Oleh: Martin Simamora
Bacalah lebih
dulu bagian 3Q-3g1
Ketika Allah disebut
atau dipanggil sebagai Bapa, itu bukan
sebuah pendekatan atau belaka cara pandang manusia terhadap Allah, bahwa Ia
begitu dekat dalam sebuah jeritan harapan manusia untuk melihat-Nya demikian
[yang mana ini sebuah hal yang begitu tersembunyi di kedalaman perut bumi, bagi
jiwa manusia untuk sampai memandang Allah demikian, jika bukan sebuah mujizat!],
menurut penilaian atau pengimanan jiwa manusia saja.
Bukan, ini bukan soal emosional, soal psikologis, soal kasih yang berteriak
dari bumi untuk membuka sorga! Tetapi, karena
Yesus membawa masuk dan menyelenggarakan sebuah relasi dan kesatuan yang
mustahil untuk dialami oleh manusia berdasarkan upaya manusia [bacalah
Yohanes 6:37-38; Yohanes 5:20] :
Seperti
Bapa telah mengasihi Aku,
demikianlah juga Aku telah mengasihi kamu; tinggallah
di dalam kasih-Ku itu- Yoh 15:9
Perhatikan baik-baik,
menjadi percaya atau beriman kepada Yesus Kristus dengan demikian disebut oleh Kristus, itu, bukanlah sebuah religiusitas atau spiritualitas yang dibangun
berdasarkan teks-teks suci yang secara luar biasa dipelihara oleh Sang Empunya
Firman, tetapi oleh sebuah kasih Allah
dan tindakan kasih Allah. Kitab Suci tanpa “Allah yang mengasihimu dan
mengajakmu tinggal di dalam Kasih-Nya yang berasal dari Sorga dan lahir dari
Bapa,” maka anda bagaikan orang buta dan tuli, bahkan dapat menjadi begitu
bodohnya. Tanpa memiliki Kristus, Alkitab hanyalah buku yang menghantarkanmu
dalam sebuah kepastian ke neraka abadi!
Dengarkanlah dia yang berkata:
Yohanes
5:39-40 Kamu menyelidiki Kitab-kitab
Suci, sebab kamu menyangka bahwa oleh-Nya kamu
mempunyai
hidup yang kekal, tetapi walaupun Kitab-kitab Suci itu memberi
kesaksian tentang Aku, namun kamu tidak mau datang kepada-Ku untuk memperoleh
hidup itu.
Bahkan, usaha keras
manusia dalam ikhtiar terkudusnyapun tak melahirkan hidup yang didambakannya: hidup
kekal bersama Allah yang menciptakannya: “menyelidiki
Kitab-kitab Suci… menyangka mempunyai hidup yang kekal.”
Apakah bukti
tertinggi ketakberdayaan manusia terhadap keselamatannya sendiri? Bahkan untuk sekedar menghakimi sesama saja, manusia tak ada yang melakukannya sebagai yang tak bersalah. Semua bersalah, semua berdosa, bahkan kepekatan dosa manusia terdemonstrasikan kala manusia melakukan penghakiman, sebagaimana Yesus menunjukan:
Yang termulia
pada bukti itu, bukan bisa menunjukan bahwa memang sungguh kebejatan manusia itu total, sehingga di dalam jiwanya yang hidup subur
adalah keinginan demi keinginan dosa, tetapi, kala manusia itu diperhadapkan dengan sebuah cermin yang datang dari
Allah: kitab suci yang merupakan koleksi tulisan para nabi kudus Allah [Ibrani
1:1-2], manusia itu masih juga terpesona
oleh dirinya sendiri bahwa Ia berkuasa untuk menyelamatkan dirinya
sendiri. Itu sebabnya, Yesus bersabda:
Yohanes
6:65 Lalu Ia berkata: "Sebab itu telah Kukatakan kepadamu: Tidak ada
seorangpun dapat datang kepada-Ku, kalau Bapa tidak mengaruniakannya kepadanya.
Seseorang boleh saja
menyebut dirinya Kristen, ia bahkan
boleh saja memiliki ketokohannnya tersendiri, memiliki kemuliaannya sendiri!
Mengapa? Sebab ia bahkan dapat mengecam dalam berbagai paradigma yang mulia dan
dimuliakannya untuk berkata: Yesus Kristus tak dapat dijadikan panutan total
dalam dunia yang pluralistik ini, ia bukan “friendly
God” bagi dunia ini dengan segala keinginan dan nilai atau kebenaran apapun yang luhur. Ajarannya menggusarkanku yang lebih percaya bahwa
Allah mustahil sebagaimana yang Yesus gambarkan, begitu sempit dan piciknya: “Kata Yesus kepadanya: "Akulah jalan dan
kebenaran dan hidup. Tidak ada seorangpun yang datang kepada Bapa, kalau tidak
melalui Aku- Yoh 14:6”
Yesus dengan
segala nilai-nilai di dunia ini memang
relasinya adalah sebuah permusuhan. Tak ada aliansi, tak ada persahabatan, tak ada satu saja perlintasan
untuk saling berjabat tangan. Karena Ia begitu tinggi meletakan dirinya di
antara semua apapun yang disebut sebagai kebenaran atau nilai atau moralitas
dunia ini:
Yohanes
8:23 Lalu Ia berkata kepada mereka: "Kamu berasal dari bawah, Aku dari
atas; kamu dari dunia ini, Aku bukan dari dunia ini.
Manusia-manusia
dengan segala spiritualitas dan dengan
segala kebenaran apapun, yang sekalipun baik dan mulia, kesemuanya ini berasal
dari bawah. Jika semua berasal dari bawah maka memang tak ada yang
mulia dan berguna untuk bahkan sekedar didialogkan dengan Sang Kristus ini:
Yohanes
8:25 Maka kata mereka kepada-Nya: "Siapakah Engkau?" Jawab Yesus kepada
mereka: "Apakah gunanya lagi Aku berbicara dengan kamu?
Bagi Yesus, jika anda
adalah orang Kristen, apalagi yang berbangga sebagai guru dan saban hari dan
detik menampilkan diri sebagai “rabi-rabi modern” yang bahkan berdasarkan kemuliaan hikmat diri dan
kecemerlangan intelketualitas diri, memfatwa Yesus, memfatwa Alkitab, memfatwa
surat-surat para rasul sebagai tak sepatutnya begitu tinggi dan mulia dinarasumberkan
didalam setiap denyut kehidupanmu sebagai pengikut Kristus yang sedang berjalan
di dunia ini, maka bagi-Nya, anda,
adalah manusia-manusia tak bernilai untuk ditanggapi-Nya: “apakah gunanya lagi Aku berbicara dengan kamu?”
Itulah suara penghakiman
Sang Kristus bagimu. Bagi-Nya fatwa-fatwa teologismu atas Kristus, atas
pengajaran-Nya, atas iman para rasul terhadap Yesusnya, berasal dari bawah;
dari kegelapan dunia ini. Bagi-Nya, bagian manusia-manusia Kristen semacam ini,
sudah pasti: penghakiman demi penghakiman, bukan kasih sebab tak ada kasih dari
Allah bagi yang menista Sang Kasih itu sendiri:
Yesus
8:25 Banyak yang harus Kukatakan dan Kuhakimi tentang kamu;
akan tetapi Dia, yang mengutus Aku, adalah benar, dan apa yang Kudengar dari pada-Nya, itu yang Kukatakan kepada dunia."
Dunia seharusnya diam
kala ia bersabda, bukan berbicara! Dunia seharusnya menundukan kepala tanda
mendengar dan taat, bukan mendongakan kepala, mempertanyakan dan menghakimi
diri-Nya. Dunia membutuhkan Yesus, sebagai satu-satunya.
Yesus dan dunia
adalah sorga yang sedang menghakimi
dunia di dalam Kristus! Dia memang datang membawa kasih, tetapi itu
adalah kasih dari Allah bukan dari dunia ini. Kudus dan tak bercela, sehingga
beta Ia akan sangat membenci segala kegelapan dengan segenap pernak-pernik yang
diidolakan dunia:
Yoh
5:27 Dan Ia telah memberikan kuasa
kepada-Nya untuk menghakimi, karena Ia adalah Anak Manusia.
Haruslah
manusia itu mengalami perjumpaan dengan Kristus untuk dapat memiliki hubungan
yang begitu satu dan kasih sehingga menyebut-Nya Bapa. Ini sebuah hubungan yang
menghapus segala permusuhan antara dirinya yang berdosa dengan Allah yang
begitu kudus, oleh karena Kristus! Jadi, ini bukan sebuah soal ke-biologis-an atau pengupayaan diri
untuk harus lebih dulu pantas menjadi
anak, barulah dapat memanggil dan memiliki Bapa. Sebaliknya ini soal kedekatan dan keintiman pada sosok yang
dikenal tak hanya kudus dan mulia tak
terdekat’terhampiri, tetapi agung
dan perkasa serta begitu api [Ibrani 12:29; 2
Tesalonika 1:7] terhadap segala bentuk ketak-kudus-an[ jadi, “Bapa”, irelevan untuk dibiaskan menjadi isu gender-isme, sebab
Allah adalah roh: Yoh 4:24. Kristus memanggil-Nya Bapa harus dipahami sebagai
perihal hubungan kasih yang begitu mesra pada figur yang dikenal baik oleh orang-orang Israel sebagai sangat
perkasa dan sukar untuk didekati begitu saja dan akan menghanguskan tanpa ampun
segala bentuk pelanggaran, seremeh apapun itu dalam pandangan manusia,
sebagaimana Allah sendiri menyatakannya kepada Musa: Keluaran 19:20-24]. Pun
demikian kala Ia menyatakan dirinya adalah terang
dunia [Yohanes 8:12] dan yang percaya dan mengikutnya memiliki
terang, maka yang sedang dibicarakannya adalah dirinya otentik terang dan memiliki relasi yang tak terpisahkan
adalah dasar untuk memiliki terang dunia itu, jadi, ini bukan sebuah konsepsi spiritualisme
[Yoh 12:35-36] yang dapat terjadi tanpa perjumpaan dengan Kristus.
Bahkan Sang Kristus di sini dibicarakan sebagai yang ada secara kekal [Wahyu
5:2-7]!
Itu sebabnya, membicarakan Yesus dan karyanya walau berlangsung pada masa lampau,namun Ia dan kuasa keselamatannya tak pernah masa lampau,dengan demikian menjadi Ia memang sebagaimana Ia berkata: Aku adalah jalan, Aku adalah kebenaran, Aku adalah hidup keselamatan yang abadi di sepanjang abad kehidupan dunia ini hingga kekekalan!
Itu sebabnya, membicarakan Yesus dan karyanya walau berlangsung pada masa lampau,namun Ia dan kuasa keselamatannya tak pernah masa lampau,dengan demikian menjadi Ia memang sebagaimana Ia berkata: Aku adalah jalan, Aku adalah kebenaran, Aku adalah hidup keselamatan yang abadi di sepanjang abad kehidupan dunia ini hingga kekekalan!
Dalam Ia memiliki relasi yang begitu kasih dan begitu satu dengan Bapa dan
Ia adalah Sang Terang Manusia yang
memiliki kuasa memberikan terang atau menarik manusia dari kegelapan kepada
terang, Ia telah memberikan vonis yang
begitu tajam, luas dan dalam pada jiwa manusia. Ia menghakimi sebagai yang mahasempurna dalam sebuah deklarasi yang
sangat agung: “Janganlah kamu menyangka,
bahwa Aku datang untuk meniadakan hukum Taurat atau kitab para nabi. Aku datang
bukan untuk meniadakannya, melainkan untuk menggenapinya- Mat 5:17”
Apapun yang diajarkannya, telah Ia sampaikan sebagai
yang melakukan dalam tatar menggenapi [tak
ada satu iota kelengahanpun!], dan apapun vonis yang dinyatakannya,
telah dilakukan sebagai hakim yang melakukan penghakiman yang benar, adil dan
tanpa cela.
Bagaimana
Ia sebagai Sang Hakim sempurna, DARI ATAS, mengajarkan kepada para murid-Nya di
hadapan DUNIA, perihal menghakimi. Apakah
kesempurnaan-Nya di dalam pengajarannya ini?
●Hal Menghakimi
Matius
7:1-5 Jangan kamu menghakimi, supaya kamu tidak dihakimi. Karena dengan
penghakiman yang kamu pakai untuk menghakimi, kamu akan dihakimi dan ukuran
yang kamu pakai untuk mengukur, akan diukurkan kepadamu. Mengapakah engkau
melihat selumbar di mata saudaramu, sedangkan balok di dalam matamu tidak
engkau ketahui? Bagaimanakah engkau dapat berkata kepada saudaramu: Biarlah aku
mengeluarkan selumbar itu dari matamu, padahal ada balok di dalam matamu. Hai orang munafik, keluarkanlah
dahulu balok dari matamu, maka engkau akan melihat dengan jelas untuk
mengeluarkan selumbar itu dari mata saudaramu."
Ini
bukan larangan untuk menghakimi. Sama sekali bukan, sebab pertama-tama Ia
sendiri seorang Hakim yang begitu keras dan nyaris mustahil untuk diterima para
terdakwa [Matius 12:30-37; Matius 18:17-19; Matius 13:10-11; Matius 19:11; Yoh
8:24]!
Sebagaimana banyak dipahami orang, sekalipun Yesus memulainya dengan: “jangan kamu menghakimi, supaya
kamu tidak dihakimi,” jika
anda membacanya secara utuh anda akan
mengetahui bahwa sebetulnya larangan
penghakiman yang terlarang ditujukan kepada penghakiman yang dilakukan
oleh orang-orang/hakim-hakim munafik.
Apa
yang menarik di sini adalah: jangan menghakimi supaya tidak
dihakimi. Ini bukan sebuah formula keselamatan atau bahkan jadi ayat untuk
mencegah seorang penjahat untuk dihakimi oleh lembaga hukum Negara. Bahkan,
jangan pernah ditrerapkan sebagai dasar untuk mengajarkan bahwa kasih tertinggi
di dalam praktiknya adalah: jangan menghakimi! Jika demikian yang anda terima
dan bahkan anda ajarkan, maka Yesus memastikan itu adalah salah sama sekali.
Mengapa
bisa seorang yang menghakimi menjadi tak berwibawa dihadapan yang sedang dihakiminya? Apakah Ia tak ada
bedanya sama sekali dengan apa yang sedang dihakiminya?
Ada pertimbangan tunggal
yang sangat hakiki untuk menyatakan ini bukan larangan untuk menghakimi, yaitu:
Yesus sendiri
saat menyampaikan pengajaran di atas
bukit-termasuk pada poin ini- memulainya
dengan sebuah penghakiman yang begitu tajam, bahkan memberikan vonis
neraka! Perhatikan sejumlah poin
pengajaran Yesus yang difirmankannya
berikut ini:
■Matius
5:20 Maka Aku berkata kepadamu: Jika
hidup keagamaanmu tidak lebih benar dari pada hidup keagamaan ahli-ahli
Taurat dan orang-orang Farisi,
sesungguhnya
kamu tidak akan masuk ke dalam
Kerajaan Sorga.
Dalam
hal ini, Yesus sudah mengetukkan palu
vonis bagi para ahli Taurat dan para orang Farisi: tidak akan masuk ke dalam Kerajaan Sorga, dan bagi semua
orang Yahudi : jika hidup keagamaanmu tidak lebih benar daripada mereka maka
kamu pun tidak akan masuk ke
dalam Kerajaan Sorga.
Dengan
kata lain, Yesus menyatakan bahwa pada
saat Ia menghakimi secara demikian, Ia begitu sempurna sehingga saat
penghakiman ia lontarkan, dirinya pun tidak dapat dihakimi oleh siapapun.
Kesalahan tak terdapat di dalam dirinya, sama sekali.
Mengenai
ini, saya diingatkan oleh sebuah catatan penting mengenai Yesus yang pada
derajat yang begitu kuat diperhadapkan dengan sistem peradilan dunia yang dapat
ditekan oleh massa, dapat ditekan oleh kekuatan politik keagamaan tertentu,
dapat diwarnai oleh konspirasi politik demi stabilitas sebuah negara atau pemerintahan, dan dalam
hal demikian sekalipun, Ia Yesus tak terbantahkan terbukti tak bersalah sama
sekali. Catatan penting yang saya maksudkan adalah ini: disepanjang pelayanan
Yesus yang memberitakan dirinya adalah kabar baik dari Allah dan juga
menghakimi dosa demi dosa manusia, ia memang sama sekali tak memiliki kesalahan apapun pada dirinya sendiri,
bahkan status demikian dinyatakan sebagai sebuah status legal oleh pengadilan negara yang begitu cermat mencari
kesalahan-kesalahan pada dirinya yang mungkin saja terlewatkan dari
pengamatan para ahli hukum Taurat:
▓Lukas 23:1 Lalu bangkitlah seluruh
sidang itu dan Yesus dibawa menghadap Pilatus.
▓Lukas 23:2 Di situ mereka mulai
menuduh Dia, katanya: "Telah
kedapatan oleh kami, bahwa orang ini
menyesatkan bangsa kami, dan melarang
membayar pajak kepada Kaisar, dan tentang diri-Nya Ia mengatakan, bahwa Ia adalah Kristus, yaitu Raja."
▓Lukas 23:4 Kata Pilatus kepada
imam-imam kepala dan seluruh orang banyak itu: "Aku tidak mendapati kesalahan apapun pada orang
ini."
▓Lukas 23:10 Sementara itu imam-imam kepala dan ahli-ahli Taurat maju ke depan dan melontarkan
tuduhan-tuduhan yang berat terhadap Dia.
▓Lukas 23:13 Lalu Pilatus mengumpulkan imam-imam kepala dan pemimpin-pemimpin serta rakyat,
Lukas
23:14 dan berkata kepada mereka:
"Kamu telah membawa orang ini kepadaku sebagai seorang yang menyesatkan
rakyat. Kamu lihat sendiri bahwa aku
telah memeriksa-Nya, dan dari kesalahan-kesalahan yang kamu tuduhkan
kepada-Nya tidak ada yang kudapati pada-Nya.
bukan
hanya Pilatus yang tak dapat menemukan kesalahan apapun
pada Yesus sebagaimana yang dituduhkan oleh para imam-imam kepala [jadi, yang
melontarkan penghakiman ini adalah sebuah dewan ulama yang begitu
berotoritas!], namun bahkan raja Herodes tak dapat menemukan satu saja
kesalahan pada diri Yesus Kristus:
▓Lukas 23:15 Dan Herodes juga tidak, sebab ia mengirimkan Dia kembali kepada kami. [bacalah juga:
Lukas 23:10-11,12]
Tentulah
Herodes harus menjelaskan kepada Pilatus, mengapa Ia mengembalikan Yesus
kepadanya.
Sungguh
susah dan pasti
begitu mengada-ada untuk menghakimi seseorang yang tak bersalah, dan sungguh
kuat penghakiman yang
dilakukan oleh orang yang tak memiliki salah, apalagi jika sama sekali.
Perhatikan
saja penghakiman yang dilakukan oleh seorang yang tak memiliki kejahatan yang
sedang dihakiminya. Apalagi jika anda memperhatikan sebuah tindakan penghakiman
yang begitu kuat untuk menentukan bagaimanakah keakhiran manusia itu didalam
kekekalan. Dia bukan sekedar tak bersalah, namun sama sekali tak memiliki
kesalahan apapun juga, dan inilah penghakimannya kepada manusia-manusia:
■Matius
5:27-28 Kamu telah mendengar firman:
Jangan berzinah. Tetapi Aku berkata
kepadamu: Setiap orang yang memandang perempuan serta menginginkannya, sudah
berzinah dengan dia di dalam hatinya. Maka jika matamu yang kanan menyesatkan
engkau, cungkillah dan buanglah itu, karena lebih baik bagimu jika satu dari
anggota tubuhmu binasa, dari pada tubuhmu dengan utuh dicampakkan ke dalam neraka
Ini
adalah penghakiman yang luar biasa, sebab bahkan Sang Hakim sudah
menjatuhkan vonis dicampakan ke dalam neraka untuk sebuah
kesalahan tunggal yang bahkan barang
buktinya tak dapat disaksikan dan disajikan selain hanya Allah yang mengetahuinya: “keinginan” dan “di
dalam hati.” Ini adalah kesucian totalitas pada Sang Hakim dengan demikian dan kuasa yang
dimilikinya bukan saja menghakimi dengan
vonis saat di dunia, namun juga
berkuasa,sebagai hakim, untuk memastikan tak ada yang dapat luput dari
eksekusinya pada akhirnya. Manusia bisa saja
meluputkan diri dari sistem peradilan di dunia dengan menyuap dan
memanipulasi perkara, namun pada Hakim Yesus, tidak akan pernah terjadi.
Itu
sebabnya Matius 7:1-5 saat membicaralan “jangan kamu menghakimi,” dilengkapi
oleh Yesus dengan identitas atau jati diri siapakah
sebetulnya orang yang menghakimi itu, bahwa yang sedang Yesus bicarakan adalah:
“hakim munafik.” Jika anda sedang
menghakimi seseorang atas sebuah perkara, janganlah pernah anda juga adalah
pelaku kejahatan yang sama. Janganlah seorang hakim menghakimi tindak perkara
korupsi, sementara dirinya sendiri adalah pelaku kejahatan yang sama. Dalam hal
ini, Yesus berkata begini: “keluarkanlah
dahulu balok dari matamu, maka engkau akan melihat dengan jelas untuk
mengeluarkan selumbar itu dari mata saudaramu.”
Itu
sebabnya, pada kesempatan lain, Yesus mengajarkan bagaimana sebuah penghakiman
harus dilakukan oleh manusia:
Yohanes
7:24 Janganlah menghakimi menurut apa
yang nampak, tetapi hakimilah dengan adil."
Penghakiman
itu adalah instrumen penting untuk menghadirkan keadilan. Betapa malangnya
dunia ini sebab peradilan di dunia bahkan dapat memberikan diskriminasi bagi
para hakim atau para penguasa hukum dunia ini, untuk steril dari kejaran hukum sementara
ia melakukan kejahatan demi kejahatan. Penghakiman bukan saja untuk menunjukan kesalahan namun juga melindungi siapapun
yang lemah atau tertindas atau dimanipulasi atau diserongkan oleh berbagai
ragam kejahatan sementara instrumen penghakiman itu dijalankan atas nama kebenaran dan keadilan, oleh manusia!
Realita
dunia ini sungguh menjijikan. Hakim bisa jadi tak bedanya dengan para bandit, kadang kala
atau kerap kali. Hakim di sogok atau hakim yang membuat keputusan yang
bertentangan dengan nilai keadilan. Ini sebetulnya menunjukan realita tunggal
dunia dan tentu saja segenap manusianya: semua jahat, semua bejat total.
Manusia-manusia
Israel adalah representasi kebejatan total pada
diri manusia yang begitu cantik memoles diri sebagai mulia dihadapan hukum
sehingga lancang terhadap kemuliaan keadilan dan kebenaran yang harus
ditegakkannya tanpa kemiringan sedikitpun.
Dalam
epistel Roma perihal ini diajarkan dalam kaitan dengan mengajarkan kebenaran Allah yang menghakimi semua
manusia sebagai semua berdosa:
▓Roma 2:21 Jadi, bagaimanakah engkau
yang mengajar orang lain, tidakkah engkau mengajar dirimu sendiri? Engkau yang
mengajar: "Jangan mencuri," mengapa engkau sendiri
mencuri?
Roma
2:22 Engkau yang berkata: "Jangan berzinah," mengapa engkau sendiri
berzinah? Engkau yang jijik akan segala berhala, mengapa engkau sendiri
merampok rumah berhala?
Penghakiman
yang dilakukan oleh seseorang, itu menuntut sebuah integeritas:” bagaimanakah
engkau yang mengajar orang lain, tidakkah engkau mengajar dirimu sendiri?”
Jika
anda menghakimi Yesus dan pengajarannya sebagai tak benar. Bahwa keselamatan
berdasarkan kasih karunia adalah sesat; bahwa jika Yesus menyelamatkan seseorang
maka orang tersebut akan benar-benar sampai ke sorga sebab Ia menyertai,
menuntun dan mendidiknya/membentuknya selama di dunia ini dan anda
mengatakannya sesat, maka anda harus lebih unggul daripada Yesus. Minimal
anda memang berkuasa untuk menyelamatkan dan telah sukses
menghantarkan sejumlah orang ke sorga berdasarkan pengajaranmu. Demikian juga,
jika saya menghakimi pengajaran seorang hamba Tuhan, maka haruslah saya sendiri
tidak melakukan kejahatan yang sama,
kejahatan pengajaran yang sedang dihakimi
berdasarkan Yesus Kristus SANG FIRMAN YANG TELAH MENJADI MANUSIA yang merupakan
penggenap segenap perjanjian lama [ Lukas 24:27, 44 atau tulisan para nabi yang diinspirasikan
oleh Roh Kudus [1Pet 1:10-12].
Mengajarkan firman Tuhan pada dasarnya menyampaikan penghakiman
Allah; menyampaikan kebenaran Allah, itu bagaikan meletakan kekudusan Allah [Roma
7:12] di permukaan bumi ini yang kian lama akan kian menunjukan betapa
berdosanya manusia itu, sebab hanya
karena mengingini saja, satu
kali saja, sudah mendatangkan kematian kekal sebagaimana Yesus telah mengajarkannya.[ bandingkan juga dengan
Roma 7:7]
Jadi
seorang hakim haruslah memiliki kebenaran
Kristus didalam dirinya sendiri, bisakah anda membayangkan dirimu yang
telah menghakimi Yesus dengan segenap kebenaran keselamatan kasih karunia yang
berlaku bagi seluruh dunia, bahwa tak ada keselamatan di luar dirinya,
bagaimanapun, adalah sebuah ketakbenaran sehingga perlu dikoreksi menjadi “ada
keselamatan di luar Kristen,” padahal Yesus menyatakan dirinya adalah satu-satunya sumber kebenaran keselamatan:
Yohanes 8: - (21)
Maka Yesus berkata pula kepada orang banyak: "Aku akan pergi dan kamu akan
mencari Aku tetapi kamu akan mati dalam dosamu. Ke tempat Aku pergi, tidak
mungkin kamu datang."(23) Lalu Ia berkata
kepada mereka: "Kamu berasal dari bawah, Aku dari atas; kamu dari dunia
ini, Aku bukan dari dunia ini. (24) Karena itu tadi Aku
berkata kepadamu, bahwa kamu akan mati dalam dosamu; sebab jikalau kamu tidak
percaya, bahwa Akulah Dia, kamu akan mati dalam dosamu." (26) Banyak
yang harus Kukatakan dan Kuhakimi tentang kamu; akan tetapi Dia, yang mengutus
Aku, adalah benar, dan apa yang Kudengar dari pada-Nya, itu yang Kukatakan
kepada dunia."(28) Maka kata Yesus: "Apabila kamu
telah meninggikan Anak Manusia, barulah kamu tahu, bahwa Akulah Dia, dan bahwa
Aku tidak berbuat apa-apa dari diri-Ku sendiri, tetapi Aku berbicara tentang
hal-hal, sebagaimana diajarkan Bapa kepada-Ku.(29) Dan
Ia, yang telah mengutus Aku, Ia menyertai Aku. Ia tidak membiarkan Aku sendiri,
sebab Aku senantiasa berbuat apa yang berkenan kepada-Nya."(31) Maka
kata-Nya kepada orang-orang Yahudi yang percaya kepada-Nya: "Jikalau kamu
tetap dalam firman-Ku, kamu benar-benar adalah murid-Ku (32) dan kamu akan
mengetahui kebenaran, dan kebenaran itu akan memerdekakan kamu." (34)
Kata
Yesus kepada mereka: "Aku berkata kepadamu, sesungguhnya setiap orang yang
berbuat dosa, adalah hamba dosa.(35) Dan hamba tidak tetap
tinggal dalam rumah, tetapi anak tetap tinggal dalam rumah.(36) Jadi
apabila Anak itu memerdekakan kamu, kamupun benar-benar merdeka."
Inilah
kebenaran Yesus yang menghakimi siapapun yang menghakimi dirinya, yang
menentang dirinya, yang berkata bahwa dirinya
memiliki kebenaran tersendiri yang terlepas dari Kristus, terlepas dari
pengajaran Kristus dan terlepas dari karya keselamatan Kristus. Seperti yang
ditunjukan secara keras oleh orang-orang Yahudi:
▓Yohanes 8:33 Jawab mereka: "Kami
adalah keturunan Abraham dan tidak pernah menjadi hamba siapapun. Bagaimana
Engkau dapat berkata: Kamu akan merdeka?"
Dan
dalam
hal ini, kebenaran yang sedang dibicarakan oleh Yesus, adalah kebenaran tanpa cela dan berkuasa untuk
menyelamatkan dan adalah dirinya sendiri! Bukankah manusia itu sendiri
menghendaki kebenaran tanpa cela dan juga berkuasa untuk menyelamatkan dalam
nuansa kuasa yang sanggup menaklukan apa yang tak dapat ditaklukan oleh manusia?
Sehingga memang di dalam kebenaran-kebenaran luhur dan kebenaran-kebenaran
spiritualitas di dunia ini, memang
berupaya menjawab apa yang diinginkan oleh manusia, yaitu kesejahteraan lahir
batin dan keselamatan jiwa, namun apa daya, tak berdaya sama sekali. Itulah
yang hendak ditelanjangi dalam Roma 2:21-22, bahwa pada diri manusia itu sendiri tak akan pernah lahir kebenaran tak
bercela. Kebenaran orang percaya itu
sendiri adalah kebenaran Kristus diperhitungkan pada diri manusia itu :
Roma 3:21-24. “dan oleh kasih karunia
telah dibenarkan dengan cuma-cuma karena
penebusan dalam Kristus Yesus – Roma
3:24.”
Harus
diperhatikan bahwa Matius 5:21-48 walau
memang memperlihatkan Yesus sedang mengunjukan sebuah standard yang lebih
tinggi, bukanlah sedang mengetengahkan itu sebagai sebuah hal yang dapat
digenapi oleh manusia, atau
dengan demikian manusia itu diperlengkapi dengan kuasa dari atas untuk melakukan itu. Sebaliknya kuasa
dari atas diberikan kepada mereka yang percaya kepada Kristus sehingga mereka dilahirkan
menjadi anak-anak Bapa berdasarkan kehendak Allah:
Yohanes
1:12-13 Tetapi semua orang yang menerima-Nya diberi-Nya kuasa supaya menjadi
anak-anak Allah, yaitu mereka yang percaya dalam nama-Nya; orang-orang yang
diperanakkan bukan dari darah atau dari daging, bukan pula secara jasmani oleh
keinginan seorang laki-laki, melainkan dari Allah.
Ia
datang untuk
menggenapi kitab Taurat dan kitab nabi-nabi bukan
seolah Ia sedang membawa hukum Taurat yang lebih tinggi saat
datang ke dalam dunia ini agar menjadi modal dasar bagi manusia pengikut
Kristus untuk kemudian memperjuangkan keselamatannya, sebagaimana halnya seorang
manusia yang diberikan kepintaran dan kekuatan dan segenap fasilitas di dunia
ini oleh Allah untuk bekerja keras dan rajin sehingga dapat membawa pulang uang
dan mencukup kebutuhannya sendiri hari demi hari secara mandiri! Tidak sama sekali demikian.
Ketika
Yesus menggenapi semua itu, maka tak terkandung sebuah ketakudusan didalam
motif dan akibat setelahnya. Yang kudus datang kedunia ini untuk menguduskan
siapa yang dikasihi-Nya, pada sisi lainnya, kekudusan pada diri orang percaya yang lahir
dari tindakan pengudusan Allah, melahirkan sebuah kehidupan yang teruji
dihadapan kegelapan dunia ini:
▓1 Petrus 3:15-16 Tetapi kuduskanlah
Kristus di dalam hatimu sebagai Tuhan! Dan siap sedialah pada segala waktu
untuk memberi pertanggungan jawab kepada tiap-tiap orang yang meminta
pertanggungan jawab dari kamu tentang pengharapan yang ada padamu, tetapi
haruslah dengan lemah lembut dan hormat, dan dengan hati nurani yang murni,
supaya mereka, yang memfitnah kamu karena hidupmu
yang saleh dalam Kristus, menjadi malu karena fitnahan mereka itu.
Janganlah
menghakimi sebagai orang munafik, dengan demikian, senilai dengan janganlah
hidup sebagai orang munafik. Jika katamu,
dirimu adalah pengikut Kristus maka kehidupanmu di dalam dan dihadapan
dunia ini memancarkan Kristus, sebab dalam hidup sebagai pengikut Kristus maka
dunia ini senantiasa mencari kesempatan untuk menghakimi dengan penghakiman
yang munafik, sebagaimana dahulu terhadap Kristus.
Dalam
Kristus datang ke dalam dunia ini menggenapi
hukum Taurat dan kitab para nabi, itu dengan demikian, bukan malah
membebaskan kita dari pengabdian kepada kebenaran dan segala yang kudus dari
Allah, dan kemudian berperilaku seperti binatang-binatang yang hidup diluar
kandang tuannya! Penggenapan oleh Kristus membuat setiap orang percaya dapat
menjadi para pengabdi [bukan penggenap] kebenaran-kebenaran
Allah kudus dalam sebuah sukacita penuh
kasih bersama Kristus. Kesanggupan orang-orang percaya menjadi para pengabdi
iman dan tindakan kebenaran Allah, bukan lahir dari kemampuan dan kekuatan
manusia tetapi tindakan Allah saja:
Matius
11:27 (27)Semua telah diserahkan kepada-Ku oleh Bapa-Ku dan tidak seorangpun
mengenal Anak selain Bapa, dan tidak seorangpun mengenal Bapa selain Anak dan
orang yang kepadanya Anak itu berkenan menyatakannya. (28) Marilah
kepada-Ku, semua yang letih lesu dan berbeban berat, Aku akan memberi kelegaan
kepadamu.(29) Pikullah kuk yang Kupasang dan belajarlah pada-Ku,
karena Aku lemah lembut dan rendah hati dan jiwamu akan mendapat ketenangan.(30)
Sebab
kuk yang Kupasang itu enak dan beban-Kupun ringan."
Mengenal
Kristus adalah anugerah-Nya: “tidak seorangpun mengenal Anak selain…
orang yang kepada-Nya Anak itu berkenan kepadanya.” Tetapi jangan
pernah menyangka percaya atau beriman kepada Kristus itu bukanlah sebuah
kehidupan sehari demi sehari bersama Yesus melakukan segala kehendak-Nya,
sebaliknya: “pikullah kuk yang
Kupasang dan belajarlah pada-ku, karena Aku lemah lembuh dan
rendah hati dan jiwamu akan
mendapat ketenangan.” Tahukah anda bahwa ketenangan jiwa di dunia ini
terletak pada menerima segenap kehendak
Bapa yang disematkan pada dirimu dan belajar pada Yesus untuk melakukannya
[sebab dialah satu-satunya yang tahu secara sempurna mengetahui kehendak Bapa
dan melakukannya]. Dalam hal ini anda bersama-sama dengan Yesus didalam kuk
itu. Yesus yang memandang setiap orang percaya sebagai saudaranya [Ibrani
2:11]. Mengapa Ia satu kuk bersama setiap orang percaya? Karena Ia adalah Anak
Manusia yang dapat merasakan kelemahan-kelemahan manusia, ia bahkan memiliki
kelemahan-kelemahan manusia itu sendiri sehingga ia dapat berkata “belajarlah
padaku karena Aku lemah lembut dan
rendah hati,” ini adalah sebuah persekutuan yang hanya dapat dilakukan
karena Bapa telah merendahkan Yesus untuk beberapa saat lamanya untuk
mendatangkan keselamatan bagi manusia yang dikasihi-Nya [ Ibrani 2:7,9,14].
Yesus
yang datang ke dalam dunia untuk menggenapi dan di dalam penggenapan itulah ia
memiliki dasar terkokoh dan kudus untuk menunjukan bagaimana Ia menghakimi
manusia berdasarkan dirinya sendiri
sebagai satu-satunya penggenap atas “standard-standard yang lebih
tinggi itu,” sementara para ahli Taurat dan para orang Farisi telah dinyatakan
bukan saja tak dapat menggenapi namun sudah memvonisnya ke neraka. Para ahli Taurat dan orang-orang farisi adalah para
hakim yang menampilkan dirinya sebagai
mereka yang munafik dan sungguh menjijikan bagi Yesus:
►Matius
23:2-5 Ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi telah menduduki kursi Musa. Sebab
itu turutilah dan lakukanlah segala sesuatu yang mereka ajarkan kepadamu,
tetapi janganlah kamu turuti perbuatan-perbuatan mereka, karena mereka mengajarkannya tetapi tidak melakukannya.
Mereka mengikat beban-beban berat, lalu meletakkannya di atas bahu orang,
tetapi mereka sendiri tidak mau menyentuhnya. Semua
pekerjaan yang mereka lakukan hanya dimaksud supaya dilihat orang
►Matius
23:12 Celakalah kamu, hai ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi, hai kamu orang-orang munafik, karena kamu
menutup pintu-pintu Kerajaan
Sorga di depan orang. Sebab kamu sendiri tidak masuk dan kamu merintangi mereka yang
berusaha untuk masuk.
Ini luar biasa dan mengerikan.
Bagaimana bisa mengajarkan keselamatan berdasarkan perbuatan melakukan Taurat
namun diri sendiri tak berdaya untuk menggenapinya? Itu sebabnya mereka adalah para
hakim di Kursi Musa yang bahkan dirinya sendiri sebagai pohon kebenaran bahkan
dibinasakan-tak masuk ke dalam pintu kerajaan sorga. Bandingkanlah
dengan yang bukan sekedar hakim yang menghakimi belaka, tetapi hakim yang
menggenapi segenap pasal-pasal kebenaran yang menjadi dasar penghakiman dan
bahkan menjadi pintu atau jalan keselamatan itu sendiri melalui percaya dan
hidup didalam persekutuan dengannya untuk hidup bagi kehendak Bapa yang mulia!
►Matius
23:15 Celakalah kamu, hai ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi, hai kamu orang-orang munafik,
sebab kamu mengarungi lautan dan menjelajah
daratan, untuk mentobatkan satu orang saja menjadi penganut agamamu dan sesudah
ia bertobat, kamu menjadikan dia orang neraka, yang dua kali
lebih jahat dari pada kamu sendiri.
Ini pun luar biasa dan mengerikan.
Apa
yang dapat dilahirkan oleh manusia-manusia bejat [munafik] yang
diharapkan menjadi penuntun dan pendidik bagi orang lain? Tak ada! “mengarungi
lautan dan menjelajah daratan, untuk mentobatkan satu orang dan menjadi
pengikut-Nya,” ini pun dilakukan oleh Yesus [ Matius 9:35, Matius 4:23, Matius
9:35; Markus 1:14, Markus 1:21, Markus 1:39; Lukas 4:15, Lukas 4:43, Lukas 4:44,
Lukas 6:6, Lukas 8:1, Lukas 13:10, Lukas 16:15-16; Yohanes 6:59, Yohanes
18:20], namun setiap orang yang telah ditobatkan oleh Yesus akan mengalami
persekutuan dengan dirinya dan hidup bagi kehendak Bapa-Nya [Yohanes 15:14-17].
Yesus
adalah hakim bagi seluruh kebenaran yang
ada di dunia ini. Vonisnya sudah dinyatakan: semua berasal dari bawah dan tak
ada satupun yang berkuasa untuk menghantarkan manusia itu sampai pada keluputan
dari kematian kekal. Tak satupun bahkan
yang dapat membawa manusia itu kedalam persekutuan dengan Allah secara amat
karib sehingga memanggilnya Bapa, bahkan Yesus sendiri menjadi saudara bagi
orang beriman itu agar dapat belajar melakukan kehendak Bapa. Kini Ia di sorga
dan tetap memandu orang-orang beriman agar sampai kepada Bapa secara aman:
►Ibrani
1:3 Ia adalah cahaya kemuliaan Allah dan gambar wujud Allah dan menopang segala
yang ada dengan firman-Nya yang penuh kekuasaan. Dan setelah Ia selesai mengadakan penyucian dosa, Ia duduk di sebelah
kanan Yang Mahabesar, di tempat yang tinggi,
►Kisah
Para Rasul 1:9-11Sesudah Ia mengatakan demikian, terangkatlah Ia disaksikan oleh mereka, dan awan menutup-Nya dari
pandangan mereka, Ketika mereka sedang menatap ke langit waktu Ia naik itu, tiba-tiba berdirilah dua orang yang
berpakaian putih dekat mereka, dan berkata kepada mereka: "Hai
orang-orang Galilea, mengapakah kamu berdiri melihat ke langit? Yesus ini, yang terangkat ke sorga
meninggalkan kamu, akan datang kembali dengan cara yang sama seperti kamu melihat Dia naik ke
sorga."
▲Ibrani
7:25 Karena itu Ia sanggup
juga menyelamatkan dengan sempurna semua orang yang oleh Dia
datang kepada Allah. Sebab Ia
hidup senantiasa untuk menjadi
Pengantara mereka
Yesus, satu-satunya hakim yang berkenan di
hadapan Allah. Ini hal yang tak dapat
diperbadingkan dengan hakim-hakim manapun. Ia adalah Hakim yang bahkan berkuasa memastikan keselamatan setiap orang yang diselamatkannya benar-benar mengalami keselamatan sempurna pada akhirnya berdasarkan karyanya yang telah dilakukan dan karyanya yang hingga saat ini masih berlangsung: "senantiasa menjadi Pengantara mereka," untuk memastikan perjalanan setiap orang percaya menunju penggenapannya atau menuju tanah sorga itu, aman dan pasti dicapai!
Dalam
ke-hakiman-an semacam
atau semulia inilah, semuanya
telah divonis oleh Kristus, sebagai berada
didalam kegelapan dan tak berdaya atas kuasa dosa, maka, jika Yesus datang hanya untuk menunjukan standard
Allah yang lebih tinggi lagi bagi manusia, maka itu adalah hal yang tak berfaedah dan dengan demikian Yesus bukan datang untuk menggenapi
hukum Taurat.
Bukankah
Ia sejak mulanya berkata: “Janganlah kamu menyangka, bahwa Aku datang
untuk meniadakan hukum Taurat atau kitab para nabi. Aku datang bukan untuk
meniadakannya, melainkan untuk menggenapinya. Karena Aku berkata kepadamu:
Sesungguhnya selama belum lenyap langit dan bumi ini, satu iota atau satu
titikpun tidak akan ditiadakan dari hukum Taurat, sebelum semuanya terjadi-
Mat 5:17-18.
Bukankah
standard-standard yang lebih tinggi itu “tetapi aku
berkata kepadamu” adalah penghakimannya
atas pohon :para ahli Taurat dan para orang
Farisi? Dimana Ia telah memvonisnya: hukuman neraka kekal! Secara
substansi maka standard-standard yang lebih tinggi itu sedang menunjukan bahwa
semua standard kebenaran di luar “tetapi Aku berkata kepadamu” dengan
demikian bukan kebenaran berstandard
Allah. Ini adalah penghakiman semesta atas semua manusia, bahwa semuanya tak
ada yang benar dihadapan Allah.
Matius
7:1-5 dengan demikian menunjukan
kesempurnaan Yesus dan
kesempurnaan kebenaran Allah di dalam penghakiman, bahwa penghakiman Allah menyatakan semua
manusia memiliki kesalahan yang
sedemikian mematikannya sehingga tak satupun manusia pada
hakikatnya dapat sama sekali menghakimi berdasarkan keadilan
dan hukumnya sendiri!
Setiap
kali penghakiman dilangsungkan, maka
sebetulnya hakim-hakim manusia sedang dihakimi. Hanya ada satu hakim manusia yang tak mengalami penghakiman
saat melakukan penghakiman, ia adalah: Anak
Manusia: “Dan Ia telah memberikan
kuasa kepada-Nya untuk menghakimi, karena Ia adalah Anak Manusia - Yoh 5:27.
▓Jika
hanya Yesus yang memiliki kuasa untuk menghakimi, itu menunjukan bahwa hanya
dia saja manusia yang pada saat menghakimi tak dapat dihakimi dan ditemukan
kesalahannya. Ia satu-satunya hakim yang tak perlu sama sekali dikecam
dengan “keluarkanlah dahulu balok dari
matamu, maka engkau akan melihat dengan jelas untuk mengeluarkan selumbar itu
dari mata saudaramu.”
▓Pengajaran
mengenai penghakiman ini, mengajarkan bahwa
penghakiman tak boleh dilakukan sebagai sebuah perilaku munafik. Sang hakim
harus memiliki kehidupan selaras pada apa
yang sedang dihakimi atau ia
telah mengenali dan meninggalkan atau menghentikan kejahatan yang ia juga lakukan,
sehingga Ia di dalam menghakimi tahu bahwa dirinyapun membutuh keadilan dan
kebenaran yang tak dapat diserongkan. Dengan kata lain, penghakiman manusia walaupun dilakukan secara benar atau tidak munafik,
tetaplah penghakiman yang [kuasanya
amat] terbatas. Artinya, penghakimannya
tak akan pernah menunjukan bahwa dirinya sendiri tak membutuhkan
kebenaran atau dirinya adalah manusia-manusia yang bebas dari
penghakiman-penghakiman itu sendiri.
Mengapa?
Sebab tak ada satupun yang benar di hadapan Allah [ Roma 3:10; Mazmur 14:2-3]!
Bersambung
ke “Tinjauan Pengajaran Pdt. Dr.Erastus Sabdono “Keselamatan DiluarKristen”(3Q-3g3):“Tidak Ada Keselamatan Di Luar Kristen Tetapi Ada Keselamatan
Di Luar Kristen”
AMIN
Segala
Pujian Hanya Kepada TUHAN
The cross
transforms present criteria of relevance:
present criteria of relevance do not transform
the cross
[oleh
seorang teolog yang saya lupa namanya]
No comments:
Post a Comment