Oleh: Martin Simamora
“Dengan
Siapakah Engkau Samakan Dirimu?”
[Refleksi]
“Sama seperti Musa meninggikan
ular di padang gurun, demikian
juga Anak Manusia harus ditinggikan, supaya setiap orang percaya kepada-Nya
beroleh hidup kekal (Yohanes 3:14-15), pada kesempatan berikutnya, Sang
Mesias kembali menyatakan apa yang harus
terjadi pada dirinya: ”dan Aku, apabila
Aku ditinggikan dari bumi, Aku akan
menarik semua orang datang kepada-Ku” (Yohanes 12:32). Injil Yohanes
menjelaskan apakah maksud Yesus dengan pernyataannya itu sebagai bagaimanakah
ia akan mati: “Ini dikatakan-Nya untuk
menyatakan bagaimana caranya Ia akan mati (Yohanes 12:32).” Bagaimana
caranya Anak Manusia harus mati dan kematiannya memiliki sebuah tujuan agar
setiap yang percaya kepada-Nya beroleh hidup kekal. Orang-orang Yahudi memahami
sekali peristiwa peninggian ular memang menghasilkan penyelamatan bagi siapa
yang memandang kepada ular tersebut: “Maka
berfirmanlah TUHAN kepada Musa: "Buatlah ular tedung dan taruhlah itu pada
sebuah tiang; maka setiap orang yang terpagut, jika ia melihatnya, akan tetap
hidup." Lalu Musa membuat ular tembaga dan menaruhnya pada sebuah tiang;
maka jika seseorang dipagut ular, dan ia memandang kepada ular tembaga itu, tetaplah
ia hidup”- Bilangan 21:8-9. Musa melaksanakan firman Allah-instruksi Allah
tepat seperti yang dikehendaki-Nya dan barangsiapa yang terpagut [akibat
pemberontakan terhadap Allah dan Musa, Allah memerintahkan ular-ular tedung ke
antara bangsa tersebut untuk memagut mereka hingga banyak yang mati : Bilangan
21:4-6], dan memandang kepada ular itu tidak akan mati- diluputkan dari murka Allah akibat dosa. Memandang
ular yang diletakan pada sebuah tiang akan menghasilkan hidup yang menaklukan maut dan memperdamaikannya dengan Allah. Demikianlah
Yesus menyatakan bahwa dirinya sendiri
akan ditinggikan dari bumi supaya setiap
orang yang percaya tidak akan mengalami
kematian sebagai keakhiran kekalnya akibat dosa, namun hidup kekal yang datang dari percaya kepadanya.
Dengan siapakah ia
samakan dirinya? Ia bukan saja menyatakan bagaimana ia seperti ular tedung yang diletakan pada sebuah tiang sebagai satu-satunya sumber keselamatan dan satu-satunya
yang memberikan hidup atas manusia-manusia berdosa yang sedang diburu oleh
murka Allah, tetapi juga, dengan demikian, ia adalah satu-satunya sumber dan satu-satunya pemberi hidup yang berkuasa penuh
mengatasi kematian atau maut secara abadi, yang sedang ditimpakan kepada
manusia-manusia yang sedang dimurkai
Allah.
Bagi orang-orang Yahudi,
kedua peristiwa yang pernah menimpa
moyang mereka tersebut adalah 2 ketetapan Allah. Yang pertama merupakan ketetapan Allah sendiri untuk membinasakan
siapapun yang memberontak melawan-Nya dan nabi-Nya; Yang kedua pun merupakan ketetapan Allah sendiri untuk menetapkan
satu-satunya cara yang disediakannya agar keselamatan dapat dimiliki:
Ketetapan
pertama: “Lalu TUHAN menyuruh ular-ular tedung
ke antara bangsa itu, yang memagut mereka, sehingga banyak dari orang Israel
yang mati”- Bilangan 21:6
Ketetapan
kedua:” Maka berfirmanlah
TUHAN kepada Musa: "Buatlah ular tedung dan taruhlah itu pada sebuah
tiang; maka setiap orang yang terpagut, jika ia melihatnya, akan tetap
hidup." Lalu Musa membuat ular tembaga dan menaruhnya pada sebuah tiang;
maka jika seseorang dipagut ular, dan ia memandang kepada ular tembaga itu,
tetaplah ia hidup”-Bilangan 21:9
Apa yang begitu sukar
untuk dipahami adalah, bagaimana bisa Yesus memiliki kuasa sebagaimana
yang terjadi kala semua yang telah
terpagut ular akibat murka Allah atas
dosa dengan memadang [percaya atau tunduk melakukan instruksi Allah yang member
hidup) kepadanya dapat lepas dari maut. Dengan kata lain, Sang Mesias itu
sendiri menjadi sumber keselamatan atau kehidupan yang mengatasi maut
(=kehidupan kekal)? Dengan siapakah
Yesus menyamakan dirinya?
Dan memang perihal
ini telah menjadi konflik yang paling keras antara orang-orang Yahudi dengan
Sang Mesias. Konflik hebat yang terjadi
didalam relasi Yesus dengan saudara sebangsanya ini, sebab dengan demikian
Yesus telah meletakan dirinya lebih tinggi dari semua tokoh-tokoh rohani
terhormat dalam ranah kekekalan, sementara semua yang disebut nabi dan semua
yang disebut bapa-bapa Israel telah meninggal dunia. Orang-Orang Yahudi tak
dapat memahami sama sekali apakah yang sedang Yesus maksudkan.
Sekarang, perhatikan
episode ini secara cermat:
▓Yohanes 8:24-53: (24) Karena
itu tadi Aku berkata kepadamu, bahwa kamu akan mati dalam dosamu; sebab jikalau
kamu tidak percaya, bahwa Akulah Dia, kamu akan mati dalam dosamu."(25)
Maka
kata mereka kepada-Nya: "Siapakah Engkau?" Jawab Yesus kepada
mereka: "Apakah gunanya lagi Aku berbicara dengan kamu?(26) Banyak
yang harus Kukatakan dan Kuhakimi tentang kamu;
akan tetapi Dia, yang mengutus Aku, adalah benar, dan apa yang Kudengar dari pada-Nya,
itu yang Kukatakan kepada dunia."(27) Mereka tidak mengerti, bahwa
Ia berbicara kepada mereka tentang Bapa.(28) Maka kata
Yesus: "Apabila kamu telah meninggikan Anak Manusia, barulah kamu tahu, bahwa
Akulah Dia, dan bahwa Aku tidak berbuat apa-apa dari diri-Ku sendiri, tetapi
Aku berbicara tentang hal-hal, sebagaimana diajarkan Bapa kepada-Ku.(29)
Dan
Ia, yang telah mengutus Aku, Ia menyertai Aku. Ia tidak membiarkan Aku
sendiri, sebab Aku senantiasa berbuat apa yang berkenan
kepada-Nya."(30) Setelah Yesus mengatakan semuanya
itu, banyak orang percaya kepada-Nya. (31) Maka kata-Nya kepada
orang-orang Yahudi yang percaya kepada-Nya: "Jikalau kamu tetap dalam
firman-Ku, kamu benar-benar adalah murid-Ku (32) dan
kamu
akan mengetahui kebenaran, dan kebenaran itu akan memerdekakan kamu."(33)
Jawab
mereka: "Kami adalah keturunan Abraham dan tidak pernah menjadi hamba
siapapun. Bagaimana Engkau dapat berkata: Kamu akan merdeka?"(34) Kata
Yesus kepada mereka: "Aku berkata kepadamu, sesungguhnya setiap orang yang
berbuat dosa, adalah hamba dosa.(35) Dan hamba tidak tetap
tinggal dalam rumah, tetapi anak tetap tinggal dalam rumah.(36) Jadi
apabila
Anak itu memerdekakan kamu, kamupun benar-benar merdeka."- (37)
Aku
tahu, bahwa kamu adalah keturunan Abraham, tetapi kamu berusaha untuk membunuh Aku karena firman-Ku tidak
beroleh tempat di dalam kamu.(38) Apa yang Kulihat pada
Bapa, itulah yang Kukatakan, dan demikian juga kamu perbuat tentang apa yang
kamu dengar dari bapamu."(39) Jawab mereka
kepada-Nya: "Bapa kami ialah Abraham." Kata Yesus kepada mereka:
"Jikalau sekiranya kamu anak-anak Abraham, tentulah kamu mengerjakan
pekerjaan yang dikerjakan oleh Abraham.(40) Tetapi yang kamu
kerjakan ialah berusaha membunuh Aku; Aku, seorang yang mengatakan kebenaran
kepadamu, yaitu kebenaran yang Kudengar dari Allah; pekerjaan
yang demikian tidak dikerjakan oleh Abraham.(41) Kamu
mengerjakan pekerjaan bapamu sendiri." Jawab mereka: "Kami tidak
dilahirkan dari zinah. Bapa kami satu, yaitu Allah."(42) Kata
Yesus kepada mereka: "Jikalau Allah adalah Bapamu, kamu akan mengasihi
Aku, sebab
Aku keluar dan datang dari Allah. Dan Aku datang bukan atas kehendak-Ku
sendiri, melainkan Dialah yang mengutus Aku.(43) Apakah
sebabnya kamu tidak mengerti bahasa-Ku? Sebab kamu tidak dapat menangkap
firman-Ku.(44) Iblislah
yang menjadi bapamu dan kamu ingin melakukan
keinginan-keinginan bapamu. Ia adalah pembunuh manusia sejak semula dan tidak
hidup dalam kebenaran, sebab di dalam dia tidak ada kebenaran. Apabila ia
berkata dusta, ia berkata atas kehendaknya sendiri, sebab ia adalah pendusta
dan bapa segala dusta.(45) Tetapi karena Aku mengatakan
kebenaran kepadamu, kamu tidak percaya kepada-Ku.(46) Siapakah
di antaramu yang membuktikan bahwa Aku berbuat dosa?
Apabila Aku mengatakan kebenaran, mengapakah kamu tidak percaya kepada-Ku?(47)
Barangsiapa berasal dari Allah,
ia mendengarkan firman Allah; itulah
sebabnya kamu tidak mendengarkannya, karena kamu tidak berasal dari
Allah."(48) Orang-orang Yahudi menjawab Yesus:
"Bukankah benar kalau kami katakan bahwa Engkau
orang Samaria dan kerasukan setan?"(49) Jawab
Yesus: "Aku tidak kerasukan setan, tetapi Aku menghormati Bapa-Ku dan kamu tidak menghormati Aku.(50)
Tetapi Aku tidak
mencari hormat bagi-Ku: ada Satu yang mencarinya dan
Dia juga yang menghakimi.(51) Aku berkata kepadamu:
Sesungguhnya barangsiapa menuruti firman-Ku, ia tidak akan mengalami maut
sampai selama-lamanya."(52) Kata orang-orang
Yahudi kepada-Nya: "Sekarang kami tahu, bahwa Engkau
kerasukan setan. Sebab Abraham
telah mati dan demikian juga nabi-nabi, namun Engkau berkata: Barangsiapa
menuruti firman-Ku, ia tidak akan mengalami maut sampai selama-lamanya.(53)
Adakah Engkau lebih besar dari
pada bapa kita Abraham, yang telah mati! Nabi-nabipun telah mati;
dengan siapakah Engkau samakan
diri-Mu?"
“Dengan siapakah
Engkau samakan diri-Mu?” Ini bukanlah pertanyaan yang datar-datar saja
seolah-olah tanpa emosi yang berkecamuk. Lebih besar lagi, ini adalah
pertanyaan penghakiman final yang
berselancar diatas gelombang lautan
penghinaan yang tingginya tak ada
satupun yang sanggup menentukan ketinggiannya, sebab sebetulnya pada sudut
pandang Yesus, mereka semua secara otentik
telah dipagut ular yang telah dikirimkan oleh Bapanya dan ia sendiri
sedang dalam proses menuju peninggian dari atas bumi!
Siapakah Yesus menurutnya sendiri?
►Ia
adalah hakim atas Israel: banyak yang harus Kukatakan dan Kuhakimi tentang kamu
(ayat 26)
►Aku,
seorang yang mengatakan kebenaran kepadamu, yaitu kebenaran yang Kudengar dari
Allah. Ia tak pernah berkata kebenaran dari dirinya sendiri (ayat 26,40)
►Peristiwa
Anak Manusia Ditinggi oleh mereka akan
membuat mereka dapat mengerti bahwa
Dialah Dia dan apa yang dilakukan dan disampaikannya mengenai perihal tersebut
adalah tepat atau jitu sebagaimana Bapa mengajarkannya, merupakan kehendak Bapa
untuk terjadi (ayat 28)
►Ia adalah dia yang mengatakan Kebenaran yang didengar dari Allah, ini adalah pekerjaan yang tidak dilakukan oleh
Abaraham. Poin ini menunjukan bahwa Sang Mesias lebih besar dari Abraham, dan
menunjukan bahwa mendengar yang dimaksud oleh Yesus menunjukan kedekatan dan
keilahian yang melampaui semua.
►Ia adalah dia yang keluar dan datang dari Allah. Ini menunjukan keberasalan Yesus pada
hakikatnya bukan dari dunia ini sekalipun ia berada di dalam kemanusiaan yang
penuh [ia dapat dibunuh]
►Ia
dan Bapa tak terpisahkan sama sekali bahkan selama di dunia dan dalam apapun
yang terjadi padanya, dalam apapun yang dikatakannya dan dalam apapun yang
dilakukannya: “Ia menyertai Aku. Ia tidak membiarkan Aku sendiri” (ayat 29)
►Keberkenanan pada dirinya adalah sempurna dan kudus di hadapan Allah: Aku senantiasa berbuat apa yang
berkenan kepada-Nya (ayat 29)
►Perkataannya
adalah firmannya dan penurutan (ini
sebuah penurutan dalam makna kesatuannya dengan Kristus “tinggal tetap dalam”)
terhadap firmannya adalah identifikasi kemuridan seseorang padanya, bahkan
lebih jauh lagi hanya dengan tinggal tetap dalam firman maka seseorang dapat
mengetahui kebenaran yang berkuasa untuk memerdekakan: “Jikalau kamu tetap dalam firman-Ku, kamu benar-benar adalah murid-Ku dan
kamu akan mengetahui kebenaran, dan kebenaran itu akan memerdekakan kamu”
(ayat 31-32)
►Ia adalah Anak
Sang Pemberi kemerdekaan yang otentik: apabila Anak itu memerdekakan kamu, kamupun
benar-benar merdeka. Dari apa? Dari perhambaan
atau perbudakan dosa (ayat 32,35)
►
Aku
datang bukan atas kehendak-Ku sendiri, melainkan Dialah yang mengutus Aku
►Ia
kudus pada hakikatnya,sama sekali tidak memiliki dosa yang bagaimanapun juga: Siapakah
di antaramu yang membuktikan bahwa Aku berbuat dosa?
►Yesus
adalah sumber kehidupan yang menaklukan kematian atau maut: Aku berkata
kepadamu: Sesungguhnya barangsiapa menuruti firman-Ku, ia tidak akan mengalami
maut sampai selama-lamanya (ayat 24)
Siapakah Yesus menurut orang-orang Yahudi:
●Orang
Samaria kerasukan Setan (ayat 48)
●Ia
kerasukan Setan (ayat 52)
Betapa itu adalah
sebuah penistaan yang bahkan teramat nista untuk dapat dilukiskan oleh
manusia-manusia yang tak berasal dari Allah (ayat 47) atau yang berbapakan
Iblis (ayat 44), sebuah penistaan yang dahsyat dengan cara:
-menyatakan bahwa Yesus bahkan bukan
keturunan Abraham: dengan menyebut Yesus orang Samaria yang memang pada
dasarnya dipandang hina atau lebih rendah dari
Yahudi
-menyatakan bahwa Yesus kerasukan setan!
Sementara
Sang Mesias sudah menyatakan dirinya:
-Ia keluar dan datang dari Bapa
-Ia melakukan kehendak Bapa berdasarkan apa
yang diajarkan Bapa
Apa
yang menjadi biang sengketanya adalah pernyataan Yesus yang sejak semula
menempatkan dirinya sebagai terhormat, dalam sebuah kehormatan yang memang datang
dari dirinya sendiri tanpa perlu digalang dari semua manusia baginya:“kamu tidak menghormati Aku, tetapi Aku tidak
mencari hormat bagi-Ku.” Apakah pernyataannya itu? adalah berikut ini:
-
sebab jikalau kamu tidak percaya,
bahwa Akulah Dia, kamu akan mati dalam dosamu (ayat
24)
-
Aku berkata kepadamu:
Sesungguhnya barangsiapa menuruti firman-Ku, ia tidak akan mengalami maut
sampai selama-lamanya (ayat 51)
Ini
menimbulkan pertanyaan mendasar untuk diajukan, yaitu: “Dengan siapakah Engkau
samakan dirimu?” Ini adalah pertanyaan yang lahir bukan saja dari
kegelisahan jiwa tetapi sebuah kecemasan yang mendalam, sebab perkataan Yesus
ini telah melampaui kemuliaan bapa Israel dan para nabi terhormat yang datang dari Allah:
Sebab Abraham telah mati dan
demikian juga nabi-nabi, namun Engkau berkata: Barangsiapa menuruti firman-Ku,
ia tidak akan mengalami maut sampai selama-lamanya. Adakah Engkau lebih besar
dari pada bapa kita Abraham, yang telah mati! Nabi-nabipun telah mati?
Bagi
orang Yahudi, Yesus mustahil keturunan Abraham sebab ia mengangkat dirinya lebih
besar dari Abraham bahkan juga semua nabi; bagi orang Yahudi, Yesus mustahil
keturunan Abraham sebab ia menyatakan dirinya memiliki sumber kehidupan kekal,
yang dipahami mereka bahwa Sang Mesias dengan demikian tidak akan meninggal
dunia.
Mereka
berkeyakinan bahwa Yesus bukanlah Sang Mesias itu, sebab Yesus menyatakan dirinya lebih mulia daripada Abraham, sehingga ia
bukan saja tak takluk kepada kematian tetapi menyatakan dirinya adalah sumber
dan pemberi kehidupan yang menaklukan kuasa kematian sebagaimana orang-orang
Israel yang telah dipagut ular bila memandang pada ular tembaga yang diletakan
di atas kayu tidak akan mati, akan lepas dari maut yang datang dari murka
Allah. Penolakan mereka bahwa Dialah
Dia Sang Mesias yang dijanjikan, itu juga terkait dengan keberakhirannya
Sebagai Mesias:mati dengan cara ditinggikan dari bumi, sebagaimana
berulangkali ia sendiri kemukakan secara terbuka. Ia kemukakan kematiannya
bukan sebagai semata kemauannya tetapi kehendak Allah atau pekerjaan Allah itu
sendiri, bahkan Sang Mesias menyatakan sebagaimana Musa meninggikan ular di
padang gurun, maka seperti itu juga
Anak Manusia akan ditinggikan dari bumi. Ini sebuah penggambaran bagaimana Ia
mati untuk meredam murka Allah sehingga barangsiapa percaya ia akan selamat:
Yohanes
12:31-33 Sekarang berlangsung penghakiman atas dunia ini: sekarang juga
penguasa dunia ini akan dilemparkan ke luar; dan Aku, apabila Aku ditinggikan
dari bumi, Aku akan menarik semua orang datang kepada-Ku." Ini dikatakan-Nya untuk menyatakan bagaimana
caranya Ia akan mati.
Sang
Mesias yang lebih hebat daripada Abraham
dan para nabi karena menyatakan dirinya sebagai sumber kehidupan, namun juga
tak berkuasa dalam kekuasaan dunia ini sebab malah menyatakan bagaimana ia akan mati? Bukan bagaimana ia akan bertakhta di Israel untuk
selama-lamanya, telah menjadi dasar kebulatan hati bagi mereka untuk menolak
Ialah Dia Sang Mesias itu:
Yohanes
12:34 Lalu jawab orang banyak itu: "Kami telah mendengar dari hukum
Taurat, bahwa Mesias tetap hidup selama-lamanya; bagaimana
mungkin Engkau mengatakan, bahwa Anak Manusia harus ditinggikan? Siapakah Anak Manusia itu?"
Mereka
sebenarnya tak pernah dapat memahami apa yang sedang mereka bicarakan dan
siapakah Yesus yang ada di hadapan mereka: “bagaimana
mungkin engkau mengatakan, bahwa Anak Manusia harus ditinggikan? Siapakah
Anak Manusia itu?” Itulah kebuntuan mereka untuk memahami bahwa Mesias harus
ditinggikan dari Bumi, sebagaimana Musa meninggikan ular di padang gurun.
Dengan
kata lain, siapakah Yesus sehingga ia memiliki kuasa sumber kehidupan
sebagaimana Allah yang mendemonstrasikan
kuasa pengampunanan dari murkanya melalui memandang pada ular di tiang itu telah memberikan kehidupan yang mengatasi
maut, sebagaimana dahulu telah
disabdakan-Nya kepada Musa dan dilakukan-Nya melalui Musa.
Bagi
mereka Yesus bahkan bukan sama sekali keturunan Abraham, dan lebih buruk lagi: “Sekarang
kami tahu, bahwa Engkau kerasukan setan” (Yoh 8:52).
Yesus
Kristus dihadapan mereka bukanlah Sang Kristus atau Mesias itu, sebaliknya
benar-benar berbahaya sebab menista kebenaran mengenai Sang Mesias menurut
Taurat dalam pandangan mereka. Tak
tahu atau tak mengerti sama sekali bahwa Yesus sedang menunjukan dirinya adalah
Sang Mesias yang memerintah atas maut
yang mencengkram umatnya sendiri; tak tahu sama sekali bahwa Ia adalah
Sang Mesias yang menaklukan perhambaan dosa, sebab dari mulutnya keluar sabda yang akan memerdekakan mereka dari
perhambaan dosa. Sang Mesias adalah
Raja Israel yang bahkan menduduki takhta pemerintahannya bukan dalam kefanaan
yang tak berkuasa kepada kematian yang memperbudak manusia. Sang Mesias memang tak mati selama-lamanya, dan Yesus
sendiri tidak sama sekali sedang membicarakan sebuah kematian yang
selama-lamanya. Harus diingat bahwa ia sendiri sudah menyatakan dirinya
sumber kehidupan selama-lamanya:“Aku
berkata kepadamu: Sesungguhnya barangsiapa menuruti firman-Ku, ia tidak akan
mengalami maut sampai selama-lamanya.”
Bukankah
Yesus tidak pernah membicarakan kematian
sejati yang selama-lamanya pada dirinya, tetapi kematian yang diakhiri atau disudahinya dengan kebangkitannya:
Yohanes
2:19-21 Jawab Yesus kepada mereka: "Rombak Bait Allah ini, dan dalam
tiga hari Aku akan mendirikannya kembali." Lalu kata orang Yahudi
kepada-Nya: "Empat puluh enam tahun orang mendirikan Bait Allah ini dan
Engkau dapat membangunnya dalam tiga hari?" Tetapi yang
dimaksudkan-Nya dengan Bait Allah ialah tubuh-Nya sendiri.
Yesus
tak pernah berbicara mengenai bagaimana
caranya Ia mati dalam makna bahwa ia akan mengalami kematian yang menaklukan
dirinya, sebaliknya ia dalam kematian itu akan menaklukannya secara penuh: “dalam
tiga hari Aku akan mendirikannya kembali.” Ini adalah
kebangkitan tubuhnya dari kematian, yang
belakangan akan diakui sendiri kebenarannya oleh para muridnya:
Yohanes
2:22 Kemudian, sesudah Ia bangkit dari
antara orang mati, barulah teringat
oleh murid-murid-Nya bahwa hal itu telah dikatakan-Nya, dan merekapun percayalah akan Kitab Suci dan akan perkataan yang telah
diucapkan Yesus
Sehingga
pernyataan Taurat (Kitab Suci) bahwa Mesias hidup selama-selamanya, tak
berlawanan dengan perkataan yang telah diucapkan Yesus sendiri. Apa yang tak
dapat dimengerti oleh mereka yang bukan berasal dari Allah (yang berarti
berbapakan Iblis) adalah, ia bertakhta
sebagai Mesias yang tak mati selama-selamanya setelah ia sendiri menaklukan kematian atau maut dalam kematian itu
sendiri. Itu adalah kehendak Bapa agar setiap orang yang berada
didalam murka Allah (sebagaimana yang telah digambarkan dalam Bilangan 21:4-6)
ketika percaya kepada Yesus yang telah
disalibkan itu atau ditinggikan dari bumi tidak akan mengalami maut selama-lamanya, pada
akhirnya. Sebagaimana Sang Mesias mengalami kematian dan maut itu sendiri tidak
berkuasa selama-selamanya atasnya melainkan
ditaklukannya, maka demikian juga
setiap orang percaya kepadanya tak akan dikuasai maut selama-lamanya
sekalipun ia akan meninggal dunia. Inilah keadaan
kehidupan orang beriman yang dikerjakan oleh Yesus sebagai karya Allah,
sebagaimana Allah melalui Musa
melakukannya dengan ular yang diletakan oleh-Nya sendiri pada tiang kayu. Namun,
pada Yesus, Allah sendirilah yang
meletakan Yesus di salib itu agar barangsiapa yang percaya tidak akan mengalami
maut yang merupakan pengukuman Allah akibat pemberontakan terhadap-Nya dan
terhadap Sang Mesias baik di dalam kitab-kitab suci dan apalagi didalam
penggenapan apa yang dikatakan Kitab-kitab suci itu sendiri:
Yohanes
5:39-40 Kamu menyelidiki Kitab-kitab Suci,
sebab kamu menyangka bahwa oleh-Nya kamu mempunyai hidup yang kekal, tetapi
walaupun Kitab-kitab Suci itu memberi
kesaksian tentang Aku, namun kamu
tidak mau datang kepada-Ku untuk memperoleh hidup itu.
Matius
26:53-54 Atau kausangka, bahwa Aku tidak dapat berseru kepada Bapa-Ku, supaya
Ia segera mengirim lebih dari dua belas pasukan malaikat membantu Aku? Jika begitu, bagaimanakah akan digenapi yang tertulis dalam Kitab Suci, yang
mengatakan, bahwa harus terjadi demikian?"
Perhatikan,
ini adalah jawaban atau penegasan Yesus yang
menghapuskan tanpa sisa segala bentuk keraguan yang setajam pedang sekalipun
terhadap:“benarkah Bapa menghendaki Yesus Sang Mesias menjalani penderitaan dan
kematian dengan cara diangkat dari bumi pada sebuah tiang kayu salib ”sehingga barangsiapa percaya kepadanya dan pada apa yang sudah dilakukan tidak akan mengalami maut
selama-lamanya?” Keraguan setajam pedang, ya memang begitulah realita yang
harus dihadapi Yesus, tak hanya sekarang namun sejak dahulu:
Matius
26:51-52 Tetapi seorang dari mereka yang
menyertai Yesus mengulurkan tangannya, menghunus pedangnya dan
menetakkannya kepada hamba Imam Besar sehingga putus telinganya. Maka kata
Yesus kepadanya: "Masukkan pedang itu kembali ke dalam sarungnya
Yesus
tahu sekali dalam doanya kepada Bapa, adalah kehendak Bapa sendiri agar ia meminum
cawan penderitaan dan maut yang harus dialaminya sendiri itu:
Matius
26:42 Lalu Ia pergi untuk kedua kalinya dan berdoa, kata-Nya: "Ya Bapa-Ku jikalau cawan ini tidak mungkin lalu,
kecuali apabila Aku meminumnya, jadilah kehendak-Mu!"
Yesus
tahu sekali bahwa saatnya sudah tiba untuk menggenapi kehendak Allah, bahwa Ia
harus ditinggikan dari bumi sebagaimana Musa meninggikan ular di padang gurun:
Matius
26:45 Lihat, saatnya sudah tiba,
bahwa Anak Manusia diserahkan ke
tangan orang-orang berdosa.
Seperti Musa yang diperintahkan
Allah harus meninggikan ular ditengah-tengah orang berdosa akibat dosa yang
mendatangkan murka Allah, agar barangsiapa yang melihat hidup, maka demikian juga Yesus harus tunduk pada
kehendak Allah agar ditinggikan oleh tangan orang-orang berdosa yang mendatangkan murka
Allah. Satu-satunya solusi untuk menanggulangi murka Allah adalah Yesus
harus ditinggikan dari Bumi agar dapat mendatangkan keselamatan, sebab hanya
Anak Manusia (sebagaimana ular yang
ditinggikan Musa) yang dapat menanggulangi murka Allah yang memburu setiap
manusia berdosa, bilamana ia menjadi percaya!
Apakah
yang terjadi pada Yesus ketika Ia menanggulangi murka Allah pada dirinya
sendiri, sehingga ia dapat menghasilkan keselamatan yang mengatasi maut pada siapa yang beriman
kepadanya? Nantikanlah bagian selanjutnya.
Segala Kemuliaan
Hanya Bagi Tuhan
No comments:
Post a Comment