“Keselamatan Kristus Juga Untuk Mereka Yang Tak Beriman
Kepada-Nya”
Oleh:
Martin Simamora
Bacalah
lebih dulu bagian 3N
Perkenanan seorang manusia dihadapan Allah, bermakna,
bahwa ia mendapatkan penerimaan atau mendapatkan pengampunan atau mendapatkan
pendamaian dari Allah, tak pernah bermakna
pemenuhan oleh manusia itu terhadap tututan-tuntutan hukum atau sabda Allah
secara telak, utuh tanpa sebuah penyimpangan selain kesempurnaan saja, sehingga
diterima, bukan ditolak Allah. Ini, bahkan, sejak perjanjian lama.
Hal demikian juga ditunjukan Yesus kala Ia mengajarkan bagaimana seseorang pada akhirnya hidup dalam kekekalan Allah
pada Matius 25:31-46, tidak sebagaimana diajarkan oleh pendeta Dr. Erastus, pada paragraf 20 dalam tautan utama di sini atau cadangan “ Keselamatan Di Luar Kristen 03”:
Bagi
orang yang tidak mengenal Injil atau tidak mendengar Injil dengan benar, perbuatan
baik adalah ciri atau tanda seseorang memberi diri untuk diperkenan masuk dunia
yang akan datang (Mat 25:31-46). Ini berarti mereka
mendengar hati nurani mereka dan melakukan apa yang tertulis dalam hati nurani mereka,
yaitu Torat Tuhan (Rom 2:12-15).
pun
sama
sekali tidak merupakan perintah Yesus
Kristus bahwa itulah hal-hal yang harus dilakukan oleh siapapun juga jika ingin
mendapatkan perkenanan dari Allah.Sebaliknya, merupakan:a.penggambaran Yesus akan apakah yang
terjadi dengan manusia-manusia yang memiliki relasi atau beriman dengan
dirinya, yaitu para domba dan manusia-manusia yang tak memiliki atau tak
beriman dengan dirinya, dan b.bagaimanakah kehidupan yang berlangsung sebagai hasil kehidupan beriman atau berelasi dengan
Yesus Kristus: memiliki kasih-Nya. Jika pendeta Dr. Erastus Sabdono mengajarkan “perbuatan baik adalah ciri
atau tanda seseorang memberi diri untuk
diperkenan masuk dunia yang akan datang,”maka, jelas ia mengabaikan apakah yang terutama dan satu-satunya: sumber berlangsungnya relasi
beriman antara manusia dengan Allah, yang merupakan sumber kehidupan yang
berkenan kepada-Nya. Tak ada manusia
yang berdaya pada dirinya sendiri dapat mencapai berbagai nilai atau standard
atau kesesuaian-kesuaian yang ilahi [karena datang dari kehendak Allah], sehingga dapat berkenan dihadapan Allah dalam derajat yang bagaimanapun.
Tahukah
anda bahwa, pada dasarnya, sejak perjanjian lama hingga perjanjian baru,
manusia tak dapat membenarkan atau melayakan dirinya pada dirinya sendiri?
Manusia Berdosa, Tak
Berdaya Sama Sekali Untuk Memperkenan Dirinya Dihadapan Tuhan Berdasarkan
Perilaku-Perilaku Baik
Mengapa
manusia mengalami masalah dengan perkenanan dirinya terhadap Allah?
Jawabannya: karena Allah
adalah Kudus dan ketakmampuan manusia
untuk sekudus Allah sehingga senantiasa gagal dalam segenap upaya memenuhi
tuntutan Allah untuk kudus, sekudus-Nya.
Realita
ini,
bahkan, pada pokoknya telah disingkapkan oleh Allah sendiri. Bukan hanya
menyingkapkan bahwa manusia tak berdaya sama sekali untuk membuat dirinya
berkenan bagi-Nya, namun menyediakan sebuah jalan keluar yang mengatasi
ketakberdayaan manusia untuk menguduskan dirinya sendiri, melalui pengudusan yang dilakukan oleh Allah.
Bahwa pengudusan itu pada akhirnya hanya datang dan bersumber dari Allah yang
kudus, bukan bersumber dari manusia-manusia yang tak kudus.
Mari
kita perhatikan poin-poin yang menggambarkan realita tersebut:
Allah itu kudus
adanya:
Yesaya
6:3 Dan mereka berseru seorang kepada seorang, katanya: "Kudus, kudus, kuduslah TUHAN semesta
alam, seluruh bumi penuh kemuliaan-Nya!"
Keluaran
15:11 Siapakah yang seperti Engkau, di antara para allah, ya TUHAN; siapakah
seperti Engkau, mulia karena kekudusan-Mu,
menakutkan karena perbuatan-Mu yang masyhur, Engkau pembuat keajaiban?
Mazmur
99:3 Biarlah mereka menyanyikan syukur bagi nama-Mu yang besar dan dahsyat; Kuduslah Ia!
Yesaya
54:5 Sebab yang menjadi suamimu ialah Dia yang menjadikan engkau, TUHAN semesta
alam nama-Nya; yang menjadi Penebusmu ialah Yang Mahakudus, Allah Israel, Ia disebut Allah seluruh bumi.
Mazmur
24:3-4 Siapakah yang boleh naik ke atas gunung TUHAN? Siapakah yang boleh
berdiri di tempat-Nya yang kudus?
Imamat
11:45 Sebab Akulah TUHAN yang telah menuntun kamu keluar dari tanah Mesir,
supaya menjadi Allahmu; jadilah kudus, sebab Aku ini kudus.
1Samuel
2:2 Tidak
ada yang kudus seperti TUHAN, sebab tidak ada yang lain kecuali
Engkau dan tidak ada gunung batu seperti Allah kita.
Yesaya
57:15 Sebab beginilah firman Yang Mahatinggi dan Yang Mahamulia, yang
bersemayam untuk selamanya dan Yang
Mahakudus nama-Nya:..
Imamat
11:2 Berbicaralah kepada segenap jemaah Israel dan katakan kepada mereka:
Kuduslah kamu, sebab Aku, TUHAN,
Allahmu, kudus.
Imamat
19:2 Berbicaralah kepada segenap jemaah Israel dan katakan kepada mereka:
Kuduslah kamu, sebab Aku, TUHAN,
Allahmu, kudus.
Yehezkiel
39:7 Dan Aku akan menyatakan nama-Ku
yang kudus di tengah-tengah umat-Ku
Israel dan Aku tidak lagi membiarkan nama-Ku yang kudus dinajiskan, sehingga
bangsa-bangsa akan mengetahui bahwa Akulah
TUHAN, Yang Mahakudus di Israel.
Perhatikan
tuntutan-tuntutan Allah ini:
Imamat
11:44 Sebab Akulah TUHAN, Allahmu, maka haruslah
kamu menguduskan dirimu dan haruslah kamu kudus, sebab Aku ini
kudus, dan janganlah kamu menajiskan dirimu dengan setiap binatang yang
mengeriap dan merayap di atas bumi.
Imamat
11:2 Berbicaralah kepada segenap jemaah Israel dan katakan kepada mereka: Kuduslah kamu, sebab Aku, TUHAN,
Allahmu, kudus.
Bilangan
15:40 Maksudnya supaya kamu mengingat dan melakukan segala perintah-Ku dan menjadi kudus bagi Allahmu.
Mazmur
24:3-4 Siapakah yang boleh naik ke atas gunung TUHAN? Siapakah yang boleh
berdiri di tempat-Nya yang kudus? Orang
yang bersih tangannya dan murni hatinya, yang tidak
menyerahkan dirinya kepada penipuan, dan yang
tidak bersumpah palsu.
Mazmur
96:9 Sujudlah menyembah kepada TUHAN dengan
berhiaskan kekudusan, gemetarlah di hadapan-Nya, hai segenap bumi!
Allah
yang kudus adanya adalah Allah yang tak dapat sedikit saja menyesuaikan
kemuliaan kekudusan-Nya agar sesuai dengan kekuatan dan kemampuan manusia-manusia
sehingga hadir sebuah kekudusan yang tak sepenuhnya divinitas atau bersifat
Ilahi. Itu sangat nyata dari apa
yang dikehendaki-Nya untuk dilakukan
oleh manusia dalam penuh ketaatan.
Pada hakikatnya, kala Allah menuntutkan
kehidupan yang kudus sebagaimana
adanya Dia, seperti ini:
Keluaran 20:3-17 (3) Jangan ada padamu allah lain di
hadapan-Ku.(4) Jangan membuat bagimu patung yang menyerupai apapun yang ada di
langit di atas, atau yang ada di bumi di bawah, atau yang ada di dalam air di
bawah bumi.(5) Jangan sujud menyembah kepadanya atau beribadah kepadanya,
sebab Aku, TUHAN, Allahmu, adalah Allah yang cemburu, yang membalaskan
kesalahan bapa kepada anak-anaknya, kepada keturunan yang ketiga dan keempat
dari orang-orang yang membenci Aku,(6) tetapi Aku menunjukkan kasih setia kepada
beribu-ribu orang, yaitu mereka yang mengasihi Aku dan yang berpegang pada
perintah-perintah-Ku.(7)Jangan menyebut nama TUHAN, Allahmu,
dengan sembarangan, sebab TUHAN akan memandang bersalah orang yang menyebut
nama-Nya dengan sembarangan.(8) Ingatlah
dan kuduskanlah hari Sabat (9) enam hari lamanya engkau akan bekerja dan
melakukan segala pekerjaanmu,(10) tetapi hari ketujuh adalah hari Sabat TUHAN,
Allahmu; maka jangan melakukan sesuatu pekerjaan, engkau atau anakmu laki-laki,
atau anakmu perempuan, atau hambamu laki-laki, atau hambamu perempuan, atau
hewanmu atau orang asing yang di tempat kediamanmu.(11) Sebab enam hari lamanya
TUHAN menjadikan langit dan bumi, laut dan segala isinya, dan Ia berhenti pada
hari ketujuh; itulah sebabnya TUHAN memberkati hari Sabat dan
menguduskannya.(12) Hormatilah
ayahmu dan ibumu, supaya lanjut umurmu di tanah yang diberikan TUHAN, Allahmu,
kepadamu.(13) Jangan membunuh.(14) Jangan berzinah.(15) Jangan
mencuri.(16) Jangan mengucapkan saksi dusta
tentang sesamamu.(17) Jangan mengingini rumah sesamamu;
jangan mengingini isterinya, atau hambanya laki-laki, atau hambanya perempuan,
atau lembunya atau keledainya, atau apapun yang dipunyai sesamamu."
Pada
pokoknya, Allah sedang menyingkapkan
hakikat manusia yang berada dalam perbelengguan dosa. saat Ia menuntut
sebuah perilaku-perilaku kudus,yang lahir dari Allah yang mahakudus untuk dilakukan oleh manusia-manusia, telah menunjukan
hakikat segenap manusia, yaitu senantiasa memberontak terhadap Allah dan apa
yang dikehendaki-Nya. Kehidupan manusia senantiasa berlawanan dengan kehendak
Allah. Deretan larangan-larangan Allah
tersebut, pada dasarnya adalah keseharian manusia.
Perhatikan, apa-apa
saja yang dilarang oleh Allah yang mahakudus, pada dasarnya menunjukan betapa kayanya
manusia itu dengan berbagai hasrat ketak-kudusan. Serangkaian hukum
yang mengatur moralitas manusia semacam ini, pada hakikatnya telah menunjukan bahwa manusia tak
memiliki sumber moral yang suci dan berotoritas, selain dari Allah
saja.
Apakah
Akan ada satu saja manusia yang benar di
hadapan Allah?
Bagaimana Alkitab menyatakan
keadaan manusia dihadapan Allah, sebelum dan sekalipun telah diberikan serangkaian hukum-hukum yang menjadi
sumber perilaku-perilaku kudus? Apakah
terjadi perbedaan ataukah tidak?
Perhatikan seksama
keadaan manusia di hadapan Allah melalui sejumlah teks firman di bawah ini:
Bilangan 17:12 Tetapi orang Israel berkata kepada Musa: “Sesungguhnya kami akan mati, kami akan binasa, kami semuanya akan
binasa.
Bilangan 17:13 Siapapun juga yang mendekat
ke Kemah Suci TUHAN, niscayalah ia akan mati. Haruskah kami habis
binasa?”
Keluaran 33:20 Lagi firman-Nya: “Engkau tidak tahan
memandang wajah-Ku, sebab tidak ada orang yang memandang Aku
dapat hidup.”
Mengapakah begitu
sukarnya bagi manusia untuk dapat berelasi dengan Allah yang kudus itu?
Sekalipun manusia memiliki kehendak dan kerinduan yang kuat untuk mencari dan
mendapatkan Allah yang kudus itu?
Ayat-ayat berikut
ini memberikan kepada kita gambaran yang
begitu gamblang, mengapa demikian:
Yesaya 59:2 tetapi yang merupakan pemisah antara kamu
dan Allahmu ialah segala
kejahatanmu, dan yang membuat Dia menyembunyikan diri terhadap kamu, sehingga Ia tidak
mendengar, ialah segala
dosamu.
Yesaya 59:3 Sebab tanganmu cemar oleh darah dan jarimu oleh kejahatan; mulutmu mengucapkan dusta, lidahmu menyebut-nyebut kecurangan.
Yesaya 64:5 Sesungguhnya, Engkau
ini murka, sebab kami berdosa; terhadap
Engkau kami memberontak sejak dahulu kala.
Yesaya 64:6 Demikianlah kami
sekalian seperti seorang najis dan segala kesalehan kami seperti kain kotor; kami sekalian menjadi layu seperti
daun dan kami lenyap oleh kejahatan kami seperti daun dilenyapkan oleh angin.
Pada faktanya, ini
adalah masalah pada relasi antara Allah dan
manusia!
Relasi manusia
dengan Allah:
-Allah murka pada manusia
-dipisahkan oleh tembok dosa
-Allah menyembunyikan dirinya dari manusia
-Allah tidak mau mendengarkan manusia
Pandangan dan vonis Allah terhdadap manusia:
-tangan manusia cemar oleh darah
-jarimu cemar oleh kejahatan
-mulutmu mengucapkan dusta
-lidahmu menyebut-nyebut kecurangan
Dengan demikian, sangat jelas, ini bukan sebuah masalah yang
belaka moralitas dan perilaku-perilku buruk
belaka, sehingga solusinya adalah berjuang untuk berperilaku baik dalam
komitmen penuh dan kegigihan dalam berupaya. Problem relasi ini ada
pada dosa yang mengakibatkan sebuah tembok yang memisahkan manusia dengan
Allah. Allah yang tak mau lagi mendengarkan manusia.
Israel pun menyadari bahwa ini bukan masalah moralitas dan perilaku manusia yang
buruk, sehingga harus diatasi dengan bertobat dalam makna mengubah diri sendiri
dari yang jahat menuju yang baik. Pada realitanya, Israel bahkan memahami,
bahwa apaun yang baik dan mulia pada kemanusiaan mereka, dihadapan Allah sama
saja dengan sebuah kejahatan. Perhatikan bagaimana hal tesebut dikemukakan:
Yesaya 64:6 Demikianlah kami sekalian seperti seorang najis dan
segala
kesalehan kami seperti kain kotor; kami sekalian menjadi layu seperti daun dan kami lenyap oleh
kejahatan kami seperti daun dilenyapkan oleh angin.
Bagaimana bisa sebuah kesalehan tetap saja dikatakan sebagai
sebuah kekotoran? Perhatikan penjelasan
berikut ini:
Yesaya 64:7 Tidak ada yang memanggil
nama-Mu atau yang bangkit untuk berpegang kepada-Mu; sebab
Engkau menyembunyikan wajah-Mu terhadap kami, dan menyerahkan kami ke
dalam kekuasaan dosa kami.
Mengapa tak ada yang memanggil nama Tuhan atau yang bangkit
berpegang kepada Tuhan? Atau, mengapa
kehendak bebas manusia tak ada yang
mendorong manusia untuk memanggil nama Tuhan [yang benar dan satu-satunya itu]
dan memberikan kekuatan kepada manusia sehingga mampu bangkit untuk
berpegang kepada Tuhan?
Jawabnya bukan karena manusia tak serius atau tak segenap diri
melakukannya, namun karena Tuhan
menyembunyikan wajah-Nya terhadap manusia! Pemisah antara Allah dan
manusia adalah dosa dan wujud atau implementasi keterpisahan itu adalah “ Tuhan tak mau berhubungan lagi dengan
manusia atau Tuhan telah menutup
hubungannya dengan manusia.” Tindakan Allah ini adalah tindakan yang
mematikan bagi masa depan manusia dan tentu saja realita kemanusia segenap manusia,
karena Allah yang menutup hubunganya dengan manusia, dengan demikian adalah
tindakan Allah “menyerahkan manusia ke dalam kekuasaan dosa manusia.”
Manusia, dengan demikian, berada didalam genggaman dosa
dan bukan
di dalam genggaman Allah. Jika demikian, apakah ada moralitas baik pada segenap manusia yang
berada didalam genggaman kuasa dosa? Jelas Tidak!
Tanpa kekudusan, tak ada satupun yang dapat dikatakan baik. Itu
sebabnya “segala kesalehan kami seperti kain kotor.” Kesalehan yang tak
lahir dari Allah yang berelasi atau beriman dengan Allah. Hanya orang-orang
yang memiliki relasi dengan Allah dan hidup didalam relasi itu saja maka
kesalehan dirinya akan disebut sebagai kesalehan, bukan seperti kain kotor.
Hakikat manusia,dengan demikian, berdosa dan kesalehan apapun juga
yang dimilikinya, di mata Allah adalah kain kotor. Demikianlah penghakiman
Allah atas segenap manusia.
Sehingga adalah
kesalahan yang teramat fatal dan mematikan, kala pendeta Dr.Erastus Sabdono
tetap saja mengajarkan bahwa perbuatan-perbuatan baik dapat menguduskan diri
manusia itu dan sekaligus tak memerlukan pengudusan yang hanya terjadi didalam Yesus Kristus. Sebuah
penistaan yang paling nista untuk diajarkan oleh seorang yang mengaku sebagai
guru Kristen!
Kembali harus ditegaskan:
Semua manusia berada
didalam kekuasaan dosa:
Yesaya 64:7 Tidak ada yang memanggil nama-Mu atau yang bangkit
untuk berpegang kepada-Mu; sebab Engkau
menyembunyikan wajah-Mu terhadap kami, dan menyerahkan
kami ke dalam kekuasaan dosa kami.
Yesaya 59:2 (2) tetapi yang merupakan pemisah antara kamu dan Allahmu ialah segala
kejahatanmu, dan yang membuat Dia menyembunyikan diri terhadap kamu, sehingga
Ia tidak mendengar, ialah segala dosamu.(3) Sebab tanganmu cemar oleh darah dan jarimu oleh kejahatan; mulutmu
mengucapkan dusta, lidahmu menyebut-nyebut kecurangan.(4) Tidak ada yang mengajukan pengaduan dengan alasan benar, dan tidak
ada yang menghakimi dengan alasan teguh; orang mengandalkan kesia-siaan dan
mengucapkan dusta, orang mengandung bencana dan melahirkan kelaliman.(5)
Mereka menetaskan telur ular beludak, dan menenun sarang laba-laba; siapa yang makan dari telurnya itu akan
mati, dan apabila sebutir ditekan pecah, keluarlah seekor ular beludak.(6)
Sarang yang ditenun
itu tidak dapat dipergunakan sebagai pakaian, dan buatan mereka itu
tidak dapat dipakai sebagai kain; perbuatan
mereka adalah perbuatan kelaliman, dan yang
dikerjakan tangan mereka adalah kekerasan belaka.
Teks-teks
firman di atas adalah sebuah penggambaran dari “manusia berada didalam kekuasaan
dosa,” realita kebenaran ini penting sebab akan menjelaskan mengapa manusia pada dasarnya tak berdaya
didalam kebejatan totalnya. Dosa pada manusia bukan sekedar masalah
moralitas atau kerusakan moralitas, terlebih jauh lagi merusak apa yang tak mungkin diperbaiki oleh manusia: “dosa
menjadi pemisah antara manusia dengan Allah.”
Keberpisahan yang
membuat manusia dengan segala perbuatan atau karyanya semata kelaliman:
Yeremia 9:3 Mereka melenturkan lidahnya seperti busur; dusta dan
bukan kebenaran merajalela dalam negeri; sungguh, mereka melangkah dari kejahatan kepada kejahatan, tetapi TUHAN tidaklah mereka kenal.
Yeremia 9:5 Yang seorang menipu yang lain, dan tidak seorangpun
berkata benar; mereka sudah membiasakan lidahnya untuk berkata dusta; mereka
melakukan kesalahan dan malas untuk bertobat.
Yeremia 9:6 Penindasan ditimbuni penindasan, tipu ditimbuni tipu!
Mereka enggan mengenal TUHAN.
Dibelenggu dosa atau
dalam keterpisahan dengan Allah, pada
akhirnya bukan lagi masalah moralitas
atau kecacatan moralitas di hadapan Allah, yang disangkakan dapat
dikoreksikan melalui upaya-upaya gigih pada diri manusia itu sendiri, pada inisiatif diri sendiri.
Faktanya, keterpisahan itu
mengakibatkan sebuah relasi yang
mendatangkan murka Allah, seperti:
Yeremia 9:9 Masakan Aku
tidak menghukum mereka karena semuanya ini?, demikianlah firman TUHAN. Masakan Aku tidak membalas dendam-Ku
kepada bangsa yang seperti ini?
Yeremia 9:10 Menangis dan merintihlah karena
gunung-gunung, dan merataplah karena padang rumput di gurun, sebab
semuanya sudah tandus sampai tidak ada orang yang melintasinya, dan
orang tidak mendengar lagi suara ternak; baik burung-burung di udara maupun
binatang-binatang, semuanya telah lari dan sudah lenyap. Aku akan membuat
Yerusalem menjadi timbunan puing, tempat
persembunyian serigala-serigala; Aku
akan membuat kota-kota Yehuda menjadi sunyi sepi, tidak berpenduduk
lagi."
Mengapa? Apakah akar masalahnya sehingga
Allah sedemikian murkanya pada bangsa
tersebut, Israel?
Perhatikan
penjelasan Allah dalam firman-Nya ini:
Yeremia 9:13 Berfirmanlah TUHAN: "Oleh karena mereka meninggalkan Taurat-Ku yang telah Kuserahkan kepada mereka, dan oleh karena mereka
tidak mendengarkan suara-Ku dan tidak mengikutinya, (14)melainkan mengikuti kedegilan hatinya dan mengikuti para
Baal seperti yang diajarkan kepada mereka oleh nenek moyang mereka.
Mereka mengabaikan kekudusan Allah; mereka tidak hidup didalam kekudusan Allah;
perilaku mereka tidak sekudus Allah
sebagaimana kekudusan-Nya itu ditorehkan
dalam Taurat yang diserahkan kepada mereka. Mereka tidak mendengarkan suara-Nya dan tidak mengikuti-Nya.
Allah tak hanya memberikan Taurat atau hukum
kekudusan-Nya agar bangsa ini hidup kudus sebagaimana Ia kudus adanya, sebaliknya
Ia sendiri menuntun bangsa ini dalam sebuah kepemimpinan yang memandu:” Ia
bersuara agar Ia didengarkan dan diikuti atau dipatuhi.” Ada kehidupan
yang intim dibangun oleh Allah pada manusia-manusia Israel itu, sehingga pada
dasarnya, Allah sendiri tak pernah membangun sebuah kehidupan yang legalistik, fokus
Allah dalam memberikan hukum-hukum itu bukan agar manusia mengenal hukum-hukum
itu, tetapi melalui hokum-hukum itu manusia dapat mengenal siapakah Dia dan
apakah kehendak-Nya. Allah pada dasarnya
kudus, sehingga pasti sebuah kemutlakan kalau Allah menjalinkan hubungan dengan
manusia maka kekudusan-Nya adalah pintu pertama yang akan dimasuki manusia.
Manusia-manusia menikmati sebuah hubungan yang begitu kudus begitu mulia, dan
itu sebuah kehormatan yang ilahi mendapatkannya.
Bukankah pada faktanya, apa yang menguduskan Israel dan menyelamatkan Israel
bukan oleh hukum-hukum dan pelaksanaannya, melainkan karena sebuah tindakan
kasih karunia Allah bagi Israel: menguduskan mereka sehingga mendapatkan
pendamaian terhadap Allah sendiri?!
Jika pendeta Dr. Erastus Sabdono
mengajarkan bahwa relasi antara manusia
dengan Allah yang telah rusak oleh dosa, bisa disolusikan atau ditanggulangi
oleh keinsafan moralitas yang sejati sehingga terpancar dalam perilaku-perilaku
baik yang menandakan sebuah penyerahan untuk masuk ke dalam kehidupan yang akan
datang atau dunia yang akan datang. Maka, itu adalah sebuah kekeliruan fatal,
sebab tak mengakui hakikat manusia yang sangat
berdosa atau tidak kudus dan tak memerlukan pengudusan dari Allah.
Mengapa? Sebab pada faktanya:
-Perilaku-perilaku
baik itu tak dapat menyingkirkan
dosa yang merupakan pemisah antara manusia dengan Allah
-Perilaku-perilaku
baik itu tidak memulihkan kebejatan
total manusia: malas untuk bertobat dan enggan untuk mengenal Tuhan.
-Perilaku-perilaku
baik manusia itu sendiri tak dapat menguduskan
diri manusia di hadapan Allah sehingga mendapatkan perkenanan Allah
Dan apa yang
dilahirkan oleh sebuah kehidupan yang kehendaknya berada didalam keberpisahan
dari Allah atau dipenjara oleh kuasa dosa, sungguh tak dapat diredam atau diperdamaikan
oleh manusia dengan segenap upaya semulia apapun.
Perhatikan,
teks-teks firman berikut ini menunjukan bahwa sebuah pelanggaran terhadap
kekudusan Allah atau pelanggaran terhadap moralitas kudus Allah akan
mendatangkan sebuah murka yang tak dapat diredam oleh siapapun, kecuali
murka-Nya telah tuntas:
Yeremia 9:15 Sebab itu beginilah
firman TUHAN semesta alam, Allah Israel:
Sesungguhnya, Aku akan memberi bangsa ini makan ipuh dan minum racun.
Yeremia 9:16 Aku akan
menyerakkan mereka ke antara bangsa-bangsa yang tidak dikenal oleh mereka atau oleh nenek moyang
mereka, dan Aku akan melepas pedang mengejar
mereka sampai Aku membinasakan mereka."
Yeremia 9:21 Maut telah menyusup ke jendela-jendela kita, masuk ke dalam istana-istana kita; ia melenyapkan kanak-kanak dari jalan, pemuda-pemuda
dari lapangan;
Yeremia 9:22 mayat-mayat manusia berhantaran seperti pupuk di ladang,
seperti berkas gandum di belakang orang-orang yang menuai tanpa ada yang
mengumpulkan."
Israel Yang
Brengsek Dihadapan Allah, Tak Membuat Bangsa-Bangsa Lain Tanpa Allah Lebih
Berkenan Dihadapan Allah. Sama Saja!
Israel memilki hukum-hukum
Allah, namun kehidupan mereka begitu
brengseknya. Jika demikian faktanya, apakah bangsa-bangsa lain yang tak
memiliki atau beriman kepada Tuhan semesta alam, Allah Israel, dengan demikian
dapat lebih baik di hadapan Allah?
Penghukuman ini tak sama sekali membuat Israel menjadi lebih
buruk daripada bangsa-bangsa lain. Bangsa-bangsa yang tak menerima Taurat tak lebih unggul moralitasnya dibandingkan
dengan mereka yang mengenal Allah.
Bahkan dalam
murka-Nya yang mengejar dan hendak membinasakan Israel oleh karena meninggalkan
Taurat atau kehendak-kehendak kudus Allah, telah
ditunjukan-Nya bahwa semua orang dari semua bangsa tanpa
pengecualian berada didalam belenggu dosa:
Yeremia 9:25-26 Lihat, waktunya akan datang, demikianlah firman
TUHAN, bahwa Aku menghukum orang-orang
yang telah bersunat kulit khatannya: orang Mesir, orang
Yehuda, orang Edom, bani Amon, orang Moab dan semua orang yang berpotong tepi rambutnya berkeliling, orang-orang
yang diam di padang gurun, sebab segala bangsa tidak bersunat dan segenap kaum Israel tidak bersunat hatinya."
Murka Allah tidak
dapat dikoreksi oleh perbuatan-perbuatan baik manusia.
Semua bangsa pada dasarnya berada didalam ancaman pembinasaan Allah. Tak hanya
Israel, tetapi juga segala bangsa tidak
bersunat telah divonis Allah sebagai
tidak bersunat hatinya!
Sehingga, dari semua paparan di atas, dapat
dipahami mengapa Allah memvonis semua manusia pada hakikatnya: bejat:
Mazmur 14:1 Orang bebal berkata dalam hatinya: "Tidak ada
Allah." Busuk dan jijik perbuatan mereka, tidak ada yang berbuat baik.
Mazmur 14:2 TUHAN memandang ke bawah dari sorga kepada
anak-anak manusia untuk melihat, apakah ada yang berakal budi dan yang mencari Allah.
Mazmur 14:3 Mereka semua telah menyeleweng, semuanya telah bejat; tidak ada yang berbuat baik,
seorangpun tidak.
Mazmur 53:2- Orang bebal berkata dalam hatinya: "Tidak ada
Allah!" Busuk dan jijik kecurangan mereka, tidak ada yang berbuat baik. Allah memandang ke
bawah dari sorga kepada anak-anak manusia, untuk melihat apakah ada yang berakal budi dan yang mencari
Allah. Mereka semua telah menyimpang, sekaliannya telah bejat; tidak ada yang berbuat baik,
seorangpun tidak.
Manusia-manusia
dalam belenggu dosa atau didalam keberpisahan dengan Allah memang berada dalam
cengkraman kuasa dosa, sebagaimana Allah telah menetapkan keadaan
manusia-manusia yang tak mampu untuk hidup sekudus adanya Dia.
Raja Daud pun
mengatakan, bahwa kebahagiaan manusia bukan pada apa yang dapat dilakukannya
bagi Allah agar dapat diperkenan-Nya, tetapi apa yang dilakukan Allah sehingga
Ia diperkenannya, sebagai rasul Paulus mengutipkannya:
Roma 4:6-8 Seperti juga Daud menyebut berbahagia orang yang dibenarkan Allah bukan berdasarkan perbuatannya:Berbahagialah orang yang diampuni
pelanggaran-pelanggarannya, dan yang ditutupi dosa-dosanya; berbahagialah manusia yang kesalahannya
tidak diperhitungkan Tuhan kepadanya."
[renungkanlah, jika dosa tak diperhitungkan kepada saya dan anda, lalu
diperhitungkan kepada siapakah? Sementara Allah memberikan pembenaran, realitas
dosa tidak dianulir-Nya, namun dinyatakan tetap sebagai dosa!]
Realita berbahagia
ini untuk segala bangsa, baik yang
disunat kulit khatannya maupun yang
tidak disunat:
Roma 4:9-13 Adakah ucapan bahagia ini hanya berlaku bagi orang
bersunat saja atau juga bagi orang tak bersunat? Sebab telah kami katakan,
bahwa kepada Abraham iman diperhitungkan sebagai kebenaran. Dalam keadaan manakah hal itu diperhitungkan? Sebelum atau sesudah
ia disunat? Bukan sesudah disunat, tetapi sebelumnya. Dan tanda sunat itu diterimanya sebagai meterai kebenaran
berdasarkan iman yang ditunjukkannya, sebelum ia bersunat. Demikianlah ia dapat
menjadi bapa semua orang percaya yang tak bersunat, supaya kebenaran
diperhitungkan kepada mereka, dan juga menjadi bapa orang-orang bersunat, yaitu
mereka yang bukan hanya bersunat, tetapi juga mengikuti jejak iman Abraham,
bapa leluhur kita, pada masa ia belum disunat. Sebab bukan karena
hukum Taurat telah diberikan janji kepada Abraham dan keturunannya, bahwa ia
akan memiliki dunia, tetapi karena kebenaran, berdasarkan iman.
Solusi Ada Pada Allah Saja, Kala
Semua Manusia Di Mata Allah Bejat Dan Hanya Layak Untuk Diburu Murka-Nya
Jika Allah sudah
sedemikian murka pada Israel sehingga menyerakannya dan memburunya dengan
pedang [Yeremia 9:15-16], sebagai
akibat meninggalkan Taurat [Yeremia
9;13], masihkah adakah pengharapan akan pengharapan?
Yang harus
diperhatikan, adalah bagaimana Tuhan dalam murkanya yang begitu hebat
memperkenalkan diri-Nya:
Yermia 9:23-24 Beginilah firman TUHAN: "Janganlah orang
bijaksana bermegah karena kebijaksanaannya, janganlah orang kuat bermegah karena
kekuatannya, janganlah orang kaya bermegah karena kekayaannya, tetapi siapa
yang mau bermegah, baiklah bermegah karena yang berikut: bahwa ia memahami dan mengenal Aku, bahwa Akulah TUHAN yang menunjukkan kasih setia, keadilan dan kebenaran di bumi; sungguh, semuanya itu Kusukai, demikianlah firman TUHAN."
Allah memperkenalkan
dirinya ditengah-tengah kemurkaannya atas Israel bahwa Ia adalah TUHAN yang menunjukan kasih setia! Dalam kemurkaan
yang begitu membinasakan Ia masih dapat
menunjukan kasih setia?
Allah menunjukan
bahwa Ia adalah solusi dari keberpisahan antara Ia dan bangsa Israel. Tak sama sekali ada satu
solusi dari luar diri-Nya, yang menyelesaikan keberpisahan antara Allah dan
manusia; menanggulangi perbelengguan maut yang memenjarakan manusia
sehingga Allah tak mau berelasi dengan manusia.
Ketakberdayaan manusia, hanya dapat
diatas oleh kasih
setia Allah, keadilan Allah dan kebenaran
Allah. Tak ada kasih setia manusia, tak ada keadilan manusia
dan tak ada kebenaran manusia.
Perhatikanlah
hal-hal luar biasa berikut ini dalam Yeremia 30, namun saya akan menyajikan
sejumlah cuplikan saja untuk menunjukan bahwa Allah saja solusinya, bukan
manusia:
Yeremia 30:3 Sebab, sesungguhnya, waktunya akan datang, demikianlah firman TUHAN, bahwa Aku akan memulihkan keadaan
umat-Ku Israel dan Yehuda--firman TUHAN--dan Aku akan mengembalikan mereka ke negeri yang telah Kuberikan
kepada nenek moyang mereka, dan mereka akan memilikinya."
Yeremia 30:8 Maka pada hari itu, demikianlah firman TUHAN semesta alam, Aku
akan mematahkan kuk dari tengkuk mereka dan memutuskan tali-tali pengikat mereka, dan mereka tidak akan
mengabdi lagi kepada orang-orang asing.
Yeremia 30:9 Mereka akan mengabdi kepada
TUHAN, Allah mereka, dan kepada Daud, raja mereka, yang akan
Kubangkitkan bagi mereka.
Yeremia 30:10 Maka engkau, janganlah takut, hai hamba-Ku Yakub, demikianlah firman TUHAN, janganlah
gentar, hai Israel! Sebab sesungguhnya, Aku
menyelamatkan engkau dari
tempat jauh dan keturunanmu dari negeri pembuangan mereka. Yakub akan kembali dan hidup
tenang dan aman, dengan tidak ada yang mengejutkan.
Yermia 30:11 Sebab Aku menyertai
engkau, demikianlah firman TUHAN, untuk
menyelamatkan engkau: segala bangsa yang ke antaranya engkau
Kuserahkan akan Kuhabiskan, tetapi engkau ini tidak akan Kuhabiskan. Aku akan menghajar
engkau menurut hukum, tetapi Aku sama sekali tidak memandang engkau tak bersalah.
Apakah dasar bagi
Allah untuk melakukan kebaikan-kebaikan yang begitu dahsyat ini? Apakah
berdasarkan kemungkinan di masa mendatang bahwa Israel akan kembali menjadi
baik? Kemungkinan satu ini bisa segera
disingkirkan sebab pada dasarnya jika Allah tidak menyayangkan Israel, maka
mereka jelas akan punah: tetapi engkau ini tidak akan Kuhabiskan.
Namun juga,
perhatikan: tetapi aku sama sekali tak memandang engkau tak bersalah.
Tindakan Allah yang bernama KASIH
KARUNIA Allah telah membekas begitu dalam dan begitu kokoh sejak perjanjian
lama: Allah menyelamatkan manusia pada saat Ia dipandang Allah sebagai
manusia-manusia bersalah! Yeremia 30:11 begitu dalam dan begitu keras
menorehkan KASIH KARUNIA. Tanda bahwa keselamatan atau penyelamatan Allah
berlangsung bukan karena manusia itu akan berbalik pada-Nya, sebaliknya saat
Allah sedang memburu manusia dalam
murka-Nya yang menyala-nyala.
Sumber keselamatan
manusia adalah KASIH SETIA ALLAH, bukan
perbuatan-perbuatan baik manusia, apalagi kasih setia manusia untuk tak
terputuskan kudus dihadapan Allah. Perhatikan episode nabi Hosea yang memperlihatkan KASIH SETIA
ALLAH adalah sumber atau mata air keselamatan yang datang dari Allah:
Hosea 6:1- (1) Mari, kita akan berbalik kepada TUHAN,
sebab Dialah yang telah menerkam dan
yang akan menyembuhkan kita, yang
telah memukul dan yang akan membalut kita. (2) Ia akan menghidupkan
kita sesudah dua hari, pada hari yang ketiga Ia akan membangkitkan kita, dan
kita akan hidup di hadapan-Nya.(3) Marilah kita
mengenal dan berusaha sungguh-sungguh mengenal TUHAN; Ia pasti muncul seperti
fajar, Ia akan datang kepada kita seperti hujan, seperti hujan
pada akhir musim yang mengairi bumi."(4) Apakah yang akan
Kulakukan kepadamu, hai Efraim? Apakah yang akan Kulakukan kepadamu, hai
Yehuda? Kasih setiamu seperti kabut pagi, dan seperti embun yang hilang
pagi-pagi benar.(5) Sebab itu Aku telah meremukkan mereka dengan perantaraan nabi-nabi, Aku telah membunuh mereka dengan
perkataan mulut-Ku, dan hukum-Ku
keluar seperti terang.(6) Sebab Aku menyukai kasih setia, dan bukan korban
sembelihan, dan menyukai pengenalan akan Allah, lebih dari pada korban-korban
bakaran.
Perhatikan
baik-baik:
-Menerkam
-Memukul
-Kematian
Adalah elemen-elemen yang
mengambarkan keberpisahan antara Allah
dan manusia atau bagaimana realita relasi yang diblok atau dihalangi tembok
pemisah dosa. Lalu siapakah yang dapat
memulihkan relasi yang begitu hancur dan tak terpulihkan dari pihak manusia [sebab
siapa yang dapat memerintahkan kepada Allah: berhenti memukul dan berhentilah
menerkam!]? Jelas Allah saja, sebagaimana digambarkan oleh elemen-elemen kontra
yang membangun berikut ini:
-Menyembuhkan
-Membalut
-Membangkitkan
Allah
yang mendatangi manusia-manusia berdosa itu yang bahkan nilai kesetiaan manusia
itu teramat hina dan nista di mata Allah: “Kasih setiamu seperti kabut pagi, dan
seperti embun yang hilang pagi-pagi benar.” Jika pada pihak manusia
adalah kunci pemulihannya, maka Allah tak akan pernah datang. Dan bahwa Allah yang menyembuhkan, membalut dan
membangkitkan adalah bukti nyata bahwa tak pernah ada satu manusia yang akan
didapati mendatangi-Nya, karena bukan hanya sakit atau luka,namun mati!
Bagaimana mungkin semua manusia yang mati dihadapan Allah, dapat
mendatangi-Nya? Pada dasarnya, semua manusia akan senantiasa dalam murka Allah
karena kasih setia manusia yang begitu cepatnya lenyap bagaikan kabut pagi!
Apakah
yang disukai Allah yang telah memberikan Taurat
atau moralitas-moralitas Allah itu? KASIH SETIA. Sayangnya, manusia tak
mungkin memiliki ini, sebab Allah,tadi telah kita baca di atas, telah menyerahkan
manusia-manusia ke dalam kuasa dosa-dosa manusia. Manusia berada didalam
genggaman dosa.
Allah
tak menghendaki relasi dengan-Nya berdasarkan legalisme namun pada sebuah
relasi yang intim: kasih setia. Kasih setia tidak didasarkan hukum-hukum dan
upacara-upacara atau ritual-ritual keagamaan yang apapun juga: bukan korban sembelihan. Jika relasi
berdasarkan hukum atau legalistik maka semua manusia akan binasa!
Dengan
demikian, hukum-hukum Allah itu menunjukan kekudusan Allah yang menyingkapkan realita
manusia sebagai bejat total, sebab bahkan ia tak mampu pada kehendak bebasnya
untuk mewujudkan impiannya untuk masuk sorga. Sebaliknya kehendak
bebasnya itu menjadi budak-budak setan yang membenci hukum kudus Allah.
Jika
Allah itu hanya Allah yang adil dan
kebenaran tanpa kasih setia. Maka tak ada satu saja yang bersisa pada manusia.
Hanya karena kasih setia-Nya saja, maka manusia dapat selamat atau diperkenan
Allah. Perhatikan bagaimana pendamaian
dan perkenanan Allah tak pernah dilahirkan oleh diri manusia, namun karena
Allah menyediakan jalan pendamaian itu:
Imamat 5:11 Tetapi
jikalau ia tidak mampu menyediakan dua ekor burung tekukur atau dua ekor anak
burung merpati, maka haruslah ia membawa sebagai persembahannya karena dosanya
itu sepersepuluh efa tepung yang terbaik menjadi korban penghapus dosa.
Tidak boleh ditaruhnya minyak dan dibubuhnya kemenyan di atasnya, karena itulah
korban penghapus dosa.
Imamat 17:11 Karena
nyawa makhluk ada di dalam darahnya dan Aku telah
memberikan darah itu kepadamu di atas mezbah untuk
mengadakan pendamaian bagi nyawamu,
karena darah mengadakan pendamaian dengan perantaraan nyawa.
Yehezkiel 43:18 Lalu
Ia berfirman kepadaku: "Hai anak manusia, beginilah firman Tuhan ALLAH:
Beginilah peraturan mengenai mezbah itu: Ketika sudah selesai dibuat dan hendak
mempersembahkan
korban bakaran di atasnya dan menyiramkan darah padanya
Imamat 14:14 Imam
harus mengambil sedikit dari darah tebusan salah itu dan harus
membubuhnya pada cuping telinga
kanan dari orang yang akan ditahirkan
dan pada ibu jari tangan kanan dan pada ibu jari kaki kanannya.
Imamat 14:25 Ia harus
menyembelih domba tebusan
salah dan imam harus
mengambil sedikit dari darah tebusan
salah itu dan membubuhnya pada cuping telinga kanan orang itu dan pada
ibu jari tangan kanan dan ibu jari kaki kanannya.
Imamat 4:20 Beginilah
harus diperbuatnya dengan
lembu jantan itu: seperti yang diperbuatnya dengan lembu jantan korban penghapus dosa,
demikianlah harus diperbuatnya dengan lembu itu. Dengan demikian imam itu mengadakan pendamaian bagi
mereka, sehingga mereka menerima pengampunan.
Imamat 4:26 Tetapi
segala lemak harus dibakarnya di atas mezbah, seperti juga lemak korban
keselamatan. Dengan demikian imam
mengadakan pendamaian bagi orang itu karena dosanya, sehingga
ia menerima pengampunan.
Imamat 4:35 Tetapi
segala lemak haruslah dipisahkannya, seperti juga lemak domba korban
keselamatan dipisahkan, lalu imam harus membakar semuanya itu di atas mezbah di
atas segala korban api-apian TUHAN. Dengan demikian imam mengadakan pendamaian bagi orang itu karena dosa yang
telah diperbuatnya, sehingga ia menerima pengampunan.
Imamat 5:10 Yang
kedua haruslah diolahnya menjadi korban
bakaran, sesuai dengan peraturan.
Dengan demikian imam mengadakan
pendamaian bagi orang itu karena dosa yang telah diperbuatnya, sehingga ia
menerima pengampunan.
Imamat 5:18 Haruslah ia membawa kepada imam seekor
domba jantan yang
tidak bercela dari kambing domba, yang sudah dinilai, sebagai korban
penebus salah. Imam itu
haruslah mengadakan pendamaian bagi orang itu karena perbuatan yang tidak disengajanya dan yang tidak diketahuinya itu,
sehingga ia menerima pengampunan.
Ternyata, segala kepatuhan atau penundukan pada segala
perintah dan sabda kudus Allah tak dapat melenyapkan kesalahan/dosa/pelanggaran
itu sendiri. Kala seorang bersalah dan berdosa dihadapan Allah, maka dosanya
tak akan lenyap dengan cara kembali berjuang untuk memenuhi hukum-hukum kudus
Allah itu, sehingga mendatangkan pengampunan. Tidak sama
sekali. Hal pengampunan dan pendamaian hanya terjadi berdasarkan ketetapan
Allah oleh Allah dengan sebuah penumpahan darah atau sebuah kematian yang
menggantikan kematian mereka. Dosa berkonsekuensi kematian, dan konsekuensi ini
tak akan pernah bisa dianulir, direduksi atau ditahan oleh perbuatan baik atau
potensi manusia untuk mengoreksi dirinya sehingga dapat membangun dirinya dalam
sebuah moralitas dan karakteritas yang lebih baik. Apa yang membuat manusia
begitu sukar untuk lepas oleh dirinya sendiri ada pada perbuatan-perbuatan dosa
yang tak diketahuinya. Menunjukan bahwa kesempurnaan kekudusan Allah tak
tersentuh oleh manusia, sebab manusia tak mahatahu akan apakah yang menjadi
kehendak Allah untuk kudus, bahkan dalam melaksanakannya.
Mengenal Tuhan dan Hidup Di Dalam
Pengenalan Itu
Matius 25:31-46, pun
sedang menunjukan sebuah relasi antara manusia yang diselamatkan-Nya dengan
diri-Nya sendiri, dan bagaimanakah kehidupan orang-orang yang diselamatkan-Nya
telah menjadi kepemilikan-Nya dan hidup bagi-Nya saja:
Matius
25:31: Apabila Anak Manusia datang dalam kemuliaan-Nya dan semua malaikat
bersama-sama dengan Dia, maka Ia akan bersemayam di atas takhta kemuliaan-Nya.
Jelas Anak
Manusia adalah Yesus sendiri, yang
oleh-Nya sendiri digambarkan akan datang dalam sebuah kemuliaan yang begitu
sorgawi: semua malaikat bersama-sama dengan Dia. Siapakah Anak Manusia sehingga
semua malaikat bersama-sama dengan dia?
Matius
25:32 Lalu semua
bangsa akan dikumpulkan di hadapan-Nya dan Ia akan memisahkan mereka
seorang dari pada seorang, sama seperti gembala
memisahkan domba dari kambing,
Bagi Yesus, Ia,
kelak, hanya akan mengenal atau mengakui keberadaan dua macam manusia di
hadapannya:
-domba
-kambing
Namun, jelas sekali,
bahwa ada sebuah pembedaan yang amat menyolok pada salah satunya saja.
Perhatikan ini: seperti gembala memisahkan domba dari kambing. Ia menggambarkan dirinya sebagi
gembala hanya atas domba, sementara kambing-kambing Ia singkirkan. Yesus
adalah gembala bagi domba-domba.
Bukankah demikian Ia menggambarkan dirinya kepada para murid? Perhatikan baik-baik:
Yohanes 10:26 tetapi kamu tidak percaya, karena kamu tidak
termasuk domba-domba-Ku.
Pada dasarnya,
domba-domba adalah orang-orang beriman, hanya yang beriman kepada Yesus saja
yang disebutkan sebagai domba-domba. Sehingga, pada dasarnya, kala anda membaca
seperti
gembala memisahkan domba dari kambing, menunjukan bahwa
Yesus mengadakan pemisahan berdasarkan pada siapakah yang beriman kepadanya dan
siapakah yang tidak beriman kepada-Nya.
Pemisahan ini bukan pada siapakah yang
melakukan perbuatan-perbuatan baik! Ingat konteks pemisahan ini ada pada SEGALA
BANGSA, sebuah keuniversalan penghakiman secara tak langsung disingkapkan oleh
Yesus. Kebenarannya bukan pada melakukan apa yang berkenan pada Bapa, sementara
itu pada saat yang sama tak memiliki relasi dengan Yesus dan keberimanan yang
berdasarkan kasih karunia Bapa.
Ketika Yesus berkata
dan anda membaca:
Matius
25:35- Sebab ketika Aku lapar, kamu memberi Aku makan; ketika Aku
haus, kamu memberi Aku minum; ketika Aku seorang asing, kamu memberi Aku
tumpangan; ketika Aku telanjang, kamu memberi Aku
pakaian; ketika Aku
sakit, kamu melawat Aku; ketika Aku di dalam penjara, kamu
mengunjungi Aku.
Tentu saja argumentasi
Yesus ini membingungkan sebab segala sesuatunya bersentral pada Aku atau
dirinya sendiri. Sehingga tak heran ayat 37-39 berisikan kapankah
kami memberikan atau melakukannya bagimu.
Penggambaran Matius 25 ini, bukan saja menunjukan bahwa keselamatan
berdasarkan relasi beriman kepada Yesus, namun dalam relasi beriman kepada
Yesus itu lahirlah sebuah kehidupan yang melahirkan perbuatan-perbuatan kasih
yang bersentral pada Yesus dan bagi
Yesus saja. Dalam hal ini, hendak mengatakan, apapun juga perbuatan
baik manusia itu, jika berlangsung tanpa sebuah keberimanan dengan
Yesus, maka, itu sama sekali tak diakui oleh Yesus sebagai perbuatan baik. Itu
seperti “kesalehan kami seperti kain kotor.”
Semua manusia tanpa
Yesus tetap berada dalam murka Allah yang mengejarnya dan berada
didalam genggaman kuasa dosa, sehingga tak mengalami pengudusan dari Allah oleh
Yesus Kristus. Hal ini, jelas tak diperhitungkan oleh pendeta Dr. Erastus Sabdono, bagaimana tanpa Kristus dapat
berjumpa dengan pendamaian dengan Allah, sementara Kristus saja pendamaian
antara manusia dengan Allah.
Saat mereka tak
memahami kapankah mereka melakukan itu kepada Yesus, maka, yang tak mereka pahami bukan perbuatan-perbuatan baik itu, tetapi
bagaimana bisa segala perbuatan baik itu harus ditujukan bagi Yesus.
Ini, sama saja hendak mengatakan bahwa
perbuatan-perbuatan baik itu bukan untuk mendapatkan keselamatan, namun
perbuatan-perbuatan yang memuliakan Yesus. Hanya domba-domba atau yang beriman saja, yang dimampukan melakukannya!
Dimana perbuatan baik itu ternyata
dilakukan bagi Yesus, bukan bagi manusia itu sendiri:
Matius
25:40 Dan Raja itu akan menjawab mereka: Aku berkata kepadamu, sesungguhnya segala sesuatu
yang kamu lakukan untuk salah seorang dari saudara-Ku yang paling
hina ini, kamu
telah melakukannya untuk Aku.
Artinya, manusia
harus memiliki Kristus jika segala sesuatu yang dilakukanya ingin berdampak
melakukan bagi Yesus. Hanya jika
beriman, ini terjadi. Apakah yang hendak diajarkan oleh pendeta Dr. Erastus
Sabdono? Apakah bisa orang yang tak
beriman kepada Yesus Kristus dapat melakukan sesuatu bagi Kristus yang akan
berkenan baginya??
Hanya
jika manusia itu adalah domba Kristus, maka perbuatan baik itu dilakukan untuk
Kristus. Anda harus beriman kepada Kristus, barulah perbuatan baikmu itu dapat
merupakan hal yang menyenangkan atau berkenan kepada Allah.
Ingat, Yesus berkata
hal ini berlaku bagi SEGALA BANGSA! Jadi perbuatan-perbuatan baik bagi mereka yang tak beriman kepada Yesus
Kristus –dikatakan oleh pendeta Erastus- merupakan bukti perkenanan untuk dapat
masuk kedalam dunia yang akan datang adalah omong kosong, sebab, pada dasarnya semua kambing atau
domba palsu atau orang-orang tak beriman
pasti akan berakhir pada kebinasaan kekal:
Matius
25:46 Dan mereka ini akan masuk ke tempat siksaan yang kekal, tetapi
orang benar ke dalam hidup yang kekal."
Siapakah orang benar
itu? Para domba Kristus yang mendengarkan sabdanya dan melakukannya:
Yohanes
10:27- Domba-domba-Ku mendengarkan
suara-Ku dan Aku mengenal mereka dan
mereka mengikut Aku, dan Aku memberikan
hidup yang kekal kepada mereka dan mereka pasti tidak akan binasa
sampai selama-lamanya dan seorangpun tidak akan merebut mereka dari tangan-Ku.
Perhatikan baik-baik!
Kedombaan seorang yang mengaku beriman,
sangat dikenali oleh Yesus. Jika keberimanan seseorang palsu dan tidak menghasilkan
kepengikutan bagaikan seekor domba yang mendengarkan dan mengikuti [mematuhi],
pasti tak akan diakui Yesus, sekalipun Ia berkoar-koar bahwa dirinya adalah
domba!
Tahukah anda mengapa
domba-domba mendengar dan mengikuti perintah sang Gembala, sehingga
melakukannya? Karena ada relasi yang begitu penuh kepercayaan, bahwa gembalaku
pasti menuntunku pada kebenaran dan keselamatan, atau meluputkan aku dari
berbagai kejahatan di dunia ini [bandingkan dengan Mazmur 23].
Sehingga, memang, ini[Matius 25 tersebut] bukan dasar bagi orang-orang tak beriman kepada Yesus untuk selamat,
berdasarkan perbuatan-perbuatan baik! Pendeta Dr. Erastus Sabdono sungguh
menyesatkan pembaca Alkitab!
Catatan:
Bersambung
ke “Tinjauan Pengajaran Pdt. Dr.Erastus Sabdono “Keselamatan Diluar Kristen”(3P):“Tidak Ada Keselamatan Di Luar Kristen Tetapi Ada Keselamatan Di Luar
Kristen”
AMIN
Segala
Pujian Hanya Kepada TUHAN
The
cross
transforms
present criteria of relevance: present criteria of relevance do not transform
the
cross
[oleh
seorang teolog yang saya lupa namanya]
Anda sesat krn panjang lebar kau menuduh orang lain sesat, pd hal pola pikirmu sendiri sesat. Kemampuan pola pikirmu dan penguasaan teologiamu msh jauh di bawah hamba Allah yg kau tuduh sesat. Ingatlah bhw di atas langit ada langit. Kau itu sotoy, lebay, meninggikan dirimu sendiri dgn mencomot ayat2 Alkitab seenak udelmu
ReplyDelete