Keselamatan
Kristus Juga Untuk Mereka Yang Tak Beriman Kepada-Nya”
Oleh:
Martin Simamora
Bacalah lebih dulu bagian 3Q-1
Sudah disingkapkan,
bahwa 1Korintus 9:27 merupakan bagian
dari pembelaan diri Paulus terhadap para pengeritiknya, mereka yang menolak
diri Paulus dan menolak kerasulan
Paulus. Sementara Paulus menyatakan bahwa kerasulannya datang dari Yesus
Kristus yang mengutusnya untuk memberitakan Yesus itu sendiri, bukan sama sekali soal melatih
tubuh sedemikian rupa agar berkenan dan sempurna di hadapan Bapa, sehingga
setelah memberitakan Injil jangan ditolak Bapa. Bukan itu sama sekali.
Sekarang, apakah 2 Korintus 5:9-10, juga berbicara hal yang sama? Bahwa jalan
keselamatan itu,dengan demikian, adalah usaha diri anak-anak Allah atau
siapapun juga manusia itu untuk dapat berkenan dan menjadi sempurna sebagaimana
Bapa, sebab itu adalah jalan keselamatan? Sehingga, dengan demikian,
keselamatan bukan bersumber dari kasih karunia yang menyelamatkan dan
memelihara keselamatan itu hingga genap terwujud.
Mari, kita
memperhatikan 2 Korintus 5:9-10:
(9)
Sebab
itu
juga kami
berusaha, baik kami diam di
dalam tubuh ini, maupun kami diam di
luarnya, supaya kami berkenan kepada-Nya. (10) Sebab
kita semua
harus menghadap takhta pengadilan Kristus, supaya setiap orang memperoleh apa yang patut
diterimanya, sesuai dengan yang dilakukannya dalam hidupnya ini, baik ataupun
jahat.
Apa yang sangat
terlarang pada teks firman ini adalah mengabaikan apa yang
menjadi dasar bagi Paulus untuk
menuliskan: “sebab itu juga kami berusaha.” Kebenaran apakah yang
telah dimiliki oleh orang percaya sehingga Paulus berkata “sebab itu juga kami berusaha”, menjadi sangat penting untuk
diketahui pertama-tama, dan pada ayat-ayat terdekat atau sebelumnya, sudah menunjukan
maksudnya:
2Korintus
5:6-8 (6) Maka oleh karena itu hati kami senantiasa tabah, meskipun
kami sadar, bahwa selama kami mendiami tubuh ini, kami masih jauh dari Tuhan, (7)--sebab hidup kami ini adalah hidup karena percaya, bukan
karena melihat—(8) tetapi hati kami tabah, dan terlebih suka kami beralih dari
tubuh ini untuk menetap pada Tuhan.
Dari teks-teks firman
terdekat ini, sangat jelas maksud “kami berusaha supaya kami berkenan
kepada-Nya” berhubungan begitu ketat dengan:
●Selama
kami mendiami tubuh ini, kami masih jauh dari Tuhan
●Kehidupan
saat ini adalah berdasarkan percaya, bukan melihat
Namun, “kami berusaha supaya kami berkenan
kepada-Nya” bukan sama sekali keadaan orang-orang Kristen belum memiliki kepastian keselamatan di
dalam relasi dirinya oleh dan dengan Allah. Faktanya, Allah berkenan kepada
mereka. Satu-satunya yang membuat
mereka jauh dari Tuhan, hanya satu! Apakah itu? Masih hidup di dalam dunia ini dengan tubuhnya yang fana!
Bahwa semua orang
beriman itu masih hidup di duni ini, atau dalam bahasa Paulus “selama
kami mendiami tubuh ini” maka anda masih jauh dari Tuhan. Dalam hal
ini, Paulus berbicara realita aktual kehidupan yang benar-
benar, anda belum berada di
tempat di mana Tuhan berada. Kehidupan
orang beriman selama masih hidup di
dunia, adalah kehidupan yang harus dilalui secara tabah. Kehidupan dalam
ketabahan ini memiliki sebuah fondasi kokoh: “hidup kami ini adalah karena percaya, bukan karena
melihat.”
Kalau hidup
seorang percaya atau yang mengikut Kristus ini
berdasarkan pada apa yang dilihat selama ia hidup didalam
tubuh ini, maka tak ada dasar untuk bertabah.
Lebih sering kehidupan ini mengecewakan; lebih sering kehidupan ini penderitaan dan penganiayaan begitu menonjol
dan menyebar luas; lebih sering kehidupan ini tak seperti apa yang seharusnya dalam
pengharapan, kalau dikatakan Tuhan
beserta dengan saya.
Itu sebabnya, Paulus
menulis “terlebih suka kami beralih dari tubuh ini untuk
menetap pada Tuhan.” Kalau anda memahami bagian ini, maka sangat
luar biasa, sebab bagi Paulus kematian
adalah sebuah kepastian bersama dengan Tuhan; kematian akan berakhir bersama-sama
dengan Tuhan. Kematian tidak berakhir bersama dengan maut! Kematian akan
membebaskan manusia Kristen atau beriman
kepada Kristus dari segala konflik dan problem kehidupan.
Pandangan Paulus
terhadap “beralih dari Tubuh ini” adalah
menetap
atau tinggal bersama Tuhan, sebuah hal yang definitif, tanpa
perdebatan.
Inilah dasar, mengapa 2 Korintus 5:9-10 berbunyi “sebab
itu juga kami berusaha supaya kami berkenan kepada-Nya”, sehingga berusaha
supaya berkenan di sini, tak terpisahkan
dengan:
●kehidupan
karena
percaya
●selama
masih
mendiami Tubuh ini masih jauh dari Tuhan
Ini adalah kehidupan
bagaikan 2 kekasih yang saling mengasihi dan saling merindu dalam sebuah
hubungan jarak yang begitu jauh. Hubungan ini didasarkan pada percaya. Percaya bahwa segala janji sang Kekasih
adalah benar dan layak dihidupi dalam sebuah ketabahan. Tetapi apa yang perlu
diketahui secara lebih mendalam, adalah apakah maksud “sebab itu kami berusaha supaya kami berkenan kepada-Nya.”
Satu dasar terkokoh
untuk menyatakan bahwa “sebab itu juga kami berusaha supaya kami
berkenan kepada-Nya” bukan dalam rangka untuk masuk ke dalam
sorga, terdapat tepat pada 2 Korintus 5:9 itu sendiri:
kami
berusaha, baik
kami diam di
dalam tubuh ini, maupun kami diam di luarnya, supaya kami berkenan
kepada-Nya
bagaimana memahami “di dalam tubuh ini” dan “di luar tubuh ini,” maka ayat-ayat
sebelumnya, yaitu 6 dan 8 memberikan maknanya. Bahwa di dalam tubuh ini
bermakna “masih hidup di dalam dunia fana ini” sehingga masih jauh dari Tuhan,
dan di luar tubuh ini adalah “ beralih
dari tubuh ini” untuk menetap pada
Tuhan.” Baik masih di dunia ini dan
sudah bersama-sama dengan Tuhan kami berusaha supaya kami berkenan kepada-Nya.
Ini adalah sebuah kehidupan alami, dengan demikian.
Hanya saja, yang harus
diketahui lebih jauh bagaimana bisa Paulus membicarakan 2 hal yang dipahami
sebagai masih hidup di dunia ini, juga sekaligus dibicarakan sebagai kehidupan
setelah meninggalkan tubuh fana ini untuk diperlakukan sebagai gaya kehidupan orang beriman di dunia ini.
Sehingga apa yang menjadi fondasi teks ini,
adalah: bahkan selama orang beriman itu di
dunia ini atau jauh dari Tuhan memiliki sebuah kepastian di dalam relasi
dan kehidupan yang pasti di dalam
Tuhan. “Berusaha supaya berkenan”,
dengan demikian memiliki kontraksinya [atau pemahaman yang berdasarkan 2 hal yang
terlihat tak mungkin bekerja secara bersama-sama di dunia ini] tersendiri
oleh sebab Paulus sendiri mengajukan
sebuah kehidupan yang terlihat begitu tak mungkin untuk menjadi sebuah kesatuan.
Saya akan menunjukannya.
Tentu saja, pada
akhirnya “berusaha supaya berkenan”
memiliki nuasa yang sangat berbeda dengan anggapan seadanya yang disampaikan oleh anak kalimat
“berusaha untuk berkenan” itu
sendiri. Kontraksi semacam ini tak perlu diada-adakan, seolah sebagai sebuah
rekayasa untuk membungkam kebenaran penting bahwa manusia harus berusaha berkenan agar diperkenan masuk ke dalam
kerajaan Tuhan, sebab memang Paulus menyatakannya demikian: “terlebih suka kami beralih dari
tubuh ini untuk menetap pada Tuhan.”
Saat Paulus menyatakan “terlebih suka” maka sebetulnya, apakah orang Kristen
itu masih hidup dengan tubuh fana ini, pada dasarnya ia telah memiliki sebuah
keyakinan dan kepastian akan bagaimanakah keberakhiran hidupnya di dunia ini,
namun tentu saja meninggal tubuh fana
ini, sebuah hal yang jauh lebih baik. Kalau
kehidupan orang beriman itu beralih dari tubuh ini maka ia menetap pada
Tuhan.
Pernyataan Paulus
ini, sangat senilai dengan salah satu pernyataannya yang sangat terkenal:
Karena
bagiku hidup adalah Kristus dan mati adalah keuntungan-
Filipi 1:21
Selama
Orang Percaya Masih Hidup Di Dunia Ini, Ia Mengenakan Kediaman Sorga Di Atas
Kediaman Tubuh Fananya
Hidup orang beriman itu, adalah hidup
bukan berdasarkan apa yang bisa dilihat
dan diraba. Ini sebuah kehidupan yang sama sekali berbeda dengan sebuah momen
sesaat, kala 12 murid dapat hidup bersama-sama dengan Tuhan berdasarkan melihat
dan mengalami. Rasul Yohanes memberikan sebuah jejak kehidupan yang percaya
karena melihat dan mengalami:
1Yohanes
1:1 Apa yang telah ada sejak semula, yang telah kami dengar, yang telah kami
lihat dengan mata kami, yang telah kami saksikan dan yang telah kami raba
dengan tangan kami tentang Firman hidup--itulah yang kami tuliskan
kepada kamu.
Namun demikian, rasul Yohanes pun
tidak mewariskan sebuah kehidupan
beriman berdasarkan melihat dengan mata dan meraba dengan tangan, namun
iman:
1
Yohanes 1:3 Apa yang telah kami lihat dan yang telah kami dengar itu, kami beritakan kepada kamu juga,
supaya kamupun beroleh persekutuan dengan kami. Dan persekutuan kami adalah
persekutuan dengan Bapa dan dengan Anak-Nya, Yesus Kristus.
Apa yang disampaikan kepada jemaat
Tuhan adalah segala sesuatu yang tak lagi dapat mereka lihat dan raba,
sebagaimana Yohanes dahulu bersama
dengan Yesus di bumi, sebab saat segala sesuatu yang disampaikan oleh
Yohanes adalah hal yang hanya dapat diterima untuk diimani, atau ditolak
sebagai sebuah kebenaran yang datang dari Tuhan.
Yesus sendiri, terkait dirinya,
menyatakan perihal melihat menjadi
percaya dan tak melihat namun percaya:
Yohanes
20:29 Kata Yesus kepadanya: "Karena engkau telah melihat Aku, maka engkau
percaya. Berbahagialah mereka
yang tidak
melihat, namun percaya."
Ucapan berbahagia ini, bukan hanya
untuk si Tomas, tetapi bagi setiap orang
Kristen yang hidup sebagai hasil doa Yesus:
Yohanes
17:20 Dan bukan untuk mereka ini saja Aku berdoa, tetapi juga untuk
orang-orang, yang
percaya kepada-Ku oleh pemberitaan mereka;
Kalau anda seorang Kristen yang
sungguh percaya dengan siapakah Kristus
sebagaimana dikehendaki Bapa, maka seperti halnya saya, adalah orang-orang
Kristen yang percaya sebagai akibat pemberitaan Injil itu sendiri, bahkan mulai
dari kanak-kanak oleh orang tua, yang dimulai dari hal sederhana: kehidupan
berdoa dan kehidupan bersekutu di dalam keluarga.
Kepada orang-orang Kristen semacam
ini, Yesus berkata berbahagialah!
Percaya kepada Yesus, adalah inti untuk berbahagia, entah melihat atau tak
melihat. Faktanya, melihat tidak menjamin sebuah kepercayaan kepada Yesus
sebagaimana dikehendaki oleh Bapa:
●Matius
16:13-14 Ia bertanya kepada murid-murid-Nya: "Kata
orang, siapakah Anak Manusia itu?" Jawab mereka:
"Ada yang mengatakan: Yohanes Pembaptis, ada juga yang mengatakan: Elia
dan ada pula yang mengatakan: Yeremia atau salah seorang dari para nabi."
●Matius
16:15-16 Lalu Yesus bertanya kepada mereka: "Tetapi apa katamu, siapakah
Aku ini?" Maka jawab Simon Petrus: "Engkau
adalah Mesias, Anak Allah yang hidup!" Kata Yesus kepadanya:
"Berbahagialah engkau
Simon bin Yunus sebab bukan manusia yang menyatakan itu kepadamu,
melainkan Bapa-Ku yang di sorga.
Berbahagilah,
setiap orang yang tak melihat namun beriman, hanya dapat terjadi sebagaimana
yang dialami oleh Petrus. Hanya jika
Bapa melakukan sesuatu pada dirimu maka anda dapat percaya kepada
seseorang bernama Yesus Kristus yang tak
pernah anda jumpai dan tak pernah anda lihat, bahkan sebenarnya Ia hidup di era
yang begitu jauh dari era saya dan anda, begitu jauh sehingga begitu purba
sebab ia hidup berjarak sekitar 2000
tahun lalu dari era saya dan anda hidup kini! Bahkan anda menyebutnya
Juruselamat dan Tuhan! [bacalah juga
Yohanes 6:38-40]
Kita telah mengetahui bahwa 2 Korintus
5:9-10 adalah sebuah pernyataan yang
berlangsung didalam sebuah relasi yang pasti dengan Allah, berelasi sebagai
yang diperkenan: apakah masih hidup di
dunia ini atau telah meninggalkan tubuh fana dan berarti dunia ini, ia
mengalaminya sebagai orang percaya yang memiliki sebuah pola relasi yang
menghasilkan sebuah kehidupan yang sama dan berlangsung sekaligus di dunia ini:
“kami
berusaha supaya kami berkenan.”
Dapat dikatakan pengajaran semacam
ini, senilai dengan “hidup adalah Kristus, kematian adalah
keuntungan.” Sama-sama membahagiakan dan sama-sama dapat dinikmati
bahkan saat masih hidup di dunia ini, seperti halnya jika sudah beralih dari
tubuh fana ini.
Selama menjalani hidup yang
berdasarkan iman, pada hakikatnya ia sudah diperkenan Bapa, maka kehidupannya adalah bagi Kristus: “Tetapi
jika aku harus hidup di dunia ini, itu berarti bagiku bekerja memberi
buah. Jadi mana yang harus kupilih, aku
tidak tahu- Filipi 1:22”
Epsitel Filipi pada bagian ini, akan sangat membantu
kita memahami kebenaran-kebenaran yang sedang dikumandangkan oleh Paulus. Bagian
ini secara tepat membicarakan problem yang sama. Problem kehidupan orang
beriman selama di dunia ini.
Problemnya bukan pada: selama di
dunia ini belum ada kepastian akan keselamatan, namun nanti setelah kematian,
baru menjadi jelas keselamatan seorang
Kristen itu apakah ia diselamatkan atau malah ditolak. Bukan ini sama sekali.
Pada filipi, Paulus berkata: “jadi mana yang harus kupilih, aku tidak tahu.”
Baik masih hidup atau meninggalkan tubuh
ini sehingga menetap pada Bapa,
keselamatanku sangat aman, seaman setiap orang percaya yang telah terbukti
meninggalkan tubuh ini untuk menetap
bersama dengan Bapa! Jadi tak ada yang perlu dicemaskan bahwa lebih lama lagi
aku hidup maka potensi untuk gagal masuk ke sorganya, semakin tinggi. Tidak
demikian.
Keamanan pada kepastian keselamatan
semacam ini berlangsung secara begitu sempurna kala orang beriman itu masih
hidup di dunia ini, sehingga bagi Paulus, tak ada dasar untuk memilih salah
satunya, seolah yang satu lebih pasti ketimbang yang lainnya: jadi
mana yang harus kupilih, aku tidak tahu. Dua-duanya sangat
sempurna keselamatan dan penjaminan keselamatan atas diriku!
Saya percaya, kebanyakan orang Kristen
kini akan cukup susah untuk menemukan
pendeta atau hamba Tuhan yang akan mengajarkan hal ini, sebagaimana Paulus. Ia
bahkan, tahu sekali untuk apa ia hidup selama masih di dunia ini: bekerja memberi buah. Paulus tahu sekali
jati dirinya di dalam Kristus dan itu memberikan kehidupan yang bukan hanya
membuat ia begitu terjamin keselamatannya, namun produktif di dalam Tuhan [bacalah
juga Yohanes 15:1-8].
Bekerja memberi buah adalah sebuah
kehidupan yang hanya terjadi bila berada
didalam persekutuan dengan Yesus Kristus! Dalam 2 Korintus 5:9, kehidupan seorang percaya di dalam Kristus
dan menerima kehidupan untuk berbuah, telah digambarkan di dalam sebuah realita
kehidupan: baik kami diam di dalam tubuh
atau kami
diam di luarnya. Atau dengan kata lain “hidup bagiku adalah
Kristus, kematian adalah keuntungan.” Sebagaimana di sorga
kepastian itu telah diberikan, maka di bumi, hal itu jadi sebagai sebuah
kehendak Bapa. Di bumi kehendak Bapa di sorga terjadi, sementara bumi memiliki
segala kemauannya sendiri!
Hidup yang bukan karena melihat ini
dan jauh dari Tuhan, karena masih berada di dalam tubuh fana ini, asalkan di dalam persekutuan dengan
Kristus oleh Bapa, bukanlah sebuah kehidupan yang mencemaskan.Cemas,
apakah aku hingga kesudahanku, aku akan sukses dan tak gagal berlaku sempurna
bagi Bapa. Bukan itu!
“Masih jauh dari Tuhan” di sini, bukan
bermakna sebuah kejauhan yang mengakibatkan manusia-manusia Kristen
itu tak
memiliki kepastian akan keselamatannya, sehingga masih membutuhkan
upaya sendiri untuk membangun
keselamatan kepastiannya baginya
sendiri. Tidak demikian, sebab Paulus sudah mengatakan apa yang dimaksudkannya
adalah pada realitanya: “sebab hidup
kami ini adalah hidup karena
percaya, bukan karena melihat— tetapi hati kami tabah… .” Tabah, sabar
menanti dalam penuh pengharapan tanpa
kebimbangan. Tetapi hati kami tabah, bukan: hati kami cemas, hati kami
ragu, hati kami mencari cara lain untuk memastikan sebuah kepastian.
Apa yang menarik adalah, Paulus juga
menautkan begitu saja “takhta
pengadilan Yesus Kristus,” sehingga memang akan segera memberikan
indikasi ketidakpastian akan keselamatan, bahkan seorang Kristen sekalipun! Tetapi,
sementara kita akan mempelajarinya, camkanlah, kita telah melihat, bagi Paulus, meninggalkan
tubuh jasmani ini adalah menetap
bersama Tuhan.
Jika Paulus sudah menyatakan bahwa
meninggalkan tubuh fana ini, bagi setiap
orang percaya sejati, adalah berakhir menetap bersama Tuhan, sebagai
sebuah hal definitif, lalu mengapa masih dituliskan olehnya:
Sebab
kita semua harus menghadap takhta pengadilan Kristus, supaya setiap orang
memperoleh
apa yang patut diterimanya, sesuai dengan yang dilakukannya dalam hidupnya ini,
baik ataupun jahat.
Apakah ini sebuah kebimbangan? Apakah
ini sebuah dasar bagi pengajaran “keselamatan
berdasarkan anugerah saja tak cukup” sebab “masih dibutuhkan perbuatan baik dan
jahat.”
Sebelum terlalu jauh berspekulasi,
Paulus telah lebih dahulu memberikan dasar megah pada realita kehidupan orang
percaya yang masih di dalam tubuh:
2 Korintus 5:1-4 Karena kami tahu, bahwa jika kemah
tempat kediaman kita di bumi
ini dibongkar, Allah telah menyediakan suatu tempat kediaman di sorga
bagi kita, suatu tempat kediaman yang kekal, yang tidak dibuat oleh
tangan manusia. Selama kita di dalam kemah ini, kita mengeluh, karena kita rindu mengenakan tempat kediaman sorgawi di atas
tempat kediaman kita yang sekarang ini, sebab dengan demikian kita berpakaian dan tidak kedapatan telanjang.
Sebab selama masih diam di dalam kemah ini, kita mengeluh oleh beratnya tekanan, karena kita mau
mengenakan pakaian yang baru itu tanpa menanggalkan yang lama, supaya
yang fana itu ditelan oleh hidup.
Relasi orang beriman di dunia ini
dengan Allah adalah sebuah relasi yang membahagiakan didalam sebuah kepastian:
Allah telah menyediakan suatu tempat
kediaman di sorga bagi kita. Ini adalah janji dan pekerjaan Yesus sendiri
bagi setiap murid-murid-Nya:
●Yohanes
14:1-3 Janganlah gelisah
hatimu; percayalah kepada Allah, percayalah juga kepada-Ku. Di
rumah Bapa-Ku banyak tempat tinggal. Jika tidak demikian, tentu Aku
mengatakannya kepadamu. Sebab Aku
pergi ke situ untuk menyediakan tempat bagimu. Dan
apabila Aku telah pergi ke situ dan telah menyediakan
tempat bagimu, Aku akan datang kembali dan membawa kamu ke tempat-Ku,
supaya di tempat di mana Aku berada,
kamupun berada.
Orang Kristen era setelah kembalinya Yesus ke rumah Bapa, adalah era saya dan anda
sebagaimana juga pada setiap orang-orang Kristen terdahulu dan yang akan datang.
Sebuah era yang tak hanya hidup bagi
Kristus karena percaya, namun juga hidup
dalam sebuah penantian yang bertekun atau dalam sebuah penantian yang penuh kesetiaan,
setia kepada Yesus yang diimani dan setia kepada apa yang dijanjikannya. Apakah
dasar untuk berlaku demikian? Dasarnya adalah: Yesus sudah menyediakan tempat bagi setiap
orang yang beriman kepadanya dan Yesus
akan menjemput kembali setiap orang yang beriman sehingga di mana Tuhan berada di situ aku berada.
Sementara masih berada di dalam tubuh ini atau di dalam
kemah dunia ini, semua itu belum terwujud. Sebuah kepastian yang
belum mencapai wujudnya, hingga kelak kemah tempat kediaman
kita dibumi ini dibongkar.
Apa yang sangat unik, sama uniknya dengan “sebab kita semua menghadap takhta pengadilan
Kristus supaya setiap orang menerima apa yang dilakukannya dalam hidup ini,
baik dan jahat sementara orang
Kristen itu memiliki kepastian sejak mula akan bersama dengan-Nya, sebab Ia
sudah menyiapkan kediaman bagi setiap orang beriman, adalah: ” kita rindu mengenakan tempat kediaman
sorgawi di atas tempat kediaman kita yang sekarang ini,
sebab dengan demikian kita berpakaian
dan tidak kedapatan telanjang.”
Ini adalah kehidupan orang Kristen yang
pasti terjadi, sebab selama masih berada di dalam tubuh fana ini maka
mengenakan tubuh baru dari sorga adalah
sebuah hal yang
harus berlangsung atau dilakukan
namun
juga akan melahirkan keluh kesah, karena begitu sukarnya atau
begitu penuh tantangan. Sementara pengenaan tubuh sorga itu adalah sangat
penting karena itu adalah pakaian kebenaran kita dihadapan Allah, sehingga tak
kedapatan telanjang. Ini adalah kehidupan yang dilahirkan di dalam setiap diri orang Kristen sejati.
Lalu, jika demikian, apakah
ini sebuah aktifitas rohani tambahan untuk menjamin eksistensi keselamatan
orang Kristen itu, yang dianugerahkan oleh Bapa di dalam Kristus? Jika saja, ini harus bersumber dari
kekuatan diri manusia dan juga ketekunan
diri manusia Kristen itu adalah sumber
penjaminannya, maka jelas tak akan pernah ada keselamatan hanya oleh anugerah.
Allahlah
Yang Mempersiapkan Kita Untuk Hal Itu, Bukan Sang Saya Sendiri
Rasul Paulus menunjukan bahwa sumber
penjaminan keselamatan itu sendiri bukanlah ketekunan orang beriman dan sumber
ketekunan orang beriman itu bukanlah dirinya sendiri:
2Korintus
5:5 Tetapi Allahlah yang justru
mempersiapkan kita untuk hal itu dan yang mengaruniakan Roh,
kepada kita sebagai jaminan segala sesuatu yang telah disediakan bagi kita.
“Untuk hal itu”, pada hal apakah? Pada “mengenakan tempat kediaman
sorgawi di atas tempat kediaman kita yang sekarang ini, sebab
dengan demikian kita berpakaian dan tidak kedapatan telanjang….. supaya yang
fana itu ditelan oleh hidup.”
Allah yang mempersiapkan kita
sehingga mampu mengenakan kediaman sorgawi sementara
kita masih mengenakan kediaman dunia ini atau masih
di dalam tubuh fana ini. Sehingga pada poin ini saja, tidak dapat dikatakan dan diajarkan
bahwa orang-orang Kristen harus juga berjuang untuk melatih tubuhnya secara
total sehingga berkenan dan sempurna
dihadapan Bapa, pada perjuangan
dirinya sendiri. Apa yang dikehendaki Bapa adalah: sementara saya dan anda masih didalam tubuh fana ini, anda hidup
sebagai orang yang hidup menggunakan kediaman dari sorga yang hanya melayani kehendak Bapa yang sempurna.
Namun kehendak ini, kehendak yang memang aktual, tak mungkin dilahirkan dari
perjuangan dirinya sendiri. Sebaliknya hanya karena Allah yang melakukan campur
tangan secara total:
●saya
dan anda dipersiapkan untuk itu
●Allah
mengaruniakan Roh kepada saya dan anda
sebagai jaminan atas segala sesuatu yang telah disediakan
Saya dan anda sebagai orang
percaya memang dipersiapkan untuk mengenakan kediaman sorgawi, sementara masih hidup di dalam tubuh jasmani.
Dalam hal ini, bukan sebuah kehidupan yang mulus, sebab kita pasti akan mengeluh [ 2 Kor 5:2]. Artinya,
anda masih dapat gagal, masih dapat
tersandung, masih dapat terjerembab sekalipun anda berkehendak untuk melayani
kemauan Tuhan saja, bukan dagingmu. Sebab memang selama yang daging ini
masih melekat dalam kehidupan orang beriman, maka mengenakan kediaman sorga,
bagaikan sebuah pertarungan untuk melayani siapakah diri ini. Namun, camkan! Saya dan anda
dipersiapkan oleh Allah untuk menjalani kehidupan yang bertarung untuk
menaklukan kehendak-kehendak dagingmu, sehingga
kediaman sorga itu dapat bercahaya pada hidupmu, bukan kedaginganmu yang
bercahaya penuh kemilau.
Hal terpenting dengan demikian dan juga konsekuensi
sorgawinya adalah, karena Allah yang
mempersiapkan setiap orang percaya untuk itu, maka Allahlah yang menjaminkan
keberhasilan keselamatan orang percaya itu hingga kesudahannya: “Allah
mengaruniakan Roh kepada setiap orang percaya sebagai jaminan atas
segala sesuatu yang disediakan.”
Itu sebabnya, Paulus berkata “jadi mana yang
kupilih, aku tidak tahu.” Dia begitu jauh dari
kegelisahan akan kepastian keselamatan. Ia bahkan tahu pasti, ia pasti selamat
hingga pada akhirnya dan pada saat berdiri di hadapan pengadilan Kristus! Ia
berkata: kematian adalah keuntungan. Atas
dasar apa ia berkata mati adalah keuntungan? Takkah ia mencemaskan sebuah
kemungkinan di hadapan pengadilan Kristus, ia akan ditolak? Tidak sama sekali,
sebab bukan pada dirinya jaminan itu, tetapi pada Roh Kudus yang menjaminkan
apa yang telah diimani atau diharapkan berdasarkan janji dan pekerjaan Yesus
membangun rumah baginya di tempat kekal, tetap aman di dalam genggamannya.
Dengan kata lain, keamanan
dan kepastian akan keselamatan orang beriman yang masih berada di bumi, sama pastinya dengan
orang-orang beriman yang sudah diterima oleh dan sekarang bersama-sama dengan Bapa untuk
diterima dan tinggal di dalam kediaman yang dipersiapkan oleh Anak-Nya.
Mengapa 2 Korintus 5:9-10 masih berbicara pengadilan Kristus? Sederhana. Karena bahkan didalam Kristus, anda dan saya dipersiapkan oleh
Allah untuk melakukan pekerjaan-pekerjaan yang baik, atau bahasa
Paulus: mengenakan kediaman sorga di atas kediaman dunia ini sehingga tidak
kedapatan telanjang.
Jika perbuatan baik sungguh mulia bagi Allah dan perbuatan jahat sungguh sebuah kejijikan
bagi-Nya, sebuah dasar bagi penyelenggaraan pengadilan Kristus, maka tak ada
satupun kontradiksi yang menghasilkan pertikaian antara keselamatan berdasarkan
kasih karunia dengan perbuatan baik itu sendiri, seolah keselamatan berdasarkan
kasih karunia mencintai kejahatan dan Allah
mencintai kejahatan berbuah di dalam diri orang beriman. Apa yang hendak
ditunjukan Paulus adalah: saat orang-orang Kristen sejati ini berdiri di
hadapan pengadilan Kristus maka apa yang diadili adalah perbuatan baik yang
lahir dari tindakan Bapa yang mempersiapkan orang percaya itu untuk
itu, sementara itu, kegagalan-kegagalannya, sekecil apapun, yang
menunjukan ketakmampuan untuk sesempurna Bapa sebagaimana Ia sempurna,
sekalipun terbukti di dalam pengadilan itu, sama sekali tak dapat menjadi penggagal baginya untuk dapat
menerima jaminan akan keselamatan dan kehidupan bersama Kristus sang Hakim itu
sendiri. Mengapa? Karena tadi telah dinyatakan: “Allah telah mengaruniakan
Roh Kudus
sebagai jaminan atas segala sesuatu yang telah disediakan.”
Sehingga, jikalau Allah
mempersiapkan setiap orang-orang beriman untuk mengenakan kediaman sorga di
atas kedimana tubuh fana, sudah
menunjukan bahwa keselamatan berdasarkan kasih karunia telah membawa
masuk diri orang beriman itu pada sebuah
kasih karunia untuk melakukan perbuatan-perbuatan sorga, melawan
kehendak-kehendak daging yang bergolak di dalam kemah atau tubuh fana ini.
Penghakiman
pengadilan Kristus supaya setiap orang memperoleh apa yang patut diterimanya, sesuai
dengan yang dilakukannya dalam hidupnya ini, baik ataupun jahat, bukan
juga menjadi dasar adanya jalan keselamatan lain bagi siapapun juga manusia
itu. Ada 4 sebab yang paling prinsip:
●Yesus berkata: tidak ada manusia
yang baik selain Allah saja [bacalah tinjauan bagian 1L dan bagian 3P-3]
●Yesus berkata: tidak percaya
kepadanya berakibat mati dalam dosa [Bacalah tinjauan bagian1C,
●Yesus berkata kepada yang tak
beriman dan atau menolaknya: ketempat Aku pergi tak mungkin kamu datang.
[Bacalah bagian2P]
●Yesus berkata kepada
orang-orang Yahudi mengenai pekerjaan
yang dikehendaki Bapa agar dilakukan oleh semua manusia: percaya kepada Yesus!
[bacalah bagian
3H]
Jika pengadilan akhir itu, Yesus yang
bertakhta, maka jelas pengadilannya akan berlangsung pada segala sabdanya.
Bukankah Bapa telah menyerahkan pengadilan itu seluruhnya kepada Anak [ bacalah Yohanes 5:22, 27]?
Sehingga di dalam pengadilan Kristus
terhadap orang-orang beriman yang mengalami keselamatan berdasarkan kasih
karunia Bapa dalam Kristus saja,
kita melihat, bahwa perbuatan baik tidak diperlakukan sedemikian hinanya atas nama keselamatan berdasarkan kasih karunia dari Allah dalam Kristus, sebaliknya begitu mulia
dan dimuliakan karena
Allah
sendiri mempersiapkan manusia Kristen itu untuk mengenakan kediaman sorga di
atas kediaman lama atau tubuh fananya, dan ini, sangat membedakan apa
yang dimaksud dengan perbuatan baik oleh manusia-manusia yang tak beriman. Manusia-manusia tak beriman
tak akan mampu menghasilkan perbuatan baik
yang datang dari sorga, sementara setiap yang didalam Kristus
dimampukan.
Jikalau
anda membaca ada begitu banyak instruksi untuk hidup di dalam kekudusan dan
menjauhi segala perbuatan jahat, atau mengenakan manusia baru dan menanggalkan
manusia lama, maka harus dipahami bahwa para pelayan Tuhan itu sendiri
dipersiapkan oleh Allah untuk mempersiapkan dan menuntun kehidupan jemaat untuk
masuk ke dalam sebuah kehidupan dari sorga sementara masih di dunia dan masih
mengenakan tubuh daging atau duniawi ini. Dasar perintah ini bukan
perintah yang menunjukan manusia kasih karunia membutuhkan perbuatan-perbuatan
baik untuk memapankan keselamatannya sendiri, NAMUN menunjukan hal paling hakikat di dalam kehidupan orang beriman: Allah
mempersiapkan orang Kristen itu untuk
melakukan itu!
Dalam hal ini, sebetulnya, Allah
sendirilah yang mempersiapkan orang beriman itu untuk dapat berdiri dihadapan
takhta pengadilan Kristus dan mempersembahkan perbuatan-perbuatan baiknya
sebagai sesuatu yang dipersiapkan sendiri oleh dan dari sorga. Sementara itu, kegagalan-kegagalan
orang Kristen itu, memang diakui oleh Bapa dapat membuat orang-orang Kristen
itu gagal dihadapan takhta pengadilan Kristus, sehingga itulah dasar Roh Kudus adalah penjamin bagi orang Kristen untuk
menerima apa yang telah disediakan, pengadilan akhir tak dapat menggagalkan
atau merampasnya karena ketaksempurnaan saya dan anda. Orang Kristen itu
tak akan ditolak namun diterima berdasarkan kasih karunia di dalam diri sang Hakim itu sendiri.
Dengan demikian, sungguh fatal dan
sungguh menyesatkan bagi pendeta Dr. Erastus Sabdono untuk mengajarkan teks firman 2
Korintus 5:9-10 menjadi dasar perbuatan baik dan usaha sendiri untuk berkenan di hadapan Bapa adalah
sebuah jalan keselamatan. Bahkan jalan keselamatan yang sama sekali lahir dari
dalam diri manusia manapun juga, tak perlu
atau harus ia menerima atau beriman kepada Yesus Kristus.
Bersambung
ke “Tinjauan Pengajaran Pdt. Dr.Erastus Sabdono “Keselamatan Diluar Kristen”(3Q-3a):“Tidak Ada Keselamatan Di Luar Kristen Tetapi Ada Keselamatan Di Luar
Kristen”
AMIN
Segala Pujian Hanya Kepada TUHAN
The cross
transforms present criteria of relevance:
present criteria of relevance do not transform
the cross
[oleh seorang teolog yang saya
lupa namanya]
No comments:
Post a Comment