Oleh: Prof. Gleason L. Archer, Ph.D - Profesor Emeritus Perjanjian Lama & Studi-Studi Semitik
“Peran Kritisme Tekstual Dalam Mengoreksi
Kesalahan-Kesalahan Transmisional”
Bacalah lebih
dulu bagian1
Dalam diskusi sebelumnya kita telah beberapa kali merujuk pada peran kritisme
tekstual dalam memahami kesalahan-kesalahan para penyalin teks dalam
pentransmisian teks biblikal. Sehingga pembaca dapat memiliki sejumlah pemahaman pada metodologi yang digunakan oleh
para pakar didalam menangani
penyimpangan-penyimpangan semacam ini, yang bahkan muncul pada manuskrip-manuskrip
terawal dan yang masih bertahan ada hingga kini, kita akan mengindikasikan garis-garis
panduan yang harus diikuti untuk memecahkan problem-problem semacam ini.
Prosedur-prosedur standard untuk menghadapi kesalahan-kesalahan transmisional
berlaku bagi semua dokumen-dokumen purba, apakah sekular atau suci; tetapi
tentu saja ada karakteristik-karaterisktik khusus yang berhubungan dengan
bahasa-bahasa biblikal. Hal-hal tersebut mencakup pembentukan huruf-huruf
Ibrani sehubungan dengan bahasa itu berkembang dari periode awal hingga
masa-masa lebih belakang, beserta dengan perkenalan bertahap huruf-huruf vokal(seperti
konsonan-konsonan yang yang mengindikasikan suara-suara vokal yang manakah atau
jumlah-jumlah vokal yang harus digunakan dalam kata-kata). Dalam kasus
Perjanjian Baru, yang dituliskan dalam sebuah bahasa yang menggunakan
karakter-karakter vokal serta juga
konsonan-konsonan (Yunani Koine), perubahan-perubahan didalam bentuk huruf juga dapat menimbulkan kekeliruan
salin dalam perjalanan beberapa generasi para juru salin.
A.Tipe-Tipe
Kesalahan Yang Bersifat Transmisi atau Penyalinan
Jenis-jenis tertentu
kesalahan memang cenderung atau tak terhindarkan mencuat dalam menyalin dokumen
asli apapun juga (Vorlage). Kita
semua cenderung untuk mengganti satu homonim (satu kata yang memiliki makna
yang berbeda tetapi lafal atau ejaan sama - ditambahkan Anchor oL) dengan kata yang lain; misalkan “hole”
digantikan dengan “whole” atau “It’s” dengan “its.” Bahasa Inggris memiliki
sebuah sistem pengejaan yang sangat sukar; bunyi yang sama bisa jadi dituliskan
dalam sebuah variasi cara: “way” atau “Weigh”; “to,”too,” atau “two.” Problem ini
tidak terlalu buruk dalam bahasa Ibrani atau Yunani kuno; tetapi terdapat sekali waktu kesalahan pengejaan
yang muncul dalam salinan-salinan termula kitab-kitab biblikal, secara umum
terjadi pada basis keserupaan bunyi. Salah satu yang paling serius adalah kata lo. Jika itu tertulis l-' (lamedh-aleph), itu adalah negatif “tidak”;
tetapi jika itu ditulis l-w (lamedh-waw), itu berarti “untuk dia (laki-laki)” atau “bagi dia
(laki-laki).” Biasanya konteksnya memberikan sebuah indikasi jernih terkait
yang manakah dari lo ini yang
dimaksudkan; tetapi terkadang baik arti “tidak”
atau “bagi dia” mungkin digunakan, dan
karenanya menghasilkan sedikit kebingungan.
Salah satu contoh
yang baik akan kebingungan lo
dijumpai dalam Yesaya 9:3 (Yesaya 9:2 dalam teks Ibrani). Teks Masoretik
(MT) terbaca l-', membuat lo bermakna “tidak.” Terjemahan Alkitab
KJV adalah “Thou hast multiplied the nation, and [dituliskan dalam huruf miring] not increased the joy; they joy
before thee according to the joy in harvest.” Penerapan makna yang semacam ini dalam
bahasa Inggris, akan tetapi, memperkenalkan sebuah keterbalikan asing dalam
alur pemikiran: Allah telah meningkatkan bangsa itu; namun Ia tidak
meningkatkan sukacita, dan walau demikian mereka bersukacita seperti mereka
yang berkumpul dalam sebuah panen yang sangat berlimpah ruah. Tetapi bahkan
para orang Yahudi juru tulis/salin Masoretik telah memahami ini menjadi sebuah kesalahan
pengejaan karena kelengahan; sehingga mereka meletakan di dalam margin atau
bagian pinggir pengejaan yang benar l-w. Kemudian ayat itu bermakna “Thou hast
multiplied the nation [no “and”], Thou hast increased the joy for it; they joy
before thee according to the joy in harvest.” Alkitab Syriac Peshitta demikian
juga memaknakannya dalam bahasa Syria, dan seperti juga Targum Aramaik Yonatan dan dua puluh
manuskrip Ibrani dari abad pertengahan, membacanya sebagai l-w ketimbang l-'.
Karena karakter itu dibaca baik aleph dan waw, mengejakan lo sebagai l-w-‘,1QIsa
(ini adalah gulungan besar Yesaya, berasal dari gulungan-gulungan laut mati)
tidak terlalu membantu di sini. Septuaginta (LXX) sama sekali tidak membantu
karena si penerjemah membuat kesalahan yang sangat berat dalam memperlakukan bahasa Ibrani saat
penerjemahan dilakukan dan tidak memiliki baik tipe lo yang telah diindikasikan
dalam penerjemahan yang dilakukannya (The majority of the people, which You
have brought down ini Your joy, they also will joy before You like those who
rejoice ini harvest.”) Tetapi setidaknya 90 persen pasti bahwa Alkitab versi
NASB benar dalam terjemahannya: “Thou shalt multiply the nation, Thou shalt
increase their gladness; they will be glad in Thy presence as with the gladness
of harvest.”
Setelah
mempertimbangkan contoh koreksi tekstual ini, mari kita melakukan survei sebelas
jenis utama kesalahan-kesalahan yang bersifat transmisi atau penyalinan yang
dikenal dalam bidang kritisme tekstual.
1.Haplography
Pada intinya,
haplography bermakna menuliskan satu
kali pada apa yang seharusnya dituliskan dua kali. Dalam makalah-makalah,
seseorang kerap membaca occurence bukannya occurrence; huruf r-nya telah
dituliskan hanya satu kali—yang membuat bunyi kata seperti o-cure-ence, mengacu
pada aturan standard pengejaan di dalam
bahasa Inggris. Dalam bahasa Ibrani, sebuah kata bisa jadi sebuah konsonan
tunggal yang muncul dimana seharusnya ada dua konsonan. Atau bisa jadi kata itu melibatkan dua konsonan,
atau bahkan dua kata. Sebagai contoh, dalam Yesaya 26:3—“You will keep ini
perfect peace him whose mind is steadfast, because he trusts in You”—kata-kata
terakhir secara literal adalah “in you trusting,” diikuti oleh “Trust in Yahweh”
dalam Yesaya 26:4. Dalam bahasa Ibrani kata terakhir “trusting” adalah batuah,
ditulis b-t-w-h; “trust” awal dalam ayat 4 adalah bithu, ditulis b-t-h-w. Sehubungan kata-kata itu muncul dalam konsonan-konsonan
yang tidak memiliki informasi pengucapan vokal/ unpointed, maka, kita mempunyai b-t-w-h b-t-h-w. Dua kata ini
karena itulah hampir identik dalam penampilan, walaupun yang pertama itu adalah kata sifat tunggal maskulin dan yang
kedua itu adalah kata kerja imperatif jamak. Gulungan IQIsa hanya memiliki b-k
b-t-h-w, membuang sama sekali b-t-w-h. Karena itu Gulungan-Gulungan Laut Mati pada Yesaya menyusutkan ayat 3 dan 4 hanya dibaca
menjadi: “A mind supported You will keep in real peace [literalnya: salom
salom, ‘peace peace’]; because in you… they have trusted [atau selain itu
ditulis sebuah kalimat baru: “Trust”] in Yahweh forever.” MT membacanya (secara
benar): “A mind supported You will keep in real peace, because it is trusting
in You. Trust in Yahweh.” Harus ditambahkan pada perihal ini bahwa kata
yang telah diterjemahkan sebagai “trust”
menyiratkan penyematan vokal sehingga
dibaca bithu; Kontkes IQIsa bisa jadi menyiratkan sebuah penyematan vokal yang
berbeda; yaitu bathu, yang bermakna “they have trusted.” Alkitab LXX
menyiratkan hanya sebuah salom
tunggal dan sebuah kata kerja tunggal bathu,
karena Alkitab yang ini menerjemahkan
seluruh bagian ini (termasuk ayat 2) sebagai berikut: “Open the gates, let
there enter in a people who observe righteousness and observe truth, laying
hold of truth [kelihatannya membaca yeser
(pikiran) sebagai partisipel noser
(observing, keeping’) and keeping peace. For in You (ay.4) they have hoped
[atau ‘trusted’], O LORD [ ini adalah kata pengganti regular untuk Yahweh] forever [`ade-`ad yang makna
hurufiahnya adalah ‘unto the age,’ sebuah penerjemahan dinyatakan benar baik
oleh MT dan pembacaan yang telah dikoreksi pada 1QIsa].”
Dalam contoh-contoh haplography bisa terjadi pada MT itu sendiri,
terkait hal ini berangkali dalam kasus
Hakim-Hakim 20:13. Penggunaan regular Perjanjian Lama harus merujuk pada orang-orang
suku Benyamin sebagai bene-binyamin. Tetapi teks konsonantal Sopherim membaca
nama suku itu binyamin saja (yang
mana kadang kala muncul). Tetapi LXX mengindikasikan pembacaan yang normal itu adalah “the sons of
Benjamin” (hoi huioi Beniamin) baik
dalam versi A dan versi B (Hakim Hakim
dalam LXX memiliki dia versi Yunani yang berbeda, keduanya merujuk kembali pada bahasa Ibrani Vorlage [ teks Ibrani yang lebih pendek
daripada MT yang merupakan rekonstruksi dari teks Yunani ke dalam bahasa Ibrani
– atau baca ini,
keterangan tambahan oleh Anchor Of Life], nampaknya). Telah membuat cukup
menarik adalah, bahkan juru-juru tulis Masoretik telah meyakini bahwa “sons of” seharusnya
berada di sana, karena mereka
memasukan poin-poin vokal untuk bene (“sons of”), walaupun mereka tidak
merasa merdeka untuk mengisi konsonan-konsonan dari kata tersebut dalam sebuah
cara untuk mengubah teks consonantal Sopherim yang telah diturunkan kepada
mereka.
2.Dittography
Kesalahan umum
traskripsional yang merupakan menuliskan
dua kali apa yang harus dituliskan satu kali. Sebuah contoh yang jernih akan
hal ini ada dalam MT pada Yehezkiel 48:16: hames hames me’ot (“five five
hundred). Perhatikan kesalahan ini, para pakar-pakar juru tulis atau salin/ Masorete
membiarkan hames yang kedua tanpa pemberian titik penanda vokal, menandakan
bahwa kata tersebut wajib diabaikan sama sekali di dalam pembacaan. Dalam
IQIsa, Yesaya 30:30 terbaca hasmia`
hasmia` (“Hear, hear”), bukan hasmia yang
tunggal yang muncul dalam MT dan dibenarkan oleh versi-versi lain.
Contoh lain kemungkinan
kesalahan yang bersifat dittograph muncul dalam Yesaya 9:6-7 (Yesaya 9:5-6
Ibrani) yang terbaca pada akhir ayat 5 sar-salom
(“prince of peace”) dan pada permulaan ayat 6 lemarbeh hammirsah (‘of the increased of government”). Sekarang ini
menjadi sangat masuk akal dalam bahasa Ibrani
tanpa mengubahnya, tetapi ada satu karakteristik yang sangat unik
terkait pengejaan lemarbeh. M (mem)
dituliskan dalam bentuk khusus yang muncul pada akhir sebuah kata. Ini secara
jernih mengindikasikan bahwa para juru tulis Sopherim telah menemukan dua tradisi berbeda terkait pembacaan ini: satu
yang dibaca hanya salom (pada akhir ayat 5) dan permulaan ayat 6 dengan r-b-h ( yang harus divokalisasi sebagai rabbah, “great,” yaitu “Great shall be
the government”).
Sebuah contoh final
dittography diambil dari ayat terakhir Mazmur 23: “And I will dwell in the
house of the LORD forever.” Sebagaimana
yang telah ditunjukan oleh para Masoret, kata kerja bentuk wesabti haruslah dimaknakan “I will return [to the house]” seolah
si pemazmur telah meninggalkan kediaman Tuhan dan sekarang diharapkan untuk
kembali secara permanen. Tetapi jika konsonan-konsonal dibaca wesibti, maka kita memiliki pembacaan
LXX: kai to katoikein me (And my
dwelling”[will be in the house]). Ini agak tak lazim dari sudut pandang bahasa
Ibrani, walaupun itu tidak sama sekali menyatakan mustahil. Akan tetapi,
berangkali pilihan paling menarik adalah memahami bahwa kata ini sebagai sebuah
kasus haplography. Dengan pengenalan bentuk alfabet kotak bahasa Ibrani setelah pulang dari pengasingan Babilonia, bentuk w (waw) sangat
luar biasa mirip dengan bentuk y (yodh); dan
pada masa IQIsa, kerap terjadi bahwa yod berekor panjang terlihat begitu
miripnya dengan waw berekor pendek. Pada kasus semacam ini, akan begitu mudah
untuk terjadinya haplography manakala sebuah yodh dan sebuah waw muncul
bersama. Para penyalin Yunani,kemudian,
mungkin telah melihat apa yang terlihat seperti
dua waw muncul bersamaan dan telah mengenali bahwa ini
sebuah kesalahan untuk sebuah waw tunggal. Jika rekonstruksi ini benar,
maka pengalimatan asli yang digunakan oleh Daud adalah weyasabti, maknanya, “And I will dwell,” yang telah diekspresikan
dalam cara Ibrani yang normal dan sebagaimana kebiasaan.
Bersambung
ke bagian 3
Encyclopedia Of Bible
Difficulties, Gleason L. Archer, 443 halaman| diterjemahkan oleh : Martin
Simamora, halaman 21-24
No comments:
Post a Comment