Benarkah
Mesias Memiliki Kesehakekatan Dengan Bapa: Memahami Apa Yang Dilakukan Bapa,
Itu Juga Yang Dilakukan Anak
Sebuah refleksi yang disusun untuk menuntun mereka keluar dari
konsepsi Corpus Delicti & Yesus adalah Allah yang dilantik
Oleh:
Martin Simamora
Bacalah
lebih dulu bagian 8
(5)Sehingga
jika kita memperhatikan secara cermat dan seksama, sentral pemberitaan kabar
baik adalah pertama-tama dan satu-satunya adalah mengenai diri sang mesias itu
sendiri. Tanpa pemberitaan dirinya maka kitab suci tak akan berjumpa dengan
penggenapannya, sebuah penggenapan yang tak mungkin terjadi di luar dan tanpa
dirinya. Siapakah dirinya dan sepenting apakah diirnya, itu juga yang secara
ultimat diangkat Yesus sebagai permulaan segala permulaan pemberitaan kabar
baik dari mulutnya dan dalam pengajarannya. Perhatikan episode unik berikut
ini:
Yohanes
8:17-18 Dan dalam kitab Tauratmu ada tertulis, bahwa kesaksian dua orang adalah
sah; Akulah yang bersaksi tentang diri-Ku sendiri, dan juga Bapa, yang mengutus
Aku, bersaksi tentang Aku."
Yesus
menyebutkan 2 saksi terkait siapakah dirinya, namun itu mencakup dirinya
sendiri: “akulah yang bersaksi tentang diri-Ku sendiri”, hendak menunjukan
bahwa di dunia ini tidak ada dan tidak mungkin ada satu manusia yang berkuasa
bersaksi mengenai dirinya. Jadi tak juga ibunya, ayahnya, sahabat-sahabat
kecilnya. Mengapa demikian? Itu karena siapakah Ia pada mulanya. Itu sebabnya
Yesus berkata:“dan juga Bapa, yang mengutus Aku, bersaksi tentang Aku,” bahkan
malaikat-malaikat atau apapun makhluk sorgawi tak akan berkuasa bersaksi
mengenai dirinya! Kita sudah pernah melihat sebuah momen mengenai hal ini: Ia tidak ada di sini, sebab Ia telah
bangkit, sama seperti yang telah
dikatakan-Nya. Mari, lihatlah tempat Ia berbaring (Yohanes 28:6).
Sehigga jika kita ingin mengetahui kuasa kesaksian Yesus termasuk kedaulatan
kuasa perkataannya atau mulutnya, maka secara sederhana dan tepat dapat
dikatakan berkuasa atas dunia kini, dunia kematian dan dunia kebangkitan yang
secara gamblang direpetisikan oleh malaikat dalam ungkapan yang sangat vulgar: Ia tidak ada di sini, sebab Ia telah
bangkit, sama seperti yang telah
dikatakan-Nya.
Dan
sebetulnya pada pondasinya, inilah aspek paling substansi terkait perkataan
Yesus sendiri: apa yang dikerjakan Bapa, itu juga yang dikerjakan Anak.
Tentu
saja jika Sang Anak berkata bahwa apa yang dikerjakan Bapa, itu juga yang
dikerjakan Anak, maka relasi keduanya akan lebih dari sekedar karib dan bahkan
sama sekali bukan soal Yesus berhasil mencapai sebuah level perkenanan -di
hadapan Bapa-selama di bumi ini pada titik yang seharusnyalah dapat
diperjuangkan Anak untuk dicapainya sehingga demikian jugalah setiap orang yang
mengaku pengikut Yesus. Mengapa demikian, karena Yesus sendiri sejak semula
telah menunjukan sebuah ketakmungkinan untuk dicapai manusia oleh upayanya
sendiri, dan apapun hakekat dirinya yang disangka manusia, sama sekali bukan
demikian…atau dengan kata lain bukan dalam jangkauan manusia untuk mencapainya…seolah
keselamatan merupakan sebuah pencapaian dan keadaan yang dapat dicapai siapapun
secara individual tanpa perlu kemesiasan yang mengambil alih keselamatan seoran
manusia (sebetulnya sama sekali bukan demikian karena keselamatan bukan soal
keberdayaan manusia tetapi soal kuasa maut yang memperbudak manusia). Mari kita
melihat pernyataan Yesus yang sangat mendasar terkait hal ini:
1.Pertama-tama,
Yesus meletakan dirinya memiliki kesehakekatan dengan Bapa tanpa semacam
sub-limit tertentu sehingga ia kalaupun Tuhan akan berada dalam relasi
sub-ordinat, ketuhanannya. Lihatlah ini:
Maka
kata mereka kepada-Nya: "Di manakah Bapa-Mu?" Jawab Yesus: "Baik
Aku, maupun Bapa-Ku tidak kamu kenal. Jikalau
sekiranya kamu mengenal Aku, kamu
mengenal juga Bapa-Ku." –Yohanes 8:19
Mengatakan
dalam ungkapan jikalau sekiranya kamu mengeenal Aku, kamu mengenal uga Bapa-Ku,
maka pertama-tama Yesus hendak menunjukan bahwa kedivinitasan dirinya semutlak
kedivinitasan Bapa. Mengenal Aku maka mengenal juga Bapa-Ku bukan saja menjadi
terlalu berani, tetapi sebuah keabsolutan yang telah dibangunnya berdasarkan
kesaksian dua saksi yaitu: dirinya sendiri dan Bapa. Jadi hukum taurat yang
menjadi sumber kesahihan sebuah kesaksian bukan saja berfungsi sebagai sumber
legalitas kesaksian dirinya tetapi pondasi yang menemukan penggenapannya,
sehingga apa yang samar-samar pada era perjanjian lama menjadi terang dan genap
dalam Yesus. Dan ini sangat bergantung pada diri Yesus dan begitu jelas ketik
ia pada mahkotanya menarik sebuah garis pemisah yang tak terlintasi bagi
manusia untuk oleh kuasanya sendiri masuk kedalam perjumpaan dan apalagi
perkenanan dengan Bapa. Bagaimana garis pemisah itu akan terlihat dalam
penjelasan Yesus berikut ini:
Maka
Yesus berkata pula kepada orang banyak: "Aku akan pergi dan kamu akan
mencari Aku tetapi kamu akan mati dalam
dosamu. Ke tempat Aku pergi, tidak
mungkin kamu datang."-Yohanes 8:21
Ada
2 fakta yang sedang YesuS sajikan berdasarkan dirinya: pertama, semua manusia
akan mati dalam dosamu. Dan ini bukan situasi yang dapat diperjuangkan untuk
dapat diubahkan bahkan berdasarkan kitab suci dan dalam perjuangan mentaati
taurat. Untuk menemukan penjelasan yang lebih tajam, maka kita harus melihat
pada situasi kedua: ke tempat Aku pergi, tidak mungkin kamu datang. Ini harus
jelas kita pahami, bahwa sekalipun Yesus pergi, manusia tetap memiliki kitab
suci, namun sekalipun demikian Yesus berkata bahwa tidak mungkin kamu datang ke
tempat Aku pergi. Yesus dengan demikian bukan sedang bicara soal teladan yang
bersifat corpus delicti yang mana Yesus memberikan teladan bagaimana mentaati
Bapa dan mendapatkan perkenanan di hadapannya sehingga boleh masuk
setidak-tidaknya ke langit dan bumi baru. Yesus memulainya dengan fakta
pertama: walau manusia memiliki kitab suci dan berjuang mentaatinya, faktanya:
kamu akan mati dalam dosamu. Fakta pertama ini hanya dapat diselesaikan oleh
fakta kedua: ke tempat Aku pergi, tidak mungkin kamu datang. Di sini Yesus
bukan sekedar menyatakan dirinya tidak berada dalam kuasa dunia kematian,
tetapi berkuasa atasnya dan berkuasa untuk membawa siapapun yang dikehendakinya
untuk masuk kedalam persekutuan dengan dirinya dan Bapa.
Sekali
lagi, saya harus mengingatkan kita semua, bahwa kesaksian Kristus ini dibangun
oleh semacam pakta integeritas yang didekritkan oleh Anak dan Bapa berdasarkan
kitab suci yang diberikan Bapa kepada manusia, berbunyi: Dan dalam kitab
Tauratmu ada tertulis, bahwa kesaksian dua orang adalah sah; Akulah
yang bersaksi tentang diri-Ku sendiri, dan juga Bapa, yang mengutus Aku,
bersaksi tentang Aku."
Dalam
satu dialog mencengangkan kita akan melihat wujudnya, dan kita akan melihat
betapa Yesus menjadi sumber keterkejutan manusia pada bagaimana manusia
sungguh-sungguh membutuhkan Juruselamat bukan sebagai sebuah konsep, logika,
konfesi, doktrin dan apalagi sekedar teologis. Kita akan melihat perkara ini
menjadi begitu telanjang oleh karena Yesus mengontraskan dalam apresiasi usaha
manusia yang sungguh-sungguh dalam mengejar keberkenanan sekaligus menujukan
apakah yang tak mungkin untuk sekedar disadari oleh manusia. Mari kita
memperhatikan dialog tersebut:
Ada
seorang datang kepada Yesus, dan berkata: "Guru, perbuatan baik apakah
yang harus kuperbuat untuk memperoleh hidup yang kekal?" Jawab
Yesus: "Apakah sebabnya engkau bertanya kepada-Ku tentang apa yang baik?
Hanya Satu yang baik. Tetapi jikalau engkau ingin masuk ke dalam hidup,
turutilah segala perintah Allah." Kata orang itu
kepada-Nya: "Perintah yang mana?" Kata Yesus: "Jangan membunuh,
jangan berzinah, jangan mencuri, jangan mengucapkan saksi dusta, hormatilah
ayahmu dan ibumu dan kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri."
Kata orang muda itu kepada-Nya: "Semuanya itu telah kuturuti, apa lagi
yang masih kurang?" Kata Yesus kepadanya: "Jikalau
engkau hendak sempurna, pergilah, juallah segala milikmu dan berikanlah itu
kepada orang-orang miskin, maka engkau akan beroleh harta di sorga, kemudian
datanglah ke mari dan ikutlah Aku." Ketika orang muda itu mendengar
perkataan itu, pergilah ia dengan sedih, sebab banyak hartanya. Yesus berkata
kepada murid-murid-Nya: "Aku berkata kepadamu, sesungguhnya sukar sekali
bagi seorang kaya untuk masuk ke dalam Kerajaan Sorga. Sekali
lagi Aku berkata kepadamu, lebih mudah seekor unta masuk melalui lobang jarum
dari pada seorang kaya masuk ke dalam Kerajaan Allah." Ketika
murid-murid mendengar itu, sangat gemparlah mereka dan berkata: "Jika demikian, siapakah yang dapat
diselamatkan?"- Matius 19:19-25
Bisakah
anda merasakan denyut-denyut ketegangan manusia yang menyadari pentingnya
keselamatan dan apalagi memiliki kitab suci, tetapi walaupun setaat-taatnya
diri melakukan dan telah menerima apresiasi mesias, namun setelah itu dihakimi
oleh sang hakim ternyata didapati tidak cukup untuk sekedar selamat oleh perbuatan
baiknya. Apresiasi Yesus atas kebenaran diri semacam ini: Kata Yesus: "Jangan membunuh, jangan berzinah, jangan mencuri,
jangan mengucapkan saksi dusta,
hormatilah ayahmu dan
ibumu dan kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri." Kata orang
muda itu kepada-Nya: "Semuanya itu telah kuturuti, apa lagi yang masih
kurang?" Manusia pasti memiliki potensi untuk baik
dan berbudi luhur, kita bahkan melihat sebuah semangat tinggi dari pertanyaan:
apa lagi yang masih kurang? Sementara manusia berpikir itu bisa dipenuhi dirinya
bagaikan natur manusia itu sepenuhnya mulia untuk taat pada Tuhan, faktanya itu
bukan natur manusia. Yesus bukan saja menunjukan bahwa manusia tak memiliki
natur itu sama sekali…sehingga potensi manusia untuk berbuat baik dan menjadi
sangat mulia walau tercapai dan positif bagi sesama…itu sama sekali tak
membebaskan manusia dari fakta: kamu akan mati dalam dosa. Dengan kata lain,
itu jikapun tercapai tak mampu menjadi barang bukti dihadapan sang hakim untuk
berdasarkan itu memberikan keputusan hukum: engkau bebas atau engkau selamat
sebab perbuatan baikmu memenuhi standardku. Itu sebabnya para murid berseru: "Jika demikian, siapakah yang dapat
diselamatkan?"
Jangan
sekali-kali mendeduksikannya menjadi: dengan demikian kekristenan atau
kepengikutan kita pada Yesus menjadi semacam gerakan yang tak menggubris
moralitas yang harus baik dan bertumbuh dalam karakter Kristus. Jangan pernah,
sebab episode di atas sedang menunjukan apa yang sebenarnya terjadi dalam diri
setiap manusia dan mengapa Juruselamat bukan konsepsi, bukan doktrinal, bukan
konfesional.
Bahwa
memang itu sama sekali bukan konsepsi, bukan doktrinal dan bukan konfesional
pada puncaknya disingkapkan Yesus melalui dan didalam dirinya sendiri:
Ketika
Yesus akan pergi ke Yerusalem, Ia memanggil kedua belas murid-Nya tersendiri
dan berkata kepada mereka di tengah jalan: Sekarang kita pergi
ke Yerusalem dan Anak Manusia akan diserahkan kepada imam-imam kepala dan
ahli-ahli Taurat, dan mereka akan menjatuhi Dia hukuman mati. Sekarang
kita pergi ke Yerusalem dan Anak Manusia akan diserahkan kepada imam-imam
kepala dan ahli-ahli Taurat, dan mereka akan menjatuhi Dia hukuman mati.-
Matius 20:17-18
Nabi
Yesaya mencatatkan sabda ini bagi umat manusia:
Ia
dihina dan dihindari orang, seorang yang penuh kesengsaraan dan yang biasa
menderita kesakitan; ia sangat dihina, sehingga orang menutup mukanya terhadap
dia dan bagi kitapun dia tidak masuk hitungan. Ia dihina dan dihindari orang,
seorang yang penuh kesengsaraan dan yang biasa menderita kesakitan; ia sangat
dihina, sehingga orang menutup mukanya terhadap dia dan bagi kitapun dia tidak
masuk hitungan. Tetapi dia tertikam oleh karena
pemberontakan kita, dia diremukkan oleh karena kejahatan kita; ganjaran yang
mendatangkan keselamatan bagi kita ditimpakan kepadanya, dan oleh
bilur-bilurnya kita menjadi sembuh.- Yesaya 53:3-5
Yesus
bukanlah teladan bagimu untuk mau berjuang menjadi corpus delicti. Dirimu bukan
siapa-siapa, sebab seperti semua manusia, kita semua manusia malang dalam
kebenaran diri…kita pikir kita baik dan berjuang bagi Tuhan dengan
mengesampingkan keselamatan yang diberikan dengan argument bukankah seharusnya
setiap manusia bertanggungjawab atas dirinya sendiri..di hadapan Allah? Tidak
ada penghinaan atas darah Anak Manusia selain pemikiran dan pengimanan semacam
ini. Kiranya anda dicelikan bahwa darah Anak Domba menunjukan betapa menistanya
ajaran corpus delicti tersebut.
Dan mereka
mengalahkan dia oleh darah Anak Domba, dan oleh perkataan kesaksian mereka.
Wahyu
12:11
Bersambung
ke Bagian 9
Soli
Deo Gloria
Solus
Christus
No comments:
Post a Comment