F O K U S

Nabi Daud Tentang Siapakah Kristus

Ia Adalah Seorang Nabi Dan Ia Telah   Melihat Ke Depan Dan Telah Berbicara Tentang Kebangkitan Mesias Oleh: Blogger Martin Simamora ...

0 Kasih Yang Kekal & Perkasa:

Oleh: Martin Simamora

Begitu Mencintai Sekalipun Sangat Dibenci Hingga Kesudahan Dunia
(Refleksi)


Membenci adalah kealamian manusia yang tak terduga kedalaman dan keluasannya, bahkan  teramat  kaya, sejatinya. Sebetulnya, sebuah kehinaan yang tak tertanggulangi oleh segenap manusia dihadapan Allah, adalah: tak mampu sama sekali mengasihi sebagaimana manusia itu telah dikasihi! Dan malangnya manusia, itu begitu telanjang dipertontonkan baik dalam perkataan dan perbuatan. Mari kita melihat episode yang mempertontonkan kehinaan manusia yang begitu pekat:

Matius 27:22-25  Kata Pilatus kepada mereka:"Jika begitu, apakah yang harus kuperbuat dengan Yesus, yang disebut Kristus?" Mereka semua berseru: "Ia harus disalibkan!" Katanya: "Tetapi kejahatan apakah yang telah dilakukan-Nya?" Namun mereka makin keras berteriak: "Ia harus disalibkan!" Ketika Pilatus melihat bahwa segala usaha akan sia-sia, malah sudah mulai timbul kekacauan, ia mengambil air dan membasuh tangannya di hadapan orang banyak dan berkata: "Aku tidak bersalah terhadap darah orang ini; itu urusan kamu sendiri!" Dan seluruh rakyat itu menjawab: "Biarlah darah-Nya ditanggungkan atas kami dan atas anak-anak kami!"

Jika anda membenci seseorang, apakah cukup sukar untuk menemukan perbendaharaan yang begitu kaya untuk apa yang harus dilakukan? Bagaimana jika anda mencintai atau mengasihi seseorang? Pada  episode “Rakyat versus Yesus” sebuah keputusan atas nama darah seseorang yang “kejahatannya tak didapati” telah diputuskan, bukan hanya bagi satu generasi tetapi bagi generasi-generasi yang  bahkan tangannya tak berlumur darah. Perhatikan baik-baik! Ini bukan mengenai darah yang akan membasuh mereka dari segala dosa, apalagi darah Sang Kristus yang mendatangkan pengampunan dan pendamaian. Bukan sama sekali! Tetapi ini lebih sebuah konsekuensi yang begitu diyakini oleh masyarakat Yahudi: “dan itu adalah sebuah gagasan orang-orang Yahudi, bahwa darah orang yang tak bersalah, dan darah dari anak-anak orang yang tak bersalah itu, tidak hanya tersimbah seketika itu juga pada orang-orang yang melakukan, tetapi atas anak-anak mereka hingga kesudahan dunia” (sumber: The Talmud, dalam buku: “Matthew:A Rabbinic Source Commentary And Language Bible”).


Mereka bahkan siap dengan sebuah kemungkinan yang begitu maut sebagai akibat tuntutan yang sama sekali tak didukung oleh apa yang dihasilkan oleh pengadilan Negara/ penguasa kala itu: “Tetapi kejahatan apakah yang telah dilakukan-Nya?”


Penguasa atau pemerintahan yang mengetahui bahwa Yesus tak bersalah telah berupaya semaksimal mungkin bahkan menggunakan  wewenang politik kekuasaannya, tetapi apa daya, kebenaran harus dibungkam dengan segala konsekuensinya, apalagi segenap Israel telah siap untuk menyerahkan generasi demi generasinya hingga kesudahan dunia ini menanggung apa yang sepatutnya tak dilakukan sebab begitu jahatnya dan begitu  gelapnya kasih  orang tua pada anak cucunya dan turunan-turunan temurunnya, sebab memang manusia pada hakikatnya lebih menyukai kegelapan daripada terang, sekalipun telah datang [Yohanes 3:19]. Perhatikanlah hal ini:

Matius 27:17-23 Karena mereka sudah berkumpul di sana, Pilatus berkata kepada mereka: "Siapa yang kamu kehendaki kubebaskan bagimu, Yesus Barabas atau Yesus, yang disebut Kristus?" Ia memang mengetahui, bahwa mereka telah menyerahkan Yesus karena dengki. Ketika Pilatus sedang duduk di kursi pengadilan, isterinya mengirim pesan kepadanya: "Jangan engkau mencampuri perkara orang benar itu, sebab karena Dia aku sangat menderita dalam mimpi tadi malam." Tetapi oleh hasutan imam-imam kepala dan tua-tua, orang banyak bertekad untuk meminta supaya Barabas dibebaskan dan Yesus dihukum mati. Wali negeri menjawab dan berkata kepada mereka: "Siapa di antara kedua orang itu yang kamu kehendaki kubebaskan bagimu?" Kata mereka: "Barabas." Kata Pilatus kepada mereka: "Jika begitu, apakah yang harus kuperbuat dengan Yesus, yang disebut Kristus?" Mereka semua berseru: "Ia harus disalibkan!" Katanya: "Tetapi kejahatan apakah yang telah dilakukan-Nya?" Namun mereka makin keras berteriak: "Ia harus disalibkan!"


Demi kematian Yesus, semua manusia  telah berubah menjadi monster-monster menjijikan sebab bukan hanya  menempatkan diri mereka sebagai penanggung konsekuensi, tetapi menyeret anak-anak mereka sendiri. Mereka bahkan tak punya gagasan yang bagaimanapun akan kemalangan-kemalangan yang seperti apakah bakal mewarnai perjalanan kehidupan keturunan-keturunan mereka, hingga kesudahan dunia?


Yesus Barabas lebih mulia daripada Yesus (Kristus) –saya beri tanda kurung sebab bagi mereka, Yesus hanyalah Yesus, bukan Kristus sama sekali, yang ditunggu-tunggu selama ini- bahkan dalam nilai-nilai kemanusiaan yang paling asasi: keadilan dihadapan hukum! Yesus tak mendapatkan itu, ia tak pernah  mengalami sebuah pengadilan yang “fair” atau berlangsung berdasarkan pemeriksaan yang adil. Tetapi,  memang keadilan apakah yang bisa diharapkan oleh segenap manusia yang bahkan dapat memiliki ide untuk menanggungkan kesalahan atas keturunan-keturunannya dan tidak sama sekali memberikan sebuah solusi keadilan bagi keturunan-keturunannya itu. Segenap sejarah Israel dengan demikian telah dikurung didalam sebuah konsekuensi yang mematikan.

Tetapi lihatlah Sang Kristus itu. Ia peduli, bahkan ia memberikan sebuah terang pengharapan abadi yang akan mengatasi penanggungan kesalahan atas darah orang tak bersalah bahkan pada anak-anak mereka-turunan demi turunan tanpa kesudahan. Bahkan dikatakannya di atas Salib:

Lukas 23:34 Yesus berkata: "Ya Bapa, ampunilah mereka, sebab mereka tidak tahu apa yang mereka perbuat."

Apa yang sebenarnya terjadi? Yesus pernah secara  tegas menyatakan bahwa siapapun yang tak percaya kepadanya termasuk perkataan-perkataannya, pada hakikatnya berbapakan Iblis! Tak ada alasan lainnya termasuk alasan moralitas, alasan kehendak bebas atau kemerdekaan berekspresi. Coba sebentar perhatikan hal ini:

Yohanes 8:42-44 Kata Yesus kepada mereka: "Jikalau Allah adalah Bapamu, kamu akan mengasihi Aku, sebab Aku keluar dan datang dari Allah. Dan Aku datang bukan atas kehendak-Ku sendiri, melainkan Dialah yang mengutus Aku. Apakah sebabnya kamu tidak mengerti bahasa-Ku? Sebab kamu tidak dapat menangkap firman-Ku. Iblislah yang menjadi bapamu dan kamu ingin melakukan keinginan-keinginan bapamu.


Yesus memiliki momen-momen yang kompleks dan sangat berkualitas, sebab dia begitu dekat dan begitu terlibat didalam segala kehidupan masyarakat Yahudi. Dia didalam kemanusiaannya [Yoh1:1,14; Ibrani 10:5] sangat mengenali karekater mereka. Yesus sudah bercakap-cakap atau berdialog, bahkan hingga perdebatan yang begitu sengit dan tajam [misalkan saja  sebagaimana dicatat dalam Injil Matius 15:1-20]. Tetapi apakah Yesus ada berkata mengenai intelektualitas atau pilihan setiap orang berdasarkan kehendak bebas, terkait mengasihi atau membenci Yesus; mengerti atau tidak mengerti akan “bahasa-Ku” [ini jelas bukan bahasa sorga atau malaikat, tetapi ini adalah bahasa manusia sehari-hari yang dapat dipahami]? Tidak sama sekali. Yesus dalam hal ini tidak sama sekali menyinggung perihal intelektualitas atau pilihan seseorang berdasarkan kehendak (bebas), bukan karena manusia itu diciptakan-Nya bagaikan robot atau boneka yang begitu miskin dengan daya kreasi dan kreatifitas didalam kemanusiaannya. Bukan itu sama sekali, namun Yesus sedang menunjukan keadaan semua manusia yang tak dapat dilihat oleh manusia manapun selain Yesus, yaitu: “iblislah yang menjadi  bapamu, dan kamu ingin melakukan keinginan-keinginan bapamu.” Bahwa manusia-manusia itu memang memiliki kemampuan-kemampuan berpikir yang luar biasa dan berkehendak yang begitu kuat, itu sukar untuk dibantah setidak-tidaknya dari penolakan terhalus hingga paling berdarah  terhadap Yesus, tetapi apakah benar itu lahir sebagai sebuah keotonoman manusia-manusia berkehendak untuk melakukan sesuatu? Pernyataan Yesus bahwa “iblislah yang menjadikan bapamu” dengan demikian telah menunjukan bahwa tak ada satupun manusia yang memiliki keotonoman atau kemerdekaan berkehendak atas pemerintah dirinya yang berdaulat, sebaliknya setiap manusia pada hakikatnya merupakan obyek kedaulatan pemerintahan iblis dalam sebuah gaya hidup diperbudak untuk melayani hasrat-hasrat iblis: “kamu ingin melakukan keinginan-keinginan bapamu.”


Bagi Yesus, di dunia ini hanya ada 2 jenis kehidupan. Pertama: mereka yang berada di dalam kedaulatan pemerintahan Bapa-Nya yang hanya akan terjadi jika seseorang itu disanggupkan untuk memahami sabda-Nya; Kedua: mereka yang berada di dalam kedaulatan pemerintahan Iblis. Artinya siapapun yang tak dapat percaya kepada Yesus, pada hakikatnya disebabkan  keberadaan pikirannya, kehendaknya, pertimbangan-pertimbangan yang dilakukan dirinya untuk memilih, semuanya itu dan keseluruhan dirinya berada dan berlangsung didalam kedaulatan pemerintah iblis.

Mengapa Yesus berkata “ampunilah mereka, sebab mereka tidak tahu apa yang mereka perbuat” pada dasarnya adalah sebuah pembelaan yang dilakukan Kristus di hadapan Bapa-Nya terhadap manusia-manusia yang dikasihi-Nya namun  menginjak-injak dan menyerang diri-Nya  penuh kekejian. Sebuah pelayanan keimamatan yang luar biasa mulianya, sebab berdasarkan pelayanan inilah maka pertama-tama, Israel yang telah menjatuhkan kesudahan perjalanan bangsanya sebagai seteru  Allah hingga kesudahan dunia ini, mendapatkan kemurahan dari Bapa oleh tindakan Kristus ini. Dengan demikian, generasi-generasi penerus Israel ini tidak akan mengalami ketertutupan abadi menuju Kristus Sang Mesias mereka! Saya ajak anda untuk memperhatikan bagian dari Surat Kepada Orang-Orang Ibrani Di Perantauan:

Ibrani 7:13-22 Sebab Ia, yang dimaksudkan di sini, termasuk suku lain; dari suku ini tidak ada seorangpun yang pernah melayani di mezbah. Sebab telah diketahui semua orang, bahwa Tuhan kita berasal dari suku Yehuda dan mengenai suku itu Musa tidak pernah mengatakan suatu apapun tentang imam-imam. Dan hal itu jauh lebih nyata lagi, jikalau ditetapkan seorang imam lain menurut cara Melkisedek, yang menjadi imam bukan berdasarkan peraturan-peraturan manusia, tetapi berdasarkan hidup yang tidak dapat binasa. Sebab tentang Dia diberi kesaksian: "Engkau adalah Imam untuk selama-lamanya, menurut peraturan Melkisedek." Memang suatu hukum yang dikeluarkan dahulu dibatalkan, kalau hukum itu tidak mempunyai kekuatan dan karena itu tidak berguna, --sebab hukum Taurat sama sekali tidak membawa kesempurnaan--tetapi sekarang ditimbulkan pengharapan yang lebih baik, yang mendekatkan kita kepada Allah. Dan sama seperti hal ini tidak terjadi tanpa sumpah--memang mereka telah menjadi imam tanpa sumpah, tetapi Ia dengan sumpah, diucapkan oleh Dia yang berfirman kepada-Nya: "Tuhan telah bersumpah dan Ia tidak akan menyesal: Engkau adalah Imam untuk selama-lamanya" -- demikian pula Yesus adalah jaminan dari suatu perjanjian yang lebih kuat.


Ia, tepat di atas salib itu sambil memandang  mereka yang telah melakukan persekongkolan begitu jahat sebagai buah-buah perbudakan iblis yang begitu lebat dan ranum, menghadap kepada Bapa membawa darahnya sendiri yang bukan saja menguduskan dirinya sendiri [oleh darahnya sendiri] tetapi mematahkan kuasa kutuk yang telah mereka ucapkan: ”Biarlah darah-Nya ditanggungkan atas kami dan atas anak-anak kami!" Apa yang perlu mereka lakukan adalah datang kepada Imam Besar Agung  yang Kekal itu, Sang Kristus untuk dibasuhkan olehnya dengan darahnya sendiri di hadapan Bapa. Inilah pelayanan agung sang Kristus yang memastikan maksud keselamatan terhadap manusia oleh Allah tidak ditaklukan oleh realita manusia yang berada didalam kedaulatan pemerintah Iblis.

Ibrani 9:11-14 Tetapi Kristus telah datang sebagai Imam Besar untuk hal-hal yang baik yang akan datang: Ia telah melintasi kemah yang lebih besar dan yang lebih sempurna, yang bukan dibuat oleh tangan manusia, --artinya yang tidak termasuk ciptaan ini, -- dan Ia telah masuk satu kali untuk selama-lamanya ke dalam tempat yang kudus bukan dengan membawa darah domba jantan dan darah anak lembu, tetapi dengan membawa darah-Nya sendiri. Dan dengan itu Ia telah mendapat kelepasan yang kekal. Sebab, jika darah domba jantan dan darah lembu jantan dan percikan abu lembu muda menguduskan mereka yang najis, sehingga mereka disucikan secara lahiriah, betapa lebihnya darah Kristus, yang oleh Roh yang kekal telah mempersembahkan diri-Nya sendiri kepada Allah sebagai persembahan yang tak bercacat, akan menyucikan hati nurani kita dari perbuatan-perbuatan yang sia-sia, supaya kita dapat beribadah kepada Allah yang hidup.

Hanya jika Israel datang kepada Yesus Sang Imam Besar, maka Israel dapat terlepas dari konsekuensi maut yang telah diucapkan oleh para bapa leluhur mereka sendiri: “"Biarlah darah-Nya ditanggungkan atas kami dan atas anak-anak kami!"(Mat 27:25).


Hanya karena Yesus telah melakukan pelayanan keimamannya yang kekal dan satu kali itu, dengan darahnya sendiri! Maka penanggungan kesalahan atas darah orang tak bersalah itu, tak berkuasa sama sekali menjegal maksud kasih Allah terhadap Israel dan juga terhadap segenap manusia yang datang kepadanya karena mengerti akan sabdanya sebab telah dibebaskan Bapa dari kedaulatan pemerintahan iblis. Rasul Paulus secara jitu menyatakan apakah yang terjadi sebetulnya dengan penyaliban Kristus itu, pada sisi manusia-manusia yang bahkan rela menanggungkan kesalahan atas kemungkinan[dalam kasus Yesus, pengadilan yang diselenggarakan penguasa telah memastikan Yesus tak bersalah untuk dijatuhkan hukuman salib)  menumpahkan darah orang yang tak bersalah:

1 Korintus 2:7-8  Tetapi yang kami beritakan ialah hikmat Allah yang tersembunyi dan rahasia, yang sebelum dunia dijadikan, telah disediakan Allah bagi kemuliaan kita. Tidak ada dari penguasa dunia ini yang mengenalnya, sebab kalau sekiranya mereka mengenalnya, mereka tidak menyalibkan Tuhan yang mulia.

Mengapa Yesus di atas salib melakukan pengampunan [bahwa apapun yang dikatakan Yesus pada hakikatnya bukanlah keinginan dirinya sendiri belaka, tetapi juga merupakan ketetapan Bapa yang dinyatakan oleh Yesus: “Sebab Aku berkata-kata bukan dari diri-Ku sendiri, tetapi Bapa, yang mengutus Aku, Dialah yang memerintahkan Aku untuk mengatakan apa yang harus Aku katakan dan Aku sampaikan”-Yoh 12:49]? Mengapa keimamatannya sempurna dan berdaulat penuh untuk mewujudkannya? Karena pada hakikatnya keimamatan pada Yesus adalah keimamatan yang berlangsung di sorga, bukan di bumi; bukan dihadapan apapun yang fana di dunia ini tetapi berlangsung dihadapan Bapa yang kekal.


Keimamatan Yesus itu sendiri, bukan saja kekal dan berdaulat, namun tak ada yang bisa menolaknya tanpa konsekuensi oleh sebab kehakikatan diri Sang Imam Besar yang tak dapat ditolak baik pada dirinya dan sabdanya sekaligus:

Yohanes 12:47-48 Dan jikalau seorang mendengar perkataan-Ku, tetapi tidak melakukannya, Aku tidak menjadi hakimnya, sebab Aku datang bukan untuk menghakimi dunia, melainkan untuk menyelamatkannya. Barangsiapa menolak Aku, dan tidak menerima perkataan-Ku, ia sudah ada hakimnya, yaitu firman yang telah Kukatakan, itulah yang akan menjadi hakimnya pada akhir zaman.

Begitu mencintai sekalipun dibenci, dalam hal ini, tak ada satupun manusia yang dapat menjelaskan sebuah rasionalitas yang paling adil atas tindakan pengampunan Yesus selagi berada di salib: “Ya Bapa, ampunilah mereka, sebab mereka tidak tahu apa yang mereka perbuat.” Ini  jelas bukan semata menyerahkan nyawa, tetapi apa yang dapat dilakukannya dengan begitu penuh kuasa saat ia menyerahkan nyawanya sendiri berdasarkan kemauannya sendiri [Bapa mengasihi Aku, oleh karena Aku memberikan nyawa-Ku untuk menerimanya kembali. Tidak seorangpun mengambilnya dari pada-Ku, melainkan Aku memberikannya menurut kehendak-Ku sendiri. Aku berkuasa memberikannya dan berkuasa mengambilnya kembali. Inilah tugas yang Kuterima dari Bapa-Ku."- Yoh 10:17-18] termasuk untuk membatalkan hukum maut yang menutup sama sekali kasih karunia untuk menyelamatkan Israel melalui Mesiasnya Yesus! Tak ada lagi yang dapat mereka perbuat setelah mereka menyeret segenap kaum keturunannya untuk menanggung darah orang tak berdosa, hingga kesudahan dunia, selain kemurahan Sang Mesias saja!

Dan pelayanan keimamatan Kristus di atas salib memang berbuah sempurna:

Kisah Para Rasul 2:11- 16,baik orang Yahudi maupun penganut agama Yahudi, orang Kreta dan orang Arab, kita mendengar mereka berkata-kata dalam bahasa kita sendiri tentang perbuatan-perbuatan besar yang dilakukan Allah." Mereka semuanya tercengang-cengang dan sangat termangu-mangu sambil berkata seorang kepada yang lain: "Apakah artinya ini?" Tetapi orang lain menyindir: "Mereka sedang mabuk oleh anggur manis." Maka bangkitlah Petrus berdiri dengan kesebelas rasul itu, dan dengan suara nyaring ia berkata kepada mereka: "Hai kamu orang Yahudi dan kamu semua yang tinggal di Yerusalem, ketahuilah dan camkanlah perkataanku ini. Orang-orang ini tidak mabuk seperti yang kamu sangka, karena hari baru pukul sembilan, tetapi itulah yang difirmankan Allah dengan perantaraan nabi Yoel:.. (22) Hai orang-orang Israel, dengarlah perkataan ini: Yang aku maksudkan, ialah Yesus dari Nazaret, seorang yang telah ditentukan Allah dan yang dinyatakan kepadamu dengan kekuatan-kekuatan dan mujizat-mujizat dan tanda-tanda yang dilakukan oleh Allah dengan perantaraan Dia di tengah-tengah kamu, seperti yang kamu tahu.(23) Dia yang diserahkan Allah menurut maksud dan rencana-Nya, telah kamu salibkan dan kamu bunuh oleh tangan bangsa-bangsa durhaka.(24) Tetapi Allah membangkitkan Dia dengan melepaskan Dia dari sengsara maut, karena tidak mungkin Ia tetap berada dalam kuasa maut itu…. (29) Saudara-saudara, aku boleh berkata-kata dengan terus terang kepadamu tentang Daud, bapa bangsa kita. Ia telah mati dan dikubur, dan kuburannya masih ada pada kita sampai hari ini. (30) Tetapi ia adalah seorang nabi dan ia tahu, bahwa Allah telah berjanji kepadanya dengan mengangkat sumpah, bahwa Ia akan mendudukkan seorang dari keturunan Daud sendiri di atas takhtanya.(31) Karena itu ia telah melihat ke depan dan telah berbicara tentang kebangkitan Mesias, ketika ia mengatakan, bahwa Dia tidak ditinggalkan di dalam dunia orang mati, dan bahwa daging-Nya tidak mengalami kebinasaan.(32) Yesus inilah yang dibangkitkan Allah, dan tentang hal itu kami semua adalah saksi. (33) Dan sesudah Ia ditinggikan oleh tangan kanan Allah dan menerima Roh Kudus yang dijanjikan itu, maka dicurahkan-Nya apa yang kamu lihat dan dengar di sini. … (36) Jadi seluruh kaum Israel harus tahu dengan pasti, bahwa Allah telah membuat Yesus, yang kamu salibkan itu, menjadi Tuhan dan Kristus."(37) Ketika mereka mendengar hal itu hati mereka sangat terharu, lalu mereka bertanya kepada Petrus dan rasul-rasul yang lain: "Apakah yang harus kami perbuat, saudara-saudara?"(38) Jawab Petrus kepada mereka: "Bertobatlah dan hendaklah kamu masing-masing memberi dirimu dibaptis dalam nama Yesus Kristus untuk pengampunan dosamu, maka kamu akan menerima karunia Roh Kudus.


Sekalipun dibenci begitu dahsyat, namun Ia sangat mencintai siapapun yang dikehendakinya untuk mencintai dirinya. Bukan mencintainya sebagai robot tetapi mencintai sebagai yang telah dibebaskan dari kedaulatan pemerintahan iblis dan memperoleh pengampunan dalam nama Yesus- sosok yang  dahulu mereka kehendaki mati  bagaimanapun juga termasuk membawa masuk segenap turunan mereka untuk menanggung konsekuensi penumpahan darah orang yang tak berdosa itu- Sang Kristus!


Segala Kemuliaan Hanya Bagi Tuhan


No comments:

Post a Comment

Anchor of Life Fellowship , Sebab karena kasih karunia kamu diselamatkan oleh iman; itu bukan hasil usahamu, tetapi pemberian Allah, itu bukan hasil pekerjaanmu: jangan ada orang yang memegahkan diri - Efesus 2:8-9