Oleh: Prof. Gleason L. Archer, Ph.D Profesor Emeritus Perjanjian Lama & Studi-Studi Semitik
“Prosedur-Prosedur
Yang Direkomendasikan Kala Berurusan Dengan Kesukaran-Kesukaran Alkitab”
Ilustrasi - kredit: Bumblebees
Can Fly Higher Than Mount Everest, Scientists Find | National Geographic (blogs) |
Dalam
berurusan dengan problem-problem Alkitab pada jenis apapun, apakah dalam hal-hal
faktual (fakta yang ada atau terjadi) atau dalam hal doktrinal, adalah baik untuk mengikuti
pedoman-pedoman dalam menentukan solusi. Inilah yang paling mudah dilakukan
oleh mereka yang mempelajari Alkitab dalam cara penuh kecermatan dan penuh
ketekunan untuk mengingat firman Tuhan. Beberapa pedoman tersebut adalah
sebagai berikut:
1.Jadilah
yang memiliki pertimbangan kokoh sepenuhnya didalam benakmu sendiri bahwa
sebuah penjelasan memadai yang diperlukan itu ada, bahkan sekalipun anda belum
juga menemukannya. Seorang insinyur
aerodinamika bisa jadi tidak memahami bagaimana seekor lebah Bumblebee [dari genus bombus-tambahan oleh editor] dapat
terbang; namun demikian ia mempercayai bahwa pasti ada sebuah penjelasan
memadai untuk kemampuan terbangnya
yang baik karena, sebagaimana bukti
menyatakan, serangga jenis ini memang dapat terbang! Demikian jugalah kita dapat
memiliki keyakinan diri yang penuh bahwa
Penulis Ilahi telah menjaga penulis manusia pada setiap kitab pada
Alkitab dari kesalahan atau kekeliruan selagi Ia sedang menuliskan manuskrip
asli teks kudus.
2.Hindari kesalahan
beralih dari sebuah penjelasan, tanpa pemeriksaan cermat ke penjelasan
yang bertentangan setiap kali sebuah hal yang terlihat sebagai problem mencuat.
Alkitab itu adalah Firman Tuhan yang
bebas dari kesalahan atau ineran, atau
jika bukan demikian, adalah sebuah
catatan yang tak sempurna oleh manusia-manusia yang dapat melakukan kesalahan.
Manakala kita masuk kedalam sebuah
kesepakatan dengan Yesus bahwa Kitab suci sepenuhnya layak dipercaya dan
otoritatif. Maka sangat tidak berdasar bagi kita untuk bergeser ke asumsi yang berlawanan, bahwa Alkitab
hanyalah catatan yang pencatatannya salah, dari seorang manusia yang dapat
berbuat kesalahan saat mereka menulis mengenai Allah. Jika Alkitab benar-benar
Firman Allah, sebagaimana Yesus telah mengatakannya, maka Firman Allah harus
diperlakukan dengan hormat, sikap percaya, dan kepatuhan menyeluruh. Tidak
seperti buku-buku lainnya yang dikenal manusia, ayat-ayat suci tersebut datang kepada kita, dari Allah; dan di dalam ayat-ayat suci itu kita diperhadapkan
secara langsung dengan sang yang hidup kekal. Allah mahahadir (2Timotius 3:16-17). Ketika kita tidak dapat untuk
memahami cara-cara Allah atau tidak
mampu untuk mengerti sepenuhnya
firman-firman-Nya, kita harus menundukan diri kepada-Nya dalam
kerendahan diri dan secara sabar
menantikan-Nya untuk menjernihkan kesukaran tersebut atau melepaskan kita dari
pencobaan-pencobaan kita kala Dia memandangnya tepat. Hanya ada sangat sedikit
yang Allah akan lama menahannya dari seorang percaya yang berhati dan berpikiran berserah, pada seorang
pemercaya sejati.
3.Pelajarilah
secara berhati-hati konteksnya dan kerangka berpikir pada ayat yang darinya problem muncul sampai
anda mendapatkan beberapa gagasan akan apa yang dikehendaki oleh ayat tersebut
untuk dinyatakan maksudnya didalam kerangkanya sendiri. Bisa jadi diperlukan
untuk mempelajari keseluruhan kitab dimana ayat tersebut muncul, perhatikan
secara cermat bagaimana setiap istilah kunci digunakan pada nats-nats ayat lainnya.
Bandingkan Kitab dengan Kitab [dalam Alkitab], secara khusus pada semua nats
dalam bagian-bagian lain di Alkitab yang berkaitan dengan subyek atau doktrin
yang sama.
4.Ingat,
tidak ada interpretasi dari Kitab [dalam Alkitab] memiliki dasar pembenaran yang tidak
didasarkan pada eksegese yang cermat, yaitu, didasarkan pada komitmen sepenuh
hati untuk menentukan apa yang dimaksudkan oleh penulis purba tersebut dengan
kata-kata yang telah ia gunakan. Ini dicapai dengan sebuah studi penuh perjuangan yang tak mudah untuk dilalui atau dilakukan
pada kata kata-kata kunci tersebut, sebagaimana telah didefinisikan di dalam
kamus-kamus (Ibrani dan Yunani) dan
sebagaimana telah digunakan di dalam nas-nas firman parallel. Juga
lakukan riset pada makna spesifik dari kata-kata ini dalam frasa idiomatik sebagaimana
telah diamati di dalam bagian-bagian lain dalam Alkitab. Pertimbangkan
bagaimana ini pasti telah membingungkan seorang asing ketika ia membacanya di
dalam sebuah Koran di Amerika: “The Prospectors made a strike yesterday up in the
mountains.” “The Union went on strike
this morning.” “The batter made his third strike
and was called out by the umpire.” “Strike up with the Star Spangled Banner.”
“The Fisherman got a good strike in the
middle of the lake.” Mendasar untuk
dikatakan bahwa setiap penggunaan kata yang sama itu [strike] sepenuhnya berbeda, berasal dari induk yang sama dan
memiliki etimologi yang sama. Tetapi kebingungan total dapat dihasilkan dari kesalahan
memahami bagaimana si pembicara memaknai atau memaksudkan kata tersebut harus
digunakan. Camkanlah di dalam benakmu bahwa ineransi [bebas dari kesalahan]
melibatkan penerimaan akan dan keyakinan dalam apapun yang dimaksudkan oleh para
penulis biblikal melalui kata-kata yang
telah ia gunakan. Jika ia memaksudkan apa yang telah ia katakan dalam sebuah
cara literal, adalah salah untuk untuk memahaminya secara figuratif; tetapi
jika ia memaksudkan apa yang telah ia dalam sebuah cara figuratif, adalah salah
untuk memahaminya secara literal. Sehingga kita harus melibatkan diri dalam
sebuah eksegesis yang cermat supaya menemukan apakah yang dimaksudkan si
penulis kitab dalam terang
kedaan-keadaan dan penggunaan masa kini. Melakukan hal ini memerlukan kerja keras.
Intuisi dan penilaian cepat, bisa menjebak
seseorang dalam sebuah jaring kesalahan
dan bias subyektif. Ini kerap menghasilkan kesesatan yang menghalangi maksud
Tuhan atas orang yang mengaku percaya untuk melayani.
5.Dalam
kasus nats-nats firman paralel, satu-satunya metode yang dapat dibenarkan
adalah harmonisasi. Itu untuk menyatakan, semua testimoni dari beragam saksi
harus diterima sebagai laporan-laporan yang layak dipercayai atas apa yang
telah dikatakan dan telah dilakukan dalam
kehadiran mereka, walaupun mereka dapat melihat catatan-catatan peristiwa tersebut dari sudut
pandang yang sedikit berbeda.Ketika kita mengelompokannya, mengurutkannya, dan
meletakan mereka secara bersama-sama,
kita memperoleh sebuah pemahaman yang lebih penuh atas peristiwa tersebut
daripada apa yang dapat kita peroleh dari sebuah kesaksian yang diambil secara
individual. Namun sebagaimana dengan penyelidikan yang dilaksanakan secara
tepat dalam sebuah pengadilan, hakim dan juri diharapkan untuk menerima setiap
kesaksian saksi sebagai benar ketika
dipandang dari sudut pandangnya sendiri—jika tidak, tentu saja, dia dihadapkan
dengan sebuah dusta yang tak pantas dipercayai. Hanya ketakadilan yang dapat
dilayani oleh asumsi lain apapun—seperti, sebagai contoh, bahwa setiap saksi
diasumsikan menjadi tidak mengatakan
kebenaran kecuali testimoninya didukung dengan
menyajikan bukti atau informasi dari sumber-sumber luar. (Ini, tentu
saja, adalah asumsi yang telah dibuat oleh para penentang ineransi Kitab Suci, dan itu menuntun mereka kepada
sebuah hasil-hasil salah secara total.)
6.Carilah
dan gunakanlah tafsir-tafsir terbaik yang tersedia, secara khusus yang telah
ditulis oleh para pakar Injili yang percaya pada integeritas Kitab suci. Sebuah
hasil baik 90 persen dari problem-problem akan ditangani dalam buku-buku tafsir
yang baik. Kamus-kamus dan
ensiklopedia-ensiklopedia yang baik dapat menjernihkan banyak kebingungan-kebingungan. Sebuah konkordansi
yang bersifat analisa akan membantu penggunaan kata (misal: Strong, Young).
7.Banyak
kesukaran-kesukaran diakibatkan dari
sebuah kesalahan minor pada bagian dari
seorang penyalin dalam transmisi teks tersebut. Dalam Perjanjian Lama,
kesalahan-kesalahan transmisional semacam ini bisa diakibatkan dari sebuah
bacaan yang jelek pada vokal-vokal;
bahasa Ibrani aslinya dituliskan dengan
hanya konsonan, dan tanda-tanda vokal tidak ditambahkan hingga seribu
tahun setelah rampungnya kanon Perjanjian Lama. Tetapi ada juga
konsonan-konsonan yang begitu mudah membingungkan karena mereka begitu miripnya (seperti ד
– daleth dan ר – resh, atau י,- yod dan ו,-waw]. Disamping itu, beberapa kata diteruskan
atau disalinkan kembali dalam sebuah pengejaan yang sangat tua dan dapat rawan akan kesalahpahaman oleh para
penyalin Ibrani berikutnya. Dengan kata lain satu-satunya pilihan untuk
mengatasi ini ada pada kritisme tekstual dan analisa-analisanya pada tipe-tipe
yang paling sering membingungkan dan salah dapat menjernihkan kesukaran ini.
Ini juga membawa masuk kebingungan pada angka-angka, dimana merupakan
kesalahan-kesalahan bersifat statistik yang dijumpai dalam teks kitab suci kita
(misal 2 Raja-Raja 18:13).
8.Kapanpun catatan-catatan historis Alkitab dipertanyakan pada basis dugaan
ketidaksepakatan dengan temuan-temuan arkeologis atau testimon dokumen-dokumen
purba non Ibrani, selalu ingat bahwa Alkitab itu sendiri sebuah dokumen yang arkeologis
berkaliber tertinggi. Ini pada dasarnya bias yang luar biasa tak berdasar bagi
kritik-kritik yang menganut bahwa kapanpun sebuah catatan pagan tak bersepakat dengan catatan biblikal,
itu harus penulis Ibrani yang salah. Raja-raja pagan telah mempraktikan propaganda
penyanjungan atau peninggian diri
sendiri, tepat seperti yang dilakukan para mitranya yang modern; dan ini luar
biasa naïf untuk menduga bahwa hanya karena sebuah pernyataan yang telah
dituliskan dalam sistem penulisan kuno yang pertama kali diketahui cuneiform [apa ini? baca "ini"] Asyria, atau hieroglyphic Mesir, itu jauh lebih dipercayai dan lebih faktual
daripada Firman Tuhan yang disusun dalam bahasa Ibrani. Tak ada dokumen kuno
lainnya dalam era Sebelum Kristus/Masehi dipasok dengan banyak bukti-bukti akurasi
dan integeritas yang jernih sebagaimana pada Perjanjian Lama; sehingga itu
adalah pelanggaran pada aturan-aturan bukti untuk mengasumsikan bahwa
pernyataan Alkitab adalah salah setiap kali Alkitab tidak bersepakat dengan
sebuah inskripsi atau manuskrip semacam itu. Dari semua dokumen yang dikenali
manusia, hanya kitab suci Ibrani-Yunani yang telah disertifikasi akan akurasinya
dan otoritas ilahi oleh sebuah pola prediksi dan penggenapan secara lengkap melampaui
kemampuan-kemampuan manusia dan mungkin hanya karena Allah.
Bersambung ke bagian 2
Encyclopedia Of Bible Difficulties, Gleason L. Archer, 443 halaman|
diterjemahkan oleh : Martin Simamora, halaman 4-6
No comments:
Post a Comment