Oleh: Martin Simamora
“Tidak Ada
Keselamatan Di Luar Kristus Tetapi Ada Keselamatan Di Luar Agama Kristen”
Jika,
siapapun anda memperhatikan Yohanes 8:24 dan Yohanes 16:9, itu bahkan
menunjukan juga atau mencakup orang-orang yang menolak Kristus didalam hatinya:
“menginsafkan akan dosa” dan tetap: tidak percaya; seperti Yesus berbicara
baik-baik kepada orang banyak untuk menginsafkan betapa pentingnya/absolutnya
dirinya itu bagi keselamatan manusia, dan perhatikan ini, mereka yang secara
baik-baik meninggalkannya, tanda menolak dirinya dan tidak mengadakan
perlawanan yang frontal dan membahayakan, misalkan saja pada peristiwa ini:
Yohanes
6:60,66 Sesudah mendengar semuanya itu banyak dari murid-murid Yesus yang
berkata: "Perkataan ini keras, siapakah yang sanggup
mendengarkannya?" Mulai dari waktu itu banyak murid-murid-Nya mengundurkan
diri dan tidak lagi mengikut Dia.
Bagi
Yesus, apakah seseorang itu mengundurkan diri dari imannya kepada Yesus secara
santun; apakah seseorang itu menolak Yesus secara santun atau dalam
pertimbangan penuh dengan akal budinya dan
kemudian tetap menghormatinya dan para pengikutnya, itu sama sekali tak
menunjukan setitik saja hal yang baik. Sebaliknya Yesus menunjukan bahwa
perkataan yang diucapkannya tidak memberikan hidup, sebab Roh tidak bekerja
atas orang tersebut untuk memberikan hidup. Mengapa ada diantara mereka yang
tak percaya dalam keimanan sejati-yang mana Yesus telah lebih dahulu
mengetahuinya- dalam sebuah pemberitaan Injil Kristus? Yesus menjelaskan hal
ini: disebabkan Bapa-Nya sendiri adalah penentu peristiwa keselamatan seorang
manusia, keselamatan itu sendiri, perjalanan keselamatan dan kegenapannya.
Perhatikanlah
penjelasan Yesus ini:
Yohanes
6:61-66 "Yesus yang di dalam hati-Nya tahu, bahwa murid-murid-Nya
bersungut-sungut tentang hal itu, berkata kepada mereka: "Adakah perkataan
itu menggoncangkan imanmu? Dan bagaimanakah, jikalau kamu melihat Anak Manusia
naik ke tempat di mana Ia sebelumnya berada? Rohlah yang memberi hidup, daging
sama sekali tidak berguna. Perkataan-perkataan yang Kukatakan kepadamu adalah
roh dan hidup.Tetapi di antaramu ada yang tidak percaya." Sebab Yesus tahu
dari semula, siapa yang tidak percaya dan siapa yang akan menyerahkan Dia. Lalu
Ia berkata: "Sebab itu telah Kukatakan kepadamu: Tidak ada seorangpun
dapat datang kepada-Ku, kalau Bapa tidak mengaruniakannya kepadanya."
Mulai dari waktu itu banyak murid-murid-Nya mengundurkan diri dan tidak lagi
mengikut Dia."
Pendeta
Dr. Erastus Sabdono, juga merekayasa “ siapakah
yang disebut orang Kristen itu dan apakah Kristen itu” sehingga ia membangun “Kristen” yang asing. Saya
menyatakan bahwa yang dibangunnya adalah
Kristen yang asing, sebab pada dasarnya gagasan semacam ini: “Dengan memahami secara benar apa yang
dimaksud dengan menerima Yesus maka dapatlah ditemukan ketetapan pengertian
mengenai keselamatan orang percaya dan mereka yang bukan Kristen, tak
pernah diajarkan di dalam Alkitab.” Apakah Alkitab mengidentifikasikan orang
Kristen/percaya kepada Kristus, dan yang tidak percaya kepada Kristus/bukan
Kristen sebagai sama-sama memiliki ketetapan keselamatan, pada bagian-bagiannya
tersendiri?
…
Yesus
harus pergi meninggalkan mereka, dan menurut Yesus, memang itu baik untuk
terjadi:
Yohanes
16:7-11 Namun benar yang Kukatakan ini kepadamu: Adalah lebih berguna bagi
kamu, jika Aku pergi. Sebab jikalau Aku tidak pergi, Penghibur itu tidak akan
datang kepadamu, tetapi jikalau Aku pergi, Aku akan mengutus Dia kepadamu. Dan
kalau Ia datang, Ia akan menginsafkan dunia akan dosa, kebenaran dan
penghakiman; akan dosa, karena mereka tetap tidak percaya kepada-Ku; akan
kebenaran, karena Aku pergi kepada Bapa dan kamu tidak melihat Aku lagi; akan
penghakiman, karena penguasa dunia ini telah dihukum.
Yesus
yang saat itu belum mengalami penderitaan dan kematian, telah mempersiapkan 12
murid-Nya; sekarang, Yesus yang telah selesai mengalami penderitaan dan telah
bangkit dari kematian, kembali untuk kali terakhirnya, mempersiapkan mereka.
Bahkan, dengan satu hal yang tak pernah dilakukan sebelumnya: “berbicara
mengenai Kerajaan Allah, paska penderitaan-Nya.” Itu pasti sungguh istimewa dan
sungguh penting sehingga Yesus mengajarkan mereka dalam rentang waktu 40 hari
tersebut. Coba, perhatikan hal ini:
Yohanes
16:12-13 Masih banyak hal yang harus Kukatakan kepadamu, tetapi sekarang kamu
belum dapat menanggungnya. Tetapi apabila Ia datang, yaitu Roh Kebenaran, Ia
akan memimpin kamu ke dalam seluruh kebenaran; sebab Ia tidak akan berkata-kata
dari diri-Nya sendiri, tetapi segala sesuatu yang didengar-Nya itulah yang akan
dikatakan-Nya dan Ia akan memberitakan kepadamu hal-hal yang akan datang.
Ada
pengajaran Yesus Kristus, yang tak mungkin diajarkan tanpa kehadiran Roh Kudus;
Ada pengajaran Yesus Kristus yang hanya akan diberikan kepada para rasul utama
itu, kala Roh Kudus telah datang kepada mereka. Sehingga, betapa pentingnya Roh
Kudus, melampaui apa yang dibayangkan
oleh kebanyakan orang. Kehadiran terpenting atau tertingginya, bukan untuk
menyatakan tanda-tanda ajaib yang menyertai para rasul, sekalipun memang
penting. Apa yang terpenting adalah; kehadiran Roh Kudus yang tinggal didalam
diri para rasul adalah untuk membuat mereka sebagai rasul-rasul dengan
pengajaran yang utuh sebagaimana kehendak Bapa: Roh Kebenaran itu akan memimpin kamu ke dalam seluruh
kebenaran. Roh Kebenaran bahkan tidak
mengatakan dari dirinya sendiri, tetapi dari apa yang didengarkannya.
Tidakkah ini adalah pola yang sama sebagaimana Kristus kala mengajar di bumi?
Perhatikan:
Yohanes
5:30-31 Aku tidak dapat berbuat apa-apa
dari diri-Ku sendiri; Aku menghakimi sesuai dengan apa yang Aku dengar, dan penghakiman-Ku
adil, sebab Aku tidak menuruti kehendak-Ku sendiri, melainkan kehendak Dia yang
mengutus Aku. Aku tidak dapat berbuat apa-apa dari diri-Ku sendiri; Aku
menghakimi sesuai dengan apa yang Aku dengar, dan penghakiman-Ku adil, sebab
Aku tidak menuruti kehendak-Ku sendiri, melainkan kehendak Dia yang mengutus
Aku.
Roh
Kudus, penting bagi para rasul, sebab, hanya oleh Roh Kudus saja mereka sanggup
menanggung [menerimanya sebagai kebenaran Ilahi] segala pengajaran yang tak
dapat ditanggung mereka, kala Roh Kudus belum datang.
Selanjutnya,
pendeta Dr.Erastus Sabdono melakukan pengklasifikasian atau pengelompokan
manusia-manusia pada zaman anugerah. Ia membaginya kedalam 4 pengelompokan: (1)
manusia yang menerima Tuhan Yesus, pada paragraf tiga, (2) manusia yang menolak Tuhan Yesus
dalam sikap memusuhi Kristus, pada paragraf
empat, (3)manusia yang tidak menerima Tuhan Yesus Kristus tetapi juga
tidak bisa dikatakan menolak, pada paragraf lima, (4) manusia yang tidak pernah
mendengar Injil sama sekali sehingga mereka tidak pernah menerima Tuhan Yesus,
pada paragraf delapan.
Secara
keseluruhan, sejak tinjauan bagian satu,
kemudian bagian dua,dan pada permulaan bagian tiga, semua pengklasifikasian
tersebut telah disanggah. Sebetulnya, juga, pendeta Dr.Erastus Sabdono sedang
melakukan pengulangan gagasan utamanya:”ada pola lain keselamatan,” bahwa Yesus
Kristus bukan satu-satunya jalan keselamatan.
Tetapi,
apakah benar Alkitab memang mendukung pengelompokan semacam ini? Jika, tidak
ada, apakah Ia sedang melakukan tindakan represif pada kebenaran-kebenaran firman itu sendiri? Untuk
mengetahuinya, maka firman-firman itu sendirilah yang akan menyingkapkannya.
Jika
anda mengikuti rangkaian tinjauan ini, maka salah satu penyimpangan menyolok
yang dilakukan pendeta Dr.Erastus Sabdono, adalah: melakukan pengisolasian kata atau bagian dari sebuah ayat dari keseluruhan kalimat dan atau ayat,
termasuk mengisolasinya dari bangun perikop, kitab, Injil atau Epistel, dan
keseluruhan Alkitab itu sendiri. Mengisolasinya dan kemudian menariknya keluar
hingga benar-benar terlepas dari historis keberadaan bagian itu pada asal-usul
yang menjiwai atau yang membangunkan kebenaran pada teks-teks tersebut, untuk
kemudian diberikan kehistorisan baru yang teramat asing, sehingga pada akhirnya
membungkam kehistorisan gagasan yang hendak dibunyikan pada aslinya sebagaimana
maksud penulis asli. Inilah yang saya maksudkan, bahwa pendeta Dr. Erastus
Sabdono bertindak represif terhadap teks-teks yang memang tak berdaya dan tak
dapat memprotes kala ia diperlakukan
demikian. Misalkan saja, pada contoh kasus ini :
Kelompok
ketiga ini tidak membenci terhadap Anak Allah tetapi juga tidak mengasihi.
Mereka hanya menghormati Tuhan Yesus dan Injilnya beserta dengan Pengikut-Nya
pada batas toleransi beragama. Berkenaan dengan kelompok orang seperti ini
Tuhan Yesus menyatakan: “… sebab barangsiapa tidak melawan kamu, ia ada di
pihak kamu” (Luk 9:50)
Paragraf
10 pun demikian, sebuah tindakan represif yang begitu tajam, tepat pada sabda
Yesus sendiri, terkait apa yang dimaksud-Nya sebagai “selamat di dalam Yesus.”
Beginilah pendeta Dr. Erastus Sabdono melakukan
tindakan represif tersebut,
sebagaimana pernyataannya berikut ini:
Perbedaan
tersebut diatas dijadikan ukuran keselamatan. Mereka yang merasa sudah menjadi
umat pilihan ini berkeyakinan bahwa dirinya pasti diselamatkan, terhindar dari
api kekal. Padahal. keselamatan bukanlah hanya terhindar dari api kekal dan
diperkenankan masuk Sorga tetapi proses menjadi manusia seperti rancangan Allah
semula. Terhindar dari api kekal dan diperkenan masuk Kerajaan Sorga bisa
terwujud dalam kehidupan seseorang bila sudah memasuki proses keselamatan,
yaitu menjadi manusia seperti rancangan Allah semula. Tanpa proses dikembalikan
kepada rancangan Allah semula sudah bisa dipastikan tidak masuk dalam Kerajaan
Sorga atau menjadi anggota Kerajaan. Mereka tidak bisa dikategorikan sebagai
menerima Yesus.
Perihal
ini, juga telah saya sentuh sejak bagian
pertama tinjauan ini pada “tinjauan bagian1C”. Benarkan Yesus menyatakan bahwa:
a. keselamatan bukan hanya terhindar dari api kekal dan diperkenan masuk ke
sorga, tetapi proses menjadi manusia seperti rancangan Allah semula; b.
Terhindar dari api kekal dan diperkenan masuk bergantung pada memasuki proses
keselamatan. Penekanan pengajaran
pendeta Dr. Erastus Sabdono: proses dikembalikan pada rancangan Allah semula. Tanpa ini, maka dipastikan
tidak masuk dalam kerajaan Sorga atau menjadi anggota Kerajaan. Bukan Yesus dan
karyanya, namun manusia yang masuk ke dalam proses dikembalikan pada rancangan
Allah semula, adalah sentral keselamatan kekal - pemasti untuk masuk ke dalam
kerajaan sorga.
Pada
paragraf 11 dari “Keselamatan Di Luar Kristen-03,” kembali, pendeta Dr. Erastus
Sabdono mendemonstrasikan betapa ia berlaku demikian represif terhadap teks
firman Tuhan, bahkan pada nas yang dikutipnya sendiri:
Menerima
Yesus berarti menerima Dia sebagai pemilik kehidupan (Yoh 1:10-13). Orang yang
menerima Yesus berarti menyerahkan atau mempertaruhkan segenap hidupnya untuk
menjadi anak-anak Allah. Ini berarti hidup di dunia ini hanya untuk berjuang
agar pantas menjadi anak-anak Allah atau anggota Kerajaan. Orang yang menerima
Tuhan Yesus adalah orang-orang yang telah kehilangan hidupnya. Hidup yang
mereka miliki hanyalah kehidupan dalam iman kepada anak Allah. Orang yang masih
memiliki dirinya sendiri berarti belum menerima Tuhan Yesus Kristus (Gal
5:24-25).
Perhatikan
poin pengajarannya: orang yang menerima Kristus berarti menyerahkan atau
mempertaruhkan segenap hidupnya untuk menjadi anak-anak Allah. Kemudian ia
menambahkan: berarti hidup ini hanya untuk berjuang agar pantas menjadi
anak-anak Alah atau anggota Kerajaan.
Benarkan
Yohanes 1:10-13 memberikan sedikit saja
indikasi: a. mempertaruhkan segenap hidupnya untuk menjadi anak-anak Allah, dan
b. berjuang agar pantas menjadi anak-anak Allah.
Mari
kita melihat untuk membaca Yohanes 1:10-13
Demikian
juga dengan Galatia 5:24-25, bukan sama sekali mengindikasikan:a.
mempertaruhkan segenap hidupnya untuk menjadi anak-anak Allah, dan b. berjuang
agar pantas menjadi anak-anak Allah, sebagaimana dinyatakannya juga pada
paragraf 11:
Menerima
Yesus berarti menerima Dia sebagai pemilik kehidupan (Yoh 1:10-13). Orang yang
menerima Yesus berarti menyerahkan atau mempertaruhkan segenap hidupnya untuk
menjadi anak-anak Allah. Ini berarti hidup di dunia ini hanya untuk berjuang
agar pantas menjadi anak-anak Allah atau anggota Kerajaan. Orang yang menerima
Tuhan Yesus adalah orang-orang yang telah kehilangan hidupnya. Hidup yang
mereka miliki hanyalah kehidupan dalam iman kepada anak Allah. Orang yang masih
memiliki dirinya sendiri berarti belum menerima Tuhan Yesus Kristus (Gal
5:24-25).
Mari kita melihat Galatia 5:24-25:
Tanpa
memperhatikan dan menetapkan kebenaran akan siapakah orang-orang beriman itu,
bahwa mereka adalah orang-orang yang telah diserahkan Bapa kepada-Nya, dan
memang pada realitanya, ada yang memang dapat disebut murid-murid Kristus oleh
orang-orang dunia atau kita sendiri, namun tidak sama sekali menurut Yesus [ bacalah tinjauan bagian 3F dan tinjauan bagian 3G], sebagaimana telah
ditunjukan oleh Yesus sendiri melalui sebuah peristiwa yang begitu vulgar:
Yohanes
6:60-61 Sesudah mendengar semuanya itu banyak dari murid-murid Yesus yang
berkata: "Perkataan ini keras, siapakah yang sanggup
mendengarkannya?" Yesus yang di dalam hati-Nya tahu, bahwa murid-murid-Nya
bersungut-sungut tentang hal itu, berkata kepada mereka: "Adakah perkataan
itu menggoncangkan imanmu?
Yohanes
6:64 Tetapi di antaramu ada yang tidak percaya." Sebab Yesus tahu dari
semula, siapa yang tidak percaya …
mengapa
Ia bisa tahu dari semula? Apakah yang Yesus lihat atau tahu namun tak kita
ketahui?
Yesus
Kristus pada mulanya adalah Allah Sang Firman yang bersama-sama dengan Allah.
Sang Firman itu telah menjadi Anak. Tak hanya Ia adalah Anak Manusia,
sebagaimana Yesus sendiri menyebut dirinya demikian untuk menunjukan kesejatian
kemanusiaannya [Lukas 19:9-10], namun juga, Ia adalah Anak Allah, sebagaimana
Yesus sendiri menyebut dirinya demikian [Yohanes 5:18-20] untuk menunjukan
kesejatian ke-Tuhan-an pada dirinya sendiri, dan itu dikemukakannya secara gamblang: “masihkah kamu berkata kepada Dia
yang dikuduskan oleh Bapa dan yang telah diutus-Nya ke dalam dunia: Engkau
menghujat Allah! Karena Aku telah berkata: Aku Anak Allah?”[ Yohanes 10:36].
Apa yang menarik dalam Ia menyatakan siapakah dirinya dalam sebuah
keistimewaan, baik Anak Manusia dan Anak Allah, pada saat Ia menyatakan dirinya Anak Manusia tak
sama sekali menyusutkan kuasa-Nya untuk menyelamatkan: “Sebab Anak Manusia
datang untuk mencari dan menyelamatkan yang hilang." Oleh Yesus sendiri,
Sang Firman yang telah menjadi manusia itu didalam kemanusiaannya adalah Ia
yang berkuasa untuk mencari dan menyelamatkan yang hilang [ baca juga Lukas
15:1-7; Lukas 15:8-10; Lukas 15:11-32 yang menunjukan bahwa Yesus datang untuk
mencari dan menyelamatkan yang hilang]. Mengapa hal ini penting untuk dinyatakan?
Saat
siapapun mengajar atau berteologia dalam sebuah cara mengabaikan atau tidak
memperhitungkan siapakah Yesus, apakah sabda-sabdanya, apakah karya-karya
keselamatannya, atas kehendak siapakah Yesus telah datang dan apakah yang
dikehendaki Bapa didalam Ia melakukan karya keselamatannya, berdasarkan apapun
dan bagaimanapun, maka memang pengajaran dan teologia yang dihasilkannya dapat
berlawanan dengan apapun yang disaksikan oleh
kitab suci tersebut. Termasuk, bagaimana pendeta Dr. Erastus Sabdono melakukannya
melalui pernyataannya berikut ini:
Berkenaan
dengan hal diatas, perlu diingatkan bahwa Tuhan tidak memandang muka (1 Pet
1:17). Siapapun mereka yang berbuat jahat akan ditolak dari kerajaan Allah. Hal
ini ditegaskan dalam Wahyu 21:8 menyatakan bahwa mereka yang adalah orang-orang
penakut, orang-orang yang tidak percaya, orang-orang keji, orang-orang
pembunuh, orang-orang sundal, tukang-tukang sihir, penyembah-penyembah berhala
dan semua pendusta, mereka akan mendapat bagian mereka di dalam lautan yang
menyala-nyala oleh api dan belerang; inilah kematian yang kedua. Hendaknya kita
tidak berpikir bahwa orang yang mengaku telah menerima Yesus Kristus sebagai
Tuhan dan Juru Selamat otomatis masuk Kerajaan Sorga. Harus tetap diingat bahwa
orang yang masuk Kerajaan Sorga adalah mereka yang melakukan kehendak Bapa (Mat
7:21-23).
Demikian
juga, saat pendeta Dr. Erastus Sabdono mengutip Wahyu 21:8:
Tetapi
orang-orang penakut, orang-orang yang tidak percaya, orang-orang keji,
orang-orang pembunuh, orang-orang sundal, tukang-tukang sihir,
penyembah-penyembah berhala dan semua pendusta, mereka akan mendapat bagian
mereka di dalam lautan yang menyala-nyala oleh api dan belerang; inilah
kematian yang kedua."
Teks
firman tersebut, sama sekali tidak menunjukan adanya kebenaran pada manusia
dihadapan Allah berdasarkan perbuatan baik atau berdasarkan kesempurnaan
seseorang melakukan kehendak Bapa, sebab tepat setelah ayat 8, kebenaran
seorang manusia dihadapan Allah itu, berdasarkan pada sebuah relasi yang sangat
unik dan tak bisa diselenggarakan oleh manusia:
Wahyu
21:9 Maka datanglah seorang dari ketujuh malaikat yang memegang ketujuh cawan,
yang penuh dengan ketujuh malapetaka terakhir itu, lalu ia berkata kepadaku,
katanya: "Marilah ke sini, aku akan menunjukkan kepadamu pengantin
perempuan, mempelai Anak Domba."
Siapakah
“pengantin perempuan” itu? Mari kita melihat sebuah penjelasan spektakuler
mengenainya:
Demikian
juga dengan Matius 7:21-23 yang dikutip pendeta Dr. Erastus Sabdono,
sebagaimana dengan 1Petrus 1:17 dan Wahyu 21:8, bukan sama sekali teks-teks firman yang memunculkan kebenaran
bahwa seorang Kristen harus berjuang untuk mempertahankan keselamatan sehingga
pantas menjadi anak-anak Allah:
Berkenaan
dengan hal diatas, perlu diingatkan bahwa Tuhan tidak memandang muka (1 Pet
1:17). Siapapun mereka yang berbuat jahat akan ditolak dari kerajaan Allah. Hal
ini ditegaskan dalam Wahyu 21:8 menyatakan bahwa mereka yang adalah orang-orang
penakut, orang-orang yang tidak percaya, orang-orang keji, orang-orang
pembunuh, orang-orang sundal, tukang-tukang sihir, penyembah-penyembah berhala
dan semua pendusta, mereka akan mendapat bagian mereka di dalam lautan yang
menyala-nyala oleh api dan belerang; inilah kematian yang kedua. Hendaknya kita
tidak berpikir bahwa orang yang mengaku telah menerima Yesus Kristus sebagai
Tuhan dan Juru Selamat otomatis masuk Kerajaan Sorga. Harus tetap diingat bahwa
orang yang masuk Kerajaan Sorga adalah mereka yang melakukan kehendak Bapa (Mat
7:21-23). [paragraf 14 “Keselamatan Di Luar Kristen-03]
Memang
sangat berdasar, untuk kemudian, menjadi begitu peduli dengan realita
kekekristenan yang dipetakan oleh manusia-manusia beragama Kristen atau mengaku
diri sebagai anak-anak Allah, namun tak menebarkan “kemuliaannya” tersendiri
diantara manusia-manusia
Ketika
Paulus menuliskan fasal 5 ayat 19:19-21
pada epistel Galatianya, apakah yang sedang hendak ditunjukannya? Pada dasarnya
sebuah pengontrasan yang begitu tajam dan gemilang pada realita orang-orang percaya sejati yang
semata-mata hidup berdasarkan kasih karunia yang dianugerahkan oleh Allah
terhadap orang-orang yang tak ditebus Kristus sehingga tak dapat memberi dan
memiliki kehidupannya yang dipimpin oleh Roh. Teks firman tersebut bukan sama
sekali dapat dijadikan dasar penghakiman berdasarkan perbuatan baik dihadapan
Allah ,dan mengajarkan agar orang-orang
beriman harus menjaga kepastian keselamatannya melalui perjuangan gigih untuk
menjadi sempurna didalam segala perilakunya. Mari kita melihat pengajaran
pendeta Dr.Erastus Sabdono pada paragraf
15 “Keselamatan Di Luar Kristen -03”:
Paulus
juga mengatakan bahwa mereka yang menghasilkan buah-buah daging tidak akan
mendapat bagian dalam Kerajaan Allah (Gal 5:19-21). Jadi, walaupun seorang
Kristen bahkan pendeta bila masih menghasilkan buah-buah daging dan tidak
bertobat, maka berarti tidak selamat. Jangankan dikembalikan pada rancangan
Allah semula, masuk dunia yang akan datang saja tidak. Masuk dunia yang akan
datang artinya menjadi anggota masyarakat dalam Kerajaan Sorga.
Menjadi
orang percaya atau beriman kepada Yesus Kristus bukanlah sebuah peran atau posisi
yang dapat diupayakan untuk dimiliki dan dilakoni oleh diri manusia. Apalagi
dalam sebuah peran penuh dusta, sebab, tak ada
orang-orang percaya pilihan Allah dapat menjalani kehidupan di dunia
tanpa sebuah relasi dengan Kristus. Saya sebelumya sudah menyajikan bahwa orang
percaya sejati adalah dia yang hidup di dalam penggembalaan Yesus Kristus
selama di dunia ini [ “tinjauan bagian 3K”]; ia adalah domba-Nya dan Kristus
adalah Gembalanya yang begitu mengasihi, menuntunnya dan menjagainya sebab
domba-domba-Nya mendengar dan mengikut kala Gembala memanggil atau
memerintahnya. Sehingga, kehidupannya sebagai seorang pilihan, tidak pernah
sebuah kesendirian dan keterisolasian dari
pimpinan Allah yang penuh maksud padanya. Siapakah yang dimaksud sebagai
orang pilihan memang harus dipahami sebagaimana Yesus telah menyatakannya,
sehingga pemahaman yang benar dibangun berdasarkan sabda atau pengajaran atau
pandangan Kristus bukan berdasarkan “realita” untuk menjelaskan atau
mengajarkan kebenaran mengenai siapakah murid-murid atau orang-orang beriman
yang sejati itu; mengapa pada realitanya dapat dijumpai orang-orang Kristen
yang munafik karena kejahatan-kejahatan yang dilahirkanya. Bagaimana bisa hal
itu terjadi sementara Yesus berkata bahwa orang beriman karena Bapa telah menyerahkan kepadanya sehingga
datang dan diterima-Nya. Bicara realita, faktanya Yesus pun berjumpa dengan
pengikut-pengikut bahkan disebut murid-murid yang bahkan menolak sama sekali
perintah-perintah dan ketetapan-ketetapan-Nya. Siapapun harus memperhatikan
bagaimana Yesus menjelaskan fakta keristenan yang memiliki perwajahan hitam
itu, apa sebabnya. Sehingga kekeliruan fatal sebagaimana pada paragraf16
“Keselamatan Di Luar Kristen -03” tidak perlu terjadi:
Dalam
injil kita menemukan kenyataan orang-orang yang mestinya terhisap sebagai “umat
Tuhan” ternyata mereka ditolak oleh Allah. Dalam Matius 24:44-51 dikemukakan
suatu perumpamaan yang jelas sekali menunjukkan bahwa ada orang-orang yang
disebut hamba-hamba Tuhan tetapi dibuang sebab tidak melakukan tugasnya dengan
baik. Mereka yang tertolak tersebut adalah hamba-hamba seorang tuan yang adalah
gambaran dari Tuhan. Mereka disamakan dengan orang-orang munafik. Kata munafik
dalam teks bahasa Yunani artinya hipokrites yang artinya orang yang memainkan
peranan. Orang-orang yang munafik artinya orang-orang yang bersandiwara,
berperan sebagai umat pilihan padahal kualitas batiniahnya tidaklah demikian.
“Disebut
hamba-hamba Tuhan tetapi dibuang,” benarkah yang dibuang itu adalah hamba-hamba
Tuhan yang memang para pengikut Yesus karena Bapa menyerahkannya?
Perbuatan-perbuatan
baik atau luhur atau penjunjungan relasi dan
persaudaran yang bermoral mulia sesama manusia, memang sebuah hal yang
masih tetap dimiliki oleh manusia-manusia. Hati nurani yang masih bekerja didalam
keberdosaan manusia, itulah menjadi pandu moralitas, sehingga di dalam dunia
yang kian lama semakin pekat dengan kejahatan, hati nurani berjuang keras
menahan laju gerak berbagai hasrat jahat
di dalam diri setiap manusia sehingga setiap manusia dan setiap masyarakat
masih memiliki penghargaan, pengharapan dan kemauan untuk mempraktikan
nilai-nilai luhur di dalam kehidupan mereka. Perhatikan hal berikut ini:
Roma
2:14-15 Apabila bangsa-bangsa lain yang tidak memiliki hukum Taurat oleh
dorongan diri sendiri melakukan apa yang dituntut hukum Taurat, maka, walaupun
mereka tidak memiliki hukum Taurat, mereka menjadi hukum Taurat bagi diri
mereka sendiri. Sebab dengan itu mereka menunjukkan, bahwa isi hukum Taurat ada
tertulis di dalam hati mereka dan suara hati mereka turut bersaksi dan pikiran
mereka saling menuduh atau saling membela
Sehingga
di dunia ini, pada orang-orang lain yang bahkan tak beriman kepada Yesus
Kristus, tak pernah mendengarkan atau mengimani keutamaan-keutamaan iman dan
kebenaran Kristen,tak perlu menjadi heran dan menjadi ditakjubkan, terdapat
orang-orang yang sangat berbudi pekerti
luhur dan memiliki standard-standard dan praktik-praktik moral yang begitu
hidup dan begitu menyejukan bagi manusia-manusia yang membutuhkan kasih sayang
dan kemanusiaan yang menaungi, melindungi dan bahkan membentengi dari
diskriminasi dan intimidasi yang mengancam eksistensi dan jiwa mereka. Hal ini
terjadi oleh sebab: hukum Taurat – isinya- ada tertulis di dalam hati dan
suara hati mereka. Realita semacam ini sangat mungkin terjadi dan sudah menjadi kenyataan bahwa
orang-orang yang mengaku Kristen, mengaku murid Kristus, mengaku telah
diselamatkan dan mengaku pasti masuk sorga
bahkan berperilaku bukan saja lebih buruk namun brengsek. [Poin inilah
yang menjadi sudut tajam bagi pendeta Dr. Erastus Sabdono untuk mengajarkan
bahwa dengan demikian bahkan orang-orang
Kristen yang demikian-brengsek atau bahkan menjadi teladan bagi
lingkungan sendiri gagal- tak kan pernah masuk sorga, apalagi sekedar dunia
baru]
Namun
demikian, disaat yang sama, harus diperhatikan bahwa hukum Taurat –isinya- yang
tertulis didalam hati dan suara hati
pada orang-orang dari bangsa lain
yang tak beriman kepada Yesus Kristus, tidaklah memerintah dan berkuasa penuh
didalam diri mereka, sebagai manusia-manusia yang murni atau steril dari
hasrat-hasrat dosa. Itulah sebabnya digambarkan bahwa isi hukum Taurat yang
bekerja didalam diri mereka bekerja didalam sebuah pertarungan pada internal
dirinya sendiri:
-Saling
menuduh
-Saling
membela
Perkenanan seorang manusia dihadapan Allah, bermakna,
bahwa ia mendapatkan penerimaan atau mendapatkan pengampunan atau mendapatkan
pendamaian dari Allah, tak pernah bermakna pemenuhan oleh manusia itu
terhadap tututan-tuntutan hukum atau
sabda Allah secara telak, utuh tanpa sebuah penyimpangan selain kesempurnaan
saja, sehingga diterima, bukan ditolak Allah. Ini, bahkan, sejak perjanjian
lama. Hal demikian juga ditunjukan Yesus kala Ia mengajarkan bagaimana seseorang pada akhirnya
hidup dalam kekekalan Allah pada Matius 25:31-46, tidak sebagaimana diajarkan
oleh pendeta Dr. Erastus, pada paragraf
20 dalam tautan utama di
sini atau cadangan “ Keselamatan Di Luar
Kristen 03”:
Bagi
orang yang tidak mengenal Injil atau tidak mendengar Injil dengan benar,
perbuatan baik adalah ciri atau tanda seseorang memberi diri untuk diperkenan
masuk dunia yang akan datang (Mat 25:31-46). Ini berarti mereka mendengar hati
nurani mereka dan melakukan apa yang tertulis dalam hati nurani mereka, yaitu
Torat Tuhan (Rom 2:12-15).
pun
sama sekali tidak merupakan perintah
Yesus Kristus bahwa itulah hal-hal yang harus dilakukan oleh siapapun juga jika
ingin mendapatkan perkenanan dari Allah.Sebaliknya, merupakan:
Menyangkali
realita kemanusiaan semua manusia yang pada hakikatnya berada di dalam belenggu
maut, dengan kata lain, berada didalam murka Allah, maka, pengajaran-pengajaran
keselamatan ada di luar Kristus, atau, Kristus bukanlah jalan, kebenaran dan
hidup yang tunggal [Yohanes 14:6], memang dapat dilahirkan oleh manusia. Yesus
menyatakan bahwa 3 realita ada sekaligus didalam dirinya. Ia bukan sekedar
jalan namun juga kebenaran, bukan juga, hanya hidup kekal namun sebuah
kebenaran, dan bukan sekedar kebenaran tanpa memberikan jalan dan hidup kekal.
Bagaimanakah
dengan pengajaran pendeta Dr.Erastus Sabdono pada paragraf 21 “Keselamatan Di
Luar Kristen-03.”
Walaupun
mereka tidak menerima Yesus tetapi memperlakukan sesamanya secara benar. Mereka
akan diperkenan masuk dunia yang akan datang. Ironisnya tidak sedikit orang
Kristen yang mestinya mengerti bagaimana mempraktekkan kasih tetapi ternyata
tidak memperlakukan sesamanya dengan baik. Orang percaya bukan saja dipanggil
untuk berbuat baik tetapi melakukan kehendak Bapa atau menjadi “berkenan kepada
Bapa”.
Apakah
“Walaupun tidak menerima Yesus tetapi memperlakukan sesamanya secara benar,
akan diperkenan masuk ke dunia yang akan datang, merupakan kebenaran dan
kehendak Bapa?” Istilah “masuk ke dunia yang akan datang” adalah konsepsi
pendeta Erastus untuk menunjukan orang-orang tak beriman sangat mungkin untuk
mengalami kehidupan kekal dan tidak turut dihukum. Sekalipun terlepas dari
Kristus. Tetapi apakah itu sebuah jalan?; apakah ini sebuah kebenaran? Apakah benar memberikan sebuah hidup kekal yang
dikehendaki Bapa?:
Memisahkan
Yesus Dari Kebenaran
Dasar
berikutnya, mengapa mengajarkan “orang yang tak beriman kepada Kristus masih
berpeluang untuk masuk ke dalam dunia yang akan datang, berdasarkan
perbuatan-perbuatan baiknya” sangat menyesatkan, sebab Yesus secara tegas
menekankan bahwa apapun juga yang
dikatakan sebagai kebenaran, namun terlepas dari apa yang disabdakannya, bukan
kebenaran sama sekali. Bahkan pada poin seorang pengajar atau murid Kristus
mengajarkan demikian, maka ia bukan murid Kristus!
Perhatikan
sebuah episode sabdanya yang membelenggu dunia di sepanjang kehidupan dunia:
Yohanes
8:31-32 (31) Maka kata-Nya kepada orang-orang Yahudi yang percaya kepada-Nya:
"Jikalau kamu tetap dalam firman-Ku, kamu benar-benar adalah murid-Ku (32)
dan kamu akan mengetahui kebenaran, dan kebenaran itu akan memerdekakan
kamu."
Apa
yang penting untuk diperhatikan di sini, teks firman ini bukan “kebenaran untuk
orang-orang Yahudi,tetapi ditujukan kepada siapapun yang menjadi murid
Kristus.” Apa yang menjadi keutamaan
satu-satunya adalah: “Jikalau kamu tetap dalam firman-Ku, kamu akan mengetahui
kebenaran, dan kebenaran itu akan memerdekakan kamu.”
Kebenaran
tidak ada di luar diri Yesus, dan kebenaran itu bukan pada serangkaian
hukum-hukum yang harus dilakukan oleh manusia. Bukan itu saja,…
Memisahkan
Yesus Dari Kehidupan Kekal
Apakah
kehidupan kekal harus dari dan hanya ada pada Yesus Kristus? Jika tidak maka
memang dia bukan satu-satunya sebagaimana Ia sendiri mendeklarasikan dirinya,
sebaliknya, jika ya, maka dia memang satu-satunya sumber dan pemberi hidup
kekal. Mengatakan demikian, maka tak ada satu kemungkinan saja di dunia ini
sumber-sumber lain atau mata air-mata air yang dapat menjadi sumber atau
pemberi hidup kekal selain Kristus. Bagaimana menjawabnya? Maka harus melihat bagaimana kitab suci menyatakannya.
secara
legal, Allah sendiri, telah menunjukan bahwa semua manusia tak berdaya pada
dirinya untuk mencapai kehidupan kekal. Memang jika berbicara hukum Taurat maka
dasar bagi seseorang untuk mendapatkan kebenaran dihadapan Allah adalah
melakukannya, sehingga Ia mendapatkan perkenanan dan masuk ke dalam kehidupan
kekal tanpa penghukuman. Perhatikan
bagaimana perjanjian baru menyatakan
bahwa semua manusia tak berdaya pada dirinya sendiri untuk itu:
Roma
4:14 Sebab jika mereka yang mengharapkannya dari hukum Taurat, menerima bagian
yang dijanjikan Allah, maka sia-sialah iman dan batallah janji itu.
Ketakberdayaan
manusia untuk pada dirinya sendiri berkenan bagi Allah nampak begitu tragis dan mematikan pengharapan.
Perhatikan ini:
Roma
4:15 Karena hukum Taurat membangkitkan murka,
Ada
apakah dengan manusia ini, sehingga sebuah ketetapan Allah mahakudus yang
membukakan peluang untuk masuk kedalam perkenanan-Nya di dalam kekekalan-Nya
malah mendatangkan kemurkaan Allah?
Memisahkan
Yesus Dari Buah-Buah Mulia
Manusia
berbuat baik; manusia berbudi luhur dan manusia-manusia berteladan agung,
tanpa penebusan oleh Allah, apakah mereka menurut Alkitab dan Allah?
Mazmur
16:2 Aku berkata kepada TUHAN: "Engkaulah Tuhanku, tidak ada yang baik
bagiku selain Engkau!"
Mazmur
16:11 Engkau memberitahukan kepadaku jalan kehidupan
Mazmur
14:2 TUHAN memandang ke bawah dari sorga kepada anak-anak manusia untuk
melihat, apakah ada yang berakal budi dan yang mencari Allah. Mereka semua
telah menyeleweng, semuanya telah bejat; tidak ada yang berbuat baik,
seorangpun tidak.
Bagaimanakah
anda menilai TUHAN? Terlalu mengada-adakah Ia? Terlalu hitam putihkah Ia
menurut anda? Masakan sedemikian bejatnya? Masakan semuanya telah menyeleweng; masakan semuanya telah
bejat; masakan tidak ada yang berbuat baik? Atau jangan-jangan, si pemazmurlah
yang keliru atau malah sesat di dalam
memandang realita ini sehingga sangat picik!
Sekarang
mari coba perhatikan berikut ini:
Roma
3:10 seperti ada tertulis: "Tidak ada yang benar, seorangpun tidak. Tidak
ada seorangpun yang berakal budi, tidak ada seorangpun yang mencari Allah.
Semua orang telah menyeleweng, mereka semua tidak berguna, tidak ada yang
berbuat baik, seorangpun tidak.
Masakan
Semuanya Bejat, Tidak Ada Seorangpun Yang Baik?
Apakah
yang dilakukan atau dikatakan oleh Yesus kala berjumpa dengan seorang asing atau
kali pertama berjumpa, dan diinginkannya untuk mengikut-Nya? Ada beragam
tindakan dan beragam komunikasi yang dilakukan olehnya. Namun, yang pasti, sama
sekali berbeda dan tak seperti yang dapat dibayangkan oleh siapapun juga. Orang
berpikir Yesus akan mengajarkan sesuatu untuk dilakukan pada dirinya
sendiri dalam penuh kepatuhan tanpa
sebuah celah, atau berpikir bahwa Ia tidak akan jauh berbeda dengan apa yang
telah diajarkan oleh para guru-guru kitab suci Israel.
Tetapi,
pada kenyataannya, Ia sama sekali berbeda, hingga pada sebuah puncak perbedaan
yang melahirkan sebuah kebencian yang tak beralasan. Sejak permulaan Ia tampil
di hadapan publik, kesan para pendangarnya: Ia memang berbeda:
Markus
1:21-22 Mereka tiba di Kapernaum. Setelah hari Sabat mulai, Yesus segera masuk
ke dalam rumah ibadat dan mengajar. Mereka takjub mendengar pengajaran-Nya,
sebab Ia mengajar mereka sebagai orang yang berkuasa, tidak seperti ahli-ahli
Taurat.
Ia
mengajar sebagai orang yang berkuasa, hal yang tak akan pernah dijumpai pada
ahli-ahli Taurat! Berkuasa yang bagaimanakah? Perhatikan berikut ini:
Markus
1:23-26 Pada waktu itu di dalam rumah ibadat itu ada seorang yang kerasukan roh
jahat. Orang itu berteriak: Apa urusan-Mu dengan kami, hai Yesus orang Nazaret?
Engkau datang hendak membinasakan kami? Aku tahu siapa Engkau: Yang Kudus dari
Allah. Tetapi Yesus menghardiknya, kata-Nya: "Diam, keluarlah dari
padanya!" Roh jahat itu menggoncang-goncang orang itu, dan sambil menjerit
dengan suara nyaring ia keluar dari padanya.
Mengajar
bukanlah hal yang luar biasa, atau yang membedakan Yesus dengan para ahli
Taurat, namun pada kuasa yang bersemayam
di dalam dirinya sebagai seorang pengajar, itulah yang membuat Yesus
sungguh-sungguh tidak sama.
Pada
epistel-epistel para rasul pun demikian, tak pernah terjadi diajarkan perbuatan
baik atau perjuangan-perjuangan memperkenankan diri sebagai sebuah jalan
keselamatan, tak pernah dan apalagi
sebuah jalan keselamatan yang lain, tanpa Sang Kristus. Cukup sang diri ini yang berupaya.
Namun
demikian, pendeta Dr. Erastus Sabdono telah menghadirkan rasul Paulus sebagai
rasul yang mengajarkan bahwa jalan keselamatan itu adalah perbuatan baik atau
mengupayakan diri sendiri layak dihadapan Allah, dan bahkan tanpa Sang Kristus.
Nampak pada paragraf 22 “Keselamatan Di
Luar Kristen-03”:
Sudah
disingkapkan, bahwa 1Korintus 9:27 merupakan bagian dari pembelaan diri Paulus
terhadap para pengeritiknya, mereka yang menolak diri Paulus dan menolak
kerasulan Paulus. Sementara Paulus
menyatakan bahwa kerasulannya datang dari Yesus Kristus yang mengutusnya untuk
memberitakan Yesus itu sendiri, bukan
sama sekali soal melatih tubuh sedemikian rupa agar berkenan dan sempurna di
hadapan Bapa, sehingga setelah memberitakan Injil jangan ditolak Bapa. Bukan
itu sama sekali.
Didalam
semua injil dan juga pada keseluruhan pengajaran Yesus Kristus yang diteruskan
oleh para rasul [Matius 28:20], akan
senantiasa dijumpai perintah-perintah atau instruksi-instruksi yang merupakan
sabda Sang Kristus untuk dilakukan. Untuk ditaati dan dilakukan oleh siapa?
Hanya oleh mereka yang memiliki relasi.
Penekanan ini penting, sepenting bagaimana Yesus sendiri senantiasa melandaskan
setiap perintah-perintah-Nya pada sebuah fondasi tunggal yang dibangun-Nya
sendiri: Dirinya sendiri. Mengapa demikian? Pertama-tama dan satu-satunya:
karena Yesus sendiri menyatakan bahwa di luar dirinya tak ada apapun yang dapat
diperbuat oleh seorang manusia sekalipun mengaku murid Kristus [Yohanes
15:5,8].
Sang
Kristus yang kudus dan penuh kasih, bukan sedang berkonsepsi atau sedang
berteologia bagaikan seorang guru kitab
suci yang berhasil menemukan sebuah formulasi iman dan apakah tindakan yang
seharusnya dilakukan oleh mereka yang mengaku sebagai murid-muridnya sehingga
menjadi dasar untuk sah disebut murid-Nya. Kala ia berkata “Jikalau kamu
mengasihi Aku, kamu akan menuruti segala perintah-Ku pada Yohanes 14:15,” itu
pada hakikatnya merupakan pelukisan-Nya mengenai kehidupan orang-orang
kepunyaan Bapa [Yoh 17:6,9 dan 20] yang
berlangsung di dalam kasih-Nya. Sebuah kasih yang menjadikan diri Sang Kristus
bukan sekedar primadona jiwa, tetapi penguasa yang bertakhta di atas segala
“aku-ku.” Sebuah deskripsi realita, bukan tentang dua yang saling mencintai, tetapi bagaimana
pada hakikatnya hanya satu pihak yang
berkehendak mencintai atau mengasihi, sementara pada hakikatnya pihak yang
dicintai tak akan bisa mengasihinya karena tak mungkin untuk mengenalinya.
Sebuah kasih agung dari Allah yang menyebabkan sebuah pemuliaan dan sebuah
penaklukan diri pada dia yang dikasihi,
membuahkan : “akan menuruti segala perintahku.”
Kita
masih belum beranjak dari paragraf akhir dari “Keselamatan Di Luar Kristen-03”,
untuk melanjutkan teks-teks firman yang digunakan oleh pendeta Dr. Erastus
Sabdono dalam mengajarkan: “bahwa berusaha berkenan kepada Bapa adalah sebuah
jalan keselamatan, bahkan bagi yang tak beriman kepada Yesus Kristus” atau
dengan kata lain, perbuatan-perbuatan baik merupakan bagian untuk membangun dan
memiliki relasi dengan Bapa itu sendiri. Manusialah yang menjadi pembangun atau
konstruktornya, bukan Bapa sebagaimana kita telah tinjau pada bagian-bagian
sebelumnya. Sangat menarik saat pendeta Erastus menyentuh Yohanes 14:23-24,
sebab teks ini justru menekankan sebuah relasi yang mustahil untuk dilakukan
atau diupayakan oleh manusia, mari kita membacanya:
Ketika
siapapun membaca Matius 7:24-29, sebagaimana dikutipkan oleh pendeta Dr.
Erastus Sabdono, sebagai salah satu kontruksi pengajarannya yang membukakan
pintu untuk keluarnya pengajaran semacam ini “Walaupun mereka tidak menerima
Yesus tetapi memperlakukan sesamanya secara benar” [paragraf 21] maka harus
dicamkan bahwa Yesus sedang mendasarkan pengajarannya pada fundamental tunggal:
memiliki kehidupan Kristus sehingga memiliki kuasa untuk hidup berbuah. Kelihatan
membosankan, bukankah, mendengarkan “pohon dan buahnya?” Saya berharap jangan, sebab hal ini adalah jiwa
atau kehidupan dari sorga yang dibawa oleh Yesus kala Ia lahir ke dunia ini.
Mari terlebih dahulu membaca ini:
Matius
7:18 Tidak mungkin pohon yang baik itu menghasilkan buah yang tidak baik,
ataupun pohon yang tidak baik itu menghasilkan buah yang baik
Matius
7:19 Dan setiap pohon yang tidak menghasilkan buah yang baik, pasti ditebang
dan dibuang ke dalam api.
A.Pohon
tidak baik pertama: para ahli Taurat dan orang-orang farisi
Ada
apakah dengan para ahli Taurat dan orang-orang Farisi? Apakah kejahatan mereka
sebagai sebuah pohon di mata Sang Kristus? Kita akan melihat sebuah penghakiman
Kristus terhadap pohon ini, Yesus memulaikannya dengan dirinya sendiri sebagai
pohon yang baik ,atau tepatnya jauh
begitu sempurna, sebelum akhirnya Ia memvonis pohon yang merupakan para ahli
Taurat dan orang-orang farisi:
Apa
yang luar biasa pada Yesus Kristus saat ia sedang memvonis para ahli taurat dan
orang-orang farisi, dan pada akhirnya semua orang, itu tak dilakukakannya
sebagai yang hanya tunduk pada segala ketentuan hukum Taurat,atau bahkan hanya
menggenapi dan sedang melakukan koreksi
demi koreksi, namun dilakukannya sebagai sosok yang sedang bersabda sebagaimana
Allah sendiri yang bersabda. Perhatikan pola semacam ini:
“Kamu
telah mendengar yang difirmankan kepada nenek moyang kita…Tetapi Aku berkata
kepadamu- Matius 5:21-22; 33-34;38-39;43-44”
Bagi
Yesus, Ia harus menyatakan dirinya adalah kebenaran tunggal. Ini bukan soal
membangun hegemoni kebenaran yang kemudian berlaku begitu represif atau
menindas kebenaran-kebenaran lainnya yang ada di bumi. Mengapa demikian? Karena
bagi Yesus dan sebagaimana juga
kesaksian injil meneruskannya, tidak satu apapun, di dunia ini, yang bahkan dapat disebut setitik terang
kebenaran. Yesus dideklarasikan sebagai satu-satunya terang saat masuk ke dalam
dunia ini, dengan kata lain, di dalam dunia ini, apa yang ada adalah kegelapan
atau tak memiliki kehidupan:
Ketika
Allah disebut atau dipanggil sebagai Bapa, itu bukan sebuah pendekatan atau
belaka cara pandang manusia terhadap Allah, bahwa Ia begitu dekat dalam sebuah
jeritan harapan manusia untuk melihat-Nya demikian [yang mana ini sebuah hal
yang begitu tersembunyi di kedalaman perut bumi, bagi jiwa manusia untuk sampai
memandang Allah demikian, jika bukan sebuah mujizat!], menurut penilaian atau
pengimanan jiwa manusia saja. Bukan, ini bukan soal emosional, soal psikologis,
soal kasih yang berteriak dari bumi untuk membuka sorga! Tetapi, karena Yesus
membawa masuk dan menyelenggarakan sebuah relasi dan kesatuan yang mustahil
untuk dialami oleh manusia berdasarkan upaya manusia [bacalah Yohanes 6:37-38;
Yohanes 5:20] :
Seperti
Bapa telah mengasihi Aku, demikianlah juga Aku telah mengasihi kamu; tinggallah
di dalam kasih-Ku itu- Yoh 15:9
“Pohon”
Yesus Kristus sejak mula dalam pengajarannya di bukit, sudah menunjukan
penghakiman beserta penghukumannya yang begitu tajam terhadap semua “pohon”
kebenaran yang berasal dari dunia,
kesemuanya itu berasal dari bawah
dan, bagi Yesus, hanya dirinya dan pengajarannya yang berasal dari atas. Sang
Kristus,dengan demikian, menyatakan bahwa dia adalah Tuan atas segala
perkataannya, bahwa Ia adalah Tuhan atas segenap perkataannya -berkuasa untuk
mengajar/memerintahkan apa yang dikatakannya sebagai yang secara sempurna ia
sendiri menggenapinya, berkuasa untuk menghakiman segala apapun yang berada
diluar dirinya dan menolak kebenarannya dalam cara yang sesantun sekalipun.
Sekarang,
Yesus secara sangat tajam memandang kepada mereka yang telah dilepaskan dari
kehakikatan mereka yang digambarkannya bagaikan “anjing dan babi,” saat ia
bersabda “Adakah seorang dari padamu yang memberi batu kepada anaknya, jika ia
meminta roti, atau memberi ular, jika ia meminta ikan? Jadi jika kamu yang
jahat tahu memberi pemberian yang baik kepada anak-anakmu, apalagi Bapamu yang
di sorga! Ia akan memberikan yang baik [bukan malapetaka] kepada mereka yang
meminta atau bermohon kepada-Nya untuk pertolongan atau jawaban- Mat
7:9-11."
Wujud
kebedaan [Matius 7:28-29] Yesus dengan ahli-ahli Taurat lainnya adalah
penekanan satu-satunya pada kesempurnaan Bapa didalam maksud dan didalam
pewujudan maksud Bapa itu yang bersemayam di dalam diri Kristus (kehendak diri
Kristus, sejatinya tak pernah eksis oleh sebab kehendak Bapa yang memerintah
absolut), berlangsung sempurna dan berdaulat yang terpancar dari perkataan
[Yohanes 12:49] dan berbagai pewujudan di dalam tindakan-tindakan [Yohanes
4:34, 6:38, 8:29, 17:4] olehnya. Dengan demikian Yesus kala berada di bumi,
bukan sekedar Guru yang mengajarkan kitab suci atau seorang nabi yang
mensyi’arkan agama, seolah ia adalah murid dari seorang atau salah satu nabi besar. Kala Ia berkata,
semacam ini:…
Ini
adalah sebuah pengajaran yang
menakjubkan pada 2 realita sekaligus. Pertama:…
Yesus
bukan saja menunjukan siapakah dia, namun apa yang juga begitu pentingnya bagi
dunia ini, yaitu menunjukan bagaimanakah keadaan manusia itu di hadapan Allah.
Tak satupun manusia yang dapat menunjukan kehakikatannya adalah mahkluk-mahkluk
mati terhadap kehendak dan menggenapi kudus Allah. Manusia tak memiliki
suara-suara didalam jiwanya sendiri untuk memerintahkan pada dirinya dalam
kuasa penuh: datangilah Yesus dan ikutilah dia, apapun juga yang dikehendakinya.
Yesus juga menunjukan ketakberdayaan manusia itu untuk mendengar dan melakukan;
untuk menaati dan bertekun di dalam ketaatannya, sebab tak ada kehidupan pada
jiwanya yang sehakikat dengan kehendak Allah. Begitu jauh dan begitu dalamnya
ketakterjangkauan jiwa manusia itu untuk menyambut perintah-Nya, sekalipun Sang
Kerajaan Allah begitu dekat
Tinjauan Bagian 3 secara keseluruhan telah tuntas, dan masih berlanjut ke tinjauan Bagian 4
Segala
Kemuliaan Hanya Bagi Tuhan
No comments:
Post a Comment