluruh kaum
Israel harus tahu dengan pasti, bahwa Allah telah membuat Yesus, yang kamu
salibkan itu, menjadi Tuhan dan Kristus." (37(Ketika
mereka mendengar hal itu hati mereka sangat terharu, lalu mereka bertanya kepada Petrus dan rasul-rasul yang lain:
"Apakah yang harus kami perbuat, saudara-saudara?"
(38) Jawab
Petrus kepada mereka: "Bertobatlah dan hendaklah kamu masing-masing
memberi dirimu dibaptis dalam nama Yesus Kristus untuk
pengampunan dosamu, maka kamu akan menerima karunia Roh Kudus
(39) Sebab
bagi kamulah janji itu dan bagi anak-anakmu dan bagi orang yang masih jauh, yaitu
sebanyak
yang akan dipanggil oleh Tuhan Allah kita."
“Gembalakanlah domba-domba-Ku,” ini
adalah masa depan yang telah ditetapkan oleh Yesus bagi Petrus dan juga semua rasul yang lain, terkait erat dengan mereka yang
menerima pengampunan dosa dan menerima karunia Roh Kudus bagi anak-anakmu (ini berbicara generasi-generasi bangsa Israel yang mendatang- dan juga
bangsa-bangsa lain: Kisah Para Rasul 2:7-11) dan bagi orang yang masih
jauh (ini berbicara penginjilan bagi
individu-individu yang baru akan ada pada generasi-generasi yang mendatang
sejauh yang ditetapkan Allah di sepanjang sejarah dunia ini hingga
kesudahannya: “sebanyak yang akan dipanggil oleh Tuhan Allah kita,”-sehingga
ini melampaui generasi 12 rasul itu
sendiri, sebab didasarkan pada sebanyak yang dipanggil oleh Tuhan Allah yang
kekal; bandingkan dengan doa Yesus berikut ini: “Dan bukan untuk mereka ini saja Aku berdoa, tetapi juga untuk
orang-orang, yang percaya kepada-Ku oleh pemberitaan mereka- Yoh 17:20).
Yesus
membicarakan sebuah masa depan yang akan terwujud secara pasti: pertama: bahwa Petrus (bersama dengan para rasul
lainnya) akan menggembalakan domba-domba
milik Kristus. Dan memang terkait hal ini Yesus memang mempersiapkan bukan
saja Petrus tetapi semua rasul lainnya: “Tetapi
kamu akan menerima kuasa, kalau Roh Kudus turun ke atas kamu, dan kamu
akan menjadi saksi-Ku di Yerusalem dan di seluruh Yudea dan Samaria dan
sampai ke ujung bumi." Sesudah
Ia mengatakan demikian,
terangkatlah Ia disaksikan oleh mereka, dan awan menutup-Nya dari pandangan
mereka- Kisah Para Rasul 1:8-9.”
Yesus
pada akhirnya memang sedang mempersiapkan para murid untuk menghadapi masa
depan yang sudah ditetapkannya untuk terjadi [harus dikatakan demikian, sebab
memang Roh Kuduslah yang kemudian mewujudkan apa yang telah ditetapkan Yesus
untuk terjadi, bukan saja bagi mereka atau
sebatas generasi ke-12 rasul itu, namun bekerja memenuhi atau menggenapi janji
yang telah dipersiapkan Bapa bagi “anak-anakmu” dan bagi “orang yang masih
jauh.”]
Dan semua ini, dimulai
dengan:memiliki
kasih dari Allah, sehingga mampu mengasihi-Nya lebih dari apapun juga
[sebuah kasih yang bisa terjadi karena terlebih dahulu telah diberikan oleh
Kristus: “Seperti Bapa telah mengasihi
Aku, demikianlah juga Aku telah mengasihi kamu”- Yoh 15:9 [bahwa karena
Allah-lah yang lebih dahulu (bdk.1Yoh
4:10,19) mengasihi Petrus maka Petrus dapat mengasihi Yesus sekalipun ia saat itu belum mengenali apakah yang dapat dilakukan oleh kasih
Kristus yang bersemayam dan menuntun
perjalanan hidupnya], itu sebabnya Yesus menanyakan hal yang paling mulia yang
telah diberikan kepada Petrus:“apakah
engkau mengasihi-Ku,” yang kemudian dijawab oleh Petrus dengan sebuah
keyakinan bahwa Yesus tahu bahwa ia memang benar-benar mengasihinya: “Benar Tuhan, Engkau tahu, bahwa aku
mengasihi Engkau.”
Yesus
bukan sekedar beromantika dalam kata dan dalam emosi, bukan itu sama sekali.
Sebab Sang Juruselamat bukan seorang penyair roman picisan apalagi emosional
belaka. Apa yang sedang dibicarakan
adalah kasih-Nya kepada Petrus
sehingga ia mampu hidup didalam kuasa kasih-Nya; sehingga ia mampu memenuhi
kehendak-Nya, bukan saja masa saat itu tetapi ke depan, sebagai bagian dari karya-Nya didalam menggenapi
janji pengampunan dan menerima karunia Roh Kudus didalam pemberitaan kasih
Kristus yang disediakan bukan saja
untuk Israel di era mereka,
tetapi untuk Israel pada
generasi-generasi mendatang termasuk untuk
orang-orang (dari berbagai bangsa) yang masih jauh berdasarkan kuasa Roh Kudus yang
bekerja kekal, sementara para para rasul tidaklah hidup di muka bumi ini di
sepanjang usia bumi ada dikehendaki Bapa.
Kuasa
kasih Allah-mengasihi Allah ini dikatakan melebihi apapun juga,
termasuk mengasihi diri sendiri, Dan dalam kasih dan berlandaskan mengasihi
Kristus-lah selanjutnya Yesus berkata begini kepada Petrus:
Yohanes
21:18-19 Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya
ketika engkau masih muda engkau mengikat
pinggangmu sendiri dan engkau berjalan ke mana saja kaukehendaki, tetapi jika engkau sudah menjadi tua, engkau akan mengulurkan tanganmu dan orang
lain akan mengikat engkau dan membawa engkau ke tempat yang tidak kaukehendaki."
Dan
hal ini dikatakan-Nya untuk menyatakan bagaimana Petrus akan mati dan memuliakan
Allah. Sesudah
mengatakan demikian Ia berkata kepada Petrus: "Ikutlah Aku."
Kedua:“ikutlah Aku.” Petrus sudah
mengikut Yesus sebab bukankah ia salah satu dari 12 murid utama Sang Kristus.
Sehingga ini bukan sebuah undangan biasa tetapi sebuah ajakan yang membawanya
masuk ke dalam apa yang sudah ditentukan sebelumnya, bahwa kelak ia pasti akan:
-menggembalakan
domba-domba Kristus
-Ia
akan mati
dan memuliakan Allah
[apa yang juga menakjubkan, sekalipun
ini adalah sebuah percakapan khusus antara Kristus dan Petrus, tak sama sekali
hendak menyatakan betapa paling
dikasihinya Petrus diantara yang lain. Perhatikanlah ini: “Ketika Petrus berpaling, ia melihat bahwa murid yang dikasihi Yesus
sedang mengikuti mereka, yaitu murid yang pada waktu mereka sedang makan
bersama duduk dekat Yesus dan yang berkata: "Tuhan, siapakah dia yang akan
menyerahkan Engkau?- Yohanes 21:20,” bahkan Petrus sendiri tidak melihat
dirinya menjadi begitu istimewa].
Bagi Petrus, ia memang kini menjadi benar-benar mengetahui akan seperti apakah akhir hidupnya sebagai orang yang dikasihi Kristus
dan mengasihi Kristus. Apa yang kemudian melintas dibenaknya dan
begitu tak tertahankan untuk ditanyakannya kepada Yesus: akan samakah keberakhiran
hidup para murid yang lainnya, dengan dirinya? Akan mati dan
memuliakan Allah –sebuah peristiwa kematian yang secara terbuka akan membuat
Tuhan dimuliakan?
Dan Petrus tahu, bahwa ada seorang murid yang dimatanya begitu dikasihi Yesus:
Yohanes
21:20-22 “Ketika Petrus berpaling, ia melihat bahwa murid yang dikasihi Yesus
sedang mengikuti mereka… Ketika Petrus melihat murid itu, ia berkata kepada
Yesus: "Tuhan, apakah yang akan terjadi dengan dia ini?" Jawab
Yesus: "Jikalau Aku menghendaki, supaya ia tinggal hidup sampai Aku datang,
itu bukan urusanmu. Tetapi engkau: ikutlah Aku."
Bagaimana dengan murid-muridnya
yang lain?
Yesus memiliki penetapan tersendiri
pada setiap manusia, dan Ia
mengetahuinya secara pasti sebagai sebuah kepastian di dalam sejarah dunia
atau terwujud di dunia ini sebagaimana kehendak Allah di
sorga, dan dalam hal ini, terhadap murid yang disebut “sebagai
murid yang dikasihi Yesus,” Yesus menjawab: “Jikalau Aku menghendaki,
supaya ia tinggal hidup
sampai Aku datang.” Ini bukan hendak
mengatakan bahwa murid tersebut tidak akan mati selama-lamanya, tetapi hendak menyatakan bahwa murid tersebut akan dijagai-Nya kehidupannya dari kematian yang
bagaimanapun sampai genap ia mengalami “sampai Aku datang.” [bacalah
ini: Yohanes 1:1,9-10 “Inilah wahyu
Yesus Kristus, yang dikaruniakan Allah kepada-Nya, supaya ditunjukkan-Nya
kepada hamba-hamba-Nya apa yang harus segera terjadi. Dan oleh malaikat-Nya
yang diutus-Nya, Ia telah menyatakannya kepada hamba-Nya Yohanes. … (9) Aku,
Yohanes, saudara dan sekutumu dalam kesusahan, dalam Kerajaan dan dalam
ketekunan menantikan Yesus, berada di pulau yang bernama Patmos oleh karena
firman Allah dan kesaksian yang diberikan oleh Yesus. (10) Pada
hari Tuhan aku dikuasai oleh Roh dan aku mendengar dari belakangku suatu suara
yang nyaring, seperti bunyi sangkakala,; Wahyu
5:1-9 Maka aku melihat di tangan kanan Dia yang duduk di atas takhta itu,
sebuah gulungan kitab, yang ditulisi sebelah dalam dan sebelah luarnya dan
dimeterai dengan tujuh meterai. Dan aku melihat seorang malaikat yang gagah,
yang berseru dengan suara nyaring, katanya: "Siapakah yang layak membuka
gulungan kitab itu dan membuka meterai-meterainya?" Tetapi
tidak ada seorangpun yang di sorga atau yang di bumi atau yang di bawah bumi,
yang dapat membuka gulungan kitab itu atau yang dapat melihat sebelah dalamnya.
Maka menangislah aku dengan amat sedihnya, karena tidak ada seorangpun yang
dianggap layak untuk membuka gulungan kitab itu ataupun melihat sebelah
dalamnya. Lalu berkatalah seorang dari tua-tua itu kepadaku: "Jangan
engkau menangis! Sesungguhnya, singa dari suku Yehuda, yaitu tunas Daud, telah
menang, sehingga Ia dapat membuka gulungan kitab itu dan membuka ketujuh
meterainya." Maka aku melihat di tengah-tengah takhta dan keempat makhluk
itu dan di tengah-tengah tua-tua itu berdiri seekor Anak Domba seperti telah
disembelih, bertanduk tujuh dan bermata tujuh: itulah ketujuh Roh Allah yang diutus
ke seluruh bumi. Lalu datanglah Anak Domba itu dan menerima
gulungan kitab itu dari tangan Dia yang duduk di atas takhta itu.
Ketika Ia mengambil gulungan kitab itu, tersungkurlah keempat makhluk dan
kedua puluh empat tua-tua itu di hadapan Anak Domba itu,
masing-masing memegang satu kecapi dan satu cawan emas, penuh dengan kemenyan:
itulah doa orang-orang kudus. Dan mereka menyanyikan suatu nyanyian baru
katanya: "Engkau layak
menerima gulungan kitab itu dan membuka meterai-meterainya; karena
Engkau telah disembelih dan dengan darah-Mu Engkau telah
membeli mereka bagi Allah dari tiap-tiap suku dan bahasa dan kaum dan
bangsa.].
Kehendak Yesus atas Petrus dan
Yohanes, sungguh berbeda atau unik, sebab
Ia memiliki rancangan-rancangan khusus atas setiap kekasih-kekasih-Nya berdasarkan kehendak Bapa.
Pada Petrus, apa yang merupakan kehendak Yesus adalah: mati dan memuliakan Allah.
Bahkan dalam cara yang spesifik: “tetapi
jika engkau sudah menjadi tua, engkau
akan mengulurkan tanganmu dan orang lain akan mengikat engkau dan membawa
engkau ke tempat yang tidak kaukehendaki." Dan hal ini dikatakan-Nya untuk
menyatakan bagaimana Petrus akan mati
dan memuliakan Allah.”
Dan pada masa tuanya (setelah semua perjalanan hidup yang dilaluinya dalam ketakmengertian seutuhnya bagaimana mungkin ia pada akhirnya berakhir sebagaimana simpulan akhir kehidupannya sebagaimana yang telah Yesus tetapkan sebelumnya), Petrus
memahami hal ini secara utuh:
2Petrus
1:14 Sebab aku tahu, bahwa
aku akan segera menanggalkan kemah tubuhku ini, sebagaimana yang telah diberitahukan
kepadaku oleh Yesus
Kristus, Tuhan kita.
Saya tidak tahu bagaimana akhir hidupku terkait bagaimana aku akan mati sebagai seorang yang dikasihi dan mengasihi Kristus, tetapi saya tahu pasti bahwa Ia tahu bagaimana saya akan meninggalkan kemah tubuhku ini….walau merupakan misteri bagiku akan bagaimanakah itu. Tetapi dalam hal predestinasi semacam ini, apa yang terpenting bukanlah predestinasi itu sendiri, dan harus selalu ditekankan bahwa itu-predestinasi- adalah kedaulatan Allah atas dunia semesta ini dan apalagi atas setiap anak-anak-Nya. Apa yang terpenting saat ini adalah melakukan ini, sebagaimana nasihat rasul Petrus sendiri:
2Petrus 1:3-12 Karena kuasa ilahi-Nya telah menganugerahkan kepada kita segala sesuatu
yang berguna untuk hidup yang saleh oleh pengenalan kita akan Dia, yang telah
memanggil kita oleh kuasa-Nya yang mulia dan ajaib. Dengan jalan itu Ia telah
menganugerahkan kepada kita janji-janji yang berharga dan yang sangat besar,
supaya olehnya kamu boleh mengambil bagian dalam kodrat ilahi, dan luput dari
hawa nafsu duniawi yang membinasakan dunia. Justru karena itu kamu harus dengan
sungguh-sungguh berusaha untuk menambahkan kepada imanmu kebajikan, dan
kepada kebajikan pengetahuan, dan kepada pengetahuan penguasaan diri, kepada
penguasaan diri ketekunan, dan kepada ketekunan kesalehan, dan kepada kesalehan
kasih akan saudara-saudara, dan kepada kasih akan saudara-saudara kasih akan
semua orang. Sebab apabila semuanya itu ada padamu dengan berlimpah-limpah,
kamu akan dibuatnya menjadi giat dan berhasil dalam pengenalanmu akan Yesus
Kristus, Tuhan kita. Tetapi
barangsiapa tidak memiliki semuanya itu, ia menjadi buta dan picik, karena ia
lupa, bahwa dosa-dosanya yang dahulu telah dihapuskan. Karena itu,
saudara-saudaraku, berusahalah sungguh-sungguh, supaya panggilan dan pilihanmu makin teguh. Sebab jikalau kamu melakukannya, kamu tidak
akan pernah tersandung. Dengan demikian kepada
kamu akan dikaruniakan hak penuh untuk memasuki Kerajaan kekal,
yaitu Kerajaan Tuhan dan Juruselamat kita, Yesus Kristus. Karena itu aku
senantiasa bermaksud mengingatkan kamu akan semuanya itu, sekalipun kamu telah
mengetahuinya dan telah teguh dalam kebenaran yang telah kamu terima.
Predestinasi semacam ini bermula dari kasih Kristus yang diberikan kepada Petrus sehingga Petrus mampu mengasihi
Kristus hingga kematiannya (memuliakan Allah)- yang benar-benar berada didalam
kendali dan kedaulatan Kristus sebagai pemilik [Yoh 17:6-7] Petrus. Apa yang hendak dikatakan Petrus
adalah, sekalipun ia sedari semula mengetahui bahwa ia pasti
mati memuliakan Allah (dengan demikian sebuah kematian yang harum dihadapan
Kristus), tak membuatnya hidup sedemikian
piciknya sehingga hidup sembarangan.Yang begitu pentingnya bagi kita
dari nasihat rasul Petrus adalah: pada
dasarnya, sekalipun ia mendengarkan
penetapan sebelumnya akan kesudahan hidupnya yang begitu gemilang itu, tetaplah
itu dihidupi berdasarkan iman dan tetaplah itu sama sekali tak mengurangi
tantangan dan segala badai yang dapat menjegal hidupnya; ia bahkan
tak menjadi sedemikian merdeka sesuka kehendaknya sendiri
sampai-sampai ia sembarangan saja hidupnya. Sebaliknya ia melihat
dirinya di dalam predestinasi atau penetapan sebelumnya akan kesudah hidupnya
itu semata sebuah kehidupan yang berlandaskan akan karunia saja-dalam
predestinasi itu ia mendapatkan hak penuh untuk memasuki kerajaan kekal, bukan
berdasarkan apa yang dikerjakan dalam hidupnya, sebab sekalipun ia
bersungguh-sungguh hidup saleh, itu semua dimulai oleh panggilan Kristus yang memampukannya untuk memilih
sebagaimana yang dikehendaki Kristus: menuruti/menanggap ajakan-Nya ikutlah Aku. Inilah kehidupan didalam kasih
karunia yang berdasarkan panggilan, predestinasi oleh Allah yang
mana membuahkan kehidupan yang saleh-yang akan meneguhkan didalammu untuk
benar-benar percaya dengan apa yang ditetapkan Yesus padamu, bahwa kesudahanmu adalah bersama-sama dengan
Yesus [bdk, misal, dengan doa Yesus ini: “Ya Bapa, Aku mau supaya, di manapun Aku berada, mereka
juga berada bersama-sama dengan Aku, mereka yang telah Engkau berikan
kepada-Ku, agar mereka memandang kemuliaan-Ku yang telah Engkau berikan
kepada-Ku, sebab Engkau telah mengasihi Aku sebelum dunia dijadikan.”].
Justru karena itu,
setiap orang beriman sejati dimampukan hidup untuk sungguh-sungguh saleh; dimampukan untuk
melakukan perjuangan yang harus kita jalani. Petrus menasihatkan “dengan sungguh-sungguh berusaha”
sebab tak ada satupun manusia
yang pada dasarnya memiliki kealamian hidup di dalam kasih Sang Kristus
yang telah meliputinya. Dengan kata lain,
di dalam predestinasi keselamatan itu, kita memiliki kemampuan yang telah
diberikan untuk produktif sehingga memuliakan Bapa.
Sehingga, jadilah produktif
seoptimal-optimalnya sebab itu pertama-tama memberikan keuntungan bagi dirimu,
yaitu “apa yang menjadi panggilan dan pilihanmu makin teguh.” Saya dan anda kian hari semakin mengetahui lebih baik apakah yang menjadi panggilan
Yesus bagiku dan bagimu, dan apa yang seharusnya menjadi pilihanmu dan
pilihanku satu-satunya dan begitu mulia untuk dipilih: “ikutlah Yesus” disepanjang kehidupanmu dan kehidupanku.
Sebuah pilihan yang dibuat didalam kuasa ilahi yang dianugerahkan kepada
saya dan anda.
No comments:
Post a Comment