“Keselamatan
Kristus Juga Untuk Mereka Yang Tak Beriman Kepada-Nya”
Oleh: Martin Simamora
Bacalah
lebih dulu bagian 3Q-1
Didalam semua injil
dan juga pada keseluruhan pengajaran Yesus Kristus yang diteruskan oleh para rasul [Matius 28:20], akan senantiasa
dijumpai perintah-perintah atau instruksi-instruksi yang merupakan sabda Sang
Kristus untuk dilakukan. Untuk ditaati dan dilakukan oleh siapa? Hanya oleh
mereka yang memiliki relasi. Penekanan
ini penting, sepenting bagaimana Yesus sendiri senantiasa melandaskan setiap
perintah-perintah-Nya pada sebuah fondasi tunggal yang dibangun-Nya sendiri:
Dirinya sendiri. Mengapa demikian? Pertama-tama dan satu-satunya: karena Yesus
sendiri menyatakan bahwa di luar dirinya tak ada apapun yang dapat diperbuat
oleh seorang manusia sekalipun mengaku murid Kristus [Yohanes 15:5,8].
Jadi, kita,segera,
akan melihat bahwa setiap orang yang mengikut Yesus sudah sepatutnya
mengarahkan telinga dan perbuatannya kepada apa yang dikehendaki Kristus, di
dalam setiap perintahnya pasti berdiam kehendak Bapa[Yohanes
12:49-50]. Saat pendeta Dr. Erastus Sabdono mengutip Yohanes
14:15,21,23,24 yang diperlakukan sebagai sebuah usaha manusia beriman untuk berkenan pada
kekuatannya sendiri dan mengisolasi
berusaha berkenan sebagai tanpa keterhubungan dengan Kristus
sehingga menjadi dasar bagi yang tak
beriman kepada Kristus dapat masuk ke dalam kekekalan hidup [bukan
penghukuman]: “Walaupun mereka tidak menerima Yesus tetapi memperlakukan
sesamanya secara benar. Mereka akan diperkenan masuk dunia yang akan datang.”
Apakah Yesus pada
Yohanes 14:15,21,23,24 memang mengajarkan sebagaimana pendeta Dr. Erastus
Sabdono imani dan ajarkan?
Semua Perintah atau Instruksi
Yesus Lahir dan Bertumbuh Didalam Relasi Dirinya Dengan Yang Dikasihi-Nya
Kalau pendeta Dr.
Erastus Sabdono mengutip:
►Jikalau
kamu mengasihi Aku, kamu akan menuruti segala perintah-Ku.- Yoh 14:15
maka ia pun
berkewajiban untuk setidak-tidaknya mengutip:
►Aku
akan minta kepada Bapa, dan Ia akan memberikan kepadamu seorang Penolong yang
lain, supaya Ia menyertai kamu selama-lamanya – Yoh 14:16
perintah “jikalau
kamu mengasihi Aku, kamu akan menuruti segala perintah-Ku” bukanlah sebuah
sabda yang legalistik atau setidak-tidaknya
belaka sebab dan akibat . Mengasihi Yesus adalah sumber ketaatan pada segala apa yang
dimintakan-Nya untuk dilakukan. Apa yang harus dicamkan adalah, mengasihi Yesus itu
sendiri adalah sebuah relasi yang tak bisa diciptakan oleh sebuah paksaan, seperti
halnya mencintai siapapun dan apapun tak mungkin sebuah paksaan apalagi hal legalistik. Pada poinnya,
Kristus menunjukan secara gamblang bahwa kasih atau mengasihi Kristus itu sendiri melahirkan sebuah
kehidupan atau hasrat-hasrat yang melahirkan perbuatan-perbuatan
penuh energi atau semangat atau penuh dedikasi yang bukan menggebu-gebu sesaat lamanya namun memekarkan ketekunan atau kesetiaan. Tetapi jelas sekali, Kristus bukan sedang membicarakan cinta atau mengasihi yang pada umumnya
dapat dilahirkan oleh dunia ini, dan ia sendiri bukan sedang membicarakan
relasi mencintai pada umumnya anak
manusia dunia ini, sekalipun ia berkata "jikalau kamu mengasihi Aku.”
Apa yang Yesus sedang
tunjukan adalah: permulaan bagi setiap orang percaya untuk menuruti
perintah-Nya terletak pada relasi antara diri-Nya dan orang percaya itu.
Sehingga mengasihi diri-Nya adalah sentral yang begitu megah dan berkuasa untuk
melahirkan kehidupan melakukan segala perintah-Nya. Jelas sekali, Yesus sangat
percaya bahwa mustahil bagi manusia menuruti atau melakukan segala perintah-Nya
tanpa sebuah relasi yang begitu intim dan begitu mesra, sebaliknya Yesus sangat
percaya pasti terjadi bagi manusia untuk menuruti atau melakukan segala
perintah-Nya, hanya jika di dalam sebuah relasi yang begitu intim dan begitu
mesra.
Yesus dengan
demikian, hendak menunjukan bahwa natur seorang yang memiliki relasi dengan
diri-Nya adalah mendengarkan dan melakukan atau mematuhi atau menaati segala
perintah-Nya. Yesus begitu percaya bahwa kasih Allah yang begitu besar [Yohanes
3:16] memiliki kuasa cinta ilahi yang
akan membuat manusia-manusia yang dikasihi-Nya sebagai kepunyaan-Nya. Bahwa
mereka yang berada di dalam relasi yang demikian adalah milik-Nya yang
melakukan segala apapun yang dikehendaki oleh pemilik-Nya. Perihal ini
memang benar adanya bahkan sangat presesi, sebab hal ini pun lahir
didalam doa [Yohanes 17:1] Sang Kristus bagi para murid-Nya :
►Aku telah menyatakan nama-Mu kepada semua
orang, yang Engkau berikan
kepada-Ku dari dunia. Mereka itu milik-Mu
dan Engkau telah memberikan mereka kepada-Ku dan mereka telah menuruti firman-Mu- Yoh 17:6
Satu hal harus secara
cermat dipahami. Bahwa menuruti perintah dan instruksi Yesus sebagaimana memang
Ia kehendaki untuk dilakukan, memang
harus dilakukan, dikerjakan, diperbuat. Bukan didiamkan, dipandang rendah,
ditakar tak ada nilainya bagi dirimu atau diriku. Mengapa tak boleh sama sekali
dipandang demikian? Karena setiap kali anda menakarkan atau mengukurkan
kepatuhan untuk melakukan atau tak melakukan berdasarkan pada
penakaran-penakaran dan pengukuran-pengukuranmu, maka tepat pada saat itu
dilakukan, telah menunjukan bahwa memang anda tak memiliki sama sekali relasi kasih
yang dibangunkan oleh Kristus di dalammu. Kesadaran untuk ini pun mustahil terbangun! Ini sebuah tragedi
bagi setiap orang yang mengaku mengasihi Tuhan,tetapi setiap kali memandang
pada perintah Tuhan kita, dirinyalah yang menjadi hakim atas perintah-perintah itu.
Perintah-perintah-Nya, pasti tidak akan pernah membuat kasih karunia itu
sia-sia, sebab mustahil Ia menghina dirinya sendiri. Bukankah Ia adalah sang
Juruselamat yang hadir dan menjangkau siapapun hanya berdasarkan kasih karunia
Bapa?
Pun pada sisi lain,
setiap tindakan melakukan perintah-perintah Yesus tak akan pernah berlangsung
tanpa sebuah relasi terlebih dahulu dilabuhkan oleh Yesus didalammu. Mengapa? Karena asal-usulmu sehingga berada didalam dekapan kasih Yesus, datang dari
tindakan Bapa yang menyerahkan dirimu ke dalam tangan Yesus. Pada hakikatnya
anda adalah milik Bapa, bukan milikmu sendiri. Anda milik Kristus, terikat pada
dirinya oleh Bapa untuk memiliki kehidupan dari Bapa. Sebagaimana Yesus melakukan segala kehendak Bapa,
demikianlah anda diberikan sebuah kehidupan yang berlandaskan pada relasi kasih
yang dimiliki Anak dengan Bapa. Karena kasih maka Anak melakukan apa yang
dikehendaki Bapa. Bukankah hal ini secara
persis adalah relasi yang Yesus bangunkan kepada setiap murid-murid-Nya?
Perhatikanlah hal ini:
►Yohanes 15:9 Seperti Bapa telah mengasihi
Aku, demikianlah
juga Aku telah mengasihi kamu; tinggallah di dalam kasih-Ku itu.
Perhatikan! Bagaimana
anda dan saya dapat tinggal di dalam kasih Yesus itu? Hanya jika Yesus telah
mengasihi saya dan anda dalam sebuah
kasih yang begitu agung dan mulia dan telah berlangsung sejak kekekalan:
seperti Bapa telah mengasihi Aku [bandingkan dengan Yohanes 1:1,14 untuk
mengetahui mengapa relasi ini berlangsung sejak kekekalan].
Mengapa Yohanes 14:15
pada dasarnya menunjukan hakikat orang yang memiliki kasih Kristus, bukan
menunjukan sebuah perintah legalistik belaka dan tanpa relasi kasih pada Yesus yang diimani sebagai
juruselamat dan Tuhan? Rasul Yohanes
sebagai penulis Injil Yohanes, telah
memberikan penjelasan yang luar biasa didalam epistelnya sendiri:
►1Yohanes 4:10 Inilah kasih itu: Bukan
kita yang telah mengasihi Allah, tetapi Allah yang telah
mengasihi kita dan yang telah mengutus Anak-Nya sebagai pendamaian
bagi dosa-dosa kita.
“Jikalau engkau mengasihi-Ku” pada Yohanes 14:15 dengan demikian
sangat terlarang untuk dimaknai sebagai diri sendiri yang berjuang untuk
mengasihi Tuhan, bahwa kasih adalah sebuah upaya manusia untuk mendorong kasih
didalam dirinya untuk tertuju kepada Kristus. Tidak demikian maksudnya,
sebab baik Tuhan Yesus dan rasul Yohanes telah berkata demikian:
►Pertama:
Yesus berkata “seperti Bapa telah
mengasihi Aku, demikianlah juga aku telah mengasihi kamu.”
►Kedua:
Rasul Yohanes menyatakan kebenaran ilahi: Bukan kita yang telah mengasihi
Allah, tetapi Allah yang telah mengasihi kita
Dengan demikian, pada
hakikatnya, mencintai sebagaimana yang
sedang Yesus bicarakan dan yang sedang diajarkan oleh rasul Yohanes berdasarkan
ajaran Yesus itu adalah cinta yang mustahil bagi manusia.
Bukan! Bukan saya
hendak mengatakan bahwa saya dan anda seperti manusia yang begitu tengiknya
sampai-sampai tak sedikitpun memiliki cinta dan keinginan untuk dicintai! Bukan
itu, tetapi Yesus!
Yesus sedang
membicarakan sebuah mencintai yang hanya ada di sorga! Perkataan Yesus yang
berkata “seperti Bapa telah mengasihi Aku.” Siapa manusia yang dapat
melakukan apa yang Bapa lakukan? Siapa yang memiliki Kasih Bapa yang begitu
berkuasa dan bekerja pada diri Yesus sebagai akibat cinta-Nya kepada Yesus, seperti
yang Yesus deklarasikan:
►Yohanes 5:20 Sebab Bapa
mengasihi Anak dan Ia
menunjukkan kepada-Nya segala
sesuatu yang dikerjakan-Nya sendiri, bahkan Ia akan menunjukkan kepada-Nya pekerjaan-pekerjaan yang lebih besar lagi dari pada
pekerjaan-pekerjaan itu, sehingga kamu menjadi heran.
Relasi kasih antara
Bapa dan Anak yang demikian, siapa yang dapat melakukannya? Bapa Sang Pencipta
alam semesta dan segala apapun yang dapat dipahami dan tak dapat dipahami, oleh
manusia; yang dapat dilihat dan tak dapat dilihat, oleh manusia; yang dapat juga
didambakan dan tak dapat didambakan, oleh manusia, mencintai Yesus
yang pada mula-Nya adalah Firman yang bersama-sama dengan Allah dan adalah
Allah [ Yohanes 1:1-2].
Sebagaimana Bapa
mengasihi Anak, demikian juga Anak mengasihi saya anda. Kita telah menerima
sebuah cinta yang:
■kekal
■penuh
kuasa yang kekal
Siapa
yang dapat mengukur kekuatan kasih yang
demikian, dan adakah ukuran-ukuran pada
relung hati manusia yang paling penuh dengan kasih dapat menjamahnya
tanpa menjadi begitu dipermalukan, sebab pada
hakikatnya, kasih yang demikian adalah:
■mahakudus!
Mengapa Yohanes 14:15 juga bukan
mengasihi yang dapat diperjuangkan manusia dan bukan sedang ditujukan pada
aktifitas cinta yang lahir dari dalam relung jiwa manusia adalah ini:
►Yohanes 15:10 Jikalau
kamu menuruti perintah-Ku, kamu akan tinggal di dalam kasih-Ku,
seperti
Aku menuruti perintah Bapa-Ku
dan tinggal di dalam kasih-Nya.
Ini bukan mencintai atau mengasihi Yesus seperti bagaimana mengasihi atau mencintai itu berkerja di
dalam manusia-manusia dunia ini. Ukuran yang dikemukakan Yesus pada “menuruti
perintah-Ku” adalah seperti Aku menuruti Bapa-Ku.
Ini sama sekali asing dan sama sekali
tak terjangkau. Jika dikatakan, meneladani Yesus adalah melakukan apapun yang
dilakukan oleh Yesus, maka ini merupakan masalah yang teramat raksasa. Saya katakan
ini, bukan karena saya dan anda saat ini
hidup di zaman yang begitu jauh dari era Yesus mengajarkan ini. Apakah
anda pikir saat Yesus berkata “seperti Aku menuruti Bapa-Ku” bukan problem
dahsyat bagi semua orang dan bahkan pada murid-murid Yesus? Mari saya tunjukan
pada anda, bahwa peneladanan, jika saya menggunakan kata yang akan segera
absurd kala ini diaplikasikan pada maksud Yesus-sebab mustahil beroperasi,
yang sedang Yesus sedang tunjukan
mengalami masalah yang begitu keras bagi siapapun telah bermula pada
“Bapa-Ku.” Tak ada orang yang akan pernah dapat melihat Bapa dan tahu akan keberadaan Bapa sehingga memang bisa mempraktikan pada dirinya sendiri untuk “menuruti perintah Yesus, seperti Yesus
menuruti perintah Bapa-Nya.” Semua orang punya problem abadi terkait Bapa.
Apakah itu? Mari saya tunjukan kepada anda:
■Pertama:
problem pada para murid
Yohanes
14:8 Kata Filipus kepada-Nya: "Tuhan, tunjukkanlah Bapa itu kepada
kami, itu sudah cukup bagi kami."
Yohanes
14:9 Kata Yesus kepadanya: "Telah sekian lama Aku bersama-sama kamu,
Filipus, namun engkau tidak
mengenal Aku? Barangsiapa telah
melihat Aku, ia telah melihat
Bapa; bagaimana engkau berkata: Tunjukkanlah Bapa itu kepada kami.
■Kedua:
problem pada orang banyak
Yohanes
5:37 Bapa yang mengutus Aku,
Dialah yang bersaksi tentang Aku. Kamu tidak pernah mendengar
suara-Nya, rupa-Nyapun tidak pernah kamu lihat,
Dengan demikian, meneladani Yesus
Kristus, seperti halnya juga dengan “jikalau engkau mengasihi-Ku” bukan sama
sekali kemampuan pada diri manusia untuk membangun sebuah peneladanan pada atau
berlaku seturut yang diperintahkan dan
dikehendaki Yesus. Anda tak mungkin mengabaikan ukuran yang dikehendaki
oleh Yesus terkait peneladanan dirinya: “Jikalau
kamu menuruti perintah-Ku seperti
Aku menuruti perintah Bapa-Ku,” kecuali peneladanan yang anda ajarkan dan
lakukan adalah sebuah peneladanan yang palsu dan tak diakui oleh Yesus, sebab
sekalipun terlihat begitu mulia namun begitu luncas pada keselarasan dengan
kehendak Yesus itu!
“Jikalau kamu mengasihi Aku, kamu akan
menuruti segala perintah-Ku”,dengan demikian, sebagaimana maksud Yesus
adalah sebuah hakikat manusia yang berada didalam Kristus, sebab tak ada yang
dapat mengasihi Yesus sebagaimana Bapa mengasihi Anak yang merupakan dasar Anak
mengasihi anda. Mustahil anda dapat memberikan kasih yang sama kepada Yesus,
selain sebuah kasih sampah jikalau itu adalah upaya mengasihi dari jiwamu
sendiri. Jika peneladanan pada Yesus adalah jantung keselamatan atau
jalan keselamatan bagi manusia, maka memang manusia yang harus berusaha
untuk meneladani Yesus agar selamat. Namun dengan memperhatikan kehendak Yesus
pada penurutan segala firman-Nya oleh saya dan anda, seperti Ia menuruti
kehendak Bapa, di sinilah kemustahilannya. Ini adalah kemustahilan pada natur
yang dikehendaki Yesus, bukan sama sekali sedang meremehkan aspek dan nilai
tinggi manusia sebagai ciptaan Allah yang masih tetap memiliki gambar Allah
pada dirinya, walau telah serusak apapun!
Pada akhirnya, memang demikianlah yang
Yesus hendak tegaskan dan tunjukan. Manusia bukanlah sumber relasi itu, manusia
adalah ia yang dikasihi-Nya didalam relasi itu; Manusia bukanlah pembangun
relasi itu, Kristuslah kreator relasi itu untuk setiap orang yang dikasihi Bapa
sehingga ditempatkannyalah manusia yang
dicintainya itu kedalam haribaan kasih Kristus. Begitu sentralnya Bapa di dalam “jikalau kamu mengasihi Aku, kamu akan menuruti perintah-Ku” maka Kristus meminta
kepada Bapa untuk memastikan manusia-manusia yang dikasihi-Nya
itu tidak akan pernah menjadi sumber kekuatan
untuk mengasihi dirinya, sebalik-Nya Yesus telah memastikan, bahwa
setelah kepergiannya meninggalkan murid-murid-Nya, maka satu yang seperti
dirinya akan menjadi sentral dan penopang atau pemelihara
atau penjaga
relasi yang telah dibangun oleh Yesus.
Dia adalah Roh Kudus yang memelihara relasi itu selama kepergian Yesus:
►Yohanes 14:16-18 Aku akan minta kepada Bapa,
dan Ia
akan memberikan kepadamu seorang
Penolong yang lain, supaya Ia menyertai
kamu selama-lamanya, yaitu Roh Kebenaran. Dunia tidak dapat menerima Dia,
sebab dunia tidak melihat Dia dan tidak mengenal Dia. Tetapi kamu
mengenal Dia, sebab Ia
menyertai kamu dan akan diam di dalam kamu. Aku tidak akan
meninggalkan kamu sebagai yatim piatu. Aku datang kembali kepadamu.
Yesus di sini memberikan sebuah
kondisi final relasi “jikalau kamu
mengasihi Aku, kamu akan menuruti perintah-Ku” adalah hakikat kehidupan yang bertumbuh atau hidup didalam
setiap orang yang berada didalam relasi yang diciptakan-Nya. Relasi semacam ini
mutlak ada, agar orang percaya dapat tetap memiliki hakikat kehidupan yang
bertumbuh atau hidup, sebuah corak
kehidupan yang ilahi sebab mengasihinya adalah melakukan segala perintah-Nya.
Di dalam relasi semacam ini, telinga dan segenap diri melayani-Nya saja, tak ada
ruang bagi kehidupan “aku” namun yang dibangun oleh-Nya di dalammu adalah ruang
kehidupan “Dia.” Sehingga saat Yesus harus kembali ke sorga untuk maksud yang
mulia dan untuk kepentingan setiap yang dikasihinya, maka sebagaimana seorang
kekasih yang begitu sayang dan begitu peduli segenap jiwa dan raga, Ia melakukan
apa yang hanya dapat dilakukannya agar relasi itu tak runtuh dan hancur. Sekali
relasi itu runtuh dan hancur, maka
lenyaplah juga kekasih-kekasih-Nya itu. Ia tahu sekali bahwa
kekasih-kekasih-Nya itu begitu rapuh. Ia tahu sejak awal sebab Bapa adalah
inisiator agung sejak kekekalan bersama-sama dengan Anak, tak ada partisipasi
manusia di dalam kemuliaan ini. Sehingga inilah janji Sang Kekasih itu: “Aku tidak akan
meninggalkan kamu sebagai yatim piatu.”
Jika Yesus pergi begitu saja dan
meninggalkan para murid dan orang-orang Kristen masa selanjutnya atau mendatang
[Yohanes 17:20], karena Ia tahu jika itu yang terjadi maka semua yang
dikasihi-Nya akan terserak dan hilang, tak ada satu jaminanpun bagi orang
beriman untuk tetap dapat menikmati kasih yang begitu kuat dari Yesus. Keadaan
yatim piatu adalah keadaan yang sangat rapuh dan sangat mudah untuk terhilang
sebab tak ada lagi yang memberikan makan
dan minum, tak ada lagi yang merawat dan tak ada lagi yang memberikan
kepemimpinan untuk diikuti dan dilakukan! Itu sebabnya Roh Kebenaran atau Roh
Kudus bagi para murid dan dengan demikian bagi setiap orang Kristen di setiap
generasi hingga kesudahan zaman ini memiliki dua kerja yang begitu fundamental
didalam setiap diri orang-orang percaya:
■menyertai
kamu selama-lamanya
■diam
di dalam kamu
Hal ini sendiri sudah menunjukan bahwa
“jikalau kamu mengasihi Aku, kamu akan menuruti segala perintah-Ku” sepenuhnya
sebuah pekerjaan yang hanya berlangsung didalam relasi dengan Kristus yang diciptakan oleh Bapa, sebagai sebuah
kehidupan yang bertumbuh dan berbuah didalam relasi itu sendiri. Pada poin ini,
manusia menjadi dimustahilkan pada hakikat yang menjiwai perintah yang keluar
dari Anak yang dikasihi Bapa, bukan bermaksud menista manusia itu sendiri.
Sehingga Roh Kudus adalah Sang Pemelihara anak-anak Allah selama di dunia ini yang bekerja di sepanjang zaman dan berdiam di dalam diri orang percaya. Pada
saat bekerja, Ia tak di luar diri saya, Ia memimpin atau menuntun saya dan anda [bacalah Roma 8:14, Galatia 5:18, 1Yohanes 3:24] agar berjalan di dalam relasi dengan Bapa sebagaimana telah dibangunkan dan dijangkarkan pada diri dan karya Yesus Kristus di bumi [Yoh 19:30] dan di sorga [1Yohanes 2:1,Ibrani 7:25, Kisah Para Rasul 1:9, Kolose 3:1]. Sekali lagi menunjukan, bahwa relasi “mengasihi
Kristus” dan “melakukan segala perintah-Nya” adalah kehidupan yang
diselenggarakan oleh sorga. Ingat dan selalu diingat, Yesus menghendaki manusia untuk
mematuhinya, menaatinya, tunduk kepada Bapa sebagai sebuah keberimanan yang
bersumber dari kehidupannya, sehingga iman itu adalah kehidupan. Tetapi, saat
Yesus berkata “aku
tidak akan meninggalkan kamu sebagai
yatim piatu,” harus dicamkan, sejak mulanya “mengasihi Yesus dan
melakukan segala perintah-Nya” membutuhkan kehadiran dirinya yang menciptakan relasi saya atau anda dengan
Bapa dan sekaligus jangkarnya. Saat sekarang ini, Roh Kuduslah yang menjadi
pemelihara relasi yang telah diciptakan oleh Kristus melalui karyanya
sebagaimana kehendak Bapa untuk dilakukan oleh Yesus dan kemudian kini dilakukan oleh Roh Kudus, hingga kelak
Yesus datang untuk menjemput setiap orang yang telah dikasihi-Nya.
Penjaminan Yesus yang semacam ini,
penjaminan keselamatan yang dipundakan kepadanya dan bukan pada
kekasih-kekasih-Nya, itulah dasar baginya untuk berkata: jangan gelisah:
►Yohanes 14:1 Janganlah gelisah hatimu; percayalah kepada Allah, percayalah juga kepada-Ku. Di rumah Bapa-Ku banyak tempat tinggal. Jika tidak demikian,
tentu Aku mengatakannya kepadamu. Sebab Aku
pergi ke situ untuk
menyediakan tempat bagimu. Dan apabila Aku telah pergi ke situ
dan telah menyediakan tempat bagimu, Aku akan datang kembali dan membawa kamu ke
tempat-Ku, supaya
di tempat di
mana Aku berada, kamupun berada.
Andaikata, saya dan anda
benar-benar yatim piatu, Roh Kudus tak
pernah dimintakan oleh Yesus kepada Bapa
untuk dikirimkan untuk tinggal bersama-sama dengan semua orang percaya di
segenap zaman, di dalam dirinya maka tak ada jaminan bahwa kita akan masih dijumpai oleh Yesus saat Ia datang untuk
menjemput. Hanya ada satu cara bagi Yesus agar saya dan anda “mengasihi
Yesus dan melakukan segala perintah-Nya”
sekalipun Ia tak ada bersama-sama dengan
saya dan segenap orang percaya, yaitu kedatangan dan karya Sang Roh Kudus, sementara
kita semua menantikan Kristus sebagai orang-orang beriman yang memiliki
kehidupan atau pertumbuhan bagi dan oleh
Kristus.
Mengajarkan “mengasihi Yesus dan
melakukan perintah Yesus” sebagai sebuah upaya keras dari diri manusia itu
sendiri, terlepas sama sekali dari kehidupan Kristus yang membuat saya dan anda
mengasihinya, adalah sebuah kesesatan yang fatal. Apalagi dengan demikian untuk
menunjukan bahwa orang-orang yang tak beriman kepada Kristus, asalkan mengasihi
sesama manusia berpeluang untuk memasuki kehidupan kekekalan tanpa sebuah
penghukuman. Sebagaimana telah diusung oleh pendeta Dr. Erastus Sabdono.
Bersambung ke “TinjauanPengajaran Pdt. Dr.Erastus Sabdono “Keselamatan Diluar Kristen”(3Q-3b):“Tidak
Ada Keselamatan Di Luar Kristen Tetapi Ada Keselamatan Di Luar Kristen”
AMIN
Segala
Pujian Hanya Kepada TUHAN
The
cross
transforms
present criteria of relevance: present criteria of relevance do not transform
the
cross
[oleh
seorang teolog yang saya lupa namanya]
No comments:
Post a Comment