“Keselamatan
Kristus Juga Untuk Mereka Yang Tak Beriman Kepada-Nya”
Oleh:
Martin Simamora
Memisahkan Yesus Dari Buah-Buah
Mulia
Manusia
berbuat baik; manusia berbudi luhur dan manusia-manusia berteladan agung,
tanpa penebusan oleh Allah, apakah mereka menurut Alkitab dan Allah?
Mazmur
16:2 Aku berkata kepada TUHAN: "Engkaulah Tuhanku, tidak ada yang baik bagiku selain
Engkau!"
Mazmur
16:11 Engkau memberitahukan
kepadaku jalan kehidupan
Mazmur
14:2 TUHAN memandang ke bawah dari sorga kepada anak-anak manusia untuk
melihat, apakah ada yang berakal budi dan yang mencari Allah. Mereka
semua telah menyeleweng, semuanya telah bejat; tidak ada
yang berbuat baik, seorangpun tidak.
Bagaimanakah
anda menilai TUHAN? Terlalu mengada-adakah Ia? Terlalu hitam putihkah Ia
menurut anda? Masakan sedemikian bejatnya? Masakan semuanya telah menyeleweng; masakan semuanya telah
bejat; masakan tidak ada yang berbuat baik? Atau jangan-jangan, si pemazmurlah
yang keliru atau malah sesat di dalam memandang realita ini sehingga sangat picik!
Sekarang
mari coba perhatikan berikut ini:
Roma
3:10 seperti ada tertulis: "Tidak
ada yang benar, seorangpun tidak. Tidak ada seorangpun yang berakal
budi, tidak ada seorangpun yang mencari Allah. Semua orang telah
menyeleweng, mereka semua tidak berguna, tidak ada yang berbuat
baik, seorangpun tidak.
Masakan Semuanya
Bejat, Tidak Ada Seorangpun Yang Baik?
Masakan
sedemikian bejatnya? Masakan tidak ada seorangpun yang berbuat baik? Bukankah
kalau tidak ada seorangpun yang berbuat baik maka tidak akan ada ketertiban,
tidak akan ada penegak hukum, tidak akan ada yang menghormati rambu-rambu lalu
lintas yang mencegah risiko-risiko kecelakaan fatal? Bukankah kalau demikian di
lingkungan saya, di kota saya, di negara saya sedang berlangsung kekacauan yang
begitu mengerikan? Bukankah kalau demikian kenyataannya, maka saat ini mana
mungkin saya bisa mempersiapkan artikel ini dengan sangat damai dan penuh
keamanan sebab tidak ada kekacauan moralitas yang sedemikian ekstrim
sebagaimana dikemukakan oleh pemazmur dan
rasul Paulus.
Pasti pernyataan demikian sebuah pernyataan yang bersifat berlebihan atau,
jangan-jangan sebuah kesalahan yang sedemikian fatalnya di dalam Alkitab atau kitab suci orang Kristen!
Lagian,
saya pun harus berterus terang apa adanya. Bukankah di lingkungan saya ada
tokoh-tokoh masyarakat yang bukan saja terkenal kedermawanannya, bahkan
kedermawanan yang jika diperbandingkan dengan orang-orang Kristen terbaik
sekalipun, jangan-jangan hanya akan melahirkan hal-hal yang sangat memalukan.
Bahkan harus diakui, pada umumnya mereka yang sangat dermawan itu bukanlah
orang-orang yang dikenal sebagai Kristen. Saya sendiri telah menerima
kebaikannya bukan sekedar basa-basi namun di momen yang sangat genting
hanya dengan meminta melalui telepon, sementara dia begitu mulia di dalam
lingkungannya. Apakah Alkitab akan mengatakan
mereka sebagai orang-orang bejat? Jika ya, maka sang pemazmur
dan rasul Paulus sungguh keterlaluan dan sungguh picik.
Ikuti
saya dan terimalah lebih dahulu
pergumulan umum yang pasti berlangsung setiap kali seseorang membaca
bagian-bagian teks kitab suci orang Kristen ini.
Perjumpaan Yesus
Dengan Orang-Orang Baik Bumi
Dan
pada suatu saat di era Yesus, seorang yang sejak mudanya sangat terkenal dengan keagungan moralitasnya
berjumpa dengan Sang Kristus dalam sebuah dialog yang mencengangkan:
Markus
10:17-18 Pada waktu Yesus berangkat
untuk meneruskan perjalanan-Nya, datanglah seorang berlari-lari mendapatkan Dia
dan sambil bertelut di hadapan-Nya ia bertanya: "Guru yang baik, apa yang
harus kuperbuat untuk memperoleh hidup yang kekal?" Jawab Yesus: "Mengapa kaukatakan Aku baik? Tak
seorangpun yang baik selain dari pada Allah saja.
Ada apakah gerangan pada diri Yesus, sehingga berkata tak seorangpun yang baik? Bukankah ini termasuk pada seorang berlari-lari mendapatkan Dia?
Sekarang
perhatikan moralitas orang yang sedang bertanya kepada Yesus ini:
Markus
10:19 Engkau tentu mengetahui segala perintah
Allah: Jangan membunuh, jangan berzinah, jangan mencuri, jangan
mengucapkan saksi dusta, jangan
mengurangi hak orang, hormatilah
ayahmu dan ibumu!"
Markus
10:20 Lalu kata orang itu kepada-Nya: "Guru, semuanya itu telah kuturuti
sejak masa mudaku."
Apakah
anda melihat apa yang sedang saya lihat? Dan berapa kalipun saya membaca,
mempelajari dan merenungkannya, haruslah saya mengacungkan jempol kepada orang ini! Ia
sungguh-sungguh orang baik; ia bukan
orang bejat; ia menurut semua manusia normal akan berkata dengan segenap diri
tanpa keraguan yang bagaimanapun akan berkata ia tak pantas sama sekali untuk
dikatakan sebagai orang bejat dan orang yang tak berakal budi dan tak mencari
Allah.
Apakah
Yesus tak jauh berbeda dengan si
pemazmur dan rasul Paulus? Begitu bodohnya tak dapat membedakan manusia yang
jahat dan manusia yang baik.
Jika
anda meneruskan pembacaan percakapan itu, maka berakhir dengan amat menyedihkan
bagi orang tersebut, sebab ia harus
bersusah hati dan tidak mendapatkan pengakuan yang sepatutnya dari Yesus. Yesus
bahkan tak sama sekali memberikan sebuah pembenaran bahwa dengan apa yang
dimiliki atau telah dicapainya akan membuatnya dapat memperoleh hidup kekal,
selain harus mengikut Yesus [ Markus 10:21-23] !
Orang-orang
baik atau orang-orang bermoral unggul dan mulia senantiasa ada di sepanjang
sejarah kehidupan manusia. Bahkan Yesus
berjumpa dengan cukup banyak orang, sehingga perjumpaan Yesus dengan
orang-orang baik ini senantiasa melahirkan konflik. Konflik yang nanti diketahui bersumber dari “berdasarkan
standard siapakah baik dikatakan baik .”
Mengapa
orang-orang baik di bumi bisa ada? Rasul Paulus yang tadi berkata
“semua bejat dan tidak ada yang mencari Allah” malah menyingkapkannya dalam
sebuah cara yang menakjubkan. Perhatikan ini:
Roma
2:14 Apabila bangsa-bangsa lain yang
tidak memiliki hukum Taurat oleh dorongan diri sendiri melakukan apa yang dituntut hukum
Taurat, maka, walaupun mereka tidak memiliki hukum Taurat, mereka
menjadi hukum Taurat bagi diri mereka sendiri.
Roma
2:15 Sebab dengan itu mereka menunjukkan,
bahwa isi hukum Taurat ada tertulis di dalam hati mereka dan suara hati
mereka turut bersaksi dan pikiran mereka saling
menuduh atau saling membela.
Pada bangsa apapun
atau suku apapun di belahan dunia
manapun bisa lahir orang-orang yang berhati mulia, orang-orang
dengan nilai-nilai kemanusiaan yang
menakjubkan, orang-orang dengan nilai-nilai kemanusiaan yang dapat mendorong
dirinya sendiri pada berbagai macam bahaya kala membela kemanusiaan sesamanya!
Mengapa bisa demikian? Sebab Allah sendiri yang menuliskan isi hukum Taurat di
dalam hati mereka.
Tak heran dan tak
perlu ditakjubkan dan tak perlu menjadi dibingungkan anda pasti dapat menemukan
orang-orang yang tak beragama Kristen bahkan yang disebut sebagai ateis dapat
berbuat seperti orang muda yang berlari mendapatakan Yesus, tadi, bahwa ia:
-tidak
membunuh
-tidak
berzinah
-tidak
mencuri
-tidak
mengucapkan saksi dusta
-tidak
mengurangi hak orang lain
-sangat
menghormati orang tua atau leluhurnya
Sekarang, berdasarkan
hal ini, kita menjadi tahu bahwa baik Yesus Kristus, pemazmur dan rasul Paulus,
kala ketiganya berkata “tidak ada yang baik,” tidak sedang buta atau tidak
sedang kehilangan akal sehat. Mereka bahkan tahu sekali ada orang-orang yang
berkarakter mulia dan berkelakuan begitu agung.
Yesus bahkan kala
mengecam ahli-ahli Farisi, pada dasarnya sedang menunjukan bahwa mereka adalah
tokoh-tokoh masyarakat, teladan masyarakat dan sumber moralitas mulia bagi
kehidupan bermasyarakat. Perhatikan hal-hal berikut ini:
Matius
5:20 Maka Aku berkata kepadamu: Jika
hidup keagamaanmu tidak lebih benar dari pada hidup keagamaan ahli-ahli Taurat
dan orang-orang Farisi, sesungguhnya kamu tidak akan masuk ke dalam Kerajaan
Sorga.
Perhatikan bahwa
ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi ini tidak dikatakan sebagai orang-orang
jahat, namun tidak lebih benar! Lebih
benar dari apa? Kalau anda membaca selanjutnya, dari apa yang dikehendaki oleh
Yesus!
Berdasarkan singkapan-singkapan Yesus, maka beginilah
kualitas moralitas ahli-ahli Taurat dan
orang-orang Farisi saat itu:
►mereka
tidak pernah membunuh, atau bukan pembunuh [ bdk dengan Matius 5:20]
►
mereka tidak pernah berzinah [ bdk dengan Matius 5:27]
►
mereka mengasihi sesama manusia, selain kepada para penjahat [bdk Matius 5:44]
Saya sengaja memilih 3 poin dengan satu tujuan saja, untuk
menunjukan bahwa Yesus sendiri berjumpa dan menjumpai orang-orang yang
berkarakter baik, bukan bejat sama sekali dalam pandangan manusia.
Problemnya muncul
kala apa yang menurut manusia baik, mulia dan patut menjadi teladan, oleh
Yesus Kristus telah dinyatakannya sama
sekali tak patut dijadikan teladan kemuliaan dalam kehidupan ini. Itu terjadi
kala Yesus berkata:
►kepada
mereka yang tidak pernah membunuh itu: “Tetapi Aku berkata kepadamu: Setiap
orang yang marah terhadap saudaranya harus dihukum; siapa yang berkata kepada
saudaranya: Kafir! harus dihadapkan ke Mahkamah Agama dan siapa yang berkata:
Jahil! harus diserahkan ke dalam neraka yang menyala-nyala- Matius 5:22”
►kepada
mereka yang tidak pernah berzinah:” Tetapi Aku berkata kepadamu: Setiap orang
yang memandang perempuan serta menginginkannya, sudah berzinah dengan dia di
dalam hatinya. Maka jika matamu yang kanan menyesatkan engkau, cungkillah dan
buanglah itu, karena lebih baik bagimu jika satu dari anggota tubuhmu binasa,
dari pada tubuhmu dengan utuh dicampakkan ke dalam neraka- Matius 5:28-29”
►Kepada
mereka yang mengasihi sesama manusia dan mengorbankan dirinya menghadapi para
musuh: “Tetapi Aku berkata kepadamu: Kasihilah musuhmu dan berdoalah bagi
mereka yang menganiaya kamu. Karena dengan demikianlah kamu menjadi anak-anak
Bapamu yang di sorga, yang menerbitkan matahari bagi orang yang jahat dan orang
yang baik dan menurunkan hujan bagi orang yang benar dan orang yang tidak benar.-
Matius 5:44-45”
Ketika hal ini yang
dilakukan oleh Yesus, masih adakah manusia-manusia yang baik, yang bermoral,
yang menjadi teladan kemanusiaan dan moralitas? Di dalam dunia manusia, harus
dikatakan ada, karena memang, tadi, kita sudah melihat sendiri bahwa Allah
sendiri menuliskan isi hukum Taurat di dalam hati bangsa-bangsa lain.
Tetapi di dalam kekudusan Tuhan maka
tepat seperti yang diucapkan oleh Yesus Kristus, pemazmur dan rasul Paulus:
“semua telah bejat dan tidak ada seorangpun yang baik.”
Saat rasul Paulus
menuliskan bahwa “pada bangsa-bangsa lain pun Allah menuliskan isi hukum Taurat
pada hati manusia,” Paulus sendiri memberikan sebuah catatan yang sangat
krusial dalam perihal itu. Apakah itu? Bahwa “suara hati mereka turut bersaksi
dan pikiran mereka saling menuduh atau saling membela.” Menunjukan bahwa
sekalipun hukum moralitas Allah ada di dalam hati manusia, pada faktanya manusia tidak dapat senantiasa
menghormatinya; isi hukum Taurat itu bukan berjalan sebagai sebuah yang
bertakhta di dalam diri manusia itu, melainkan
hasrat-hasrat manusia itu kerap menentang hukum kudus Allah.
Antara diri manusia,
siapapun dia, tak akan mengalami sebuah perdamaian abadi dengan
kehendak-kehendak Allah.
Pada poin ini, jelas
nampak bahwa “manusia baik dan manusia yang tidak bejat” bagi Allah bukan
sekedar buah-buah kebaikan atau buah-buah moralitas.
Saat Yesus berkata
“tidak ada yang baik,” Ia memasukan Allah sebagai dasar penentuannya. Jadi apa
yang dinyatakan Allah terhadap fenomena-fenomena adalah sebuah kebenaran.
Sekalipun fenomenanya tak terbantahkan ia adalah manusia yang baik dan berhati
mulia. Ketika Yesus berkata “jika hidup
keagamaanmu tidak lebih benar” maka fenomenanya, Yesus sedang berhadapan dengan
sebuah kepemimpinan agama atau kepemimpinan moralitas oleh
sekelompok pemimpin agama yang memang
memberikan teladan bernilai sangat baik,
pada fenomenanya.
Manusia hanya dapat
menilai atau menghakimi kemanusiaan
manusiaNYA pada apa yang dapat diamati oleh manusia, sementara penghakiman Allah
bukan dimulai dari fenomenanya tetapi apakah sumber fenomena itu? Sucikah atau
murnikah tanpa sebuah kecacatan yang bagaimanapun. Jika Paulus mengungkapkan
sumber atau mata air fenomena itu adalah “suara hati mereka turut bersaksi dan
pikiran mereka saling menuduh atau saling membela” maka jelas bukan bersumber
dari sebuah kemuliaan namun sebuah kecemaran. Manusia pada faktanya tidak
pernah lepas dari sebuah ketakmurnian
didalam moralitasnya. Mengapa Yesus berkata kepada yang tak berzinah, misal
sebagai salah satu perihal yang diangkat Yesus, berkata “tetapi aku berkata”
yang kandungannya menyelami apa yang
terjadi di dalam kedalaman jiwa manusia? Karena Yesus sedang menunjukan bahwa
apa yang dikehendaki oleh Yesus bukan sekedar fenomena perbuatan baik dan
kebaikan hati belaka, namun kekudusan!
Mengapa kekudusan?
Sebab oleh satu pelanggaran saja, Yesus sudah berbicara mengenai kematian kekal
sebagai konsekuensinya: Neraka!
Ini tak lazim bagi
dunia manusia untuk membicarakan neraka hanya karena sebuah kesalahan. Apa yang tak digubris manusia
adalah sumber moral itu sendiri.
Punyakah manusia
sumber moral pada dirinya sendiri? Jelas tidak! Saat Paulus menyatakan” pada
bangsa-bangsa lain Allah menuliskan isi hukum Taurat” telah menunjukan bahwa
sumber moralitas manusia datang dari Allah. Jika manusia memiliki pada dirinya
sendiri maka tentu saja pada dasarnya manusia itu kudus adanya.
Itu sebabnya Paulus
menyatakan di hadapan Allah,dengan demikian, apa yang dijumpai adalah semua
manusia: berdosa. Perhatikan hal ini:
Roma
2:14 Sebab semua orang yang berdosa tanpa hukum Taurat akan binasa tanpa hukum
Taurat; dan semua orang yang berdosa di bawah hukum Taurat akan dihakimi oleh
hukum Taurat.
Dengan hukum Taurat
dan tanpa hukum taurat menunjukan sebuah keuniversalan keadaan manusia yang tak
memiliki moralitas Allah atau tak memiliki kehendak kudus Allah yang berdiam di
dalam diri manusia.
Dan memang keadaan
manusia sejak peristiwa kejatuhan manusia
di Eden, mengalami masalah begitu raksasa untuk ditanganinya: relasi dengan
Allah. Bahkan memburuk:
Kejadian
6:3 Berfirmanlah TUHAN: "Roh-Ku tidak akan selama-lamanya tinggal di dalam
manusia, karena manusia itu adalah daging
Sementara Roh Allah tak
lagi di dalam manusia, maka apa yang
masih Tuhan tetap sediakan adalah hati nurani yang masih dapat mengenali
kehendak kudus Allah melalui kandungan hukum Taurat yang dituliskan Allah.
Namun hal itu tidak menunjukan bahwa dengan manusia memiliki terang yang
bercahaya begitu kemilau. Tidak sebab, sangat bergantung pada kemampuan manusia
itu untuk mau mematuhi siapa. Apakah
mematuhi kehendak Allah atau kehendak Iblis.
Yesus
mengenai realita manusia berkata:
Yohanes
3:19 Dan inilah hukuman itu: Terang telah datang ke dalam dunia, tetapi manusia
lebih menyukai kegelapan dari pada terang, sebab perbuatan-perbuatan mereka
jahat.
Manusia lebih
menyukai kegelapan daripada terang. Benarkah demikian? Apakah benar ada manusia
lebih menyukai dirinya menjadi bandit, menjadi pembunuh, menjadi penipu,
menjadi koruptor? Berangkali ada yang akan berkata tidak, namun ada yang
berkata itu saya lakukan karena keadaan
atau kealpaan semata.
Tetapi pada teks
firman ini, Yesus sedang berbicara sebuah perbuatan jahat yang melampaui
kejahatan manusia itu sendiri:
Yohanes
3:20-21 Sebab barangsiapa berbuat jahat, membenci terang dan tidak datang
kepada terang itu, supaya perbuatan-perbuatannya yang jahat itu tidak nampak;
tetapi barangsiapa melakukan yang benar, ia datang kepada terang, supaya
menjadi nyata, bahwa perbuatan-perbuatannya dilakukan dalam Allah."
Apakah
perbuatan jahat itu?
Perbuatan jahat
adalah: membenci terang dan tidak datang kepada terang itu.
Apakah
perbuatan baik itu?
Perbuatan baik
adalah: datang kepada terang itu
Mengapa terang ini
menjadi standard penentuan apakah seseorang berbuat baik atau berbuat jahat?
Perhatikan hal berikut ini:
Yohanes
1:1 Pada mulanya adalah Firman; Firman itu bersama-sama dengan Allah dan Firman
itu adalah Allah.
Yohanes
1:14 Firman itu telah menjadi manusia
Yohanes
1:4-5 Dalam Dia ada hidup dan hidup itu adalah terang manusia. Terang itu
bercahaya di dalam kegelapan dan kegelapan itu tidak menguasainya.
Yohanes Pembaptis
menyatakan sebuah realita yang begitu global atas dunia manusia dan apa yang
dilakukan oleh Yesus atas realita
tersebut:
Yohanes
1:9 Terang yang sesungguhnya, yang menerangi setiap orang, sedang datang ke
dalam dunia.
Mengapa Yesus
dikatakan menerangi setiap orang? Apakah ada kegelapan sedang meliputi semua
manusia? Perhatikan berikut ini:
Yohanes
1:5 Terang itu bercahaya di dalam kegelapan dan kegelapan itu tidak
menguasainya.
Rasul Yohanes
menyatakan bahwa semua manusia berada di dalam kegelapan, sebagaimana Yesus:
Yohanes
8:12 "Akulah terang dunia; barangsiapa mengikut Aku, ia tidak akan
berjalan dalam kegelapan, melainkan ia akan mempunyai terang hidup."
Dunia ini adalah
kegelapan belaka tanpa Yesus!
Sehingga saat Yesus berkata dalam Yohanes 3:21 "
ia datang kepada terang, supaya menjadi nyata, bahwa perbuatan-perbuatannya
dilakukan dalam Allah," apa yang dimaksudnya sebagai perbuatan-perbuatan baik harus berelasi begitu ketat dengan Allah. Jikalau manusia-manusia itu tidak datang kepada
terang maka pada hakikatnya manusia itu adalah manusia-manusia kegelapan yang
tak memiliki sumber suci pada hati nuraninya yang melahirkan perbuatan-perbuatan
baik. Hanya jika manusia itu datang kepada terang yaitu Kristus saja, maka ia
berada di dalam Allah yang akan menjadi sumber kudus perbuatan-perbuatan baik.
Pada dasarnya, apa yang dilakukan oleh terang kala ia
merengkuh seorang manusia ke dalam haribaan-Nya, maka Ia melakukan hal teramat
fundamental pada manusia itu. Tanpa
hal fundamental itu tak mungkin “
didalam Allah.” Perhatikan hal berikut ini:
Yohanes
1:12 Tetapi semua orang yang menerima-Nya diberi-Nya kuasa supaya menjadi
anak-anak Allah, yaitu mereka yang percaya dalam nama-Nya;
Datang kepada terang
pada hakikatnya bukan “saya
mempercayainya” atau “saya memutuskan dan mendatangi Yesus sebagai Juruselamatku.” Pada hakikatnya
datang kepada terang adalah Allah memberikan kuasa kepadanya supaya menjadi
anak-anak Allah.
Peristiwa menjadi
anak-anak Allah adalah jantung kebenaran peristiwa berimannya seseorang kepada
Yesus. Ini betul-betul sebuah tindakan Allah yang penuh kuasa dan berdaulat
bukan hanya berkehendak namun berdaulat dalam mewujudkannya:
Yohanes
1:13 orang-orang yang diperanakkan bukan dari darah atau dari daging, bukan
pula secara jasmani oleh keinginan seorang laki-laki, melainkan dari Allah.
Hanya menjadi
anak-anak Allah saja maka barulah seorang manusia MEMILIKI KUASA untuk melakukan perbuatan-perbuatan baik
didalam Allah atau didalam terang. Sehingga kebenarannya adalah:
dilahirkan oleh Allah adalah syarat mutlak agar seorang manusia dapat melakukan
perbuatan benar didalam Allah, bukan sebaliknya. Orang Kristen tidak mengejar
perbuatan.
Yesus berbicara
mengenai perbuatan-perbuatan. Tentu saja perbuatan baik, sebab pada saat yang sama di dalam Yohanes 3:21 Ia
membicarakan 2 hal kontradiktif: berbuat jahat dan melakukan yang benar. Namun
perhatikan, saat Ia membicarakan “berbuat jahat” maka konsentratnya sangat
tunggal: membenci terang dan tidak datang kepada Yesus. Mengapa acuanya begitu
tunggal pada Yesus? Sebabnya ada 2 hal menurut
injil Yohanes:
►Pertama:
Yesus adalah terang yang menerangi setiap manusia yang berada didalam kegelapan
►Kedua:
Yesus adalah sumber penanggulangan dosa manusia atau yang membasuh manusia dari
kecemaran yang tak terhapuskan olehnya sendiri [Yohanes 1:29]
Menolak atau membenci
Yesus entah dalam cara santun atau kasar atau secara kekerasan, bagi Yesus
adalah berbuat jahat. Karena Yesus saja yang menjadi sumber bagi manusia untuk
dapat kembali berbuat baik di dalam Allah. Dengan kata lain, Yesus saja yang
menjadi sumber bagi manusia untuk dapat mempersembahkan segenap dirinya sebagai
sebuah persembahan yang harum dan berkenan dihadapan Allah:
Roma
12:1 Karena itu, saudara-saudara, demi kemurahan Allah aku menasihatkan kamu, supaya
kamu mempersembahkan tubuhmu sebagai persembahan yang hidup, yang kudus
dan yang berkenan kepada Allah: itu adalah ibadahmu yang sejati.
Di dalam Allah
perbuatan baik seorang Kristen pada dasarnya adalah ibadah paling sejati, sebab
didalam Allah saja anda bisa berlaku
secara total menjadi anak-anak-Nya yang dikenal melalui perilaku-perilakunya.
Pada anak-anak Allah
saat membicarakan perbuatan-perbuatan baik tak pernah lepas dari kelahirannya
sebagai anak-anak Allah, dengan kata lain tak pernah dibicarakan sebagai milik
diri sendiri yang dihasilkannya sendiri:
Roma
12:3 Berdasarkan
kasih karunia yang dianugerahkan kepadaku, aku berkata kepada setiap
orang di antara kamu: Janganlah kamu memikirkan hal-hal yang lebih tinggi dari
pada yang patut kamu pikirkan, tetapi hendaklah kamu berpikir begitu rupa,
sehingga kamu menguasai diri menurut ukuran iman, yang dikaruniakan Allah
kepada kamu masing-masing
Roma
12:8 jika
karunia untuk menasihati,
baiklah kita menasihati. Siapa yang membagi-bagikan
sesuatu, hendaklah ia melakukannya dengan hati yang ikhlas; siapa yang memberi pimpinan, hendaklah ia
melakukannya dengan rajin; siapa yang menunjukkan
kemurahan, hendaklah ia melakukannya dengan sukacita.
Semua kebaikan atau
kemuliaan hati yang terwujud di dalam praktik manusia, senantiasa akan
dikatakan sebagai kasih karunia! Mengapa? Karena pada dasarnya, tadi di awal
bagian ini, hati nurani manusia itu bukan sumber suci Allah.
Bagaimana saya dan anda dapat menguasai diri? Berdasarkan ukuran iman yang dikaruniakan
Allah kepada saya dan anda.
Maka segala nasihat,
apapun bentuknya juga lahir berdasarkan kasih karunia. Dalam hal ini jelas
sebagaimana Paulus berkata “berdasarkan kasih karunia yang dianugerahkan kepadaku.”
Kasih karunia yang
bekerja dalam diri Pauluslah yang melahirkan nasihat-nasihat semacam ini:
►Roma 12: 10
Hendaklah kamu saling mengasihi sebagai saudara dan saling mendahului dalam
memberi hormat.
►Roma 12:11 Hendaklah
kamu saling mengasihi sebagai saudara dan saling mendahului dalam memberi
hormat.
►Roma 12:12
Bersukacitalah dalam pengharapan, sabarlah dalam kesesakan, dan bertekunlah
dalam doa!
►Roma 12:13 Bantulah
dalam kekurangan orang-orang kudus dan usahakanlah dirimu untuk selalu
memberikan tumpangan!
►Roma 12:14
Berkatilah siapa yang menganiaya kamu, berkatilah dan jangan mengutuk!
►Roma 12:15
Bersukacitalah dengan orang yang bersukacita, dan menangislah dengan orang yang
menangis!
►Roma 12:17
Bersukacitalah dengan orang yang bersukacita, dan menangislah dengan orang yang
menangis!
►Roma 12:19
Saudara-saudaraku yang kekasih, janganlah kamu sendiri menuntut pembalasan,
tetapi berilah tempat kepada murka Allah, sebab ada tertulis: Pembalasan itu adalah
hak-Ku. Akulah yang akan menuntut pembalasan, firman Tuhan.
►Roma 12:20 Tetapi,
jika seterumu lapar, berilah dia makan; jika ia haus, berilah dia minum! Dengan
berbuat demikian kamu menumpukkan bara api di atas kepalanya.
Roma 12:21 Janganlah
kamu kalah terhadap kejahatan, tetapi kalahkanlah kejahatan dengan kebaikan!
Jika semua deret
nasihat-nasihat panjang ini lahir berdasarkan kasih karunia yang bekerja di
dalam diri Paulus, lalu, pada sisi
penerima nasihat itu, bagaimanakah melakukannya? Maka sebagaimana Paulus tadi
menjelaskannya: menurut ukuran iman, yang dikaruniakan Allah kepada kamu
masing-masing.”
Jika bukan karena
karunia dapat melakukannya, maka tidak akan genap apa yang telah
dikatakan oleh Yesus dalam Yohanes 3:21 “melakukan perbuatan-perbuatan di dalam
Allah.”
Mengapa Alkitab
berkata “semua manusia bejat, tak seorangpun yang baik” karena tak ada satupun
manusia yang berada di dalam Allah. Tak ada lagi manusia yang memiliki Roh
Allah pada dirinya. Dan sekalipun memang ada kebaikan-kebaikan mulia pada
orang-orang di sekitar kita, baik tokoh atau rakyat biasa yang bahkan
melakukannya didalam ketakberpunyaannya, itu sama sekali tak menunjukan ia
berada didalam Allah. Itu hanya menunjukan bahwa di dalam hatinya ada
terkandung isi hukum Taurat.
Mengatakan dan
mengajarkan bahwa “Walaupun mereka tidak menerima Yesus tetapi memperlakukan
sesamanya secara benar. Mereka akan diperkenan masuk dunia yang akan datang”
sungguh sesat dan menyesatkan jika diajarkan dan disebarluaskan. Itu menjaring banyak
jiwa untuk masuk ke dalam Kristen yang sama sekali bermata airkan pada Kristus
yang lain atau semata-mata pada pemikiran manusia. Manusia boleh terpesona
dengan kebaikan dan keluhuran orang-orang hebat. Itu sehat dan sangat bagus
bagi kemanusiaan dan peradaban manusia itu sendiri, namun sama sekali tak
menunjukan sama sekali bahwa manusia tersebut sangat dekat dengan Allah, selain
membuktikan di dalam hatinya ada tertulis isi hukum Taurat. Dan dalam hal itu
pun, hanya akan menunjukan bahwa pada dasarnya setiap manusia dibawah murka
Allah:
Roma
4:15 Karena hukum Taurat membangkitkan murka,
Bersambung ke
“Tinjauan Pengajaran Pdt. Dr.Erastus Sabdono “Keselamatan Diluar Kristen”(3P-4b):“Tidak Ada Keselamatan Di Luar Kristen Tetapi Ada Keselamatan Di Luar
Kristen”
AMIN
Segala
Pujian Hanya Kepada TUHAN
The
cross
transforms
present criteria of relevance: present criteria of relevance do not transform
the
cross
[oleh
seorang teolog yang saya lupa namanya]
No comments:
Post a Comment