Oleh: Martin Simamora
Bukan
Kesempurnaanku Tetapi Kesempurnaan-Nya Yang Menyelamatkanku & Menuntunku Di
Jalan Yang Benar
Yesus Sang Mesias
ketika disebut sang Juruselamat yang
datang dari Allah tidak dapat sama
sekali diletakan atau dibingkaikan sebagai sebuah jalan yang berwujud ketentuan-ketentuan atau instruksi-instruksi oral yang harus dilakukan dan tidak boleh
dilakukan oleh diri manusia itu sendiri sehingga ia dapat memiliki keselamatan
dari Allah itu oleh perjuangan untuk memenuhi ketentuan-ketentuan tersebut. Untuk
menjadi diselamatkan atau dilepaskan dari dunia yang dinaungi oleh maut, tidak
demikian caranya dari satu-satunya Juruselamat itu. Bahkan bukan sebuah
kolaborasi atau korporasi/kerjasama antara Yesus dengan orang-orang yang
mau diselamatkan.
Mengapa dikatakan
demikian? Hal tunggal saja yang menjelaskannya, yaitu karena mengenai perihal
itu ternyata merupakan sebuah perbuatan atau karya yang harus dilakukan pada
pihak Allah untuk kepentingan manusia-manusia di dunia manusia sebagai pihak
yang berkuasa penuh untuk melakukannya. Ia,Sang Mesias, datang untuk melakukan
apa yang
dikehendaki Dia yang mengutusnya. Jikapun kita hendak meninjau bahwa keselamatan
itu adalah sebuah korporasi yang melibatkan dua pihak yang mana Allah sebagai
pemilik kehendak atau pemilik ketetapan dan pada pihak lainnya, manusia sebagai
yang harus melakukan apa-apa yang menjadi kehendak dan ketetapan Allah, maka
relasi semacam ini atau korporasi semacam ini memang ada bahkan terjadi
begitu kokoh, namun pada Allah dan
Manusia Yesus Kristus. Ini satu hal yang begitu menonjol dan begitu
mudah-seharusnya- kedua mata ini untuk mendapatkan hal tersebut.
Sekarang perhatikan
ini: "Inilah pekerjaan yang
dikehendaki Allah” – Yohanes 6:29, maka kita akan berjumpa satu kehendak saja, yaitu yang datang
dari Bapa. Bukan itu saja, dalam apa
yang Yesus nyatakan sebagai kehendak Bapa, maka hanya akan dijumpai satu pihak saja yang ditetapkan untuk
melakukannya atau pelaksana kehendak, yaitu Yesus Kristus: “Sebab Aku
telah turun dari sorga bukan untuk melakukan kehendak-Ku,
tetapi untuk melakukan kehendak Dia- Yohanes 6:38.” Kita
melihat, di sini, ada kehendak Allah terkait kehendak-Nya di bumi yang harus
diwujudkan, namun dalam hal ini Allah telah menetapkan tak ada manusia yang
dapat melakukan kehendak-Nya sehingga pelaksanaan dan penuntasannya memuaskan Allah, sempurna. Jika
tak ada manusia yang mampu melakukannya dalam pandangan Allah, lalu siapakah yang mampu dan
pantas dalam pandangan-Nya?