Hingar bingar natal
, Penolakan Kabar Injil & Kebisuan Yang Dari Allah
Oleh: Martin Simamora
Bacalah lebih dulu bagian 2
Akan menjadi Natal
yang keberapakah bagimu, pada Desember ini? Pernahkah anda berpikir dan
bertanya kepada dirimu sendiri, keyakinan apakah yang sedang kuanut dan
kujalani ini? Kristus, siapakah dia dan
mengapa kelahirannya begitu penting
sehingga gereja dan setiap orang beriman merayakannya? Tahukah aku, apa yang
sesungguhnya yang sedang kupercayai?
Sementara Natal akan
dihingar-bingarkan oleh pesta-pora atau ‘gala
sale’ atau berlomba membangun pohon natal terbesar, termegah dan terindah, atau
santa claus yang akan begitu memesona anak-anak, ketimbang Kristus?
Nampaknya kita
memerlukan sebuah kebisuan untuk mengerti apakah kehendak Allah sesungguhnya di
dalam peristiwa natal. Apakah dan
siapakah yang seharusnya disaksikan oleh gereja pada peristiwa natal? Apakah
masih sama dengan apa yang diinginkan Allah sedia kala, atau jangan-jangan,
natal-natal kita kini sungguh asing dan bahkan tanpa sebuah kebangunan rohani
dan pengobaran dedikasi bagi Kristus, bahwa saya dan anda adalah abdi Kristus. Zakharia, seorang imam keturunan Harun dan benar tak bercacat
dihadapan Tuhan, pun harus dibisukan karena dirinya telah dihingar bingarkan
oleh pemikiran-pemikirannya dan hasrat-hasratnya sendiri, bukan Tuhan.
Ketika Kebisuan Harus Terjadi
Demi Pemuliaan Maksud Allah Dalam Natalnya Sang Surya
Tak ada yang
dapat mempertanyakan untuk menentang
maksud Allah, sekalipun manusia memang bisa mempertanyakan apapun juga untuk
kemudian bersikap sinis sebab apa kehendak Allah dan bagaimana kehendak itu
harus diwujudkan bisa tak sepenuhnya mendatangkan harmoni dan kebulatan
pikiran. Dengan kata lain, manusia dapat bersukacita dengan kehendak Allah
bahwa Ia mengasihi manusia dengan kasih yang besar, namun hampir-hampir tak
pernah terjadi manusia dapat berharmoni dalam cara Allah mewujudkan apa
yang menjadi kehendak-Nya.
Allah dapat menjawab
doa manusia, memenuhinya, namun dalam
mewujudkannya sama sekali mendatangkan konflik yang benar-benar keras.
Zakharia adalah
seorang imam keturunan Harun hidup bersama isteri terkasihnya, Elisabet sebagai
sebuah keluarga imam Allah yang keduanya
“benar di hadapan Allah dan hidup menurut
segala perintah dan ketetapan Tuhan dengan tidak bercacat- Luk 1:6.
Mereka adalah
pasangan suami-isteri yang saling mengasihi dalam kesetiaan hingga usia mereka yang lanjut, sekalipun
mandul. Mereka tak memiliki keturunan
yang bisa meneruskan generasi Zakharia. Ini hal yang sungguh menyedihkan bagi
siapapun. Namun apa yang luar biasa dalam kehidupan Zakharia, situasi ini tak menyurutkan kesetiaannya kepada Tuhan
untuk melakukan tugas-tugas keimamatannya, ia aktif:
Lukas
1:5 Pada zaman Herodes, raja Yudea, adalah seorang
imam yang bernama Zakharia dari
rombongan Abia. Isterinya juga berasal dari keturunan Harun, namanya
Elisabet.
Zakharia bahkan tetap
percaya bahwa Tuhan akan memberikan baginya seorang anak, sehingga doa-doa pun telah dipanjatkan, memohonkan
keturunan. Dan Allah menjawabnya [ada
sebuah waktu gilir baginya untuk menjalankan tugas keimamatannya],hanya saja
nampaknya bagi Zakharia, Tuhan begitu lama dan begitu lambat untuk menjawabnya.
Baginya jawaban Tuhan adalah sebuah hal yang lebih menyakitkan lagi bagi
seorang yang telah lama meminta, menanti dan kemudian menerima jawab pada usia
yang lanjut? Mari kita lihat sejenak:
Lukas 1:8-18 Pada
suatu kali, waktu tiba giliran rombongannya, Zakharia melakukan tugas keimaman
di hadapan Tuhan. (9) Sebab ketika diundi, sebagaimana
lazimnya, untuk menentukan imam yang bertugas, dialah yang ditunjuk untuk masuk
ke dalam Bait Suci dan membakar ukupan di situ.(10) Sementara
itu seluruh umat berkumpul di luar dan sembahyang. Waktu itu adalah waktu
pembakaran ukupan.(11) Maka tampaklah kepada Zakharia seorang
malaikat Tuhan berdiri di sebelah kanan mezbah pembakaran ukupan.(12) Melihat
hal itu ia terkejut dan menjadi takut. (13) Tetapi malaikat itu
berkata kepadanya: "Jangan takut, hai Zakharia, sebab doamu telah dikabulkan dan Elisabet, isterimu, akan
melahirkan seorang anak laki-laki bagimu dan haruslah engkau menamai dia
Yohanes.(14) Engkau
akan bersukacita dan bergembira, bahkan banyak orang
akan bersukacita atas kelahirannya itu.(15) Sebab ia
akan besar di hadapan Tuhan dan ia tidak akan minum anggur atau
minuman keras dan ia akan penuh dengan Roh Kudus mulai dari rahim ibunya;(16)
ia
akan membuat banyak orang Israel berbalik kepada Tuhan, Allah mereka,(17)
dan
ia akan berjalan mendahului Tuhan dalam roh dan kuasa Elia untuk membuat hati
bapa-bapa berbalik kepada anak-anaknya dan hati orang-orang durhaka kepada
pikiran orang-orang benar dan dengan demikian menyiapkan bagi Tuhan suatu umat
yang layak bagi-Nya."(18) Lalu
kata Zakharia kepada malaikat itu: "Bagaimanakah
aku tahu, bahwa hal ini akan terjadi? Sebab
aku
sudah tua dan isteriku sudah lanjut umurnya."
Siapakah yang tak
merindukan doanya dikabulkan? Tetapi
jelas apa yang menjadi masalah bagi Zakharia, itu adalah doa yang sudah
begitu lama dipanjatkannya, dan ia tak berharap sama sekali permohonan semacam
itu dijawab saat dirinya dan isterinya
sudah lanjut umur! Itu berangkali begitu menyakitkan baginya dan sinismelah
yang menjadi tanggapan Zakharia, sebuah
jawaban penuh kemarahan tertahan: “bagaimanakah aku tahu, bahwa hal ini terjadi?
Sebab aku sudah tua dan isteriku sudah lanjut umurnya.”
Manusia berbahagia
jika Tuhan menjawab doanya, namun manusia tak menginginkan apa dan bagaimana
Tuhan mewujudkannya. Apa yang jelas terlihat di sini, bahwa doa seorang
beriman akan didengarkan dan dijawab,
tetapi bukan kehendaknya yang jadi,
tetapi kehendak Dia yang di sorga. Siapapun harus senantiasa berdoa, dan
sesungguhnya berdoa sendiri adalah
sebuah penyerahan total pada bagaimana hal yang didoakan itu terwujud atau tak
terwujud. Jikapun terwujud maka berharaplah yang terbaik datang dari Tuhan.
Jika percaya yang terbaik datang dari Tuhan maka apapun dan bagaimanapun Ia
mengabulkannya, maka bersukacitalah dan terimalah.
Itulah yang dikatakan
malaikat kepada Zakharia: “engkau akan bersukacita dan berbahagia.”
Tetapi itu terlampau berat bagi Zakharia, itu terlalu menyakitkan baginya. Aku
sudah tua! Sudah tua! Ia bahkan sebagai
Imam Allah tak sanggup lagi mengenali siapakah Allahnya itu, bahwa Allahnya
adalah Allah yang membebaskan Israel dari Mesir dan membelahkan bagi bangsanya
laut Teberau agar bangsanya selamat dari kejaran pasukan Mesir yang gagah perkasa,
dan setelah semua bangsanya selamat, laut itu lalu menelan para musuh Israel. Zakharia kehilangan dasar untuk percaya,
kedatangan malaikat justru melukainya terlalu dalam, bukan sekedar akal tak
lagi kuasa menjangkau Tuhan namun iman
pun sudah melayu. Berdoa sekian lama dan
menanti sekian lama, namun tak jua jawaban datang, dapat membuat siapapun
menjadi begitu hambar pada aspek-aspek
tertentu hidupnya, untuk kokoh beriman kepada Tuhan.
Tetapi, Tuhan dalam Ia
berkehendak memang tak bergantung iman manusia agar terlaksana. Ia pada
dasarnya Allah yang mau hidup didalam
kelemahan-kelemahan manusia namun tak pernah mau berkompromi dengan
kelemahan-kelemahan itu, sebab Ia adalah Allah yang berdaulat atas segala apapun,
termasuk ketakpercayaan dan pemberontakan manusia. Dan bagi malaikat itu,
tugasnya bukan melayani kelemahan-kelemahan itu, sebab ia datang dari Allah
yang berkehendak dan berdaulat atas apapun, dan baginya, terhadap jawab penuh kesinisan itu, ia hanya perlu
menegaskan siapakah dirinya dan darimanakah ia datang:
Lukas
1:19-20 Jawab malaikat itu kepadanya: "Akulah Gabriel yang melayani
Allah dan aku telah diutus untuk berbicara dengan engkau dan untuk menyampaikan kabar baik ini
kepadamu. Sesungguhnya engkau
akan menjadi bisu dan tidak
dapat berkata-kata sampai kepada hari, di mana semuanya ini terjadi, karena engkau
tidak percaya akan perkataanku yang akan nyata kebenarannya pada
waktunya.
Seorang Imam hanya
melayani dan bekerja berdasarkan ketentuan Tuhan, tak boleh ada sedikit saja
kekeliruan. Ia pasti tahu ini. Malaikat itu hanya menjawab kesinisan Zakharia
begitu sederhana dan tanpa basa-basi: “Aku Gabriel yang melayani Allah.” Ia tak
melayani keluhan Zakharia, tak juga menanggapi kesinisan iman Zakaria.
Sebaliknya sebuah ganjaran dari Allah telah diucapkannya untuk terjadi: “engkau
akan menjadi bisu, karena engkau tidak
percaya.”
Ilustrasi: Imam Zakharia dan malaikat Gabriel - kredit: wikiart.com |
Ini sungguh luar
biasa pada satu sisi yang amat kritikal karena sinisme ini berlangsung
didalam hadirat Allah yang mahakudus! Perhatikan situasi dialog dan
jawaban sinisme Zakharia kepada utusan
Allah:
Lukas 1:8-11 Pada
suatu kali, waktu tiba giliran rombongannya, Zakharia melakukan tugas keimaman
di hadapan Tuhan.(9) Sebab ketika diundi, sebagaimana
lazimnya, untuk menentukan imam yang bertugas, dialah yang ditunjuk untuk masuk ke dalam Bait Suci dan membakar
ukupan di situ.(10) Sementara itu seluruh umat berkumpul
di luar dan sembahyang. Waktu itu adalah
waktu pembakaran ukupan.(11) Maka tampaklah kepada Zakharia seorang
malaikat Tuhan berdiri di
sebelah kanan mezbah pembakaran ukupan.
Dialog dengan
malaikat itu terjadi ditengah-tengah ia melayani didalam Bait Suci dan saat
Tuhan menjawab, saat hadirat yang kudus meliputinya dan berbicara dengan
malaikat Tuhan, dan di saat bersamaan ketakpercayaan didemonstrasikannya.
Bapa di sorga tak perlu korporasi iman manusia atas
kehendak-Nya dan bagaimana kehendak-Nya dapat diwujudkan. Ketika Ia memilih
seorang Zakharia maka Allah tak mengalami
kesukaran yang bagaimanapun juga dengan kekerasan kepala manusia itu, apakah
mau percaya ataukah tidak. Ia sudah menyatakan kepada manusia itu “jawaban-Ku
bagimu adalah kabar bahagia.” Ketika Allah menjalankan kehendak-Nya melalui
manusia-manusia, maka kebahagiaan bagi manusia itu sungguh besar dan merupakan
kehormatan. Mari perhatikan ini:
■melahirkan seorang anak
laki-laki
■Tuhan memberikan nama bagi
anaknya: Yohanes
■kelahirannya bukan saja
membahagiakanmu, tetapi banyak orang lainnya
Tetapi
memang sekalipun itu adalah anaknya, namun ia tak dapat memilikinya.
Kehendaknya sebagai seorang ayah harus takluk kepada kehendak Bapa Sang
Penjawab doa namun Sang Berkehendak didalam apapun jawaban yang diberikan kepada manusia. Tak pernah,
sesungguhnya kehendaku yang jadi, kala Ia menjawab dan membahagiakanku. Dalam
Ia membahagiakan diriku maka kehendak-Nya yang jadi, bahkan dalam dukacitaku
yang dihiburkan-Nya, pun kehendak-Nya yang harus jadi. Datanglah kerajaan-Mu,
jadilah kehendak-Mu di bumi seperti di sorga, jelas bukan sekedar doa kosong kala
Yesus mengajarkan bagaimana
berdoa kepada para murid, itu adalah hakikat doa. Bahwa doa selalu bertakhta di
atas kehendak Bapa yang harus jadi di
bumi [ Matius 6:9-10]. Perhatikan ini:
■Ia akan besar di hadapan Tuhan
■Ia akan penuh dengan Roh Kudus
mulai dari rahim ibunya
■Ia akan membuat banyak orang
Israel berbalik kepada Tuhan, Allah mereka
■ia akan berjalan mendahului Tuhan dalam roh dan kuasa
Elia
Masa
depan? Apalagi yang tersisa bagiku untuk dapat memiliki masa depan anakku
sendiri? Ia Allah telah “merampasnya” dariku?
Tak
ada satupun kehidupan manusia yang tak berada di dalam genggaman-Nya, apakah ia
para seteru Allah ataukah anak-anak Allah
[ Yohanes 1:11-13]. Zakharia mengalami apa yang tak diharapkan para orang tua:
Tuhan menyingkapkan perjalanan hidup anaknya bahkan sejak didalam kandungan: “Ia
akan penuh dengan Roh Kudus mulai dari rahim ibu-Nya.” Yohanes bahkan tak memerlukan iman untuk
menerima Roh Kudus atau bahkan tak perlu mengenal dasar-dasar kebenaran hukum Musa
dan segenap kitab para nabi dan buku Mazmur agar Ia dapat mengenal dan meminta
Roh Kudus. Allah memberikannya dalam kehendak berdaulatnya bahkan sejak di dalam
kandungan.
Saya
bukan Yohanes, dan pasti ayah ibuku bukanlah Elisabet dan Zakharia, tetapi aku
tahu dan percaya bahwa Bapaku
berkehendak di dalam setiap titik perjalananku beserta keluargaku sebagai
orang-orang beriman. Tentu saja jika
berkata demikian maka harus tetap bersukacita walau masa depanmu bukan lagi
didalam tanganmu tetapi didalam tangan-Nya. Bukankah kita melibatkan Dia
didalam setiap perencanaan masa depan, minimal berdoa? Atau tak pernahkah?
Tahukah anda, hukum apakah yang bekerja, ketika sekali saja anda berdoa
kepadanya, entah anda iseng atau serius? Anda sedang bercakap-cakap dengan Allah yang
berkehendak di bumi seperti di sorga; Ia bahkan tak memerlukan korporasi iman
manusia untuk mewujudkan kehendak-Nya, sebab ia bisa membungkam atau membisukan pemberontakan saya dan anda. Itu memang bisa menyakitkan
dan menitikan air mata yang memaksa kita untuk menghapusnya diam-diam. Tetapi, percayalah
bahwa Ia bermaksud untuk membuat saya dan anda berbahagia. Kebahagiaan dari
Bapa! Takkah istimewa untuk menerima hanya sebuah pensil namun pemberian Bapa?
Takkah, siapakah Pemberinya, hal yang lebih mulia daripada apakah yang diberikan itu sendiri?
Renungkanlah.
Renungkanlah.
Apa yang tak disadari oleh Zakharia adalah, bukan sekedar jawaban pada waktu yang tak sehat bagi manusia untuk menerimanya, namun menurut waktu-Nya, tetapi juga pada kehendak-Nya yang harus menjadi bagian yang diterimanya atas jawaban-Nya, bahwa Yohanes akan menjadi: pembuka jalan bagi Sang Mesias Yesus.
Berita
Injil. Yohanes harus hidup bagi pemberitaan injil atau kabar baik, itulah yang
pada hakikatnya sedang ditolak Zakharia. Anaknya bagian dari kedatangan atau
pewujudan maksud Allah yang sudah sangat dekat untuk digenapkan oleh Bapa.
Dalam
kebisuan, Allah mendidiknya untuk menerima dan tunduk pada kehendak-Nya, ini
bukan didikan tanpa “pembapak-an” didalam kebisuan yang ditimpakan Tuhan kepadanya. Karena Roh Kudus pun bekerja didalam
kebisuan dirinya, dalam momen ia harus menamai anaknya, sebuah momen yang
mengharukan dan menyedihkan, sebab
selain ia menyambut kelahiran anaknya di dalam kebisuan, pun demikianlah
ia kala harus menamai anaknya pada hari ke delapan itu:
Lukas 1:57-64 Kemudian genaplah
bulannya bagi Elisabet untuk bersalin dan iapun melahirkan seorang anak
laki-laki. Ketika tetangga-tetangganya serta sanak saudaranya mendengar, bahwa
Tuhan telah menunjukkan rahmat-Nya yang begitu besar kepadanya, bersukacitalah
mereka bersama-sama dengan dia. Maka datanglah mereka pada hari yang kedelapan
untuk menyunatkan anak itu dan mereka hendak menamai dia Zakharia menurut nama
bapanya, tetapi ibunya berkata: "Jangan, ia harus dinamai Yohanes." Kata
mereka kepadanya: "Tidak ada di antara sanak saudaramu yang bernama
demikian." Lalu mereka memberi isyarat kepada
bapanya untuk bertanya nama apa yang hendak diberikannya kepada anaknya itu.
Ia
meminta batu tulis, lalu menuliskan kata-kata ini: "Namanya adalah
Yohanes." Dan merekapun heran semuanya. Dan seketika itu
juga terbukalah mulutnya
dan terlepaslah lidahnya, lalu
ia berkata-kata dan memuji Allah.
Bapa
tak memerlukan korporasi iman, tetapi jelas Bapa berkepentingan agar siapapun
yang dijadikan bagian didalam rencana-Nya, pada akhirnya mengerti dan percaya.
Untuk apa? Agar dapat berbahagia, sebab hanya didalam berbahagialah mulut dapat
memuji Tuhan. Sementara didalam kekecewaan, mulut hanya dapat menyiniskan Tuhan
dan mencibir-Nya sebagai yang egois dan tak tahu perasaan orang lain, sudah tua
diri ini, baru ia mengabulkan-Nya? Permainan apakah ini, oh…. Tuhan? Tuhan
membungkam bukan bagaikan dia Sang Otoriter, Tuhan membungkamnya sebab Tuhan
sangat mengerti kesedihan yang dapat melahirkan kejahatan iman: lebih dari
sekedar sinis tetapi meninggalkannya. Dalam Ia membungkam, Ia bekerja mewujudkan
satu per satu janjinya. Zakharia melihat anak itu pada akhirnya lahir, dan ayah
mana yang tak ingin menamainya, sekalipun bukan dengan namanya sehingga trahnya
hidup? Namun kini ia tak lagi berpusat pada apa kehendaknya tetapi apakah
kehendak Bapa yang dilayaninya itu di Bait Suci-Nya yang kudus. Kini ia turut
bersukacita dan mengerti akan maksud Tuhan akan rancangan agung Allah atas
keselamatan manusia, yang hanya datang dari diri-Nya.
Itu berkat Roh Kudus yang
bekerja di dalam kebisuannya dan setelah kebisuan itu dilepaskan maka Roh Kudus
memandunya untuk memperkatakan hal-hal yang begitu mulia untuk didengarkan oleh manusia:
Seorang Imam Keturunan Harun
Memberitakan Keselamatan Berdasarkan Pengampunan [ Bukan Berdasarkan Taurat] Di
Dalam Yesus Kristus
Lukas 1:67-70(67)Dan Zakharia,
ayahnya, penuh dengan Roh Kudus, lalu bernubuat, katanya (68) Terpujilah
Tuhan, Allah Israel, sebab Ia melawat umat-Nya dan membawa kelepasan baginya,(69)
Ia
menumbuhkan sebuah tanduk keselamatan bagi kita di dalam keturunan Daud,
hamba-Nya itu,(70) --seperti yang
telah difirmankan-Nya sejak purbakala oleh mulut nabi-nabi-Nya yang kudus—
Apa
yang pertama kali dikatakan oleh Zakharia? Anaknyakah? Bukan! Ia menuturkan
kedatangan Sang Mesias Yesus saat pertama kali mulutnya dibebaskan dari
kebisuan:” Terpujilah Tuhan, Allah Israel, sebab Ia melawat Umat-Nya dan membawa kelepasan baginya, IA
MENUMBUHKAN SEBUAH TANDUK KESELAMATAN BAGI KITA DI DALAM KETURUNAN DAUD,
hamba-Nya itu.” Dan apa yang luar biasa, dalam
nubuat itu, sebuah rahasia telah disingkapkan: “seperti yang telah
difirmankan-Nya sejak purbakala oleh mulut nabi-nabi-Nya yang kudus.”
Zakharia
menyingkapan keberadaan kesaksian para nabi yang menunjukan kepada diri Sang
Kristus, mengenai kedatangan Sang Mesias,
pada segenap kitab perjanjian lama, bukan itu saja, ia menyingkapkan bahwa
sudah merupakan kehendak Allah sejak purbakala untuk terjadi. Sebagaimana
Yesus sendiri sudah mengemukakannya:
Yohanes 5:39 Kamu menyelidiki
Kitab-kitab Suci, sebab kamu menyangka bahwa oleh-Nya kamu mempunyai hidup yang
kekal, tetapi walaupun Kitab-kitab Suci itu memberi kesaksian tentang Aku,
Yohanes 5:46 Sebab jikalau kamu
percaya kepada Musa, tentu kamu akan percaya juga kepada-Ku, sebab ia telah
menulis tentang Aku.
Lukas 24:27 Lalu Ia menjelaskan
kepada mereka apa yang tertulis tentang Dia dalam seluruh Kitab Suci, mulai
dari kitab-kitab Musa dan segala kitab nabi-nabi.
Lukas 24:44 Ia berkata kepada
mereka: "Inilah perkataan-Ku, yang telah Kukatakan kepadamu ketika Aku
masih bersama-sama dengan kamu, yakni bahwa harus digenapi semua yang ada
tertulis tentang Aku dalam kitab Taurat Musa dan kitab nabi-nabi dan kitab
Mazmur."
Perjalanan
keselamatan manusia pada hakikatnya telah ditetapkan Allah harus berpuncak pada
Sang Mesias, tak ada yang lain dan tak ada alternatif apapun. Ini sangat benar sebab mulut semua nabi-Nya yang kudus menyatakan,
jadi ini bukan kata Zakharia dan bahkan bukan sekedar kata para nabi kudus itu
tetapi Allah sendiri yang bersabda. Allah pencipta langit bumi telah bersabda.
Dan
melalui mulut Imam Zakharia ini juga, Roh Kudus menyatakan hal yang sungguh
megah terkait keselamatan yang berlangsung didalam Yesus Kristus, bagaimanakah pengampunan berlangsung yang akan diberitakan
oleh anaknya nabi Yohanes yang bergelar Sang Pembaptis:
Lukas 1:67-79 Dan
engkau, hai anakku, akan disebut nabi Allah Yang Mahatinggi; karena engkau akan
berjalan mendahului Tuhan untuk mempersiapkan jalan bagi-Nya, untuk memberikan kepada umat-Nya pengertian akan
keselamatan yang berdasarkan pengampunan dosa-dosa mereka, oleh
rahmat dan belas kasihan dari Allah kita, dengan mana Ia akan melawat kita, Surya pagi dari tempat yang tinggi,
untuk menyinari mereka yang diam dalam kegelapan
dan dalam
naungan maut untuk mengarahkan kaki kita kepada jalan damai sejahtera."
Tahukah
anda, inilah berita natal yang begitu agung dan telah disampaikan jauh sebelum
Sang Pembuka Jalan bagi Tuhan itu hadir
bekerja dan apalagi Sang Mesias itu sendiri lahir dan bertumbuh hingga
genap usia pelayanannya dimulai! Kita pun, kemudian, memahami mengapa sejak
dalam kandungan ibunya, Roh Kudus sudah menyertai Yohanes: bukan saja ia harus “berjalan
mendahului Tuhan, tetapi dalam roh dan kuasa Elia” yang hanya dapat
dihadirkan oleh Roh Kudus, namun karena ia adalah nabi Allah yang Mahatinggi
dengan misi dan pemberitaan yang begitu
megah dan unik:
■memberikan kepada umat-Nya pengertian akan keselamatan yang berdasarkan pengampunan dosa-dosa
mereka
■oleh rahmat dan belas
kasihan dari Allah kita
Yohanes
sebagai pembuka jalan bagi Yesus Sang Kristus sudah meletakan dasar mengapa
Yesus harus datang. Yohanes memberikan pengertian akan
keselamatan berdasarkan pengampunan oleh rahmat dan belas kasihan dari
Allah kita.
Ini
adalah keselamatan yang harus diberikan pengertian! Mengapa? Sebab ini adalah
keselamatan yang bukan berdasarkan melakukan hukum Taurat tetapi
berdasarkan pada Kristus dan apa yang
dilakukannya. Apa yang sungguh menarik dan mencengangkan dalam konteks
pengertian keselamatan yang bahkan diyakini oleh imam Zakharia adalah deskripsi sang Mesias
dalam aspek keilahiannya yang
menjadi substansi diri dan karyanya saat
Sang Mesias yang
akan diberitakan oleh nabi Yohanes Pembaptis, disebutkan: “Ia akan melawat kita, Surya pagi dari tempat yang tinggi.” Sang Mesias adalah Sang Surya
Pagi dari sorga.
Sesungguhnya
kita sedang berhadap-hadapan dengan pembukaan injil Yohanes yang tidak mudah
untuk dimengerti untuk pembaca pertama kali atau tak memiliki latar belakang
dengan Tuhan di dalam kitab-kitab para nabi/PL. Begini bunyi Injil Yohanes yang saya maksudkan:
■Yohanes 1:1 Pada mulanya
adalah Firman; Firman itu bersama-sama
dengan Allah dan Firman itu adalah
Allah.
■Yohanes 1:4 Dalam Dia ada hidup dan hidup itu adalah terang manusia.
Dan
Yesus memang pernah berkata dirinya adalah matahari yang sesungguhnya bagi dan dibutuhkan dunia
ini:
■Yohanes 9:4-5 Kita harus
mengerjakan pekerjaan Dia yang mengutus Aku, selama masih siang; akan datang malam, di mana tidak ada
seorangpun yang dapat bekerja. Selama
Aku di dalam dunia, Akulah terang dunia."
Imam
Zakharia bahkan bernubuat bahwa anaknya
akan memberitakan juga bagaimana Sang Mesias berkuasa dan menaklukan kegelapan
atau kegelapan itu tak dapat berkuasa atas Sang Mesias itu: ” untuk menyinari mereka yang diam dalam kegelapan.”
Ini
adalah apa yang akan dikerjakan Yesus dan memang akan bekerja jika saja mereka
mengikut Kristus:
Yohanes 8:12 Maka Yesus berkata
pula kepada orang banyak, kata-Nya: "Akulah terang dunia; barangsiapa mengikut Aku, ia tidak akan berjalan dalam kegelapan, melainkan ia akan mempunyai terang hidup."
Bahkan
Imam Zakharia bernubuat bahwa Yohanes Pembaptis akan memberitakan bahwa Sang
Surya yang datang dari atas itu akan mengajarkan bahwa Yesus
bukan saja berkuasa menyinari mereka yang berada di dalam kegelapan tetapi juga
melepaskan dari maut dan membawanya kepada jalan damai sejahtera, dalam pernyataan ini: “menyinari
mereka dalam naungan maut t untuk mengarahkan kaki kita kepada jalan damai
sejahtera.”
Dan
ini memang adalah pengajaran Yesus sendiri:
Yohanes 5:24 Aku berkata
kepadamu: Sesungguhnya barangsiapa mendengar perkataan-Ku dan
percaya kepada Dia yang mengutus Aku, ia mempunyai hidup yang kekal dan
tidak turut dihukum, sebab ia sudah pindah
dari dalam maut ke dalam hidup.
Imam
Zakharia yang “benar di hadapan Allah dan
hidup menurut segala perintah dan ketetapan Tuhan dengan tidak bercacat-
Lukas 1:6” adalah sosok yang
menyampaikan keselamatan yang berkuasa
memindahkan seseorang dari dalam maut ke dalam hidup hanya berdasarkan percaya
kepada Anak dan percaya kepada Bapa. Hal
yang tak dihasilkan oleh keselamatan berdasarkan melakukan hukum Taurat. Ini
adalah berita yang juga dibutuhkan oleh Zakharia sebagaimana juga segenap Israel.
Dan juga pasti bagi segenap bangsa lain [
Roma 2:11-15, Roma 3:20, Roma 3:21-24].
Apakah
berita natal? Inilah berita natal sejati. Bukan sekedar kelahiran bayi mungil
di kandang domba atau sekedar Allah bersolidaritas dengan kelemahan dan
kesengsaraan manusia. Allah memang mengasihi manusia namun Ia tak pernah
bersolidaritas dengan keberdosaan manusia, sebaliknya Ia datang untuk menyinari
terangnya agar tersibak kegelapan itu dan agar tersibak ketakberdayaan manusia
itu untuk melepaskan diri dari naungan maut. Manusia dinaungi oleh maut!
■Yohanes 1:5 Terang itu bercahaya
di dalam kegelapan dan kegelapan itu tidak menguasainya.
■Yohanes 1:9 Terang yang
sesungguhnya, yang menerangi setiap orang, sedang datang ke dalam dunia.
■Yohanes 1:10-11 Ia telah ada di
dalam dunia dan dunia dijadikan oleh-Nya, tetapi dunia tidak mengenal-Nya.
Ia
datang kepada milik kepunyaan-Nya, tetapi orang-orang kepunyaan-Nya itu tidak
menerima-Nya.
Perhatikan,
Yesus sendiri berkata bahwa ke-natal-an
dirinya ke dunia ini adalah kedatangan Sang Surya dari sorga, namun
karena semua manusia berada di dalam kegelapan maka tak ada yang berkuasa
mendatanginya, hingga Ia melepaskan-Nya:
Yohanes 1:12-13 Tetapi
semua orang yang menerima-Nya diberi-Nya kuasa supaya menjadi anak-anak Allah,
yaitu mereka yang percaya dalam nama-Nya; orang-orang yang
diperanakkan bukan dari darah atau dari daging, bukan pula secara jasmani oleh
keinginan seorang laki-laki, melainkan dari Allah.
Yohanes 3:19 Dan
inilah hukuman itu: Terang telah datang ke dalam dunia, tetapi
manusia lebih menyukai kegelapan dari pada terang, sebab perbuatan-perbuatan
mereka jahat.
Yesus
sudah natal bahkan sudah duduk disebelah kanan Yang Mahabesar di tempat yang
tinggi [ Ibrani 1:3] setelah Ia tuntas mengadakan penyucian, sebuah penggenapan
gemilang akan pernyataan nabi Yohanes Pembaptis:"Lihatlah Anak domba Allah,
yang menghapus dosa dunia- Yoh 1:29.”
Natal seharusnya menjadi tempat bagi siapapun untuk
memeriksa dirinya, apakah ia mengerti akan peristiwa natal itu bahwa yang
diperingatinya adalah SANG SURYA bukan lagi
bayi Kristus. Apakah sinar-Nya sudah menyinariku dan hidupku bersinar
baginya sebagai sebuah akibat hidupku yang telah dibebaskan dari naungan maut.
Yesus berkata barangsiapa mengikut aku tidak lagi berjalan didalam kegelapan.
Itu adalah kuasa yang mengubah hidupmu, tanpa perlu engkau mempertanyakan dan
meragukannya, sebagaimana pernah dialami Zakharia yang mempertanyakan jawaban
dan maksud Allah atas dirinya.
Pun
bagi gereja, Natal adalah berkhotbah bagi kegelapan dan bagi semua manusia yang
masih berada di dalam naungan maut, bukan sekedar berasik ria mengejar pertumbuhan manusia
rohanimu agar semakin serupa dengan Bapa, yang untuk mewujudkannya bahkan mustahil bila tanpa
persekutuan dengan dan tunduk sepenuhnya pada kehendak Kristus, termasuk memberitakan kasih Kristus kepada yang masih belum menerimanya. Dan kemudian, anda pun menista maksud kedatangan
Sang Surya itu yang tertuju kepada manusia-manusia yang masih belum beriman
kepada Kristus, masih berada di dalam kegelapan, kata Kristus Tuhan kita?
Masihkan gereja percaya atau malah bersikap sinis? Kalau Tuhan sekedar
membungkammu, itu bagus, sebab kesudahannya adalah sebagaimana Zakharia. Tetapi
juga berawaslah, agar kesudahanmu bukan
sebagai yang tak dikenal Yesus walau engkau gereja. Mengapa tak dikenal-Nya?
Bahkan engkau sendiri memandang hina dan picik kehendak Yesus agar kebenaran
diri-Nya diberitakan kepada semua orang, siapapun!
Segala Kemuliaan Hanya
Bagi Allah Yang Telah Menyatakan Betapa Besar Kasih-Nya Kepada Manusia Yang
berkenan kepadanya, Di Dalam Kristus saja!
No comments:
Post a Comment