Oleh: Martin Simamora
“Pohon” Yesus Kristus
sejak mula dalam pengajarannya di bukit, sudah menunjukan penghakiman beserta
penghukumannya yang begitu tajam terhadap semua “pohon” kebenaran yang berasal
dari dunia, kesemuanya itu berasal dari bawah dan, bagi Yesus, hanya
dirinya dan pengajarannya yang berasal dari atas. Sang Kristus,dengan demikian,
menyatakan bahwa dia adalah Tuan atas segala perkataannya, bahwa Ia adalah Tuhan atas segenap perkataannya -berkuasa untuk mengajar/memerintahkan apa yang dikatakannya sebagai yang secara sempurna
ia sendiri menggenapinya, berkuasa untuk menghakiman segala apapun yang berada
diluar dirinya dan menolak kebenarannya dalam cara yang sesantun sekalipun.
Dalam hal tersebut,
kesempurnaan hukum atau kehendak Allah yang kudus tak lagi dijumpai dan
terletak dalam huruf-huruf hukum Taurat
dan kitab-kitab nabi [Yohanes 5:39-40], tetapi
pada diri Yesus sebagai penggenap dan
perkataan Yesus yang adalah hukum dan kehendak Allah kudus yang sempurna-
perkataannya adalah firman yang tertulis itu sendiri [ Yohanes 5:46-47]. Sehingga, firman
kehendak Allah yang sempurna dan kudus itu kini hadir atau menghadirkan dirinya dihadapan para manusia sebagai Dia yang secara langsung
bersabda. Sang Kudus dihadapan semua manusia yang berdosa.
Inilah dia Sang Kristus kala hadir atau datang ke dunia ini, inilah dia adanya kala mengajar
dan menghakiman segala sesuatu di dalam pengajarannya di bukit kala itu.
Kehadiran Allah, yang
megah, di puncak gunung Sinai, sekarang terjadi kembali, tetapi tidak perlu ada
yang mati seketika sehingga meregang nyawa karena mendekat kepada Allah
[Keluaran 19:9-12] yang sedang meyabdakan segenap hukum dan segenap
kehendak-Nya yang kudus berkat Sang Firman yang datang mengambil wujud manusia yang
membungkus segenap kemuliaan-Nya dalam tubuh daging yang dirajut oleh Roh Kudus
[Ibrani: 1:6,10:5; Mat 1:18; Luk 1:35] di dalam kandungan ibu-Nya, Maria.
Namun
demikian, Sang Kristus sendiri telah menyampaikan penghakimannya dan vonis
kematian yang telah dipastikannya terjadi, sebagaimana yang telah kita pelajari. Penghakiman Yesus pada semua
manusia: “hanya dirinya yang berkuasa menggenapi dalam kesempurnaan hingga ”satu iota”-pun tak kan
terlalaikan di sepanjang dunia dan alam semesta ini ada,” adalah penghadiran
dan kehadiran kekudusan Allah yang tak dapat didekati oleh siapapun. Hanya
saja, kini Allah sendiri datang mendekati manusia itu di dalam Yesus untuk
menyatakan penghakiman manusia itu adalah kematian kekal atau “tidak dapat masuk ke dalam pintu kerajaan
sorga.”
Sekarang semua mata
harus tertuju kepada Yesus Sang penggenap sempurna dan kudus atas apa yang tak
pernah bisa dan mampu untuk digenapi oleh manusia secara sempurna dan kudus.
Apakah keunggulan Yesus yang begitu menjulang dan mutlak sehingga Ia berkata
“Aku datang untuk menggenapi” dan kemudian ia malah menghakimi “pohon” para ahli Taurat dan para orang
Farisi, “pohon” para nabi palsu, dan
“pohon” kebenaran luhur dunia ini?? Perkataan Yesus berikut ini menjelaskannya
dalam cara yang sangat kokoh: "Makanan-Ku ialah melakukan
kehendak Dia yang mengutus Aku dan menyelesaikan
pekerjaan-Nya- Yoh 4:34.”
Kehidupan Kristus tak
memerlukan komposisi dunia ini. Ia tak
memerlukan selingan; Ia tak memerlukan hiburan karena jenuh melulu soal Tuhan
dan soal melakukan kehendak-Nya. Betapa kehidupan yang menjenuhkan, memuakan
dan begitu asing jika kita melihat pada siapapun kehidupan seorang yang
menyebutkan dirinya Kristen. Tidak! Ia tak perlu seperti itu sebab bagi Yesus,
hal-hal semacam itu adalah makanan pembuka, makanan pokok,makanan penutup,hiburan, bersantai, dan bergembira. Semuanya serba “melakukan dan menyelesaikan” kehendak dan pekerjaan-Nya. Nampak jelas, Yesus memang memiliki apa yang
tak dimiliki manusia manapun. Yesus hidup dengan hanya makan “melakukan” dan
“menyelesaikan.” Sementara manusia, bagi manusia hal semacam itu terlampau
mengada-ada untuk merupakan sebuah kebenaran, sementara bagi Yesus itu tak mengada-ada
dan bahkan menyatakan dirinya memiliki makanan yang hanya ada padanya-
satu-satunya yang mempunyai itu hanya dia:
Yohanes
4:30-34 Maka merekapun pergi ke luar kota lalu datang kepada Yesus. Sementara
itu murid-murid-Nya mengajak Dia, katanya: "Rabi, makanlah." Akan
tetapi Ia berkata kepada mereka: "Pada-Ku
ada makanan yang tidak kamu kenal." Maka
murid-murid itu berkata seorang kepada yang lain: "Adakah orang yang telah
membawa sesuatu kepada-Nya untuk dimakan?" Kata Yesus kepada mereka: "Makanan-Ku
ialah melakukan kehendak Dia yang mengutus Aku dan menyelesaikan pekerjaan-Nya.
Yesus adalah jenis
manusia yang begitu berbeda sekalipun ia datang dengan kemanusiaan yang sama
sebagaimana manusia pada umumnya. Tubuh daging Yesus memiliki kebutuhan atau kelaparan mendasar untuk mengunyah dan
mencerna makanan yang berasal dari sorga, dan tidak ada yang terbuang atau
menjadi sampah yang harus dikeluarkan oleh tubuh manusia, sebab makanan yang
sedang dibicarakan oleh Yesus adalah melakukan dan menyelesaikan kehendak Bapa.
Ketika Ia berkata :
“Janganlah
kamu menyangka, bahwa Aku datang untuk meniadakan hukum Taurat atau kitab para
nabi. Aku datang bukan untuk meniadakannya, melainkan untuk menggenapinya-
Matius 5:17”
Maka yang sedang Yesus
sampaikan:“inilah makananku.”
Inilah kebutuhan dan kelaparan mendasarnya bahkan dalam ia mengenakan tubuh
jasmani ini. Ini harus membuat perhatian setiap manusia bergeser secara tajam
kepada Yesus, bergerak meninggalkan Kitab karena ia sedang membicarakan hukum
Taurat sebagai yang begitu sempurna dan begitu melezatkan dan begitu
menyehatkan atau membugarkan kehidupannya. Sementara bagi manusia, itu adalah perkara yang sukar,
yang berat dan akan senantiasa gagal untuk menyelesaikannya, sebab tak pernah
merupakan makanan satu-satunya!
Yesus bukan saja melakukan apa yang disebut sebagai sentralitas keilahian atau
ke-Allah-an ada pada dirinya dengan pengajaran atau deklarasi-deklarasi diri
yang merupakan hanya ada pada Allah
saja, tetapi juga menunjukan bahwa sentralitas kehidupan dan tujuan
kehidupannya ada pada apa yang dikehendaki Bapa. Namun sentralitas disini tidak
boleh diperlakukan pada Yesus sebagai Ia berjuang untuk mengarahkan dirinya
sedemikian rupa sebab ada pada bagian-bagian dirinya yang memberontak dan
melawan kehendak Allah itu sehingga di dalam dirinya ada kehendak yang bercokol
dan berbiak di dalam hati dan pikiran yang memberontak dan melawan apa yang
seharusnya dilakukan. Tidak, karena Ia mengatakan “inilah makananku.”
“Inilah
makananku” diantaranya adalah “Aku datang untuk menggenapi hukum Taurat dan
kitab para nabi.” Satu-satunya yang dapat berkata terkait relasi dirinya
dengan segenap sabda Allah sebagai makanan, hanya Yesus! Sebagai satu-satunya diantara
manusia-manusia yang berkata “inilah
makananku” Ia menghakimi dan memvonis.
Sehingga tak aneh
jika kemudian Yesus pada pengajaran berikutnya
yang bernuansa memberikan makanan yang sayangnya tak dapat diterima oleh
selera maka manusia dan apalagi untuk dihargai sebagai yang memang menentukan
kekekalan manusia [jadi penghargaan pada
Yesus bukan sekedar tidak melancarkan penentangan secara fisik yang mengancam
jiwa, sekalipun menolak. Sekalipun sopan ,ternyata, kita akan melihatnya, Yesus
memerintahkan penjatuhan penghakiman bahkan
terhadap kota si penolak] dalam sebuah pengajaran yang sangat tak lazim bagi telinga dan
hasrat manusia.
Mari kita
mendengarkan hal berikutnya, sabda pengajarannya:
●Hal Yang Kudus dan Berharga:
Matius
7:6 Jangan kamu memberikan barang
yang kudus kepada anjing
dan jangan kamu melemparkan mutiaramu
kepada babi, supaya jangan diinjak-injaknya
dengan kakinya, lalu ia berbalik mengoyak kamu.
Disini
Yesus mengajarkan apa yang berharga bukanlah hal apapun yang berasal dari dunia
ini tetapi apa yang berasal dari Allah dan yang hanya ada pada dan dibawa oleh Kristus
ke dalam dunia ini. Apa yang begitu menggusarkan dan begitu terlarang adalah
memberikannya kepada anjing dan babi. Kedua hewan ini secara umum memang dipandang sebagai yang sangat direndahkan,
terutama dalam tindakan-tindakan rohani.
Beberapa catatan di dalam Alkitab menunjukannya:
-
Dalam kasus Allah menjatuhkan tulah
kepada bangsa Mesir. Mesir saat itu adalah lawan yang sedang dihukum:
Keluaran
11:7 Tetapi kepada siapa juga dari orang Israel, seekor anjingpun tidak
akan berani menggonggong, baik kepada manusia maupun kepada binatang, supaya
kamu mengetahui, bahwa TUHAN membuat perbedaan antara orang Mesir dan orang
Israel.
-Dalam
kasus Allah menetapkan daging-daging
ternak yang mati karena diterkam bintang
buas menjadi sangat terlarang dan tidak kudus, daging ternak yang demikian itu
harus dilemparkan kepada anjing:
Keluaran
22:31 Haruslah kamu menjadi orang-orang kudus bagi-Ku: daging ternak yang
diterkam di padang oleh binatang buas, janganlah kamu makan, tetapi haruslah
kamu lemparkan kepada
anjing."
-Anjing, hewan yang digunakan sebagai kata untuk menunjukan
sebuah penghinaan dan perendahan yang
sangat nista :
1
Samuel 17:43 Orang Filistin itu berkata kepada Daud: "Anjingkah aku, maka engkau mendatangi aku dengan
tongkat?" Lalu demi para allahnya orang Filistin itu mengutuki Daud.
2Samuel
3:8 Lalu sangat marahlah Abner karena perkataan Isyboset itu, katanya: "Kepala anjing dari Yehudakah
aku? Sampai sekarang aku masih menunjukkan kesetiaanku kepada keluarga Saul,
ayahmu, kepada saudara-saudaranya dan kepada sahabat-sahabatnya, dan aku tidak
membiarkan engkau jatuh ke tangan Daud, tetapi sekarang engkau menuduh aku
berlaku salah dengan seorang perempuan?
2Samuel
9:8 Lalu sujudlah Mefiboset dan berkata: "Apakah hambamu ini, sehingga
engkau menghiraukan anjing mati
seperti aku?"
2Samuel
16:9 Lalu berkatalah Abisai, anak
Zeruya, kepada raja: "Mengapa anjing
mati ini mengutuki tuanku raja? Izinkanlah aku menyeberang dan memenggal
kepalanya."
1Raja-Raja
21:19 Katakanlah kepadanya, demikian: Beginilah firman TUHAN: Engkau telah membunuh serta merampas juga! Katakan
pula kepadanya: Beginilah firman TUHAN: Di
tempat anjing telah menjilat
darah Nabot, di situ jugalah anjing
akan menjilat darahmu."
Mazmur
22:16 Sebab anjing-anjing mengerumuni aku, gerombolan penjahat mengepung aku, mereka menusuk tangan dan
kakiku.
2Petrus
2:21-22 Karena itu bagi mereka adalah lebih
baik, jika mereka tidak pernah mengenal Jalan Kebenaran dari pada mengenalnya,
tetapi kemudian berbalik dari perintah kudus yang disampaikan kepada mereka.
Bagi mereka cocok apa yang
dikatakan peribahasa yang benar ini: "Anjing
kembali lagi ke muntahnya, dan babi yang mandi kembali lagi ke
kubangannya."
Filipi
3:2 Hati-hatilah terhadap anjing-anjing,
hati-hatilah terhadap pekerja-pekerja
yang jahat, hati-hatilah terhadap penyunat-penyunat
yang palsu,
-Sementara
hewan Babi [hutan] di dalam Alkitab menyimbolkan
atau menunjuk pada ketidak-kudusan, sebagaimana
pada anak domba menyimbolkan pengudusan. Ketidak-kudusan begitu
terlarang untuk didekati apalagi untuk dinikmati dalam kehidupan ini:
Imamat
11:7 Demikian juga babi
hutan, karena memang berkuku belah, yaitu kukunya bersela panjang, tetapi tidak
memamah biak; haram itu
bagimu.
Ulangan
14:8 Juga babi hutan, karena
memang berkuku belah, tetapi tidak memamah biak; haram itu bagimu. Daging binatang-binatang itu janganlah kamu
makan dan janganlah kamu terkena
bangkainya. [bukan sekedar
memakan dagingnya namun bahkan bangkainya, jika terkena saja, sudah cukup
membuat seseorang begitu najisnya. Jadi
ini bukan soal makan yang substansial]
Yesaya
66:3 Orang menyembelih lembu jantan, namun
membunuh manusia juga, orang mengorbankan domba, namun mematahkan batang leher anjing, orang mempersembahkan korban sajian, namun mempersembahkan darah babi, orang mempersembahkan
kemenyan, namun memuja berhala
juga. Karena itu: sama seperti mereka lebih menyukai jalan mereka sendiri, dan
jiwanya menghendaki dewa kejijikan mereka,[ sekali
lagi, ini bukan soal makan memakannya, yang substansial. Sebab apa yang
terlarang untuk dimakan pada hakikatnya menunjuk atau menyimbolkan pada tindakan-tindakan
manusia yang begitu menjijikan bagi Allah. Binatang-binatang ciptaan Allah ini
{babi dan anjing), dengan demikian dibuat untuk maksud menunjukan hal-hal yang menjijikan dan tidak
kudus sehingga sangat terlarang untuk didekati dan apalagi dinikmati]
“Memberi”
untuk anjing dan “melempar” untuk babi. Ini adalah 2 tindakan yang menggambarkan
bagaimana manusia pada umumnya
memberikan makan kepada 2 jenis hewan yang berbeda satu sama lain. Yang
satu dengan sebuah tata cara yang
menunjukan sebuah kedekatan atau sebuah relasi yang lebih akrab: memberi-sebuah tindakan memberikan makanan dengan tangan dan
mendekatinya. Sementara itu, pada yang satu lagi, dalam sebuah tata cara
melempar- sebuah tindakan member makanan dengan tangan namun jelas bukan dalam
cara mendekati sebagaimana jika “memberi”. Tentu saja pada umumnya
relasi manusia terhadap 2 macam hewan ini memiliki semacam kasta relasi
atau keintiman yang begitu jauh, anjing
sangat lazim disebut sebagai “sahabat terbaik manusia” karena memang demikian
adanya hewan yang cerdas dan memiliki pengenalan
dan kesetiaan kepada tuannya. Tetapi,
apa
yang menarik disini dan menjadi sentral pengajaran Yesus di
sini adalah pada apa
yang diberikan.
Yesus
berkata, sekalipun anjing dan babi
digambarkan menerima perlakukan berbeda
pada tindakan mengasupkan makanan, namun di sini, benda
yang diberikan sungguh
bernilai mulia: “barang kudus”
dan “mutiara.”
Sebagaimana perendahan yang begitu nista pada anjing dan penajisan pada babi di dalam Alkitab, pada
hakikatnya merupakan sebuah penunjukan atau penyimbolan pada yang tak kudus
atau menjijikan bagi Allah,
sehingga jika anda memang umat-Nya maka anda harus hidup didalam kehidupan
Allah yang demikian, dalam memandang bahwa kekudusan tak boleh dicemari dengan
berbagai kecemaran dunia. Maka pada Matius 7:6, anjing dan babi yang diberikan “mutiara”
dan “barang kudus,” pun merupakan sebuah penyimbolan. “Anjing dan babi”
menyimbolkan manusia-manusia yang dipenuhi berbagai kenajisan dunia ini dan
dipandang sangat nista oleh Yesus [itu sebabnya Yesus menyimbolkannya dengan
binatang-binatang yang ditetapkan Allah untuk menyimbolkan kenajisan atau
ketakudusan]. Dan “barang yang kudus” dan “mutiara” dengan demikian menunjukan
pada jenis [makanan] yang kudus dan dari
Allah. Dimiliki oleh para murid Kristus.
Murid-murid
Yesus memiliki jenis makanan “barang
yang kudus” dan “mutiara,” yang merupakan benda-benda bernilai mulia
oleh karena diri benda itu sendiri memang “terlahir” sebagai mulia adanya atau
dengan kata lain pada hakikatnya kudus dan mulia – pada hakikatnya sekalipun “barang
mulia” itu ada didalam perut bumi dan ada di dalam lautan, tersembunyi dan
terbungkus oleh alam, benda-benda itu sendiri tetap mulia adanya sekalipun untuk sementara waktu
tak berkilau [ bandingkan hal ini dengan
Ibrani 2:7,9; Ibrani 10:5] sebab masih terbungkus oleh materi alam. Ini adalah jenis
makanan atau benda yang diberikan dan
dilemparkan kepada binatang-binatang tadi, yang
hanya ada pada Yesus saja, dan bukan merupakan
makanan lahiriah manusia – manusia- [ yang
semuanya begitu najis bagi Allah dan kenajisannya tak tertolongkan sebab semua
manusia berdosa ini disimbolkan dengan anjing dan babi yang merupakan
hewan-hewan ciptaan Tuhan dan telah ditetapkan Tuhan untuk
menyimbolkan ketak-kudusan di
bumi di hadapan-Nya]- yang dapat dicerna oleh kemampuan pencernaan
manusia dan diserap oleh sistem metabolisme manusia, atau dengan kata lain apa
yang diberikan oleh Allah kepada manusia, bukan sesuatu yang dapat diterima dan
dihargai begitu tinggi sehingga yang ada di dalam genggaman tangannya hanya
yang datang dari Allah dan dianugerahkan atau diberikan kepada manusia sebagai
pemberian untuk diterima. Dan, tentu
saja babi dan anjing
di sini beserta pemberian mutiara dan
barang kudus merupakan sebuah
penggambaran situasi atau keadaan terkait manusia-manusia [hal
yang tak aneh dalam alkitab menggunakan dunia hewan untuk
penggambaran-penggambaran dalam pengajaran atau sabda-sabdanya, misalkan
saja: “burung” di udara –Matius 6:26
yang menunjukan pada bagaimana manusia-manusia pengikut Kristus dapat belajar
dari burung-burung di udara yang percaya sekali dengan pemeliharaan kehidupan
oleh Bapa; “domba”
– Yohanes 10:27 yang menunjuk bagaimana
Ia menggambarkan murid-muridnya itu begitu dekat berelasi dengan dirinya
sebagai Gembala atas para dombanya; “ular-ular beludak”- Matius 23:33 yang menunjuk
pada manusia-manusia ahli Taurat dan orang Farisi uang sangat berbahaya; “Anak Domba”-
Yohanes 1:29 yang menunjuk pada Yesus Kristus
datang untuk menjadi kurban dari Allah untuk menebus dosa manusia yang
telah ditebus Bapa melalui kurban tunggal Yesus Kristus].
Sebagaimana
anjing dan binatang apapun tak kan tertarik dengan benda-benda mulia semacam
itu, sebab binatang tak memiliki kemampuan apresiatif yang bagaimanapun
terhadap “mutiara” dan “barang kudus” adalah mulia dan berharga sangat mahal.
Benda-benda mulia semacam itu bukan merupakan kegairahan bagi mereka, bukan
merupakan hal yang bernilai dan mulia. Binatang-binatang memiliki benda-benda
kemuliaannya tersendiri yang sangat berbeda bagi kehidupan manusia yang dapat
mengapresiasi bahwa memang mutiara adalah benda mulia.
Pohon
kebenaran Yesus sedang mengajarkan bahwa
manusia tak akan pernah oleh dirinya sendiri dan upaya yang
dikerahkannya sendiri untuk kemudian memiliki kemampuan alami yang
bagaimanapun untuk dapat mengapresiasi hal-hal mulia dari Allah- sebuah
pemberian yang mahal dari Allah [bandingkan
dengan 1Petrus 1:18-19], sehingga oleh dirinya sendiri, oleh pendengarannya sendiri,
dan oleh kemampuan akalinya dapat mendatangi [dapat mengenali bahwa Yesus yang merupakan
pemberian Allah adalah mulia dan kudus – mutiara dan barang kudus dan
mengambilnya menjadi kepunyaan yang begitu berharga dan luar biasa mahal untuk
dimiliki]Yesus sebagaimana dikehendaki
Bapa: didalam Kristus saja apa yang
mulia dan kudus itu dimiliki. Inilah
perihal terpokok yang Yesus sedang tunjukan dalam Matius 7:6, hal yang
menjadi kehakikatan manusia
terkait keselamatan itu, manusia mendapatkan
keselamatannya dari dan berdasarkan tindakan
kehendak Allah atas dirinya [Itu sebabnya terkait hal ini Yesus berkata itu
adalah tindakan Allah sama sekali: Yoh 6:36-40, 65; Yoh 10:21-24; Ibrani 1:1-3;
1Petrus 1:10-12].
Mengapa
hal ini tak terelakan, atau mengapa harus secara total bergantung pada Allah?
Karena terkait kehendak Allah bagaimana
keselamatan manusia harus terjadi di dalam dan hanya oleh Yesus Kristus, maka,
manusia itu memiliki sebuah keadaan
naturalnya tepat seperti halnya pada babi dan anjing [satu jenis hewan yang dikenal sebagai nyaris pemakan apa saja termasuk kotoran manusia, sementara
satu lagi adalah hewan yang cerdas dan intuitif bahkan dapat dilatih sebagai bukan
saja menjadi sahabat yang baik bagi manusia, tetapi menjadi bagian penting
dalam peran-peran strategis kemanusiaan] yang memang buta walau
matanya dapat melihat bahwa
itu Mutiara dan memiliki hakikat nilai yang begitu mulia sehingga mengambilnya.
Manusia tak memiliki kemampuan
mengapresiasi dan mengambil baginya sendiri, mutiara kebenaran dan kehidupan
dari sorga itu.
Demikianlah
keadaan manusia-manusia itu digambarkan terkait “makanan yang ada pada Yesus
itu.” Jika Yesus memberikan makanan yang hanya ada pada dirinya, maka itu bagaikan Yesus dan juga para
murid sedang berhadapan dengan babi dan anjing.
Dengan
Mutiara dan Barang Kudus itu adalah makanan atau pemberian yang
hanya ada pada Yesus, lalu apakah
jenisnya? Perhatikan penjelasan Yesus terkait makanan mulia yang tak boleh
diberikan kepada babi dan anjing:
Yohanes
6:48-51,53 Akulah roti hidup. Nenek
moyangmu telah makan manna di padang gurun dan mereka telah mati. Inilah roti
yang turun dari sorga: Barangsiapa makan dari padanya, ia tidak akan mati. Akulah
roti hidup yang telah turun dari sorga. Jikalau seorang makan dari roti ini, ia
akan hidup selama-lamanya, dan roti yang Kuberikan itu ialah
daging-Ku, yang akan Kuberikan
untuk hidup dunia." Maka kata Yesus kepada mereka: "Aku berkata
kepadamu, sesungguhnya jikalau kamu
tidak makan daging Anak Manusia
dan minum darah-Nya, kamu
tidak mempunyai hidup di dalam dirimu. Barangsiapa makan daging-Ku dan minum
darah-Ku, ia mempunyai hidup yang kekal dan Aku akan membangkitkan dia pada
akhir zaman. Sebab daging-Ku adalah benar-benar makanan dan darah-Ku
adalah benar-benar minuman. Barangsiapa
makan daging-Ku dan minum darah-Ku, ia tinggal di dalam Aku dan Aku di dalam
dia.
Perhatikan
baik-baik. Tindakan memberi
dan melemparkan pada anjing dan babi adalah penggambaran
pemberian atau pemberitaan diri Yesus
kepada manusia-manusia
yang semuanya berada didalam pelukan maut [bandingkan dengan Ibrani 2:13-15].
Manusia-manusia itu bisa jadi, begitu cerdasnya
dan begitu baik dan hangat sehingga kala berelasi dengan manusia yang semacam ini dapat berlangsung begitu akrab dan dekat, namun
sekalipun manusia itu cerdas dan berbudi luhur, pemberian mahal ini malah tidak
menimbulkan hasrat untuk menerima
sebagai yang akan memuaskan selama-lamanya. Sebaliknya, akan diabaikan, tak
dihargai dan malah, bahkan pada era Yesus
sendiri secara langsung sedang memberikan “mutiara” dan “barang kudus”-Nya
sendiri, malah dipersengketakan dalam
penolakan keras. Perhatikan berikut ini:
Yohanes
6:52 Orang-orang Yahudi bertengkar antara
sesama mereka dan berkata: "Bagaimana Ia ini dapat memberikan daging-Nya kepada kita untuk dimakan."
Yohanes
6:41 Maka bersungut-sungutlah orang
Yahudi tentang Dia, karena Ia telah mengatakan: "Akulah roti yang telah turun dari sorga."
Yohanes
6:42 Kata mereka: "Bukankah Ia ini
Yesus, anak Yusuf, yang ibu bapanya kita kenal? Bagaimana Ia dapat berkata: Aku telah turun dari sorga?"
Marilah berdiam sejenak.
Sebagaimana anjing dan babi tak dapat mengenali Mutiara dan Barang Mulia
sebagai hal yang tak semestinya diinjak-injak dan tak semestinya menimbulkan
serangan berbahaya kepada pemberinya, yang terjadi sebaliknya karena itu bukan apa
yang dimaui, pun demikian pada semua manusia!
Mari berdiam sejenak.
Sebagaimana anjing dan babi dapat mengamuk karena tak diberikan apa yang merupakan hasrat perutnya atau yang dapat
menghapuskan rasa lapar pada perutnya, namun diberikan Mutiara dan Barang mulia,
maka pun
demikian pada manusia, kala Yesus
memberikan roti yang begitu tidak roti: tubuh dagingnya sendiri. Bukankah ini
menjijikan dan memuakan? Bagaimana bisa
membicarakan makanan yang dapat mengenyangkan selama-lamanya adalah dirinya sendiri:
Yohanes
6:35 "Akulah roti hidup; barangsiapa datang kepada-Ku, ia tidak akan lapar lagi, dan
barangsiapa percaya kepada-Ku, ia tidak akan haus lagi.
Matius
7:6 bukan hendak mengatakan bahwa semua manusia yang
tak mau percaya dengan Kristus adalah anjing-anjing dan babi-babi. Tidak demikian, sama sekali! Apa yang hendak ditunjukan oleh Yesus kepada
para muridnya, begitulah adanya manusia terhadap kebenaran yang ada pada
dirinya, yang disampaikannya, dan yang adalah dirinya sendiri! Situasi yang mengurung manusia kala memandang dan mendengarkan
pengajaran Yesus sebagai kehendak Allah itu sendiri, tepat seperti yang dialami dunia binatang kala manusia memberikan
Mutiara kepada hewan-hewan. Sekalipun mulia pasti diabaikan atau belaka
diendus dan kemudian dibiarkan tergeletak
begitu saja dan diinjak-injak oleh kawanan para binatang yang ada di
dunia ini.
Realita semacam ini
, pada derajat sempurna digambarkan di
dalam Alkitab sebagai memang kekhasan substansial manusia kala ia
berdiri dihadapan Allah, tak kuasa untuk mengenali diri Allah dan melakukan segenap
kehendak-Nya:
Mazmur
73:22 aku dungu dan tidak
mengerti, seperti hewan aku di
dekat-Mu.
Mazmur
49:18-21 Sekalipun ia menganggap dirinya berbahagia pada masa hidupnya,
sekalipun orang menyanjungnya, karena ia berbuat baik terhadap dirinya sendiri,
namun ia akan sampai kepada angkatan nenek moyangnya, yang tidak akan melihat
terang untuk seterusnya. Manusia, yang dengan segala kegemilangannya tidak
mempunyai pengertian, boleh disamakan
dengan hewan yang dibinasakan.
Pengkhotbah
3:18 Tentang anak-anak manusia aku berkata dalam hati: "Allah hendak
menguji mereka dan memperlihatkan kepada mereka bahwa mereka hanyalah binatang."
Mengapa
Yesus memberikan solusi yang bersifat
negatif atas masalah yang tak
tersembuhkan ini-mustahil diatasi, semustahil membuat masyarakat binatang
secara keseluruhan dapat mengenali mutiara adalah mutira, sebagaimana
masyarakat manusia pada umumnya!
Solusi
negatif, sebab yang dilindungi adalah nilai kemuliaan “mutiara” dan keamanan
para pemberi mutiara:
- supaya jangan diinjak-injaknya
dengan kakinya
-
supaya
jangan ia berbalik mengoyak kamu
Tinggalkanlah/hentikanlah/janganlah paksakan pemberitaan kepada mereka, sekali
terlihat sebuah penolakan.
Situasi
ini akan sangat jelas dipahami, dengan memperhatikan perintah-perintah Yesus
kepada para muridnya, yang semacam
ini:
Matius
10:1-2,4-5 Maka Yesus memanggil kedua belas murid-Nya, lalu memberikan tenaga
dan kuasa kepada mereka untuk menguasai setan-setan dan untuk menyembuhkan
penyakit-penyakit. Dan Ia mengutus mereka untuk memberitakan Kerajaan Allah dan
untuk menyembuhkan orang, (4) Dan apabila kamu sudah diterima dalam suatu
rumah, tinggallah di situ sampai kamu berangkat dari situ. (5) Dan kalau ada orang yang tidak mau
menerima kamu, keluarlah dari
kota mereka dan kebaskanlah debunya
dari kakimu sebagai peringatan terhadap mereka."
Jika
anda adalah murid-murid Kristus sejati maka anda memiliki makanan sorga itu [melakukan
kehendak Bapa di dalam kehidupan dunia dihadapan semua manusia], dan sangat
penting anda mengetahui 2 hal ini:
►Pertama:
setiap murid Kristus memiliki nilai kemuliaan yang harus anda jaga kemuliaannya,
sebab itu bukan milikmu tetapi
Kristus: “keluarlah dari kota.”
►Kedua:
menolak diri seorang pemberita injil [yang
sejati dan memiliki pertanggungjawaban yang berintegritas] adalah menolak
utusan-utusan Yesus beserta kehendak-Nya dan itu mendatangkan penghukuman yang
menantikan mereka
Para
murid Yesus bukan sekedar representatif
Yesus, namun ia sebagai pemberita Injil terhisap
kedalam diri Yesus, turut memiliki nilai kemuliaan Yesus yang tak dikenali
oleh dunia. Perhatikan hal berikut ini:
Lukas
10:16 Barangsiapa mendengarkan kamu, ia mendengarkan Aku;
dan barangsiapa menolak kamu, ia menolak Aku; dan barangsiapa menolak Aku, ia menolak Dia yang
mengutus Aku."
Penolakan
terhadap pemberitaan Injil dan pemberita injil, bukanlah perkara normatif,
etiket, atau bahkan sebuah problem hukum domestik “agama”
Kristen saja, sebab dalam hal ini Yesus tidak sedang bicara soal regulasi
domestik sebuah “cult,” tetapi sebuah kehendak Allah Pencipta Langit bumi ini.
Perhatikan dengan sangat hati-hati kala Yesus menutup ketetapan terkait
“Mutiara” ini dengan:
“Barangsiapa
menolak Aku, ia menolak Dia yang mengutus Aku”
Kini
penolakan para manusia pada pemberita dan pemberitaan Injil Yesus Kristus yang
telah disalibkan, mati, dan telah bangkit, dan telah naik ke sorga, kini
menjadi sebuah penolakan terhadap kehendak Bapa yang kudus!
Itu
sebabnya Yesus memberikan perintah “kebaskanlah debu kota dari kakimu.” Penolakan
seseorang dapat mendatangkan malapetak pada
kotanya!
Matius 7:6 dengan demikian pada hakikatnya merupakan sebuah
penghakiman oleh Yesus terhadap semua
manusia beserta kebenarannya sendiri.
Sekaligus merupakan perintah kepada para muridnya untuk bukan saja melakukan
penghakiman, tetapi mendatangkan dan menetapkan penghakiman itu telah berlangsung pada saat itu juga: “kebaskanlah
debunya dari kakimu.” Yesus melontarkan penghakiman dan vonis
penghakiman pada siapa yang tidak menerima dirinya, dalam 2 cara yang
menyebabkannya menjadi hukum yang berlaku di segenap penjuru dunia hingga
kesudahan dunia ini. Perhatikanlah hal berikut ini:
Yohanes
8:24 Karena itu tadi Aku berkata kepadamu, bahwa kamu akan mati dalam dosamu;
sebab jikalau kamu tidak
percaya, bahwa Akulah Dia, kamu akan
mati dalam dosamu."
Yohanes
16:7-9 Namun benar yang Kukatakan ini
kepadamu: Adalah lebih berguna bagi kamu, jika Aku pergi. Sebab jikalau Aku
tidak pergi, Penghibur itu
tidak akan datang kepadamu, tetapi jikalau Aku pergi, Aku akan mengutus Dia kepadamu. Dan
kalau Ia datang, Ia akan menginsafkan
dunia akan dosa, kebenaran dan penghakiman; akan dosa, karena mereka tetap
tidak percaya kepada-Ku;
Jika situasi manusia
itu begitu mematikannya, seperti halnya
binatang yang mustahil untuk diharapkan menghargai mutiara adalah mutiara-benda
mulia, lalu, apakah lagi dasarnya bagi Yesus untuk datang kedalam dunia ini
memberitakan dirinya adalah SUMBER KEHIDUPAN kekal yang harus dimakan-harus
diterima sebagai satu-satunya yang mulia di jagad semesta ini?
Jawaban atas masalah
mustahil [bandingkalah perihal ini dengan
Mat 19:20-22, 23-26] ini, ada di dalam sabda Yesus berikutini dan sekaligus fondasi pengajaran Yesus, yang merupakan kehendak
Allah sendiri yang disampaikan oleh Yesus kepada manusia:
Yohanes
6:37 Semua yang diberikan
Bapa kepada-Ku akan datang
kepada-Ku, dan barangsiapa datang kepada-Ku, ia tidak akan Kubuang. Sebab Aku telah turun dari sorga bukan
untuk melakukan kehendak-Ku, tetapi untuk melakukan kehendak Dia yang telah
mengutus Aku. Dan inilah kehendak Dia yang
telah mengutus Aku, yaitu supaya dari semua yang telah diberikan-Nya kepada-Ku
jangan ada yang hilang, tetapi supaya Kubangkitkan pada
akhir zaman.
Kemustahilan itu hanya dapat disudahi oleh Allah dengan sebuah tindakan yang hanya datang
dari Allah dan hanya dapat
berlangsung atau terjadi di dalam dan
oleh Yesus, untuk menyelesaikan pekerjaan yang telah dimulai oleh Bapa: menyerahkan
kepada dirinya.
Pola ini adalah pola tunggal dan berlangsung hingga kesudahan atau keakhiran
alam semesta yang jatuh kedalam dosa ini. Mengapa? Karena ini
saja atau ini satu-satunya dasar bagi Yesus untuk membangkitkan semua orang
yang keselamatannya dikerjakan oleh Bapa pada akhir zaman kelak! Untuk
memberikan hidup baru bersama Allah
setelah kebangkitan untuk menerima kesempurnaan hidup bersama Yesus.
Ingat! Inilah
satu-satunya ketentuan keselamatan dari Bapa yang melahirkan kebangkitan untuk
menerima kehidupan kekal, bukan untuk menerima hukuman kekal!
Bersambung ke
“Tinjauan Pengajaran Pdt. Dr.Erastus Sabdono “Keselamatan Diluar Kristen”(3Q-3g4):“Tidak
Ada Keselamatan Di Luar Kristen Tetapi Ada Keselamatan Di Luar Kristen”
AMIN
Segala
Pujian Hanya Kepada TUHAN
The
cross
transforms
present criteria of relevance: present criteria of relevance do not transform
the
cross
[oleh
seorang teolog yang saya lupa namanya]
No comments:
Post a Comment