F O K U S

Nabi Daud Tentang Siapakah Kristus

Ia Adalah Seorang Nabi Dan Ia Telah   Melihat Ke Depan Dan Telah Berbicara Tentang Kebangkitan Mesias Oleh: Blogger Martin Simamora ...

0 Tinjauan Pengajaran Pdt. Dr.Erastus Sabdono “Keselamatan Diluar Kristen” (3P-4a)


“Keselamatan Kristus Juga Untuk Mereka Yang Tak Beriman Kepada-Nya”

Oleh: Martin Simamora



Bacalah lebih dulu bagian 3P-3, 3P-2 dan 3P-1

Memisahkan Yesus Dari Buah-Buah Mulia
Manusia berbuat baik; manusia berbudi luhur dan manusia-manusia berteladan agung, tanpa  penebusan  oleh Allah, apakah  mereka menurut Alkitab dan Allah?

Mazmur 16:2 Aku berkata kepada TUHAN: "Engkaulah Tuhanku, tidak ada yang baik bagiku selain Engkau!"

Mazmur 16:11 Engkau memberitahukan kepadaku jalan kehidupan     

Mazmur 14:2 TUHAN memandang ke bawah dari sorga kepada anak-anak manusia untuk melihat, apakah ada yang berakal budi dan yang mencari Allah. Mereka semua telah menyeleweng, semuanya telah bejat; tidak ada yang berbuat baik, seorangpun tidak.

Bagaimanakah anda menilai TUHAN? Terlalu mengada-adakah Ia? Terlalu hitam putihkah Ia menurut anda? Masakan sedemikian bejatnya? Masakan semuanya  telah menyeleweng; masakan semuanya telah bejat; masakan tidak ada yang berbuat baik? Atau jangan-jangan, si pemazmurlah yang  keliru atau malah sesat di dalam memandang realita ini sehingga sangat picik!


Sekarang mari coba perhatikan berikut ini:
Roma 3:10 seperti ada tertulis: "Tidak ada yang benar, seorangpun tidak. Tidak ada seorangpun yang berakal budi, tidak ada seorangpun yang mencari Allah. Semua orang telah menyeleweng, mereka semua tidak berguna, tidak ada yang berbuat baik, seorangpun tidak.
                           

                                  
Masakan Semuanya Bejat, Tidak Ada Seorangpun Yang Baik?
Masakan sedemikian bejatnya? Masakan tidak ada seorangpun yang berbuat baik? Bukankah kalau tidak ada seorangpun yang berbuat baik maka tidak akan ada ketertiban, tidak akan ada penegak hukum, tidak akan ada yang menghormati rambu-rambu lalu lintas yang mencegah risiko-risiko kecelakaan fatal? Bukankah kalau demikian di lingkungan saya, di kota saya, di negara saya sedang berlangsung kekacauan yang begitu mengerikan? Bukankah kalau demikian kenyataannya, maka saat ini mana mungkin saya bisa mempersiapkan artikel ini dengan sangat damai dan penuh keamanan sebab tidak ada kekacauan moralitas yang sedemikian ekstrim sebagaimana dikemukakan oleh pemazmur dan  rasul Paulus.


Pasti  pernyataan demikian sebuah  pernyataan yang bersifat berlebihan atau, jangan-jangan sebuah kesalahan yang sedemikian fatalnya di dalam Alkitab  atau kitab suci orang Kristen!


Lagian, saya pun harus berterus terang apa adanya. Bukankah di lingkungan saya ada tokoh-tokoh masyarakat yang bukan saja terkenal kedermawanannya, bahkan kedermawanan yang jika diperbandingkan dengan orang-orang Kristen terbaik sekalipun, jangan-jangan hanya akan melahirkan hal-hal yang sangat memalukan. Bahkan harus diakui, pada umumnya mereka yang sangat dermawan itu bukanlah orang-orang yang dikenal sebagai Kristen. Saya sendiri telah menerima kebaikannya bukan sekedar basa-basi namun di momen yang sangat  genting  hanya dengan meminta melalui telepon, sementara dia begitu mulia di dalam lingkungannya. Apakah Alkitab akan mengatakan  mereka sebagai orang-orang bejat? Jika ya, maka  sang pemazmur dan  rasul  Paulus sungguh keterlaluan dan sungguh picik.

Ikuti saya dan terimalah  lebih dahulu pergumulan umum yang pasti berlangsung setiap kali seseorang membaca bagian-bagian teks kitab suci orang Kristen ini.



Perjumpaan Yesus Dengan Orang-Orang Baik Bumi
Dan pada suatu saat di era Yesus, seorang yang sejak mudanya sangat  terkenal dengan keagungan moralitasnya berjumpa dengan Sang Kristus dalam sebuah dialog yang mencengangkan:

Markus 10:17-18  Pada waktu Yesus berangkat untuk meneruskan perjalanan-Nya, datanglah seorang berlari-lari mendapatkan Dia dan sambil bertelut di hadapan-Nya ia bertanya: "Guru yang baik, apa yang harus kuperbuat untuk memperoleh hidup yang kekal?" Jawab Yesus: "Mengapa kaukatakan Aku baik? Tak seorangpun yang baik selain dari pada Allah saja.


Ada apakah gerangan pada diri Yesus, sehingga berkata tak seorangpun yang baik? Bukankah ini termasuk pada seorang berlari-lari mendapatkan Dia?


Sekarang perhatikan moralitas orang yang sedang bertanya kepada Yesus ini:
Markus 10:19  Engkau tentu mengetahui segala perintah Allah: Jangan membunuh, jangan berzinah, jangan mencuri, jangan mengucapkan saksi dusta, jangan mengurangi hak orang, hormatilah ayahmu dan ibumu!"


Markus 10:20 Lalu kata orang itu kepada-Nya: "Guru, semuanya itu telah kuturuti sejak masa mudaku."

Apakah anda melihat apa yang sedang saya lihat? Dan berapa kalipun saya membaca, mempelajari dan merenungkannya, haruslah saya mengacungkan  jempol kepada orang ini! Ia sungguh-sungguh  orang baik; ia bukan orang bejat; ia menurut semua manusia normal akan berkata dengan segenap diri tanpa keraguan yang bagaimanapun akan berkata ia tak pantas sama sekali untuk dikatakan sebagai orang bejat dan orang yang tak berakal budi dan tak mencari Allah.


Apakah Yesus  tak jauh berbeda dengan si pemazmur dan rasul Paulus? Begitu bodohnya tak dapat membedakan manusia yang jahat dan manusia yang baik.


Jika anda meneruskan pembacaan percakapan itu, maka berakhir dengan amat menyedihkan bagi orang tersebut, sebab  ia harus bersusah hati dan tidak mendapatkan pengakuan yang sepatutnya dari Yesus. Yesus bahkan tak sama sekali memberikan sebuah pembenaran bahwa dengan apa yang dimiliki atau telah dicapainya akan membuatnya dapat memperoleh hidup kekal, selain harus mengikut Yesus [ Markus 10:21-23] !


Orang-orang baik atau orang-orang bermoral unggul dan mulia senantiasa ada di sepanjang sejarah kehidupan manusia. Bahkan Yesus  berjumpa dengan cukup banyak orang, sehingga perjumpaan Yesus dengan orang-orang baik ini senantiasa melahirkan konflik. Konflik yang  nanti diketahui bersumber dari “berdasarkan standard siapakah baik dikatakan baik .”


Mengapa orang-orang baik di bumi bisa ada? Rasul Paulus yang tadi berkata “semua bejat dan tidak ada yang mencari Allah” malah menyingkapkannya dalam sebuah cara yang menakjubkan. Perhatikan ini:
Roma 2:14 Apabila bangsa-bangsa lain yang tidak memiliki hukum Taurat oleh dorongan diri sendiri melakukan apa yang dituntut hukum Taurat, maka, walaupun mereka tidak memiliki hukum Taurat, mereka menjadi hukum Taurat bagi diri mereka sendiri.

Roma 2:15 Sebab dengan itu mereka menunjukkan, bahwa isi hukum Taurat ada tertulis di dalam hati mereka dan suara hati mereka turut bersaksi dan pikiran mereka saling menuduh atau saling membela.

Pada bangsa apapun atau suku apapun di belahan dunia  manapun bisa lahir orang-orang yang berhati mulia, orang-orang dengan  nilai-nilai kemanusiaan yang menakjubkan, orang-orang dengan nilai-nilai kemanusiaan yang dapat mendorong dirinya sendiri pada berbagai macam bahaya kala membela kemanusiaan sesamanya! Mengapa bisa demikian? Sebab Allah sendiri yang menuliskan isi hukum Taurat di dalam hati mereka.

Tak heran dan tak perlu ditakjubkan dan tak perlu menjadi dibingungkan anda pasti dapat menemukan orang-orang yang tak beragama Kristen bahkan yang disebut sebagai ateis dapat berbuat seperti orang muda yang berlari mendapatakan Yesus, tadi, bahwa ia:

-tidak membunuh
-tidak berzinah
-tidak mencuri
-tidak mengucapkan saksi dusta
-tidak mengurangi hak orang lain
-sangat menghormati orang tua atau leluhurnya

Sekarang, berdasarkan hal ini, kita menjadi tahu bahwa baik Yesus Kristus, pemazmur dan rasul Paulus, kala ketiganya berkata “tidak ada yang baik,” tidak sedang buta atau tidak sedang kehilangan akal sehat. Mereka bahkan tahu sekali ada orang-orang yang berkarakter mulia dan berkelakuan begitu agung.


Yesus bahkan kala mengecam ahli-ahli Farisi, pada dasarnya sedang menunjukan bahwa mereka adalah tokoh-tokoh masyarakat, teladan masyarakat dan sumber moralitas mulia bagi kehidupan bermasyarakat. Perhatikan hal-hal berikut ini:

Matius 5:20  Maka Aku berkata kepadamu: Jika hidup keagamaanmu tidak lebih benar dari pada hidup keagamaan ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi, sesungguhnya kamu tidak akan masuk ke dalam Kerajaan Sorga.

Perhatikan bahwa ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi ini tidak dikatakan sebagai orang-orang jahat, namun tidak lebih benar!  Lebih benar dari apa? Kalau anda membaca selanjutnya, dari apa yang dikehendaki oleh Yesus!


Berdasarkan  singkapan-singkapan Yesus, maka beginilah kualitas moralitas ahli-ahli Taurat  dan orang-orang Farisi saat itu:
►mereka tidak pernah membunuh, atau bukan pembunuh [ bdk dengan Matius 5:20]
► mereka tidak pernah berzinah [ bdk dengan Matius 5:27]
► mereka mengasihi sesama manusia, selain kepada para penjahat [bdk Matius 5:44]
Saya sengaja  memilih 3 poin dengan satu tujuan saja, untuk menunjukan bahwa Yesus sendiri berjumpa dan menjumpai orang-orang yang berkarakter baik, bukan bejat sama sekali dalam pandangan manusia.

Problemnya muncul kala apa yang menurut manusia baik, mulia dan patut menjadi teladan, oleh Yesus  Kristus telah dinyatakannya sama sekali tak patut dijadikan teladan kemuliaan dalam kehidupan ini. Itu terjadi kala Yesus berkata:

►kepada mereka yang tidak pernah membunuh itu: “Tetapi Aku berkata kepadamu: Setiap orang yang marah terhadap saudaranya harus dihukum; siapa yang berkata kepada saudaranya: Kafir! harus dihadapkan ke Mahkamah Agama dan siapa yang berkata: Jahil! harus diserahkan ke dalam neraka yang menyala-nyala- Matius 5:22”


►kepada mereka yang tidak pernah berzinah:” Tetapi Aku berkata kepadamu: Setiap orang yang memandang perempuan serta menginginkannya, sudah berzinah dengan dia di dalam hatinya. Maka jika matamu yang kanan menyesatkan engkau, cungkillah dan buanglah itu, karena lebih baik bagimu jika satu dari anggota tubuhmu binasa, dari pada tubuhmu dengan utuh dicampakkan ke dalam neraka- Matius 5:28-29”


►Kepada mereka yang mengasihi sesama manusia dan mengorbankan dirinya menghadapi para musuh: “Tetapi Aku berkata kepadamu: Kasihilah musuhmu dan berdoalah bagi mereka yang menganiaya kamu. Karena dengan demikianlah kamu menjadi anak-anak Bapamu yang di sorga, yang menerbitkan matahari bagi orang yang jahat dan orang yang baik dan menurunkan hujan bagi orang yang benar dan orang yang tidak benar.- Matius 5:44-45”
           
Ketika hal ini yang dilakukan oleh Yesus, masih adakah manusia-manusia yang baik, yang bermoral, yang menjadi teladan kemanusiaan dan moralitas? Di dalam dunia manusia, harus dikatakan ada, karena memang, tadi, kita sudah melihat sendiri bahwa Allah sendiri menuliskan isi hukum Taurat di dalam hati bangsa-bangsa lain. Tetapi  di dalam kekudusan Tuhan maka tepat seperti yang diucapkan oleh Yesus Kristus, pemazmur dan rasul Paulus: “semua telah bejat dan tidak ada seorangpun yang baik.”


Saat rasul Paulus menuliskan bahwa “pada bangsa-bangsa lain pun Allah menuliskan isi hukum  Taurat  pada hati manusia,” Paulus sendiri memberikan sebuah catatan yang sangat krusial dalam perihal itu. Apakah itu? Bahwa “suara hati mereka turut bersaksi dan pikiran mereka saling menuduh atau saling membela.” Menunjukan bahwa sekalipun hukum moralitas Allah ada di dalam hati manusia, pada  faktanya manusia tidak dapat senantiasa menghormatinya; isi hukum Taurat itu bukan berjalan sebagai sebuah yang bertakhta di dalam diri manusia itu, melainkan  hasrat-hasrat manusia itu kerap menentang hukum kudus Allah.

Antara diri manusia, siapapun dia, tak akan mengalami sebuah perdamaian abadi dengan kehendak-kehendak Allah.


Pada poin ini, jelas nampak bahwa “manusia baik dan manusia yang tidak bejat” bagi Allah bukan sekedar buah-buah kebaikan atau buah-buah moralitas.


Saat Yesus berkata “tidak ada yang baik,” Ia memasukan Allah sebagai dasar penentuannya. Jadi apa yang dinyatakan Allah terhadap fenomena-fenomena adalah sebuah kebenaran. Sekalipun fenomenanya tak terbantahkan ia adalah manusia yang baik dan berhati mulia. Ketika Yesus berkata “jika hidup keagamaanmu tidak lebih benar” maka fenomenanya, Yesus sedang berhadapan dengan sebuah  kepemimpinan agama  atau kepemimpinan moralitas oleh sekelompok  pemimpin agama yang memang memberikan teladan bernilai  sangat baik, pada fenomenanya.


Manusia hanya dapat menilai atau menghakimi  kemanusiaan manusiaNYA pada apa yang dapat diamati oleh manusia, sementara penghakiman Allah bukan dimulai dari fenomenanya tetapi apakah sumber fenomena itu? Sucikah atau murnikah tanpa sebuah kecacatan yang bagaimanapun. Jika Paulus mengungkapkan sumber atau mata air fenomena itu adalah “suara hati mereka turut bersaksi dan pikiran mereka saling menuduh atau saling membela” maka jelas bukan bersumber dari sebuah kemuliaan namun sebuah kecemaran. Manusia pada faktanya tidak pernah lepas dari sebuah  ketakmurnian didalam moralitasnya. Mengapa Yesus berkata kepada yang tak berzinah, misal sebagai salah satu perihal yang diangkat Yesus, berkata “tetapi aku berkata” yang kandungannya menyelami  apa yang terjadi di dalam kedalaman jiwa manusia? Karena Yesus sedang menunjukan bahwa apa yang dikehendaki oleh Yesus bukan sekedar fenomena perbuatan baik dan kebaikan hati belaka, namun kekudusan!

Mengapa kekudusan? Sebab oleh satu pelanggaran saja, Yesus sudah berbicara mengenai kematian kekal sebagai konsekuensinya: Neraka!


Ini tak lazim bagi dunia manusia untuk membicarakan neraka hanya karena sebuah  kesalahan. Apa yang tak digubris manusia adalah sumber moral itu sendiri.


Punyakah manusia sumber moral pada dirinya sendiri? Jelas tidak! Saat Paulus menyatakan” pada bangsa-bangsa lain Allah menuliskan isi hukum Taurat” telah menunjukan bahwa sumber moralitas manusia datang dari Allah. Jika manusia memiliki pada dirinya sendiri maka tentu saja pada dasarnya manusia itu kudus adanya.


Itu sebabnya Paulus menyatakan di hadapan Allah,dengan demikian, apa yang dijumpai adalah semua manusia: berdosa. Perhatikan hal ini:

Roma 2:14 Sebab semua orang yang berdosa tanpa hukum Taurat akan binasa tanpa hukum Taurat; dan semua orang yang berdosa di bawah hukum Taurat akan dihakimi oleh hukum Taurat.

Dengan hukum Taurat dan tanpa hukum taurat menunjukan sebuah keuniversalan keadaan manusia yang tak memiliki moralitas Allah atau tak memiliki kehendak kudus Allah yang berdiam di dalam diri manusia.

Dan memang keadaan manusia  sejak peristiwa kejatuhan manusia di Eden, mengalami masalah begitu raksasa untuk ditanganinya: relasi dengan Allah. Bahkan memburuk:

Kejadian 6:3 Berfirmanlah TUHAN: "Roh-Ku tidak akan selama-lamanya tinggal di dalam manusia, karena manusia itu adalah daging

Sementara Roh Allah tak lagi  di dalam manusia, maka apa yang masih Tuhan tetap sediakan adalah hati nurani yang masih dapat mengenali kehendak kudus Allah melalui kandungan hukum Taurat yang dituliskan Allah. Namun hal itu tidak menunjukan bahwa dengan manusia memiliki terang yang bercahaya begitu kemilau. Tidak sebab, sangat bergantung pada kemampuan manusia itu untuk mau mematuhi  siapa. Apakah mematuhi kehendak Allah atau kehendak Iblis.


Yesus mengenai realita manusia berkata:

Yohanes 3:19 Dan inilah hukuman itu: Terang telah datang ke dalam dunia, tetapi manusia lebih menyukai kegelapan dari pada terang, sebab perbuatan-perbuatan mereka jahat.

Manusia lebih menyukai kegelapan daripada terang. Benarkah demikian? Apakah benar ada manusia lebih menyukai dirinya menjadi bandit, menjadi pembunuh, menjadi penipu, menjadi koruptor? Berangkali ada yang akan berkata tidak, namun ada yang berkata  itu saya lakukan karena keadaan atau kealpaan semata.


Tetapi pada teks firman ini, Yesus sedang berbicara sebuah perbuatan jahat yang melampaui kejahatan manusia itu sendiri:

Yohanes 3:20-21 Sebab barangsiapa berbuat jahat, membenci terang dan tidak datang kepada terang itu, supaya perbuatan-perbuatannya yang jahat itu tidak nampak; tetapi barangsiapa melakukan yang benar, ia datang kepada terang, supaya menjadi nyata, bahwa perbuatan-perbuatannya dilakukan dalam Allah."

Apakah perbuatan jahat itu?
Perbuatan jahat adalah: membenci terang dan tidak datang kepada terang itu.


Apakah perbuatan baik itu?
Perbuatan baik adalah: datang kepada terang itu

Mengapa terang ini menjadi standard penentuan apakah seseorang berbuat baik atau berbuat jahat?


Perhatikan hal berikut ini:
Yohanes 1:1 Pada mulanya adalah Firman; Firman itu bersama-sama dengan Allah dan Firman itu adalah Allah.


Yohanes 1:14 Firman itu telah menjadi manusia


Yohanes 1:4-5 Dalam Dia ada hidup dan hidup itu adalah terang manusia. Terang itu bercahaya di dalam kegelapan dan kegelapan itu tidak menguasainya.


Yohanes Pembaptis menyatakan sebuah realita yang begitu global atas dunia manusia dan apa yang dilakukan oleh Yesus atas  realita tersebut:

Yohanes 1:9 Terang yang sesungguhnya, yang menerangi setiap orang, sedang datang ke dalam dunia.


Mengapa Yesus dikatakan menerangi setiap orang? Apakah ada kegelapan sedang meliputi semua manusia? Perhatikan berikut ini:

Yohanes 1:5 Terang itu bercahaya di dalam kegelapan dan kegelapan itu tidak menguasainya.


Rasul Yohanes menyatakan bahwa semua manusia berada di dalam kegelapan, sebagaimana Yesus:

Yohanes 8:12 "Akulah terang dunia; barangsiapa mengikut Aku, ia tidak akan berjalan dalam kegelapan, melainkan ia akan mempunyai terang hidup."


Dunia ini adalah kegelapan belaka tanpa Yesus!



Sehingga  saat Yesus berkata dalam Yohanes 3:21 " ia datang kepada terang, supaya menjadi nyata, bahwa perbuatan-perbuatannya dilakukan dalam Allah," apa yang dimaksudnya sebagai perbuatan-perbuatan baik harus berelasi begitu ketat dengan Allah. Jikalau manusia-manusia itu tidak datang kepada terang maka pada hakikatnya manusia itu adalah manusia-manusia kegelapan yang tak memiliki sumber suci pada hati nuraninya yang melahirkan perbuatan-perbuatan baik. Hanya jika manusia itu datang kepada terang yaitu Kristus saja, maka ia berada di dalam Allah yang akan menjadi sumber kudus perbuatan-perbuatan baik.


Pada dasarnya,  apa yang dilakukan oleh terang kala ia merengkuh seorang manusia ke dalam haribaan-Nya, maka Ia melakukan hal teramat fundamental pada manusia itu. Tanpa  hal  fundamental itu tak mungkin “ didalam Allah.” Perhatikan hal berikut ini:

Yohanes 1:12 Tetapi semua orang yang menerima-Nya diberi-Nya kuasa supaya menjadi anak-anak Allah, yaitu mereka yang percaya dalam nama-Nya;

Datang kepada terang pada hakikatnya bukan  “saya mempercayainya” atau “saya memutuskan dan mendatangi  Yesus sebagai Juruselamatku.” Pada hakikatnya datang kepada terang adalah Allah memberikan kuasa kepadanya supaya menjadi anak-anak Allah.


Peristiwa menjadi anak-anak Allah adalah jantung kebenaran peristiwa berimannya seseorang kepada Yesus. Ini betul-betul sebuah tindakan Allah yang penuh kuasa dan berdaulat bukan hanya berkehendak namun berdaulat dalam mewujudkannya:

Yohanes 1:13 orang-orang yang diperanakkan bukan dari darah atau dari daging, bukan pula secara jasmani oleh keinginan seorang laki-laki, melainkan dari Allah.

Hanya menjadi anak-anak Allah saja maka barulah seorang manusia MEMILIKI  KUASA untuk melakukan perbuatan-perbuatan  baik  didalam Allah atau didalam terang. Sehingga kebenarannya adalah: dilahirkan oleh Allah adalah syarat mutlak agar seorang manusia dapat melakukan perbuatan benar didalam Allah, bukan sebaliknya. Orang Kristen tidak mengejar perbuatan. 


Yesus berbicara mengenai perbuatan-perbuatan. Tentu saja perbuatan baik, sebab  pada saat yang sama di dalam Yohanes 3:21 Ia membicarakan 2 hal kontradiktif: berbuat jahat dan melakukan yang benar. Namun perhatikan, saat Ia membicarakan “berbuat jahat” maka konsentratnya sangat tunggal: membenci terang dan tidak datang kepada Yesus. Mengapa acuanya begitu tunggal pada Yesus? Sebabnya ada 2 hal menurut   injil Yohanes:

►Pertama: Yesus adalah terang yang menerangi setiap manusia yang berada didalam kegelapan


►Kedua: Yesus adalah sumber penanggulangan dosa manusia atau yang membasuh manusia dari kecemaran yang tak terhapuskan olehnya sendiri [Yohanes 1:29]


Menolak atau membenci Yesus entah dalam cara santun atau kasar atau secara kekerasan, bagi Yesus adalah berbuat jahat. Karena Yesus saja yang menjadi sumber bagi manusia untuk dapat kembali berbuat baik di dalam Allah. Dengan kata lain, Yesus saja yang menjadi sumber bagi manusia untuk dapat mempersembahkan segenap dirinya sebagai sebuah persembahan yang harum dan berkenan dihadapan  Allah:

Roma 12:1 Karena itu, saudara-saudara, demi kemurahan Allah aku menasihatkan kamu, supaya kamu mempersembahkan tubuhmu sebagai persembahan yang hidup, yang kudus dan yang berkenan kepada Allah: itu adalah ibadahmu yang sejati.

Di dalam Allah perbuatan baik seorang Kristen pada dasarnya adalah ibadah paling sejati, sebab didalam Allah saja anda bisa  berlaku secara total menjadi anak-anak-Nya yang dikenal melalui perilaku-perilakunya.


Pada anak-anak Allah saat membicarakan perbuatan-perbuatan baik tak pernah lepas dari kelahirannya sebagai anak-anak Allah, dengan kata lain tak pernah dibicarakan sebagai milik diri sendiri yang dihasilkannya sendiri:

Roma 12:3 Berdasarkan kasih karunia yang dianugerahkan kepadaku, aku berkata kepada setiap orang di antara kamu: Janganlah kamu memikirkan hal-hal yang lebih tinggi dari pada yang patut kamu pikirkan, tetapi hendaklah kamu berpikir begitu rupa, sehingga kamu menguasai diri menurut ukuran iman, yang dikaruniakan Allah kepada kamu masing-masing


Roma 12:8 jika karunia untuk menasihati, baiklah kita menasihati. Siapa yang membagi-bagikan sesuatu, hendaklah ia melakukannya dengan hati yang ikhlas; siapa yang memberi pimpinan, hendaklah ia melakukannya dengan rajin; siapa yang menunjukkan kemurahan, hendaklah ia melakukannya dengan sukacita.

Semua kebaikan atau kemuliaan hati yang terwujud di dalam praktik manusia, senantiasa akan dikatakan sebagai kasih karunia! Mengapa? Karena pada dasarnya, tadi di awal bagian ini, hati nurani manusia itu bukan sumber suci Allah.


Bagaimana  saya dan anda dapat menguasai diri?  Berdasarkan ukuran iman yang dikaruniakan Allah kepada saya dan anda.


Maka segala nasihat, apapun bentuknya juga lahir berdasarkan kasih karunia. Dalam hal ini jelas sebagaimana Paulus berkata “berdasarkan kasih karunia yang dianugerahkan  kepadaku.”

Kasih karunia yang bekerja  dalam diri Pauluslah yang  melahirkan nasihat-nasihat semacam ini:

►Roma 12: 10 Hendaklah kamu saling mengasihi sebagai saudara dan saling mendahului dalam memberi hormat.


►Roma 12:11 Hendaklah kamu saling mengasihi sebagai saudara dan saling mendahului dalam memberi hormat.


►Roma 12:12 Bersukacitalah dalam pengharapan, sabarlah dalam kesesakan, dan bertekunlah dalam doa!


►Roma 12:13 Bantulah dalam kekurangan orang-orang kudus dan usahakanlah dirimu untuk selalu memberikan tumpangan!


►Roma 12:14 Berkatilah siapa yang menganiaya kamu, berkatilah dan jangan mengutuk!


►Roma 12:15 Bersukacitalah dengan orang yang bersukacita, dan menangislah dengan orang yang menangis!


►Roma 12:17 Bersukacitalah dengan orang yang bersukacita, dan menangislah dengan orang yang menangis!


►Roma 12:19 Saudara-saudaraku yang kekasih, janganlah kamu sendiri menuntut pembalasan, tetapi berilah tempat kepada murka Allah, sebab ada tertulis: Pembalasan itu adalah hak-Ku. Akulah yang akan menuntut pembalasan, firman Tuhan.


►Roma 12:20 Tetapi, jika seterumu lapar, berilah dia makan; jika ia haus, berilah dia minum! Dengan berbuat demikian kamu menumpukkan bara api di atas kepalanya.
Roma 12:21 Janganlah kamu kalah terhadap kejahatan, tetapi kalahkanlah kejahatan dengan kebaikan!


Jika semua deret nasihat-nasihat panjang ini lahir berdasarkan kasih karunia yang bekerja di dalam diri Paulus, lalu, pada  sisi penerima nasihat itu, bagaimanakah melakukannya? Maka sebagaimana Paulus tadi menjelaskannya: menurut ukuran iman, yang dikaruniakan Allah kepada kamu masing-masing.”


Jika bukan  karena  karunia dapat melakukannya, maka tidak akan genap apa yang telah dikatakan oleh Yesus dalam Yohanes 3:21 “melakukan perbuatan-perbuatan di dalam Allah.”


Mengapa Alkitab berkata “semua manusia bejat, tak seorangpun yang baik” karena tak ada satupun manusia yang berada di dalam Allah. Tak ada lagi manusia yang memiliki Roh Allah pada dirinya. Dan sekalipun memang ada kebaikan-kebaikan mulia pada orang-orang di sekitar kita, baik tokoh atau rakyat biasa yang bahkan melakukannya didalam ketakberpunyaannya, itu sama sekali tak menunjukan ia berada didalam Allah. Itu hanya menunjukan bahwa di dalam hatinya ada terkandung isi hukum Taurat.


Mengatakan dan mengajarkan bahwa “Walaupun mereka tidak menerima Yesus tetapi memperlakukan sesamanya secara benar. Mereka akan diperkenan masuk dunia yang akan datang” sungguh sesat dan menyesatkan jika diajarkan dan disebarluaskan. Itu menjaring banyak jiwa untuk masuk ke dalam Kristen yang sama sekali bermata airkan pada Kristus yang lain atau semata-mata pada pemikiran manusia. Manusia boleh terpesona dengan kebaikan dan keluhuran orang-orang hebat. Itu sehat dan sangat bagus bagi kemanusiaan dan peradaban manusia itu sendiri, namun sama sekali tak menunjukan sama sekali bahwa manusia tersebut sangat dekat dengan Allah, selain membuktikan di dalam hatinya ada tertulis isi hukum Taurat. Dan dalam hal itu pun, hanya akan menunjukan bahwa pada dasarnya setiap manusia dibawah murka Allah:


Roma 4:15 Karena hukum Taurat membangkitkan murka,


Bersambung ke “Tinjauan Pengajaran Pdt. Dr.Erastus Sabdono “Keselamatan Diluar Kristen”(3P-4b):“Tidak Ada Keselamatan Di Luar Kristen Tetapi Ada Keselamatan Di Luar Kristen”

AMIN
Segala Pujian Hanya Kepada TUHAN


The cross
transforms present criteria of relevance: present criteria of relevance do not transform
the cross


[oleh seorang teolog yang saya lupa namanya]
   

No comments:

Post a Comment

Anchor of Life Fellowship , Sebab karena kasih karunia kamu diselamatkan oleh iman; itu bukan hasil usahamu, tetapi pemberian Allah, itu bukan hasil pekerjaanmu: jangan ada orang yang memegahkan diri - Efesus 2:8-9