“Keselamatan
Kristus Juga Untuk Mereka Yang Tak Beriman Kepada-Nya”
Oleh: Martin Simamora
kredit: fosterandpartners.com |
Menjadi orang percaya atau beriman kepada
Yesus Kristus bukanlah sebuah peran atau
posisi yang dapat diupayakan untuk dimiliki dan dilakoni oleh diri manusia.
Apalagi dalam sebuah peran
penuh dusta, sebab, tak ada orang-orang percaya pilihan Allah dapat menjalani kehidupan di dunia tanpa
sebuah relasi dengan Kristus. Saya sebelumya sudah menyajikan bahwa orang
percaya sejati adalah dia yang hidup di dalam penggembalaan Yesus Kristus
selama di dunia ini [ “tinjauan bagian 3K”]; ia adalah domba-Nya dan
Kristus adalah Gembalanya yang begitu
mengasihi, menuntunnya dan menjagainya sebab domba-domba-Nya mendengar dan mengikut kala Gembala
memanggil atau memerintahnya. Sehingga, kehidupannya sebagai seorang pilihan, tidak pernah sebuah kesendirian dan keterisolasian dari pimpinan Allah yang penuh maksud padanya. Siapakah
yang dimaksud sebagai orang pilihan memang
harus dipahami sebagaimana Yesus telah menyatakannya, sehingga pemahaman
yang benar dibangun berdasarkan
sabda atau pengajaran atau pandangan Kristus bukan berdasarkan “realita” untuk menjelaskan atau
mengajarkan kebenaran mengenai siapakah murid-murid atau orang-orang beriman
yang sejati itu; mengapa pada realitanya dapat dijumpai orang-orang Kristen
yang munafik karena kejahatan-kejahatan yang dilahirkanya. Bagaimana bisa hal
itu terjadi sementara Yesus berkata bahwa orang beriman karena Bapa telah menyerahkan kepadanya sehingga datang
dan diterima-Nya. Bicara realita, faktanya Yesus pun berjumpa dengan
pengikut-pengikut bahkan disebut murid-murid yang bahkan menolak sama sekali
perintah-perintah dan ketetapan-ketetapan-Nya. Siapapun harus memperhatikan
bagaimana Yesus menjelaskan fakta keristenan yang memiliki perwajahan hitam
itu, apa sebabnya. Sehingga kekeliruan fatal sebagaimana pada paragraf16 “Keselamatan Di Luar Kristen -03” tidak perlu terjadi:
Dalam injil kita
menemukan kenyataan orang-orang yang mestinya
terhisap sebagai “umat Tuhan” ternyata mereka ditolak oleh Allah.
Dalam Matius 24:44-51 dikemukakan suatu
perumpamaan yang jelas sekali menunjukkan bahwa ada orang-orang yang
disebut hamba-hamba Tuhan tetapi dibuang sebab tidak melakukan
tugasnya dengan baik. Mereka yang tertolak tersebut adalah
hamba-hamba seorang tuan yang adalah gambaran dari Tuhan. Mereka disamakan
dengan orang-orang munafik. Kata munafik dalam teks bahasa Yunani
artinya hipokrites yang artinya orang yang memainkan peranan. Orang-orang yang
munafik artinya orang-orang yang bersandiwara, berperan sebagai umat pilihan
padahal kualitas batiniahnya tidaklah demikian.
“Disebut hamba-hamba Tuhan tetapi dibuang,” benarkah yang dibuang
itu adalah hamba-hamba Tuhan yang memang para pengikut Yesus karena Bapa menyerahkannya? Mungkinkah ada pengikut-pengikut, bahkan disebut murid-murid Yesus atau
hamba-hamba Tuhan, namun bukan datang dari Bapa?
Pendeta Dr. Erastus
Sabdono mendasarkannya pada realita yang dijumpainya “Dalam injil.” Ia menyatakan “Dalam Injil kita menemukan kenyataan orang-orang yang mestinya terhisap
sebagai “umat Tuhan” ternyata
mereka ditolak oleh Allah.”Menggunakan
sebuah perumpamaan pada Matius 24:44-51, ia berupaya menunjukan “ada orang-orang yang disebut hamba-hamba Tuhan tetapi dibuang sebab tidak melakukan
tugas-tugasnya.” Jika kita
mengisolasi Matius 24:44-51 dari
pengajaran-pengajaran Yesus lainnya mengenai “siapakah orang-orang beriman atau
para pengikut-Nya” sebagaimana yang dikehendaki Bapa dan dilakukan olehnya,
maka memang membaca dan mempelajari saja Matius 24:44-51 akan menunjukan bahwa
keselamatan dapat hilang, keselamatan harus dipertahankan,dan, orang-orang
beriman harus berjuang gigih dalam perbuatan-perbuatan baik sebagaimana Yesus
kehendaki agar tak kehilangan keselamatan sehingga ditolak Allah pada akhirnya.
Tetapi, apakah Yesus memang memaksudkannya demikian, adalah sebuah soal yang juga harus diperhatikan secara sangat serius,
sebagaimana juga harus memperhatikan secara sangat serius Matius 24:44-51.
Tidak
perlu dibingungkan dengan kontradiksi pada yang
diharapkan, dengan, apakah yang terjadi dalam kenyataannya. Kontradiksi, bahkan, tak perlu secara
tergesa-gesa dinilai sebagai sebuah konflik [kebenaran] atau sebuah defisiensi
[kebenaran], apalagi, jika sebuah kontradiksi hanya dapat dijelaskan berdasarkan
sudut pandang Allah atau bagaimana Yesus menjelaskannya, mutlak untuk
pertama-tama diperhatikan terlebih dahulu.
Kontradiksi semacam
ini, jika tak memiliki sebuah penjelasan yang ilahi, maka akan memberikan ruang
spekulasi [yang bahkan dokrinal] yang begitu luas terkait mengapa dan bagaimana
hal itu terjadi.
Saya ingin, sejenak
saja, untuk melihat sebuah kontradiksi yang begitu memilukan dan sukar untuk
dipahami oleh manusia dalam pandangannya, hingga Allah sendiri menjawabnya,
jawaban yang menjelaskan bahwa semua hal yang dipandang oleh manusia bukanlah
sebuah kontradiksi yang pada akhirnya menujukan bahwa Allah sendiripun tak
luput dari siklus kekacauan yang dihasilkan oleh manusia-manusia dalam
perilaku-perilaku yang melawan perintah-perintah-Nya
Mazmur
73: 1-4 : (1) Sesungguhnya Allah itu baik bagi mereka yang tulus hatinya, bagi mereka yang bersih hatinya. (2) Tetapi
aku, sedikit lagi maka kakiku terpeleset, nyaris aku tergelincir.(3) Sebab
aku cemburu kepada pembual-pembual, kalau aku melihat kemujuran orang-orang fasik.(4) Sebab
kesakitan tidak ada pada mereka,
sehat dan gemuk tubuh mereka;
Pemazmur Asaf melihat
sebuah realita yang pahit dan memilukan. Ia tahu bahwa Allah baik bagi mereka
yang tulus dan bersih hatinya, namun
realitanya: orang-orang fasik mujur, kesakitan tidak ada, bahkan tubuh mereka sehat dan gemuk. Sebuah
pertentangan tajam antara imannya kepada Allah dengan realita dilapangan atau
kehidupan sehari-hari, bukan sekedar tak tergenapi [baik bagi mereka yang tulus
hati dan bersih hati, bahkan “berkat-berkat” luar biasa begitu senang mengikuti
mereka: kemujuran, kesakitan tidak menyentuh, tubuh yang sehat dan gemuk].
Tetapi, apakah dengan demikian, maka dikatakan bahwa Allah tidak baik kepada
mereka yang tulus hati dan bersih hati? Masihkah, berdasarkan realita demikian,
ada dasar untuk tetap beriman bahwa Allah itu baik? Sangat sukar untuk
bertahan, sebagaimana pengakuan jujur Pemazmur: “Tetapi aku, sedikit lagi maka kakiku terpeleset, nyaris aku tergelincir-
Mazmur 73:2.”
Faktanya, kontradiksi
dalam pandangan manusia Asaf, jauh lebih buruk lagi:
Mazmur
73:6,8-12 (6) Sebab itu mereka berkalungkan
kecongkakan dan berpakaian kekerasan.(8) Mereka
menyindir
dan mengata-ngatai dengan jahatnya, hal pemerasan dibicarakan mereka dengan
tinggi hati.(9) Mereka membuka mulut melawan langit,
dan lidah mereka membual di bumi.(10) Sebab itu orang-orang berbalik kepada mereka,
mendapatkan mereka seperti air
yang berlimpah-limpah.(11) Dan mereka
berkata: "Bagaimana Allah tahu hal
itu, adakah pengetahuan pada Yang Mahatinggi?"(12) Sesungguhnya,
itulah orang-orang fasik: mereka menambah harta benda dan senang selamanya!
Kontradiksi
semacam ini sungguh sangat menghancurkan, kala apa yang diimani pada Allah tak
berjumpa dengan realita-realita di dunia pada saat yang sungguh diimani bahwa
Allah pasti bertindak, namun tak terjadi sama sekali. Orang-orang jahat bahkan
dapat berkata bahwa faktanya: Tuhan yang saya imani bukanlah sama sekali Allah
yang mahatahu, berkata “bagaimana Allah
tahu hal itu!”
Sebetulnya
juga, ada orang-orang Kristen yang imannya bahkan tak lebih jahat daripada
orang-orang jahat ini, karena berkata dan mengajarkan “ Allah tidak tahu semua
hal dan tak perlu tahu semua hal yang terjadi di dunia dalam detil-detil
yang begitu mikro di dalam dunia ini sehari-harinya.
Mazmur
73:13 Sia-sia sama sekali aku mempertahankan hati yang
bersih, dan membasuh tanganku, tanda tak bersalah.
Kala
iman kepada Bapa sirna, maka kejahatan sudah mengintip dan mulai menjadi tuhan
kebenaran yang menista kebenaran Bapa. Hamba Tuhan bernama Asaf ini pun tak
kebal, sebab ia hanyalah manusia yang begitu rapuh sekalipun Allah menjadi
Tuhannya. Kekuatannya bergantung pada
keberimanannya kepada Allah [ Mazmur 73:1].
Ketika
anda melihat realita yang bertentangan
atau berlawanan dengan apa yang tertulis di dalam Alkitab dan yang anda imani sebagaimana Yesus
mengajarkan, jangan pernah
meragukan dan menyimpangkan pengajaran itu berdasarkan
upaya-upaya sendiri untuk menjelaskan dan mengabaikan apakah sesungguhnya
yang terjadi dibalik realita itu, sebab itu tak mungkin:
Mazmur
73:16 Tetapi ketika aku bermaksud
untuk mengetahuinya, hal itu
menjadi kesulitan di mataku,
Fakta
berbicara lebih kuat daripada tulisan atau bahkan apa yang anda yakini. Apapun
upaya menjelaskan penyimpangan pada realita akan berbenturan begitu kerasnya
dengan apa yang sedang dipandang mata.
Namun, perhatikan, apa yang dilihat
atau ditangkap oleh mata, bukanlah kebenaran ilahi:
Mazmur
73:17 sampai aku masuk
ke dalam
tempat kudus Allah, dan memperhatikan
kesudahan mereka.
Segala
upaya untuk mendamaikan atau mengharmonikan
realita-realita buruk dengan ALLAH MAHATAHU, berdasarkan pandangan mata,
tak akan mampu dicapai, selain hanya dengan mengarahkan pandangan itu kepada
kebenaran yang dinyatakan Allah:
Mazmur
73:18 Sesungguhnya
di tempat-tempat licin Kautaruh mereka, Kaujatuhkan
mereka sehingga hancur.
Fakta
Ilahinya adalah: orang-orang fasik yang “membuka mulut melawan langit” dan
berkata “bagaimana Allah tahu hal itu?- Allah tidak mahatahu” sepenuhnya berada
didalam genggaman tangan Bapa. “Kautaruh dan Kaujatuhkan” menunjukan bahwa Allah
yang menentukan perilaku-perilaku jahat
mereka, bahkan memuaskan benih-benih hitam dalam hati mereka hingga berbuah
kejahatan begitu lebatnya, demikian juga kebinasaan mereka [ Mazmur 73:27].
Bagaimana
kontradiksi di dunia ini yang senantiasa kita pandang, tidak membuat kebenaran
Ilahi sebagai tak lagi memiliki
kebenaran yang utuh, seolah-olah membutuhkan kerjasama manusia agar kehendak Allah itu terwujud sempurna di
bumi ini, hanya bila Allah saja yang menjelaskannya bagi kita, dan bukan, kita
menjelaskan apa yang kita pandang sebagai kontradiksi, bagi Allah.
Demikian
juga dengan kebenaran Ilahi yang diutarakan oleh Yesus mengenai orang-orang beriman atau hamba-hamba-Nya yang ternyata pada
faktanya ada yang dapat meninggalkan imannya , selain ada yang dapat terus
beriman secara benar hingga kesudahannya. Apakah dengan realita atau fakta
bahwa ada banyak orang-orang Kristen yang gugur iman atau berperilaku munafik dan jahat, dengan demikian membuat
dua sabda Yesus ini gugur atau tak lagi kokoh kebenarannya? Perhatikan 2 teks firman ini:
Yohanes
6:38-39 Sebab Aku telah turun dari
sorga bukan untuk melakukan kehendak-Ku, tetapi untuk melakukan kehendak Dia yang telah mengutus Aku. Dan
inilah kehendak Dia yang telah mengutus Aku, yaitu supaya dari semua yang telah
diberikan-Nya kepada-Ku jangan ada yang
hilang, tetapi supaya Kubangkitkan pada akhir zaman.
Yohanes
10:26- 28(26) tetapi kamu
tidak percaya, karena
kamu tidak
termasuk domba-domba-Ku.(27) Domba-domba-Ku
mendengarkan
suara-Ku dan Aku mengenal mereka dan mereka mengikut Aku,(28) dan
Aku memberikan hidup yang kekal kepada mereka dan mereka pasti tidak akan binasa sampai selama-lamanya dan seorangpun tidak akan merebut
mereka
dari
tangan-Ku.
Apakah realita:
orang-orang Kristen yang murtad atau gugur iman, orang Kristen yang perilakunya
tak selaras dengan suara Sang Gembala Agung, dengan demikian menunjukan:
-Kehendak Bapa gagal terwujud dan tak
mahakuasa
-Yesus gagal melakukan dan mewujudkan kehendak
Bapa
-Domba-domba tak memiliki
kepastian akan keselamatannya sebab
dapat binasa akibat gugur iman atau tak dapat mendengarkan perintah Yesus sehingga
mengikut-Nya.
-Orang-orang pilihan tidak boleh,dengan demikian, sepenuhnya
mengandalkan kuasa kehendak Bapa dan kuasa penjaminan Yesus bahwa tak
satupun dapat binasa sama sekali dan tak seorangpun dapat merebut domba-domba
yang diserahkan Bapa kepada Yesus, sebaliknya, harus juga berjuang pada dirinya
sendiri agar maksud Bapa terpenuhi
-Kehendak Bapa dan kuasa penjagaan Bapa
didalam Yesus tidaklah semahakuasa dan sehebat apa yang diberitakan oleh Yesus,
bahwa sumber keselamatan dan penjagaan sepenuhnya berada ditangan Bapa. Bahwa,
dengan demikian, sebagai domba-domba, kita
harus memiliki pemikiran
progresif sehingga tak bergantung sepenuhnya kepada Bapa dan Sang Gembala yang terbukti tak
sepenuhnya mahakuasa atas domba-domba-Nya?
Dan, apakah Matius 24: 44-51
menjelaskan bahwa orang-orang Kristen pilihan sejati sekalipun tetap dapat
hilang [tak seperti sabda Yesus sendiri] dan memerlukan upaya sendiri untuk
menjaga dirinya sehingga tak terhilang dari kerselamatan [tak seperti sabda
Yesus]? Dengan demikian, Yesus adalah
seorang yang penuh dengan ketakpastian dan keraguan pada sabda-sabda dan pengajaran-pengajaran-Nya?
Realita Kesejatian Hidup Orang Beriman Sejati Dan
Realita Kesejatian Orang-Orang Beriman Tak Sejati Dalam Pandangan Yesus Kristus
“Dalam Injil kita menemukan fakta…… ,”
mari kita melihat pada injil-injil mengenai realita ini; realita “mestinya terhisap
sebagai umat Tuhan ternyata mereka ditolak Tuhan.” Sangatlah mengherankan
bagi siapapun untuk mengetahui bahwa Injil secara gamblang dan vulgar
menggambarkan bagaimana Israel yang
menantikan penggenapan janji Mesias, begitu sukar untuk menerima bahwa Yesus adalah Mesias yang dijanjikan
sekalipun Yesus sudah menjelaskan atau
memberitakan kabar baik bahwa dirinyalah
yang dimaksudkan oleh kitab-kitab suci.
Sama
mengherankannya, ketika pembaca Alkitab menemukan didalam injil, mengenai mereka yang disebut sebagai murid-murid Yesus, berupaya sepenuh jiwa untuk memahami pengajaran Yesus sehingga
dapat melakukan apa yang dikehendaki-Nya, namun,
pada akhirnya meninggalkan dan tidak lagi mengikut
Yesus Kristus.
Apa
yang mencengangkan adalah penjelasan Yesus pada realita tersebut. Mengapa hal
itu terjadi pada mereka yang dicatat Alkitab sebagai murid-murid Yesus, karena
kemuridan atau pengikutan mereka atau pengimanan mereka pada dirinya bukan berdasarkan
pada tindakan
Bapa untuk menyerahkan mereka kepada Yesus sehingga datang dan percaya
kepadanya. Yesus, secara tak
langsung, menunjukan sebuah realita yang tak dapat dimengerti dan dilihat oleh
manusia namun sangat diketahui oleh Yesus: semua orang sangat mungkin dapat
menjadi pengikut Yesus atau menjadi orang-orang Kristen, namun sangat tak
mungkin dapat menjadi pengikut Yesus yang tak akan ditolak tanpa sebuah
tindakan paling menentukan oleh Bapa: menyerahkan orang itu kepada Yesus
sehingga beriman kepada Yesus dan selamat.
Siapa
yang tidak akan tercengang melihat Yesus, tak
berbuat apapun juga terhadap realita tragis: banyak murid-Nya pergi meninggalkan dan tak mengikutinya lagi,
oleh sebab pengajarannya sendiri. Padahal, Yesus sendiri berkata: tak menerima pengajaran-Nya menjadi dasar bagi Yesus untuk menolak atau
menerima mereka untuk memiliki relasi
dengan-Nya.
Perhatikan baik-baik,
bahwa: mereka mestinya terhisap sebagai
umat Tuhan namun ditolak oleh Allah. Penolakan mereka sebagai yang
disebut murid-murid Yesus yang disebabkan pengajaran-Nya yang begitu sukar
untuk dipercayai, dan, Yesus tak berupaya mereduksi pengajaranya agar tak
menjadi terlalu keras untuk diimani
sehingga tak kehilangan banyak murid! Bahkan, jikalau mendasarkannya pada pengajaran Yesus Kristus,
maka, penolakan Bapa telah terjadi
sejak semula atas mereka, sebagaimana Yesus menyatakannya.
Mari
perhatikan-perhatikan rangkaian fenomena berikut ini, untuk memahaminya:
Yohanes
5:39 Kamu menyelidiki Kitab-kitab
Suci, sebab kamu menyangka bahwa
oleh-Nya kamu mempunyai hidup yang kekal, tetapi walaupun Kitab-kitab Suci itu memberi kesaksian
tentang Aku,
Yohanes
5:46 Sebab jikalau kamu percaya
kepada Musa, tentu kamu akan percaya juga kepada-Ku, sebab ia telah menulis tentang Aku.
Yesus
secara kokoh dan lugas menyatakan, bagaimana
seharus Ia dipandang dan bahwa Ia
adalah siapa yang telah dituliskan oleh
Musa di dalam Kitab-Kitab Musa. Apa
yang menjadi dasar untuk menerima Yesus
adalah sebuah dasar yang sangat
kudus dan sangat Ilahi, sebab
dinyatakan oleh nabi Musa dan ditorehkan didalam Kitab-Kitab Suci. Percaya
kepada Musa maka, harus percaya kepada diri Yesus, juga, sebagaimana dikehendaki Yesus, ini merupakan dasar bagi kematian atau
kehidupan mereka; ini lebih daripada sebuah penolakan atau ketaksetujuan
teologis. Ini adalah dasar kehidupan kekal, menerima
apa yang dituliskan Musa didalam Kitab-kitab Musa dan percaya kepada Yesus yang menggenapi Musa adalah dasar bagi
kehidupan kekal:
Yohanes 5:47 Tetapi jikalau kamu tidak percaya akan apa yang ditulisnya, bagaimanakah
kamu akan percaya akan apa yang Kukatakan?"
Perkataan
atau sabda beserta Yesus sendiri adalah apa dan siapa yang menggenapi apa yang dituliskan oleh Musa. Ini adalah identifikasi
Yesus pada ayat-ayat suci yang begitu diimani dan dinantikan penggenapannya
oleh umat pilihan Allah dalam sebuah totalitas yang begitu agung dan mulia, sebab Yesus menegaskan, bahwa perkataan yang
keluar dari dirinya bukan saja senilai atau sesuci firman Allah yang
dituliskan oleh Musa, namun Ia adalah
kegenapan sekaligus Penggenap apa
yang ada didalam Kitab-Kitab Musa.
Pada dasarnya, aspek satu ini adalah sumber bagi deretan mujizat-mujizat yang
dilakukan oleh Yesus sendiri, sebab Ia telah menempatkan diri sebagai Ia yang telah
ada di dunia saat Ia masih berada di dalam kekekalan di dalam
kandungan teks-teks suci para nabi-nabi Allah dalam Perjanjian
Lama sebagai yang telah dilahirkan ke dalam dunia
ini, sehingga Ia bisa menunjukan bahwa dirinya
adalah kegenapan pada semua yang telah dituliskan.
Perhatikan
juga pengajaran Yesus berikut ini:
Lukas
24:27 Lalu Ia menjelaskan kepada mereka apa yang tertulis tentang Dia dalam seluruh Kitab Suci, mulai dari kitab-kitab Musa dan segala kitab nabi-nabi.
Lukas 24:44 Ia berkata
kepada mereka: "Inilah perkataan-Ku, yang telah Kukatakan kepadamu ketika Aku masih bersama-sama dengan kamu, yakni bahwa harus
digenapi semua yang ada tertulis tentang Aku dalam kitab
Taurat Musa dan kitab
nabi-nabi dan kitab
Mazmur."
Semua Kitab
[Perjanjian Lama] tanpa sebuah
pengecualian telah dinyatakan oleh Yesus sebagai menuliskan mengenai dirinya,
bahkan, pada misinya untuk
memberikan keselamatan bagi orang-orang yang dikehendak Bapa, berdasarkan kasih karunia yang mengalir
dari dirinya dan perbuatan keselamatannya:
Lukas 24:46 Kata-Nya kepada
mereka: "Ada tertulis demikian: Mesias harus menderita dan bangkit dari antara orang mati pada hari yang ketiga,
Lukas 24:47 dan lagi: dalam nama-Nya berita tentang
pertobatan dan pengampunan dosa harus disampaikan kepada segala bangsa, mulai
dari Yerusalem.
Perhatikan! Saat
Yesus berkata: Musa menuliskan mengenai dirinya
pada Yohanes 5:46, Ia belum lagi menggenapi seluruhnya pada apa yang harus terjadi berdasarkan pada apa yang telah
dituliskan bukan saja oleh Nabi Musa,
namun telah menuntut kepada bangsa Yahudi yang seharusnya
terhisap menjadi umat Allah untuk mempercayai diri-Nya, bahwa dialah yang
dimaksudkan oleh Musa. Sangat berbeda Yohanes 24:27,44,
46-47 yang diajarkan-Nya kepada murid-murid-Nya setelah Ia menuntaskan karya
keselamatan bagi manusia-manusia di bumi.
Tuntutan Yesus
kepada orang-orang yang seharusnya
terhisap sebagai umat Allah ini tak main-main, sebab, menolak untuk percaya
kepada dirinya sebagai sumber hidup kekal berarti dosa dan kematian kekal:
Yohanes 8:24 Karena itu tadi Aku berkata kepadamu, bahwa kamu akan mati dalam dosamu;
sebab jikalau kamu tidak
percaya, bahwa Akulah Dia, kamu akan mati dalam dosamu."
Sungguh sia-sia beriman dan
menghargai kitab-kitab suci, sebab itu tak mendatangkan hidup kekal manakala tak mau datang kepada Yesus:
Yohanes 5:39-40 Kamu menyelidiki
Kitab-kitab Suci, sebab kamu menyangka
bahwa oleh-Nya kamu mempunyai hidup yang kekal, tetapi
walaupun Kitab-kitab Suci itu memberi kesaksian tentang Aku, namun kamu tidak mau
datang kepada-Ku untuk memperoleh hidup itu.
Ini adalah sebuah
pernyataan yang begitu keras dan
sebetulnya secara manusia memandang pada pernyataan Yesus ini, sungguh sangat
sukar untuk dipercaya bahwa Ia berkata demikian. Sebab, pada dasarnya, Ia
sedang memvonis, sekalipun mereka sungguh-sungguh segenap diri mempercayai dan
menjunjung tinggi kebenaran apa yang sedang dituliskan oleh para nabi-nabi
Allah itu, sama sekali keberimanan semacam ini menjadi tak ada nilai-nilai
kekekalan yang bagaimanapun sama sekali.
Saat Ia yang dikandung didalam kitab-kitab suci telah
lahir atau datang kedalam dunia ini, maka, keberimanan mereka haruslah bergerak dari janji keselamatan yang dikandung
didalam janji-janji Alah ke keberimanan pada perwujudan dan
pewujud janji-janji Allah itu di dalam Ia yang telah datang atau atau lahir
dari kandungan kitab-kitab suci tersebut.
Ini adalah fakta
yang dicatat didalam injil-injil, seharusnya mereka
terhisap sebagai umat Allah namun
ditolak Allah sebab tak mau
mematuhi atau melakukan apa yang dikehendaki agar dikerjakan. Sungguh
tragis, sebab mereka sebetulnya pemilik janji keselamatan yang datang dari
Bapa yang diadakan atau diberikan di
dalam diri Mesias, namun mereka menolak untuk percaya.
Fakta yang jauh lebih memilukan di dalam injil-injil, yang dapat “dilihat mata” manusia adalah, sekalipun mereka menjadi pengikut
Yesus dan memandang Yesus demikian tingginya, namun Yesus menolak mereka:
Yohanes 6:14 Ketika orang-orang itu melihat mujizat yang telah diadakan-Nya, mereka berkata: "Dia ini adalah benar-benar nabi yang akan
datang ke dalam dunia." Karena
Yesus tahu, bahwa mereka hendak
datang dan hendak membawa Dia dengan paksa untuk menjadikan Dia raja, Ia menyingkir pula ke gunung, seorang diri.
Sekalipun mereka
adalah bagian dari yang menerima makanan yang datang dari mujizat Yesus kepada begitu
banyak orang [ Yohanes 6:10-11], Yesus tak menerima mereka. Sekalipun, mereka
memiliki pengaharapan atau pengimanan yang begitu kokoh akan siapakah Yesus
sesungguhnya. Melihat mujizat yang dilakukan oleh Yesus tadi, mereka begitu
yakin sehingga digerakan oleh keyakinan mereka untuk menyatakan Yesus
adalah raja mereka. Tidakkah itu sebuah
keberimanan yang jauh lebih baik daripada Yohanes 8:24 tadi, yang percaya
kepada kitab-kitab suci namun menolak
untuk datang kepada Yesus untuk menerima hidup kekal. Mengapakah, sekalipun
demikian adanya, Yesus tetap menolak keberimanan orang-orang yang mencari Yesus
dalam pengaharpan yang begitu tinggi padanya sebagai sumber kehidupan dan
kea,amam mereka di dunia ini?!
Bukan sekedar
antusiasme, namun sebuah pengejaran terhadap Yesus telah mereka lakukan. Mereka
dihidupi oleh sebuah pengharapan yang berapi-api dan penuh pengharapan tanpa kebimbangan akan siapakah Yesus itu di dalam keyakinan mereka.
Penghargaan dan pengandalan mereka terhadap Yesus akan kebutuhan mereka
sehari-hari demikian total, bahwa Yesus sanggup mengenyangkan atau menuntaskan
problem manusia yang sehari-hari dan sungguh pantas dijadikan raja atas
kehidupan mereka, namun dalam hal keberimanan yang luar biasa ini, Yesus menolaknya:
Yohanes 6:25-26 Ketika orang banyak menemukan Yesus di
seberang laut itu, mereka berkata kepada-Nya: "Rabi, bilamana Engkau tiba di sini?" Yesus menjawab mereka: "Aku berkata kepadamu, sesungguhnya
kamu mencari Aku, bukan karena kamu telah melihat tanda-tanda, melainkan
karena kamu telah makan roti itu dan kamu kenyang.
Mengandalkan Yesus
dan menjangkarkan pengharapan kepada Yesus secara total bahkan, menjadi salah dalam pandangan Yesus.
Jelas tak terbantahkan, Yesus tak menghendaki dasar keberimanan kepada dirinya
datang dari sebuah relasi dimana Yesus
memuaskan atau mengenyangkan kebutuhan-kebutuhan mereka di dunia ini. Yesus tak
berkehendak relasi didalam keberimanan
kepada dirinya didasarkan pada Ia pemenuh
kebutuhan hidup di dunia fana ini, sebab Ia bukan datang untuk mengatasi
masalah-masalah kehidupan fana!
Perhatikan sabda
Yesus ini:
Yohanes 6:27,29 Bekerjalah,
bukan untuk makanan yang akan dapat binasa, melainkan untuk
makanan yang bertahan sampai kepada hidup yang kekal, yang akan diberikan Anak Manusia
kepadamu; sebab Dialah yang disahkan oleh
Bapa, Allah, dengan meterai-Nya." Jawab Yesus kepada mereka: "Inilah
pekerjaan yang dikehendaki Allah, yaitu hendaklah kamu percaya kepada Dia yang
telah diutus Allah."
Keberimanan mereka
atau pengiringan mereka yang tulus
kepada Yesus bukan untuk berjumpa dengan Yesus dan apa yang akan dilakukan oleh Yesus
bagi setiap orang yang mau mengikut
Yesus secara total dan penuh dedikasi, sebaliknya, karena makanan
atau kepuasan duniawi yang memang dapat diberikan oleh Yesus.
Dalam realita manusia, mereka
adalah orang-orang beriman
kepada Yesus, yang seharusnya terhisap
sebagai umat Allah, namun pada faktanya telah ditolak oleh Yesus dalam
sebuah vonis yang begitu kuat mencengkram mereka:
Yohanes 6:36 Tetapi Aku telah berkata kepadamu: Sungguhpun kamu telah melihat
Aku, kamu tidak percaya.
Sementara dalam
dunia manusia, melihat sendiri secara
langsung fakta adalah komponen yang sangat penting
untuk menilai agar kemudian percaya, namun, sekalipun melihat tak akan pernah
dapat melihat secara benar sebagaimana
dikehendaki oleh Yesus.
Kenyataanya, mereka bukan
saja seharusnya terhisap sebagai umat Allah, namun, seharusnya
mereka segera memiliki kehidupan kekal, sebab begitu dekat dengan Ia yang adalah hidup, tetapi keungulan-keunggulan istimewa semacam itu, bahwa mereka
memiliki dan percaya kepada kitab-kitab suci, tak sama sekali sanggup menolong mereka untuk secara aktual
menerima dan beriman kepada Yesus sebagaimana dikehendaki-Nya:
Yohanes 6:42 Kata mereka: "Bukankah Ia ini Yesus, anak
Yusuf, yang ibu bapanya
kita kenal? Bagaimana Ia dapat berkata: Aku telah turun dari sorga?"
Padahal, mereka
beriman kepada sabda Yesus:
Yohanes 6:32-34 Maka kata Yesus kepada mereka:
"Aku berkata kepadamu, sesungguhnya bukan Musa yang memberikan kamu roti
dari sorga, melainkan Bapa-Ku yang memberikan kamu roti yang benar dari sorga.
Karena roti yang dari Allah ialah roti yang turun dari sorga dan
yang memberi hidup kepada dunia." Maka kata mereka kepada-Nya:
"Tuhan, berikanlah kami roti itu senantiasa."
Mereka percaya
kepada Yesus, kepada sabdanya dan pengajarannya. Tak berkeberatan dengan
pengajaran yang berisikan penjelasan Yesus mengenai peristiwa hebat dalam
sejarah Israel yang menerima pemeliharaan Allah yang luar biasa:
Yohanes 6:32 Maka kata
Yesus kepada mereka: "Aku berkata kepadamu, sesungguhnya bukan Musa yang memberikan kamu roti
dari sorga, melainkan Bapa-Ku yang memberikan
kamu roti yang benar dari sorga.
Mereka sungguh
percaya bahwa Bapa yang memberikan mereka makan, bukan Musa pada hakikatnya. Keberimanan
yang dikehendaki Yesus bukan keimanan
yang hanya berpusat pada apa yang telah dituliskan oleh Musa,
namun, problem hebat bagi mereka, Yesus
menghendaki sebuah keimanan pada
kegenapan apa yang telah dituliskan oleh Musa:
Yohanes 6:35 Kata Yesus
kepada mereka: "Akulah roti hidup;
barangsiapa datang kepada-Ku, ia tidak akan lapar lagi, dan barangsiapa percaya
kepada-Ku, ia tidak akan haus lagi.
Sebelumnya, Yesus
mengatakan bahwa mereka adalah orang-orang yang
beriman atau percaya kepada Yesus sehingga mencari-carinya [Yohanes 6:24-25], tetapi, keberimanan yang salah total: mencari karena telah makan roti dan
telah kenyang [ Yohanes 6:26]. Mereka
membangun relasi
iman kepada Yesus berdasarkan
pada apa yang mengenyangkan perut atau hasrat atau harapan-harapan
mereka, untuk kepentingan mereka di dunia ini. Sesungguhnya apa-apa yang
diharapkan mereka tak salah atau bukan merupakan sebuah kejahatan
dan dapat dipahami, apalagi mereka memiliki hasrat dan perbuatan untuk menempatkan Yesus sebagai raja
mereka di dunia ini, sehingga Yesus adalah sentral kehidupan dunia mereka.
Namun, demikian itu sebuah kesalahan fatal yang mendatangkan penolakan dari
Yesus, mengatakan: sekalipun melihat, namun tak percaya. Ingat .mereka melihat dan mengalami mujizat
hebat dari Yesus [Yohanes 6:1-15].
Sekalipun demikian, itu atau keberimanan demikian, bukan apa yang dikehendaki oleh
Yesus. Telah dinyatakan oleh Yesus sebagai keberimanan yang tak beriman
kepadanya sebagai Ia yang telah lahir dari kandungan teks-teks pada kitab-kitab suci: “Yohanes 6:36 Sungguhpun
kamu telah melihat Aku, kamu tidak percaya.” Sehingga dengan demikian mereka
tidak memiliki hidup atau mati:
Yohanes 6:58 Inilah roti yang telah turun dari sorga, bukan roti seperti yang dimakan nenek moyangmu dan mereka telah
mati. Barangsiapa makan roti ini, ia
akan hidup selama-lamanya."
Orang-orang Israel
ini, memiliki kitab-kitab suci yang menuliskan tentang Mesias Juruselamat yang
akan datang; mereka mempercayai janji Mesias yang akan mereka terima, namun
kala itu telah digenapi didalam diri Yesus Kristus, tidaklah menerimanya.
Kondisi ini disabdakan oleh Yesus “tidak akan hidup selama-lamanya!” Memiliki janji-janji Mesianik dan begitu
beriman kepada kitab-kitab Perjanjian Lama, namun tak beriman kepada Yesus, maka pada dasarnya: kematian kekal yang menjadi bagian
mereka.
Kita baru saja melihat sebuah hal yang
mencengangkan, orang-orang yang seharusnya terhisap
sebagai umat Allah bahkan terlihat oleh mata manusia sebagai sungguh-sungguh
mengandalkan Yesus didalam kehidupan ini, namun telah dinyatakan mati, sebab
tak mau menerima dan percaya bahwa Yesus adalah roti hidup yang telah turun
dari sorga, sebagaimana manna, namun Yesus jauh lebih unggul daripada
manna yang dahulu diberikan oleh Bapa:
Yohanes 6:48-50 Akulah roti hidup. Nenek moyangmu telah makan manna di padang
gurun dan mereka telah mati. Inilah roti yang turun
dari sorga: Barangsiapa makan dari padanya, ia tidak akan mati.
Jika ingin memiliki hidup kekal maka harus datang kepada Yesus, tak ada cara lain! [ Yohanes
5:39-40]
Hamba Yang Setia Dan Bijaksana Pada
Dasarnya adalah Murid-Muridnya Yang
Percaya Kepadanya Sebagaimana Kehendak-Nya
Ada orang-orang yang
disebut beriman, bahkan disebut murid-murid Yesus namun tak sanggup untuk bertindak sebagai murid dengan mematuhi atau
tunduk kepada setiap perintah atau sabda Yesus agar dilakukan: Yohanes 6:60 Sesudah
mendengar semuanya itu banyak dari murid-murid Yesus yang berkata:
"Perkataan ini keras, siapakah yang sanggup mendengarkannya?" Mereka disebut murid-murid Yesus dan memang mereka didalam kesehariannya, percaya
kepada Yesus dan menerima pengajaran dari-Nya. Sungguh sukar untuk
dapat dibedakan, kalau hendak diselidiki kesejatiannya atau apakah
selamanya akan beriman hingga kesudahan hidupnya, selain hanya Yesus saja yang dapat mengenalinya secara benar dan tak meleset [Yohanes
6:64 "Sebab Yesus tahu
dari semula, siapa yang tidak percaya,” Yesus tahu secara
personal siapakah yang memiliki relasi yang benar menurut-Nya dan siapakah yang
tidak, bukan saat berinteraksi ia baru dapat mengenalinya, namun, sejak semula].
Jika apa yang baru saja kita tinjau adalah pada
realitanya, maka pada Matius 24:44-51, Yesus sebetulnya sedang menunjukan hal
yang sama, hanya saja berupa
perumpamaan:
Matius 24:44-51 (44) Sebab itu, hendaklah kamu juga siap sedia, karena Anak
Manusia datang pada saat yang tidak kamu duga."(45) Siapakah hamba yang setia dan bijaksana, yang diangkat oleh tuannya atas
orang-orangnya untuk memberikan mereka makanan pada waktunya?(46) Berbahagialah hamba, yang didapati tuannya
melakukan tugasnya itu, ketika tuannya itu datang.(47)
Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya tuannya itu akan mengangkat dia
menjadi pengawas segala miliknya.(48) Akan tetapi apabila hamba itu jahat
dan berkata di dalam hatinya (49) Tuanku tidak datang-datang, lalu ia mulai
memukul hamba-hamba lain, dan makan minum bersama-sama pemabuk-pemabuk,(50)
maka tuan hamba itu akan datang pada hari yang tidak disangkakannya, dan pada saat yang tidak diketahuinya,(51) dan akan membunuh
dia dan membuat dia senasib dengan orang-orang munafik. Di sanalah akan
terdapat ratapan dan kertakan gigi."
Dalam perumpamaan
ini, hanya ada 2 macam hamba atau orang yang memiliki relasi dengan Allah:
1.Yang setia dan bijaksana
2.Yang jahat
Hanya yang setia dikatakan sebagai berbahagia! Hamba yang setia
ini digambarkan sebagai “yang tetap
melakukan tugasnya sekalipun Anak Manusia itu belum datang dan bukan itu saja,
bahkan tidak akan pernah mengetahui
kapankah Anak Manusia itu datang.” Bukankah kita pun saat ini sebagai
orang-orang percaya atau beriman kepada Yesus sedang menantikan kedatangan Anak
Manusia untuk kedua kalinya dan dalam penantian itu, kita tak tahu apapun mengenai saat kedatangan-Nya. Dalam hal
sedemikian, hamba itu tetap melakukan tugasnya, sehingga Ia adalah hamba
yang setia dan bijaksana. Ia tetap setia pada perintah dan pada diri Anak
Manusia; Ia percaya kepada Anak Manusia saat pertama kali mengatakan akan datang dan diminta
berjaga-jaga atau menantikan dengan penuh perhatian dan pengharapan yang tak
pernah kendur apalagi mati. Kepercayaan dalam kesetiaan melakukan
perintah-perintah-Nya itulah kehidupan hamba yang setia dan bijaksana.
Namun, apakah sesungguhnya akar
perbedaan pada kedua hamba ini?
Siapakah hamba yang jahat itu? Ia adalah orang yang
memiliki relasi dengan Allah, namun dalam perjalanan imanya sekian lama
menanti, ia berubah menjadi jahat
sehingga berperilaku begitu jahatnya: memukul hamba-hamba lain, menjadi pemabuk.
Mengapa ia berperilaku demikian? Dikatakan oleh Yesus dalam perumpamaan ini, akar kejahatannya
adalah : meragukan Anak Manusia atau imannya pupus, goyah dan lenyap sama
sekali.
Ia mulai mempertanyakan
didalam dirinya mengenai kebenaran Anak Manusia yang berkata pasti datang
sehingga berkata “tuanku tidak datang-datang.”
Ketika pengharapanmu mulai berbenturan keras dengan
realita-realita yang anda pelajari, misal:
kalau Allah berdaulat atau mahakuasa, mengapa kejahatan begitu Berjaya? Atau,
kalau Yesus akan datang kembali, mengapa nampaknya seiring dengan menjahatnya
dunia ini, Allah terlihat semakin absen didalam dunia yang berteriak kepada-Nya
memohon pertolongan; jika demikian apakah lagi dasarnya bagi saya dan anda
untuk percaya bahwa benar Anak Manusia akan datang kembali.
Semua orang percaya
menantikan kedatangan Anak Manusia bukan dalam sebuah ruangan yang vakum,
dimana tiada kejahatan, tiada malapetaka, tiada ketakadilan, dan tiada beragam
penderitaan. Semua manusia, hidup didalam dunia semacam ini. Inilah ruang tunggu bagi orang-orang Kristen,
bukan sebuah “lounge” yang mewah dan nyaman penuh dengan pelayanan premium yang
menyajikan makanan-makanan dan minuman-minuman yang menyenangkan diri, sebelum
pada akhirnya pesawat yang akan membawa
kita terbang menuju tujuan yang dikehendaki tiba. Sama sekali tak demikian,
bahkan saya dan anda tak tahu kapan saat Ia menjemput kita di tempat penantian
dunia ini. Dalam masa penantian semacam
ini, iman atau percaya adalah dasar dari segala sesuatu untuk dapat berada
didalam ruang penantian dalam perilaku yang tetap menantikan, bukan bermain
jauh keluar dari ruang tunggu untuk melakukan apapun yang dimauinya sebab
berpikir bahwa pesawat sedang mengalami delay yang tak jelas kapan akan
diterbangkan, atau bahkan pesawat yang akan menjemput tak pernah sampai untuk
menjemput karena harus mendarat darurat di kota lain oleh satu hal atau bahkan
tak pernah tiba sebab mengalami kecelakaan. Bukankah godaan untuk meragukan Anak Manusia pasti
akan datang sesuai dengan janjianya dapat terjadi hingga membuatmu tak sama
sekali percaya kepada Yesus beserta sabdanya?? Perhatikan bagaimana rasul Petrus menjelaskan realita
penantian ini:
2Petrus 3:9 Tuhan tidak lalai menepati janji-Nya, sekalipun ada orang yang menganggapnya sebagai kelalaian,
tetapi Ia sabar terhadap kamu, karena Ia
menghendaki supaya jangan ada yang binasa, melainkan supaya semua orang berbalik dan bertobat.
2Petrus 3:14 Sebab itu,
saudara-saudaraku yang kekasih, sambil menantikan semuanya ini, kamu harus berusaha, supaya kamu kedapatan tak bercacat dan tak
bernoda di hadapan-Nya, dalam perdamaian dengan Dia.
Hanya jika Ia sungguh hamba yang telah diselamatkan oleh Yesus
oleh Bapa akan hidup dalam pendamaian dengan Dia. Penantian hamba-hamba Tuhan adalah penantian di dalam pendamaian dengan Bapa.
Yesus memerintahkan agar para hamba atau murid-murid Yesus untuk berjaga-jaga dalam penantian
semacam ini dimana tak ada satupun hamba yang mengetahui saat kedatangannya.
Hamba yang mulai meragukan perintah Anak Manusia, sebab sudah begitu lama Tuannya tak kembali-kembali, mulai berpikir
bahwa itu tak akan pernah terjadi
sebagaimana janji Anak Manusia itu.
Ketika imannya gugur pada pengharapan di dalam penantian, maka
kejahatan sudah mengintip dirinya, tepat seperti pemazamur Asaf tadi yang mulai
meragukan Tuhan karena apa yang dinant-nantikannya tak terjadi; ia menantikan
Allah untuk berbuat sesuatu mencegah kejahatan-kejahatan di dunia ini, namun
faktanya tidak. Kala iman itu gugur maka kejahatan akan berbuah lebat pada diri
orang yang disebut hamba-hamba Allah:
Mazmur 73:13 Sia-sia sama sekali aku mempertahankan hati yang bersih, dan membasuh tanganku, tanda tak bersalah.
Iman kepada Allah adalah sumber hidup berbagai-bagai perbuatan yang baik; beriman kepada Yesus adalah memiliki sumber kehidupan berkenan kepada Bapa pada diri orang
beriman [ Yohanes 6:56; Yohanes
10:26-28]. Kala iman itu pupus dan runtuh maka apa yang dilahirkan pertama
kali adalah penyerahan kehidupan penuh dedikasi kepada Allah; tak ada lagi
sumber kehidupan bagi orang beriman untuk dapat hidup penuh dedikasi kepada
Allah, kehidupan semacam itu telah mati dan kematianlah yang akan dilahirkan [sia-sia sama sekali aku mempertahankan hati
yang bersih dan membasuh tanganku, tanda tak bersalah], jika Allah tidak
menjagainya.
Jika Allah tak menjagai Iman hamba-hamba-Nya sebagaimana pada
Asaf, maka niscaya akan menjadi seperti hamba yang jahat: “lalu ia mulai memukul hamba-hamba
lain, dan makan minum bersama-sama pemabuk-pemabuk.”
Dalam penantian kita pada
kedatangan Anak Manusia, maka ruang tunggu saya dan anda adalah ruang tunggu
dengan pemandangan yang persis seperti pada apa yang dipandang oleh Asaf.
Pemandangan seperti ini dapat menguasai jiwa manusia termasuk orang-orang yang disebut
Kristen atau hamba- hamba Kristus yang dapat dikenali oleh mata manusia. Hanya jika, Ia sungguh-sungguh
murid-murid Yesus, maka Ia tak akan
pergi dan meninggalkan Yesus sekalipun realitanya sangat sukar untuk
tetap beriman [ bandingkan dengan Yohanes
6:60,66; Yohanes 6:65], karena
Allah menjagai imannya [ bacalah “tinjauan
bagian 3J”].
Ketakpercayaan atau ketakberimanan
pada Anak Manusia yang berjanji akan datang kembali telah menjadi akar kejahatan; tetap beriman pada Anak
Manusia bahwa Ia pasti akan datang kembali telah
menjadi akar perbuatan baik yang sesuai dengan kehendak Anak Manusia
itu.
Sebagaimana Yesus berjumpa dengan para murid yang mengikutinya namun
tak mau mematuhi perintah-Nya untuk percaya bahwa Ia adalah Roti yang turun
dari sorga, maka, dalam
perumpamaan ini [Matius 24:44-51], Yesus menggambarkan keberadaan orang-orang beriman masa kini
atau masa Yesus setelah naik ke sorga dan sedang menantikan janji kedatangannya
kembali, yang mana ada diantaranya yang tidak setia dan bijaksana kepada perintah
Yesus untuk berjaga-jaga serta setia atau tetap percaya kepada perintahnya
sehingga bertindak atau menjalani kehidupan di atas dasar beriman kepada-Nya
sekalipun Ia begitu lama belum juga datang; tak memiliki relasi dengan Yesus
sementara Yesus belum datang menjemput mereka.
Tidak setia menantikan sehingga tak mematuhi perintah Yesus agar berjaga-jaga, pada
dasarnya menunjukan bahwa mereka sama sekali
tak pernah memiliki relasi yang begitu kokoh oleh Allah atas mereka,
sejak mulanya:
Yohanes 6:39 Dan inilah kehendak Dia yang telah mengutus Aku,
yaitu supaya dari semua yang telah diberikan-Nya kepada-Ku jangan ada yang hilang, tetapi supaya Kubangkitkan pada akhir zaman.
Yohanes 6:65 Lalu Ia berkata:
"Sebab itu telah Kukatakan kepadamu: Tidak
ada seorangpun dapat datang kepada-Ku, kalau
Bapa tidak mengaruniakannya kepadanya."
Iman adalah Allah yang mengasihi manusia dengan kasih yang begitu
besar sehingga manusia mampu mengasihi Allah dalam sebuah kesetiaan yang Ilahi,
dan menjadi dasar bagi orang-orang beriman itu menjadi murid-murid yang setia
dan bijaksana:
1Yohanes 4:19 Kita mengasihi, karena
Allah lebih dahulu mengasihi
kita.
1Yohanes 4:20 Jikalau seorang berkata:
"Aku mengasihi Allah," dan ia
membenci saudaranya, maka ia adalah pendusta, karena barangsiapa tidak mengasihi
saudaranya yang dilihatnya, tidak mungkin mengasihi Allah, yang tidak
dilihatnya.
Kalau seseorang adalah orang beriman bukan karena Allah yang lebih
dulu mengasihi dia, maka keberimanannya akan menghasilkan keberimanan yang MUNAFIK. Keberimanan munafik pada dasarnya adalah
keberimanan kepada Tuhan yang tak memiliki relasi oleh Bapa dan tak memiliki
Kasih yang diberikan oleh Bapa, sehingga tak memiliki kuasa untuk hidup didalam
keberimanan yang memiliki kuasa untuk mengasihi tulus dan bersih.
Yesus telah menetapkan bahwa yang disebut hamba-Nya yang sejati
adalah hamba yang hanya bertuankan diri-Nya dan segala kehendak-Nya:
Lukas 16:13 Seorang hamba tidak dapat mengabdi kepada dua tuan.
Karena jika demikian ia akan membenci
yang seorang dan mengasihi yang lain, atau ia akan setia kepada yang
seorang dan tidak mengindahkan yang lain. Kamu
tidak dapat mengabdi kepada Allah dan kepada Mamon."
Kalau anda percaya kepada Anak Manusia, maka jangan mendengarkan
dan memandangkan matamu pada realita dunia yang kian lama kian berisik sehingga Alkitabmu, ketika dibaca, hampir-hampir
seperti membaca dongeng atau bahkan bualan-bualan yang jauh panggang dari
apinya!
Hamba yang setia dan bijaksana. Setia karena sekalipun realita
dalam penantiannya sangat mungkin berlawanan dengan apa yang selama ini telah
diajarkan oleh Yesus, namun tetap percaya
meskipun kepergian Yesus itu sudah lama sekali! Ia tak meragukannya
dan tetap memilih [bacalah “tinjauan bagian 3G” untuk memahami orang beriman “memilih”] untuk tetap setia
kepada perkataan Yesus sehingga bertindak
dalam setianya kepada Yesus Kristus]
Tentu saja, mengaku hamba Tuhan namun meragukan sabda Yesus dan
Bapa, telah juga menjadikan orang-orang tersebut sebagai munafik, sebab
berkata orang beriman atau orang Kristen atau hamba Tuhan, namun tak percaya
kepada sabda Bapa, sabda Yesus dan janji Yesus sebagai sumber kegenapan hidup kekal yang mengalir didalam
relasi yang sejati antara-Nya dengan hamba-Nya. Bukankah pendeta Dr. Erastu
Sabdono sendiri telah pernah begitu berani mengajarkan “jika Yesus tak berdosa maka Bapa berdusta” sebagaimana dapat anda temukan di dalam CD pengajarannya di bawah
ini:
Bagaimana mengajarkan orang beriman namun membangun pengajaran
diatas dasar asumsi yang begitu merendahkan Yesus yang mengalami kematian sebagai pembinasa Iblis [Ibrani 2:14]; menista Yesus yang mahasuci adanya
sekalipun didalam kemanusiaannya yang sejati, bahkan pada darahnya yang fana
itu bukan saja menyucikan dirinya sendiri tetapi menyucikan banyak manusia yang
beriman kepadanya bahkan dilakukannya di sorga! [Ibrani 7:24,26-27; Ibrani
9:24] betapa sucinya Ia berdasarkan tuntutan kekudusan Hukum Taurat! Darahnya
yang fana itu memiliki kuasa pengampunan
dan bekerja di sepanjang keberadaan dunia ini hingga kesudahannya [ Ibrani 9:
25-26,28].
Tak lagi mempercayai Yesus ditengah-tengah pengiringan Yesus; tak
lagi kuat untuk mempercayai kebenaran sabda Yesus. Benarkah dengan apakah yang
dikatakan mengenai diri-Nya?; benarkan Ia adalah Roti yang turun
dari sorga; benarkah Ia yang telah kembali dari sorga akan datang
kembali ke dunia ini untuk mendapatkan para hamba-Nya yang setia
[beriman sehingga melakukan segala perintah-Nya]? Jika tak lagi percaya maka
buahnya adalah kejahatan demi kejahatan meskipun ia masih berbajukan seorang
Kristen didalam gerak-gerik, perkataan dan pengajaran-pengajarannya.
Mengapa bisa terjadi, pada mulanya
beriman dan setia dan kemudian setelah sekian lama menjadi tak beriman sehingga
tak setia dan mulai berlaku jahat, atau sejak mulanya terlihat beriman atau terlihat sebagai
pengikut Kristus, namun pada dasarnya
tak percaya kepada Yesus?
Beginilah penjelasan Yesus:
Yohanes 6:36-37 Tetapi Aku telah berkata kepadamu: Sungguhpun kamu telah melihat Aku, kamu tidak percaya.
Semua
yang diberikan Bapa kepada-Ku akan datang kepada-Ku, dan
barangsiapa datang kepada-Ku, ia tidak akan Kubuang.
tidak semua orang yang mengikut Yesus adalah orang-orang yang
diberikan Bapa kepada Yesus sehingga datang kepada Yesus sebagai milik pasti
Yesus.
Karena mereka bukan orang-orang yang diserahkan Bapa kepada Yesus
maka terjadilah yang seharusnya terhisap sebagai umat Allah pada kenyataannya telah
ditolak Bapa, sebab tak beriman
dan setia kepada kebenaran-kebenaran Allah, sehingga beginilah sikap
orang-orang yang terlihat beriman itu:
Yohanes 6:41 Maka bersungut-sungutlah
orang Yahudi tentang Dia, karena Ia telah mengatakan: "Akulah roti
yang telah turun dari sorga."
Yohanes 6:42 Kata mereka: "Bukankah Ia ini Yesus, anak Yusuf, yang ibu bapanya kita
kenal? Bagaimana Ia dapat berkata:
Aku telah turun dari sorga?
Perhatikan penjelasan Yesus pada Yohanes 6:43-44 yang menjelaskan mengapa mereka tak percaya
kepada Yesus!
Yohanes 6:60 Sesudah mendengar semuanya itu banyak dari murid-murid Yesus yang berkata: "Perkataan ini keras, siapakah yang sanggup
mendengarkannya?"
Yohanes 6:66 Mulai dari waktu itu banyak murid-murid-Nya mengundurkan diri dan tidak lagi mengikut Dia.
Perhatikan penjelasan Yesus pada Yohanes 6:65 yang menjelaskan mengapa banyak murid-murid Yesus tak percaya
kepada-Nya.
Benar sekali, bahwa, hamba
yang jahat itu sekalipun memiliki relasi dengan Allah pada mulanya, akan
berakhir pada kebinasaan dalam kekekalan. Apakah hamba jahat ini, pada dasarnya
adalah orang-orang pilihan Allah untuk beriman kepada Yesus dan dibangkitkan
oleh Yesus pada akhir zaman? Jelas,
tidak! Sebab Yesus sudah menyatakan, bahwa jika seseorang adalah orang pilihan
Allah, maka kehendak Allah akan mengalami penjagaan sehingga tak akan hilang
dan akan mengalami pembangkitan oleh Yesus Kristus:
Yohanes 6:38- Sebab Aku telah turun dari sorga bukan
untuk melakukan kehendak-Ku, tetapi untuk
melakukan kehendak Dia yang telah mengutus Aku. Dan inilah kehendak Dia yang telah mengutus Aku, yaitu supaya dari semua yang telah diberikan-Nya
kepada-Ku jangan ada yang hilang, tetapi supaya Kubangkitkan pada
akhir zaman. Sebab inilah kehendak
Bapa-Ku, yaitu supaya setiap
orang, yang melihat Anak dan yang percaya kepada-Nya beroleh hidup yang kekal, dan supaya Aku membangkitkannya pada akhir
zaman."
Jika Yudas Iskariot terhempas menjadi penghianat dan hamba yang
setia berperilaku begitu jahat dan memalukan dan itu berlangsung hingga kesudahan hidupnya [tidak mengalami
keinsafan], maka jelas ia bukan orang pilihan Allah berdasarkan penjelasan
Yesus mengenai siapakah yang dapat beriman kepada Yesus secara total.
Keinsafan itu sendiri adalah buah karya Allah didalam Yesus,
sebuah cara bagaimana Allah menjagai domba-domba miliknya agar tak terhempas
dan kehilangan keselamatannya. Perhatikan hal ini:
Lukas 22:31-32 Simon, Simon, lihat,
Iblis telah menuntut untuk menampi kamu seperti gandum, tetapi Aku telah berdoa untuk engkau, supaya imanmu jangan gugur. Dan engkau, jikalau engkau sudah insaf, kuatkanlah
saudara-saudaramu."
[Yesus sangat memahami kelemahan-kelemahan seorang manusia, namun Ia tak berdosa: Ibrani 4:15; Yesus bahkan saat ini di sorga terus senantiasa berdoa bagi setiap orang percaya agar memiliki keteguhan iman dalam mengarungi berbagai tantangan dan kesukaran sehingga tetap berada didalam penjagaan doa Sang Gembala Agung yang juga adalah Imam Besar Agung kita: Ibrani 7:25-27]
[Yesus sangat memahami kelemahan-kelemahan seorang manusia, namun Ia tak berdosa: Ibrani 4:15; Yesus bahkan saat ini di sorga terus senantiasa berdoa bagi setiap orang percaya agar memiliki keteguhan iman dalam mengarungi berbagai tantangan dan kesukaran sehingga tetap berada didalam penjagaan doa Sang Gembala Agung yang juga adalah Imam Besar Agung kita: Ibrani 7:25-27]
Matius 24:44-51 pada dasarnya
menyingkapkan dua jenis orang beriman atau lebih tepatnya orang-orang Kristen
dalam realitanya: a. yang beriman dalam kesetiaan hingga kedatangan Anak Manusia,
sehingga jikalaupun ia meninggal dunia lebih dahulu maka ia meninggal di dalam
iman setia; b. yang pada mulanya beriman namun tak hidup dalam kesetiaan
imannya hingga kedatangan Anak Manusia. Dan
itu ada di sekitar kita. Bagaimana dengan saya dan anda? Sangat penting
untuk berintrospeksi, dan jika ada sebuah keinsafan dianugerahkan bagi saya dan
anda, maka niscaya kebangkitan dari
keterpurukan iman akan berlangsung penuh kuasa.
Beriman dalam kesetiaan atau beriman
dan tak “hilang atau gugur atau mengalami
kematian iman” dalam perjalanan keberimanan sementara kita menantikan kedatangan Anak Manusia, adalah sentral perumpamaan tadi. Dan mengenai beriman yang sejati, Yesus sudah menjelaskan, harus
datang dari tindakan Bapa.
Ini bukan sama
sekali mengenai
perbuatan-perbuatan baik yang harus
diperjuangkan oleh orang-orang beriman atau kebenaran dihadapan Allah berdasarkan perbuatan-perbuatan;
bahwa dengan demikian adalah keliru untuk
mengandalkan kasih karunia tanpa perjuangan mempertahankan keamanan kasih
karunia, sebagaimana dianjurkan
dalam pengajaran pendeta Dr. Erastus Sabdono. Allah yang menjaga
kesetiaan seorang beriman sehingga ia dapat berlaku sebagai hamba yang setia
dan bijaksana.
Bersambung ke “Tinjauan Pengajaran Pdt. Dr.Erastus Sabdono “Keselamatan Diluar Kristen” (3N):“Tidak Ada
Keselamatan Di Luar Kristen Tetapi Ada Keselamatan Di Luar Kristen”
AMIN
Segala Pujian Hanya Kepada TUHAN
The cross
transforms present criteria of relevance: present criteria of
relevance do not transform
the cross
[oleh seorang teolog yang saya lupa namanya]
No comments:
Post a Comment