Oleh: Martin Simamora
Bacalah lebih dulu bagian 3Q-3f
Bagi Yesus, Ia harus
menyatakan dirinya adalah kebenaran tunggal. Ini bukan soal membangun hegemoni
kebenaran yang kemudian berlaku begitu represif atau menindas
kebenaran-kebenaran lainnya yang ada di bumi. Mengapa demikian? Karena bagi
Yesus dan sebagaimana juga kesaksian
injil meneruskannya, tidak satu apapun, di dunia ini, yang bahkan dapat disebut setitik terang kebenaran. Yesus dideklarasikan
sebagai satu-satunya terang saat masuk ke dalam dunia ini, dengan kata lain, di
dalam dunia ini, apa yang ada adalah kegelapan atau tak memiliki kehidupan:
Yohanes
1:5,9 Terang itu bercahaya di dalam
kegelapan dan kegelapan itu tidak menguasainya. Terang yang sesungguhnya,
yang menerangi
setiap orang, sedang datang ke dalam dunia.
Yesus pada hakikatnya, menyatakan dirinya adalah Pelita atau Terang
tubuh manusia yang pada hakikatnya dikuasai kegelapan. Semua manusia
memerlukan pelita tubuh itu yaitu diri sang Kristus sendiri:
Yohanes
1:4 Dalam Dia ada hidup dan hidup
itu adalah terang manusia.
Yohanes
8:12 Maka Yesus berkata pula kepada orang banyak, kata-Nya: "Akulah terang dunia; barangsiapa
mengikut Aku, ia tidak akan berjalan dalam
kegelapan, melainkan ia akan
mempunyai terang hidup."
Yesus memberitakan realita semua
manusia: “semua berjalan dalam
kegelapan.” Yesus memberitakan
kabar baiknya: “akulah terang dunia, barangsiapa mengikut Aku,
ia tidak akan berjalan dalam kegelapan.” Bagi Yesus, apapun juga yang
dihidupi manusia, termasuk keyakinan-keyakinan, kebenaran-kebenaran dan
norma-norma atau moral-moral luhur, sekalipun luhur untuk dihidupi, dalam hal
itu sekalipun, tak akan memiliki dan
menghasilkan kuasa untuk melepaskan manusia dari kegelapan yang sedang
Yesus maksudkan.
Dengan demikian “terang manusia” di sini, bukanlah
semacam pencerahan jiwa atau kebangkitan moralitas manusia untuk beranjak
keluar dari kejahatan dan kekelaman hati
manusia, sebab dalam hal itu sekalipun, tak akan berkuasa mengeluarkan
manusia dari problem kegelapan yang Yesus sedang maksudkan.
Juga, dengan demikian “kegelapan”
disini bukanlah problem moralitas atau problem kejahatan atau problem
kegelapan jiwa manusia yang dapat ditanggulangi dengan revolusi spiritual atau
moralitas. Itu tak menyembuhkan manusia dari kegelapan yang bagi Yesus,
sungguh mencelakakan manusia dan hanya dirinya yang dapat menanggulanginya
sempurna.
Perhatikan ini:
Lukas
11:36 Jika seluruh tubuhmu terang dan tidak
ada bagian yang gelap, maka seluruhnya akan terang, sama seperti apabila
pelita menerangi engkau dengan cahayanya."
Yesus sedang
berbicara mengenai “terang tubuh” yang begitu kuat dan berkuasa melenyapkan
kegelapan pada manusia secara total: “tidak
ada bagian yang gelap.” Di dunia ini dalam terang terik sekalipun, tetap akan ada bagian yang gelap, bayang-bayang dan bagian-bagian yang
tak terjamah oleh sorot cahaya matahari. Terang apakah atau pelita apakah yang menerangi tubuh ini
sehingga tak ada satu bagian tubuh ini
ada bagian gelapnya? Di dunia ini tak ada kebenaran apapun yang berkuasa menciptakan manusia yang mana kegelapan [baca hasrat atau
pikiran jahat] tak dapat lagi membelenggunya pada kuasa maut, sebab, tetap saja
memberikan ruang cengkraman yang mematikan pada bagian tubuh atau keberadaan manusia.
Dalam Yesus datang sebagai
terang manusia atau terang tubuh manusia
semacam ini, maka memang Ia menjadi
satu-satunya terang yang berkuasa untuk itu, yang lain-lainnya, secara alamiah masih dalam ikatan
kegelapan. Ia satu-satunya pelita yang sanggup menyinari manusia sehingga tak
ada bagian yang gelap sama sekali [Iblis sama sekali tak dapat lagi
membelenggunya pada maut].
3.Pohon tidak baik ketiga: nilai-nilai
atau kebenaran luhur dunia
Jika kita membaca
Surat Ibrani, kembali kita akan menemukan pembukaan yang pada hakikatnya adalah
pernyataan Yesus sendiri:
Ibrani
1:3 Ia adalah cahaya kemuliaan
Allah dan gambar wujud Allah
[KJ
Who being the brightness of
his glory; NIV The Son is the radiance of God's glory]
Terang manusia pada
Yesus, bukan berasal dari terang-terang apapun yang ada di dunia ini. Terang
pada Yesus, termasuk hikmat dan kebenaran yang dinyatakannya, dengan demikian,
sama sekali bukan datang dari dunia ini
atau diinspirasi oleh kebenaran atau hikmat-hikmat dunia ini dalam kadar yang
bagaimanapun, karena terang manusia pada Yesus hakikatnya adalah cahaya kemuliaan Allah itu sendiri pada
dirinya sendiri. Itu sebabnya, Ia
saat berkata-kata mengenai terang atau pelita yang menyinarimu atau
bersinar pada dirimu atau yang ada padamu, terangnya yang membenderang itu tak
sama sekali memberikan sisa untuk adanya tempat-tempat gelap.
Dengan kata lain,
bahkan terang Yesus kala bersinar dihadapan terang-terang di dunia ini atau
kebenaran-kebenaran di dunia ini akan menunjukan bahwa didalam
kebenaran-kebenaran dunia ini atau didalam nilai-nilai dan kebijakan-kebijakan
luhur dunia ini, tak pernah sama sekali
terang, sebab masih tak berkuasa atas kegelapan dunia ini, yang membelenggu
manusia.
Epistel Ibrani
berkata begitu kuat akan hal ini:
Ibrani
4:13 Dan tidak ada suatu
makhlukpun yang tersembunyi di hadapan-Nya, sebab segala sesuatu telanjang
dan terbuka di depan mata
Dia, yang kepada-Nya kita harus memberikan pertanggungan jawab.
Dihadapan Sang Terang
Manusia, itu semua, kebenaran-kebenaran atau keyakinan-keyakinan manusia, itu akan menjadi begitu gelapnya. Bukan
sama sekali terang.
Kita telah melihat
bagaimana Yesus Sang Terang Manusia mendemonstrasikannya dihadapan:
kebenaran-kebenaran yang diajarkan oleh para ahli-ahli Taurat dan orang-orang
Farisi, juga kebenaran-kebenaran yang diajarkan oleh mereka yang mengaku
atau disebut sebagai nabi. Hanya dia Sang Guru Ahli Taurat yang memiliki terang
kemuliaan Allah dan hanya dia Sang Nabi yang memiliki terang kemuliaan Allah
dimana terang-Nya sanggup mengusir secara sempurna kegelapan yang membelenggu pada
manusia, sebab Ia adalah terang yang meluruhkan kerja kuasa kegelapan yang
mencoba menguasainya:
Yohanes
1:5 Terang itu bercahaya di dalam kegelapan dan kegelapan itu tidak
menguasainya.
Apa yang dapat
dilakukan oleh Terang Manusia
Yesus adalah ini:
Kisah
Para Rasul 26:18 untuk membuka mata mereka, supaya mereka berbalik dari kegelapan kepada terang dan
dari kuasa Iblis kepada Allah, supaya mereka oleh
iman mereka kepada-Ku
memperoleh pengampunan dosa
dan mendapat bagian dalam apa yang
ditentukan untuk orang-orang yang dikuduskan.
Atau
sebagaimana Yesus nyatakan sendiri:
Yohanes
5:24 Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya barangsiapa mendengar perkataan-Ku dan
percaya kepada Dia yang mengutus Aku, ia mempunyai hidup yang kekal dan tidak
turut dihukum, sebab ia sudah pindah dari dalam maut ke dalam hidup.
Memang
benar dan tak terbantahkan, di luar Yesus anda akan menjumpai ada banyak
kebenaran-kebenaran bernilai mulia yang bahkan dapat diperbandingkan dengan
pengajaran-pengajaran Kristen atau Yesus Kristus. Namun kebenaran Kristen bukan pada pengajaran-pengajaran
yang hanya sekedar berkuasa menyadarkan
jiwa akan kejahatannya atau sekedar menginsyafkan manusia dari segala
jalan-jalannya yang jahat. Manusia-manusia yang tersadarkan dan manusia-manusia
yang mengalami keinsyafan yang begitu total sekalipun, pada hakikatnya, semua itu, tidak
akan menyebabkan dia memiliki hidup yang kekal, karena keinsyafan manusia dan
perbuatan-perbuatan baik atau mulia manusia, tak sama sekali berkuasa
memindahkannya dari dalam maut ke dalam hidup. Tak ada satu kebenaranpun yang
memberikan kuasa kepada manusia itu kuasa untuk menaklukan maut didalam
kematiannya, selain Yesus saja:
Ibrani
2:14 Karena anak-anak itu adalah anak-anak dari darah dan daging, maka Ia juga
menjadi sama dengan mereka dan mendapat bagian dalam keadaan mereka, supaya oleh kematian-Nya Ia memusnahkan dia, yaitu Iblis,
yang berkuasa atas maut;
Itu
sebabnya Yesus Terang Manusia adalah
Sang Kebenaran dan Sang Hidup Kekal
bukan karena pengajarannya tetapi karena tindakan penaklukannya atas
maut di dalam kematiannya. Kematian Yesus
sebagai manusia merupakan satu-satunya
momentum paling bernilai bagi Yesus untuk
berjumpa dengan Iblis penguasa belenggu manusia, yaitu maut.
Itulah
sebabnya Yesus membukakan khotbahnya dengan sebuah deret berbahagialah! Bukan
sembarang berbahagia karena Yesus secara gamblang mengaitkannya dengan sorga, melihat
Allah dan anak-anak Allah:
Matius
5:3 Berbahagialah orang yang miskin di hadapan Allah, karena merekalah yang
empunya Kerajaan Sorga.
Matius
5:8 Berbahagialah orang yang suci hatinya, karena mereka akan melihat
Allah.
Matius
5:9 Berbahagialah orang yang membawa damai, karena mereka akan disebut anak-anak Allah.
Matius
5:10 Berbahagialah orang yang dianiaya oleh sebab kebenaran, karena merekalah yang
empunya Kerajaan Sorga
Semua ini, yang semacam ini, bukanlah bermakna universal. Seolah “miskin di hadapan Allah”
adalah siapa saja tanpa perlu diskriminasi apakah Ia orang yang percaya kepada Kristus atau tidak;
seolah “suci hatinya” adalah siapa saja tanpa perlu ia beriman kepada Yesus;
seolah “orang yang dianiaya oleh sebab kebenaran” adalah kebenaran universal
dan tanpa perlu ia terhisab di dalam Yesus. Sama sekali tidak karena Yesus sedang
mengajar kepada para muridnya: “…setelah
Ia duduk, datanglah murid-murid-Nya
kepada-Nya. Maka Yesuspun mulai berbicara dan mengajar mereka,
kata-Nya:… Mat 5:1-2.” Bahkan kepada mereka, Ia menyebut
mereka adalah: garam dunia dan terang dunia! [Mat 5:13-14].
Kebenaran
Yesus sungguh asing sama sekali dengan seluruh kebenaran di dunia ini, oleh
karena betapa substansialnya dirinya
dalam segala kebenaran atau moralitas yang sedang dibicarakan dan
diajarkannya. Ia substansial sebab dirinyalah terang manusia yang berkuasa
untuk melepaskan atau membebaskan manusia dari kuasa maut, sementara segala
kebenaran moralitas –hukum Taurat sama sekali tak berdaya untuk memiliki
kehidupan kekal berdasarkan moralita manusia yang dibangun dalam kegigihan
penuh, sebab tak akan pernah mendekati kekudusan Allah itu sendiri [ Matius
5:20, Matius 5:21-22, Matius 5:25, Matius 5:27-29]. Bahkan menegaskan bahwa
neraka atau kematian kekal atau maut adalah keniscayaan manusia jika tak memiliki sebuah
substansial tunggal dan absolut
yang sedang ditunjukan oleh moralitas-hukum Taurat itu sendiri, yaitu dirinya
sendiri, sebagaimana Ia sendiri telah menegaskannya [Yohanes 5:39-40].
Ketika
kebenaran-kebenaran di dunia ini tidak memiliki sumber yang bersumber dari sorga, Yesus menetapkan
kebenaran-kebenaran-Nya bersumber dan berstandard Allah saja:
Matius
5:48 Karena itu haruslah kamu sempurna,
sama seperti Bapamu yang di sorga adalah sempurna."
Jika
anda berkata, bahkan ini tak eksklusif Kristus atau Kristen, karena
kebenaran-kebenaran yang lain pun bersumber dari Allah, dalam hal inipun sangat
salah untuk diterima sebagai benar adanya, berdasarkan pada Yesus sendiri.
Perhatikan,
ada 2 hal yang membuat kebenaran berstandard Allah yang diajarkan oleh Yesus
sangat tak sama dan sangat tak senilai dan sangat gelap dibandingkan dengan
Yesus:
●Pertama:
Yesus satu-satunya Sang Guru Kebenaran yang menyatakan kehakikatannya sebagai ilahi dan berkuasa
penuh saat berkata: “Janganlah kamu
menyangka, bahwa Aku datang untuk
meniadakan hukum Taurat atau kitab para nabi. Aku datang bukan untuk
meniadakannya, melainkan untuk menggenapinya.
Karena Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya selama belum lenyap langit dan bumi ini, satu iota atau satu titikpun tidak akan
ditiadakan dari hukum Taurat, sebelum semuanya terjadi- Mat
5:17-18”
Bagaimana
bisa Yesus berkata Ia datang untuk menggenapi semua kitab semua nabi kudus
Allah. Dalam hal ini, jangan pernah berpikir bahwa ini adalah kebenaran
lokalitas, karena terjadi pada sebuah lokasi terbatas. Sebab dalam hal ini,
sejak semula Bapa menyatakan misi Yesus adalah membawa misi-Nya yang berdampak
bagi dunia bukan satu lokasi di dunia ini saja: “Karena begitu besar kasih Allah akan dunia ini, sehingga Ia telah
mengaruniakan Anak-Nya yang tunggal – Yoh 3:16”
Bagaimana
bisa Yesus berkata: kerja penggenapannya itu “selama belum lenyap langit dan dunia ini.” Jika ini adalah masa
berlaku penggenapannya atas kitab Taurat dan kitab nabi-nabi, maka tentu saja
pertanyaan yang paling krusial “siapakah
dia yang bekerja menggenapi di sepanjang usia dunia ini ada.” Ini adalah poin
kedua untuk mengatakan bahwa Yesus dan pengajaran tak sama sekali bersifat
lokalitas sebab faktanya membelenggu
eksistensi alam semesta!
Bagaimana
bisa, Yesus berkata “satu iota atau satu titikpun tidak akan ditiadakan?” Siapakah yang
dapat memahami kesempurnaan kitab Taurat dan kitab nabi-nabi pada maksud atau
tujuan dan pada implementasinya selain hanya Allah sendiri? Siapakah Ia
terhadap Allah di sorga [ bacalah: Yohanes 5:19-20, dan juga seterusnya]? Ini
bukan sekedar berbicara mengenai supremasi Yesus sebagai yang paling sempurna
didalam memahami dan memastikan cara
agar jangan sampai terjadi “satu iota
atau satu titikpun ditiadakan” dalam sebuah durasi hingga lenyap langit dan
bumi ini. Ini adalah poin ketiga, mengapa ini bahkan bukan sama sekali sebuah
kebenaran yang lokalitas saja, sehingga
dicap terlalu mengada-ada digunakan untuk menghakimi manusia-manusia non Israel
dan non pengikut Yesus yang memiliki nilai-nilai mulia pada budaya dan
keyakinannya.
●Kedua:
Yesus, satu-satunya sumber atau pohon kebenaran yang menyebut Allah adalah
Bapa. Ia berkata mengenai ini baik pada hubungannya dengan orang-orang yang
beriman kepadanya atau murid-murid-Nya [misal Matius 5:9], dan saat Ia menyebut
Allah sebagai acuan kebenaran yang diajarkannya sendiri kepada para murid-Nya: “Karena
itu haruslah kamu sempurna, sama
seperti Bapamu yang di sorga adalah sempurna- Matius 5:48."
Saat
Yesus mengajarkan kebenaran yang bersumber dari Allah sendiri, itu begitu
berbeda dengan semua pohon-pohon kebenaran di dunia ini, karena Ia memanggil
Allah sebagai Bapa, dan yang jauh lebih mencengangkan adalah tindakannya
menjadikan setiap murid-murid-Nya sedemikian dekat
dengan dirinya sebagaimana Ia dengan Bapa. Jadi, kala pohon-pohon kebenaran
dunia lainnya berkata bahwa kebenarannya juga berasal dari Allah, itu tak
pernah terjadi didalam relasi yang begitu dekat dan merupakan sebuah kesatuan
yang tak terpisah baik pada diri Yesus dengan para murid danpada diri Yesus
dengan Allah itu sendiri.
Perhatikan
hal-hal berikut ini:
●Relasi Yesus dengan para murid,
sehingga dapat menyebut Allah adalah Bapa:
Yoh
6:54-56 Barangsiapa makan daging-Ku dan minum darah-Ku, ia mempunyai hidup yang
kekal dan Aku akan membangkitkan dia pada akhir zaman. Sebab daging-Ku adalah
benar-benar makanan dan darah-Ku adalah benar-benar minuman. Barangsiapa makan
daging-Ku dan minum darah-Ku, ia tinggal di dalam Aku dan Aku
di dalam dia.
Yohanes
6:57 barangsiapa yang memakan Aku, akan hidup oleh
Aku
Yoh
17:21 agar mereka juga di dalam
Kita
●Relasi Yesus dengan Allah,
sehingga Allah adalah Bapa-Nya:
Yoh
6:57 Sama seperti Bapa yang hidup mengutus Aku dan Aku hidup oleh Bapa,
Yoh
14:10 Tidak percayakah engkau, bahwa Aku
di dalam Bapa dan Bapa di
dalam Aku? Apa yang Aku katakan kepadamu, tidak Aku katakan dari
diri-Ku sendiri, tetapi Bapa, yang diam di dalam Aku,
Dialah
yang melakukan pekerjaan-Nya.
Yoh
17:21 supaya mereka semua menjadi satu, sama seperti Engkau, ya Bapa,
di dalam Aku dan Aku di dalam Engkau
Yesus
adalah kebenaran dari sorga itu sendiri, karena saat Ia berkata “Allah adalah
Bapamu” itu adalah sebuah relasi eksklusif yang
hanya terbangun jika seseorang berada didalam Kristus dan Kristus di
dalam dirinya. Kebenaran Yesus dengan demikian sempurna dan berusia
abadi, dikarenakan Ia sendiri adalah pembawa kepenuhan Allah itu pada dirinya
sendiri. Itulah sebabnya ia dapat berkata “Bapa, yang diam
di dalam Aku.”
Hanya
ada satu pohon kebenaran yang demikian, dialah Sang Kristus. Mengapa Ia terang
manusia yang dapat menyinari manusia sehingga tak ada tempat gelap lagi pada
manusia, karena pada dasarnya saat manusia beriman itu berada didalam Yesus dan
Yesus ada didalam dirinya, maka Ia tak lagi menjadi miliki kegelapan ini namun
menjadi milik Bapa:
Yohanes
17:6 Aku telah menyatakan nama-Mu kepada semua orang, yang Engkau berikan
kepada-Ku dari dunia. Mereka itu milik-Mu dan Engkau telah
memberikan mereka kepada-Ku dan mereka telah menuruti firman-Mu.
Hanya
Yesus yang darinya mengalir pengajaran dan kuasa yang dapat membuat para
pemercayanya tidak lagi milik maut, tetapi milik Bapa. Itu bukan terjadi karena
orang percaya itu mendengarkan dan menuruti firman Bapa, tetapi akibat Bapa
memberikan mereka kepada Yesus. Mengapa Yesus? Sebab Yesus satu-satunya yang datang
dari Bapa dan berkuasa untuk menaklukan dan membinasakan Iblis sang penguasa
maut atau kematian kekal!
Yesus
adalah kebenaran itu sendiri, dan inilah substansial yang sedang dibicarakan
oleh Yesus saat Ia berkata Akulah Terang,
Akulah Kebenaran dan Akulah kehidupan [Yohanes 14:6].
Dan perhatikanlah,
pada segenap pengajaranya di atas bukit itu, senantiasa dibingkainya didalam
kesatuan dirinya dengan para muridnya, sehingga relasi antara sumber kebenaran
di sorga dengan para murid di bumi adalah begitu dekat, satu dan intim
sekalipun Allah di sorga.
Perhatikan
hal-hal berikut ini:
●Tentang sedekah
Matius
6:1 Ingatlah, jangan kamu melakukan kewajiban agamamu di hadapan orang supaya
dilihat mereka, karena jika demikian, kamu tidak beroleh upah dari Bapamu yang di
sorga.
Tentang
sedekah, maka jelas tak hanya eksklusif ditemukan pada Alkitab atau hanya
diajarkan oleh Yesus saja, dan gereja. Tetapi apa yang luar biasa bukan pada
sedekah itu sendiri, tetapi pada bagaimana orang beriman kepada Yesus melakukan
itu sebagai anak-anak Bapa! Inilah nilai kekekalan didalam tindakan anak-anak Bapa dalam dunia fana ini.
Bagaimana sebuah pemberian harus dilakukan sebagaimana kehendak Bapa, bukan
kehendakku. Anda melakukannya sebagai seorang yang telah dibebaskan dari
belenggu maut. Inilah sudut tajam tunggal pengajaran Yesus, bahwa nilai sebuah sedekah dan bagaimana sebuah sedekah tidak boleh berangkat dari semata hukum agama, tetapi karena anda memiliki hubungan dengan Bapa - memiliki kasih-Nya. Jika demikian anda tidak akan mencari nilai kebaikanmu berdasarkan nilai-nilai dunia, tetapi relasimu dengan Bapamu yang di sorga.
●Hal Berdoa
Matius
6:6 Tetapi jika engkau berdoa, masuklah
ke dalam kamarmu, tutuplah pintu dan berdoalah kepada Bapamu yang ada di tempat
tersembunyi. Maka Bapamu yang melihat yang
tersembunyi akan membalasnya kepadamu.
Apalagi
tentang berdoa. Jelas agama-agama atau keyakinan-keyakinan lain sangat memiliki
pengajaran ini. Tetapi apa yang sangat berbeda dan eksklusif adalah bagaimana
Yesus menunjukanmu sebagai siapakah saya atau anda kala menghadap Allah! Bahwa: (1) anda adalah anak Bapa, (2) anda berada didalam Kristus yang berada
didalam Bapa, (3) anda berdoa sebagai
orang yang telah dilepaskan Bapa dari kuasa maut sebagai tindakan Bapa
menyerahkanmu kepada Yesus. Ini, hal berdoa, bukan sekedar beriman kepada
Allah pencipta langit dan bumi, bukan sekedar mengakui bahwa Allah pencipta
langit dan bumi adalah Dia yang menjadi tempat kita mengadu, mengeluh, memohon
dan bersyukur. Bukan itu, tetapi dalam datang
kepada-Nya, kita tahu, Dia mengenal
siapakah kita yang beriman kepada Yesus
itu dihadapannya dan kita tahu Ia berkenan pada diri kita karena Yesus ada
didalam kita! Sehingga memang sangat
kokoh dan absolut perintah Yesus:
“masuklah ke dalam kamar dan tutuplah
pintumu.” Mengapa? Sebab anda tidak memerlukan dunia untuk melihat ibadahmu
sebagai sebuah ukuran moralitas dan kesucianmu atau apakah doamu berkenan
kepada-Nya? Sebaliknya, yang ditekankan
Yesus adalah hiduplah didalam relasi yang sedemikian eksklusif itu dengan
datanglah kepada Bapa didalam rumah relasi yang ada didalam Kristus. Anda
berdoa berarti anda masuk kedalam relasi yang
sudah ada didalammu. Ini tak ada dan
tak akan terjadi pada siapapun yang tak ada berada didalam Kristus dan
Kristus tidak ada didalam dirinya.
●Hal berpuasa
Matius
6:17-18 Tetapi apabila engkau berpuasa,
minyakilah kepalamu dan cucilah mukamu, supaya jangan dilihat oleh orang bahwa
engkau sedang berpuasa, melainkan hanya oleh Bapamu yang ada di tempat
tersembunyi. Maka Bapamu yang melihat yang tersembunyi akan membalasnya
kepadamu."
Pun
demikian dengan berpuasa. Ini akan begitu mudah ditemukan didalam
kebenaran-kebenaran lainnya. Namun apa yang tak akan pernah ada adalah anda
melakukan itu bukan untuk diakui dunia atau agar ibadah ini mendapatkan
apresiasi. Anda tak ada urusannya sama sekali dengan dunia ini kala anda
beribadah kepada Bapa, dalam beribadah atau berinteraksi atau mengenali secara
khusus apa yang menjadi kehendak Bapa, itu adalah relasi yang luar biasa mesra
antara anda dan Bapa. Takkah ini terlihat begitu indah dan hidup, bahwa Yesus
sedang menunjukan atau berkata: itu bukanlah retorika kalau Aku berkata atau
bersabda kepadamu , bahwa Allah adalah Bapamu! Itu kebenaran dan dengan
demikian, perlakukanlah Ia sebagai Bapamu
sehingga apapun juga ibadahmu adalah kehidupan penuh kasih dan penuh kepuasan dari Bapa saja. Berharaplah hanya
dari Bapa saja. Bukankah Allah telah menjadi Bapamu karena Aku hidup didalammu dan kamu ada
didalam-Ku sementara Aku di dalam Bapa dan Bapa didalam Aku. Relasi
dengan Yesus membuat kehidupan peribadahan kita menjadi semakin personal, semakin intim dan semakin tidak memerlukan
pengakuan-pengakuan apapun dari dunia. Kalau Bapa ada didalammu dan kamu ada didalam Bapa, hei……
apalagi yang dibutuhkan dari dunia ini untuk bercakap-cakap dengan
Bapamu sendiri?
Berpuasa
itu sendiri adalah sebuah tindakan merendahkan diri dihadapan Bapa dan
menghentikan segala kejahatan-kejahatan atau memberikan kelegaan atas
manusia-manusia lain yang berada didalam otoritasmu (bandingkan dengan Yesaya
58:3-7), atau merupakan tindakan seruan
atau doa meminta agar Allah berkenan melakukan sesuatu bagi dirinya
didalam kehidupan ini atau dirinya (bandingkan dengan 2 Sam 12:15-17), atau juga
merupakan sebuah tindakan merendahkan diri dihadapan Allah untuk memohonkan
atau meratapi kehidupan orang-orang tertentu didalam kehidupan kita, meminta
Allah dalam seruan dan kerendahan hati penuh pengharapan agar Bapa mau menjawab
permohonannya segera ( bandingkan dengan Maz 35:13-14). Jika berpuasa adalah
sebuah intimasi iman yang begitu eksklusif dengan Bapa yang berkuasa di bumi
seperti di sorga, lalu mengapa lagi
mencari muka dari dunia ini? Bukankah Allah saja yang berkuasa untuk
menjawabmu sesuai dengan kehendak-Nya?!
●Hal Mengumpulkan Harta
Matius
6:19-21, 24 Janganlah kamu mengumpulkan harta di bumi; di bumi ngengat dan karat merusakkannya
dan pencuri membongkar serta mencurinya. Tetapi kumpulkanlah bagimu harta di
sorga; di sorga ngengat dan karat tidak merusakkannya dan pencuri tidak
membongkar serta mencurinya. Karena di mana hartamu berada, di situ juga hatimu
berada. … Tak seorangpun dapat mengabdi kepada dua tuan. Karena jika demikian,
ia akan membenci yang seorang dan mengasihi yang lain, atau ia akan setia
kepada yang seorang dan tidak mengindahkan yang lain. Kamu tidak dapat mengabdi
kepada Allah dan kepada Mamon."
Ini
bukan pengajaran tentang hidup sederhana [sekalipun kaya], juga bukan
pengajaran hidup yang tidak materialisme
atau “matrek,” atau bahkan juga
sebuah dasar untuk hidup menjadi seorang filantropis atau mencintai sesama manusia
yang diwujudkan dengan mengalokasikan harta bendanya secara amat dominan (missal
90 persen) untuk menolong atau membela kemanusiaan dari kemiskinan, kelaparan, kebodohan,
keterbelakangan dan apapun juga yang membahaykan kemanusiaan itu.
Jika
ini substansinya, maka pengajaran Yesus
tak ada bedanya dengan dunia ini. Pada ayat 24 kita menjadi tahu bahwa sudut tajam
tunggal pengajaran Yesus ini adalah relasimu dengan Bapa. Harta benda bisa membuat
kecintaanmu kepada Bapa menjadi demikian bias. Pengejaran harta benda yang
melampaui kasih karunia yang diberikan kepadanya dalam kepemilikan harta benda
niscaya akan menimbulkan masalah kritikal: “kamu tidak dapat mengabdi kepada
Allah dan kepada Mamon.”
Sebagai
anak-anak Bapa maka pencarian harta di dunia ini haruslah secara gemilang
berbeda dengan nilai-nilai di dunia ini. Didalam engkau hidup dan bekerja keras
dan penuh dedikasi di dunia ini maka yang menjadi mahkota karirmu atau mahkota
prestasimu adalah “kumpulkanlah bagimu
harta di sorga; di sorga ngengat dan karat tidak merusakkannya dan pencuri
tidak membongkar serta mencurinya.”
Hasratmu
harus hidup bagi apa yang ada di sorga, yaitu melakukan kehendak Bapa-mu. Lebih
lagi, apakah masih Allah yang kini bisa engkau panggil tetap merupakan sebuah
kegairahan dan harta termahal bagimu di dunia ini. Ini senantiasa yang akan menjadi perenunganku, bahkan dalam
menuliskan ini saat ini. Apakah Ia benar-benar sebuah kebahagiaanku,
memanggil-Nya Bapa? Aku memiliki Bapa di dunia ini didalam segala aktifitasku
dan ia harus menjadi satu-satunya pesonaku didalam pengejaran cita-citaku dan
impianku yang terus hidup dan tak mati? Bagaimana cinta Kristus dan kasih Bapa dari hari ke
hari kian membentuk dan menuntun hasrat, mengoreksi, memahat, dan membentuk
hasrat dan keinginan diri ini hanya untuk melayani Bapa?
Harta,
mencari harta, mengapresiasi harta dalam nilai-nilai kemanusiaan dan membangun
kemanusiaan dengan segala berkat harta benda, itu mulia. Namun semua itu hampa
jika itu tanpa anda memiliki Bapa, sebab anda bisa saja memiliki harta dan
kemuliaan nama baik di dunia ini, tetapi anda mustahil dapat mengumpulkan harta di sorga atau melakukan kehendak Bapa
atau menyenangkan Bapa atau memuliakan Bapa dihadapan dunia dan segenap
manusia, jika anda tak pernah dapat memiliki Allah sebagai Bapamu yang begitu
kasih dan dekat padamu bagaikan dua yang
dapat saling mengasihi dan menyapa dalam kemuliaan dan kekudusan-Nya. Anda tak
dapat mengejar dua hal ini sekaligus,
sebab manusia tak pernah berdaya untuk menyenangkan Bapa sementara dunia masih
menjadi jangkar harapan dan masa depanmu.
●Hal Kekuatiran
Matius
6:31- Sebab itu janganlah kamu kuatir dan
berkata: Apakah yang akan kami makan? Apakah yang akan kami minum? Apakah yang
akan kami pakai? Semua itu dicari bangsa-bangsa yang tidak mengenal Allah. Akan
tetapi Bapamu yang di sorga tahu, bahwa kamu memerlukan semuanya itu. Tetapi
carilah dahulu Kerajaan Allah dan kebenarannya, maka semuanya itu akan
ditambahkan kepadamu.
Bagaimana
kebenaran-kebenaran lain mengatasi kekuatiran? Bagi Yesus solusinya hanya satu:
kerajaan Allah! Bagaimana bisa anda dapat memiliki kerajaan Allah jika tanpa
Kristus dan Bapa? Ini menegaskan, apapun juga kebenaran di dunia ini tak memiliki sebuah substansial tunggal dan
hanya ada di dalam Bapa, yaitu: terang manusia –Sang Terang Dunia,
Kristus.
Dunia
tidak punya solusi yang jitu dan kekal untuk mengatasi kekuatiran kehidupan
sehari-hari bahkan. Damai sejahtera substansial manusia fana adalah tercukupinya kebutuhan-kebutuhan
mendasar. Tetapi celakanya, dunia senantiasa mengecoh manusia sehingga
kebutuhan-kebutuhan dasar tak pernah lagi menjadi sejahtera yang memuaskan jiwa,
sehingga pengejaran demi pengejaran dan pencarian demi pencarian kesejahteraan
dan damai sejahtera selalu dipatokan pada apa yang telah dimiliki dan belum
dimiliki dan apa yang ingin dikejar
untuk harus dimiliki. Itulah kerajaan dunia dengan segala keinginannya
dan telah menyihir dunia. Dari kerajaan yang sama ini jugalah, manusia
menemukan berbagai macam hikmat dan kebijaksanaan untuk meredam ambisi-ambisi
manusia yang dapat melahirkan perselisihan, kejahatan, permusuhan di dalam
keluarga dan bahkan perang! Namu dalam hal itu sekalipun, malah kekuatiran kian
keras karena apa yang hendak didirikan sebagai hal-hal yang mulia adalah di
dunia ini.
Yesus
menunjukan bahwa pengejaran kerajaan dunia ini sia-sia, fana dan meletihkan
atau memfrustrasikan, sebab tak pernah kekal:
Matius
6:30 Jadi jika demikian Allah mendandani rumput di ladang, yang hari ini ada dan besok dibuang ke dalam api,
tidakkah Ia akan terlebih lagi mendandani kamu, hai orang yang kurang percaya?
Anak-anak
Bapa tidak boleh berlari ke kerajaan dunia ini, sebab walau ada yang baik namun
fana, ada saatnya lenyap dan musnah. Hari ini keindahan ada, esok entah kapan
lenyap tanpa tanda-tanda. Hal ini bukan tak diketahui Bapa bahwa kita sangat
memerlukannya selama hidup di dunia ini:
Yohanes
6:32 Semua itu dicari bangsa-bangsa yang
tidak mengenal Allah. Akan tetapi Bapamu yang di sorga tahu,
bahwa kamu memerlukan semuanya itu.
Apakah
dasar bagi kita untuk tidak kuatir? Satu saja: saya dan anda mengenal Allah,
sehingga kita menyebutnya Bapa. Jika anda mempunyai Bapa. Bapa….. apakah lagi
untuk membuat kuatir menjadi tuan kehidupanku sehingga aku pada akhirnya
berkelakuan seperti warga kerajaan dunia ini yang memang patut kuatir sehingga
bagi mereka diri mereka adalah tuan atas jawaban hari demi hari. Tentu saja kita pun harus berjuang
didalam kehidupan ini, namun sebagai warga kerajaan Allah yang mengenal Bapa! Sehingga kita tidak menjadi manusia-manusia
yang bias ditawan dunia ini dengan segala hasratnya karena kekuatiran akan
hidup. Jika demikian, masih bisakah kita dalam sehari-hari untuk semakin intim
pada Bapa, semakin mencari tahu apakah kemauan Bapaku atas diriku sebagai
anak-Nya? Dan itu pun tantangan bagi saya, namun dalam sebuah semangat dan
sukacita hidup sebagai salah satu anak-anak Bapa!
Kehidupan
tanpa kekuatiran karena Bapa sanggup memelihara anak-anak-Nya sekalipun
bukan warga kerajaan dunia ini dengan segala
hasrat dan gaya hidupnya yang kompromistis dengan segala jalan yang
jahat, tak akan anda temukan pada ajaran
dan pohon kebenaran lain manapun di dunia ini. Pada Bapa ada
sebuah penjaminan yang kokoh dalam perihal atau masalah ini:
Matius
6:30 Jadi jika demikian Allah mendandani rumput di ladang, yang hari ini ada
dan besok dibuang ke dalam api, tidakkah Ia akan terlebih lagi mendandani kamu,
hai orang yang kurang percaya? Jadi jika demikian Allah mendandani rumput di
ladang, yang hari ini ada dan besok dibuang ke dalam api, tidakkah Ia akan
terlebih lagi mendandani kamu, hai orang yang kurang percaya? Semua itu dicari
bangsa-bangsa yang tidak mengenal Allah. Akan tetapi Bapamu yang di sorga tahu,
bahwa kamu memerlukan semuanya itu. Tetapi carilah dahulu
Kerajaan Allah dan kebenarannya, maka semuanya itu akan ditambahkan kepadamu. Sebab itu janganlah kamu kuatir akan hari besok, karena hari besok
mempunyai kesusahannya sendiri. Kesusahan sehari cukuplah untuk sehari."
Bahkan,
apa yang dimiliki oleh warga kerajaan dunia itu, bukan substansial sama sekali, apa yang substansial bagi Allah untuk
kita lakukan adalah: selama anda hidup di dunia ini, anda dan saya kian
hari kian hidup didalam kerajaan Allah sekalipun anda hidup dan bekerja di dalam kerajaan dunia ini.
Itu hanya bisa terjadi kalau Kristus
hidup di dalammu dan menjadi terang manusia yang membebaskanmu dari jerat-jerat
kegelapan dunia ini, sebuah kekhasan dunia yang walau dikenali kerap
membodohi anak-anak Allah yang ceroboh
dalam mengenali kebenaran
tertinggi sebagai anak-anak Bapa.
Bersambung ke
“Tinjauan Pengajaran Pdt. Dr.Erastus Sabdono “Keselamatan DiluarKristen”(3Q-3g):“Tidak Ada Keselamatan Di Luar Kristen Tetapi Ada Keselamatan
Di Luar Kristen”
AMIN
Segala
Pujian Hanya Kepada TUHAN
The
cross
transforms
present criteria of relevance: present criteria of relevance do not transform
the
cross
[oleh
seorang teolog yang saya lupa namanya]
No comments:
Post a Comment